Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
PERLINDUNGAN KONSUMEN, TERHADAP PRODUK PERALATAN MAKAN YANG MENGANDUNG MELAMIN PALSU Agung Nugroho1, Nur Mega Sari1 1 BM & Partners Law Office Jln. Dr. Saharjo No. 109 Tebet, Jakarta Selatan
[email protected]
Abstract Tableware used in the past only made of glass / glass, kramik, plastic. With the development in various fields of science, it is currently known tableware made of melamine. Melamine is known for excellence that is not easily broken and light. Melamine is more demand led to increased production of melamine by the domestic manufacturers and overseas production of melamine. This research will discuss about the rights and obligations of consumers and businesses against products containing melamine tableware? How the security products that contain melamine tableware fake? And How is legal protection for consumers against products containing melamine tableware fake? The purpose of this study was to clarify the rights and obligations relating to consumer products containing melamine tableware false, then to explain the effects of products containing melamine tableware false, and to explain the legal protection for consumers against products containing melamine tableware false. The methodology used in this study is the Normative research is by looking at the rules relating to consumer protection as well as the issues being raised Keywords: Protecting, Consument, Melamin
sewenang-wenang yang selalu merugikan konsumen
Pendahuluan Perkembangan perekonomian yang sangat
(Juanus Sidabolok, 2006)
pesat telah menghasilkan berbagai jenis produk
Di dalam UUPK ditekankan bahwa masalah ke-
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan
nyamanan keamanan dan keselamatan merupakan
perkembangan produk yang semakin luas, serta de-
hal yang paling penting dalam perlindungan konsu-
ngan adanya dukungan kemajuan teknologi tele-
men, sehingga konsumen diberikan hak untuk me-
komunikasi dan informasi dimana pergerakan arus
milih barang yang dikehendakinya berdasarkan atas
transaksi produk yang melintasi batas wilayah suatu
keterbukaan informasi yang benar, jelas dan jujur.
negara semakin luas, menyebabkan konsumen ber-
Dan setiap pelaku usaha harus melihat keamanan
hadapan dengan penawaran bagi jenis produk yang
terhadap produk yang mereka produksi sehingga
baik berupa produk domestik maupun produk luar
konsumen mendapatkan keamanan terhadap produk
negeri. (Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, 2003)
yang mereka peroleh dan telah diatur pada PP No.
Dengan adanya UU No.8 Tahun 1999 ten-
28 Tahun 2004 mengatur tentang Keamanan Pangan
tang Perlindungan Konsumen “UUPK” sebagai sua-
yaitu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
tu kepastian hukum untuk melindungi hak-hak kon-
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran bio-
sumen dan sebagai landasan hukum yang kuat bagi
logis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
pemerintah dan Lembaga Perlindungan Konsumen
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Swadaya Masyarakat “LPKSM” dalam melakukan
Namun demikian masih dibutuhkannya
pembinanan dan pendidikan Konsumen, sehingga
pengawasan terhadap produk peralatan makan yang
diharapkan pelaku usaha tidak lagi bertindak
dipasarkan di masyarakat. Hal ini dikarenakan makin banyak ditemukannya peralatan makan seperti
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
164
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
piring, mangkuk yang mengandung zat-zat berba-
lahan untuk jangka pendek ditandai seperti mulut
haya bagi kesehatan.
kering, panas, pusing-pusing. Sedangkan formalin
Salah satu zat kimia yang ditemukan dalam
yang masuk kedalam tubuh dalam jangka panjang
produk peralatan makan yang terbuat dari melamin.
akan mengakibatkan penyakit seperti kanker dan ke-
Melamin merupakan bahan kimia yang biasanya
rusakan pada sistem pencernaan seperti lambung,
digunakan dalam pembuatan plastik, pupuk, cat dan
usus, hati serta kerusakan sistem saraf otak manusia.
perekat. Melamin adalah senyawa basa organik
Apabila sudah mencapai stadium yang meng-
dengan rumus kimia C3H6N6 dan memiliki nama
khawatirkan, formalin akan mengakibatkan kerusa-
IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina, Melamin ha-
kan sistem gerak, ingatan serta pikiran manusia.
nya sedikit larut dalam air.
Formalin merupakan
komersial dengan
Peralatan makan yang dipergunakan di ma-
konsentrat 10-40% dari formaldehid. Formalin
sa lalu hanya terbuat dari bahan kaca/beling, kra-
umumnya dikenal dalam dunia kedokteran sebagai
mik, plastik. Dengan semakin berkembangnya di
bahan pengawet mayat. Selain itu, dalam industri
berbagai bidang ilmu pengetahuan, maka saat ini di-
kecantikan sering ditemukan dalam pengeras cat ku-
kenal peralatan makan yang terbuat dari bahan me-
ku. Menurut Dr. Widodo Judarwanto SPA, formalin
lamin. Melamin dikenal karena keunggulannya
memiliki banyak manfaat seperti :
yang tidak mudah pecah dan ringan. Semakin ba-
“....anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga
nyaknya permintaan melamin ini menyebabkan me-
dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang
ningkatnya produksi melamin oleh produsen dalam
dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga
negeri maupun melamin produksi luar negeri, Con-
lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk
tohnya merek lokal seperti Onyx, Golden Dragon,
pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pem-
Vanda, Hoover yang aman dipergunakan, sedangan-
buatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan
kan melamin impor yang contohnya berasal dari
produk parfum, pengawet produk kosmetika, pe-
Cina dengan merek seperti No.MC001, W Melamin
ngeras kuku”.
CH 13.(Ilyani S, 2004)
Manfaat Formalin ini sering disalahgunakan
Peralatan makan dari bahan melamin ini ba-
oleh segelintir orang yang hanya mencari keuntu-
nyak dijual baik di pasar tradisional maupun di pa-
ngan semata, selain itu pula penyalahgunaan for-
sar modern. Selain melamin yang asli, banyak bere-
malin juga dapat ditemukan dalam peralatan makan
dar produk peralatan makan yang mengunakan
yang terbuat dari melamin dan plastik. Pemakaian
melamin palsu. Melamin palsu diperkirakan meng-
formalin dalam perbuatan alat perlengkapan makan
andung formalin.
tersebut dapat menimbulkan warna produk menjadi
Padahal efek penggunaan formalin pada pembuatan
lebih cerahdan menarik, namun bahaya yang ditim-
peralatan makan yang terbuat dari mela-min palsu
bulkan bila dipergunakan sebagai peralatan makan
akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia,
karena unsur formalin, pada melamin palsu sangat
Formalidehid adalah aldehid berbentuk gas dengan
mudah terurai ketika terkena panas langsung.
rumus kimia H2CO formalin yang ma-suk kedalam
Konsumen sering kali membeli melamin
tubuh dapat menggangu fungsi sel, bahkan dapat
palsu dikarenakan harga yang lebih murah dari pada
pula mengakibatkan kematian sel, secara perlahan-
melamin asli. Produk melamin palsu dengan segala
165
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
jenis dan ukuran hanya dihargai Rp 10.000,- untuk
mengandung melamin? Bagaimana keamanan pro-
3-4 per buah. Sebaliknya, melamin lokal bermerek
duk peralatan makan yang mengandung melamin
Golden Dragon, Hoover, Onyx, Vanda berupa sen-
palsu? Dan Bagaimana perlindungan hukum bagi
dok, gelas, cangkir, piring, sampai mangkuk besar
konsumen terhadap produk peralatan makan yang
per satuan berkisar seharga Rp 2.000,- Rp 40.000.
mengandung melamin palsu?
