PRD
Permasalahan Sampah di Kota Bandung Oleh : Dinda Ayu Rahmi Jessica Handayani Pipin Kurniawati Rahayu Tri Furwani
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu berlangsung. Sampai saat ini permasalahan sampah belum tertangani dengan baik terutama di perkotaan. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu sampai ke hilir agar dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, serta aman bagi lingkungan. Peningkatan produksi sampah telah menimbulkan masalah pada lingkungan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk perkotaan. Sementara itu lahan tempat
pembuangan akhir
(TPA) sampah juga makin terbatas. Kondisi ini makin memburuk manakala pengelolaan sampah di masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan serta tidak terkoordinasi dengan baik.
Sudradjat (2008) menyatakan bahwa permasalahan
sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengena pada berbagai sisi
kehidupan terutama di kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung,
Palembang, dan Medan. Permasalahan pengelolaan persampahan perkotaan saat ini merupakan akibat dari berbagai perubahan yang cepat dalam hal tatanan kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 225 juta orang, setiap harinya menghasilkan sampah hingga mencapai 11,330 ton. Jika diambil rata-ratanya maka setiap orang menghasilkan sampah sebesar kurang lebih 0.050 kg setiap harinya. Dengan jumlah tersebut maka dapat dihitung jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia dalam satu tahun mencapai 4.078.800 ton.
1
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung Permasalahan yang sama juga terjadi di kota Bandung. Kota Bandung yang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat, terdiri dari 30 kecamatan dengan luas 167,44 km² , jumlah populasi penduduk sebanyak 2.536.649 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 14.710 jiwa/km² juga mengalami masalah sampah yang terjadi hampir di setiap sudut daerah. Penambahan sampah yang cepat tidak dibarengi dengan penambahan jumlah TPA yang memadai. Di kota Bandung, sampah ditampung di TPA Sarimukti yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Cipatat. TPA Sarimukti menampung 1200 ton sampah setiap harinya, dan kota Bandung sendiri menyumbang 700 ton sampah per hari, sisanya dari Cimahi dan Bandung Barat. Berdasarkan hal tersebut, dalam laporan ini penulis mengkaji permasalahan sampah di yang terjadi di kota Bandung serta berusaha memberikan solusi berbasis masyarakat.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang penulis bahas adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang berlaku/dilaksanakan di kota Bandung? 2. Bagaimana kinerja pengelolaan lingkungan terkait dengan pengelolaan sampah di kota Bandung? 3. Bagaimana solusi yang tepat terkait pengelolaan sampah di kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan : 1. Mempelajari sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat 2. Mengetahui dan mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah, yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pengelolaan sampah di Kota Bandung 3. Merumuskan suatu strategi, solusi, ataupun program yang dapat digunakan Pemerintah Kota Bandung dalam pengelolaan sampah.
2
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
BAB II PENGUMPULAN DATA
A. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam laporan ini meliputi: 1. Observasi Dikarenakan keterbatasan waktu maka metode observasi yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah non-participant observation, yaitu observasi dimana peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Dalam metode observasi ini penulis menggunakan kamera sebagai alat dokumentasi. 2. Dokumen (Browsing Selain observasi, penulis juga menggunakan metode browsing untuk mencari data-data yang diperlukan serta untuk mendukung kelengkapan data seperti data produksi sampah per hari, data TPA, dll.
B. Identifikasi Kriteria Perancangan Perancanga dimulai dengan penetapan masalah, lalu penentuan objek/lokasi pengumpulan data, setelah itu identifikasi alat-alat yang diperlukan selama pengumpulan data, selanjutnya pengeksekusian (observasi), melengkapi data dengan metode browsing, dan diakhiri dengan pembuatan laporan.
