(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia Sri Sayekti FIP IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] ABSTRAK Bakat yang dimiliki oleh sebagian individu masih belum terwujud,yaitu masih berupa potensi ,maka perlu dikembangkan. Berkembangnya bakat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Sekolah merupakan salah satu lingkungan yang memiliki peranan yang cukup besar untuk mengembangakan bakat khususnya bagi peserta didik. Banyak peserta didik yang memiliki bakat yang luar biasa , tetapi tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini berarti ada permasalahan dengan keberbakatan yang dialami oleh peserta didik. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah kurang atau belum adanya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Meskipun saat ini di sekolah baik negeri maupun swasta telah menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak berbakat akademik (program akselerasi ),namun masih banyak mengalami permasalahan. Untuk itu penyusunan program pendidkan di sekolah bagi peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga budaya Indonesia. Kata Kunci : Anak berbakat dan Permasalahanya PENDAHULUAN Anak berbakat akademik di Indonesia cukup banyak, diantara mereka ada yang sudah berhasil dalam mengembangkan potensinya secara optimal, tetapi masih ada juga yang potensinya belum terwujud. Diberbagai massmedia sering ditampilkan peserta didik yang telah berhasil menunjukan prestasi yang cukup menakjubkan, baik ditingkat nasional maupun tingkat internasional. Namun demikian, jika dikaji lebih lanjut ada kemungkinan jumlah peserta didik yang telah berhasil menunjukan prestasinya masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh sekolah dan juga pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan siswa berbakat, tetapi masih banyak permasalahan yang dihadapai . Tulisan
ini
bermaksud
mengkaji
tentang
:
Apakah
arti keberbakatan
dan
permasalahan-permasalahan yang dialami anak berbakat di Indonesia. PEMBAHASAN Pengertian Berbakat Kata berbakat berasal dari bahasa Inggris yaitu gifted atau talent. Dalam bahasa Indonesia istilah berbakat mewakili arti “ gifted dan talented “. Meskipun sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan. Gifted menunjukan kemampuan berpikir dengan ditandai IQ yang tinggi ( ± 140 ), disamping itu gifted menunjukkan kecakapan khusus yang menonjol MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
16
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
pada suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu dimana antara gifted satu dengan gifted yang lainnya tidak sama, tergantung pembawaan mereka masing-masing. Talent hanya menunjukkan kemahiran menguasai sesuatu bidang khusus saja, misalnya seni musik, bahasa, melukis, matematika dan sebagainya. Kemahiran tersebut berasal dari pembawaan anak. Secara singkat “talent” adalah penonjolan pada salah satu bidang tertentu saja dari sesuatu individu yang dibawa seajak lahir, atau secara umum “talent” disebut juga “ kecakapan khusus” yang sifatnya non intelektif ( Sutratinah Tirtonegoro, 1984 : 4). Hal ini senada yang disampaikan oleh Gagne ( 1985 ) yang menyatakan bahwa “ talented” berbeda dengan “giftedness” karena talented lebih dilihat sebagai suatu potensi dalam bidang tertentu. Ia mengatakan bahwa “gifted” lebih diasosiasikan dengan kemampuan intelgensi umum ( g ), sementara “ talented” mengarah pada kemampuan yang spesifik atau aptitude ( bakat ). Berdasarkan pertimbangan bahwa “ gifted “ meliputi macam-macam dimensi atau bidang kemampuan atau ketrampilan, sedang “ intellectual giftedness” hanya merupakan salah satu bentuk keberbakatan, karena itu sebaiknya digunakan istilah “ anak berbakat “ untuk gifted dan talented ( Munandar 1985 ). Jadi jika berbicara tentang “ anak berbakat “ berarti sudah terkandung aspek “gifted” dan “talented”. Konsep anak berbakat itu sendiri masing-masing ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, namun semua dapat dipakai sebagai rujukan untuk memahami tentang pengertian anak berbakat. United States Office of Education (USOE) mendifinisikan anak-anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak-anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan tersebut secara potensial atau yang telah nyata meliputi : Kemampuan intelektual umum,kemampuan akademik khusus,kemampuan berpikir kreatif- produktif, kemampuan memimpin