Dalam Pasal 30 UUPK, disebutkan bahwa
Tujuan penelitian ini adalah untuk menje-
pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindu-
laskan hak dan kewajiban konsumen berkaitan de-
ngan konsumen serta penerapan ketentuaan peratu-
ngan produk peralatan makan yang mengandung
ran perundangnya diselenggarakan oleh pemerintah,
melamin palsu, lalu untuk menjelaskan dampak dari
masyarakat, dan LPKSM. Tujuan dari Pasal 30
produk peralatan makan yang mengandung melamin
UUPK tersebut adalah untuk melakukan pengawa-
palsu, dan untuk menjelaskan perlindungan hukum
san dan pemantauan terhadap produk yang beredar
bagi konsumen terhadap produk peralatan makan
di masyarakat.
yang mengandung melamin palsu.
Oleh karena itu, sesungguhnya setiap warga
Metodologi yang digunakan dalam peneli-
negara berhak atas perlindungan hukum yang wajib
tian ini adalah Penelitian Normatif yaitu dengan cara
diberikan oleh negara. Salah satu perlindungan yang
melihat pada peraturan-peraturan yang berhubungan
wajib diberikan oleh Negara adalah Perlindungan
dengan Perlindungan Konsumen serta permasalahan
Konsumen, agar masyarakat tidak menggunakan
yang sedang diangkat.
produk peralatan makan yang mengandung melamin palsu yang dapat membahayakan keselamatan,
Pembahasan
kesehatan, sehingga masyarakat merasa aman dan
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
memperoleh kesehatan, keamanan dalam mengkonsumsi suatu produk peralatan makan.
Hukum Perlindungan Konsumen, lahir karena tuntutan atau gerakkan perlindungan konsumen
Dengan adanya UUPK, maka Pelaku Usaha
masyarakat ekonomi global. Menghasilkan kesepa-
dapat dimintakan pertanggung jawaban dan dapat
katan tentang perlunya melindungi konsumen dari
dikenakan sanksi apabila produsen tidak sesuai de-
praktek pelaku usaha yang merugikan konsumen,
ngan keamanan produk tersebut serta standar yang
kemudian diikuti dengan terbentuknya aturan hu-
dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan
kum mengatur tentang perlindungan konsumen di
termasuk apabila pelaku usaha yang memproduksi
hampir semua negara di dunia. Masalah perlindu-
peralatan makan dari melamin palsu merugikan
ngan konsumen memang merupakan masalah lama
konsumen. Atas dasar tersebut, penulis membuat
dengan pendekatan baru.(Gunawan dan Ahmad,
penelitian berjudul: Perlindungan Konsumen, ter-
2003). Oleh karena itu pengaturan mengenai kon-
hadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung
sumen ditandai dengan UUPK. Jadi dengan adanya
Melamin Palsu. Berdasarkan latar belakang perma-
UUPK ini maka masalah Perlindungan Konsumen
salahan tersebut yang telah diuraikan di atas, maka
yang terjadi di masyarakat dengan pendekatan baru,
pokok permasalahan dapat diuraikan sebagai be-
yaitu menggunakan UUPK.
rikut: Apakah hak dan kewajiban konsumen dan pe-
Perlindungan Konsumen melalui Pasal 1
laku usaha terhadap produk peralatan makan yang
Angka 1 didefiniskan sebagai, “Segala upaya yang
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
166
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
menjamin adanya kepastian hukum untuk mem-
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
berikan perlindungan kepada konsumen. Dalam
keseluruhan;
Pasal 1 Angka 1 dijelaskan bahwa UUPK diundang-
b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi se-
kan menjadi pelindung agar pelaku usaha tidak
luruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal
bertindak sewenang-wenangan terhadap kepen-
dan memberikan kesempatan pada Konsumen
tingan konsumen (Ahmadi dan Sutarman, 2005).
dan Pelaku Usaha untuk memperoleh haknya
Kesewenang-wenangan akan berdampak buruk dan
dan melaksanakan kewajiban secara adil;
merugikan bagi konsumen, karena mengakibatkan
c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk mem-
ketidak pastian hukum yang akan menimbulkan ke-
berikan keseimbangan antara kepentingan kon-
tidak nyamanan, penipuan, pemalsuan, dan hal-hal
sumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti
lainnya yang merugikan dan membahayakan kon-
materil dan spiritual;
sumen. Dengan adanya kepastian hukum untuk
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen di-
memberikan perlindungan kepada konsumen itu an-
maksud untuk memberikan jaminan atas ke-
tara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan
amanan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
martabat konsumen serta menumbuhkan sikap pela-
yang dikonsumsi atau digunakan;
ku usaha yang bertanggung jawab (Nasution, 2005)
e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pe-
Kepastian hukum itu meliputi segala upaya
laku usaha maupun konsumen mentaati hukum
berdasarkan hukum untuk memudahkan konsumen
dan memperoleh keadilan dalam penyeleng-
dalam memperoleh atau menentukan pilihan atas
garaan Perlindungan Konsumen, serta negara
barang kebutuhannya serta untuk memperoleh hak-
menjamin kepastian hukum.
hak apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha sebagai penyediaan kebutuhan konsumen. Memu-
Kata Konsumen sudah populer dikalangan
dahkan dalam proses menjalankan perkara sengketa
masyarakat, walaupun demikian untuk lebih jelas
konsumen yang timbul karena kerugian harta ben-
apa, siapa, dan bagaimana konsumen yang harus di-
danya, kesehatan tubuh dalam pemakaian, peng-
perhatikan batasan atau pengertian konsumen itu
gunaan dan pemanfaatan konsumen.
sendiri. 1. Dalam UUPK Definisi Konsumen yaitu: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
Asas Perlindungan Konsumen Menurut Pasal 2 UUPK, Perlindungan Kon-
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
sumen berasaskan: “Manfaat keadilan, keseimba-
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
ngan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan ti-
kepastian hukum. Ahmad Miru menjelaskan bahwa
dak untuk diperdagangkan”.
