ANALISIS FAKTOR PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST PADA PROFESI PENJAHIT Harrun Aprianto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424 Email:
[email protected] Aktivitas yang berulang-ulang dapat mengakibatkan resiko cedera terjadinya cummulative trauma disorders. Dapat dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatannya akan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab trauma yang terjadi pada profesi tukang jahit, yaitu dengan menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan. Setelah itu diolah dengan Metode Exposure Checklist. Sehingga dalam penelitian ini dapat memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja untuk para penjahit. Seperti posisi kerja yang dirubah dan penambahan alat-alat kerja serta pemberian waktu istirahat sesekali pendek agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi atau diminimalisir sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir. 1. PENDAHULUAN Kegiatan aktivitas Pekerjaan yang berulang-ulang mendapat perhatian besar dalam usaha peningkatan kualitas kehidupan kerja. Karena sering menimbulkan kecelakaan kerja. Dilihat dari sudut pandang ergonomi, terutama aspek biomekanika, aktivitas pekerjaan yang berulang dan berlangsung dapat mengakibatkan resiko terjadinya Cumulative Trauma Disorders ( CTDs ). Permasalahan yang sering terjadi ialah para pekerja penjahit setiap hari selalu melakukan pekerjaan yang mana aktivitas pekerjaannya dilakukan adalah sama dan berulang dari hari-kehari, sehingga dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatan mereka akan terganggu. Aktivitas yang dilakukan para pekerja sebelum menjalankan proses produksi pada bagian penjahitan adalah mempersiapkan alat kerja atau meng set-up mesin, pada bagian penjahitan yang para pekerjanya melakukan posisi duduk kurang ergonomis sehingga menimbulkan resiko Cumulative Trauma Disorders (CTDs). Dari hal diatas, dikhawatirkan akan mengakibatkan para pekerja akan mengalami cidera atau resiko terjadinya Cumulative Trauma Disorders (CTDs) atau tingkat kecelakaan kerja yang akan merugikan para pekerja. Dilihat dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh operator atau pekerja yang berulang-ulang, penggunaan tenaga yang kuat yang dilakukan oleh tangan, posisi kerja yang canggung (termasuk posisi kerja yang membungkuk), getaran yang berlebihan dari alat kerja yang digunakan, dan kontak fisik yang dilanjutkan dengan permukaan-
permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan (khususnya terjadi resiko ke CTDs). Berdasarkan uraian diatas, yaitu aktivitas pekerjaan operator yang berulang tiap hari sama dan posisi kerja yang dirasa kurang ergonomis, untuk itu maka perlu dilakukan analisa, identifikasi faktor penyebab CTDs.
11. TINJAUAN PUSTAKA Data timbal balik dari tinjauan yang digunakan oleh praktisi-praktisi dan ahli-ahli membentuk dasar untuk mengidentifikasi isu-isu spesifik dimana diperlukan perbaikan. Masing-masing isu adalah ditinjau selama satu rangkaian pertemuan pengembangan empat anggota kelompok. empat anggota kelompok tersebut bertanggung jawab atas pengembangan yang asli dari Quick exposure checklist (QEC) (Li dan Gesper. 1999). Masing-masing anggota bertugas berkonsultasi dengan literatur ilmiah yang relevan, meneliti topik-topik spesifik dan mengusulkan kemungkinan perbaikan-perbaikan yang sesuai. Kemudian menpertimbangkan pertemuan kelompok yang berikutnya dan menyetujui perubahan yang disatukan ke dalam wujud QEC yang ditinjau kembali lembar perubahan referensi guide. Hal ini dipicu oleh peningkatan-peningkatan kegunaan versi yang asli dari QEC dan referensi yang sesuai. Tahap-tahap penilaian menggunakan metode QEC sebagai berikut:
Tahap 1 : Pengembangan Metode untuk merekam postur kerja Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk tujuh kelompok atau grup yaitu grup A, B, C, D, E, F dan G. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh atas dapat tercakup dalam penilaian. 1. Grup A Penilaian Untuk Postur Punggung (A1-A3) Penilaian untuk postur punggung sebaiknya dibuat ketika punggung mengalami beban yang berat. a. Punggung dianggap normal atau “Almost neutral” (Level A1) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar punggung atau membungkuk kurang dan 20°.
b. Bagian punggung dianggap sedang atau “Moderately flexed or twisted” (Level A2) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar punggung atau membungkuk lebih dari 200 tetapi kurang dari 600.
c. Punggung dianggap terlalu membungkuk atau memutar atau “Excessively flexed or twisted” (Level A3) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi/ekstensi. memutar punggung atau membungkuk lebih dan 60° atau mendekati 90°.
