Perokok Peduli Kemiskinan Di Pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Oleh: Fivi Yanti Petugas Penyuluh Kesehatan Puskesmas Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bangsa Indonesia dewasa ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO,2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15 – 24 tahun, dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25 – 34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010) (Riskesdas, 2010) Pada tahun 2010, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta per tahunnya dan di negara-negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun. Dan yang lebih berbahaya adalah dampak ekonomisnya. Merokok cenderung menyebabkan merosotnya daya kerja penduduk, yang berakibat pada menurunnya produktifitas perusahaan dan produktifitas nasional. Tiap batang rokok berarti hilangnya Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 1
waktu kerja produktif sebanyak 10 menit. Pekerja perokok pun cenderung malas dan suka mangkir. Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya untuk menghentikan kebiasaan dan perilaku merokok. Hal ini ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok umur 5 – 9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15 – 24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan. Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti emfisema, kanker paru, bronkhitis kronis dan penyakit paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit jantung koroner, peningkatkan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati. Di wilayah puskesmas Kalibawang, perilaku merokok dari masyarakat dapat kita lihat dari hasil pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga. Pada tahun 2010, rumah tangga yang merokok di dalam rumah sebesar 50,36%. Pada tahun 2011 tercatat 52,08% dan di akhir tahun 2012 tercatat 48,75% rumah tangga masih ada yang merokok di dalam rumah. Data di tahun 2012 ini menunjukkan adanya penurunan rumah tangga yang masih merokok di dalam rumah. Desa Banjarharjo, yang terdiri dari 22 pedukuhan setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 sudah rutin melakukan pendataan atau pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatatan rumah tangga. Pendataan dilakukan oleh para kader di setiap pedukuhannya. Data perilaku merokok di desa Banjarharjo tahun 2010 adalah sebesar 53,81% rumah tangga masih merokok di dalam rumah. Pedukuhan Ngrajun sebagai salah satu pedukuhan di desa Banjarharjo juga melakukan pengkajian PHBS pada tatanan rumah tangga oleh para kader kesehatannya. Data perilaku merokok di pedukuhan Ngrajun pada tahun 2010 adalah sebesar 50% rumah tangga masih merokok di dalam rumah.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 2
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan / atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. ( Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan) Dari data top penyakit tahun 2010 di puskesmas Kalibawang, penyakit infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) ternyata menduduki urutan teratas, yaitu sebesar 2428 kasus.
Penyebab dari penyakit ini bisa beraneka ragam, salah satu diantaranya adalah karena asap rokok dan pencemaran udara. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok atau perilaku merokok yang salah diperlukan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau program yang bisa melindungi perokok pasif. Kegiatan itu adalah dengan membentuk suatu kawasan yang bebas dari asap rokok. Masih tingginya angka rumah tangga yang merokok menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan masih rendah atau belum memadai. Dengan terbentuknya suatu kawasan yang bebas dari asap rokok kita harapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit yang disebabkan oleh perilaku merokok dan juga dari asap rokok. Perda propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 8 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara mengatur langkah-langkah pengendalian pencemaran udara, baik di luar (out door) maupun di dalam ruangan (indoor). Sejalan dengan itu, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengeluarkan Perda nomor 5 tahun 2007 tentang “Pengendalian Pencemaran Udara”, dimana pasal 11 dalam peraturan ini menyebutkan bahwa : 1. Setiap orang dilarang merokok di kawasan dilarang merokok. Yang dimaksud kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok meliputi : tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, area kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 3
2. Penetapan Kawasan Dilarang Merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pada tahun 2009, Gubernur DIY mengeluarkan Peraturan Gubernur nomor 42 tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok, serta diikuti oleh Bupati kabupaten Kulon Progo yang juga mengeluarkan Peraturan Bupati Kulon Progo nomor 61 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi perokok aktif dan pasif yang ada di masyarakat. Kawasan tanpa asap rokok akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan jika ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Sebab itu, perlu adanya percontohan pedukuhan tanpa asap rokok di wilayah kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. Kawasan tanpa asap rokok dibentuk di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. B. TUJUAN 1. Membentuk suatu kawasan atau pedukuhan percontohan yang bebas dari asap rokok di kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. 2. Membentuk program “Perokok Peduli Keluarga Miskin di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 4
BAB II PERMASALAHAN Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya. Di kecamatan Kalibawang, berdasarkan data top penyakit yang ada di tahun 2010, menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) menduduki peringkat teratas yaitu sebesar 2428 kasus, dimana penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah karena asap rokok dan polutan yang ada di udara. Pada tahun yang sama , data rekap hasil kegiatan Management Terpadu Balita Sakit (MTBS) di puskesmas Kalibawang juga menunjukkan bahwa di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang, penyakit yang diderita oleh balita yang ada disana kebanyakan adalah batuk bukan pneumonia yaitu 20 kasus. Di tahun yang sama, yaitu pada tahun 2010, hasil pengkajian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo juga menunjukkan bahwa perilaku merokok masyarakat disana juga kurang baik, yaitu sebesar 50% rumah tangga masih merokok di dalam rumah. Hal inilah yang mendasari keinginan masyarakat di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang untuk membentuk suatu kawasan yang bebas dari asap rokok.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 5