perlindungan konsumen diselenggarakan berdasarkan 5 (lima) asas, yaitu (Miru dan Yodo,2004:25):
2. Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),yang dimaksud Konsumen adalah:
a. Asas manfaat dimaksudkan untuk meng-
“Pemakai akhir barang, digunakan untuk keper-
amanatkan bahwa segala upaya dalam menye-
luan diri sendiri atau orang lain dan tidak untuk
lenggarakan perlindungan konsumen harus
diperjual-belikan” (Nasution, 1980-1981)
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi 167
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
3. Konsumen dalam arti umum yaitu pemakai pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau
1. Hak-hak Konsumen adalah: a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan kese-
jasa untuk tujuan tertentu (Nasution,1999)
lamatan dalam mengkonsumsi barang dan/
4. AZ. Nasution sendiri memberikan batasan ten-
atau jasa. Konsumen berhak mendapatkan
tang konsumen:
keamanan dan barang dan/atau jasa yang
a. Konsumen adalah setiap orang yang men-
ditawarkan kepadanya. Produk barang dan
dapatkan barang atau jasa digunakan untuk
jasa itu tidak boleh membahayakan jika di-
tujuan tertentu;
konsumsi sehingga konsumen tidak dirugi-
b. Konsumen Antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa untuk diguna-
kan baik secara jasmani atau rohani (Shidarta, 2004).
kan dengan tujuan untuk membuat barang
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa
dan jasa lain untuk diperdangangkan (tujuan
serta mendapatkan barang dan/atau jasa ter-
komersil). Bagi konsumen antara barang
sebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
dan/atau jasa kapital, berupa bahan baku,
serta jaminan yang dijanjikan;
bahan penolong atau komponen dari ma-
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan
sing-masing konsumen yaitu, penggunaan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
suatu produk untuk keperluan atau tujuan
dan/atau jasa. Informasi diperlukan agar
tertentu;
konsumen tidak sampai mempunyai gamba-
c. Konsumen Akhir adalah setiap orang alami
ran yang keliru atas produk barang dan jasa.
yang mendapatkan dan menggunakan ba-
Informasi ini dapat disampaikan dengan
rang dan atau jasa untuk tujuan memenuhi
berbagai cara, seperti secara lisan kepada
kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan
konsumen melalui iklan diberbagai media,
atau rumah tangga dan tidak untuk diperda-
atau mencantumkan dalam kemasan produk
gangkan kembali (non-komersial). Bagi
(barang).
konsumen akhir, (selanjutnya disebut kon-
d. Hak untuk didengar pendapat dan kelu-
sumen) mereka memerlukan produk kon-
hannya atas barang dan/atau jasa yang digu-
sumen (barang dan atau jasa konsumen)
nakan. Hak yang erat kaitanya dengan hak
yang aman bagi keselamatannya. Karena itu
untuk mendapatkan informasi adalah hak
diperlukan adalah kaidah-kaidah hukum
untuk didegar. Ini disebabkan informasi
yang menjamin syarat-syarat aman bagi se-
yang diberikan pihak yang berkepintingan
tiap produk konsumen bagi konsumen, di-
atau berkompeten sering tidak cukup me-
lengkapi dengan informasi yang benar, jujur
muaskan konsumen untuk itu, konsumen
dan bertanggung jawab.
berhak mengajukan permintaan informasi lebih lanjut.
Hak dan Kewajiban Konsumen Undang-Undang Perlindungan Konsumen berdasarkan Pasal 4 dan 5, menentukan Hak dan
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Kewajiban Konsumen adalah sebagai berikut: Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
168
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
f.
Hak untukmendapatkan pembinaan dan
diberi hak untuk mendapatkan kompensasi ganti
pendidikan konsumen.
rugi dan/atau penggantian, apabila produk yang di-
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani se-
terima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak se-
cara benar dan jujur serta tidak diskrimi-
bagaimana mestinya.(Gunawan Widjaya dan Ahmad
natif.
Yani)
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
masi dan prosedur pemakaian atau
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai de-
faatan barang dan/atau jasa, demi keamanan
ngan perjanjian atau tidak sebagaimana
dan keselamatan;
mestinya. i.
a. Membaca atau mengikuti petunjuk inforpeman-
b. Beritikat baik dalam melakukan transaksi
Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainya.
pembelian barang dan/atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Setiap konsumen berhak untuk memperoleh keamanan, kenyamanan atas suatu barang dan jaminan didalam penggunaanya tidak membahayakan
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 2. Pelaku Usaha
jika dikonsumsi sehingga konsumen (pengguna-
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 Ayat 3
annya) tidak dirugikan baik secara jasmani atau ro-
UUPK yang berbunyi, “Setiap orang perse-
hani, maka konsumen diberikan hak untuk memilih
orangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
barang dan/atau jasa yang dikehendakinya. Memas-
badan hukum maupun bukan badan hukum yang
tikan bahwa konsumen telah merasa aman dan nya-
didirikan dan berkedudukan atau melakukan ke-
man dalam mengkonsumsi barang dan jasa, maka
giatan dalam wilayah hukum negara Republik
konsumen diberi hak untuk didengar pendapat dan
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
keluhan atas barang dan/atau jasa yang digunakan.
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
Agar tidak terjadi penyimpangan yang me-
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
rugikan konsumen, maka konsumen dijamin dengan hak atas informasi yang benar, jujur dan jelas me-
Pelaku Usaha dapat disebut juga Produsen
ngenai kondisi dan jaminan produk. Untuk mem-
sering diartikan sebagai pengusaha yang mengha-
bantu konsumen apa bila terjadi pelanggaran hak-
silkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini terma-
hak konsumen yang merugikannya, maka konsumen
suk di dalamnya pembuat, grosir, leverensir dan pe-
diberi hak untuk mendapat perlindungan dan upaya
ngecer profesional (Agnes M, 1988), yaitu setiap
penyelesaian sengketa perlindungi konsumen secara
orang atau badan yang ikut serta dalam penyediaan
patut. Agar konsumen cerdas dan mandiri dalam
barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.
mengkonsumsi produk. Untuk itu maka konsumen
Pelaku usaha bukan hanya berasal didalam negri
diberikan hak untuk mendapatkan pembinaan dan
pelaku usaha ada pula banyak produk berasal dari
pendidikan konsumen. Bila terbukti bahwa kon-
luar negri untuk memenuhi kebutuhan konsumen
sumen telah dirugikan maka pelaku usaha berhak
dengan cara impor barang. Impor barang adalah
mengembalikan hak-hak konsumen, konsumen
kegiatan memasukan barang kedalam pabean.
169
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
UUPK tidak memakai istilah produsen, melainkan menggunakan kata pelaku usaha, sekalipun pada dasarnya apa yang dimaksudkan dengan pelaku usaha
b. Memperlakukan atau melayani konsumen secara jujur serta tidak diskriminasi. c. Menjamin
mutu
barang
yang
diproduksi
dalam UUPK sama cakupanya dengan produsen.
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
(Miru dan Yodo, 2004) Pelaku Usaha juga ber-
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
tanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusa-
d. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau
kan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen aki-
penggantian atas kerugian akibat penggunaan
bat mengkonsumsi atau mempergunakan
pemakaian dan pemanfaatkan barang dan/atau
barang
dan/ atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
jasa yang diperdagangkan.