,kemampuan dalam salah satu bidang seni
,kemampuan psikomotor ( seperti dalam olah raga ) (Utami Munandar 1995 :23 ).Dari difinisi tersebut dapat teridentifikasi bahwa bakat yang dimiliki anak itu dibedakan antara bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, dan bakat yang belum terwujud yaitu sebagai potensi, maka perlu dikembangkan. Renzulli, dkk, menyatakan bahwa dengan model “ Three Ring Conception”, Ia menyatakan bahwa 3 ciri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan ialah : adanya kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata dan pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment yang tinggi ). Difinisi yang dikemukakan Renzulli ini melihat keterkaitan antara tiga persyaratan atau kriteria keberbakatan. Seperti yang dikatakan Terman, bahwa intelegensi yang tinggi tak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa pencapaian skor tertinggi pada test akademik MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
17
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif atau produktif ( Utami Munandar, 1995 : 26). Dengan demikian untuk mengidetifikasi bakat atau keberbakatan tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan yang di atas rata-rata, tetapi juga kreativitas dan komitmen terhadap tugas sebagai ciri afektif yang memberi motivasi pada anak berbakat. Menurut Mőnks , anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual, kreativitas dan motivasi yang tinggi serta adanya dukungan dari faktor lingkungan sosial. Konsep keberbakatan ini menunjukkan bahwa kompetensi internal ( intelektual, kreativitas dan motivasi ) tidak akan terwujud bila lingkungan ( sekolah, keluarga dan teman sebaya ) tak memberi kesempatan atau mendukung untuk berkembang
. Dalam hal ini Mőnk
memodifikasi model Renzulli ( Three Ring Concept ) menjadi model Triadis atau Triadic Interpendene Model. Faktor-faktor yang mendukung munculnya giftedness pada seorang anak 1. Faktor pembawaan a. Intelgensi dan kreativitas Seperti yang dikatakan Renzulli, bahwa kriteria keberbakatan adalah dimilikinya kemampuan di atas rata-rata dan kreativitas. Oleh karena itu anak yang berbakat harus memiliki kemampuan intelgensi dan kreativitas yang tinggi untuk mendukung keberbakatannya. b. Kepribadian Motivasi dan komitmen terhadap tugas mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung munculnya giftedness. Dengan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan motivasi yang tinggi pula maka individu akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi, mendorong individu untuk tekun dan ulet,meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan dan semuanya itu akan dilakukan atas kehendaknya sendiri. 2. Faktor Lingkungan a. Keluarga 1). Sosial ekonomi keluarga Untuk mendukung munculnya giftedness anak, diperlukan fasilitas yang memadai, misalnya buku-buku, sarana-sarana belajar yang
lain seperti computer,
permainan, piano dan lain-lain. Bagi keluarga yang ekonominya menengah ke atas penyediaan sarana belajar seperti di atas tidaklah menjadi permasalahan. 2). Tingkat pendidikan orang tua Semakin tinggi pendidikan orang tua seharusnya dapat memberikan stimulasi, perhatian yang baik terhadap munculnya keberbakatan anak.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
18
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
3). Pola asuh orang tua Jenis pola asuh yang diterapkan dalam keluarga akan berpengaruh juga pada keberbakatan anak. 4). Aspirasi dan persepsi orang tua terhadap keberbakatan anak. Aspirasi dan persepsi keberbakatan dari orang tua akan mempengaruhi aspirasi dan persepsi anak terhadap keberbakatan yang ada pada dirinya. Misalnya labeling terhadap anak, tuntutan yang tak sesuai dengan kebutuhan anak dan sebagainya. 5). Terpenuhinya kebutuhan anak dan rancangan program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal atau usia dini. b. Sekolah Lingkungan sekolah yang dapat mendukung giftedness anak antara lain : Kurikulum yang sesuai dengan keberbakatan anak,sarana atau fasilitas belajar yang mendukung,program dan strategi pembelajaran yang tepat, sikap atau karakteristik guru dan teman terhadap anak. c. Masyarakat 1).
