sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XIX, Nomor 3 : 11 - 20.
ISSN 0216-1877
PERKEMBANGAN AWAL IKAN KAKAP MERAH, Lutjanus argentimaculatus Oleh Resmayeti Purba l) ABSTRACT EARLY DEVELOPMENT OF RED SNAPPER, Lutjanus argentimaculatus. The red snapper, Lutjanus argentimaculatus is widely distributed in the Indo West Pacific region, from Samoa and Line Islands to East Africa and from Australia northward to Ryukyu Island, Japan. This fish is a marine species but also occurs in estuaries. Induced spawning by hormone injection was applied to adult individuals of 4 - 7 kg in body weight and of 4 - 5 years old. The fertilized eggs are transparent, spherical and pelagic, measuring from 0.779 to 0.812 mm in diameter. The eggs hatched within 15 hours after fertilization in normal seawater condition. The larval and juvenile developments as well as their feeding requirements were explained in detail. Floating cage culture of this species is also discussed.
PENDAHULUAN
penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, kepulauan Line di Afrika Utara sampai perairan Australia dan Kepulauan Ryukyu, Jepang. Habitat ikan kakap merah ini di perairan teluk dan pantai, kadang-kadang ditemukan juga di daerah muara-muara sungai atau estuari. Kakap merah, Lutjanus argentimaculatus di Indonesia dikenal dengan nama : Jambian, Jenahah, Somassi, Laubidi, Laubini, Lawabini. Di Thailand dikenal dengan nama red snapper atau mangrove red snapper. Ciri-ciri morfologi kakap merah Lutjanus argentimaculatus adalah sebagai berikut : bentuk tubuh agak pipih, punggung lebih tinggi, kepala lebih lancip, punggung
Ikan kakap merah (Lutjanus spp.) merupakan salah satu jenis ikan laut yang bernilai ekonomis pen ting dan potensial dibudidayakan. Ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus termasuk dalam marga Lutjanus; suku : Lutjanidae, Anak bangsa : Percomorphi; bangsa : Perciformes; Anak Kelas : Ellasmobrancii; kelas : Chodrichthyes. Suku Lutjanidae terdiri dari 103 jenis, 39 jenis diantaranya tersebar di perairan IndoPasifik, 9 jenis di Pasifik selatan, 12 jenis di Atlantik Barat dan 5 jenis di Atlantik Selatan (ANDERSON 1987). Kakap merah, Lutjanus argentimaculatus atau "red snapper"
1) Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara-Serang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Per ikan an.
11
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
sampai moncong lebih terjal, tulang rahang atas terbenam waktu mulut terbuka, deretan sisik di atas garis rusuk yang bagian depan sejajar dengan garis rusuk, sedangkan bagian yang dibawah sirip punggung keras bagian belakang miring kearah punggung, deretan sisik dibawah garis rusuk sejajar dengan poros badan, sirip ekor agak bercabang, warna merah darah pada bagian atas, dan putih keperakan pada bagian bawah, sirip punggung terdiri dari 10jari-jari keras dan 13
- 15 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 3 jari-jari keras dan 8 - 1 9 jari-jari lemah, sirip dada tediri dari 14 - 15 jari-jari lemah, "linnea lateralis" atau garis rusuk 45 - 48, mulut besar dapat disembulkan, terdapat gerigi pada tulang mata bajak dan langitlangit sempurna, keping tutup insang depan berlekuk (Gambar 1). Baris sisik yang terdapat pada tubuh kakap merah Lutjanus argentimaculatus dapat digunakan untuk membedakan dengan kakap merah yang lainnya (Gambar 2).
Gambar 1. Ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus
12
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 2. Susunan sisik kakap merah L. argentimaculatus dan kakap merah lainnya. (Sumber : DOI & SINGHAGRAIWAN 1993).
