perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN 1967-2007
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh : INDRI HAPSARI C0505032
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : INDRI HAPSARI Nim
: C0505032
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Madrasah (Sekolah Islam ) Dalam Perubahan Sosial (Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di Desa Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo Tahun 1967-2007) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi ( kutipan ) dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan
INDRI HAPSARI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, Tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. ( Confusius )
Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, Tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi. ( Penulis )
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Papa dan Mama tercinta 2. Adiku tersayang
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercerah kepada Nabi Muhammad Saw sekeluarga, para sahabat, serta orang-orang yang berada dijalan-Nya. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna menyelesaikan studi pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas, bimbingan, maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M. Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk. 2. Ibu Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk. 3. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk. 4. Ibu Dra. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak M Bagus Sekar Alam SS, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis. 7. Bapak Achmad Syaibani Ilham selaku Ketua Yayasan Pendidikan Darussalam, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan. 8. Ibu Nurul Hamidah, STP selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang telah memberikan data-data serta informasi yang diperlukan kepada penulis. 9. Ibu Hj Djamhariah, BA selaku mantan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang telah memberikan kemudahan dan informasi kepada penulis. 10. Mbah Putri, Mbah Kakung, dan segenap keluarga besar di Gandekan yang telah mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Keluarga besar di Cilegon yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Om Wardi di Gandekan yang telah menjaga dan mengawasi penulis selama menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca
Surakarta, commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL…………………………………………………..
i
2. HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………..
ii
3. HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..
iii
4. HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………
iv
5. HALAMAN MOTTO ………………………………………………..
v
6. HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………..
vi
7. KATA PENGANTAR……………………………………………….
vii
8. DAFTAR ISI…………………………………………………………
ix
9. DAFTAR TABEL……………………………………………………
xi
10. DAFTAR ISTILAH………………………………………………….
xii
11. DAFTAR SINGKATAN…………………………………………….
xiii
12. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………
xiv
13. ABSTRAK …………………………………………………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah……………………………………………..
6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………..
7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………
7
E. Kajian Pustaka…………………………………………………..
8
F. Metode Penelitian……………………………………………….
11
G. Sistematika.……………………………………………………....
14
BAB II MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Madrasah…………………………………………….
15
B. Perkembangan Pendidikan Madrasah Di Indonesia…………….
17
1. Masa Penjajahan Belanda…………………………………...
18
2. Masa Penjajahan Jepang ………………………………….. commit to user
24
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Masa Orde Baru……………………………………………..
26
4. Masa Orde Lama…………………………………………….
30
C. Ciri Kekhasan Lembaga PendidikanMadrasah………………….
37
1. Sistem Pengajaran Madrasah………………………………..
37
2. Porsi Mata Pelajaran Madrasah……………………………...
40
BAB III PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I A. Kondisi Demografi Desa Pucangan Kartasura………………….
42
B. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I…
43
1. Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama (MADINU)…………
43
2. Yayasan Pendidikan Islam Darussalam …………………….
49
C. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartosuro
BAB
IV
Tahun 1967-2007………………………………………………..
52
1. Masa Perintisan (1967-1978)………………………………..
53
2. Masa Terdaftar(1979-1988)…………………………………
57
3. Masa Kemunduran(1989-1995)……………………………..
64
4. Masa Perkembangan(1996-2007)……………………………
67
PERANAN
MADRASAH
IBTIDAIYAH
DARUSSALAM
I
TERHADAP MASYARAKAT KARTASURA 1. Dalam Bidang Pendidikan…………………………………...
82
2. Dalam Bidang Agama………………………………………..
88
BAB V KESIMPULAN…………………………………………………….
96
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
97
LAMPIRAN………………………………………………………………….
101
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.
Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 19781979…………………………………………………………
2. Tabel 2.
56
Susunan Program Pengajaran Pada Kurikulum Sekolah Dasar Tahun1975………………………………………………….
62
3. Tabel 3.
Data Siswa Terbanyak Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I...
64
4. Tabel 4.
Jumlah Bangunan dan Ruangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I……………………………………………….
66
5. Tabel 5.
Kegiatan Ekstrakulikuler yang sudah dijalankan…………..
72
6. Tabel 6.
Perkembangan Status Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I…
78
7. Tabel 7.
Pendidikan Penduduk Pucangan Kartasura……………….
85
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISTILAH Ahlus Sunnah Wal Jamaah
:orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya
Community Based Education
:Pendidikan Berbasis Masyarakat
Dar Al-Kuttab
:Suatu
lembaga
pendidikan
yang
mengajarkan tentang kitab Ethisch Politiek
:Politik etis, yaitu suatu politik balas budi
Expoitatie Politiek
:Politik eksploitasi, dengan
menjajah
yaitu suatu politik atau
mengeksploitasi
daerah yang dijajah. God Dients Onderwys
:Perguruan Agama
Haram
:Suatu perkara yang tidak boleh dilakukan oleh umat muslim karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa neraka
Ijma’
:Kesepakatan ulama pada masa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
Makruh
:Suatu
perkara
dilakukan
tetapi
mendapat
dosa
yang
dianjurkan
tidak
jika
dilakukan
tidak
dan
jika
ditinggalkan
mendapat pahala dari Allah SWT Mubah
:suatu perkara yang jika dikerjakan tidak mendapat dosa dan tidak mendapat pahala
Ordonansi
:aturan konstitusional tertinggi pemerintah Hindi Belanda
Scholl Based Management
commit to user :Sekolah Berbasis Manajemen
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
BOS
:Bantuan Operasional Sekolah
HIS
:Hollandsch Inlandsche School
KBM
:Kegiatan Belajar Mengajar
MAN
:Madrasah Aliyah Negeri
MIN
:Madrasah Ibtidaiyah Negeri
MTsN
:Madrasah Tsanawiyah Negeri
SD
:Sekolah Dasar
SLTP
:Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA
:Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir
SKB
:Surat Keputusan Bersama
SKI
:Sejarah Kebudayaan Islam
VOC
:Vereenidge Oots Indische Compagnie
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1.
Akta Pendirian Yayasan Pendidikan Islam Darussalam………….....……………………………
2. Lampiran 2.
Piagam TERDAFTAR Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1978………………………….
3. Lampiran 3.
117
Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 2005…………………………..
7. Lampiran 7.
116
Piagam DISAMAKAN Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 2001…………………………..
6. Lampiran 6.
115
Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1999…………………………………………
5. Lampiran 5.
114
Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1994…………………………………………
4. Lampiran 4.
101
118
Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 2010…………………………..
119
8. Lampiran 8.
Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I……..
120
9. Lampiran 9.
Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I………………………………………..
122
10. Lampiran 10. Gambar ……………………………………………..
123
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Indri Hapsari, C0505032, 2012, Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007. Skripsi. Jurusan Ilmu Sejarah. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini membahas tentang Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007.Masalah dan tujuan penelitian adalah Apa yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di Pucangan, Kartasura, bagaimanakah dinamika Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007, apa peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Kartasura baik dalam bidang pendidikan maupun agama. Penelitian menggunakan metode historis dengan teknik pengumpulan data menggunakan heuristik. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern kemudian dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini dianalisa dan disusun dalam sebuah historiografi. Adapun hasil penilitian ini menjelaskan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada awal berdirinya bernama MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama). Kemudian karena ada suatu alasan intern yang menyebabkan MADINU berganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Perkembangan selanjutnya madrasah tersebut semakin mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Pucangan Kartasura sehingga diperlukan suatu yayasan yang berbadan hukum untuk mengelola madrasah tersebut. Tahun 1975 para pendiri madrasah mendirikan yayasan pendidikan yang bernama Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. Perkembangan selanjutnya, tanggal 5 April 1978 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mendapat status Terdaftar dan sampai tahun 2005 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mendapatkan status Terakreditasi B. Dalam perkembangannya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khusunya bagi masyarakat Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan TK dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, di mana keberadaan satuan pendidikan tersebut dapat meningkatkan pendidikan bagi masyarakat Pucangan Kartasura. Sedangkan dalam bidang agama, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mengadakan TPA, MajelisTakhlim, dan Pekan Dakwah Ramadhan. Peranan tersebut dapat meningkatkan kehidupan beragama masyarakat Pucangan Kartasura. Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pun memberi perkembangan kelembagaan yang dinamis sejak tahun 1967-2007. commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Indri Hapsari, C0505032, 2012, The Development of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007. Thesis. History Science Department. Faculty of Letters and Fine Arts of Sebelas Maret University. This research discusses the development of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007. The problem and the objective of this research are what the background of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartosuro establishment, how the dynamics of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro during 1967-2007 and what the contribution of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan to Kartosuro in both education and religion sectors. This study employed a historical research method with heuristic method as the technique of collecting data. The data obtained was then criticized internally and externally combined with the library study to provide the historical facts. These facts were analyzed and organized in a historiography. From the result of research, it could be explained that Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I was originally named MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama). Then, because of one internal reason, MADINU was renamed into Madrasah ibtidaiyah Darussalam I. In further development, it got better response from the Pucangan Kartosuro people so that, a foundation with legal enterprise was required to manage the madrasah. In 1975, the founders of madrasah found the education foundation named Darussalam Islam Education Foundation. In the next development, on April 5, 1978, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained Enlisted status up to 2005, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained B Accredited status. In its development, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I played educational and religious roles that were important to the society life, particularly to the Pucangan Kartosuro people and surrounding. The role of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I in education sector established Kindergarten and Madrasah Ibtidaiyah Darussalam education units, in which the existence of education could improve education for the Pucangan Kartosuro people. Meanwhile in religion sector, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I held TPA, Majelis Taklim and Pekan Dakwah Ramadhan. Such the roles could improve the religious life of the Pucangan Kartosuro people. Based on the result of discussion above, it could be concluded that the existence of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I provided dynamic institutional development since 1967 to 2007.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ). Bangsa Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, sebagian tanggung jawab pendidikan ada di tangan lembaga pendidikan Islam yang sekaligus bagian dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang terkatub dalam Al Quran dan terjabar dalam Sunnah Rasul, yang di maksud adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 1 Pendidikan Islam sejak awal merupakan
salah
satu
usaha
untuk
menumbuhkan
dan
memantapkan
kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. 2
1
Hasbullah, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal 9. 2 commit to user (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, hal 30.
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah di akui keberadaan pendidikan Islam sebagai lembaga formal, non formal, dan informal. Sebagai lembaga pendidikan formal di akui keberadaan madrasah yang setara dan sama dengan sekolah.3 Madrasah adalah personifikasi kebutuhan umat Islam terhadap pelestarian nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dengan demikian, madrasah adalah penanaman nilai-nilai agama terhadap anak didiknya, selaku generasi umat muslim sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.4 Bangunan personifikasi madrasah tidaklah sederhana, sebab pendiriannya di dorong oleh semangat dan cita-cita luhur mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam sebuah sistem pendidikan. 5 Latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia dapat dikembalikan pada dua situasi, pertama adanya gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, dan kedua adanya respon pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.6 Pada masa kolonial Belanda, madrasah dibiarkan hidup sendiri tanpa pengakuan apa-apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, sikap tidak peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengutamakan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat. 3
Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal8. 4 Nunu Ahmad An-Nahidl,dkk, Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat, (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2007), hal 34. 5 Ibid, hal 80. 6 commitdan to Perkembangan user Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 196
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keadaan tersebut tidak jauh beda pada masa setelah Indonesia merdeka, madrasah di biarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana sesuai dengan
kemampuan
para
pengasuh
dan
masyarakat
pendukungnya.
Perkembangan madrasah terkait dengan peran Departemen Agama, pengurusan mengenai penyelenggaraan pendidikan madrasah menjadi wewenang dan tanggung jawab Departemen Agama.7 Setelah terbitnya Surat Keputusan Bersama ( SKB ) Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain. Dengan demikian siswa lulusan sekolah madrasah dapat memasuki jenjang sekolah umum yang lebih tinggi, atau bisa pindah ke sekolah formal dan begitu juga sebaliknya. Kemudian diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) disebutkan bahwa sekolah atau lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Departemen Agama, dengan sekolah yang dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sama dan sederajat. Madrasah dalam dekade terakhir abad XX
merupakan lembaga
pendidikan alternatif bagi para orang tua untuk menjadi tempat penyelenggaraan pendidikan bagi putra-putrinya. 8 Dengan alasan percepatan arus informasi, globalisasi, dan krisis multidimensional telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan dan kualitas sumber daya manusia ( SDM ), termasuk semakin terkikisnya nilai-nilai islami pada sebagian masyarakat.
7
A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan to user Agama, ( Jakarta : Dermaga, 1983 ), hal commit 21 8 Abuddin Nata, Op. Cit, hal 187
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara mendasar dapat di katakan bahwa, madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat.9 Oleh karena itu, madrasah adalah milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat. Kabupaten
Sukoharjo
keberadaan
Madrasah
Ibtidaiyah
cukup
berkembang. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, madrasah tersebut berada di Desa Pucangan, Kartasura. Madrasah yang di dirikan dan di kelola oleh Yayasan Pendidikan Darussalam. Yayasan Pendidikan Darussalam tersebut merupakan sebuah yayasan pendidikan yang secara kelembagaan organiasiatoris berafiliasi kepada organisasi Nahdatul Ulama. Pada awalnya sekolah tersebut bernama MADINU ( Madrasah Diniyah Nahdhatu’ Ulama ) yang di dirikan pada tahun 1967. Yayasan Pendidikan Darussalam pada tanggal 29 juli 1985 sudah memiliki akte pendirian dengan no akte ; 239. Para pendiri yayasan tersebut antara lain : (1) Ahmad Syaibani Ilham, (2) Djamhariyah, (3) Hasyim, (4) Istiqomah dan (5) M. Sunarjo. Berawal dari melihat keadaan masyarakat di Kartosuro terutamaa di daerah Pucangan yang mayoritas warganya hidup dalam keadaan tidak mampu dan serba kekurangan, apalagi dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Hal itu mendorong Bapak Ahmad Syaibani untuk mendirikan madrasah yang sederhana seperti konsep madrasah pendidikan berbasis masyarakat (community commit toPendidikan user Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 20 9
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
based education) dengan semangat keagamaan atau dakwah, yang bertujuan mengurangi beban orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak mereka dan meningkatkan generasi muda yang lebih baik dan berakhlak mulia. Cita-cita mendirikan madrasah berkaitan dengan ibadah untuk mencapai keridhaan Allah. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura juga di harapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi sebagat berikut : Menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlussunah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di Desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri dari sejak berdiri sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat Desa Pucangan Kartasura yang kehidupan ekonominya cukup sederhana. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam di Desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat penting yang harus di jaga dan dikembangkan. Berdasarkan uraian di atas diangkat suatu tema mengenai sejarah perkembangan madrasah ibtidaiyah Darussalam I di bawah naungan Yayasan Pendidikan Darussalam dengan judul “Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007) “
B. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura ? 2. Bagaimanakah perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007 ? 3. Bagaimanakah peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura?