Ganti rugi tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengamanan dan pengawasan mutu pangan,
Prinsip tentang tanggung jawab adalah ba-
adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dengan du-
gian yang sangat penting dalam hukum perlindu-
nia industri, yaitu dunia usaha yang meliputi proses
ngan konsumen dalam kasus-kasus pelanggaran hak
produksi dan pemasaran produk. Hanya produk hasil
konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam meng-
industri yang bermutu yang dapat memenuhi ke-
analisis siapa yang bertanggung jawab dan seberapa
butuhan
jauh suatu tanggung jawab dapat dibebabkan kepada
masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan masya-
pihak-pihak yang terkait.
rakat terhadap beraneka macam jenis produk per-
pasar. Agar mewujudkan kesejahteraan
alatan makan yang baik dan tidak tercemar. Disini
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Hak-hak Pelaku Usaha adalah: a. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau yang diperdagangkan;
perlunya pelaku usaha menjamin mutu barang yang diproduksi dan diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Larangan bagi Pelaku Usaha:
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan stan-
dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
dar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
baik;
perundang-undangan;
c. Hak untuk mendapatkan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum sengketa
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam lebel; c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan
konsumen; d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa
dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan
yang diperdagangkan; e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
dalam lebel; e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi
perundang-undangan lainya Kewajiban Pelaku Usaha adalah: a. Beritikad baik dalam kegiatan usahnya;
proses pengolahan, gaya mode, atau penggunaan tertentu sebagai mana dalam lebel.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
170
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
Dalam peralatan makan dari melamin palsu, plaku
kegiatan standar dan penilaian kesesuaian diber-
usaha melakukan perbuatan yang dilarang yaitu ti-
bagai negara.
dak memenuhi atau tidak sesuai standar yang di-
Peranan stadarisasi dalam perekonomian na-
persyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
sional juga mengalami perkembangan yang berarti,
undangan dan pelaku usaha dilarang memproduksi
misalnya diberlakukannya UUPK yang secara spe-
dan atau mengedarkan barang dan atau jasa, yang
sifik mengamanatkan bahwa pelaku usaha dilarang
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan SNI yang
memproduksi dan/atau memerdangangkan produk
telah diberlakukan secara wajib. Dan pelaku usaha
yang tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan;
dilarang memproduksi barang atau memperda-
PP No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasio-
gangan produk yang tidak sesuai atau produk yang
nal; meningkatnya peran aktif Indonesia dalam ke-
telah tercemar, pangan yang mengandung cemaran
giatan stadarisasi regional dan internasional seperti
yang melampaui ambang batas maksimal yang telah
ISO (International Organization For Stadarization),
ditetapkan. Larang-larangan yang dimaksudkan pa-
IEC (International Electrotechnical Commision),
da dasarnya adalah untuk mengupayakan agar ba-
CAC (Codex Alimentarius Commision), ILAC (In-
rang yang beredar dimasyarakat merupakan produk
ternational Laboratory Accreditation Cooperation),
yang layak edar, seperti asal-usul, kualitas sesuai
APLAC (Asia
dengan informasi, baik melaui lebel.
Cooperation).
Pasific Laboratory Accreditation
Untuk terwujudnya kondisi yang aman bagi
Standar kadar formaldehid pada peralatan
konsumen maka Pemerintah melakukan berbagai
makan yang terbuat dari bahan melamin umumnya
upaya pengamanan dan pengawasan produk sesuai
menggunakan standar Food Grade. Food grade ada-
tugas dan fungsi masing-masing. Dengan semakin
lah salah satu istilah untuk menjelaskan golongan
maju tingkat kesejahteraan masyarakat dan ke-
material yang layak dipakai untuk memproduksi
butuhan masyarakat terhadap beraneka macam jenis
perlengkapan makan. Suatu material dianggap Food
peralatan makan maka diperlukannya pula sistem
Grade, apabila material tersebut tidak akan memin-
pengamanan dan pengawasan yang lebih kuat.
dahkan atau mentransfer zat-zat yang berbahaya atau beracun ke makanan yang kita makan. Berdasar-
Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap
kan PP No. 102 tahun 2000 tentang Stadarisasi Na-
Produk Peralatan Makan yang Mengandung
sional, standar adalah:
Melamin Palsu
“spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan ter-
Perkembangan dunia usaha akhir-akhir ini
masuk tata cara dan metode yang disusun berda-
cukup pesat. Para pelaku usaha menggunakan ber-
sarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
bagai macam cara untuk menarik konsumen dan se-
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, kea-
ring kali melihat pelaku usaha yang dengan sengaja
manan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
mengabaikan hak-hak konsumen. Oleh karena itu,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
peran standar dan penelitian kesesuain kini menjadi
perkembangan masa kini dan masa yang akan da-
semakain besar dalam kegiatan perdagangan inter-
tang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-be-
nasional. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
sarnya.”
171
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
Pada saat ini, perlengkapan makanan dari bahan
Organisasi PBB) oleh karena itu konsumen perlu
melamin sudah mempunyai standar inernasioanl,
dilindungi dari produk melamin palsu yang beredar
yaitu ISO14528-3:1999 (E) : Plastics, Melamine–
dipasaran.
Formaldehyde Powder Molding Compounds (MF-
Dalam PP tentang Keamanan, Mutu, Gizi
PMCs): Part 3: Requirement for selected molding
Pangan persyaratan keamanan pangan yaitu standar
compounds, menyatakan bahwa kandungan formal-
dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi
dehid pada produk melamin yang dapat ditolerir
untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya
maksimum 3 ppm dan BSN yaitu SNI
bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan
Nomor
7322:2008.
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
Sementara itu, standar nasiaonal untuk
membahayakan kesehatan manusia.
produk perlengkapan makan yang terbuat dari ba-
Saat ini, sudah ada SNI mengenai peralatan
han melain harus memenuhi standar yang telah
makan yang terbuat dari melamin yaitu konsumen
ditentukan oleh BSN. Serta kalangan produsen dan
dilindungi dari tindak pelaku usaha yang merugikan
konsumen syarat mutu perlengkapan makan yang
konsumen. Dan didukung oleh perlindungan kon-
disepakati panitia teknis penyusun draf SNI produk
sumen berdasarkan UUPK ini adalah dalam bentuk
melamin meliputi tingkat kandungan logam berat
larangan terhadap pelaku usaha untuk melakukan
antara lain kadmiun kromium heksavalen, raksa,
perbuatan yang merugikan konsumen. Berdasarkan
dan timbal dengan batas maksimal 100 ppm. syarat
Pasal 8 ayat (1) hufuf a dan ayat (2) UUPK, pelaku
berikutnya, formaldehid (formalin) terekstrksi mak-
usaha dilarang untuk memproduksi dan/atau mem-
simal 3 ppm, air suling batas maksimal 60 ppm dan
perdagangkan produk dan Pasal 7 hufur a, b dan d
n-heptan (minyak zaitun), minyak bunga matahari
yaitu kewajiban pelaku usaha.
dengan batas maksimum 60 ppm.