BAB III PERAN TENAGA KESEHATAN DAN PROGRAM INOVATIF A. PERAN TENAGA PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT Peran tenaga penyuluh kesehatan tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat, tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat yang diwakili dengan masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga pemberdayaan yang bersangkutan, sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Keadaan ini berarti mampu membantu masyarakat memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraannya. Adapun peran tenaga kesehatan atau penyuluh kesehatan masyarakat adalah : 1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut. 3. Mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Peran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau petugas ini diharapkan masyarakat dapat berdaya dan mampu mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di sekitarnya. Karena suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila : 1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 6
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan. 4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya. Berdasarkan permasalahan yang ditemui, pada akhir tahun 2009 dilakukan program pembentukan “Pedukuhan Bebas Asap Rokok”. Untuk tahap awal, kecamatan yang dibentuk ada di kecamatan Wates dan Kalibawang. Di kecamatan Kalibawang diadakan “Kampanye Anti Rokok” pada tanggal 3 – 5 Desember 2009. Pelaksana kegiatan ini adalah tim dari puskesmas Kalibawang beserta staf kecamatan Kalibawang yang ditetapkan dengan surat keputusan Camat.
B. PROGRAM INOVATIF Program inovatif yang dibentuk adalah “ Perokok Peduli Keluarga Miskin di Pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang”. Program ini diawali dengan diadakannya “Kampanye Anti Rokok”
di kecamatan Kalibawang pada tanggal 3 – 5
Desember 2009. Implementasi dari kegiatan ini adalah membentuk pedukuhan percontohan sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok yang selanjutnya disebut dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, atau mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 7
a. Tujuan Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah : 1) menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat ; 2) meningkatkan produktifitas kerja yang optimal ; 3) mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok ; 4) menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula ; serta 5) mewujudkan generasi muda yang sehat. b. Sasaran Sasaran Kawasan Tanpa Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang adalah di tempat pelayanan kesehatan (puskesmas, posyandu) , tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, dan tempat kerja. c. Manfaat Manfaat penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. 2. Indikator Kawasan Tanpa Rokok Indikator sangat diperlukan baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok sebagai alat ukur dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di tatanan. Secara umum indikator yang dilihat adalah indikator input, proses dan output. a. Indikator Input, meliputi : 1) Adanya kajian mengenai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan sikap serta perilaku sasaran terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 8
2) Adanya komite/kelompok kerja penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 3) Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 4) Adanya infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok. b. Indikator Proses, meliputi : 1) Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok. 2) Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok. 3) Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan hukum. 4) Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi. c. Indikator Output, meliputi : Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua tatanan. 3. Pemantauan dan Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok Pemantauan dan Evaluasi merupakan upaya yang dilaksanakan secara terus menerus baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok di tatanan untuk melihat apakah Kawasan Tanpa Rokok yang dikembangkan telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. a. Pemantauan Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok dilakukan untuk mengetahui perkembangan maupun permasalahan serta menemukan pemecahan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan kegiatan dilakukan selama perjalanan program Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun. Pemantauan dilakukan terhadap, kebijakan yang dilaksanakan, kajian masalah yang ditemukan, dan penyesuaian kebijakan.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 9
1) Pemantauan dapat dilakukan dengan : a)
Menganalisis kajian kebijakan dan perilaku sasaran
b)
Melakukan supervisi atau kunjungan lapangan untuk mengetahui secara langsung perkembangan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
c)
Wawancara mendalam dengan penentu kebijakan
d)
Diskusi kelompok terarah dengan masyarakat khalayak sasaran
2) Pemantauan dapat dilakukan oleh : a)
Petugas kesehatan
b)
Pengelola Program Kawasan Tanpa Rokok
3) Pertemuan untuk proses pemantauan dapat dilakukan : a)
Selama pengembangan Kawasan Tanpa Rokok berlangsung
b)
Setiap saat diperlukan
b. Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok Evaluasi atau penilaian adalah proses penentuan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan pada waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Hasil Kegiatan pedukuhan percontohan sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok/Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang Pembentukan pedukuhan Ngrajun sebagai pedukuhan percontohan untuk Kawasan Tanpa Asap Rokok dilakukan dalam beberapa langkah kegiatan, yaitu :
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 10
a.