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, diharapkan mampu memberikan jawaban permasalahan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura. 2. Untuk mengetahui perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007. 3. Untuk mengetahui peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura.
D. Manfaat Penelitian Dari kajian tentang Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartasura, maka penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini di harapkan mampu memberikan gambaran mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura. Selain itu, mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai keberadaan dan perkembangan Madrasah di bawah pengelolaan yayasan pendidikan
Darussalam
Pucangan
Kartosuro.
Hasil
dari
penelitian
diharapkan dapat menjadi pendorong bagi penelitian-penelitian lain untuk mengangkat tema yang berkaitan dengan perkembangan lembaga pendidikan islam di Kartasura. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat praktis Dengan mengetahui sistem pembelajaran yang di gunakan
di madrasah
tersebut sehingga dapat tetap bertahan sampai sekarang, dengan demikian di harapkan mampu menjadi masukan kepada pihak yang membutuhkan sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan saat ini.
E. Kajian Pustaka Literatur di gunakan sebagai sumber untuk di jadikan bahan rujukan yang mampu mendukung pengangkatan tema yang di kaji. Haidar Putra Daulay (2007), Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, pendidikan Islam berusaha mengajarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi, karena pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaranajaran Islam sebagaimana tertulis dalam Alquran dan Hadits. Buku tersebut mencoba mengungkapkan bagaimana perjalanan pendidikan Islam di Indonesia melalui rentetan sejarah yang dialaminya. Sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut di Indonesia. Hal tersebut di sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam, termasuk diantaranya belajar shalat, berdoa, membaca Alquran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, di mana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, mesjid dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
kemudian berkembang menjadi pondok pesantren, setelah itu baru timbul sistem madrasah yang merupakan perpaduan antara sekolah umum dan pesantren. Buku Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia (2001), yang di susun oleh H. Abuddin Nata. Dalam buku tersebut di jelaskan sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan islam di Indonesia, mulai dari yang amat sederhana sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Hal tersebut dapat di maklumi, mengingat pada saat lembaga-lembaga pendidikan Islam dikembangkan keadaan maasyarakat Indonesia masih miskin, terbelakang, tertindas oleh penjajah, dan sebagainya. Motivasi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lebih didasarkan pada motivasi dakwah, yaitu menyebarluaskan (memasyarakatkan) ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat, sehingga ajaran tersebut dapat di pahami, di hayati dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya akan mencegah masyarakat terjerumus ke dalam perbuatan yang keji dan mungkar. Pertumbuhan suatu lembaga pendidikan tidaklah lahir dengan sendirinya, tetapi melalui proses dari awal sampai akhir yang menyebar dalam jarak waktu yang relatif panjang. Demikian pula halnya dengan madrasah, bila di lihat pada awal pertumbuhannya di motivasi oleh keadaan dan situasi tertentu yang mengkondisikan madrasah itu tumbuh. Buku karya Karel A. Stenbrink, yang berjudul Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (1986), perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, di mana sejak permulaan abad 20 telah terjadi sebuah perubahan besar dalam pendidikan Islam di Indonesia, di samping commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
lembaga tradisional seperti pesantren dan pengajian Qur’an sederhana, di dirikan lembaga yang memakai metode modern dan sering disebut madrasah. Dalam buku tersebut membahas problematika studi melalui pendekatan sejarah. Dualisme pendidikan, yang mendapatkan bentuk formal dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan oleh dua departemen, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Departemen Agama yang muncul pada akhir abad 19. Lembaga pendidikan yang penting setelah Indonesia merdeka adalah Pesantren, Sekolah, dan Madrasah. Ketiga lembaga pendidikan tersebut mempunyai sistem dan kurikulum yang berlainan, sehingga produk kelulusan yang dihasilkan mempunyai karakter dan kualitas yang berbeda-beda. Dalam buku tersebut di bahas mengenai munculnya sistem pendidikan dualistik yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama, serta perkembangan madrasah pada masa kolonial. Mengenai sejarah dan perkembangan madrasah di Indonesia, dibahas oleh H. Maksum ( 1999 ), Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat, tegasnya semua aspek kehidupan masyarakat. Di antara aspek yang dapat dikatakan menonjol dalam mempengaruhi perkembangan madrasah tersebut sejak masa klasik ialah aspek politik dan pemikiran keagamaan. Pertumbuhan madrasah di Indonesia di latarbelakangi oleh dua faktor yaitu adanya desakan politik kolonial, dan munculnya pembaharuan pemikiran keagamaan. Kebijakan kolonial yang menawarkan pola pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan tradisional, ternyata ikut memberi sumbangan bagi pertumbuhan madrasah karena organisasi dan struktur pendidikan kolonial sedikit commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak di adopsi oleh madrasah dengan tetap menjaga karakter pendidikan keagamaannya. Para pelaku dan pendukung gerakan pembaharuan pada umumnya memiliki pengalaman pendidikan di Timur Tengah. Perhatian mereka di bidang pendidikan di wujudkan dalam gerakan rasionalisasi kelembagaan pendidikan Islam sehingga dapat menjawab tantangan dan kebutuhan jaman yang mendesak. Hal tersebut membawa pada lahirnya pandangan progersif yang memandang bahwa sistem pendidikan Islam tidak dapat lagi bertumpu pada sistem pendidikan tradisional yang terfokus pada pelajaran agama dan hafalan. Bentuk nyata dari pandangan ini adalah pendirian dan perkembangan madrasah.
F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode historis. Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau. Metode yang digunakan dalam penelitian sejarah terbagi menjadi empat tahap yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu : heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiriografi. 10 Tahap pertama adalah Heuristik yaitu suatu proses pengumpulan sumbersumber sejarah Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini antara lain a. Studi Dokumen Studi dokumen mempunyai arti metodelogis yang penting karena dokoumen menyimpan sejumlah fakta dan data sejarah serta diharapkan mampu 10
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta: commit to user UI Press, 1986), hal. 32
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang tersimpan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang terletak di Desa Pucangan Kartasura. Dokumen berupa arsip atau catatan penting dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, yaitu susunan pengurus, tata tertib madrasah Darussalam I, laporan realisasi program kerja tahunan, akte pendirian Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. b. Studi Pustaka Studi pustaka dalam suatu penelitian di jadikan sumber penelitian yang tentunya berhubungan dengan tema yang di kaji. Sumber pustaka dapat berupa buku, artikel dan media lainnya. Dengan studi pustaka ini diharapakan mampu menambah pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka di lakukan di Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FSSR UNS, Perpustakaan STAIN Kartasura. c. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara memperoleh informasi secara lisan dari informan yang memenuhi kriteria sesuai dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang tahu dan paham mengenai Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, seperti : Ahmad Syaibani Ilham (pendiri madrasah,mantan kepala madrasah), Djamhariyah (mantan kepala madrasah) Tahap kedua adalah Verifikasi atau kritik sumber yang bertujuan mencari keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern berguna untuk mencari keaslian sumber yang di pakai. Sedangkan kritik commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
intern bertujuan untuk menguji kredibilitas suatu sumber dokumen. Tahap ketiga yaitu intepretasi,menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dengan fakta yang di peroleh, dan kemudian merangkainya. Dalam penyusunan studi, di gunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis sejarah kritis dan teknik analisis deskriptif naratif. Teknik analisis sejarah kritis adalah proses pengumpulan data kemudian menyeleksi dan mengkritiknya agar mendapat autensitas dan kredibilitas dari data tersebut. Sedangkan teknik analisis deskriptif naratif adalah menguji secara kritis sumber peninggalan atau dokumentasi masa lampau dan kemudian menyusunnya secara kronologis sehingga menghasilkan suatu karya sejarah. Tahap keempat adalah historiografi, yang merupakan proses akhir dari metode historis dalam bentuk penulisan sejarah. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan sifat diakronik dan sinkroniknya. Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam ruang. Dalam studi ini historiografi dilakukan dalam bentuk penulisan skripsi.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi di maksudkan untuk memberikan gambaran tentang kerangka isi skripsi. Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I adalah Pendahuluan, sementara Bab II, III, IV adalah uruaian dari rumusan masalah. Bab V merupakan bagian peutup. Bab I merupakan bagian pendahuluan dijelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II
berisi tentang madrasah sebagai lembaga pendidikan formal
berbasis agama Islam yang meliputi pengertian madrasah, perkembangan lembaga pendidikan madrasah di Indonesia, Ciri Kekhasan Lembaga Pendidikan Madrasah. Bab III berisi tentang perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang memuat mengenai Yayasan Pendidikan Darussalam, latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, serta perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Bab IV berisi tentang peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Pucangan, Kartasura, yakni mengenai peran Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan Kartasura. Bab V adalah Kesimpulan yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah di lakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Madrasah Seperti yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah dan keputusan Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang madrasah, yaitu bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulum memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak di banding dengan mata pelajaran agama disekolah umum. 1 Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1950, madrasah mengandung makna: 1. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya. 2. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan madrasah. Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri Tahun 1975, Bab I Pasal I, menyebutkan: Yang di maksud dengan madrasah dalam
1
Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta;Grasindo, 2001),hal 195.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Keputusan Bersama ini ialah: Lembaga Pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30%, di samping mata pelajaran umum. 2 Filosofi pendirian madrasah, yaitu untuk mendidik anak agar mengetahui ajaran agama dan dapat mengamalkan dalam kehidupan seharihari. Tujuan pendidikan madrasah lebih menekankan kepada dimensi moral dan spiritual. Orientasi pendidikan yang dikembangkan lebih ditujukan untuk mencapai keridhaan Tuhan, yang pada gilirannya akan mendatangkan kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat keduniawiaan. 3 Madrasah sebagai lembaga pendidikan kedudukannya semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional dengan adanya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang memberikan penegasan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam. Keberadaan
madrasah
telah
memperkaya
khasanah
lembaga
pendidikan di lingkungan masyarkat Islam, karena pada masa sebelumnya masyarakat
Islam
hanya
mengenal
pendidikan
tradisional
yang
diselenggarakan di masjid-masjid dan dar al-khuttab.4 Madrasah berkembang
2
Haidar Putra Daulay, Op. Cit, hal 101. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 30. 4 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 11 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
untuk menyelenggarakan pendidikan keagamaan tingkat lanjut, yaitu melayani mereka yamg masih ingin meningkatkan ilmu sesudah sekian lama belajar di masjid-masjid dan dar al-khuttab. Dengan demikian, pertumbuhan madrasah
sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari
dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam itu sendiri. 5
B. Perkembangan Pendidikan Madrasah di Indonesia Keberadaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia erat hubungannya dengan masuknya agama Islam di Indonesia. Orang-orang yang telah masuk agama Islam ingin mengetaui dan mempelajari lebih lanjut tentang ajaranajaran Islam, ingin pandai dalam melakukan shalat, berdoa, membaca AlQuran. Dari sini mulailah tumbuh pendidikan agama Islam,dan pelajaran agama Islam teersebut diberikan di rumah-rumah, surau, langgar, masjidmasjid. 6 Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam tumbuh dan berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka. Madrasah telah mengalami perkembangannya seirama dengan perkembangan bangsa Indonesia sejak masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, sampai sekarang. Tumbuh dan berkembangannya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangannya ide-ide pembaharuan 5
Ibid. Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 190 6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
pemikiran di kalangan umat Islam. Permulaan abad XX timbul beberapa perubahan pemikiran bagi umat Islam Indonesia dengan masuknya ide-ide pembaharuan. 7 1. Masa Penjajahan Belanda Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, madrasah memulai proses pertumbuhannya atas dasar semangat pembaharuan di kalangan umat Islam. Latar belakang kelahiran madrasah itu bertumpu pada dua faktor penting, pertama, pendidikan Islam tradisional di anggap kurang sistematis dan kurang memberikan
kemampuan
pragmatis
yang
memadai.
