PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI Sismanto Program Diploma Teknik Sipil FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Manyar Surabaya, Telp 031-5926456, email:
[email protected] ABSTRAK Kalimas merupakan bagian dari sistem sungai Brantas yang berada diwilayah kota Surabaya yang memiliki potensi wisata karena memiliki banyak Bangunan Cagar budaya. Berkaitan dengan hal tersebut Pemkot Surabaya sedang melakukan Revitalisasi Kalimas dengan cara menata kembali kawasan bangunan tersebut dan memanfaatkan kalimas sebagai sarana tranportasi sungai. Sebagian besar ahli mengatakan bahwa kapasitas Kalimas belum mencukupi, berdasarkan kondisi tersebut masih mungkinkah Kalimas sebagai sarana transportasi sungai?, permasalahan apa yang harus dihadapi, dan strategi apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya? Metode yang dilakukan untuk mengungkap permasalahan dan penetapan strategi adalah dengan (1) mengkaji literatur terkait dengan pengembangan cagar budaya, (2) melakukan analisa hidrolik termasuk masalah pengoperasian dan sedimentasi, (3) melakukan identifikasi kondisi bantaran, dan (4) melakukan survey tanggapan masyarakat terkait pengembangan Kalimas. Dari 9 titik kawasan cagar budaya yang akan dikembangkan semuanya membutuhkan dukungan transportasi sungai. Berdasarkan kajian ini, permasalahan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan rencana transportasi sungai Kalimas adalah (a) beberapa jembatan yang ada disepanjang Kalimas harus ditinggikan; (b) kapasitas sungai belum memadai untuk menjalankan 2 fungsi sekaligus yaitu transportasi sungai dan system drainase kali Surabaya; (c) Walaupun telah ditetapkan peruntukan bantaran Kalimas sesuai SK Gubernur nomer 93 tahun 1997 yaitu sebagai hutan kota dan jalan inspeksi, pelaksanaannya akan banyak mengalami kendala karena ada sekitar 650 bangunan yang harus diperhatikan, berdasarkan survey para penghuni bangunan sangat mendukung pembangunan dan siap dipindahkan asal mendapatkan ganti rugi yang memadai. Strategi utama yang perlu diambil untuk mewujudkan ide transportasi sungai adalah (a) Kalimas tidak lagi menjadi bagian dari sistem drainase Kali Brantas tetapi hanya sebagai bagian dari system drainase kota Surabaya, Pintu Jagir hanya berfungsi untuk memasok air untuk penggelontoran; (b) Membongkar Dam karet Gubeng dan membuat bangunan pintu pengatur di hilir jembatan Petekan; (c) Menormalisasi Kalimas pada penampang tertentu dengan penampang tegak Kata kunci : Kalimas, Sarana Tranportasi Sungai, Kapasitas sungai, Perubahan fungsi Sungai
1.
PENDAHULUAN
Sungai Kalimas adalah salah satu sistem sungai lintas yang berada diwilayah kota Surabaya yang selain berfungsi sebagai sistem drainase juga berfungsi sebagai tempat wisata, penangkapan ikan, olah raga air, pelabuhan rakyat, dan penggelontor saluran pematusan. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kota Surabaya merasa perlu melakukan Penataan & Revitalisasi Sungai Kalimas yang telah
ISBN No. 978-979-18342-0-9
dimulai dari tahun 2006. Ada beberapa rencana kegiatan yang sedang dan akan dilakukan yaitu : (a) Melakukan penertiban bangunan bangunan liar disepanjang Kalimas; (b) mengembangkan 9 titik potensial cagar budaya yaitu Jembatan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Pasar Bunga Kayon, Pemukiman Dinoyo-Darmokali, Jembatan BAT, dan Sekitar Dam Jagir ; (c) Menyediakan sistem transportasi di sungai
A-56
Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai
Kalimas untuk menunjang sarana wisata antar bangunan cagar budaya. Sungai Kalimas merupakan salah satu bagian dari sistem drainase kali Brantas yang mengalirkan air dari pintu air Mlirip yang berada di daerah Mojokerto menghubungkan Kali Surabaya dengan aliran dari Kali Brantas, yang selanjutnya mengalir menuju arah timur laut menuju kota Surabaya melalui bendung Gunungsari. Di Kota Surabaya, kali Surabaya bercabang menjadi 2 yaitu kali Wonokromo dan Kalimas dengan bangunan pengatur Bendung Jagir. Kali Wonokromo mengalir kearah timur melewati beberapa kawasan perumahan hingga bermuara di selat Madura, sedangkan Kalimas mengalir menuju arah utara melewati beberapa kawasan perdagangan hingga bermuara di selat Madura. Untuk menyelesaikan banjir di kawasan drainase ini Kalimas diharapkan memberikan kontribusi untuk menyalurkan air limpasan sebesar 20 m3/dt. Selain menyelurkan air dari system sungai Brantas, Kalimas juga diharapkan mampu mengalirkan air limpasan dari beberapa daerah pematusan yang ada di kota Surabaya sendiri sehingga diharapkan total air yang harus dialirkan ke laut sebesar 70m3/dt. Sebagai sungai yang berfungsi sebagai system drainase, Kalimas harus mampu secepatnya mengalirkan air menuju laut tetapi sebagai sarana tranportasi sungai dan wisata air maka Kalimas harus memberikan kenyamanan untuk mengantar alat transportasi ( perahu, boat, dan alat wisata lain ). Dengan kata lain bahwa sebagai system drainase aliran Kalimas harus deras tetapi sebagai sarana tranportasi aliran Kalimas harus lambat. Berdasarkan kondisi tersebut maka masih mungkinkah Kalimas digunakan sebagai sarana tranportasi? Kendala kendala apa yang harus diharus dihadapi dan bagaimana strategi yang harus dijalankan agar keinginkan tersebut dapat dicapai.
2.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan teknis atas keraguan berbagai pihak terkait dengan rencana penyediaan sarana transportasi sungai di Kalimas.
ISBN No. 978-979-18342-0-9
3. METODOLOGI Untuk mengungkap permasalahan dan strategi dibutuhkan informasi tentang : (a) rencana pengembangan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya, (b) kondisi instream sungai termasuk penampang dan hidrolis sungai pada saat banjir dan kering, (c) kondisi Bantaran sungai termasuk keinginan penghuni yang ada disana. Pengungkapan rencana pengembangan cagar budaya dilakukan dengan cara mempelajari kembali berbagai laporan laporan yang terkait dengan rencana tersebut. Untuk mengungkap tentang instream sungai dilakukan dengan uji model matematis, sedangkan untuk mengetahui kondisi bantaran dilakukan dengan cara survey indentifikasi dan penyebaran questioner. Model matematik untuk analisa hidrolik 1 dimensi umumnya dibuat dengan menggunakan persamaan St. Venant dimana persamaan tersebut hanya dapat digunakan dengan baik untuk analisa aliran pada sungai atau saluran dengan kemiringan dasar kecil. Untuk menggunakan persamaan St. Venant maka asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Aliran adalah satu dimensi, maksudnya bahwa kecepatan aliran seragam (uniform) dalam suatu tampang, dan kemiringan muka air arah transversalnya horizontal. 2. Distribusi tekanan adalah hidrostatis dimana kurva garis aliran sangat lemah dan akselerasi vertikalnya dapat diabaikan. 3. Bahwa pengaruh kekasaran dinding dan turbulensi dapat diformulasikan sebagai persamaan kekasaran seperti yang dipakai pada aliran permanen. 4. Bahwa kemiringan dasar saluran cukup kecil dan mendekati nol sehingga cosinus sudut dapat dianggap sama dengan satu 5. Bahwa kerapatan massa dari air selalu konstan. Persamaan aliran satu dimensi ini menunjukkan kondisi aliran yang dinyatakan oleh dua variabel tak bebas Y (tinggi air) dan Q (debit) untuk setiap titik di saluran. Variabel tak bebas ini menunjukkan kondisi
A-57
Sismanto
aliran sepanjang saluran untuk setiap waktu (t). Profil permukaan air dapat dihitung dari satu penampang melintang ke penampang lintang berikutnya dengan menyelesaikan persamaan energi dengan menggunakan sebuah prosedur interaktif yang disebut “Standart Step method”. Persamaan energi dapat ditulis sebagai berikut :
αV22 2g
= Y1 + Z 1 +
αV12 2g
+ he
dimana : Y1, Y2 = kedalaman air dipenampang 1 dan 2 Z1, Z2 = elevasi dasar penampang 1 dan 2 terhadap bidang referensi V1, V2 = kecepatan rata-rata penampang 1 dan 2 α1, α2 = koefisien kecepatan penampang 1 & 2 he = kehilangan energi g = percepatan grafitasi
SELAT MADURA
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Rencana pengembangan cagar budaya