Pelaksanaan Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan Kalibawang Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan
Kalibawang dilaksanakan pada
tanggal 3 – 5 Desember 2009 di balai desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim kecamatan Kalibawang yang ditetapkan dengan surat keputusan Camat Kalibawang Nomor
: 27 / KPTS / XII / 2009 tentang Pembentukan Tim Penyelenggara,
Narasumber dan peserta Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan Kalibawang tahun anggaran 2009. b. Pelaksanaan
Pertemuan
Masyarakat
di
pedukuhan
Ngrajun
desa
Banjarharjo pada Rukun Warga 20 (RW 20) Adapun tahap pertemuan di masyarakat, yaitu : 1) Rapat pertama, tanggal 7 Desember 2009, pertemuan dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dilakukan pada malam hari, sekitar pukul 19.00 WIB. Pesertanya adalah warga dan tokoh masyarakat di RW 20. Pertemuan ini dihadiri oleh bapak Paryanto,SKM selaku pembimbing lapangan dari Dinkes kabupaten Kulon Progo, petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat dari puskesmas Kalibawang. Pada pertemuan pertama ini dipaparkan tentang bahaya rokok dan hal-hal yang berkenaan dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemda DIY, yaitu Peraturan Gubernur No. 42 tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok. Dalam pertemuan ini, sudah kelihatan antusias dan respon yang positif dari warga tentang kawasan tanpa asap rokok. Pertemuan diakhiri pada pukul 22.00 WIB. 2) Rapat kedua, tanggal 8 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan dimulai pada pukul 19.00 WIB,pesertanya adalah peserta yang sama dari pertemuan sebelumnya. Petugas yang hadir adalah dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat puskesmas Kalibawang. Pada pertemuan kedua ini, dipaparkan tentang rencana pembentukan Kawasan Bebas Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun, khususnya RW 20 serta fakta-fakta tentang rokok dan tembakau di Indonesia. Respon yang positif dari warga semakin bertambah.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 11
3) Rapat ketiga, tanggal 9 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pesertanya masih sama,dan petugas yang mendampingi adalah bapak Drs. Untung Subagya, selaku Kessos kecamatan Kalibawang. Hal yang disampaikan masih seputar rencana pembentukan Kawasan Bebas Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun serta manfaat terbentuknya Kawasan Bebas Asap Rokok tersebut.Respon positif dan antusias masyarakat semakin bertambah. 4) Rapat keempat, tanggal 10 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dihadiri oleh staf desa Banjarharjo, bapak Marsidi selaku Kesra desa Banjarharjo. Hal yang disampaikan adalah tentang dukungan desa terhadap kawasan yang akan dibentuk di pedukuhan Ngrajun serta hubungan berhenti merokok dengan kegiatan menabung dari dana pembelian rokok yang tidak dikeluarkan akan memberikan keuntungan bagi keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar. 5) Rapat kelima, tanggal 12 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dihadiri oleh pembimbing lapangan dari BKPK (Badan Koordinasi Promosi Kesehatan) propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhammad Ilham Morgana. Hal yang disampaikan adalah tentang strategi dalam usaha mengurangi kebiasaan merokok, manfaat yang didapat dari usaha tersebut serta strategi dan bentuk kegiatan apa yang akan dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dalam usaha pembentukan kawasan bebas asap rokok. Hasil dari pertemuan ini : a) Warga sepakat akan menempel sticker dengan tulisan “Terima kasih, Anda tidak Merokok di Dalam Rumah Ini”. b) Warga sepakat
akan mulai tidak menyediakan asbak rokok di setiap
pertemuan pedukuhan dan acara-acara lainnya. c) Warga sepakat akan mulai mengurangi penyediaan rokok pada setiap hajatan dan akan mulai menggantinya dengan permen atau bentuk lain.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 12
d) Dalam pertemuan ini belum muncul ide untuk membuat suatu kawasan tersendiri yang bebas dari asap rokok. e) Warga sepakat akan terus membicarakan masalah ini dalam setiap pertemuan yang ada di pedukuhan, khususnya RW 20, sehingga suatu saat nanti akan terbentuk Kawasan Bebas Asap Rokok di RW20 pedukuhan Ngrajun. c.