2. Grup B Penilaian untuk Pergerakan punggung (B1-B5) a. B1 jika posisi tubuh non statis. b. B2 jika posisi tubuh statis. c. B3 jika pergerakan punggung jarang “infrequent” ( < 3 menit ). d. B4 jika pergerakan punggung normal “frequent” (berkisar 8 menit). e. B5 jika pergerakan punggung terlalu sering “very frequent” ( > 18 menit). 3. Grup C Penilaian Untuk Postur Bahu atau Lengan ( C1-C3 ) Penilaian seharusnya dilakukan ketika bahu atau lengan mengalami beban yang berat selama bekerja, tetapi tidak terlalu mendesak apabila punggung sedang dinilai. a. C1 jika posisi bahu atau lengan di bawah ketinggian pinggang. b. C2 jika posisi bahu atau lengan disekitar dada. c. C3 jika posisi bahu atau lengan di sekitar atau diatas ketinggian bahu. 1. Grup D Penilaian untuk Pergerakan Bahu atau Lengan ( D1-D3) Pergerakan dari bahu atau lengan dianggap sebagai : a. Jarang atau “infrequent” apabila tidak ada pola pergerakan yang rutin. b. Sering atau “frequent” apabila terdapat pola gerakan yang rutin dengan beberapa istirahat pendek. c. Sangat sering atau “very frequent” apabila terdapat pola gerakan kontinyu selama bekerja. 2. Grup E Penilaian untuk Postur Tangan atau Pergelangan Tangan (E1-E2 ) Hal ini dinilai selama melakukan pekerjaan dengan posisi tangan yang buruk termasuk gerakan fleksi atau ekstensi , deviasi lunar atau radial dan perputaran dari perelangan tangan melalui lengan bawah. Pergelangan tangan dianggap selalu lurus atau “Almost straight” (Level E1) apabila gerakannya terbatas kurang dari 15° dari postur normalnya. 3. Grup F Penilaian Untuk Pergerakan Tangan atau Pergelangan Tangan ( F1-F3 )
Merupakan pergerakan dari tangan atau pergerakan jari. Setiap gerakan dihitung setiap waktu pada pola yang sama dan diulang pada satu periode misalnya satu menit. a. F1 jika pergerakan tangan < 10 kali tiap menit. b. F2 jika pergerakan tangan antara 11-20 kali tiap menit. c. F3 jika prgerakan tangan > 20 kali tiap menit. 4. Grup G penilaian Untuk Postur Leher ( G1-G3 ) a. G1 jika posisi leher tidak menunduk. b. G2 jika posisi leher terkadang menunduk. c. G3 jika posisi leher sering menunduk. 5. Perhitungan dari skor penilaian Skor dari total penilaian dapat diperoleh dengan kombinasi penilaian dari pengamat “Observer” ( A-G ) dan pekerja “Worker” ( a-e ). Pastikan bahwa kombinasi skor telah ditentukan sebelum menjumlahkannya. Setelah mempelajari hal di atas, maka sebelum menuju ke tahap penentuan skor, Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data agar dapat ditentukan skornya adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum, dengan nama kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner atau daftar pertanyaan dengan interview quide. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan, dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi (menulis isian) daftar pertanyaan tersebut. Pertanyaan - pertanyaan tersebut dibuat dan disusun sesuai dengan aturan yang ada dalam metode Quick Expusure Cheklist ( QEC ). Pertanyaan tersebut dibagi ke dalam dua bagian, yaitu observer’s assessment ( lembar pengamat / peneliti ) dan worker’s assessment ( lembar pekerja ) Pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut : Tahap 2 : Pengembangan Sistem Skor Untuk Pengelompokkan Bagian Tubuh Hasil dari Grup A sampai G yang meliputi punggung, bahu, lengan, tangan, dan pergelangan tangan diamati dan ditentukan oleh skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel skor penilaian ( Exposure score ) untuk memperoleh skor total.