Memberi
kesempatan
pada
anak-anak
yang
giftedness
untuk
belajar
mengembangkan keberbakatannya ( misalnya : memanfaatkan fasilitas pabrikpabrik, rumah-rumah sakit, laboratorium, telkom ) dan sebagainya. 2). Adanya kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat . Misalnya para orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dapat menjadi mentor bagi anak berbakat. 3). Aspirasi dan persepsi masyarakat terhadap anak berbakat Pemahaman masyarakat
terhadap karakteristik keberbakatan anak
akan
menentukan aspirasi dan persepsinya terhadap anak yang berbakat tersebut, apakah positif atau negatif 4). Memberi kebebasan dan tidak ada diskriminasi dalam memberi kesempatan dan hadiah atau penghargaan terhadap munculnya keberbakatan. 3. Mengidentifikasi anak berbakat yang masih berada pada usia muda Kita dapat menggunakan observasi partisipan dan non partisipan untuk mengidentifikasi keberbakatan anak. Identifikasi tersebut meliputi : a. Rasa ingin tahu anak Salah satu cirri anak berbakat ialah rasa ingin tahunya tinggi. Dia tidak mudah puas terhadap jawaban yang diberikan yang sering membuat orang dewasa tidak sabar atau bahkan kebingungan untuk menjawab pertanyaan anak.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
19
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
b. Kemampuan bahasa Bahasa merupakan alat sosialisasi dan merupakan dasar perkembangan intelegensi. Anak berbakat intelektual dapat dikenali dari perkembangan bahasa yang cepat, membaca pada usia dini, cepat mengingat kata-kata dan perbendaharaan kata yang luas melebihi kelompok sebayanya. c. Kreativitas dalam bermain Anak berbakat biasanya lebih kreatif dalam menggunakan ala- alat permainan seperti permainan yang memberi bentuk atau konstruktif, menggambar, menulis. Dari hasil karya permainan tersebut dapat mengidentifikasi keberbakatan anak. d. Membandingkan perilaku anak dengan cirri-ciri anak berbakat e. Minat anak Jika anak secara intens melakukan kegiatan dengan dorongan internalnya ( motivasi ) yang dilakukan dengan senang, maka kemungkinan besar itulah minat dan bakatnya. Untuk membedakan mana anak yang berbakat dan bukan, dapat diketahui dari kemampuan anak secara mandiri dalam mengembangkan minatnya tersebut. Anak berbakat selain mempunyai tempo yang cepat dalam belajar,
juga bisa dilepas
( mandiri dan mampu mengubah lagi dengan motivasi dalam diri yang kuat (Pikiran Rakyat,2002 ) f. Loncatan Perkembangan Intelektualitas Anak-anak berbakat mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mengembangkan intelektualitasnya, keras kepala dan sangat perfeksionis serta mempunyai cara berpikir ( cognitive style ) yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Jika teridentifikasi pada anak-anak seperti ini maka ia memerlukan pengasuhan dan pendidikan yang terstruktur yang tidak menghambat perkembanganya. 4. Permasalahan anak berbakat di Indonesia UU Republik Indonesia No 2 th 1989 tentang Sistem Pendidkan Nasional pasal 8 ayat ( 2 ) bahwa warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”. Pada pasal 24 dipertegas bahwa “ setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut : Ayat ( 1 ) mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Karena peserta didik berbeda-beda dalam hal bakat, minat dan kemampuannya, maka implikasinya ialah bahwa perlakuan pendidikan perlu disesuaikan dengan potensi setiap peserta didik. Mereka yang tingkat kecerdasannya jauh di bawah rata-rata tidak dapat menarik manfaat dari pendidikan biasa ( reguler ) yang dimaksudkan untuk mayoritas peserta didik dengan tingkat kecerdasan rata-rata atau lebih. Mereka yang termasuk tuna grahita ini memerlukan pendidikan luar biasa agar kemampuan mereka yang tebatas dapat dikembangkan secara optimal. Demikian pula peserta didik dengan kemampuan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
20
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