Pertemuan Lanjutan Pada tanggal 27 November 2010, kembali dilakukan pertemuan di pedukuhan
Ngrajun desa Banjarharjo untuk mengevaluasi program Kawasan Tanpa Asap Rokok yang telah berjalan di masyarakat. Pada pertemuan ini dihadiri oleh warga dan tokoh masyarakat di pedukuhan Ngrajun, petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan kabupaten Kulon progo serta dari BKPK propinsi DIY. Dari pertemuan ini muncul testimoni-testimoni dari masyarakat yang telah berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya. Dan akhirnya pertemuan ini ditutup dengan kesepakatan membentuk pedukuhan Ngrajun sebagai pedukuhan yang bebas dari asap rokok dan membuat suatu deklarasi di pedukuhan Ngrajun. Deklarasi tersebut berbunyi sebagai berikut : DEKLARASI NGRAJUN PEDUKUHAN BEBAS ASAP ROKOK Kami warga Pedukuhan Ngrajun, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, telah memahami dan menyadari bahwa: a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu, keluarga dan masyarakat; b. Perokok pasif yang tidak merokok selalu menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan, memiliki resiko yang lebih tinggi menderita gangguan kesehatan akibat rokok; c. Bayi, balita, bumil dan lansia merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi dari risiko dampak buruk asap rokok; Pada hari ini, Sabtu, Tanggal 27 November 2010 mendeklarasikan Pedukuhan Ngrajun, Desa Banjarharjo,
Kecamatan
Kalibawang,
Kabupaten
Kulon
Progo
adalah
sebagai
PEDUKUHAN BEBAS ASAP ROKOK, dan kami berkomitmen: Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 13
1. Tidak akan merokok di dalam rumah dan atau ruangan 2. Tidak akan merokok di setiap rapat / pertemuan 3. Tidak akan merokok di setiap pengajian (bagi orang Islam ) setiap sembahyangan (bagi orang Khatolik) 4. Tidak akan merokok di dekat bayi, anak balita, ibu hamil dan lansia. 5. Tidak akan merokok di dalam tempat ibadah; 6. Tidak akan merokok di sekolah 7. Tidak akan merokok di posyandu, poskesdes, puskesmas dan rumah sakit. 8. Di setiap hajatan harus menyediakan tempat untuk merokok. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan ridha-Nya. Amin
Deklarasi yang dihasilkan pada pertemuan ini akhirnya diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Desa Banjarharjo Nomor 46 tahun 2011 tentang Penunjukkan Pedukuhan Ngrajun Sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok pada tanggal 9 Desember 2011. Dalam surat keputusan ini dibentuk Tim Pembina Kawasan tanpa Asap Rokok di tingkat desa Banjarharjo tahun 2011 dengan susunan : 1. Penanggung Jawab
:
Kepala Desa
2. Ketua
:
Kaur. Kesra
3. Anggota
:
a. Penyuluh Kesehatan di Puskesmas b.Penyuluh KB c. PKK d. Kader kesehatan e. Kepala Dusun
Tugas tim tersebut adalah : 1. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan warga masyarakat. 2. Memonitor dan mengevaluasi kawasan tanpa asap rokok. 3. Melaporkan kepada kepala desa tentang hasil monitoring tersebut di atas. Pedukuhan Ngrajun terus melaksanakan program dan kesepakatan yang telah dihasilkan tersebut sampai dengan sekarang.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 14
Hasil dari program Kawasan Tanpa Asap Rokok /Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang ini dinilai berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini : 1. Tabel 1. Rekap hasil kegiatan management terpadu balita sakit (MTBS) puskesmas Kalibawang dengan pasien yang berasal dari pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo pada tahun 2010 – 2012. No. 1.