SPOT 2 JEMBATAN MERAH DAN SEKITARNYA
bangunan
Pembangunan Kota Surabaya diharapkan dapat memanfaatkan seluruh sumber daya kota secara optimal. Kawasan sekitar Sungai Kalimas Surabaya adalah salah satu kawasan kota yang mengalami kondisi penurunan produktifitas sehingga perlu memacu perkembangan Surabaya sebagai kota pelabuhan dan kota dagang. Peluang yang dimanfaatkan untuk pengembangan Surabaya sebagai kota perdagangan adalah karena (a) Memiliki fasilitas perbelanjaan yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Kalimas ; (b) memiliki Pelabuhan Tanjung Perak yang terus berkembang ; (c) memiliki pelabuhan tradisional yaitu Pelabuhan kalimas yang berada di ujung utara Sungai Kalimas; (d) memiliki kawasan Pantai yang berpotensi bagi pengembangan waterfront city; (e) memiliki Sungai Kali Wonokromo dan Kali
ISBN No. 978-979-18342-0-9
KALI MAS
SPOT 1 JEMBATAN PETEKAN DAN SEKITARNYA
K ali M as
4.
Ada 9 titik spot yang akan dikembangkan yaitu Jembtan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Pasar bunga Kayoon, Permukiman Dinoyo – Darmokali, Jembatan BAT, Kawasan Jagir (gambar-1). Beberapa contoh ilustrasi pengembangan spot tersebut seperti terlihat pada Gambar 2.
J l. Demak
Y2 + Z 2 +
Surabaya yang secara geografis, ketiganya terkoneksi; (f) memiliki kawasan bersejarah yang letaknya berdekatan dengan Sungai kalimas, yaitu di kawasan Utara; (g) memiliki fungsi dan fasilitas pendidikan (tinggi) yang terus berkembangan sebagai kawasan ilmu pengetahuan.
SPOT 3 JEMBATAN JAGALAN DAN SEKITARNYA SPOT 4 PASAR PENELEH DAN SEKITARNYA SPOT 5 MONKASEL DAN SEKITARNYA SPOT 6 PASAR BUNGA KAYON DAN SEKITARNYA SPOT 7 PERMUKIMAN DI DINOYO - DARMOKALI SPOT 8 JEMBATAN BAT DAN SEKITARNYA SPOT 9 KALIMAS – KALI SURABAYA KALI WONOKROMO
KALI SURABAYA
Gambar 1. Sembilan titik spot pengembangan Kalimas
A-58
KALI WONOKROMO
Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai
Jembatan Petekan Kawasan Peneleh
Kawasan Monkasel Gambar 2. Beberapa contoh pengembangan titik Spot Kalimas
4.2. Analisa Penampang dan Debit Kalimas merupakan bagian dari sistem Sungai Brantas maka untuk melakukan kajian instream sungai terutama yang terkait dengan kondisi hidrolis perlu meninjau Sistem drainase secara keseluruhan yaitu : • Kali Brantas di Mojokerto, yang kemudian terbagi menjadi dua yang pertama saluran sudetan buatan yang disebut kali Porong dan sungai yang lebih kecil disebut Kali Surabaya (Gambar 3.); • Kali Porong mengalirkan air (debit rencana sesuai Master Plan Thn 1973 & 1985 sebesar 1500 m3/dt) dari Kali Brantas melaluli Dam Lengkong Baru, melewati wilayah kabupaten Sidoarjo dan bermuara di selat Madura;
ISBN No. 978-979-18342-0-9
•
•
•
A-59
Kali Surabaya mengalirkan air Kali Brantas (debit banjir rencana sebesar 60 m3/dt) melalui Pintu Air Mlirip di Mojokerto melewati wilayah Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan kota Surabaya. Kali Surabaya bercabang menjadi dua yaitu Kali Wonokromo dan Kali Mas. Kali Wonokromo mengalirkan air (debit banjir rencana sebesar 370 m3/dt) dari pintu air Jagir kearah Timur hingga bermuara di selat Madura; Kali Mas mengalirkan air dari pintu air (debit banjir rencana sebesar 20 m3/dt) Wonokromo kearah Utara melalui kota Surabaya dan bermuara di selat Madura tepatnya di pelabuhan Tanjung Perak;
Kabupaten Gresik
Kali Mas
Sismanto
Kota Surabaya
Kali Lamong
Dam Jagir
Kali Wonokromo
Dam Gunungsari
Kali Brantas
Kabupaten Sidoarjo
Dam Mlirip
Kabupaten Mojokerto Kali Porong
Gambar 3. Kalimas sebagai bagian dari sistem sungai Brantas
12
3
Debit Rerata (m /dt)
14 10 8 6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan Gambar 4. Debit rata rata Kalimas di stasiun bendung Gubeng Air di Kalimas selalu mengalir sepanjang tahun, hal ini dikarenakan sebagian besar debit Kalimas berasal dari Kali Surabaya. Dari data yang ada debit rata – rata bulanan yang tercatat di Dam Gubeng berkisar antara 2.939 m3/dt pada bulan September dan 11.763 m3/dt pada bulan Maret (Gambar 4).