C. Identifikasi Kendala Kendala yang dihadapi saat pengambilan data adalah: 1. Keterbatasan waktu 2. Lokasi TPA yang sulit untuk dijangkau secara langsung
3
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
BAB III ANALISA A. Sampah dan Jenisnya Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, sehingga dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Secara umum berdasarkan sifatnya, jenis sampah dapat dibagi 2 (dua) yaitu organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan,
sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat
terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sampah jenis ini juga dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sebaliknya sampah anorganik, seperti kertas, plastik, kaleng, dll tidak dapat terdegradasi secara alami. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Pada umumnya, sebagian
besar sampah yang
dihasilkan di Bandung merupakan sampah organik, yaitu mencakup 60-75% dari total volume sampah.
B. Sampah di Kota Bandung Wilayah
Luas (ha)
Jumlah
Timbunan 3
Kapasitas Pelayanan
Penduduk
Sampah (m /hari)
Pemda (%)
Kota Bandung
16.730
2.141.837
8.418
65
Kab. Bandung
311.475,19
4.146.997
8.210
43
Kota Cimahi
4.036,73
442.167
1.208
45
Kab. Sumedang
12.497,7
322.947
810
26
Total
344.739,62
7.053.948
18.646
53
Produksi Sampah Metropolitan Bandung Sumber: file.UPI.edu
4
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah juga tidak bisa lepas dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Data menunjukan
bahwa kota Bandung setiap harinya menghasilkan sampah
sebanyak 8.418 m3 setiap harinya dan hanya bisa terlayani sekitar 65% dan sisa tidak dapat diolah.
C. Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Pengelolaan sampah kota Bandung dikelola oleh kelembangaan PD Kebersihan kota Bandung yang secara struktur keorganisasian merupakan salah satu unit pelaksana dibawah pemerintahan kota Bandung. PD Kebersihan dipimpin oleh satu orang Direktur yang membawahi dua Direktur yaitu Direktur Umum dan Direktur Teknik dan Operasional. Sementara itu, sampah yang dihasilkan kota Bandung merupakan sampah yang berasal dari beberapa sektor yaitu: (1) pemukiman, (2) Daerah komersil, (3) Industri, (4) perkantoran dan lainnya (5) Sapuan jalan. Pengelolaan sampah kota Bandung masih menggunakan pengolahan yang sederhana yaitu pengumpulan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pemilahan dilaksanakan tidak pada tingkat rumah tanggal akan tetapi pada tempat pembuangan sementara dan itupun bukan oleh petugas kebersihan akan tetapi dilakukan oleh pemulung sehingga tidak optimal. Pengolahan lebih lanjut dilakukan pada di tempat pembuangan akhir dengan pengolahan pembakaran dengan insinerator, pengkomposan dan daur ulang. Sampai saat ini pemerintah daerah kota Bandung masih terus berinovasi mencari solusi menangani permasalahan sampah. Permasalahan ini menjadi krusial karena ada kemungkinan Bandung menjadi “kota sampah”. Permasalahan yang dapat menyebabkan Bandung kota sampah antara lain: 1. Kesadaran masyarakat Bandung yang masih rendah sehingga, dengan tingkat kesadaran tersebut memberikan dampak yang indikatornya adalah produksi sampah kota Bandung terus meningkat dari 7500 m3/hari menjadi 8418 m3/hari. 2. Kemampuan pelayanan PD kebersihan kota Bandung yang terbatas. Kemampuan pelayanan penangganan sampah sampai saat ini oleh PD kebersihan masih belum optimal, hal tersebut terbukti lembaga ini hanya dapat melayani pengelolaan sampah hanya sekitar 65%. 5
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung 3. Sampah organik merupakan komposisi terbesar dari sampah kota Bandung. Permasalahan yang terjadi sampah yang dibuang masyarakat tidak memisahkan antara sampah organik dan non organik. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sampah menjadi lebih sulit dan tidak efesien. 4. Lahan TPA yang terbatas. Luas daerah kota Bandung 16730 ha, hal tersebut menyebabkan tempat penampung sampah akhir yang berada di kota Bandung sangat terbatas. Hal tersebut mengakibatkan lokasi penampung harus ekspansi melalui kerja sama dengan pemerintahan daerah tetangganya. Permasalahan koordinasi merupakan permasalahan utama, apalagi kalau ada konflik dimasyarakat. 5. Penegakan hukum (law inforcement) tidak konsisten. Pemerintah kota Bandung dan DPRD kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang No 11 tahun 2005: perubahan UU No 03 tahun 2005 Tentang penyelenggaraan ketertiban, kebersihan dan keindahan. Pada undang-undang tersebut diatur mengenai pengelolaan sampah dan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melanggarnya. Akan tetapi undang-undang tersebut tidak dilaksanakan tidak konsisten.