Kegiatan Batuk bukan pneumonia
Thn 2010
Thn 2011
Thn 2012
20
34
16
Sumber : Data Program KIA Puskesmas Kalibawang tahun 2010 - 2012 Rekap hasil kegiatan management terpadu balita sakit (MTBS) puskesmas Kalibawang di atas menunjukkan bahwa di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo terjadi penurunan jumlah penyakit batuk bukan pneumonia dari 20 kasus pada tahun 2010 menjadi 16 kasus pada tahun 2012 . 2. Tabel 2. Hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga untuk indikator tidak merokok di dalam rumah (indikator ke-10) di pedukuhan Ngrajun pada tahun 2010 – 2012.
No
Tahun
∑ KK Yang dikaji
1.
2010
104
50%
2.
2011
60
70%
3.
2012
76
98,68%
Persentase untuk Indikator ke-10 PHBS Tatanan Rumah Tangga “Tidak merokok di dalam rumah”
Sumber : Data Hasil Pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga Puskesmas Kalibawang tahun 2010 – 2012. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengkajian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo untuk indikator tidak merokok di dalam rumah pada rumah tangga yang dikaji menunjukkan peningkatkan persentase, dari 50% pada tahun 2010 menjadi 70% pada tahun 2011 dan 98,68% pada tahun 2012. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 15
3. Tabel 3. Hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga untuk jumlah rumah tangga yang merokok di dalam rumah di pedukuhan Ngrajun pada tahun 2010 – 2012. ∑ KK No
Tahun
Yang
Persentase untuk Rumah Tangga yang merokok di dalam rumah
dikaji 1.
2010
104
50%
2.
2011
60
30%
3.
2012
76
1,32%
Sumber : Data Hasil Pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga Puskesmas Kalibawang tahun 2010 – 2012. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo jumlah rumah tangga yang merokok mengalami penurunan, yaitu dari 50% rumah tangga yang merokok pada tahun 2010 menjadi 30% pada tahun 2011, dan di akhir tahun 2012 menjadi 1,32%. d. Program “Perokok Peduli Keluarga Miskin” di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang Setelah kawasan tanpa rokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang dinilai telah berjalan dengan baik, maka di awal tahun 2013 tepatnya pada tanggal 19 Januari 2013, petugas promosi kesehatan dari puskesmas Kalibawang menawarkan program lanjutan dari program kawasan tanpa rokok yang telah ada di pedukuhan Ngrajun. Program yang ditawarkan adalah suatu program yang melibatkan perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun tersebut. Jumlah perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun adalah sebanyak 40 orang kepala keluarga. Program ini diberi nama “Perokok Peduli Keluarga Miskin”. Program ini merupakan bentuk sanksi yang dikenakan bagi perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun tersebut. Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi konsumsi rokok untuk kepedulian kepada keluarga miskin yang ada di pedukuhan Ngrajun tersebut.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 16
Teknis pelaksanaan program Perokok Peduli Kemiskinan tersebut adalah : 1) Tahap persiapan (Januari 2013) Penyediaan bumbung untuk perokok dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2013. Bumbung yang digunakan untuk menyimpan rokok yang disisihkan berupa kaleng/wadah plastik yang berbentuk tabung yang kedap udara yang ada di rumah setiap perokok. Untuk tahap awal, yang akan melakukan program ini adalah 3 (tiga) orang perokok yang bersedia dengan ikhlas melaksanakannya. 2) Tahap Pelaksanaan (Februari 2013) a) Pelaksanaan program ini dimulai pada minggu pertama bulan Februari 2013. Yang mulai melaksanakan program ini adalah bapak Puratin, Puryono dan Sarbiri. Ketiga perokok ini mulai menyisihkan rokok yang dimiliki setiap harinya dan memasukkan rokok tersebut ke dalam bumbung rokok yang telah disiapkan pada bulan Januari 2013 yang lalu. b) Setiap minggu, bumbung rokok yang telah diisi oleh ketiga perokok ini dikumpulkan oleh tim pengumpul bumbung rokok yang telah dibentuk pada tanggal 19 Januari 2013 yang lalu. Susunan tim pengumpul bumbung rokok adalah : Ketua
: Widodo (Dukuh Ngrajun)
Sekretaris
: Sartini
Bendahara
: Suwarno
Anggota
: 1. Miskidi (RW. 20) 2. Sri Suprihyati (RW. 19)
Pengumpulan hasil bumbung rokok keluarga ke tim pengumpul dilakukan oleh istri atau anak perokok setiap minggunya. Peran istri dari perokok disini adalah sebagai “polisi” atau orang yang mengingatkan suaminya yang perokok untuk memasukkan atau menyisihkan rokoknya ke dalam bumbung rokok yang ada di rumahnya.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 17
c) Rokok yang terkumpul oleh tim dijual kembali kepada perokok dengan harga Rp 400,- / batang. d) Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu keluarga miskin yang ada di wilayah pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Bantuan tersebut berupa barang/alat sekolah dan untuk kegiatan sosial lainnya yang dibutuhkan oleh keluarga miskin tersebut. 3) Hasil Pelaksanaan a)
Pada bulan pertama program, yaitu bulan Februari 2013, tiga orang perokok yang memulai kegiatan ini adalah bapak Puratin, Puryono dan Sarbiri. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir Februari 2013 adalah :
1.