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Simulasi hidrolis yang dilakukan pada saat air di Kalimas dalam kondisi terkecil yaitu sebesar 2,939 m3/dt diperoleh hasil bahwa tinggi muka air Kalimas bagian hilir Dam Gubeng kurang dari 0,60 m terutama dibagian hilir daerah Gentengkali.
A-60
Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai
Dalam kondisi banjir, debit banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun (The Kali Surabaya River Improvement Project, Tokyo Japan 1983) sebesar 20 m3/dt di hulu Kalimas (percabangan dengan Kali Surabaya), dibagian tengah (dihulu Rubber Dam gubeng) sebesar 50 m3/dt dan dibagian hilir (down stream Rubber Dam) sebesar 70 m3/dt. Simulasi hidrolis yang didasarkan pada perhitungan debit banjir periode ulang 25 tahun yang mengalir pada sistem dengan asumsi bahwa debit tersebut mengalir dalam waktu yang sama. Pada simulasi ini debit inflow yang digunakan adalah debit banjir rencana pada pintu Wonokromo (ujung awal Kalimas) sebesar 20m3/dt ditambah dengan debit inflow dari daerah pematusan yang masuk ke Kalimas. Debit inflow dan outflow pada sistem disajikan dalam Tabel 1. Simulasi ini dilakukan dua kali yaitu (a) bendung karet Gubeng dalam kondisi dikembungkan, dan (b) bendung karet Gubeng dalam kondisi dikempiskan. Pada simulasi awal Pintu Jagir dan pintu operasi Gunungsari dibuka penuh sedangkan pintu banjir Gunungsari dibuka setinggi 3.43 meter, Dam Gubeng mengembang penuh. Dengan debit di pintu Wonokromo 20 m3/dt dibeberapa penampang sungai Kali Mas
elevasi permukaan air lebih tinggi dari elevasi tanggul (Gambar 5). Tabel 1. Debit Inflow dan Outflow simulasi hidrolis Kalimas NO
NAMA INFLOW /OUTFLOW
STA
INFLOW (m3/s)
1
Pintu Wonokromo
8.144
20.00
2
Pompa Darmokali
8.134
13.00
3
Intake Kali Bokor
8.126
4
Pompa Dinoyo
8.126
11.50
5
Pompa Flores
8.116
1.80
OUTFLOW (m3/s)
0.13
6
Pompa kupang
8.114
1.80
7
8.112
0.25
8
Pompa Keputran Intake Saluran Jeblokan
9
Pompa Grahadi
8.09
0.50
10
Pompa Kenari
8.086
2.95
8.1
0.16
Pada simulasi ini dengan pasang surut -1.00 m diperoleh hasil bahwa elevasi permukaan air relatif sama dengan simulasi dengan pasang surut +0.00. Muka air pada penampang Kalimas tidak akan pernah melebihi elevasi tanggul jika debit di pintu Wonokromo diturunkan hingga kurang dari 8,0 m3/dt. Hal ini dapat diartikan bahwa pada saat ini Kalimas hanya mampu memberikan kontribusi penyelesaian banjir Kali Brantas hanya sebesar 8,0 m3/dt.