menginduksi induk kakap merah adalah HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan Pb (Puberogen). Hormon disuntikan ke dalam tubuh ikan melalui bagian belakang risip dada, pada garis rusuk atau diantara sirip punggung pertama dan kedua. Dosis hormon yang digunakan HCG 750 IU, Pb 100 IU per kg bobot induk ikan (SUDARYANTO & YUWONO 1992). Di Thailand jenis hormon yang digunakan adalah sintetic gonadotropin (DOI & SINGHAGRAIWAN 1993). Ukuran induk kakap merah yang siap dipijahkan adalah sekitar 3 kg sampai dengan 7 kg atau berumur 4 sampai dengan 5 tahun, dan ukuran telur berkisar antara 380 um sampai dengan 420 um (stage IV). Induk kakap
Budidaya dan pemijahan ikan kakap merah sampai saat ini baru tercatat dari jenis Lutjanus johni terutama di Singapura (UM et al. 1985), di Indonesia (MINTARDJO & YUWONO 1 9 9 1 ) ; jenis Lutjanus argentimaculatus di Thailand (BONLIPA-TANON 1988) dan di Indonesia (SUNYOTO 1990) serta jenis Lutjanus campechannus di Amerika (ARNOLD et al 1978; MINTON et al. 1983). PIJAH RANGSANG KAKAP MERAH
Pemijahan kakap merah dapat dilakukandengan metode rangsang hormonal. Jenis hormon yang biasa dipakai untuk 13
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
yang merupakan cadangan makanan. Pembelahan sel pertama menjadi 4 sel terjadi setelah 20 menit dibuahi (Gambar 3A). Perkembangan sel telur diawali dengan pembentukan fase morula terjadi 90 menit setelah dibuahi (Gambar 3B), 5 jam 30 menit setelah dibuahi terbentuk fase blastula (Gambar 3C), pelindung tutup embrio terbentuk setelah 7 jam 30 menit (Gambar 3D), selanjutnya fase perkembangan embrio (Gambar 3 E-H), jantung mulai berdenyut setelah 11 jam 10 menit, embrio sempurna terbentuk serta mulai terjadi pergerakan, 15 jam kemudian pada suhu air berkisar 27,8° C - 29,7° C dan salinitas kira-kira 33 ‰ telur menetas menjadi larva (DOI & SINGHAGRAIWAN 1993).
merah yang matang gonad banyak terdapat pada bulan Oktober dan Januari. Waktu pemijahan kakap merah ("spawning time") terjadi 11.00 - 04.30 WIB, sedangkan ikan kerapu antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00 (PURBA 1990). PERKEMBANGAN EMBRIO KAKAP MERAH Telur kakap merah yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan trasparan dengan garis tengah sekitar 0,779 mm - 0,812 mm. Dalam telur terdapat 1 gelembung minyak dengan garis tengah sekitar 0,151 mm - 0,161 mm
Gambar 3. Perkembangan embrio ikan kakap merah, L argentimaculatus Keterangan gambar: A. B. C. D.
4 sell Fase Morula Fase Blastula Pelindung penutup embrio
E. Fase perkembangan embrio
14
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
PERKEMBANGAN LARVA KAKAP MERAH
dan berkembang. Terlihat bintik hitam pada bagian tubuh atas kakap merah (Gambar 4K). Bintik hitam ini berkembang dan semakin meluas membentuk garis-garis vertikal yang memanjang dari tubuh bagian atas sampai bawah (Gambar 4L) (DOI & SINGHAGRAIWAN 1993).
Larva yang baru ditetaskan (Gambar 4A) berukuran 1,56 mm - 1,87 mm dan membawa kuning telur "Yolk sac" dengan ukuran garis tengah 0,151 mm - 0,161 mm. Letak kantong minyak dibahagian depan kuning telur. Pigmen melanophore sudah terlihat pada larva yang baru menetas. Pada saat larva berumur 10 jam setelah penetasan, akan terbentuk sensory cupulae dan neuromast disamping mata (Gambar 4A'). Pada saat larva berumur 10 sampai 24 jam setelah penetasan, bentuk badan semakin memanjang dan meninggi, ukuran kantong kuning telur mengecil, terbentuk kantong saluran urine (Gambar 4B dan 4C). Pada saat larva berumur 10 jam setelah menetas melanophore yang berada diatas kuning telur berkembang dan bertambah jumlahnya sampai ke bagian belakang (Gambar 4C). Melanophore dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan habitat agar tidak mudah dilihat oleh pemangsa. Neuromast dan cupulae jelas terlihat 24 jam setelah penetasan dan merupakan alat sensor untuk bergerak atau menghindari pemangsa sebelum mata terbentuk. Setelah larva berumur 2 hari mulai terjadi pigmentasi mata (Gambar 4D). Pada saat larva berumur 3 hari - 7 hari terbentuk pigmentasi mata lengkap, larva mulai melihat, terbentuk saluran pencernaan, mulut mulai membuka, larva mulai makan (Gambar 4E 4G). Setelah larva berumur 10 hari (Gambar 4H) pigmentasi makin meluas di kepala, mulai terbentuk saluran pencernaan dan calon tulang belakang. Sirip punggung mulai terbentuk (Gambar 41) dan bentuk larva berubah menjadi benih (Gambar 4J). Duriduri pada bagian kepala, tutup insang tumbuh