intelektual yang jauh di atas rata-rata, yang disebut dengan anak berbakat ( gifted ) atau dengan kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, anak-anak tersebut memerlukan pendidikan khusus agar bakat atau potensi mereka yang unggul dapat diwujudkan sepenuhnya. Dari ayat-ayat tersebut, jelas bahwa sistem pendidikan nasional amat mendukung penyelenggaraan program pendidikan khususnya bagi anak berbakat dan telah diusahakan membentuk Kelompok Kerja Luar Biasa (KKPLB) di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Dewasa ini di sekolah-sekolah, baik sekolah negeri atau swasta, telah menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak berbakat ( program akselerasi ), namun demikian masih banyak permasalahan-permasalahan
yang
dirasakan oleh anak-anak berbakat di Indonesia dalam memperoleh layanan pendidikan. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut adalah : a. Masih adanya anggapan dari masyarakat bahwa jika betul-betul anak berbakat, ia dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri, jika guru dapat melakukan tugasnya yang baik, anak berbakat tidak memerlukan perhatian khusus, berbeda dengan yang menyandang ketunaan. b. Mengidentifikasi anak berbakat untuk menemukan siapa yang termasuk anak berbakat. Siapa yang melakukannya dan bagaimanakah menemukan mereka ? c. Kurikulum pendidikan di Indonesia tidak cukup fleksibel untuk anak berbakat. Yang terjadi sekarang ini adalah kurikulumnya sama dengan anak-anak reguler / normal, hanya waktu pencapaiannya yang berbeda ( bisa dipercepat). d. Guru-guru tidak dipersiapkan untuk mendidik anak berbakat sehingga sering tidak dapat memenuhi kebutuhan anak berbakat. e. Masing-masing sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak-anak berbakat, belum memiliki standard yang sama baik dalam menyeleksi murid untuk mengidentifikasikan
keberbakatannya
(
siapakah
yang
berwenang
untuk
mengidentifikasi, alat ukur apa yang sebaiknya digunakan ), program , materi pembelajaran dan sebagainya. f. Labelisasi anak berbakat sebagai kelompok anak-anak yang elit. Baik dalam bakat pembawaan yang unggul, maupun elit dari golongan sosial yang tinggi. Hal ini terjadi karena memang sebagian besar anak-anak berbakat yang teridentifikasi dan terlayani adalah dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Sebenarnya masih ada anakanak berbakat yang kurang beruntung ( karena kemiskinan, keterlantaran dan sebabsebab yang lain) yang tidak mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. g. Program akselerasi yang diselenggarakan di sekolah-sekolah masih belum dapat memenuhi kebutuhan anak-anak berbakat yang sifatnya spesifik/ khusus, misalnya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
21
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
apakah bakat anak dalam bidang seni, bahasa, matematika dan sebagainya, karena program ini orientasinya lebih kepada percepatan penyelesaian program pendidikan. 5. Pendidikan anak berbakat yang sesuai dengan kondisi budaya Indonesia Anak berbakat tidak akan dapat mencapai prestasi yang tinggi dengan sendirinya tanpa memerlukan perhatian dan pelayanan pendidikan khusus. Adapun pendidikan anak berbakat yang sesuai dengan kondisi budaya Indonesia antara lain : a. Memberi
kesempatan
pendidikan
yang
sama
kepada
semua
anak
untuk
mengembangkan potensi ( keberbakatannya ), seperti halnya pendidikan untuk anak yang mengalami ketunaan. b. Memperhatikan prosedur untuk mengidentifikasi keberbakatan,
misalnya alat ukur
apa yang akan digunakan dan siapa yang berwenang melakukannya. Alat ukur ( test psikologis ) yang digunaka harus standard an disesuaikan dengan kondisi dan budaya Indonesia. c. Penyusunan kurikulum Kurikulum untuk pendidikan anak berbakat sebaiknya diprogram secara khusus, dibedakan dengan anak-anak reguler sehingga mampu memenuhi kebutuhan keberbakatan
anak.