Gambar 5. Profil memanjang aliran Kalimas, Debit di Pintu Wonokromo 20 m3/dt.
ISBN No. 978-979-18342-0-9
A-61
Sismanto
Brantas Hilir
10
Plan: Plan 21
12/4/2005 Legend WS PF 1 Ground LOB ROB
5
Elevation (m)
0
-5
-10
-15
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Main Channel Distance (m)
Gambar 6. Profil muka air Kalimas setelah dimodifikasi Untuk mengetahui pengaruh keberadaan Dam Gubeng terhadap aliran di Kali Mas dilakukan simulasi kedua yaitu perubahan pada struktur dam Gubeng sehingga Dam Karet dalam kondisi mengempis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa di Kali Mas tidak dapat dialirkan debit lebih besar dari 43 m3/dt. dikarenakan beberapa penampang dihulu dan hilir Dam Gubeng telah mengalami sedimentasi yang cukup besar sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengalirkan debit yang lebih besar walaupun Dam karet telah dikempiskan. Kemudian dilakukan simulasi pada penampang yang telah dimodifikasi dan menurunkan elevasi mercu dam karet pada kondisi mengempis. Debit yang dapat mengalir pada simulasi ini adalah 60 m3/dt di pintu air Wonokromo, 84 m3/dt di Dam Gubeng dan 91.5 di sekitar muara Kali Mas (Gambar 4). Berdasarkan hasil simulasi simulasi yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa aliran air di Kalimas akan lebih maksimal jika Dam Gubeng selalu dalam kondisi dikempiskan terutama jika Kalimas tersebut dilakukan modifikasi. Hal penting yang perlu digaris bawahi bahwa Kalimas ini tidak akan efektif digunakan sebagai sarana
ISBN No. 978-979-18342-0-9
transportasi sungai manakala kondisi air dalam kondisi minimum.
4.3. Bangunan Disepanjang Kalimas Ada 10 Bangunan yang perlu diwaspadai sebagai penghalang terwujudnya gagasan tranportasi sungai yaitu bendung karet Gubeng dan 9 buah jembatan yang berada disepanjang Kalimas. Bangunan bangunan jembatan tersebut adalah Berdasarkan pantauan yang dilakukan terhadap 9 buah jembatan tersebut diperoleh gambaran bahwa sebagian besar jembatan tidak memiliki ruang gerak transportasi sungai (ruang antara muka air dan balok jembatan) yang cukup, terutama pada saat terjadi banjir. Berdasarkan hasil simulasi hidrolis menunjukkan bahwa dalam kondisi penampang sungai seperti saat ini dan bendung karet Gubeng dikembungkan, ruang gerak transportasi sungai hanya akan efektif jika debit yang mengalir pada pintu Wonokromo kurang dari 6,0 m3/dt bahkan untuk jembatan yang berada di hulu bendung hanya efektif jika debit di pintu Wonokromo kurang dari 5,0 m3/dt, namun jika penampang sungai dilakukan modifikasi dan bendung Gubeng dikempiskan maka ruang gerak transportasi sungai akan sangat
A-62
Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai
efektif, baik dalam kondisi air kecil maupun dalam kondisi banjir (debit pada pintu Wonokromo kurang dari 10 m3/dt ).
4.4. Potensi sedimentasi di Kalimas
sedimen yang diambil pada 2 lokasi di Kalimas. Dari analisa ini diperoleh gambaran bahwa laju sedimen terbesar (diatas 200 ppm) terjadi di daerah sekitar peneleh dan dibagian hulu jembatan Petekan.
Potensi sedimentasi di Kalimas dilakukan dengan melakukan perhitungan dengan perumusan empiris Engelund and Hansen dan Kikawa – Ashida yang didasarkan atas data debit rata rata yang tercatat pada bendung karet Gubeng dan data sampel
Hal ini dapat dimaklumi karena pada daerah sekitar Peneleh memiliki alur yang berkelok kelok dengan penampang sempit. Sedangkan dibagian hulu Jembatan Petetekan disebabkan karena aliran air terhambat oleh kembatan itu sendiri.