Pertumbuhan larva dan benih Larva berumur 12-13 jam setelah penetasan tumbuh cepat mencapai ukuran panjang kira-kira 3 mm, dan pertumbuhan menurun setelah 90 jam (Gambar 5). Pertumbuhan larva kakap merah umur 10 hari relatif lambat, ukuran yang dicapai 4 mm, umur 10 hari - 33 hari larva tumbuh dengan cepat menjadi benih dengan ukuran panjang 31 mm (Gambar 6). Rata-rata pertumbuhan benih menurun setelah umur mencapai 33 hari - 40 hari, keadaan ini bisa disebabkan oleh ketidak cocokan lingkungan atau pakan yang diberikan (RABLAIS et al 1980). Perkembangan warna dan sisik Setelah larva kakap merah mencapai ukuran panjang 5 mm - 7 mm, melanophore berkembang pada ekor dan pangkal tulang ekor. Pada saat larva kakap merah mencapai ukuran panjang 12 mm - 22 mm butiran melanophore berkembang menjadi garis-garis vertikal berwarna coklat mulai dari bagian atas punggung, kepala, tutup insang terns ke arah bagian tubuh bawah, kemudian ke pangkal sirip ekor (Gambar 7). Pada masa benih atau ukuran panjang kakap merah 13 mm - 15 mm, mulai terbentuk sisik dibagian tengah badan, terus berkembang keseluruh permukaan tubuh sampai ke arah tutup insang (operculum) dan pra operculum (Gambar 8) (DOI & SIGHAGRAIWAN 1993; RABLAIS et al. 1980).
15
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
16
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 6. Pertumbuhan larva kakap merah, L argentimaculatus
17
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 8. Skema perkembangan sisik kakap merah, L argentimaculatus Keterangan gambar : A. Sisik mulai tumbuh dibagian tengah tubuh B-D. Sisik tumbuh dan berkembang ke arah depan, belakang dan keseluruh tubuh
18
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
PEMELIHARAAN LARVA KAKAP MERAH
Pergantian air dilakukan setelah hari ke-5 sebanyak 10%, kemudian berangsur-angsur prosentase pergantian makin besar sampai 25%. (PECHMANEE et al. 1988; SUDARYANTO & YUWONO 1992; PURBA 1993).
Larva ikan kakap merah yang baru menetas memanfaatkan sumber energi dan pertumbuhan dari cadangan makanan berupa kuning telur sampai hari ke-3. Sebelum cadangan habis, pada hari ke-2 pakan larva sudah diberikan berupa telur oyster atau rotifera Brachionus plicatilis berukuran kecil. Dapat juga diberikan kuning telur dan pakan buatan. Frekuensi awal pemberian pakan 2-3 kali sehari, kemudian ditingkatkan sampai 56 kali sehari. Mulai hari ke-8 diberikan rotifera dewasa. Mulai hari ke-12 ditambahkan nauplii Anemia sebanyak 1-2 ekor/ml air. Larva berumur 30 hari berubah menjadi benih, pada masa transisi dari larva ke benih, merupakan masa kritis bagi ikan kakap merah dimana cukup banyak terjadi kematian dan kelangsungan hidup yang dicapai berkisar 30% - 70%. Padat tebar pemeliharaan benih adalah 200 ekor - 1000 ekor/m3 air. Pakan yang diberikan berupa Artemia dewasa dan serpihan daging ikan tembang atau udang. Untuk mempertahankan kualitas air pemeliharaan larva, perlu dilakukan penambahan fitoplankton, penyiponan dan pergantian air. Penambahan fitoplankton dapat digunakan dari jenis Tetraselmis sp. sebanyak 2-4 x 10 5 sel/ml air atau Chlorella sp. sebanyak 5-6 x 106 sel/ml air, yang berfungsi sebagai "stabilizer" atau berfungsi menurunkan kadar ammonia, karbon dioksida dan gas beracun lainnya yang ditimbulkan oleh adanya pembusukan bahan organik yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup larva. Penyiponan dilakukan bila didasar tangki pemeliharaan sudah terdapat kotoran.