Sarbiri
Rokok Dalam yang bentuk uang terkumpul 24 batang Rp 9.600,-
2.
Puryono
24 batang
Rp 9.600,-
3.
Puratin
30 batang
Rp 12.000,-
Jumlah
78 batang
Rp 31.200,-
No
Nama
Penerima bantuan
Belum ada
b) Pada bulan kedua, yaitu bulan Maret 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 2 (dua) orang, yaitu
bapak
Nurcholis
dan
Giyanto.
Jumlah
perokok
yang
melaksanakan program ini menjadi 5 (lima) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir Maret 2013 adalah :
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 18
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5.
Puratin Puryono Sarbiri Nurcholis Giyanto Jumlah Saldo bulan lalu
Rokok yang terkumpul 21 batang 19 batang 26 batang 26 batang 28 batang 120 batang
Akumulasi dana
Dalam bentuk uang
Penerima bantuan
Rp 8.400,Rp 7.600,Rp 10.400,Rp 10.400,Rp 11.200,Rp 48.000,Rp 31.200,-
Aksay Maha Putra (7 thn) Bantuan berupa : Buku tulis 1 lsn dan alat tulis: pensil, pulpen, penghapus dan penggaris. (Jumlah dana yang dikeluarkan : Rp. 29.000) Rp 79.200,- Saldo Rp 50.200,-
c) Pada bulan ketiga, yaitu bulan April 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 3 (tiga) orang lagi , yaitu bapak Aziz Asrorudin,SpdI, Harto Utomo dan Miskidi. Jumlah perokok yang melaksanakan program ini menjadi 8 (delapan) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir April 2013 adalah : No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Puratin Puryono Sarbiri Nurcholis Giyanto Aziz Asrorudin,SpdI Harto Utomo Miskidi Jumlah
7. 8.
Saldo lalu
bulan
Akumulasi dana
Rokok yang terkumpul 18 batang 17 batang 20 batang 20 batang 24 batang 28 batang
Dalam bentuk uang Rp 7.200,Rp 6.800,Rp 8.000,Rp 8.000,Rp 9.600,Rp 11.200,-
19 batang 23 batang 169 batang
Rp 7.600,Rp 9.200,Rp 67.600,Rp 50.200
Penerima bantuan Dimas Satria Utama (13 thn) Bantuan berupa : Buku tulis 1 lsn dan alat tulis: pensil,pulpen, penghapus dan penggaris. (Jumlah dana yang dikeluarkan :Rp. 47.000)
Rp 117.800,- Saldo Rp 70.800,-
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 19
d) Pada bulan keempat, yaitu bulan Mei 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 2 (dua) orang lagi , yaitu bapak Muchsin dan
Suwarno. Jumlah perokok yang
melaksanakan program ini menjadi 10 (sepuluh) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada minggu pertama bulan Mei 2013 adalah :
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Puratin Puryono Sarbiri Nurcholis Giyanto Aziz Asrorudin,SpdI 7. Harto Utomo 8. Miskidi 9. Muchsin 10. Suwarno Jumlah Saldo bulan lalu Akumulasi dana
Rokok yang terkumpul 4 batang 3 batang 5 batang 4 batang 6 batang 6 batang 7 batang 6 batang 7 batang 7 batang 55 batang
Dalam bentuk uang Rp 1.600,Rp 1.200,Rp 2.000,Rp 1.600,Rp 2.400,Rp 2.400,-
Penerima bantuan Fahmi Idris (7 thn)
Rp 2.800,Rp 2.400,Rp 2.800,Rp 2.800,Rp 22.000,Rp 70.800 Rp. 92.800,-
Hasil dari perkembangan program “Perokok Peduli Keluarga Miskin” dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Grafik 1. Jumlah batang rokok yang terkumpul
200 150 100
Rokok yang terkumpul
50 0 Feb
Maret
April
Mei (Mg.I)
Sumber : Data pedukuhan Ngrajun, desa Banjarharjo Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 20
Dari grafik di atas dapat dilihat jumlah batang rokok yang dikumpulkan atau ditabung oleh perokok menunjukkan kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pelaksana program ini. Grafik 2. Jumlah dana yang terkumpul
70000 60000 50000 40000 Dana yang terkumpul
30000 20000 10000 0 Feb
Maret
April
Mei (Mg.I)
Sumber : Data Pedukuhan Ngrajun, desa Banjarharjo Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah dana yang terkumpul menunjukkan kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pelaksana program. Grafik 3. Data PHBS untuk perilaku tidak merokok di dalam rumah tahun 2010 - 2012