Kedua,
laju
perkembangan sekolah-sekolah ala Belanda di kalangan masyarakat cenderung meluas dan membawakan watak sekularisme sehingga harus diimbangi dengan sistem pendidikan Islam yang memiliki model dan organisasi yang lebih teratur dan terencana. 8 Sikap tidak peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengagungkan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat. 9 Perkembangan selanjutnya setelah pemerintahan di serahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda oleh VOC, kebijakan pendidikan zaman 7
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan madrasah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hal 63. 8 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal 114. 9 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pemerintahan Hindia Belanda adalah: Dikeluarkan Keputusan Raja Belanda Nomor 95 Tahun 1848 yang memberi wewenang kepada Gubernur Jenderal untuk mendirikan Sekolah Dasar bagi bumi putera guna di didik calon pegawai negeri. Keluar Keputusan Raja Nomor 25 Tahun 1892 Tentang di berlakukannya reorganisasi Kebijakan pendidikan dasar, yaitu: 1. Sekolah Dasar kelas satu untuk anak-anak, para pemuda dan orang-orang terhormat bumi putera. 2. Sekolah Dasar kelas dua untuk anak-anak pribumi pada umumnya. 3. Sekolah Dasar kelas satu kemudian dikembangkan untuk anakanak orang Belanda dan anak bangsawan dengan dibentuk HIS ( Hollandsch Inlandsche School). Setelah tahun 1901 datang ethische politiek dalam koloniale politiek sebagai pengganti expoitatie politiek, maka sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda terbagi-bagi kepada beberapa bagian,seperti: sekolah untuk keturunan Eropa, Bumi Putera golongan bangsawan, dan Bumi Putera golongan rakyat biasa (umum). Pembagian sekolah tersebut mengakibatkan pula kepada status sosial yang sekaligus
menentukan
golongan
mana
commit to user
yang
boleh
duduk
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
pemerintahan. Selanjutnya Pemerintah Belanda tidak pernah memperhatikan perguruan agama (Gods dienst onderwys). Perguruan agama di biarkan hidup sendiri tanpa pengakuan apaapa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, di curigai dan di kekang dalam bentuk guru ordonantie yang merugikan masyarakat. Guru ordonantie atau Ordonansi Guru dikeluarkan pada tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama untuk meminta dan memperoleh ijin terlebih dahulu dari pemerintah Hindia Belanda sebelum melaksanakan tugasnya sebagai guru.10 Ordonansi tersebut dimaksudkan sebagai media pengontrol bagi pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi sepak terjang para pengajar, latar belakang penerbitan ordonansi guru ini bersifat politis guna menekan pendidikan Islam sehingga tidak menjadi faktor pemicu perlawanan rakyat terhadap penjajah. Selain Ordonansi Guru, pemerintah Hindia Belanda juga memberlakukan Ordonansi Sekolah Liar. Ketentuan ini mengatur bahwa penyelenggaraan pendidikan harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari pemerintah. Laporan-laporan mengenai kurikulum dan keadaan sekolah harus di berikan secara berkala. Ketidaklengkapan laporan sering di jadikan alasan untuk menutup kegiatan pendidikan di kalangan masyarakat tertentu. Karena kebiasaan lembaga pendidikan Islam yang masih belum tertata, Ordonansi itu sendirinya menjadi faktor penghambat
10
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES. 1984) , hal 51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Ketika akan mengembangkan pendidikan bagi masyarakat bumi putera, di perkirakan oleh beberapa ahli Belanda sendiri bahwa pemerintah Hindia Belanda akan memanfaatkan tradisi pendidikan rakyat yang sudah berkembang, yakni pendidikan Islam. Secara teknis usulan itu sulit di penuhi karena tradisi pendidikan Islam waktu itu di pandang memiliki kebiasaankebiasaan yang dianggap jelek, baik dari sudut kelembagaan, kurikulum, maupun metode pengajarannya. Kebiasaan jelek itu terutama adalah metode membaca teks Arab yang hanya di hafal tanpa pengertian. Demikian pula para sarjana lainnya sependapat bahwa tradisi di daktis pendidikan pribumi begitu jeleknya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai titik tolak untuk mengembangkan suatu sistem pendidikan umum. 11 Pemerintah Hindia Belanda memilih persekolahan sebagaimana yang sudah dikembangkan jauh sebelumnya, khususnya dalam rangka missionaries. Dengan demikian, jika pada masa-masa awal penjajahan, sekolah merupakan pendidikan yang eksklusif bagi kelompok-kelompok terpilih menurut ukuran Pemerintah Hindia Belanda, maka mulai awal abad 20 atas perintah Gubernur Jenderal Van Heutsz sistem pendidikan itu mulai diselenggarakan bagi masyarakat yang lebih luas dalam bentuk sekolahsekolah desa. 12Mulai tahap tersebut, rakyat yang sebelumnya hanya memiliki pilihan untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan tradisional, mulai 11
Karel Steenbrink, Pesantern Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta:LP3ES, 1986), hal 3. 12 Maksum , Op. Cit, hal 93
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah pemerintah Hindia Belanda. Sebagai konsekwensi didirikanya sekoalah di banyak tempat, lembaga-lembaga tradisional termasuk pesantren, surau, masjid mendapat saingan yang lebih langsung. Kenyataan di lapangan, Sekolah Desa tidak hanya menawarkan biaya yang murah serta mata pelajaran yang lebih praktis, tetapi juga menjanjikan pekerjaan yang cukup bervariasi meskipun masih pada level rendahan. 13 Dengan mendirikan sekolah-sekolah desa, pemerintah Hindia Belanda berupaya untuk menandingi dan menekan lembaga pendidikan Islam tradisional. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda terhadap pendidikan Islam yang bersifat menekan. Perkembangan sekolah yang semakin merakyat dalam batas yang cukup jauh telah merangsang kalangan Islam untuk memberikan respon. Dalam hal ini mereka memikirkan bahwa diskriminasi untuk mendapatkan kesempatan pendidikan
yang seluas-luasnya masih sangat
tampak dalam politik dan kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Kebanyakan rakyat Indonesia bagaimana pun masih akan tetap bodoh karena tingkat pendidikan yang diperkenankan bagi mereka hanya terbatas pada sekolah rendah. Dari sudut ini, pendidikan Islam memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan mereka atas prinsip persamaan sebagaimana yang menjadi asas ajaran Islam. Namun disisi lain pendidikan Islam sudah saatnya 13
Ibid, hal 94
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
untuk menawarkan pola pendidikan yang lebih maju, baik dalam kelembagaan, struktur materi, maupun metodologinya, sehingga dapat mengimbangi sekolah-sekolah ala Belanda. Usaha untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam yang sebanding dengan sekolah ala Belanda dilakukan oleh para ulama yang memiliki pengalaman pendidikan di Timur Tengah serta organisasi-organisasi Islam. Dalam pemikiran mereka perlu ditempuh cara kombinasi yaitu mata pelajaran keagamaan tetap diadakan tetapi ditambah dengan mata-mata pelajaran umum seperti membaca, menulis, berhitung, bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan keterampilan-keterampilan administrasi dan organisasi. Metode pengajarannya pun di rekayasa sedemikian rupa sehingga lebih efekitf sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
Usaha untuk
mendirikan lembaga pendidikan Islam yang sebanding dengan sekolah ala Belanda dalam perkembangannya menjadi agenda bagi hampir semua organisasi dan gerakan Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Umat Islam, Persatuan Islam, al-Irsyad, al-Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan organisasi Islam lainnya memiliki bagian atau seksi khusus dalam rangka pendirian madrasah-madrasah di berbagai daerah. Dengan corak masing-masing yang berbeda, madrasah-madrasah itu menandai satu perkembangan pendidikan Islam yang tidak lagi terbatas pada pengajaran ilmu-ilmu agama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Madrasah-madrasah dalam organisasi-organisasi Islam itu di jadikan wahana pencetakan kader-kader yang mendukung masing-masing organisai, tetapi perkembangannya cukup memberi warna pada corak keberagamaan, wawasan ilmu pengetahuan, dan keterampilan umat Islam Indonesia yang lebih progersif. Dengan mendirikan madrasah, umat Islam agaknya telah memberikan respon yang cukup tepat terhadap kebijakan pendidikan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pendidikan Islam di satu sisi tidak terlalu tertinggal, dan di sisi lain tetap mempertahankan ciri-ciri keislamannya secara kuat.14 Dengan banyaknya madrasah yang didirikan oleh perorangan maupun orgainsasi Islam, menunjukan sistem pendidikan madrasah pada masa kolonial Belanda sudah dikenal dihampir seluruh wilayah Indonesia, baik tingkat rendah maupun tingkat menengah, hanya saja madrasah-madrasah tersebut belum memiliki keseragamaan kurikulum, karena selalu diawasi dengan ketat oleh pemerintah Hindia Belanda. Sampai akhir masa kolonial Belanda pada tahun 1941, jumlah madrasah di Indonesia secara keseluruhan adalah 1.871. 15 2. Masa Penjajahan Jepang Kebijakan yang kurang menguntungkan terhadap pendidikan Islam masih berlanjut pada masa penjajahan Jepang, meskipun terdapat beberapa modifikasi. Walaupun di akui lebih memberikan kebebasan daripada 14 15
, hal 22.
Ibid, hal 97 Zamakhsyari Dhoefir, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:LP3ES. 1984)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
penjajahan Belanda, tetapi kebijakan dasar pemerintah penjajah Jepang berorientasi pada penguatan kekuasaannya di Indonesia. Pemerintah Jepang memegang kendali yang sangat ketat dalam program-program pendidikan di Indonesia, walaupun dalam kenyataanya menghadapi kendala kurangnya tenaga pengajar yang memenuhi kriteria. Untuk memutus hubungan dengan pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Jepang menghapuskan sekolahsekolah berbahasa Belanda. Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan yang menawarkan bantuan dana kepada sekolah dan madrasah. Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Jepang membiarkan dibukanya kembali madrasah-madrasah yang pernah di tutup pada masa pemerintahan sebelumnya. Hal tersebut di lakukan karena kenyataan bahwa pengawasan pemerintah jepang sendiri tidak dapat menjangkau madrasah dan pesantren yang sebagian besar berlokasi di desa-desa terpencil. Namun demikian, pemerintah jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi penduduk Jepang di Indonesia. Untuk mengamankan kepentingannya, pemerintah jepang lebih banyak mengangkat kalangan priyayi dalam jabatan-jabatan di Kantor Urusan Agama. Pejabat-pejabat seperti itu tentu saja lebih dapat bekerja sama dengan pemerintah Jepang karena mereka tidak memiliki perhatian yang serius terhadap pentingnya gerakan pendidikan Islam di Indonesia. Kantor ini bertugas antara lain mengorganisasikan pertemuan dan pembinaan guru-guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
agama. Meskipun dengan alasan pembinaan kecakapan, tetapi usaha itu pada dasarnya bertujuan agar pelaksanaan pendidikan Islam baik madrasah maupun pesantren tetap dalam kontrol pemerintah. Masa penjajahan Jepang pengembangan madrasah Awaliyah di galakan secara luas. Majelis Islam Tinggi menjadi penggagas sekaligus penggerak utama untuk berdirinya madrasah Awaliyah yang di peruntukan bagi anak-anak berusia minimal 7 tahun. Program pendidikan pada madrasahmadrasah Awaliyah itu lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan dan diselenggarakan pada sore hari. Hal ini di maksudkan untuk memberikan keseimbangan bagi anak-anak pada umumnya mengikuti sekolah-sekolah rakyat pada pagi hari. Perkembangan madrasah-madrasah itu ikut mewarnai pola pengorganisasian pendidikan agama yang lebh sistematis. 16 Pendidikan pada masa penjajahan Jepang di laksanakan atas dasar landasan idiil yang disebut Hakko I Chiu (delapan benang dalam satu atap) yang pada intinya pembentukan suatu lingkungan yang didominasi oleh Jepag, yang meliputi bagian-bagian besar dunia. Cita-cita tersebut mengajak bangsa Indonesia bekerja sama dengan bangsa Jepang dalam rangka mencapai lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya. 17 3. Masa Orde Lama
16
Maksum , Op. Cit, hal 119 Wardjiman , Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan di Indonesia,(Jakarta: Depdikbud,1996), hal 37. 17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Masa awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya madrasah di masukan ke dalam sistem pendidikan nasional. Madrasah memang terus hidup, tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintah. Madrasah dan dunia pendidikan Islam pada umumnya di biarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan apa adanya. Perkembangan madrasah pada masa awal kemerdekaan terkait dengan peran Departemen Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga inilah yang secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Orientasi usaha Departemen Agama dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi ummat Islam agar pendidikan agama diajarkan disekolah-sekolah, disamping pada pengembangan madrasah itu sendiri. Secara lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh satu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama. Dalam salah satu dokumen disebutkan bahwa tugas bagian pendidikan di lingkungan Departemen Agama itu meliputi : (1) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir,(2) Memberi pengetahuan umum di madrasah, dan (3) Mengadakan Pendidikan Guru Agama(PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN).18 Dalam
melakukan
pembinaan
dan
pengembangan
madrasah,
Departemen Agama pada mulanya belum mengadakan penyeragaman kurikulum dan tingkatan madrasah yang ada. Pengaturan madrasah sepenuhnya diserahkan pada lembaga atau organisasi penyelenggaranya, 18
Maksum , Op. Cit, hal 123
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sehingga ada madrasah yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama saja, ada yang memberikan pelajaran umum sebanyak 30%,40%,50%,sampai 60%.19 Kemudian dengan lahirnya Undang-Undang No.4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajarandi Sekolah dalam Pasal 10 Ayat (2)disebutkan bahwa:”Belajar disekolah agama yang telah mendapatkan pengakuan Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban
belajar.
Departemen Agama dibawah pimpinan K.H.Moh Ilyas (1953-1959) mengambil langkah kebijaksanaan yang sangat strategis, yaitu dengan mengadakan pembaharuan dalam system pendidikan dimadrasah dengan memperkenalkan Madrasah Wajib Belajar (MWB) 8 tahun. Tujuan dari MWB ini diarahkan pada pembangunan jiwa bangsa, yaitu untuk kemajuan di bidang ekonomi, industri dan transmigrasi dengan kurikulum yang menyelaraskan tiga perkembangan, yaitu perkembangan otak, perkembangan hati, dan keprigelan tangan/keterampilan. Lama pelajaran MWB 8 tahun dengan pertimbangan bahwa pada umur 6 tahun anak sudah berhak sekolah dan pada umur 15 tahun sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku anak telah diizinkan untuk mencari nafkah. 20 Berdirinya MWB dimaksudkan sebagai usaha awal untuk memberikan bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum dan sistem penyelenggaraannya dengan madrasah Ibtidaiyah yang
hal,13
19
Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah (Solo:Ramadhani, 1993)
20
Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
diselenggarakan
oleh
masyarakat.
Namun,
pada
perkembangannya
penyelenggaraan MWB ternyata tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. MWB dianggap kurang representative sebagai lembaga pendidikan Islam karena pelajaran agama hanya mencapai 25% dari seluruh mata pelajaran. Adapun materi dan sistem penyelenggaraan MWB di atur sebagai berikut : 1. Penentuan
pelajaran
agama
organisasi/lembaga organisasi/lembaga
menjadi
penyelenggara penyelenggara
hak
dan
kewajiban
madrasah, madrasah
sehingga mempunyai
kebebasan untuk isi atau materi dan metode serta sistem pendidikannya, termasuk pelajaran agama yang diajarkan 2. Departemen Agama hanya berkewajiban memberikan petunjuk umum dalam pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan pelajaran agama sebagai berikut : a. Murid-murid harus mengkhatamkan bacaan Al-Quran dengan baik selama belajar. b. Mengajarkan membaca dan menulis huruf Arab, yang dimulai dengan kelas III c. Pelajaran bahasa Arab diberikan sejak kelas V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
d. Di
samping
ibadah
puasa,
murid-murid
dibiasakan
mengerjakan berbagai ibadah sosial, seperti membersihkan halaman, masjid, pengumpulan derma, dan lain-lain. MWB juga menghadapi kendala yang berpengaruh terhadap kelangsungan madrasah model MWB, seperti keterbatasan dana, peralatan dan guru-guru yang dipersiapkan, serta kekurangan tanggapan masyarakat dan penyelenggara. Hal lain yang menjadi ganjalan bagi penyelenggaraan MWB adalah kesulitan yang dialami oleh penyelenggara madrasah dalam menerapkan ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pendidikan dan pelajaran agama yang disyaratkan. Salah satu capaian yang menonjol dari pembinaan madrasah pada masa Orde Lama adalah pengembangan yang intensif terhadap madrasah keguruan, baik dalam bentuk Pendidikan Guru Agama maupun Sekolah Guru Hakim Agama. Adapun dalam pengembangan madrasah pada umumnya, variasi kurikulum antar berbagai perkumpulan masih Nampak meskipun sudah mulai diarahkan pada perjenjangan yang sesuai dengan perjenjangan sekolah. Meskipun brlum maksimal, tetapi perkembangan madrasah pada masa kemerdekaan memberikan sumbangan yang cukup penting bagi perkembangan madrasah pada masa berikutnya. 4. Masa Orde Baru Secara umum diakui bahwa kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pendidikan agama, termasuk madrasah bersifat positif dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
konstruktif. Pemerintah Orde Baru memandang bahwa lembaga madrasah ini harus dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan. Kebijakan seperti ini lebih kuat tercermin dalam komitmen Orde Baru untuk menyelenggarakan pendidikan agama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. 21 Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, kebijakan dalam beberapa hal mengenai madrasah bersifat melanjutkan dan memperkuat kebijakan Orde Lama. Pada tahap ini madrasah belum dipandang sebagai bagian dari system pendidikan secara nasional, tetapi merupakan lembaga pendidikan otonom dibawah pengawasan Menteri Agama. Hal ini disebabkan karena kenyataan bahwa sistem pendidikan madrasah lebih didominasi oleh muatan-muatan agama, menggunakan kurikulum yang belum terstandar, memiliki sruktur yang tidak seragam, dan memberlakukan managemen yang kurang dapat dikontrol oleh pemerintah. Menghadapi
kenyataan
ini,
maka
langkah
pertama
dalam
pembaharuan pendidikan madrasah adalah melakukan formalisasi dan srukturisasi madrasah. Formalisasi ditempuh dengan menegerikan sejumlah madrasah dengan kriteria tertentu yang diatur oleh pemerintah, disamping mendirikan madrasah-madrasah yang baru. Kemudian dikembangkan adanya penegerian madrasah yang diawali berdasarkan Surat Menteri Agama No.80
21
Maksum , Op. Cit, hal 131
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Tahun 1967, yaitu dengan menegerikan Madrasah Tsanawiyah Sabilul Muttaqin, Magetan Madiun dan Madrasah Aliyah Al-Islam Surakarta. Penegerian madrasah ini di maksudkan sebagai percontohan bagi madrasah swasta sedangkan pembinaan madrasah swasta pada waktu itu diklasifikasikan menjadi status terdaftar dan disamakan. Pada status terdaftar madrasah dapat mengikuti ujian persamaan madrasah negeri dan pada status dipersamakan madrasah mempunyai hak yang sama dengan madrasah negeri. 22 Madrasah swasta harus diberikan peluang yang seluas-luasnya, khususnya dalam rangka demokratisasi di bidang pendidikan. Demokrasi pendidikan harus diberikan makna untuk mengurangi campur tangan pemerintah secara sentarlistik yang menggiring madrasah menjadi satu model dan sama dengan madrasah negeri. Kewenangan pemerintah harus hanya pada sebatas pemberian pengakuan (lisensi) dengan menggunakan acuan basic competency pada setiap tingkatan. Madrasah melalui dorongan dan bantuan pemerintah diharapkan mampu mendesain program-program pendidikan yang dibutukan masyarakat, yaitu tenaga yang memiliki keterampilan khusus yang bersifat marketable dan dibutuhkan untuk mengembangkan wilayahnya masing-masing termasuk tenaga professional dibidang agama (Pembimbing agama, juru penerang agama, guru agama, dan sebagainya).