D. Prakiraan Solusi Permasalahan sampah yang ada di Kota Bandung untuk saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan yang ada disebabkan oleh banyak faktor, baik itu dari faktor sistem pengelolaan yang digunakan maupun faktor masyarakat sebagai penghasil sampah yang tersebar. Permasalahan tersebut terlihat dari kondisi sampah baik di TPS maupun di TPA yang tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan sampah terpadu terjadi di Amerika Serikat dengan melalui sosialisasi dan tindakan konkrit yaitu menempatkan unit-unit mobil pengumpul sampah yang dilengkapi dengat alat pemroses. Selain itu, Pemerintah Amerika Serikat menerapkan sistem insentif baik pada pihak yang menyerahkan sampah maupun pada pengelola sampah. Pengelolaan sampah di Rusia juga telah berhasil memanfaatkan 95% sampah dan menjadi bahan yang bermanfaat melalui kombinasi teknologi mekanis, kimia, dan radioisotop. Di Singapura, pengelolaan sampah dilakukan melalui alat pembakaran atau insenerator, hasil pengolahan sampah ini mampu menghasilkan energi dan bahan padatan yang mampu dimanfaatkan kembali. Pada dasarnya pengelolaan sampah tersebut merupakan suatu peluang usaha, jika dapat memanfaatkan sampah tersebut lebih baik lagi. Untuk itu perlu diubah pola pikir atau
6
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung paradigma masyarakat yang masih memaknai bahwa sampah adalah sebuah sampah yang harus diperlakukan sebagai sampah. Jika sampah di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Cimahi (Bandung Raya) bisa dikelola menjadi kompos, mempunyai potensi ekonomis setidaknya Rp. 450 juta/hari. Angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah sampah di Bandung Raya yang berjumlah 15.000 m3, dengan diasumsikan separuhnya merupakan sampah organik (bahan pembuat kompos). Bahkan jika semua sampah tersebut bisa dikelola secara efektif, nilai ekonomisnya mungkin akan lebih tinggi lagi. Menurut Ketua Umum APPKMI (Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia) Jabar, bahwa dengan 8.148 m3 sampah per hari jika diolah menjadi kompos, paling tidak menghasilkan 30% kompos atau setara dengan 2.250.000 kg. Jika dijual dengan harga (Asosiasi Kelompok Usaha UPPKS), lembaga yang memprakarsai penampungan kompos dari sampah perkotaan, yang bersedia membeli Rp 200,00/kg berarti akan didapat Rp 450 juta per hari. Dan seandainya langsung dijual ke pasar umum nilainya bisa lebih tinggi lagi, harga pasarannya saat ini Rp 500,00 - Rp 600,00/kg. Sementara itu, inovasi pemanfaatan sampah organik menjadi kompos, juga muncul dari Dinas Tanaman Pangan Jabar. Namun inovasi tersebut, sejauh ini belum dapat termanfaatkan. Kepala Dinas Tanaman Pangan Jabar, Entang Ruchiyat, menyatakan sejumlah hasil litbang memang sudah ada, namun sejauh ini relatif masih "sepi" peminat. Padahal, tadinya sempat diharapkan ada minat dari pemerintah atau pengelola sampah, untuk memanfaatkan teknologi tersebut. Selain sampah organik, sampah anorganik pun mempunyai potensi yang baik juga. Pemamfaatan sampah anorganik dapat digunakan untuk menjadi bahan mentah produk kerajinan atau produk-produk yang bahan dari proses daur ulang. Dibawah ini daftar nilai harga jual barang sampah anorganik yang merupakan potensi ekonomi bagi masyarakat. Sampah kota Bandung 60-75% merupakan bahan organik. Berdasarkan karakteristik dari sampah kota Bandung tersebut, produk ini mempunyai potensi ekonomis tidak hanya untuk dijadikan kompos, akan tetapi berpotensi untuk menjadi alteratif sumber energi. Energi yang dapat dibuat dengan bahan baku sampah organik adalah energi biogas. Biogas in merupakan energi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat atau juga dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Dampak penggunaan biogas dari TPA untuk pembangkit listrik relatif tidak mempunyai dampak sampingan dibandingkan dengan menggunakan bahan sampah secara langsung yang diperkirakan bisa menghasilkan dioxin.