Sumber : Data PHBS Puskesmas Kalibawang, tahun 2010-2012 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga yang tidak merokok di dalam rumah meningkat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 21
Grafik 4. Data Batuk bukan pneumonia dari pasien dari pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo, kec. Kalibawang tahun 2010-1012
Batuk bukan pneumonia 40 35 30 25 20 15 10 5 0
34
20 16
2010
2011
Batuk bukan pneumonia
2012
Sumber : Data Hasil Rekap MTBS Puskemas Kalibawang, tahun 2010-2012 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penyakit batuk bukan pneumonia dari pasien yang berasal dari pedukuhan Ngrajun terjadi penurunan jumlah kasus dari 20 kasus menjadi 16 kasus.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 22
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah dilakukan program inovatif
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan
Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang terjadi perubahan pada beberapa hal, antara lain : 1. Ditetapkannya Surat Keputusan Kepala Desa Banjarharjo Nomor : 46 Tahun 2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Penunjukkan pedukuhan Ngrajun sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok di desa Banjarharjo. 2. Terbentuknya Tim Pembina Kawasan Tanpa Asap Rokok di tingkat desa Banjarharjo tahun 2011 sesuai
dengan SK Kepala Desa Banjarharjo di atas
dengan susunan : Penanggung Jawab
:
Kepala Desa
Ketua
:
Kaur. Kesra
Anggota
:
a. Penyuluh Kesehatan di Puskesmas b.Penyuluh KB c. PKK d. Kader kesehatan e. Kepala Dusun
Tugas tim tersebut adalah : 1) Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan warga masyarakat. 2) Memonitor dan mengevaluasi kawasan tanpa asap rokok. 3) Melaporkan kepada Kepala desa tentang hasil monitoring tersebut di atas.
3. Penurunan jumlah penyakit batuk bukan pneumonia pada balita di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dari 20 kasus pada tahun 2010 menjadi 16 kasus pada tahun 2012.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 23
4. Peningkatan persentase untuk indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yang ke-10, yaitu tidak merokok di dalam rumah dari 50% pada tahun 2010 menjadi 70% pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 98,68% pada tahun 2012. 5. Penurunan persentase rumah tangga yang merokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dari 50 % pada tahun 2010 menjadi 30% pada tahun 2011,dan menurun lagi menjadi 1,32% pada tahun 2012. 6. Masyarakat pedukuhan Ngrajun khususnya para perokok menjadi lebih peduli kepada keluarga miskin yang ada di wilayah pedukuhannya, sehingga mengurangi beban keluarga miskin tersebut. 7. Tersedianya dana sosial/dana sehat dari hasil pengumpulan bumbung rokok yang dapat digunakan bagi keluarga miskin di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo.
B. SARAN 1. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program di kecamatan Kalibawang, khususnya di desa Banjarharjo. 2. Pembinaan di pedukuhan Ngrajun terus dilakukan oleh lintas program dan lintas sektor. 3. Pemantauan
dan
evaluasi
terhadap
program
Kawasan
Tanpa
Asap
Rokok/Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo terus dilakukan demi kesinambungan jalannya program tersebut di masyarakat. 4. Program perokok peduli keluarga miskin di pedukuhan Ngrajun ini dapat terus dijalankan dan dikembangkan, sehingga dapat membantu mengatasi masalah keluarga miskin yang ada di pedukuhan tersebut. 5. Program perokok peduli keluarga miskin ini diharapkan dapat
menurunkan
jumlah perokok aktif di pedukuhan Ngrajun.
Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo
Page 24