22
Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Madrasah swasta hidup, berkembang dan didukung oleh masyarakat yang social ekonominya rendah, sarana prasarana madrasah sangat sederhana, perlengkapan seadanya, kemampuan manajemen rendah, dan tenaga guru kebanyakan dilatarbelakangi oleh semangat ibadah yang sangat tidak selektif terhadap persyaratan yang diperlukan. Keadaan demikian mengakibatkan madrasah sulit berkembang dan tidak mampu bersaing dengan sekolah yang lainnya. Sedangkan strukturisasi madrasah dilakukan dengan mengatur perjenjangan dan perumusan kurikulum yang cenderung sama dengan perjenjangan
dan
kurikulum
sekolah-sekolah
dibawah
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Adapun sistem penyelenggaraan perjenjangan dan kurikulum pengetahuan agama dan umum pada madrasah-madrasah negeri, disamakan dengan sekolah-sekolah umum di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan perjenjangan sebagai berikut;
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), madrasah tingkat dasar yang setingkat dengan Sekolah Dasar Negeri, dengan lama belajar 6 tahun. 2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dengan lama belajar 3 tahun, setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN), madrasah tingkat atas dengan lama belajar 3 tahun, yang setingkat dengan Sekolah Menengah Atas.23 Tahap berikutnya, antara akhir 70-an sampai akhir 80-an, pemerintah Orde Baru mulai memikirkan kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional. Usaha menuju ke arah itu agaknya tidak sederhana karena secara konstitusional pendidikan nasional masih diatur oleh UU No.4 Tahun 1950 jo. No.12 Tahun 1954 yang mengabaikan pendidikan madrasah. Apa yang bisa dilakukan pemerintah pada tahap ini adalah memperkuat struktur madrasah baik dalam jenjang maupun kurikulumnya sehingga lulusan memperoleh pengakuan yang sama dengan lulusan sekolah dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolahsekolah yang dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk tujuan ini di keluarkan kebijakan berupa Keputusan Bersama Tiga Menteri pada tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah.24 Melalui Surat Keputusan Bersama tersebut, madrasah diharapkan memperoleh posisi yang sama dengan sekolah-sekolah umum dalam sistem
23
Departemen Agama RI, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta; Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN,1986), hal 81 24 Maksum , Op. Cit, hal 132.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
pendidikan nasional, sekaligus lulusan madrasah dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolah umum. Seperti tertera dalam Bab II Pasal 2 SKB Tiga Menteri yang dituliskan sebagai berikut ; 1. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat. 2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat atas. 3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.25 Bila direnungkan lebih mendalam lagi, maka pada hakikatnya madrasah SKB Tiga Menteri itu tiada lain adalah Sekolah Umum Plus. Pada tingkat Sekolah Dasar yaitu Ibtidaiyah , sama dengan SD Plus, di tingkat SLTP, yaitu Tsanawiyah sama dengan SMP Plus dan tingkat SLTA, yaitu madrasah Aliyah sama dengan SMA Plus. Plus disini adalah mata pelajaran agama dan bahasa Arab yang tidak mungkin diperoleh apabila memasuki sekolah umum. SKB Tiga Menteri tersebut merupakan pengakuan yang nyata terhadap eksistensi
madrasah.
Dengan
SKB
tersebut,
madrasah
memperoleh
definisinya yang semakin jelas sebagai lembaga pendidikan yang setara
25
Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), ha104.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dengan sekolah umum, sekalipun pengelolanya berada pada Departemen Agama. Dalam hal ini, madrasah tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan keagamaan, tetapi merupakan lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum. Pada tahap awal setelah SKB Tiga Menyeri, Departemen Agama mengeluarkan kurikulum baru tahun 1976 yang memuat pedoman dan aturan penyelenggaraan pendidikan dan pengetahuan pada madrasah, sesuai dengan aturan yang berlaku pada sekolah-sekolah umum, serta dilengkapi dengan penjelasan berbagai kegiatan dan metode penyampaian program untuk setiap bidang studi agama maupun bidang studi umum. 26 Kurikulum 1976 tersebut disempurnakan melalui kurikulum 1984, dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.45 Tahun 1984 dan UU No. 9299/U/1984, tentang Pengaturan Pembakuan Kurikilum Sekolah Umum dan Kurikulum Madrasah. Surat Keputusan Bersama tersebut merupakan tindak lanjut dari SKB Tiga Menteri tahun 1975. Tujuannya tidak hanya menyamakan madrasah dengan sekolah umum dalam perjenjangan dan mutu pengetahuan umum antara madrasah dan sekolah umum, tetapi juga
26
Departemen Agama, Op.Cit hal. 82.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
diupayakan penyeragaman dan pembakuan dalam struktur program dan kurikulum. 27 Memasuki dekade 90-an, kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai madrasah ditujukan secara penuh untuk membangun satu sistem pendidikan nasional yang utuh. Dengan satu sistem yang utuh dimaksudkan bahwa pendidikan nasional tidak hanya bergantung pada pendidikan jalur sekolah tetapi juga memanfaatkan jalur luar sekolah. Untuk tujuan ini, pemerintah Orde Baru melakukan langkah konkrit berupa penyusunan Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan sekaligus menggantikan UU No.4 Tahun 1950 jo No.12 Tahun 1954. Dalam kontek ini, penegasan definitife tentang madrasah di berikan melalui keputusankeputusan yang lebih operasional dan dimasukan dalam kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini dapat di katakan bahwa madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional. 28 Kedudukan madrasah semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional setelah dikeluarkannya UU No.2 Tahun 1989. Dengan di berlakukannya UU tersebut, madrasah dikategorikan sebagai pendidikan umum yang berciri khas agama Islam. Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 4 ayat (3) di sebutkan bahwa Sekolah Dasar dan
27 28
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta ; Logos Wacana Ilmu,2001) , hal.99. Maksum , Op. Cit, hal 133
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berciri khas agama Islam yang di selenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. 29 Dengan berlakunya UUSPN ahun 1989 tersebut, semakin memperkuat posisi kesejajaran madrasah dengan sekolah umum dalam segala aspeknya, yang sebelumnya telah di atur dalam SKB Tiga Menteri tahun 1975. C. Ciri Kekhasan Lembaga Pendidikan Madrasah Sejak lahirnya sistem madrasah di Indonesia telah memiliki ciri khas yang membedakannya dari pesantren dan sekolah umum, yaitu upaya untuk mengkonvergensikan antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran agama. Ciri tersebut dapat terlihat dalam 2 faktor antara lain: 1. Sistem Pengajaran Madrasah Sebelum kita mengenal madrasah sebagai lembaga pendidikan, kita telah mengenal pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Adapun metode yang dipergunakan dalam pendidikan pesantren adalah wetonan, sorogan, hafalan. Wetonan adalah metode di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekelilinh kiai yang menerangkan pelajaran. Sistem ini sama dengan halaqah di lembaga pendidikan surau (Minangkabau). Sorogan ialah suatu metode di mana santri menghadap kiai seorang demi seorang dengan
29
Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta; Sinar Grafika, 1993), cet ke-4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
membawa kitab yang akan dipelajarinya. Sedangkan hafalan ialah metode di mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Jenjang pendidikan dalam pesantren di lihat pada kitab yang di pelajari, kenaikan tingkat seorang santri di tandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang di pelajari. Pertengahan
abad
19
pemerintah
kolonial
Belanda
mulai
memperkenalkan sekolah-sekolah modern sesuai dengan sistem persekolahan yang berkembang di dunia barat, sehingga mempengaruhi sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia, termasuk pesantren berkembang menjadi pendidikan madrasah. Sistem pengajaran dari sorongan serta sistem halaqah bergeser kearah sistem madrasah dalam bentuk klasikal dengan unit-unit kelas.30 Perpaduan antara sistem pondok pesantren dengan sistem yang berlaku pada sekolah modern, merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang di pergunakan di madrasah. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur mulai dan mengikuti sistem klasikal. Sistem pengajian kitab yang selama ini dilakukan, di ganti dengan bidang-bidang pelajaran tertentu, walaupun masih menggunakan kitab-kitab yang lama. Sementara itu kenaikan tingkat di tentukan oleh penguasan terhadap sejumlah bidang pelajaran.
30
Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, (Solo : Ramadhani, 1993), hal 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Kegiatan belajar mengajar di madrasah dilaksakanan dengan sistem klasikal, di mana sekelompok siswa dengan kemampuan rata-rata hampir sama dengan usia yang hampir sama, menerima pelajaran dari seorang guru mata pelajaran tertentu, supaya ada diskusi dalam waktu dan tempat yang sama. Kemudian kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan
penyesuaian
sosial
siswa
secara
utuh.
Dalam
rangka
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau memasuki lapangan pekerjaan. Selanjutnya, Mengingat kekhasan setiap mata pelajaran, maka cara penyajian pelajaran atau metode mengajar hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat peraga, lingkungan alam, sosial dan budaya dan nara sumber. Dengan keluarnya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989, berdampak cukup besar terhadap perubahan sistem pendidikan madrasah. Disamakannya madrasah dengan sekolah umum dengan menerapkan kurikulum yang 100% sama antara kurikulum madrasah dengan sekolah umum, artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan madrasah tersebut. Karena itu renovasi terhadap keseluruhan subsistem pendidikan madrasah harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai konsekuensi adalah gurunya, fasilitas madrasahnya, manajemennya, dan sebagainya. 31
31
Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Porsi mata pelajaran agama Madrasah apabila di lihat dari segi historisnya telah mengalami perubahan-perubahan. Pada tahap awal, madrasah semata-mata mengajarkan mata pelajaran agama, kemudian sesuai dengan tuntutan zaman, madrasah memasukan mata pelajaran umum. Perkembangan selanjutnya dengan keluarnya SKB Tiga Menteri tahun 1975 mata pelajaran umum lebih dominan dengan sekitar 70%. Walaupun demikian kedudukan mata pelajaran agama memegang peranan yang penting dan mata pelajaran agama di kelompokan sebagai program inti. Perbedaan madrasah dengan sekolah umum adalah kurikulum agama yang lebih banyak di banding dengan pelajaran agama di sekolah umum. Pada sekolah umum pelajaran agama 2 jam, sedangkan di madrasah pelajaran agama menjadi 4 sampai 7 jam untuk Madrasah Ibtidaiyah dan 10 jam untuk Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.32 Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, terdiri dari 15 mata pelajaran dengan jumlah pelajaran untuk kelas I dan II 31 jam per minggu, kelas III 40 jam, kelas IV, V, dan VI , masingmasing 42 jam. 15 Mata Pelajaran tersebut, 5 mata pelajaran mengajarkan bidang studi agama, yaitu Qur’an-Hadits, akidah-akhlak, fiqh, sejarah Islam
32
Husni Rahim. Op. Cit, hal 134.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dan bahasa Arab dengan jumlah prosentase adalah : Kelas I dan II=19,3%, Kelas III, IV, V dan VI =30%.33 Kurikulum pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam, di samping wajib memuat mata pelajaran umum, juga wajib memuat bahan kajian sebagai ciri khas agama Islam, yang tertuang dalam mata pelajaran agama dengan uraian sebagai berikut: Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak, Figih, Sejarah- Kebudayaan Islam, Bahasa Arab yang diselenggarakan dalam iklim yang menunjang pembentukan kepribadian muslim. 34 Sedangkan Pengetahuan Umum yang di ajarkan di madrasah adalah : a. Membaca dan menulis (huruf latin) bahasa Indonesia. b. Berhitung. c. Ilmu Bumi. d. Sejarah Indonesia dan dunia e. Olahraga dan Kesehatan35 Selain mata pelajaran agama dan bahasa Arab serta yang di sebutkan di atas, juga di ajarkan berbagai keterampilan sebagai bekal para lulusannya yang terjun ke masyarakat.
33
Haidar Putra daulay. Op. Cit, hal 100. Maksum , Op. Cit, hal 156. 35 Muwardi Sutedjo, dkk. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Dirjend Binbaga Islam dan Universitas Terbuka. 1992), hal 42. 34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
BAB III PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I A. Kondisi Demografi Desa Pucangan Kartasura Kecamatan Kartasura
merupakan bagian wilayah administrasi
Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebelah Barat Laut. Secara geografis Kecamatan Kartasura terletak antara 11o 37’ 40’’- 11o 39’ 04” Bujur Timur dan 07o 37’ 30”- 07o 38’ 04” Lintang Selatan ( Sumber : Bappeda Kecamatan Kartosuro Sukoharjo) Desa Pucangan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Kartasura. Adapun batas-batas Desa Pucangan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Wirogunan, Desa Kartosuro.
Sebelah Selatan
: Desa Ngemplak, Desa Ngabeyan.