7
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
BAB IV KESIMPULAN Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap aktifitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan peningkatan konsumsi manusia. Berdasarkan hal tersebut maka penanganan permasalahan sampah ini dapat dimulai dengan pengelolaan gaya hidup masyarakat itu sendiri. Peningkatan jumlah penduduk di suatu kota khususnya kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan volume sampah di kota tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh, menunjukan bahwa kota Bandung setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 8.418 m3 dan hanya bisa ditangani hanya sekitar 65% dan sisa tidak dapat diolah. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab belum terselesaikannya permasalahan mengenai sampah khususnya di kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia yaitu diantaranya karena kurangnya kesadaran masyarakat yang secara terus menerus mengkonsumsi barang atau material yang menghasilkan sampah serta membuangnya pada sembarang. Penanganan dari pemerintah pada suatu daerah khususnya di kota Bandung yang terbatas juga menjadi faktor penyebab belum terselesaikannya permasalah sampah ini.
Penanganan yang bertahap dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan sampah ini akan mampu menghasilkan solusi terbaik untuk menanangani permasalahan ini, penanganan dalam hal ini dapat berupa menentukan alternatif- alternatif dalam pengolaan sampah tanpa menimbulkan dampak lebih lanjut dari penanganan ini misalnya yaitu seperti yang dilakukan pemerintah di Amerika Serikat, atau bahkan di Zabbaleen, Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul serta mempekerjakan 40,000 orang. Tanggung jawab dari produsen yang menghasilkan barang yang tentunya dapat menimbulkan saapah juga akan membantu mengurangi volume sampah yang semakin meningkat. Produsen sebaiknya bijak dalam penggunaan sumber daya yang ada. Produksi barang yang tidak banyak menghasilkan sampah tentunya akan sangat membantu dalam hal ini. Sampah yang merupakan bahan berbahaya dan beracun B3 sebaiknya di daur ulang kembali atau dikembalikan ke perusahaan yang memproduksinya untuk dapat didaur ulang seperti bahan-bahan kimia, termasuk obat-obatan, jarum suntik yang dihasilkan dari fasilitas-fasilitas kesehatan.
8
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Tim Petungsewu Widllife Education Center (P-WEC). Hindari Budaya Nyampah, http://www.p-wec.org/id/go-green/hindari-budaya-nyampah, (diakses 6 Oktober 2013)
Syahid Deradjat dan Moch. Chaeru, 2010. Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah di Wilayah Bandung Utara, http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/air_waste/wpcontent/uploads/2010/10/Paper-Indonesia-15305086-Syadera.pdf, (diakses 6 Oktober 2013)
http://digilib.unila.ac.id/77/1/Revmon_BAB__I.pdf
Mita, 2013. Sampah Bandung, Kemana Perginya?, http://green.kompasiana.com/
polusi/2013/09/09/sampah-bandung-kemana-perginya-590124.html, (diakses 6 Oktober 2013)
http://maolana-rizal.blogspot.com/2013/04/ringkasan-studi-kasus-permasalahan.html (diakses 8 Oktober 2013)
9
2013
Permasalahan Sampah di Kota Bandung
LAMPIRAN
Sampah di simpang jalan Ir.H. Juanda
Tumpukan sampah di jalan Tamansari
Sampah di sudut tempat (Jl. Ganesha)
10
2013