PETA ANGKUTAN SEDIMEN KALI MAS
PETA ANGKUTAN SEDIMEN KALI MAS
CROSS SECTION P.042 s/d P.074
CROSS SECTION P.096 s/d P.116
METODE GABUNGAN MUSIM HUJAN
METODE GABUN GAN MUS IM KERING
693000.000000
693500.000000
691000 .000 000
°
P.072 - P.074
691500 .0 00000
692000.000000
692500 .000000
P.114 - P.116
9201500.000000
692500.000000
9198000. 000000
°
692000.000000
9201500.000000
9198000. 000000
691500.000000
P.110 - P.112
P.070 - P.072
P.068 - P.070
P.066 - P.068
P.064 - P.066 P.108 - P.110
P.060 - P.062
9201000.000000
9197500.000000
9201000.000000
9197500.000000
P.062 - P.064
P.10 6 - P.108
LEGENDA : P.058 - P.060
tanggul
P.104 - P.106
permukiman P.056 - P.058
P.048 - P.050 P.054 - P.056
KRITERIA SEDIMEN
P.05 0 - P.05 2 P.052 - P.054 P.046 - P.048
9200500.000000
9200500.000000
jalan bendung
P.10 2 - P.104
9197000.000000
9197000.000000
sungai kedurus
P.10 0 - P.102
> 200 150 - 200 100 - 150
P.044 - P.04 6
< 100
P.098 - P.100
25 - 50 9200000.000000
P.042 - P.044
< 25
0
P.040 - P.042
62 .5 125
250
375
P.096 - P.098
Meters 500
P.094 - P.096
0
62.5 125
250
375
Me ters 5 00
9200000.000000
9196500.000000
9196500.000000
50 - 100
P.038 - P.040
691500.000000
692000.000000
692500.000000
693000.000000
693500.000000
691000 .000 000
691500 .0 00000
692000.000000
692500 .000000
Gambar 5. Profil laju sedimen terbesar di Kalimas
4.5. Analisa Bantaran Kalimas Analisa ini lebih difokuskan pada penggunaan bantaran Kalimas. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan ada sekitar 1964 buah bangunan yang menempati bantaran kiri dan kanan. Jika diklasifikasikan menurut Penggunaan Bangunan menunjukkan bahwa 71% digunakan sebagai tempat tinggal, 27% sebagai tempat usaha dan sisanya sebagai fasilitas umum. Jika diklasifikasikan menurut kondisi Bangunan menunjukkan bahwa 50% merupakan bangunan tidak permanent, 38% bangunan permanent dan sisanya 12% merupakan bangunan semi permanent. Sedangkan jika diklasifikasikan menurut status pemilik bangunan menunjukkan
ISBN No. 978-979-18342-0-9
bahwa sebagian besar (69%) merupakan penduduk warga Surabaya. Tabel 2 menunjukan kondisi penggunaan bantaran sedangkan Gambar 6 menunjukkan prosestase masing masing. Menurut hasil kuistioner yang disebar ke masyarakat yang berada disekitar bantaran menunjukkan opini sebagai berikut : a. Banyak yang mendukung, dengan alasan untuk kepentingan umum biar bersih dan asri, dan yang tidak setuju umumnya kawatir terhadap penggusuran permukiman. b. Pengembangan obyek wisata yang diinginkan adalah berupa taman, wisata air, perahu dayung, area bermain dan hiburan anak-anak.