Sebelah Barat
: Desa Kertonatan.
Sebelah Timur
: Desa Ngadirejo, Desa Singopuran.
Luas Desa Pucangan adalah 228 ha, di mana sebagian besar tanah tersebut adalah sawah. Sehingga mayoritas penduduk Desa Pucangan adalah petani bahkan di Desa Pucangan sebagian menjadi buruh tani, selain itu mata pencaharian penduduk Desa Pucangan adalah Pedagang, PNS, Pensiunan, Karyawan Swasta, dan Wiraswasta.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Keadaan perekonomian Desa Pucangan dapat di lihat dari mata pencaharian masyarakat di sana, di mana mayoritas masyarakat Desa Pucangan sebagai petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian tersebut, dengan penghasilan yang pas-pasan. Sehingga dapat dikatakan 42 menengah ke bawah. Keadaan keadaan ekonomi Desa Pucangan adalah tersebut mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat Desa Pucangan, kebutuhan masyarakat akan pendidikan sangat penting, meskipun mayoritas kondisi masyarakat yang kurang mampu. Karena biaya pendidikan yang mahal akan menjauhkan masyarakat Desa Pucangan untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik. B. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I 1. Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama ( MADINU ) Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama di dirikan pada tahun 1967, namun pada awal berdirinya MADINU belum menjadi madrasah yang formal karena belum berbadan hukum, belum memiliki kelas dan masih sangat sederhana sekali. Nama Nahdlatul Ulama di belakang menunjukan bahwa para pendiri madrasah tersebut adalah warga Nahdlatul Ulama. Pada awalnya Syaibani Ilham salah satu pendiri madrasah melihat keadaan masyarakat di sekitarnya yaitu di daerah Pucangan,Kartosuro di mana masyarakat sangat terbelakang sekali baik dalam bidang pendidikan maupun agama, karena pada waktu itu kondisi masyarakat di sana hanya berorientasi pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehai-hari, dan mayoritas penduduknya adalah seorang petani. Kehidupan masyarakat pada waktu itu kurang mempedulikan pendidikan bagi anak-anaknya, karena orang tua yang memiliki anak hanya di haruskan membantu orang tuanya di sawah dari pada harus menuntut ilmu di sekolah. Keadaan seperti itu bukan tanpa alasan, karena keberadaan sekolah maupun madrasah di sana pada waktu itu masih sangat terbatas, dan pengetahuan orang tua akan arti pendidikan bagi anak-anaknya masih kurang. Selain jumlah sekolah atau madrasah yang masih terbatas, para orang tua masih beranggapan bahwa pendidikan itu mahal, dan pendidikan hanya untuk orang-orang yang mampu. Bahkan tidak terpikir dalam hidup mereka untuk 42 memasukan anak-anak mereka ke sekolah atau madrasah. Padahal setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau setiap orang bercita-cita mempunyai anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua. Anak yang saleh senantiasa mendoakan orang tuanyamerupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terus menerus pahalanya walaupun orang tua itu sudah meninggal dunia. Keadaan tersebut sangat memprihatinkan sekali bagi kemajuan masyarakat di sana, di mana generasi yang akan datang tidak memperoleh pendidikan dengan baik, termasuk pendidikan agama. Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi Allah SWT pancaindera, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. Melihat keadaan masyarakat yang demikian, terketuk hati Syaibani Ilham untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan masyarakat, hal tersebut juga di rasakan oleh para pendiri madrasah yang lain. Para pendiri tersebut antara lain : Djamhariyah, Hasyim, Istiqomah, dan Sunaryo. Mereka merasakan kurangnya kebutuhan masyarakat Pucangan terhadap pendidikan dasar yang bernafaskan Islam. Pendiri Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama adalah sekolompok orang yang sering mengadakan pengajian rutin di Desa Pucangan, dan mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu pesantren. Sehingga mempermudah menyamakan visi dan misi untuk mendirikan madrasah atau sekolah dasar yang bernafaskan Islam. Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Dengan proses semacam itu suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian pada generasi mudanya, sehingga mereka betul-betul siap menyonsong kehidupan. Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi kesenjangan antara realitas dan idealitas. 1 Pada awalnya Syaibani mengumpulkan anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar menulis dan membaca. Kegiatan ini di lakukan di rumah beliau dengan keadaan yang sederhana, di mana dengan menggelar tikar di teras rumah, anak-anak tersebut di ajarkan pelajaran menulis dan membaca. Dalam menjalankan kegiatan tersebut, beliau di bantu para pendiri lain yang memiliki pandangan yang sama dengan beliau, yaitu memiliki niat lilahi ta’ala
memperbaiki
keadaan
masyarakat
yang
terbelakang
tanpa
mengharapkan imbalan, dan bersama-sama berjuang dijalan Allah Swt. Kegiatan belajar tidak hanya menulis dan membaca saja, melainkan juga di ajarkan pelajaran agama, termasuk di ajarkan doa, shalat, fiqih, akhlaq dan baca tulis Al-Quran. Karena dengan pelajaran agama menumbuhkan kesadaran moral dan dapat menjadi bekal yang baik bagi anak-anak di kehidupan mereka yang akan datang. Sesungguhnya pertumbuhan kesadaran moral pada anak menyebabkan anak mendapat pencerahan baru sehingga menambah perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama, dan kitab suci baginya tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang, yang dengan itu
1
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjukan kita kepada kebaikan. 2 Setelah dapat di terima masyarakat di Desa Pucangan dengan baik, jumlah murid di madrasah tersebut juga meningkat, maka mulai di buat kelas sesuai dengan kelompok umur yang sama. Kegiatan belajar tidak lagi di lakukan di teras rumah , melainkan syaebani telah mewakafkan tanah pribadinya untuk di jadikan madrasah. Pada awal tahun 1970, Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama di ganti dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, karena pendiri madrasah tersebut tidak setuju apabila Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama terkait dengan Partai NU (Nahdhatul Ulama), meskipun ajaran-ajaran Organisasi Nahdhatul Ulama sebagai kiblat pelajaran agama yang di ajarkan, termasuk aqidah Organisasi Nahdhatul Ulama, yaitu Ahli sunnah wal jama’ah berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas juga menjadi pedoman dari madrasah tersebut. Karena pengaruh besar Organisasi Nahdhatul Ulama terhadap Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama dikhawatirkan dapat terkait dalam Partai Politik NU. Pemilihan nama Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, karena dekat dengan sebuah masjid yang bernama Masjid Darussalam, jadi memudahkan masyarakat untuk mengingat nama madrasah tersebut. Dalam bahasa Arab,
2
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal 129.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Darussalam memiliki arti yaitu kampung yang selamat, karena dengan nama itu di harapkan dapat menyelamatkan masyarakat Desa pucangan melalui pendidikan, yaitu dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Agama Islam memperlakukan manusia sebagai kesatuan yang utuh, terdapat persambungan yang jelas antara sisi keduniaan dan sisi keakhiratan. Manusia telah membawa fungsi Ketuhanan sebagai khalifah Allah di bumi dengan tugas kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan manusia sendiri. Dalam melaksanakan tugas yang demikian, manusia di ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya kejadian yang di lengkapi kewenangan untuk mengambil inisiatif dalam mengubah kehidupan yang lebih baik. Ilmu pengetahuan dapat di peroleh melalui proses pendidikan, pengertian pendidikan secara umum yang kemudian di hubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang di wahyukan Allah Swt kepada Muhammad Saw, di mana membentuk individu agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam kontek sosial masyarakat, maka pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil’alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal di letakan pada dasardasar ajaran Islam dan seluruh perangkat
kebudayaannya. Dasar-dasar
pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja adalah al-Quran dan Sunnah. Al-Quran misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial. Dasar pendidikan selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran AlQuran dan Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia. Pada tahun 1970 MADINU (Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama) yang di dirikan pada tahun 1967. Kemudian berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I, karena pada awal berdirinya MADINU belum
berbadan hukum, dan tidak bernaung pada yayasan pendidikan yang resmi, untuk memperkuat kedudukan madrasah perlu di bangun sebuah yayasan pendidikan resmi yang akan menaungi segala kegiatan belajar-mengajar di madrasah. Pada tahun 1972 para pendiri madrasah tersebut mendirikan sebuah yayasan pendidikan Islam yang bernama Yayasan Pendidikan Islam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Darussalam dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan madrasah ibtidaiyah Darussalam. 2. Yayasan Pendidikan Islam Darussalam Masa awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam belum memiliki sebuah yayasan pendidikan, dan untuk menformalkan madrasah harus memiliki yayasan pendidikan yang berbadan hukum. Pada tanggal 29 Juli 1985 yayasan pendidikan tersebut telah memiliki Akte pendirian dengan nomer Akte: 239. Yayasan pendidikan itu sendiri bernama Yayasan Pendidikan Islam Darussalam yang berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Maksud dan tujuan Yayasan Pendidikan Islam Darussalam adalah : a. Turut serta secara aktif dan kreatif membantu usaha-usaha Pemerintah
dalam
melaksanakan
program
pembangunan
manusia seutuhnya dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seribu Sembilanratus empat puluh lima, khususnya melalui bidang-bidang pendidika, sosial, dan keagamaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
b. Menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang bertaqwa terhadap Allah Yang Maha Esa, yang berkepribadian muslim Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.3 Untuk mencapai maksud dan tujuannya, yayasan dapat bekerja sama dengan badan-badan resmi maupun swasta, baik didalam maupun diluar negeri yang mempunyai maksud yang sama atau hampir sama dengan maksud dan tujuan dari yayasan, dan untuk mencapai maksud dan tujuannya, Yayasan menjalankan kegiatan-kegiatannya dalam bidang : a. Berusaha mendirikan dan atau menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dari Taman kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi b. Berusaha mendirikan dan atau menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Pondok Pesantren. . c. Berusaha mendirikan atau menyelenggarakan Asrama Yatim Piatu. d. Berusaha mendirikan rumah-rumah sakit, poliklinik-poliklinik dan rumah-rumah kesehatan lainnya. e. Berusaha
menerbitkan
buku-buku
dan
atau
diktat-diktat
pelajaran. f. Mengadakan kegiatan/ usaha-usaha sosial lainnya yang dianggap perlu untuk mencapai maksud dan tujuan dari Yayasan.4 3
Pasal 4 Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Yayasan
Pendidikan
Darussalam
merupakan
sebuah
yayasan
pendidikan yang secara kelembagaan organisatoris berafiliasi kepada organisasi Nahdatul Ulama. Sehingga memiliki karakter cukup kuat, yaitu bercorak nahdiyyin. Sementara itu mayoritas masyarakat di sekitar yayasan adalah masyarakat nahdiyyin. Dengan demikian yayasan ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat berkembang. Yayasan Pendidikan Darussalam di harapkan mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan masyarakat secara umum, terutama kebutuhan pendidikan Islam, karena harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan sangat besar sebab kedepan masyarakat akan menghadapi persaingan yang sangat ketat dan penuh tantangan. Untuk pertama kalinya, susunan pengurus Yayasan Pendidikan Islam Darussalam adalah :
4
Penasehat I
: Muhamad Thoyib Salim
Penasehat II
: Muhamad Thohari
Ketua Umum
: Achmad Syaibani Ilham
Ketua I
: Drs Mustajab
Ketua II
: Mahmudan BA
Sekretaris I
: Muhamad Sunardjo
Sekretaris II
: Subardjo
Bendahara I
: Nyonya Mahmudan BA
Pasal 5 Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Bendahara II
: Istiqomah
Sejak awal berdiri sampai sekarang pimpinan dari yayasan tersebut masih di pegang oleh
Achmad Syaibani Ilham, di mana beliau pernah
menjabat sebagai Kepala Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Darussalam di mulai dengan pergantian nama Madrasah Diniyah Nahdatul Ulama (MADINU) menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Yayasan di kelola secara gotong royong dan kekeluargaan. Manajemen yayasan di jalankan sesuai dengan kemampuan pengurus. Biaya operasional madrasah selain dari uang SPP juga dari iuran pengurus dan sumbangan atau donatur dari masyarakat. C. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartasura tahun 19672007 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki karakter cukup kuat, yaitu bercorak nahdhiyyin, sementara itu mayoritas masyarakat disekitar madrasah adalah nahdhiyyin. Hal ini juga didukung dengan keberadaan organisasi Anshor yang bernaung dibawah Nahdhatul Ulama, dan adanya beberapa orang yang menjadi pengurus di beberapa organisasi keagamaan NU. Dengan demikian MI Darussalam I seharusnya memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat lebih maju dan berkembang. Sumber Daya Manusia yang di miliki Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terutama para guru dan karyawan mayoritas perempuan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
sementara itu laki-laki hanya terdiri atas satu guru yang sekaligus wakil kepala sekolah. Dengan demikian penyelenggaraan pembelajaran di madrasah tersebut secara dominan di kuasai oleh para kaum perempuan. Hal ini cukup menarik, karena pada umumnya kaum perempuan memiliki beberapa keterbatasan terutama dalam hal waktu baik dirumah maupun di madrasah, tenaga dan kecepatan beraktivitas. Meskipun demikian tidak dapat di pungkiri bahwa kaum perempuan juga memiliki beberapa kelebihan terutama jika di kaitkan dengan kesabaran dalam mendidik anak-anak, kasih sayang pada anak-anak, dan lebih dekat dengan anak-anak. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di kelompokan dalam beberapa periode antara lain : 1. Masa Perintisan (1967-1978) Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, seperti yang telah di uraikan di atas, pada tahun 1970 berubah nama yang sebelumnya bernama MADINU (Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967. Kemudian pada tahun 1970 berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. pada periode tersebut merupakan tahap perjuangan pengurus yayasan untuk memformalkan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. karena pada awal berdirinya MADINU belum berbadan hukum, dan tidak bernaung pada yayasan pendidikan yang resmi. Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama di daftarkan ke Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo pada tahun 1968, namun waktu itu Madrasah masih berdiri sendiri dan tidak bernaung pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
suatu yayasan pendidikan yang resmi. Syaibani mengikutkan Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama di bawah Ma’Arif. Ma’Arif adalah sebuah yayasan pendidikan yang bernaung di bawah Organisasi Nahdhatul Ulama, Karena pada waktu itu beliau adalah salah seorang pengurus Nahdhatul Ulama di Kartosuro. Meskipun belum memiliki yayasan pendidikan yang resmi, namun keberadaan Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama dapat dterima oleh masyarakat Desa Pucangan, ini terbukti pada perkembangan tahun 1969 yayasan pendidikan yang belum memeliki akte pendirian tersebut telah memiliki 4 Madrasah Ibtidaiyah dan 6 TK, sehingga Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo memberikan bantuan guru agama. Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan dasar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Dapat mengamalkan ajaran agama sebagai proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan. 2. Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam aktifitas keagamaan dan UASBN.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
3. Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler serta pembiasaan diri yang baik. 4. Meningkatkan prestasi akademik peserta didik sehingga mampu menembus dan beraing di SMP Negri mencapai lebih 90%. 5. Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olahraga lewat kejuaraan dan kompetisi. 6. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan ajaran Islam di masyarakat, supaya menjadi masyarakat muslim yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Namun demikian, tujuan dari pendidikan di madrasah ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dan mempunyai ciri khas agama Islam, secara sinergis mempunyai peran dalam usaha pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam dunia pendidikan, guru merupakan sosok yang memiliki tanggung jawab sebagai pengabdi pendidikan terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Guru menjadi barometer bagi tercapainya kualitas pendidikan yang diharapkan. Berhasilnya pendidikan salah satunya tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
dikarenakan proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
No
Nama
Tabel 1 Data guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1978 Jabatan Tanggal Lahir Ijazah Mengampu Mata Pelajaran
1
Djamhariyah
Kamad
17-08-1950
F.T.UII
Agama V&VI
2
Istiqomah
Guru
13-01-1944
M.A.N
Kelas I&II
3
Ahyani
Guru
17-04-1947
P.G.A.A
Kelas IV
4
Sugiyanto
Guru
10-10-1956
P.G.A.A
Kelas III
5
Istiyah Walinem
Guru
28-01-1957
S.M.P
Kelas V&VI
Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Melihat tabel di atas dapat di katakan jumlah guru di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I masih kurang, hal ini di karenakan guru yang di butuhkan harus mempunyai niat yang besar untuk mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan berjuang bersama di jalan Allah SWT untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bersedia tidak di gaji dan menginfaqkan sedikit hartanya untuk kelangsungan madrasah tersebut. Oleh sebab itu tidak banyak guru yang mau mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, namun hal yang menarik adalah guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Darussalam I hanyalah mereka yang ikhlas berjuang dan mengabdikan hidupnya hanya untuk mendapat ridho Nya. Hal tersebut sesuai dengan salah satu misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu Menyelenggarakan pendidikan yang berfaham ahlussunah wal jama’ah.