Dalam hal ini pelaku usaha dilarang mem-
Sedangan pada produk peralatan makan
perdagangkan produk peralatan makan yang me-
palsu kadar formaldehid dalam proses pembuatan
ngandung melamin palsu. Melamin palsu tersebut
produk pelaratan makan yang terbuat dari melamin
dapat mencemarkan makan karena unsur formal-
pengunan formalin lebih dari 3 ppm apabila per-
dehid yang akan terurai pada makanan atau minu-
alatan makan tersebut terpapar panas akibatnya ma-
man yang panas, dalam mempergunakan produk
kan akan tercema oleh formalin. Bedasarkan uji ka-
peralatan makan melamin palsu tersebut.
dar formaldehid dengan Pharmacopeia standard
Berdasarkan Pasal 10 huruf c UUPK, pelaku
(Baku Mutu Farmakop) yang dilakukan oleh YLKI
usaha dilarang untuk menawarkan, memproduksi,
dan FMIPA
Universitas Indonesia beredar dipa-
mengiklankan atau membuat pertanyaan yang tidak
saran tradisional ternyata masih beredar poduk me-
benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tang-
lamin palsu berkadar formaldehid tinggi, yaitu an-
gungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu pro-
tara 4,76-9,22 ppm. Sementara itu, merek lokal
duk. Berdasarkan ketetuan dalam pasal ini, maka
seperti Onyx, Golden, Dragon, Vanda, Hoover ber-
konsumen dilindungi dari perbuatan pelaku usaha
kadar kurang dan 0,05 ppm. Padahal maksimum
menawarkan produk melamin palsu dengan jaminan
kadar formalin pada melamin yang diperbolehkan
atau pernyataan bahwa produk ini aman untuk digu-
adalah 3 ppm, (IPCS Lembaga Khusus Dari Tiga
nakan untuk mewadahi makanan atau minuman
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
172
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
yang panas. Dalam PP No. 102 tahun 2000 tentang
menuhi atau tidak sesuai dengan SNI yang telah
SN. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu
diberlakuakan secara wajib.
yang dibakukan termasuk tata cara dan metode
2. Pelaku usaha, yang barang dan atau jasanya
yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak
telah memperoleh sertifikat
produk dan tanda
yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
SNI dari lembaga sertifikat
produk, dilarang
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hi-
memproduksi dan mengedarkan barang dan atau
dup, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno-
jasa yang tidak memenuhi SNI.
logi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
Upaya Hukum yang Dilakukan Oleh Kon-
manfaat yang sebesar-besarnya.
sumen Terhadap Pelaku Usaha yang Mem-
Tujuan Standarisasi Nasional adalah Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku
produksi Peralatan Makanan yang Mengandung Melamin Palsu
usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Oleh karena itu, setiap barang yang diproduksi, pengertian barang dalam PP No. 102 tahun 2000 tentang SN, Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Pada konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha atas produk produk peralatan makan yang menimbulkan kerugian baik secara materiil dan immaterial setelah melakukan pembelian suatu produk (Pasal 19 ayat (1) UUPK yang berbunyi “….bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan (UU Tentang Perlindungan Konsumen,Loc.Cit,Ps.19 Ayat 1) dapat melakukan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen di Indonesia dalam upaya penyelesaian sengketa konsumen menurut UUPK Pasal 45 ayat
Jika BSN sudah menetapakan SNI untuk produk melamin, maka bagi pelaku usaha yang masih memproduksi dapat dikenakan pasal 8 ayat (1) huruf a UUPK, yaitu larangan bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan memperdagangkan produk
(2) UUPK tentang Penyelesaian Sengketa, yang mengatakan penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Dalam hal ini, pelaku usaha melanggar Pasal 18 PP No. 102 tahun 2000 tentang Standar Nasional, yaitu:
Pasal 45 ayat (2) UUPK dihubungkan dengan penjelasannya, maka dapat disimpulkan penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut:
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang dan atau jasa, tidak me173
Dengan demikian berdasarkan ketentuan
a. Penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan kosumen) tanpa
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
melibatkan pengadilan atau pihak ketiga yang netral. Penyelesaian sengketa konsumen melalui
b. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
cara-cara damai tanpa mengacu pada ketentuan
c. LPKSM yang memenuhi syarat, yaitu yang
Pasal 1851 sampai Pasal 1864 Kitab melalui
berbentuk badan hukum atau yayasan, yang
Undang- Undang Hukum Perdata. Pasal-pasal
dalam anggaran dasarnya menyebutkan de-
tersebut mengatur tentang pengertian, syarat-
ngan tegas bahwa tujuan didirikannya
syarat dan kekuatan hukum dan mengikat per-
organisasi tersebut adalah untuk kepenti-
damaian;
ngan perlindungan konsumen dan telah me-
b. Penyelasaian melalui pengadilan. Penyelesaian
laksanakan kegiatan perlindungan konsumen
sengketa konsumen melalui pengadilan menga-
dan telah melaksanakan kegiatan sesuai de-
cu kepada ketentuan-ketentuan peradilan umum
ngan anggaran dasarnya;
yang berlaku;
d. Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila
c. Penyelesaian di luar pengadilan melalui BPSK.
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian ma-
Sebagaimana sengketa hukum pada umum-
teri yang besar dan atau korban yang tidak
nya, sengketa konsumen harus diselesaikan. Pe-
sedikit.
nyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan de-
Pengaturan yang diberikan oleh Pasal 46 ayat
ngan menempuh salah satu dari ketiga cara pe-
(1) UUPK maksudnya adalah:
nyelesaian yang ditawarkan oleh Pasal 45 ayat (2)
1. Bahwa secara personal (gugatan seorang konsu-
di atas, sesuai keinginan dan kesepakatan para pihak
men yang dirugikan atau ahli waris yang ber-
yang bersengketa sehingga dapat menciptakan hu-
sangkutan) sebagaimana yang dimaksud dalam
bungan baik antara pelaku usaha dengan konsumen.
huruf a Pasal 46 ayat (1) UUPK, penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui
Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa
Umum
konsumen yaitu melalui BPSK sebagaimana Pasal 45 ayat (2) UUPK menyatakan bahwa
setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat
yang ditentukan dalam UUPK atau melalui peradilan di lingkungan Peradilan Umum.
pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas me-
2. Sedangkan gugatan yang diajukan oleh seke-
nyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
lompok konsumen, LPKSM atau pemerintah
usaha atau melalui peradilan yang berada di ling-
sebagaimana yang dimaksud huruf b, huruf c
kungan peradilan umum mengacu pada ketentuan
dan huruf d Pasal 46 ayat (1) UUPK, penye-
tentang peradilan umum yang berlaku dengan
lesaian sengketa konsumen diajukan melalui pe-
memperhatikan ketentuan Pasal 45 di atas. Adapun
radilan umum. Penyelesaian melalui pengadilan
yang berhak melakukan gugatan terhadap pelang-
mengacu pada ketentuan tentang peradilan
garan yang dilakukan pelaku usaha diatur dalam Pa-
umum yang berlaku saat ini. Mengenai gugatan sekelompok konsumen
sal 46 ayat (1) UUPK, yaitu: a. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
yang mempunyai kepentingan yang sama sebagaimana yang diatur huruf b Pasal 46 ayat (1) UUPK,
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
174
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
dalam Penjelasan Pasal 46 ayat (1) huruf b UUPK,
inisiatif salah satu pihak atau para pihak, di
ditegaskan bahwa: "Undang-undang ini mengakui
mana Majelis BPSK bersifat aktif sebagai peme-
gugatan kelompok atau Class Action". "Gugatan ke-
rantara dan atau penasehat. Pada dasarnya me-
lompok atau class action harus diajukan oleh kon-
diasi adalah suatu proses di mana pihak ketiga
sumen yang benar-benar dirugikan dan dapat di-
suatu pihak luar yang netral terhadap sengketa,
buktikan secara hukum
mengajak pihak yang bersengketa pada suatu penyelesaian sengketa yang telah disepakati.
Penyelesaian Sengketa di Luar Peradilan
Sesuai batasan tersebut, mediator berada di te-
Umum
ngah-tengah dan tidak memihak pada salah satu Untuk mengatasi berikutnya proses penga-
pihak (Yusuf Shofie).
UUPK membe-
Peran mediator sangat terbatas, yaitu pada
rikan solusi untuk penyelesaian sengketa konsumen
hakekatnya hanya menolong para pihak untuk
di luar peradilan umum. Pasal 45 ayat (1) UUPK
men-cari jalan keluar dari persengketaan yang
menyebutkan, jika telah dipilih upaya penyelesaian
mereka hadapi sehingga hasil penyelesaian ter-
sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan me-
letak sepenuhnya pada kesepakatan para pihak
lalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya
dan kekua-tannya tidak secara mutlak meng-
itu dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak
akhiri sengketa secara final, serta tidak pula
atau para pihak yang lain yang bersengketa. Ini ber-
mengikat secara mutlak tapi tergantung pada iti-
arti, penyelesaian sengketa di pengadilan tetap di-
kad baik untuk mematuhinya. Keuntungan yang
buka setelah para pihak gagal menyelesaikan seng-
didapat jika menggunakan mediasi sebagai ja-
keta mereka di luar pengadilan.
lan penyelesaian sengketa adalah: karena cara
dilan di peradilan umum, maka
Pasal 47 UUPK menyebutkan penyelesaian
pendekatan penyelesaian diarahkan pada kerja-
sengketa konsumen di luar pengadilan diseleng-
sama untuk mencapai kompromi maka pem-
garakan untuk mencapai kesepakatan mengenai
buktian tidak lagi menjadi bebas yang mem-
bentuk dan besarnya ganti rugi mengenai tindakan
beratkan para pihak, menggunakan cara mediasi
tertentu untuk "menjamin" tidak akan terjadi kem-
berati pe-nyelesaian sengketa cepat terwujud,
bali atau tidak akan terulang kembali kerugian
biaya murah, bersifat rahasia (tidak terbuka
yang diderita konsumen.
untuk umum seperti di pengadilan), tidak ada
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat ditempuh dengan berbagai cara, yang dapat berupa artibrase, mediasi, konsiliasi, Dari sekian ba-
pihak yang menang atau kalah, serta tidak emosional.(Miru dan Yodo, 2004) b. Artibrase
nyak cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan,
Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa
UUPK dalam Pasal 52 tentang Tugas dan Wewe-
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
nang BPSK, memberikan 3 (tiga) macam cara pe-
pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para
nyelesaian sengketa, yaitu:
pihak yang bersengketa. Dalam mencari penye-
a.
Mediasi
lesaian sengketa, para pihak menyerahkan sepe-
Mediasi sebagai salah satu alternatif penyele-
nuhnya kepada Majelis BPSK untuk memu-
saian sengketa di luar pengadilan, ditempuh atas
tuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen
175
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
yang terjadi. Kelebihan penyelesaian sengketa
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah me-
melalui arbitrase ini karena keputusannya lang-
lakukan pelanggaran terhadap perlindungan kon-
sung final dan mempunyai kekuatan hukum te-
sumen;
tap dan mengikat para pihak (dalam UU No. 30
h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli
tahun 1999 yang terdapat di Pasal 60 yang ber-
dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui
bunyi “Putusan arbitrase bersifat final dan
pelanggaran terhadap undang-undang ini;
mempunyai kekutan hukum tetap dan mengikat
i.
para pihak”).
pelaku usaha, saksi, saksi ahli,atau setiap orang
c. Konsiliasi Konsiliasi
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan
sebagaimana yang dimaksud pada huruf g dan sebagai
alternatif
penyelesaian
huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan
sengketa konsumen berdasarkan UUPK. Penyelesaian sengketa ini banyak kesamaan dengan
badan penyelesaian sengketa konsumen; j.
Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat,
arbiterase, dan juga menyerahkan kepada pihak
dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan
ketiga untuk memberikan pendapatnya tentang
dan/atau pemeriksaan;
sengketa yang disampaikan oleh para pihak.
k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak
Walaupun demikian, pendapat dari konsiliator tersebut tidak mengikat sebagaimana mengikat-
adanya kerugian di pihak konsumen; l.
Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha
nya putusan arbiterase. Keterikatan para pihak
yang melakukan pelanggaran perlindungan kon-
terhadap pendapat dari konsiliator menyebab-
sumen;
kan penyelesaian sengketa tergantung pada kesukarelaan para pihak.
m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang
Secara lengkap tugas dan wewenang BPSK
ini.
menurut Pasal 52 UUPK, adalah: a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian
Pertanggung Jawaban dan Sanksi pada Pe-
sengketa konsumen, dengan cara melalui me-
laku Usaha Terhadap Produk Peralatan Ma-
diasi atau arbitrase atau konsiliasi;
kan yang Mengandung Melamin Palsu
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
atau jasa yang dihasilakan atau diperdagangkan. Pelaku usaha yang bertanggung jawab terhadap pere-
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila ter-
daran pralatan makan yang mengandung melamin
jadi pelanggaran ketentuan dalam undang-
palsu adalah pelaku usaha yang memproduksi pe-
undang ini;
ralatan makan yang mengandung melamin palsu.
e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak
Wujud ganti rugi dapat berupa pengembalian uang,
tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pe-
penggantian barang yang sejenis, penawatan kese-
langgaran terhadap perlindungan konsumen;
hatan dan pemberian santunan apabila terjadi keru-
Melakukan penelitian dan pemeriksaan seng-
gian pada konsumen. Atau pelaku usaha yang mem-
f.