Disamping
memenuhi
kebutuhan
individual
siswa
juga
dikembangkan program yang merangsang siswa untuk berinteraksi dengan kelompok guna memungkinkan siswa mengembangkan ketrampilan sosial. d. Mempersiapkan guru bagi anak berbakat Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, demikian juga anak berbakat; tidak semua guru dapat mendidik anak berbakat. Untuk itu diperlukan adanya persiapan khusus bagi para guru anak berbakat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia, melalui pelatihan, lokakarya, pendidikan dan sebagainya. Sering terjadi kurikulum yang selalu diolah, dibenahi, tetapi kompetensi, karakteristik, ketrampilan guru kurang diperhatikan. Karena guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai-nilai pada anak ( nilai hidup, moral, sosial ) , memilih pengalaman belajar, menetukan metode / strategi mengajar dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa ( Utami Munandar, 1995 : 100 ). e. Memberi kebebasan terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara tanpa diskriminasi (jenis kelamin, suku, agama, sosial ekononi dan seterusnya). Hal ini akan mempengaruhi sikap orang tua dan anak dalam mengembangkan keberbakatannya melalui
jalur pendidikan formal. Di lapangan sering dijumpai
persyaratan-persyaratan tertentu (jenis kelamin) untuk memilih program pendidikan atau karir tertentu sehingga akhirnya anak memilih pendidikan maupun karir yang tidak sesuai dengan keberbakatannya.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
22
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
f. Program pendidikan secara khusus : - Pengayaan (Enrichment) adalah pembinaan anak supernormal dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat vertikal (intensif, pendalaman ) dan horisontal (ekstensif, memperluas). - Percepatan (Acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat. -
Pengelompokan Khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau sebagian yaitu bila sejumlah anak supernormal dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuaia dengan potensinya.
PENUTUP Bakat merupakan suatu potensi yang perlu dikembangakan, jika potensi tersebut tidak dikembangkan dengan baik dapat menimbulkan permasalahan sendiri bagi individu yang bersangkutan. Sekolah merupakan salah satu faktor sosial bagi peserta didik mempunyai tanggung jawab yang besar bagi pengembangan bakat sebab itu ,berbagai upaya
peserta didik.Oleh
atau program yang disusun guna memfasilitasi siswa yang
memiliki bakat khusus ,perlu memperhatikan berbagai aspek baik yang berkaitan dengan jenis program, kurikulum,kebutuhasn siswa, sarana dan prasarana, guru dan sosiokultural.
DAFTAR PUSTAKA
Bandi Delphie, Anak Berkebutuhan Khususus, 2006, Bandung : Refika Aditama. Conny Setiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, 1997, Jakarta : Grasindo. Lay Kekeh Marthan, Manajemen Peniikan Inklusif, 2007, Jakarta, Dep Pend Nas Dirjen Pend Tinggi ,Direktorat Ketenagaan. Pikiran Rakyat, Khusus Keluarga, Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat, 2002, Pikiran Rakyat , Cyber Media. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal, 1984, Jogyakarta : Rineka Cipta Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, 1995, Jakarta : Rineka Cipta ……………………….Pemandu Anak Berbakat, 1982, Jakarta : Rajawali
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
23