2. Masa Terdaftar (1979-1988) Pada periode tersebut Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memperoleh status terdaftar pada tanggal 5 April 1978, dengan nomor piagam Madrasah Lk/3.c/650/Pgm/MI/1978. Dengan di perolehnya status terdaftar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di beri hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran serta di perbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan madrasah negeri. Pemberian status kepada madrasah swasta di maksudkan untuk lebih membantu pengembangan dan kemajuan madrasah-madrasah swasta, yang lazim disebut akreditasi. Ketentuan tentang akreditasi madrasah ini tertuang dalam keputusan Menteri No.310/1989 tentang status madrasah swasta di lingkungan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 5 Yayasan Pendidikan Darussalam kemudian mendapatkan akte notaris pada tanggal 29 Juli 1985 dengan nomor akte : 239. Para pendiri yayasan tersebut antara lain: (1) Ahmad Syaibani Ilham, (2) Djamhariyah. (3) Hasyim, 5
A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Modernitas. (Bandung;Mizan. 1998) hal 79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
(4) Istiqomah, dan (5) M. Sunarjo. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I secara geografis berada di pusat Yayasan, sehingga peranan Yayasan sangat penting bagi perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, di samping itu yayasan juga sangat besar pengaruhnya terhadap madrasah. Kurikulum madrasah masih mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan prosentase yang berbeda. Pada waktu pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah melalui Kementeriam Agama, merasa perlu menetukan kriteria madrasah. Kriteria yang di tetapkan oleh Kementerian Agama untuk madrasah-madrasah yang
berada dalam wewenangnya adalah harus
memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit 6 jam seminggu.6 Kurikulum yang di terapkan di Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I sesuai dengan kurikulum yang di tetapkan Kementerian Agama Kabupaten Sukoharjo. Adapun mata pelajaran yang menjadi ciri khas dari Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah mata pelajaran agama yang meliputi sebagai berikut : 1. Al Qur’an dan Hadits
6
Muwardi Sutedjo, dkk, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Dirjen. Binbaga Islam dan Universitas Terbuka, 1992), hal 42.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Mata pelajaran Qur’an-Hadits dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada siswa untuk memahami ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits Nabi sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Baha kajian mata pelajaran ini mencakup pengetahuan tentang ulumul Qur’an, ilmu hadits dan ayat-ayat serta hadits pilihan. Pembelajaran Al Qur’an dan Hadits bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis dan membiasakan dan menggemari Al Qur’an dan Hadits serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits untuk mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku peserta didik agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayatayat Al Qur’an dan Hadits. Al Qur’an dan Hadits adalah pegangan utama umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian dalam penyelenggaraan madrasah perlu di masukan pelajaran mengenai Al Qur’an dan Hadits hal tersebut juga di terapkan di Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I. 2. Aqidah-Akhlak Mata pelajaran aqidah-akhlak di maksudkan untuk memberikan pengetahuan pemahaman, dan penghayatan tentang keimanan dan nilai-nilai akhlak yang merupakan dasar utama dalam pembentukan kepribadian muslim, dengan mengarahkan siswa menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Mata pelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
aqidah dan akhlak menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang di wujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam menentukan nilai siswa Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I, memperhatikan kelakuan siswa selama masa studi sebagai salah satu bidang pertimbangan.
Pelajaran
Aqidah-Akhlak
mengajarkan
kepada
siswa
Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I supaya memiliki budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. 3. Fiqih Mata
pelajaran
fiqih dimaksudkan
untuk memberikan
bekal
pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek hukum, baik yang berupa ajaran ibadah maupun mu’amalah. Hukum yang terkandung dalam ibadah shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban atau sunnah-sunnahnya. Sedangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
hukum yang terkandung dalam mu’amalah seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada. Mata pelajaran fiqih pada madrasah ibtidaiyah berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt , sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Membiasakan pengamalan terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlakudi madrasah dan lingkungan masyarakat. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat. Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta menanamkan akhlak peserta didik. 4. Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam) Mata pelajaran Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam ) dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan kepada siswa untuk memahami diri sebagai muslim, serta menumbuhkan kesadaran dan gairah Islamiah. Mata pelajaran tarikh bertujuan memberikan pelajaran tentang sejarah Islam dan kebudayaan , menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada, membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Bahan kajian mata pelajaran Tarikh ( Sejarah Kebudayaan Islam) mencakup sirah Nabi dan perkembangan Islam pada masa-masa sesudahnya, serta perkembangan peradaban dan budaya umat Islam sejak masa Nabi sampai sekarang. 5. Bahasa Arab Mata pelajaran Bahasa Arab di maksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan menggunakan Bahasa Arab baik untuk memahami ajaran Islamdari sumber utamanya maupun untuk bekal dasar bagi pengembangan lebih lanjut di jenjang pendidikan tinggi.Mata pelajaran Bahasa Arab berisi keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis dalam bahasa Arab yang diajarkan secara terpadu. Sejak awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussala I, baru pertama kali menggunakan kurikulum yang di keluarkan Departemen Agama, karena pada waktu pertama berdiri hanya memiliki 4 kelas dan baru pada tahun 1976 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memiliki 6 kelas dan melaksakan kurikulum 1975 sebagai kurikulum yang pertama dilaksakan di madrasah ini. Tabel 2 Susunan Program Pengajaran pada Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1975 No
Bidang Studi
commit to user
Kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
I
II
III
IV
V
VI
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
8
8
8
8
8
8
-
-
2
2
2
2
6
6
6
6
6
6
2
2
3
4
4
4
2
2
3
4
4
4
8
2
2
3
4
4
4
9
2
2
4
4
4
4
1
Agama a. Bahasa Arab b. Siroh c. Fiqih d. Aqidah-Akhlak e. Al Qur’an Pendidika Moral Pancasila Bahasa Indonesia
2 Ilmu Pengetahuan Sosial 3 Matematika 4 Ilmu Pengetahuan Alam 5 Olahraga dan Kesehatan 6 Kesenian 7 Keterampilan Khusus
Sumber : Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1945-1989, Ditjen Dikdasmen,Depdikbud, 1992
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif , sebagai penyempurnaan kurikulum 1968. Tujuan pendidikan kurikulum 1975 adalah membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, manusia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab. Perkembangan madrasah tidak lepas dari program pemberdayaan madrasah, yang berupaya untuk membangun kesadaran bersama masyarakat dilingkungan madrasah agar lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas dirinya. Kondisi ini juga berlaku pada Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam periode ini, agar di masa-masa yang akan datang memiliki kualitas yang lebih baik dan berkembang lebih maju, mampu bersaing minimal di wilayah Kartasura dan disekitarnya, sehingga pada akhirnya madrasah ini tidak mati, bahkan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Secara tidak langsung ada suatu persaingan antara sekolah dasar negeri dengan madrasah ibtidaiyah termasuk dalam persaingan jumlah siswa. Sekolah atau madrasah dengan citra dan kualitas yang baik dengan mudah memperoleh jumlah siswa yang banyak. Jumlah siswa terbanyak terjadi pada tahun 1978,1979, dan 1987 dengan data sebagai berikut : Tabel 3 Data Siswa Terbanyak Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tahun
Kelas I
II
III
Jumlah IV
V
VI
1978
37
29
25
24
21
16
152
1979
26
33
25
26
21
21
152
1987
14
22
16
19
15
25
111
Sumber : Arsip Rekap Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
3. Masa Kemunduran (1989-1995) Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sejak pertama di dirikan pada tahun 1967 yang berlokasi di dukuh Gerjen desa Pucangan, kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, dengan luas tanah 1.099 m dan status tanah wakaf. Untuk pertama kalinya mendapatkan Status diakui dengan SK no MK.33/5.a/PP. 004/246/1994 pada tanggal 12 Februari 1994. Pada periode tersebut perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I banyak mengalami permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah, pengelolaan madrasah dilakukan apa adanya, tidak menggunakan prinsipprinsip manajemen yang baik. Hal ini di sebabkan pembagian peran dalam pengelolaan madrasah tidak jelas, bahkan terkesan ada dominasi dari Yayasan Pendidikan Darussalam. Hal ini bukan berarti yayasan mengambil semua pekerjaan madrasah. Bahkan pihak yayasan seperti menyerahkan hidup mati commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
madrasah pada guru dan kepala madrasah. Hal ini justru menjadi permasalahan bagi guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, karena para guru seakan-akan menanggung beban sendirian dan tidak ada yang membantu. Padahal seharusnya keberadaan Yayasan sangat penting bagi perkembangan madrasah, karena pengaruh yayasan sangat besar terhadap madrasah, namun pengaruh yang sangat besar tersebut lebih bersifat pada penentuan kebijakan madrasah, tetapi dalam memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi madrasah sangat rendah. Pengelolaan madrasah yang di lakukan apa adanya dan tidak menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang baik juga berdampak pada strategi marketing yang disiapkan untuk mempromosikan madrasah. KBM yang masih konvesional sebagai konsekwensi dari kurangnya wawasan guru maupun pengelola madrasah tentang KBM yang lebih inovatif dan kreatif, fenomena
tersebut
di
tunjukan
dengan
cara
melaksanakan
proses
pembelajaran yang umumnya masih menggunakan cara tradisional. Permasalahan yang sedang di hadapi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I semakin berat, karena adanya pola pikir masyarakat bahwa siswa yang bersekolah di sekolah swasta tidak dapat melanjutkan ke sekolah negeri. Berbagai propaganda negatif dari pesaing tentang Madrasah Ibtidiyah Darussalam I misalnya lulusan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak bisa bekerja di kantoran, tidak bisa masuk SMP negeri, hanya bisa berdoa saja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Kondisi sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sudah memiliki beberapa ruangan kelas dan faslitas lain.
No
Tabel 4 Jumlah Bangunan Dan Ruangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Ruang atau Bangunan Jumlah Keterangan Baik
Kurang
1
Ruang Kelas
6
4
2
2
Ruang Kantor
1
1
-
3
Perpustakaan
1
1
-
4
Ruang UKS
1
-
1
5
Gudang
1
-
1
6
Dapur
1
-
1
7
Kamar Mandi
2
-
2
Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Bangunan gedung Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I secara umum kondisinya masih cukup baik, meskipun ada di beberapa bagian tampak rusak. Untuk kebutuhan pembelajaran, secara umum ruangan tersedia masih mencukupi. Apalagi di tambah dengan keberadaan masjid yang berdampingan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
madrasah. Dengan demikian proses pembelajaran tertentu seperti ibadah yang dilaksanakan di masjid. Meskipun demikian, jika di lihat dari keberadaan sarana pembelajaran atau media pembelajaran yang di miliki, dapat di katakan masih tergolong kurang. Hal ini setidaknya dapat di tunjukan dengan belum adanya ruang khusus untuk laboratorium atau ruang media pembelajaran. Kondisi kelas juga masih menggunakan model kelas tradisional, dengan penataan meja dan kursi siswa berjajar menghadap papan tulis, selalu statis dan tidak ada ruang representatif untuk pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa. 4. Masa Perkembangan (1996-2007) Pengelolaan madrasah yang cenderung di lakukan apa adanya, dan ketidak jelasan pembagian peran antara pengelola madrasah dengan yayasan tidak membuat madrasah ini menjadi mati, namun harus mulai berbenah diri agar tetap menjaga eksistensi dan mewujudkan madrasah unggulan masa depan. Program pemberdayaan madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan citra madrasah dan memiliki berapa karakteristik dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Karakteristik perubahan yang di harapkan adalah sebagai berikut : 1. Semakin meningkatnya keterkenalan
Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I sebagai madrasah unggulan sehingga mencapai wilayah yang lebih luas dari sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
2. Semakin meningkatnya daya tarik madrasah sehingga jumlah siswa semakin meningkat. Adapun beberapa perubahan mendasar yang di harapkan dari program pemberdayaan madrasah tersebut antara lain : 1. Partisipasi masyarakat meningkat dalam meningkatkan kualitas madrasah. 2. Penggunaan sistem menejemen modern dalam marketing, keuangan, dan pengembangan madrasah kearah yang lebih maju. 3. Wawasan dan penggunaan KBM yang lebih modern dan inofatif. Dengan
ciri-ciri
pengembangan
keterampilan strategi
guru
pembelajaran
dalam
melakukan
meningkat
dan
terbentuknya tradisi belajar siswa disekolah yang semakin aktif dan kondusif. 4. Meningkatnya keterampilan guru dan staf dalam menggunakan teknologi computer. 5. Meningkatnya kegiatan ekstrakulikuler dengan kualitas yang bisa diandalkan. Untuk mewujudkan kondisi madrasah sebagaimana yang di harapkan, maka di lakukan strategi sebagai berikut : 1. Meningkatkan pemahaman manejemen modern dan menerapkan dalam membangun citra madrasah yang unggul. 2. Melakukan strategi marketing yang lebih baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
3. Meningkatkan ketrampilan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran dan memanfaatkan media pembelajaran. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan ekstrakulikuler. Sebagai tindak lanjut dari program pemberdayaan madrasah, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjalin kerja sama dengan STAIN Surakarta yang berlokasi tidak jauh dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, kerja sama dalam peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berbasis masyarakat. Tujuan program ini adalah terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang mandiri dan berkualitas berdasarkan konsep school based management (SBM). Ukuran-ukuran yang dijadikan dasar terwujudnya cita-cita yang dimaksud adalah siswa yang berkualitas, guru yang professional, manajemen berbasis madrasah yang terlaksana secara optimal, partisipasi masyarakat yang optimal,kegiatan belajar mengajar dan kurikulum yang terlaksana berdasarkan kompetensidengan daya dukung meningkatkan potensi lokal, dan ketersediaan serta pemanfaatan sarana prasarana berbasis local secara memadai. Realisasi pelaksanaan program ini terbagi kedalam kegiatan yang berbentuk : 1. Lokakarya pendidikan berbasis masyarakat Target dari sub kegiatan ini adalah terbangunnya kesadaran masyarakat dalam pendidikan dan merumuskan Job Description Yayasan, Masyarakat dan Madrasah. Tujuannya adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
a. Terwujudnya
partisipasi
masyarakat
dalam
orientasi
pengembangan pendidikan. b. Berfungsinya Komite Sekolah. c. Adanya Job Description Yayasan, Masyarakat
dan
Madrasah. 2. Lokakarya menghadapi UAN Target dari sub kegiatan ini adalah menyusun strategi menghadapi UAN. Tujuannya adalah : Tersusunnya strategi menghadapi UAN dan menyosialisasikan kiat-kiat menghadapi UAN. 3. Pelatihan komputer Target dari sub kegiatan ini adalah mendapatkan wawasan dan keterampilan komputer. Tujuannya adalah : a. Memiliki kemampuan mengoperasionalkan komputer. b. Mengajarkan komputer kepada siswa. 4. Diklat pembelajaran aktif learning Target dari sub kegiatan ini adalah guru mampu menerapkan metode pembelajaran aktif IPA dan Matematika. Tujuannya adalah : Terciptanya suasana pembelajaran aktif. 5. Partisipasi event atau lomba kesiswaan Target dari sub kegiatan ini adalah mengenalkan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I kepada masyarakat dan membangun citra commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Madrasah
Ibtidaiyah
Darussalam
I.