Tabel 2.1. Tabel penilaian skor Sumber: metode Quick Exposure Check )
Tabel 2.2. Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC )
Selanjutnya, dari hasil skor yang telah didapat dari skor penelitian Quick exposure cheklist (QEC) diatas, maka selanjutnya dapat juga dilakukan penentuan exposure score untuk tubuh yang telah diteliti. Total skor untuk area tubuh di ditentukan dari interaksi antara exposure
level untuk faktor sakit di tubuh yang relevan ( lihat tabel di bawah ini ) dan faktor – faktor lainnya. Faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Faktor risiko
Punggung
Bahu / lengan
tangan / pergelangan
leher
beban berat
beban berat
kekuatan
durasi
durasi
Durasi
durasi
postur
frekuensi pergerakan
berat tugas
frekuensi pergerakan
permintaan visual
Postur
frekuensi pergerakan
postur
Sangat penting untuk mencatat interaksi yang sangat memberikan kontribusi dengan nilai keseluruhan untuk setiap area tubuh. Nilai eksposur untuk punggung, pundak / tangan, pergelangan tangan / tangan dan leher telah dikategorikan ke dalam 4 kategori eksposur: rendah, sedang, Tinggi atau Sangat Tinggi. Exposure level nya dibagikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.4. Exposure Level
Skor
Rendah Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Punggung ( statis )
8 – 15
16 - 22
23 – 29
29 - 40
Punggung ( Pergerakan )
10 – 20
21 - 30
31 – 40
41 - 56
Bahu / Lengan
10 – 20
21 - 30
31 – 40
41 - 56
Tangan / pergelangan tangan
10 – 20
21 - 30
31 – 40
41 - 56
4–6
8 - 10
12 – 14
16 - 18
Leher
Bahkan jika skor exposure nya rendah, sangat penting untuk dicatat bahwa satu atau dua interaksi dapat berkonstribusi tidak proposional (contoh skor 8 atau lebih). Untuk skor sedang, tinggi dan sangat tinggi, mereka seperti beberapa interaksi yang harus diidentifikasi atau dikurangi / dihilangkan. Itu juga memungkinkan bahwa satu atau dua interaksi ada pada level tertinggi (contoh : 10 – 12) dari level exposure. Ini menjadi skor yang berbahaya.
111. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan yang berlokasi di jalan narogong bekasi, yaitu pada pekerja profesi penjahit dengan meneliti masalah apa yang sering terjadi pada proses penjahitan. Dengan mengidentifikasikan masalah maka didapatkan permasalahanpermasalahan yang dialami oleh seorang penjahit, untuk dilakukan proses perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi. Perbaikan dilakukan dengan metode Quick exsposure cheklist (QEC). Alasan memakai metode ini karena data yang diambil berupa dalam bentuk kuesioner dan penilaian skor dengan cara checklist, sehingga peneliti dengan mudah untuk memberikan penilaian. Data yang digunakan merupakan data primer, dan para profesi penjahit menjadi responden penelitian. Variabel penelitian yang terdiri dari sudut punggung, postur bahu, postur tangan, postur leher, berat maksimal yang diterima satu tangan, permintaan visual, mengoperasikan mesin, adanya getaran, kesulitan bekerja dan tingkat sress yang dirasakan oleh pekerja penjahit saat melakukan pekerjaan. 1V. PEMBAHASAN Hasil wawancara dari 8 orang responden yang bekerja sebagai operator yang telah diteliti dapat diketahui bahwa operator tersebut mengalami keluhan nyeri pada punggung, selain itu operator tersebut juga mengeluhkan nyeri pada leher. sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 8 karena sampelnya kecil dan keterwakilan. Macam – macam keluhan yang dirasakan oleh para pekerja akan lebih dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Keluhan Subyektif pada proses penjahitan
No
Keluhan Subyektif
Jumlah (Orang)
1
Nyeri pada tangan
4
2
Nyeri pada pergelangan tangan
6
3
Nyeri pada punggung
8
4
Nyeri pada leher
8
5
Nyeri pada bagian bahu
5
6
Nyeri pada betis
4
7
Nyeri pada pantat
6
Jumlah keluhan
41
Gambar 4.1 postur kerja proses penjahitan
Tabel 4.2 Sudut pergerakan punggung dalam proses penjahitan No.