BUDIDAYA KAKAP MERAH Kakap merah umumnya dibudidayakan dalam kurung apung di laut. Kurungan terapung adalah wadah atau tempat yang terbuat dari bahan jaring, diikat pada sebuah kerangka, dan digunakan untuk pemeliharaan ikan di perairan yang terbuka seperti teluk, danau dan waduk. Bentuknya dapat berbentuk empat persegi panjang atau silinder, ukuran mulai dari beberapa meter persegi sampai lebih dari seratus meter persegi. Ukuran mata jaring tergantung kepada ukuran awal ikan yang ditebar. Usaha budidaya ikan laut pada kurung apung ini memiliki keuntungan yaitu : memungkinkan penggunaan perairan yang tersedia secara maksimum dan ekonomis, mengurangi predator, populasi ikan mudah dikontrol, mudah dipindahkan bila terjadi hal yang membahayakan, mudah dipanen dan modal awal relatif lebih kecil (PURBA 1990). Pakan yang diberikan dapat berupa rucah ikan segar maupun pakan buatan berbentuk pellet. Frekuensi pemberian pakan adalah 2 kali sehari dan jumlah pakan yang diberikan 10% dari biomas ikan per keramba. Padat penebaran ikan pada kurung apung tergantung pada ukuran awal ikan dan luas wadah pemeliharaannya. Untuk ukuran benih 10 cm dan berat 20 gram setelah dipelihara 9 - 1 0 bulan dengan kelangsungan hidup yang dicapai 95% (BONLIPATANON 1988; MANEEWONG et ai 1988).
19
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
MANEEWONG, S., T.TATTANON and Y. YASHIRO 1988. Experiment on the cage culture of red snapper, Lutjanus argentimaculatus. Report of Thailand and Japan Joint Coastal Aquaculture Research Project 3 :29-35
ANDERSON, W.D. 1987. Systematics of the fishes of the family Lutjanidae (Perciformes; Percoidei) the snappers. In: J.J. POLOVIA and S. RALSTON (eds.) Tropical Snapper and Groupers; Biology and Fisheries Management. Westivew Press. USA: 31 pp.
PECHMANEE, T and S. CHUNGYAMPIN 1988. Experiment of feeding 2-10 days old red snapper, Lutjanus argentimaculatus larvae with rotifer, Brachionus plicatilis S-type. Report of Thailand and Japan Joint Coastal Aquaculture Research Project 3 : 44-48.
ARNOLD, C.R., J.M. WAKEMAN, T.D. WILLIAMS and G.D. TREECE. 1978. Spawning of red snapper, Lutjanus campechanus in captivity. Aquaculture 15 : 301-302.
PURBA, R. 1990. Biologi ikan kerapu, Epinephelus taivina (Farskal) dan catatan penyebab kematiannya. Oseana XV (1) :29-42.
BONLIPATANON, P. 1988. Studies on red snapper, Lutjanus argentimaculatus spawning in captivity. Report of Thailand and Japan Joint Coastal Aquaculture Research Project. 3 : 36-43.
PURBA. R. 1993. Studi pendahuluan pemeliharaan larva ikan kakap merah, Lutjanus johni. Makalah penunjang pada Simposium Perikanan I dari Tanggal 25-27 Agustus 1993 di Jakarta : 12 pp.
DOI, M. and T. SINGHAGRAIWAN 1993. Biology and culture of red snapper,
Lutjanus argentimaculatus. The research project of fishery resouce development in the kingdom Thailand : 51 pp.
RABLAIS, N.N., S.C. RABLAIS and C.R. ARNOLD 1980. Description of eggs and larvae of laboratory reared red snapper. The American society of Ichtyologist and Hepertologist 4 : 704-708.
LIM,L.C, L. CHEONG., H.B. LEE and H.H. HENG 1985. Induced breeding studies of the John's snapper Lutjanus johni (Bloch) in Singapore. Singapore J. Pri. Ind. 13(2) : 70-83.
SUNYOTO,P. 1990. Pengaruh jumlah pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan kakap merah, Lutjanus argentimaculatus. Warta Balitdita 2 (2):l-4.
MINTARDJO,K dan S.K. YUWONO 1991. Balai Budidaya Laut berhasil memijahkan kakap merah, Lutjanus johni untuk pertama kali di Indonesia. Bulletin Budidaya Laut Lampung 1 : 25-29.
SUDARYANTO dan S.K. YUWONO 1992. Studi awal pemeliharaan larva kakap merah, Lutjanus johni. Bulletin budidaya Laut Lampung 4 : 9-20.
MINTON,R.V., J.P. HAWKE and W.M. TATUM 1983. Hormone induced spawning of red snapper, Lutjanus campechanus.
Aquaculture 30 : 363-378.
20
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994