Tujuannya
adalah
:
Terbangunnya citra positif MI Darussalam I di mata masyarakat. 6. Pelatihan pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran Target dari sub kegiatan ini adalah guru mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran. Tujuannya adalah : Ada media pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Semula pihak madrasah meragukan akan tercapai atau akan tumbuh partisipasi masyarakat karena selama ini madrasah sangat berhati-hati terhadap kata partisipasi masyarakat. Bahkan ketua Yayasan mengingatkan kepada kepala madrasah untuk tidak membebani masyarakat dalam hal meningkatkan mutu madrasah. Dengan pendekatan yang komunikatif serta tidak melakukan paksaan, ternyata kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Para orang tua dan alumni tersentuh untuk ikut meningkatkan kualitas sarana dan lulusan madrasah, dengan memberikan sumbangan pengadaan komputer, dan ikut mempromosikan keberadaan madrasah yang di cintainya. Awalnya manajemen administrasi madrasah di lakukan secara manual, sehingga dokumentasi sangat lemah dan seadanya. Pelatihan komputer terhadap
guru
dan
staf
madrasah
sangat
berpengaruh
terhadap
pengadministrasian mulai dari input data nilai UAN, data guru, sarana dan prasarana menjadi terdokumentasi secara rapi, selain itu guru sudah mulai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
mengenalkan keterampilan komputer kepada siswa walaupun hanya sebatas pengenalan. Tabel 5 Kegiatan ekstrakulikuler yang sudah dijalankan Pembimbing Jadwal Pelaksanaan Sasaran
No
Kegiatan
1
Kepramukaan
Kamis, Pukul 15.30 WIB
-Kelas III-IV untuk Siaga -Kelas V-VI untuk Penggalang
Guru MI dibantu 1 Pembina dari Racana IAIN Surakarta
2
Pencak Silat
Jum’at, Pukul 15.30 WIB
Kelas III-VI
Dari perguruan silat
3
Seni Rabana
Minggu,Pukul 15.30 WIB
Kelas IV-VI
Pelatih dari luar
4
Drum Band
Masih direncanakan
Kelas III-VI
Pelatih dari luar
Catatan :Untuk Drum band masih dalam perencanaan untuk melengkapi alat-alat yang dibutuhkan.
Program pemberdayaan kesiswaan di arahkan untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran dan kultur baru berupa tradisi berpartisipasi dalam even-even kegiatan baik dalam mengikuti kegiatan pramuka atau lombalomba mata pelajaran maupun kegiatan lomba olahraga dan kesenian. Adapun beberapa prestasi siswa yang telah di raih baik dalam bidang akademik maupun non akademik adalah sebagai berikut : 1. Porseni tingkat Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Kartosuro Tahun 2006
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
a. Tenis Meja mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Sulis Triyanto. b. Bulu Tangkis mendapatkan Juara III yang diwakili oleh Desi Isnaini. c. MTQ mendapatkan Juara III yang diwakili oleh Chafidatul. 2. Lomba siswa berprestasi yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan Kartosuro pada tahun 2007, mendapatkan juara 5 yang diwakili oleh Shella Nugraheni. 3. Lomba LCC Dokter Kecil yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan Kartosuro pada tahun 2007, mendapatkan juara 5 yang diwakili oleh Dandi. 4. Porseni tingkat Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Kartosuro Tahun 2007 a. Catur mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Kholif Umar. b. Pidato Bahasa Jawa mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Shella Nugraheni. c. Lompat Tinggi mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Dewi Nur yang sekaligus berhak mewakili Kabupaten Sukoharjo ke tingkat Provinsi Jawa Tengah. d. Lari 60 m mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Waliyanto. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Dalam partisipasi kegiatan ini para siswa terlibat dan berinteraksi dengan
siswa-siswa
lain
sehingga
siswa
mengetahui
bagaimana
perkembangan di sekolah luar. Para guru juga menyadari sampai di mana pendidikan yang telah diberikan dan menyadari prestasi-prestasi yang di raih dalam lomba tersebut. Hasilnya adalah para guru dan siswa senang dan bergembira dalam mengikuti kegiatan kesiswaan dan yang penting lahirnya kesadaran bahwa pendidikan tidak hanya dilakukan diluar kelas. Mengacu pada landasan yuridis yang mendasari penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 ; Bab IV Pasal 7 tentang Kewenangan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah Provinsi sebagai Daerah Otonom. Pada periode ini Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya di miliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yakni pengetahuan, keterampilan, dan nilai serta pola pikir dan bertundak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa. 7 Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat standar program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang di pelajarinya. Bidang-bidang
7
Abdul Rachman Shaleh, Op.Cit. hal 185.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
kehidupan yang di pelajari tersebut memuat sejumlah kompetensi siswa dan sekaligus hasil belajarnya. Pengembangan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
mendudukan
kompetensi siswa sebagai acuan untuk menetukan materi pelajaran yang di gunakan sebagai bahan untuk mencapai kompetensi yang telah di tentukan. Dengan demikian, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran berfungsi sebagai wahana dan sekalisgus substansi yang perlu di kuasai siswa. Pengembangan kurikulum ini memberikan perhatian pada hasil dan proses. Pengembangan yang berorientasi pada hasil menekankan pada pemahaman, penghayatan secara komprehensif dan perwujudannya dalam berpikir dan berbuat atau bertindak sebagai dampak dari pemahaman dan penghayatan tersebut. Pengembangan berorientasi kurikulum pada proses menekankan pada terlaksananya proses pembelajaran dan suasana yang kondusif bagi pembentukan atau perencanaan kompetensi. Pelaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di wujudkan dalam sejumlah kegiatan terpadu dan terkordinasi dalam sejumlah kegiatan baik dalam kegiatan intra kulikuler maupun ekstra kulikuler sebagai berikut : 1. Kegiatan Tatap Muka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Kegiatan pembelajaran yang berbasis siswa, yaitu pendekatan belajar yang aktif, kreatis dan efektif menyenangkan. Guru berperan sebagai fasilitator
dan pengemban
fungsi
untuk
menjalankan
proses
pembelajaran. 2. Kegiatan Les Kegiatan les dilakukan untuk pendalaman materi,
menyelesaikan kurikulum dan
dan kegiatan les
juga
dilakukan untuk
membimbing siswa yang agamanya kurang mampu, dalam arti kesulitan mengikuti pelajaran agama. Karena mata pelajaran agama juga di gunakan untuk satndar penilaian kenaikan kelas. 3. Tadarus Al Qur’an Kegiatan
ini
dilaksanakan
membaca/melafalkan
Al
agar
Qur’an
semua secara
siswa
baik
dan
mampu benar.
Diselenggarakan selama 15-20 menit sebelum pelajaran jam pertama dimulai dan di bimbing oleh guru yang mengajar pada jam pertama tersebut. 4. Kegiatan Ibadah di Sekolah Kegiatan ini merupakan pembiasaan praktik ibadah di sekolah, seperti shalat jamaah Dhuhur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
5. Kegiatan Ekstrakulikuler Kegiatan ini meliputi Kepramukaan, olahraga bela diri (pencak silat), seni rebana. Pemberian status kepada madrasah swasta di maksudkan untuk lebih membantu pengembangan dan kemajuan madrasah-madrasah swasta, yang lazim di sebut akreditasi. Ketentuan tentang akreditasi madrasah tertuang dalam Keputusan Menteri Agama No.310/1989 tentang status madrasah swasta di lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. Akreditasi terhadap madrasah swasta di laksanakan terhadap semua aspek penyelenggaraan pendidikan yang meliputi komponen-komponen : kelembagaan, kurikulum, administrasi sekolah, ketenagakerjaan, murid dan siswa, sarana prasarana dan situasi sekolah. Berdasarkan akreditasi terhadap komponen-komponen tersebut, di tetapkan jenjang status madrasah swasta, terdiri dari status Terdaftar, Diakui, dan Disamakan. Status terdaftar di berikan kepada madrasah swasta yang mempunyai nilai kurang. Status diakui diberikan kepada madrasah swasta yang mempunyai nilai cukup. Status disamakan di berikan kepada madrasah swasta yang memperoleh nilai baik. Status madrasah swasta tingkat ibtidaiyah di tetapkan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten. Tujuan dilakukan akreditasi terhadap madrasah swasta adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
1. Mendorong dan meningkatkan mutu pendidikan melalui : a. Pembakuan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku b. Tenaga kependudukan yang berkualitas c. Tersedianya sarana dan prasarana 2. Mendorong tercipta dan terpeliharanya ketahanan madrasah dan lingkungannya 3. Mendapatkan bahan-bahan bagi perencanaan dalam rangka pembinaan madrasah yang bersangkutan. 4. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang bertanggung jawab. 5. Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
tentang
mutu
pendidikan sekolah. 6. Memudahkan pengaturan mutasi siswa. Tabel 6 Perkembangan Status Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I No Status SK No 1
Terdaftar
Lk/3.c/650/Pgm/MI/1978 tanggal 05 April 1978
2
Diakui
Mk.33/5a/PP.004/246/1994 tanggal 12 Februari 1994
3
Diakui
Mk.33/1.a/OT.01/1129/1999
tanggal
01
Desember 1999 4
Disamakan
Mk.33/1.a/OT.01/978/2001 tanggal 17 November commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
2001 5
Terakreditasi B
Kw.11.4/4/PP.03.2/623.11.20/2005
tanggal
15
Juli 2005 Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
BAB IV PERANAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM 01 TERHADAP MASYARAKAT PUCANGAN KARTASURA
Pendidikan adalah milik masyarakat. Tidak dapat kita bayangkan suatu masyarakat tanpa pendidikan. Apabila masyarakat melahirkan lembaga pendidikan untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat, maka isi pendidikan tersebut adalah nilai-nilai yang telah hidup dan di kembangkan di dalam masyarakat tersebut. Kesatuan antara pendidikan, masyarakat di wujudkan dalam pendidikan madrasah. Pendidikan yang berbasis masyarakat ( community based education ) adalah sesuai dengan misi pembaharuan pendidikan dewasa ini, dengan ikut sertanya masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikannya, maka pendidikan tersebut betul-betul berakar di dalam masyarakat. Dengan demikian lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membudayakan nilai-nilai masyarakat di harapkan dapat memenuhi fungsinya masing-masing. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Madrasah adalah suatu lembaga pendidikan yang lahir, tumbuh, dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Kedudukan antara madrasah dan masyarakat adalah sangat erat. Masyarakat yang membentuk, membina, dan mengembangkannya.