A-63
Sismanto
Fungsi Bangunan
Kiri Kanan Total
Tempat Tinggal 969 421 1390
Bantaran
Permanen
Kiri Kanan Total
488 250 738
Status Pemilik
Bantaran
Kondisi Bangunan
Tabel 2. Penggunaan Bantaran Kalimas
Bantaran Kiri Kanan Total
c. obyek wisata yang diinginkan adalah berupa pemancingan ikan, perahu wisata, Jet Sky, pertunjukan musik dll. d. Harga karcis yang diinginkan berkisar Rp.1.000,- s/d Rp.. 2.000,e. Harapan masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata Kalimas adalah dilibatkan sebagai pekerja dalam obyek wisata, wira usaha (jual bunga, usaha wartel, dll), penjaga parkir. f. Tidak setuju bila lahan masyarakat Stren Kalimas dibebaskan. g. Terkait dengan pengembangan tersebut, jenis usaha baru yang ingin didirikan adalah berupa warung. h. Jenis barang yang bisa dijual kepengunjung berupa makanan dan minuman, dekorasi, bunga, dll. i. Terhadap keamanan lingkungan sekitar Kalimas dijamin cukup aman. 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa sebagaimana telah diuraikan dimuka maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang harus dihadapi jika pemerintah kota Surabaya akan mengembangkan Kalimas sebagai sarana tranportasi sungai adalah sebagai berikut :
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Fasilitas Umum 41 6 47
Tempat Usaha 307 220 527
Semi Permanen 182 64 246
Tidak Permanen 647 333 980
Warga Surabaya 911 450 1361
Warga Luar 406 197 603
Jumlah 1317 647 1964 Jumlah 1317 647 1964 Jumlah 1317 647 1964
a. Debit aliran air merupakan permasalahan utama yang perlu dicarikan jalan keluar. Pada saat musim kemarau kedalaman air masih belum mencukupi untuk dilintasi alat tranpotasi terutama pada daerah sekitar Gentengkali dan sepanjang Jl. Peneleh. Pada saat musim hujan, Kalimas belum bisa berfungsi sebagai system Drainase Brantas yang memadai sebagaimana yang diharapkan. Jika kapasaitas yang ada saat ini dimaksimalkan untuk mengalirkan air buangan maka pada saat itu muka air sudah cukup tinggi yang mendekati dasar balok jembatan jembatan yang ada sehingga sangat sulit dimanfaatkan sebagai sarana tranportasi. b. Keberadaan jembatan jembatan yang ada saat ini akan mengalami banyak kesulitan jika harus ditinggikan karena kepadatan bangunan disekitar jembatan tidak memungkinkan untuk membuat kendaraan dapat bergerak dengan nyaman. Khusus untuk jembatan Petekan tidak mungkin dapat ditinggikan karena justru akan menghilangkan nilai sejarah dari bangunan itu sendiri.
A-64
Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai
c. Bardasarkan penggunaan bantaran yang sebagian besar merupakan tempat tinggal permanent maka upaya untuk menormalisasi Kalimas akan banyak mengalami kendala sosial. d. Berdasarkan hasil survey terhadap keinginan masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan industri wisata sungai justru akan berdampak munculnya masalah baru tertang penggunaan lahan sempadan sungai. Saran dan strategi yang perlu dilakukan agar keinginan menjadikan Kalimas sebagai sarana transportasi sungai adalah sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait agar Kalimas tidak lagi dijadikan sebagai sistem drainase Brantas. Dengan kata lain bahwa pada saat terjadi banjir debit air yang masuk ke Kalimas melalui pintu air Wonokromo tidak lebih dari 5,0 m3/dt. b. Dengan debit tersebut maka penampang Kalimas tidak harus dilakukan normalisasi secara menyeluruh, hanya pada bagian tertentu yaitu disekitar jl. Peneleh dengan penempang tegak. Untuk penampang lain cukup dibutuhkan pengerukan untuk meningkatkan fungsi sungai. c. Bendung karet Gubeng yang tidak lagi sebagai sarana pengatur muka air harus dibongkar, dan sebagai fungsi untuk
ISBN No. 978-979-18342-0-9
menahan intrusi air laut maka bendung tersebut perlu dipindah di bagian hulu Jembatan Petekan.
5.
DAFTAR ACUAN
Japan International Coorporation Agency, “Final Report for The Study of Flood Control and Drainage Project”, Tokyo, July 1995 Perum Jasa Tirta, ““Laporan Kajian Kapasitas Sungai Kali Surabaya”, Malang, 2003 NMCP, “ NMCP Report for Surabaya Drainage 2004” , Surabaya, 2004 MacDonald Cambridge,UK and Tricon Jaya, PT , “ Final Report for The Surabaya Drainage Master Plan 2018, Surabaya, 2000 Resco.PT, “ Laporan Akhir SID Kali Marmoyo”, Surabaya, 2003 US Army Corp Engineering, “ HEC-RAS Hydraulic Reference”, Davis, 2003 Basins. In: IAHS, Modelling and Management of Sustainable Basin-Scale Water Resources Systems; Tharme, R.E., 1996, Review of international methodologies for the quantification of the instream flow Topping, C., 2000, Assessment of Environmental Reserve for Water Resource Planning. Hydrology Section,
A-65