Sudut punggung
Level
1
12°
A1
Keterangan Almost Neutral ( Hampir Netral )
Dari gambar tahap penjahitan diatas, didapatkan pengumpulan data berupa data postur punggung, postur bahu atau lengan, postur tangan atau pergelangan dan postur leher. Data postur tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Postur punggung dalam proses penjahitan
No
Postur Punggung ( A )
Ya
Tidak
√
1
Hampir Netral
2
Agak tertekuk/miring
√
3
Terlalu menekuk/miring
√
4
hampir selalu dalam posisi statis ( B2 )
√
Tabel 4.4 Postur bahu/lengan dalam proses penjahitan No
Postur Bahu / Lengan ( C )
1
Tepat atau dibawah pinggang
2
Di sekitar dada
3
Tepat atau diatas bahu
4
Pergerakan bahu sering ( D2 )
Ya
Tidak √
√ √ √
Tabel 4.5 Postur tangan/pergelangan tangan dalam proses penjahitan No.
Postur Tangan / Pergelangan ( E )
1
Hampir Lurus
2
Menekuk/bengkok
3
Pola gerak yang sama dan berulang 11 – 20 kali per menit ( F2 )
Ya
Tidak
√ √ √
Tabel 4.6 Postur leher dalam proses penjahitan No
Postur Leher ( G )
Ya
Tidak
1
Normal
√
2
Leher hampir tertekuk
√
3
Leher sering tertekuk
√
Dari hasil kuesioner QEC untuk lembar pekerja, maka di dapatkan pengumpulan data sebagai berikut ini : Tabel 4.7 Berat ditangani pekerja dalam proses penjahitan No.
Berat maks. ditangani ( H )
Ya
Tidak
1
Ringan ( ≤ 5 Kg)
√
2
Sedang ( 6 Kg - 10 Kg )
√
3
Berat ( 11 Kg - 20 Kg )
√
4
Sangat berat (> 20 Kg)
√
Tabel 4.8Waktu kerja per hari dalam proses penjahitan No.
Waktu kerja per hari ( J )
Ya
Tidak
1
Kurang dari 2 jam
√
2
2 - 4 jam
√
3
Lebih dari 4 jam
√
Tabel 4.9 Berat diterima satu tangan dalam proses penjahitan No.
Berat satu tangan ( K )
Ya
Tidak
√
1
Rendah (< 1 Kg)
2
Sedang ( 1 -4 Kg)
√
3
Tinggi ( > 4 Kg)
√
Tabel 4.10 Permintaan visual dalam proses penjahitan No.
Permintaan visual ( L )
1
Rendah
2
Tinggi
Ya
Tidak √
√
Tabel 4.11 Mengoperasikan mesin dalam proses penjahitan No.
Kendarai kendaraan ( M )
Ya
Tidak
√
1
Tidak pernah
2
Kadang - kadang
√
3
Sering
√
Tabel 4.12. Getaran dalam proses penjahitan No.
Adanya getaran ( N )
Ya
Tidak
1
0 - < 1 jam per hari
√
2
1 - 4 jam per hari
√
3
> 4 jam per hari
√
Tabel 4.13. Kesulitan dalam proses penjahitan No.
Kesulitan bekerja ( P )
Ya
Tidak
√
1
Tidak pernah
2
Kadang - kadang
√
3
Sering
√
Tabel 4.14 Tingkat stress dalam proses penjahitan No.