Suatu
lembaga
pendidikan
akan
berhasil
menyelenggarakan kegiatannya jika lembaga tersebut dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat. Keberhasilan ini menunjukan adanya kecocokan nilai antara lembaga pendidikan yang bersangkutan dengan masyarakat, setidak-tidaknya tidak menimbulkan pertentangan. 8 79 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri dari sejak berdirinya sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan masyarakat desa Pucangan Kartasura yang kehidupan ekonominya cukup sederhana. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memahami keadaan masyarakat dengan memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat 8
yang
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992 ), hal 37.
commit to user
ingin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
menyekolahkan anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, salah satunya dengan biaya pendidikan yang lebih murah dan memberikan seragam gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, Madrasah Darussalam I mengemas aktivitas pendidikannya dengan nilai-nilai atau nuansa Islam, di antaranya adanya peraturan untuk mengucapkan salam ketika masuk kelas atau masuk kantor, berdoa bersama ketika memulai dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan Islam yang berakar kuat dari partisipasi masyarakat selaras dengan identitas negara kesatuan dalam keragaman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berkembang di masyarakat sebagai upaya masyarakat miskin di pedesaan untuk memperoleh pendidikan, hingga sekarang Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terus menyediakan pendidikan berbasis masyarakat sebagai alternatif dari pendidikan umum. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam di desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat penting yang harus di jaga dan di kembangkan. Di butuhkan dukungan dari masyarakat desa Pucangan Kartosuro baik berupa materi maupun non materi. Dukungan materi masyarakat desa Pucangan Kartosuro dengan memberikan sumbangan berupa uang sebagai donator untuk kebutuhan pembangunan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
pengembangan madrasah. Sedangkan dukungan non materi terhadap Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di wujudkan dengan menyekolahkan anak-anak mereka di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sebagai lembaga pendidikan Islam di tengah kehidupan modern, keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memiliki andil dan peran yang tidak sedikit. Selain mendidik siswa dengan ilmu pengetahuan dengan latar belakang agama Islam, siswa juga di didik agar mencapai kebahagiaan hidup yang sesuai dengan Visi dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlussunah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat berdasarkan Al Qur’an Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I selalu berusaha membina dan membuka hubungan serta perannya bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro. Hingga saat ini meskipun Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sudah menampakan perkembangannya, hubungan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dengan masyarakat Desa Pucangan Kartosuro tetap berjalan dengan baik, sehingga Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I bukan merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari masyarakat di sekitarnya. A. Dalam Bidang Pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Selain manfaat
bagi
kehidupan manusia di satu sisi, perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin meningkat. Selanjutnya, agar mampu berperan dalam persaingan global, maka perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keniscayaan yang harus di lakukan secara terencana,
terarah,
intensif,
efektif
dan efisien dalam proses
pembangunan. Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia akan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada makhluk lain. Pendidikan memiliki makna penting untuk meletakkan harapan masa depan suatu generasi kehidupan manusia, dan menjadi elemen yang sangat mendasar sebagai penentu kemampuan sumber daya manusia (SDM), dengan pendidikan derajat manusia akan terangkat di sisi Allah Swt.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang menyadari dan melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan dan memperkaya diri dengan khasanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal batas,
namun tetap menyadari
bahwa hakekat keseluruhan hidup dan pemilikan ilmu pengetahuan tersebut tetap bersumber dan bermuara pada Allah Swt 9 Berjuang melalui pendidikan demi mencerdaskan kehidupan bangsa secara luas, dan mencerdaskan kehidupan masyarakat Desa Pucangan secara khusus, dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjadi alasan yang kuat berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Mata pelajaran agama yang diberikan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai ciri khas keislamannya, merupakan daya tarik tersendiri bagi para orang tua di Desa Pucangan kartosuro untuk memasukan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Hal ini karena selain memperoleh ilmu pengetahuan umum, siswa juga memperoleh ilmu agama sebagai benteng moral bagi pekembangan mental siswa. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I melihat begitu pentingnya makna dan kedudukan pendidikan Islam bagi masyarakat Pucangan, menumbuhkan rasa untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dan berdasarkan pada
9
Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991), hal 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
nilai-nilai ajaran Islam karena pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Sehingga Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mewujudkan peran penting dalam bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan dari Taman Kanak-kanak Darussalam dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Taman Kanak-kanak Darussalam pertama di dirikan tahun 1975, berlokasi tepat di samping Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Taman kanakkanak Darussalam bertujuan memberikan pendidikan agama kepada anak usia dini dan mempersiapkan anak-anak tersebut ke jenjang pendidikan berikutnya yaitu di Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun pendidikan di Taman Kanak-kanak cenderung sebagai taman bermain, namun pendidikan Taman Kanak-kanak penting bagi pengenalan anak-anak terhadap dunia pendidikan. Taman Kanakkanak Darussalam mampu memberikan peran penting terutama dalam bidang pendidikan agama terhadap anak usia dini di Desa Pucangan Kartosuro Biaya pendidikan di Taman Kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang relatif murah di banding sekolah lain menjadi faktor pendorong bagi orang tua untuk memasukan anaknya ke Taman Kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sebagian pembiayaan madrasah berasal dari donator dan bantuan pemerintah berupa BOS. Sejak awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak untuk mengkomersialkan madrasah tersebut, tetapi membantu masyarakat desa Pucangan yang mayoritas masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
masih kurang mampu, agar mendapatkan kesempatan bersekolah terutama pendidikan yang berciri kan agama Islam. Tabel 7 Pendidikan Penduduk Desa Pucangan Kartosuro No
Pendidikan terakhir
Jumlah
1
Tidak Tamat SD
148
2
SD
974
3
SLTP
753
4
SLTA
527
5
Perguruan Tinggi
236
Sumber : Monografi Desa Pucangan Kartosuro Tahun 2000
Tabel tersebut dapat terlihat tingkat pendidikan masyarakat Pucangan Kartosuro mayoritas telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Hal tersebut tidak terlepas dari peran Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah yang senantiasa memberikan pendidikan yang berkualitas terhadap masyarakat di sekitar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I selama ini telah membantu memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro. Meskipun bukan menjadi pilihan utama bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro, keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I telah berperan dalam memberikan pendidikan tingkat dasar bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga masyarakat Desa Pucangan Kartosuro menjadi pilihan pendidikan dengan nuansa Islam terhadap masyarakat Desa Pucangan Kartosuro. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada tahun 2007 melibatkan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan madrasah. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjalin kerja sama dengan STAIN Surakarta yang berlokasi tidak jauh dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu kerja sama dalam peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berbasis masyarakat. Tujuan kerja sama tersebut adalah terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang mandiri dan berkualitas. Realisasi pelaksanaan program ini terbagi kedalam kegiatan yang berbentuk : Lokakarya pendidikan berbasis masyarakat dengan target dari sub kegiatan ini adalah terbangunnya kesadaran masyarakat dalam pendidikan dan merumuskan Job Description Yayasan, Masyarakat dan Madrasah. Tujuannya adalah : Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam orientasi pengembangan pendidikan, berfungsinya Komite Sekolah, adanya Job Description Yayasan, Masyarakat dan Madrasah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Setiap akhir tahun akademik, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mengadakan akhrihusannah (pelepasan siswa kelas 6), dalam acara tersebut selain mengundang orang tua siswa, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga mengundang masyarakat di sekitar madrasah dan tokoh masyarakat desa Pucangan Kartasura. Adapun maksud dan tujuan akhrihusannah adalah :
a. Penyerahan kembali peserta didik kepada orang tua siswa, yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sebagai tanggung jawab Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I untuk mendidik dan memberikan bekal pengetahuan kepada peserta didik agar dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. b. Sebagai media promosi kepada masyarakat desa Pucangan Kartasura, di mana dalam acara ini menampilkan seni dan kreatifitas siswa dengan pertunjukan rebana, shalawatan, membaca puisi, dan seni keterampilan lain yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin memasukan anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai alternatif lembaga pendidikan yang berciri khas Islam. Akhrihusannah (pelepasan siswa kelas 6) tersebut mengutamakan nilainilai atau nuansa Islam yang menjadi ciri khas dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, dan di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
harapkan dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat desa Pucangan Kartasura dalam bidang pendidikan. Tujuan dalam bidang pendidikan di madrasah ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dan mempunyai ciri khas agama Islam, secara sinergis mempunyai peran dalam usaha pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. B. Dalam Bidang Agama Agama adalah faktor penting dalam kehidupan masyarakat. Agama mengajarkan kepada manusia untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama juga berisi ketahuidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan seharihari yang bertujuan memberi dasar pegangan keyakinan hidup, sehingga manusia sadar akan tujuan hidup. Sikap tauhid juga harus di cerminkan dalam akhlak dan norma tingkah laku serta budi pekerti dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak hanya di tuntut untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dasar yang berciri khas Islam, tetapi lebih jauh Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga memainkan peran sebagai basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral masyarakat. Melalui sifat dan bentuk pendidikan yang di milikinya, Madrasah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Ibtidaiyah Darussalam I juga berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik secara lebih efektif karena di berikan sejak dini. Bidang agama peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam di wujudkan dalam menanamkan akhlakul kharimah, memelihara kelangsungan tradisi keislaman, media sosialisasi nilai-nilai keislaman, benteng moralitas masyarakat. Peranan tersebut di wujudkan dalam bentuk nyata, di antaranya mendirikan Taman Pendidikan Al Qur’an, Majelis Takhlim, Perkumpulan Yasinan, dan Pekan Dakwah Ramadhan. Salah satu peran penting Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah memelihara tradisi-tradisi keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di lakukan dengan mendirikan Taman Pendidikan Al Qur’an. Taman Pendidikan Al Qur’an di mulai pada tahun 1993, yang dilaksanakan setiap hari sabtu sore di ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, di mana anak-anak yang mengikuti Taman Pendidikan Al Qur’an tersebut tidak hanya untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I , tetapi juga di ikuti oleh seluruh anak di desa Pucangan. Sedangkan tenaga pendidik atau pengajar di Taman Pendidikan Al Qur’an adalah sebagian guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dan di bantu mahasiswa STAIN Kartasura. Taman Pendidikan Al Qur’an penting untuk di ajarkan kepada anak pada usia dini karena sebagai pengenalan anak terhadap ajaran agama Islam yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
senantiasa di ajarkan secara bertahap agar kelak anak dapat memahami ajaran agama Islam yang terkandung di dalam Al Qur’an. Islam adalah satu-satunya Agama yang di ridhai Allah Swt ( QS. Ali Imran : 19) “Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan di terima ( agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi. Peran penting dalam bidang agama selanjutnya diwujudkan pada tahun 1979 ketika Syaebani menjabat sebagai Kepala Desa Pucangan, yaitu berusaha lebih meningkatkan dan memelihara kelangsungan tradisi keislaman di desa Pucangan dengan membuat kelompok pengajian (Majelis Takhlim) tingkat RT (Rukun Tetangga) yang dilaksanakan rutin setiap sekali dalam satu bulan yang bertempat di Halaman Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga mengadakan pengajian (Majelis Takhlim) khusus ibu-ibu di wilayah Desa Pucangan Kartasura, dan salah satu pengisi pengajian tersebut adalah Ibu Djamhariah selaku mantan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Kegiatan pengajian tersebut dimaksudkan untuk memberikan pendidikan agama dan siraman rohani bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro Bahwa agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk berakhlak baik (takwa) atau buruk (fujur), potensi fujur akan senantiasa eksisi dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
aman. Apabila potensi takwa seseorang lemah, maka perilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan binatang. Agar hawa nafsu itu dapat terkendalikan, maka manusia harus mengembangkan potensi hidupnya untuk berakhlak baik ( takwa). Majelis Takhlim yang di selenggarakan secara rutin oleh Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat bermanfaat dalam meningkatkan kehidupan beragama dengan memelihara tradisi-tradisi keagamaan di masyarakat Pucangan Kartosuro, hal tersebut dapat terlihat dengan suasana keagamaan yang sangat terasa nuansa Islam. Salah satunya yaitu masyarakat Pucangan Kartasura yang senantiasa memakmurkan Masjid Darussalam yang terletak dekat dengan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh masyarakat Pucangan Kartasura yang mayoritas kaum Nahdiyin. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I
membuka
kesempatan
bagi
masyarakat Pucangan Kartosuro, khususnya pemuda dan pemudi untuk belajar seni membaca Al Qur’an (Tilawatil Qur’an). Hal tersebut dimaksudkan agar sebagai generasi Islam, pemuda dan pemudi Pucangan Kartosuro bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar serta indah di dengar dan juga menyalurkan kemampuan masyarakat di bidang seni yang bernuansa Islam. Kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I semakin meningkat memasuki bulan Ramadhan . Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
bekerja sama dengan Mahasiswa STAIN menyelenggarakan Pekan Dakwah Ramadhan. Pekan Dakwah Ramadhan pertama di laksanakan tahun 2000 yang melibatkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dan masyarakat Pucangan Kartasura. Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan amal ibadah selama bulan Ramadhan dan menciptakan Da’i yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan dakwah. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dan masyarakat Pucangan Kartasura yang memiliki banyak ilmu pengetahuan agama Islam, mendapat kesempatan berdakwah di Masjid Darussalam, kegiatan tersebut bukan suatu lomba dakwah, melainkan melatih siswa maupun warga untuk mengembangkan kemampuan berdakwah dan Syi’ar agama Islam. Kegiatan keagamaan bulan Ramadhan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang juga rutin dilakukan adalah pembagian zakat fitrah kepada masyarakat Pucangan Kartosuro, pengumpulan zakat berupa beras 2,5 kg. Pengumpulan tersebut melibatkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I meminta kepada pihak donatur untuk mengumpulkan zakat tersebut dan kemudian oleh siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dibagikan kepada masyarakat Desa Pucangan Kartasura yang di anggap kurang mampu. Umat Islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu mewujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka mereka harus memiliki pemahaman secara utuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
(khafah) tentang Islam itu sendiri. Umat Islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan taqwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan Teknologi). Mereka di harapkan mampu mengintregasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang di manifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap toleransi dan saling menghormati tidak suka saling menyakiti. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat desa Pucangan dalam bidang agama di harapkan tidak hanya dilakukan di waktu sekarang ini, tetapi juga di masa yang akan datang. Sebagai lembaga pendidikan yang konsen terhadap bidang pendidikan dan keagamaan, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan peranan terhadap masyarakat desa Pucangan Kartasura sesuai dengan visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu Menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlusunnah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma dan Qiyas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yang di dirikan dan di kelola oleh Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. Lahirnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di latar belakangi oleh kehidupan masyarakat kartasura yang kurang
mempedulikan
masalah
pendidikan
dan
kurangnya
kebutuhan
masyarakat Pucangan terhadap pendidikan dasar yang bernafaskan Islam. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan sekali bagi kemajuan masyarakat di sana, di mana generasi yang akan datang tidak memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan dengan baik, termasuk pendidikan agama. Melihat keadaan tersebut, mendorong para pendiri madrasaha yang peduli terhadap pendidikan, untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, karena pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada awalnya bernama MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967, yang kemudian tahun 1970 berganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Dalam perkembangannya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikannya dengan melaksanakan program commit to user 98
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
pemberdayaan madrasah, yang berupaya untuk membangun kesadaran bersama masyarakat di lingkungan madrasah agar lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas dirinya, agar di masa-masa yang akan datang memiliki kualitas yang lebih baik dan berkembang lebih maju, mampu bersaing minimal di wilayah Kartasura dan di sekitarnya, sehingga pada akhirnya madrasah ini tidak mati, bahkan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan menjadi lembaga pendidikan pilihan masyarakat Kartasura. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada tahun 1990 pernah mengalami banyak permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah, karena pengelolaan madrasah di lakukan apa adanya, tidak menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang baik. Hal ini di sebabkan pembagian peran dalam pengelolaan madrasah tidak jelas, bahkan terkesan ada dominasi dari Yayasan Pendidikan Darussalam. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha membina dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Desa Pucangan Kartosuro, hal ini menunjukan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang tak terpisah dari masyarakat di sekitarnya. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Desa Pucangan Kartasura meliputi bidang pendidikan dan agama. Seperti faktor yang melatar belakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, yang berusaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat kartosuro baik dalam bidang pendidikan maupun agama. Dalam bidang pendidikan, karena pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjadi lembaga pendidikan alternatif bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memahami keadaan masyarakat dengan memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, salah satunya dengan biaya pendidikan yang lebih murah dan memberikan seragam gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Dalam bidang agama, karena Agama mengajarkan kepada manusia untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama juga berisi ketahuidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan member dasar pegangan keyakinan hidup. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjadi tempat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura. Salah satu peran penting Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah memelihara tradisi-tradisi keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di lakukan melalui pengajaran ilmu-ilmu agama seperti Al Qur’an, Hadits, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat desa Pucangan dalam bidang agama di harapkan tidak hanya di lakukan di waktu sekarang ini, tetapi juga di masa yang akan datang.
commit to user