keta perlindungan konsumen; Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
176
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
produksi barang dibebaskan dari tanggung jawab
rupiah). Sanksi pidana bagi pelaku usaha yang
atas kerugian yang diderita konsumen, apabila:
melanggar UUPK adalah sebagai berikut;
a. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak di-
Berdasarkan Pasal 62 ayat (1): “terhadap pelaku usaha yang melanggar keten-
edarkan; b. Cacat barang timbul pada kemudian hari;
tuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8, Pasal
c. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan me-
9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 17 ayat (1)
ngenai kualifikasi barang;
huruf a,b dan c, serta huruf e ayat (2), Pasal 18
d. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
e. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 tahun se-
tahun atau pidana denda paling banyak Rp
jak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu
2.000.000.000,-(dua miliar rupiah).’’
yang diperjanjikan. Berdasarkan Pasal 62 ayat 2: Sedangan diliat dari KUHPER tentang dalu-
“ terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan
warsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu
sebagaimana dimaksud Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13
atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan
ayat (1), Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat
f, dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000,-
yang ditentukan oleh undang-undang. Suatu alasan
(lima ratus juta rupiah).”
hak Daluwarsa memiliki hak 20 tahun apa bila karena suatu yang cacat dalam bentuk caranya tidak
Bedasarkan Pasal 62 ayat 3:
dapat kenakan daluwarsa. Dan daluawrsa tidak da-
“terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka
pat dikenakan apabila pelaku usaha dapat mem-
berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diber-
buktikan bahwa produk tersebut aman bagi kese-
lakukan ketentuan hukum yang berlaku.”
hatan dan tidak minimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia.
Tentunya sanksi kurungan (penjara) atau denda setiap kasus disesuaikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh kejahatannya. Dengan adanya Pasal 61 UUPK, yang me-
Sanksi Sanksi hukum bagi pelaku usaha yang me-
nentukan: “bahwa penuntutan
pidana dapat
langgar ketentuan UUPK meliputi sanksi pidana
dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengu-
serta adminstrasi.
rusnya” maka yang dapat dipidana karena adanya
1. Sanksi Pidana
unsur kriminal pada kasus pelanggaran konsumen
177
Selain itu, UUPK memberikan ancaman sanksi
tidak saja orang dalam pengertian alam tetapi juga
pidana pada pelaku usaha yang memproduksi
yang dilakukan oleh badan hukum.
dan atau mendistribusikan produk melamin pal-
Terhadap sanksi pidana sebagaimana di-
su yang melanggar Pasal 8 ayat (1) dan (2) me-
maksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman
ngenai barang yang tidak memenuhi standar
tambahan, berupa:
yang telah ditetapkan, yaitu pidana penjara pa-
a. Perampasan barang tertentu;
ling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda pa-
b. Pengumuman kepurusan hakim;
ling banyak RP 2.000.000.000,00 dua miliar
c. Pembayaran gati rugi;
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang
terhadap bahan baku dan hasil industri yang ber-
menyebabkan timbulnya kerugian konsu-
bahaya dan upaya penjamin keamanan dan kese-
men;
lamatan terhadap penggunaan alat, bahan baku
e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran,
serta hasil produksi.
atau;
Semetara itu, sanksi pidana yang dapat di-
Pencabutan izin.
kenakan pada pelaku usaha yang melanggar ke-
2. Sanksi Administrasi
tentuan Pasal 18 PP No.102 tahun 2000 tentang
f.
Sanksi andministrasi bagi pelaku usaha yang
SN, dalam hal ini adalah pelaku usaha yang
melanggar UUPK berdasarkan Pasal 60 ayat 2;“
memproduksi produk pralatan makan yang me-
terhadap pihak produsen yang melanggar aturan
ngandung melamin palsu tidak sesuai SNI yang
hukum perlindungan konsumen dikenakan ganti
telah diberlakukan secara wajib.
rugi paling banyak RP. 200.000.000,- (dua ratus
Pelaku usaha dapat dibebaskan dari tanggung ja-
juta rupiah)’’.
wab jika kerugian diakibatkan karena kelalaian
Terhadap
Pelaku
Usaha
yang
melakukan
konsumen. Seringkali hal ini dijadikan dalil bagi
pelanggaran dapat dikenakan sanksi adminis-
pelaku usaha untuk melepaskan tanggung ja-
trasi berupa: pemusnahan barang bermasalah,
wab, maka konsumen harus berhati-hati. Kon-
pencabutan barang dari peredaran, pencabutan
sumen dalam UUPK diberikan sejumlah hak
izin usaha, dan atau penutupan kegiatan pro-
yang dipergunakan untuk melindungi konsumen
duksi.
dari pelaku usaha yang tidak bertanggung ja-
Dalam SNI produk pralatan makan yang me-
wab, hak tersebut antara lain hak atas ke-
ngandung melamin palsu, maka pelaku usaha
nyamanan, keamanan, dan keselamtan dalam
melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2)
mengkonsumsi barang dan jasa. Konsumen di-
PP No. 102 tahun 2000 tentang SN dapat dike-
samping menuntut hak, juga harus memper-
nai sanksi administratif dan atau sanksi pidana.
hatikan kewajibannya, serta membaca atau me-
Sanksi administratif dapat berupa pencabutan
ngikuti petunjuk informasi dan prosedur pema-
sertifikat produk dan atau pencabutan hak peng-
kaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa de-
gunan tanda SNI, pecabutan ijin usaha, dan atau
mi keamanan dan keselamatan.
penarikan produk dari peredaran. Sanksi pencabutan sertifikat produk dan atau hak peng-
Pencegahan Perilaku Pelaku Usaha Ter-
gunaan tanda SNI dilakukan oleh lembaga ser-
hadap Produk Peralatan Makan yang Me-
tifikasi produk. Sanksi pencabutan ijin usaha
ngandung Melamin Palsu
dan atau penarikan produk dari peredaran dite-
Dengan beredaranya produk melamin palsu
tapkan oleh instansi teknis yang berwenang dan
yang beredar dipasaran dan sangat merugikan kon-
atau Pemerintah Daerah. Diatur pada Pasal 24
sumen. Disini lah peranan pemerintah terhadap pro-
Ayat 1 yaitu pelanggaran atas ketentuan izin
duk peralatan makan yang aman dengan cara so-
usaha ini mengakibatkan pelaku usaha dikena-
sialisasi kemedia-media (tv, radio, koran atau
kan sanksi tindak pidana atau dengan hukuman
penyuluhan) terhadap poduk melamin yang aman
tambahan pencabutan izin usaha industri,
dipergunakan dan bagimana cara membedakan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
178
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
antara melamin palsu dengan yang asli, dampak
Kesimpulan
pengunaan melamin palsu bagi kesehatan.
Dari pembahasan tersebut di atas, maka
Peranan LPKSM sangat diperlukan untuk
dapat penulis sampaikan bahwa Peralatan makan
mewujudkan perlindungan konsumen untuk me-
melamin palsu tidak aman digunakan sebagai wa-
lindungi konsumen dari tindakan pelaku usaha yang
ah makanan dan minuman yang panas khususnya
tidak bertanggung jawab dalam memproduksi pro-
pada suhu 80 0C karena pada suhu tersebut for-
duk yang mereka akan edarkan disinilah tugas
aldehid yang terdapat pada peralatan makan me-
LPKSM diperlukan untuk menyebarkan informasi
amin dapat keluar dan masuk ke dalam tubuh
dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan
manusia. Masyarakat sebaiknya tidak tergiur de-gan
kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
harga peralatan makan melamin yang murah karena
mengkonsumsi produk, memberikan nasihat kepada
tidak menjamin bahwa peralatan makan melamin
konsumen yang memerlukan, bekerja sama dengan
tersebut aman digunakan sebagai wadah makanan
instansi terkait dlam upaya mewujudkan perlin-
dan minuman yang panas. Masyarakat sebaiknya le-
dungan, membantu konsumen dalam memper-
ih teliti terhadap barang yang akan dibeli atau dikon-
uangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau
sumsi memilih produk yang murah padahal dan tidak
pengaduan konsumen, melakukan pengawasan ber-
jelas apakah produk tersebut sudah SNI atau belum
ama pemerintah dan masyarakan terhadap pelaksa-
padahal efek samping yang dihasilkan dari produk
aan perlindungan konsumen.
tersebut merugikan kesehatan. Perlu dilakukan pe-
Pengawasan perhadap produk pralatan ma-
nelitian lebih lanjut mengenai kandungan for-
an yang mengandung melamin palsu agar tidak be-
maldehid
edar luas di pasar dengan dilakukanya dengan cara
melamin berdasarkan suhu makanan dan minuman
penelitian, pengujian, dan/atau survei oleh masya-
yang dimasukkan ke dalam peralatan makan me-
akat dan LPKSM. Dan memberikan sanksi terhadap
lamin. Tujuan dengan berlakunya UUPK yaitu untuk
pelaku usaha yang terbukti telah merugikan kon-
meningaktkan kesadaran, kemampuan dan keman-
umen tidak memberikan hak-hak konsumen terha-
dirian dan cara menghindarkan dari akses negatif pe-
ap mengkonsumsi produk yang telah mereka beli.
makaian peralatan makan yang mengandung mela-
Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku usaha
min. Dengan berlakunya UUPK maka pelaku usaha
yang telah melakukan perbutan yang dilarang bagi
harus beritikat baik seperti untuk bersikap jujur,
pelaku usaha yang telah diatur dalam UUPK ter-
bertanggung jawab, dan berusaha meningkatkan
adap produk yang beredarannya peralatan makan
kualitas produk yang menjamin kenyamanan, ke-
yang mengandung melamin palsu. Sedangkan pe-
amanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen dan
anan BPOM terhadap beredarnya produk makan
lebih memperhatikan kepentingan konsumen yang
yang mengandung melamin palsu yaitu dengan
telah dilindungi oleh perangkat hukum seperti wajib
caranya memberikan informasi dan edukasi publik
mengganti kerugian pada konsumen atas produk
termasuk peringatan publik atas produk yang ber-
tersebut. Dengan berlakunya UUPK maka pelaku
ahaya yang tidak layak dikonsumsi atau dipakai
usaha harus menjahui perbutan yang dilarang bagi
oleh konsumen.
pelaku usaha yaitu tidak memenuhi susuai standar yang
179
pada
penggunaan
dipersyaratkan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
dan
peralatan
ketentuan
makan
peraturan
Perlindungan Konsumen, Terhadap Produk Peralatan Makan yang Mengandung Melamin Palsu
perundang-undangan yang berlaku, agar meng-
melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik.
hasilkan produk yang berkualitan tanpa merugian konsumen yang mengunakan produk tersebut.
Daftar Pustaka
Dengan berlakunya UUPK dituntut harus
Agnes, “Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Per-
memperhatikan dan memahami makna isi UUPK
kembangan di Beberapa Negara”, Alumni,
terutama hak dan kewajiban konsumen serta upaya
Bandung, 1988.
penyelesaian yang dilakukan konsumen ke pelaku
Ahmadi Miru, dan Yodo, Sutarman, “Hukum
usaha baik didalam persidangan ataupun diluar, de-
Perlindungan Konsumen:, Raja
ngan pemahaman cukup maka konsumen tidak be-
persada, Jakarta, 2004.
Grafindo
rada pada posisi yang lemah dihadapan pelaku
Andang Ilyani S, “Melamin Ilegal, Biang Kanker.”
usaha. Lembaga yang terkait seperti pemerintah,
Warta Konsumen, September 2004.
BPOM RI, serta pihak terkait atas perlindungan
Andang Ilyani S, “Teknik Jitu Membedakan
konsumen tersmasuk para penegak hukum ter-
Melamin Asli dan Aspal.” Warta Konsumen
masuk penyidik hukum (polisi) harus menindak dan
September 2004.
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan per-
Az Nasution, “Berlakunya UU Perlindungan Kon-
lindungan konsumen dilingkungan masing-masing
sumen pada Seluruh Barang dan/atau Jasa:
secara tegas dan bertanggung jawab (sesuai fungsi
Tinjauan Pada UU No. 8 Tahun 1999”,
dan tugas kewenangnya). Kesemuanya untuk mem-
Diadit Media, Jakarta, 2001.
berikan perlindungan hukum yang optimal. YLKI dan LPKSM ialah wakil aspirasi masyarakat khususnya melindungi konsumen seharunya lebih tang-
Az.Nasution, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Diadit Media, Jakarta, 2001. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, “Hukum
gap menyelidiki permasalahan yang merugikan
tentang
Perlindungan
Konsumen”,
konsumen seperti permasalahan produk peralatan
Gramedia Pustaka, Jakarta, 2003.
PT
makan yang mengandung melamin palsu tanpa ha-
Indonesia, “Undang-Undang tentang Perlindungan
rus menunggu laporan dari konsumen yang telah
Kosumen”, UU No.8 Tahun 1999. LN
menjadi korban. Serta berinisiatif memberikan
No.42 Tahun 1999, TLN. No. 3821.
kritik/masukan ke Pemerintah, BPOM RI, serta pi-
Juanus Sidabolok, “Hukum tentang Perlindungan
hak terkait atas perlindungan konsumen termasuk
Konsumen di Indonesia”, Citra Aditiya
para penegak hukum (polisi). Termasuk sistem pe-
Bakti, Bandung, 2006.
ngawasan untuk menjalankan UUPK dapat berjalan
Shidarta,
“Hukum,
Perlindungan
Konsumen
dengan baik tanpa merugiakan konsumen maupun
Indonesia”, Grasindo, Jakarta, 2004.
pelaku usaha. YLKI dan LPKSM melakukan pe-
Soejono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”,
nelitian, pengujian dan/atau survei atas produk per-
Cet.3, Penerbit UI, Jakarta, 1986.
alatan makan yang beredar dipasaran apakah produk tersebut layang untuk diedarkan atau dikonsumsi oleh masyarakat. Perlu dilakukan sosialisasi UUPK yang berkesinambungan dan terus menerus sehingga konsumen dan pelaku menyadari dan Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
180