Tingkat stress ( Q )
Ya
Tidak
1
Tidak sama sekali
√
2
Rendah
√
3
Menengah
√
4
Tinggi
√
Rekapitulasi Skor QEC ( Quick Exposure Cheklist ) Dari hasil penilaian dan perhitungan skor pada pekerja 1 diatas, dapat mewakili perhitungan pekerja lainnya. Maka didapatkan rekapitulasinya sebagai berikut: Dari 8 orang pekerja atau operator yang melakukan proses penjahitan, rekapitulasi skor dari kedelapan pekerja tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.21 Rekapitulasi skor pekerja pada proses penjahitan
Pekerja Skor 1
2
3
4
5
6
7
8
Punggung
22
22
22
22
22
22
22
22
Bahu/lengan
30
34
30
34
34
30
34
34
Pergelangan/tangan
26
26
26
26
26
26
26
26
Leher
18
16
18
18
16
18
18
16
Mengemudi
1
1
1
1
1
1
1
1
Getaran
9
9
9
9
9
9
9
9
Kecepatan Kerja
1
4
9
4
9
1
1
1
Stress
16
9
4
16
16
9
16
16
123
121
119
130
133
116
127
125
Total
Hasil skor dari 4 orang pekerja pada proses penjahitan kain yaitu 127, 125, 130 dan 133. Skor tersebut berada pada Action level 4. Total skor lebih dari 123, menunjukkan postur tersebut berbahaya dan harus dilakukan investigasi lebih
lanjut dan dilakukan penanganan secepatnya. Sedangkan hasil skor 4 orang pekerja lainnya yaitu 123, 121, 119 dan 116, skor tersebut berada pada Action level 3. Total skor lebih dari 82 dan kurang dari 123, menunjukkan postur tersebut berbahaya dan harus dilakukan investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan dalam waktu dekat. V. ANALISIS Berdasarkan pengamatan dan hasil kuisioner, didapat bahwa 8 orang pekerja atau operator yang diamati pada proses ini, postur kerja yang dilakukan sama. Dari aktivitas yang diamati, maka didapatkan resiko CTDs ( Cummulative trauma disorders ) pada proses ini adalah sebagai berikut.
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
pekerja 1 pekerja 2 pekerja 3 pekerja 4 pekerja 5 pekerja 6 pekerja 7 pekerja 8
Gambar 5.1. Grafik Resiko CTDs pada proses penjahitan kain Keterangan :
1 =
Rendah
3 =
Tinggi
2 =
Sedang
4 =
Sangat tinggi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil perhitungan skor Quick Exposure Cheklist ( QEC ) dapat diketahui bahwa pada postur punggung, bahu / lengan, pergelangan / tangan dan leher hampir semua proses mengalami resiko terjadinya CTDs. Semua itu dapat dilihat dari hasil exposure level dan action level dari proses-proses tersebut. 2. Metode perbaikan yang diberikan dalam penelitian ini yaitu, memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja untuk para penjahit. seperti posisi kerja yang dirubah dan penambahan alat-alat kerja serta pemberian waktu istirahat sesekali pendek
agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi atau diminimalisir sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir.
Saran 1. Sebaiknya pada proses penjahitan, diberikan tempat duduk ( kecil ) dengan busa dan diberikan sandaran untuk mengurangi sakit / keluhan pada bagian pantat, punggung. 2. Sebaiknya pada proses penjahitan, diberikan waktu istirahat sesekali pendek agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi. 3. Pada proses penjahitan, sebaiknya meja kerja dan bangku kerja disesuaikan dengan postur tubuh para pekerja dalam posisi duduk agar nyeri pada punggung dan leher dapat dikurangi. 4. Penambahan fentilasi udara dan ditambahkan alat bantu berupa kipas angin, agar temperature di ruang penjahitan normal atau stabil. DAFTAR PUSTAKA Nurmianto, Eko. Ergonomi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. 1996. Bridger, R.S. Introduction to The Ergonomic. New York: McGraw-Hill Edition, 1994.
Surabaya,
International
Niebel, B.W and Freivald, A. 2003. Methods Standards & Work Design, 11th International Edition, 2003.
edition,
Kroemer K.H.E “Cumulative Trauma Disorders: Their recognition and ergonomics measure to avoid them”. 1989. Elsevier Science. Applied Ergonomics. Diambil dari : http://www.elsevier.com/locate/apergo Li,G. and buckle, E. 1999. Further Development of The Usability and Validity of The Quick Exposure Check (QEC). Diambil dari : http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr211