Perkawinan Dibawah Umur (Studi Kasus Di Desa Pulau Kopung Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi) Nova Liana dan Muhammad Razif Abstract Marriage of minors, sometimes occur not had the same under the age between men and women. Sometimes men have a sufficient level of maturity, but that women are still under. But sometimes there is a marriage together under. The purpose of this study was to determine the factors that influence the occurrence of underage marriages in the village Sentajo Kopung Island District Middle District of Kuantan Kuantan Singingi To determine the function of the family in couples who marry under the age of at Island Village Kopung Sentajo Middle District of Kuantan Kuantan District Singingi?. The results of this study showed that of the 20 respondents, many respondents are married under the age of 16 years in as many as 6 people or 30%, and at the age of 17 years as many as 5 people or 25%, and at the age of 18 years as much as 4 people or 20%, and 19 years as much as 2 people or 10%, and the age for marriage is 20 years as much as 3 years or 15%. Cause a person to get married under the age was pregnant before getting married as many as 3 couples, this is due to the influence of the action and interaction of the juvenile or the child's social and family environment that is less control of the parents, whereas according to the wishes of each self as much as 2 pairs or 20.0%, that they think marriage is the best way to make things happen is not undesirable. And based on the lack of the economy as much as 2 pairs or 20.0%, Since the marriage can reduce the burden on families who have a lot of dependents. Followed by the respondents were married at a young age due to habit married or betrothed at a young age by 1 pairs or 10.0%, due to respect local customs and obedient to parents, while respondents who drop by 2 pairs of 10 pairs of respondents. Based on results of the present study, suggest that these data can be used as a basis for the development of under-age marriage material. Keywords: Marriage, Under age, family
PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu perbuatan hukum yang dapat dilaksanakan oleh mukallaf yang memenuhi syarat. Ta’rif (pengertian) perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau misagan ghalizan untuk mentaati perintah allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga sakinah, mawadah dan rahmah. Nikah, menurut bahasa berarti berkumpul menjadi satu. Menurut syara’, nikah berarti suatu akad yang berisi pembolehan melakukan persetubuhan dengan menggunakan lafaz inkahin (menikahkan) atau tazwiwin (mengawinkan).1 Kata nikah itu sendiri secara hirarki, menurut Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al Malibary, berarti akad dan secara majazi berarti bersenggama. Asal hukum perkawinan, menurut Sayuti Thalib adalah ibadah. Hukumnya dapat berubah sesuai dengan berubahnya ‘illah, yaitu dapat menjadi sunah, wajib, makruh dan haram. Perkawinan adalah suatu peristiwa hukum. Sebagai suatu peristiwa hukum maka subjek hukum yang melakukan peristiwa tersebut harus memenuhi syarat.2 Batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk kawin mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itulah Undang-Undang menentukan batas umur untuk kawin bagi pria adalah 19 tahun dan bagi wanita berusia 16 tahun. Adanya penetapan umur 16 tahun bagi wanita untuk diizinkan kawin berarti dipandang sebagai ketentuan dewasa bagi seorang wanita. Dengan mengacu pada persyaratan ini, pihak calon mempelai wanita dibawah umur 16 tahun, maka yang bersangkutan dikategorikan masih dibawah umur dan tidak cakap untuk bertindak hukum termasuk melakukan perkawinan. Namun demikian, ketentuan yang ada dalam Undang-Undang perkawinan mengenai syarat umur 16 tahun bagi wanita sebenarnya tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dalam Undang-Undang tersebut, perumusan seseorang yang dikategorikan sebagai anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk yang masih berada di dalam kandungan, sehingga ketentuan dewasa menurut Undang-Undang ini adalah 18 tahun3. Adapun perkawinan dibawah umur yang terjadi di Desa Pulau Kopung Sentajo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1
Al Hadar Y . S, Perkawinan dan Perceraian di Indonesia, sebuah studi antar kebudayaan, Lembaga Demokrasi, FEUI, jakarta ; 1997 hal.27
2
, Perkawinan dan Perceraian di Indonesia, sebuah studi antar kebudayaan, Lembaga Demokrasi, FEUI, jakarta ; 1997 hal. 27
3
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
Tabel I.I Jumlah Perkawinan Bawah Umur di Desa Pulau Kopung Sentajo Dari Tahun 2007 - 2010 No. 1.
Desa Pulau Kopung Sentajo
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
11
21
32
Sumber: Desa Pulau Kopung Sentajo, 2012 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa perkawinan yang terjadi terhadap anak di bawah umur di Desa Pulau Kopung Sentajo berjumlah 32 orang yang mayoritas terjadi pada anak perempuan yaitu sebanyak 21 orang Sedangkan anak laki-laki sebanyak 11 orang. Dengan melihat kenyataan ini telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Perkawinan Dibawah Umur (Studi Kasus di Desa Pulau Kopung Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi)”. Rumusan Masalah Bahwa sasaran pembahasan penelitian ini adalah menyangkut pada perkawinan usia muda. Maka dalam pembahasan ini, nantinya tidak terlalu jauh melebar sesuai dengan topik pembahasan dan mengingat batasan waktu. Dalam penulisan ini, penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut : 1. Apakah faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dibawah umur di Desa Pulau Kopung Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi? 2. Bagaimana fungsi keluarga pada pasangan yang menikah dibawah umur di Desa Pulau Kopang Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi? Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dibawah umur di Desa Pulau Kopung Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. b. Untuk mengetahui fungsi keluarga pada pasangan yang kawin dibawah umur di Desa Pulau Kopung Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi? Kegunaan penelitian a. Bahan masukan atau perbandingan bagi peneliti lain yang berminat pada masalah ini. b. Menambah khazahan pengetahuan dalam kegiatan sosiologi.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perkawinan Perkawinan diartikan sebagai suatu gabungan dari hati dan pergaulan, singkatnya hidup bersama dalam arti seorang pria dan wanita atas dasar keyakinan tertentu yang mengikat kuat, penggabungan diri ini menimbulkan dan menguasai perkawinan timbal balik dlindungi hukum tertentu.4 Perkawinan merupakan dasar pembentukan keluarga, didalam konsep sosiologi keluarga merupakan suatu lembaga sosial yang terkecil yang merupakan konsekuensi dari adanya kebutuhan manusia dalam mendapatkan keturunan. Didalam hal ini keluarga dapat juga merupakan kelompok primer yang terpenting didalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk dari satuan yang merupakan organisasi yang terbatas dan dapat merupakan sumber ketegangan, tekanan, dan kekecewaan5. Di Bawah Umur Dibawah umur yaitu menurut keputusan menteri dalam negeri No. 27 Tahun 1983 yang mengintruksikan kepada pejabat daerah untuk mengajukan penundaan usia perkawinan usia 19 tahun bagi perempuan dan 21 tahun bagi laki-laki. Dibawah umur yang dimaksud dalam penelitian ini ialah usia seseorang yang berkisar antara 15-21 tahun (diwaktu kawin), usia tersebut biasa kita kenal dengan istilah remaja, yaitu masa yang berada pada masa pertengahan anak-anak menuju masa dewasa, Berbicara mengenai remaja, Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik6. Selanjutnya, Kartono (2005) mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Periode remaja terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah. Sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, dan keindahan7.
4
Suprajitno, M. Alfatih. Efek Pernikahan Dini: Sebuah Pertimbangan Bahaya Sosia dan Kesehatan, Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. VIII, No. 2, Juli 2004. the Asia Foundation dan PSW UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal 24
5
Soekanto, soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, jakarta, 2007, hal. 143
6
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi, Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 2006.
7
Kartono, Kartini, Psikologi Anak. Bandung : Bandar Maju, 2005
Dari pengertian remaja di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana dimasa tersebut seseorang akan mengalami perubahan fisik. Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi. Menurut Hurlock (2006) semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja itu adalah : a. Mencapai peran sosial pria dan wanita b. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya e. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi tahapan perkembangan selanjutnya8. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Menurut Konapka (Pikunas, 2004) masa remaja ini meliputi a. Remaja awal : 12-15 tahun. b. Remaja madya : 15-18 tahun c. Remaja akhir : 19-22 tahun. Penyebab Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur 1. Faktor Internal (Faktor yang datang dari dalam diri seseorang) Adanya keinginan seseorang melakukan perkawinan karena faktor ketertarikan mempunyai pasangan untuk hidup didalam masyarakat dari dalam dirinya sendiri. Menurut Kartono alasan orang untuk kawin adalah distimulasi oleh dorongan-dorongan romantis, hasrat untuk mendapatkan kemewahan hidup, ambisi besar untuk mencapai status sosial yang tinggi, keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup, untuk mendapatkan kepuasan seks dengan patner, hasrat untuk mendapatkan diri dari belenggu kungkungan keluarga9. 2. Faktor Eksternal (Seseorang yang melakukan perkawinan berasal dari luar dirinya) a. Ekonomi Dengan keadaan ekonomi keluarga yang terbatas dan adanya sifat apatis, pasrah pada nasib maka terjadilah anak putus sekolah yang akhirnya kawin walaupun berumur dewasa.hal ini didukung oleh pendapat dari Piere De Bie dari hasil penelitiannya yang mengemukan bahwa pengeluaran untuk bahan makanan lebih besar jika anak 8
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi, Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 2006 9
Kartono, Kartini, Psikologi Anak. Bandung : Bandar Maju, 2005, hal 210
bertambah, sedangkan pengeluaran lain dikurangkan, hal ini menegaskan bahwa harapan anak-anak untuk dapat bersekolah berkurang10. b. Sosial Budaya Jones (2003) mengemukakan bahwa pola perkawinan di Asia Tenggara ditandai oleh latar belakang kebiasaan setempat. Di pedesaan biasanya wanita akan segera dikawinkan setelah mencapai umur akil baliq (yang ditandai dengan datangnya menstruasi) . Kemudian dari penelitian Puji Astute di Kabupaten Karang Anyar memperoleh gambaran bahhwa adat perkawinan anak-anak pada masyarakat suku jawa dilatar belakangi oleh power orangtua yang begitu kuat. Bahkan telah menjadi kebiasaan bahwa orangtua akan mengawinkan anak perempuannya segera setelah anak memperoleh haid pertama11. c. Pendidikan Pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap usia perkawinan, kenyataan seperti ini telah dibuktikan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Palmore dan Marzuki, dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan positif antara pendidikan dengan umur perkawinan, dimana mereka yang memiliki satu atau dua tahun pendidikan dasar, rata-rata lambat kawin dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan sama sekali12. d. Wanita Hamil Sebelum Menikah Salah satu yang menyebabkan seseorang yang menikah dibawah umur adalah wanita sebelum menikah sedangkan anak yang dikandungnya harus disahkan sebelum lahir pentingnya hal ini ditekankan oleh Bronislow Malinowsky yang mengemukan suatu hukum sosial prinsip yang menekankan bahwa “janganlah anak itu dilahirkan kedunia tanpa seorang laki-laki atau seorang yang bisa mengemban tugas menjadi ayah yang bertanggung jawab, yaitu setiap anak yang mempunyai peraturan yang menetapkan bahwa setiap anak harus mempunyai bapak. Sealin itu faktor wanita hamil diluar nikah yaitu disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, dimana dalam dasawarsa terakhir ini perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi berkembang sangat pesat sehingga membawa perubahan-perubahan yang sangat berarti tetapi juga timbul permasalahan yang sangat mengejutkan.
10 11
12
Kartono, Kartini, Psikologi Anak. Bandung : Bandar Maju, 2005, hal. 210 Puji Astute, Pembatasan Usia Kawin dan Persetujuan Calon Mempelai dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Asy-Syir’ah, Vol. 43, edisi khusus 2009, hal 37-38
Suprajitno, M. Alfatih. Efek Pernikahan Dini: Sebuah Pertimbangan Bahaya Sosia dan Kesehatan, Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. VIII, No. 2, Juli 2004. the Asia Foundation dan PSW UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal 29
Fungsi Keluarga Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi13. Keluarga menurut Khairuddin - Keluarga merupakan kelompok sosial yang kecil umumnya terdiri dari ayah,ibu dan anak. - Hubungan sosial di antara nggota keluarga relatif tetap dan berdasarkan ikatan darah, perkawinan atau adopsi. - Hubungan antara keluarga yang di jiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa penuh tanggung jawab. - Keluarga berfungsi untuk merawat,memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial14. Fungsi keluarga Menurut Horton dan Hurt (2001) sebagai berikut : a. Fungsi Biologis Fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri. Keluarga ialah lembaga pokok yang secara absah memberikan uang bagi pengaturan dan pengorganisasian kepuasan seksual. Apabila salah satu pasangan kemudian tidak berhasil menjalankan fungsi biologisnya, di mungkinkan akan terjadinya gangguan dalam keluarga yang biasanya berujung pada perceraian dan poligami. b. Fungsi Sosialisasi Anak Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang di harapkan akan di jalankan mereka. Keluarga yang seperti ini akan menyosialisasikan anak-anak dan ketergantungan terhadap orang tua. c. Fungsi Afeksi Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicinta. Banyak fakta menunjukkan bahwa kebutuhan persahabatan dan keintiman sangat penting bagi anak, kebutuhan kasih sayang sangat diharapkan bisa di perankan oleh keluarga. Akan tetapi perlu di waspadai apabila kebutuhan afeksi itu kemudian di ambil alih oleh kelompok lain di luar keluarga. 13
14
Friedman, Sosiologi (Diterjemahkan oleh Amiruddin Ram dan Tito Sobari), Erlangga, Jakarta, 1998
Khairuddin, Sosiologi Keluarga. Liberti, Jogyakarta; 2002
d. Fungsi Edukatif Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia, hal itu dapat di lihat dari pertumbuhan seorang anak mulai dari bayi, belajar jalanjalan,hingga mampu berjalan,semuanya di ajari oleh keluarga. Tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak-anaknya sebagian besar atau bahkan mungkin seluruhnya telah di ambil oleh lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Oleh karena itu, muncul fungsi laten pendidikan terhadap anak, yaitu melemahnya pengawasan dari orang tua. e. Fungsi Religius Fungsi religius dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera,Keluarga sejahtera adalah keluarga yang di bentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak. Pendidikan agama dalam keluarga tidak saja bisa di jalankan dalam keluarga, menawarkan pendidikan agama,seperti pesantren, tempat pengajian majelis taklim dan sebagainya. f. Fungsi Protektif Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari halhal yag negatif, dalam setiap masyarakat keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi anggotanya. g. Fungsi Rekreatif Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam keluarga, fungsi rekreatif di jalankan untuk mencari hiburan. Dewasa ini, tempat-tempat hiburan banyak berkembang di luar rumah karena berbagai fasilitas dan aktivitas rekreasi berkembang dengan pesatnya. h. Fungsi Ekonomis Keluarga adalah unit primer yang memproduksi kebutuhan ekonomi bagi kebutuhan keluarga, keadaanya seperti sebuah pabrik, masing-masing bertugas sesuai dengan tugasnya. keluarga di posisikan sebagai tempat bekerja bagi para anggotanya yang dewasa ini sudah berubah. i. Fungsi Penentuan Status Keluarga di harapkan mampu menentukan status bagi anak-anaknya.Yang dapat di jalankan dari fungsi status ini ialah menentukan status berdasarkan jenis kelamin. Latihan membedakan peran itu di lakukan secara konsisten selama bertahun-tahun sehingga membawa anak laki-laki dan perempuan kepada kematangan fisik dengan perbedaan yang besar dalam tanggapan,perasaan,serta kecenderungan mereka kelak15.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulau Kopuang Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi – Riau dengan alasan bahwa daerah 15
Hurt, Horton, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia, Bandung ; 2001
tersebut terdapat peningkatan perkawinan dibawah umur mempertimbangkan lokasi ini dapat dijangkau oleh siapapun.
dan
peneliti
Populasi dan Sampel populasi Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia, gejala, nilai, benda-benda atau peristiwa yang terjadi16. Yang menjadi populasi dalam Penelitian ini adalah orang-orang atau masyarakat yang tergolong menikah dibawah umur di Desa Pulau Kopung Sentajo. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mereka yang kawin dibawah umur di Desa Pulau Kopuang Sentajo dari tahun 2007-2010 yaitu sebanyak 32 orang. Sampel Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu penarikan sampel yang ditetapkan dengan sengaja oleh penulis, didasarkan atas kriteria yang dimaksud adalah penduduk yang berada di Desa Pulau Kopung Sentajo kecamatan kuantan tengah kabupaten kuatan singingi dengan memilih 10 pasangan suami istri yang melakukan perkawinan dibawah umur. Jenis Data 1. Data primer Merupakan data yang yang diperoleh secara langsung dari responden yang menjadi objek penelitian ini. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai penunjang data-data primer seperti data yang berasal dari orang terdekat dan lingkungan tempat tinggal responden. Teknik pengumpulan data 1. Obsevasi yaitu pengamatan langsung pada lokasi penelitian 2. Wawancara mendalam yaitu mengadakan wawancara langsung dengan informan. Wawancara dilakukan terhadap informan maupun responden yang dipilih dan dianggap dapat memberikan informasi tentang fokus masalah penelitian. Untuk melaksanakan penelitian terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara. Namun pada situasi tertentu, wawancara sering dilakukan secara spontan, seperti dalam pembicaraan sehari-hari tetap fokus pada masalah yang diteliti. Analisa Data Seluruh hasil data penelitian yang telah dikumpulkan atau diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan masalah secara jelas dan mendalam yang kemudian hasil dari penggambaran masalah diinterpretasikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Secara ringkas, analisa data dilakukan melalui tahapan yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data,dan tahap panarikan kesimpulan. Sementara untuk menjamin
16
Winarno Suharman, Metode Penelitian, Alfabet, Bandung, 1985
validitas data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu dengan melakukan cek terhadap informasi yang disampaikan oleh informan. HASIL PENELITIAN Faktor-faktor Penyebab perkawinan Di Bawah Umur Faktor penyebab perkawinan diusia muda yang didapatkan dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel V.1 Distribusi Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur Di Desa Pulau Kopung Sentajo Faktor Penyebab Perkawinan Jumlah responden Jumlah 2 Faktor Internal 20.0% Faktor Ekternal - Ekonomi - Sosial Budaya - Hamil Di Luar Nikah - Putus Sekolah Jumlah Sumber : Data olahan lapangan Tahun 2012
2 1 3 2 10 Pasang
20.0% 10.0% 30.0% 20.0% 100.0%
Tabel diatas menjelaskan bahwa yang menjadi faktor utama responden menikah diusia muda adalah karena responden telah hamil sebelum menikah, dan secara kesepakatan mereka dinikahkan agar bayi yang dikandung memiliki kasih sayang kedua orang tua. Dari10 pasang menikah diusia muda terdapat 3 pasangan menikah karena hamil diluar nikah, ini disebabkan adanya pengaruh dari tindakan dan pergaulan remaja atau anak dari lingkungan sosial maupun dari lingkungan keluarga yang kurang kontrol dari orang tua, sedangkan berdasarkan keinginan dari diri masing-masing sebanyak 2 pasang atau 20.0%, bahwa mereka beranggapan menikah merupakan jalan terbaik agar segala sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dan berdasarkan minimnya perekonomian sebanyak 2 pasang atau 20.0%, karena dengan menikah dapat mengurangi beban keluarga yang memiliki tanggungan yang cukup banyak. Dilanjutkan dengan responden menikah diusia muda disebabkan karena kebiasaan dinikahkan pada usia muda atau dijodohkan sebanyak 1 pasang atau 10.0%, dikarenakan untuk menghormati adat istiadat dan patuh terhadap orang tua, sedangkan responden yang putus sekolah sebanyak 2 pasang dari 10 pasang responden. Pelaksanaan Fungsi Keluarga Pada Pernikahan Di Bawah Umur Secara hukum kesehatan dan didukung oleh berbagai penelitian-penelitian yang ada mengatakan bahwa, usia muda antara 20 tahun kebawah bagi perempuan merupakan masa kehamilan yang rentan akan keguguran dan masa yang kurang baik untuk hamil dari pada usia diatasnya. Karena secara kesehatan usia muda merupakan pembentukan organ reproduksi yang masih lemah. Dari penelitian ini
dapat dijelaskan tentang masa pelaksanaan fungsi produksi pada keluarga terbentuk dengan benar dan baik seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel VI. 1 Pelaksanaan Fungsi Reproduksi Responden Pelaksanaan Fungsi Reproduksi Jumlah % Faktor Perkawinan Baik Kurang Baik Tidak Baik Internal 1 1 10.0 Eksternal 1. Ekonomi 2 3 30.0 1 2. Sosial Budaya 1 1 10.0 3. Hamil diluar Nikah 2 2 4 40.0 4. Putus Sekolah 1 1 10.0 Jumlah 2 (20.0%) 5 (50.0%) 3 (30.0%) 10 100.0 Sumber : Data olahan penelitian Tahun 2012 Berdasarkan data tabel diatas menjelaskan bahwa dari faktor perkawinan diusia muda menyatakan bahwa fungsi reproduksi berjalan kurang baik yaitu sebanyak 5 pasang atau 50% dari 10 pasang responden yang menikah diusia muda, hal ini ditegaskan bahwa pasangan yang menikah diusia muda tersebut kebanyakan dari mereka yang mengalami kesulitan disaat melahirkan dan mengaku pernah mengalami keguguran (dari sebagian responden). Hal seperti ini disebabkan karena pada usia muda secara kesehatan menyatakan bahwa sistem reproduksi diusia muda sangat rentan dengan kegagalan disaat kehamilan maupun melahirkan. Sedangkan reproduksi responden yang tidak baik sebanyak 3 pasang atau 30.0% selanjutnya diikuti oleh responden yang menyatakan baik selama melakukan reproduksi. Secara umum kehadiran anak memang sangat penting dalam keluarga, pada sebagian keluarga kehadiran anak memberikan kerukunan dalam keluarga , begitu juga sebaliknya. Sebagaimana kita ketahui, anak adalah titipan yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik agar anak dapat menjadi anak yang berguna baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu, orangtua harus memiliki kesiapan moril maupun materil dalam menjaga keluarganya. Berikut adalah tabel tentang pelaksanaan fungsi pemeliharaan anak berdasarkan umur pada responden menikah diusia muda bagi yang memiliki anak yaitu 10 pasang responden : Tabel VI. 14 Pelaksanaan Fungsi Protektif/Perlindungan Berdasarkan Umur Responden Umur Pasangan Pelaksanaan Fungsi Pemeliharaan Responden Laki-laki Perempuan Baik Kurang Baik Tidak Baik < 20 Tahun < 19 Tahun 1 4 2 >20 Tahun > 19 Tahun 2 1 Jumlah 1 (10.0%) 6 (60.0%) 3 (30.0%) Sumber : Data olahan penelitian Tahun 2012
Jumlah 4 6 10
Dari data tabel diatas didapat bahwa, fungsi perlindungan terhadap anak terjadi kurang baik, yaitu terdapat 6 pasang responden dari 10 responden. Menurut tabel diatas bahwa fungsi perlindungan yang kurang baik itu terjadi pada pasangan yang sama-sama muda yaitu antara 16-19 tahun. Usia dimana mereka masih memerlukan didikan dari berbagai pihak untuk memahami bagaimana cara yang baik untuk memelihara anak dan membina keluarga. Dari segi umur responden yang menikah dengan pasangan yang umurnya lebih dewasa yang ada diatas lebih memiliki pengetahuan dalam mendidik dan memelihara anak, namun masih ada juga pasangan yang beda umur fungsi pemeliharaannya kurangberjalan denganbaik karena masih kurangnya kesadaran dari diri mereka untuk menjaga keluarganya dengan sepenuh hati, karena lebih mementingkan keegoan masingmasing. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penyajian dan pengolahan data yang telah di uraikan pada bagian sebelumnya, maka hasil penelitian ini memuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari data umur perkawinan responden di atas menunjukkan bahwa dari 20 orang responden, responden yang banyak menikah di bawah umur yaitu di umur 16 tahun sebanyak 6 orang atau 30 % , dan di umur 17 tahun sebanyak 5 orang atau 25 %, dan di umur 18 tahun sebanyak 4 orang atau 20 %, dan 19 tahun sebanyak 2 orang atau 10 %, dan cukup umur untuk menikah yaitu 20 tahun sebanyak 3 tahun atau 15%. Dari data di atas dapat dilihat bahwa umur kawin responden tergolong perkawinan dibawah umur seperti yang tercantum didalam keputusan menteri dalam negeri, nomor 27 tahun 1983 yang megintruksikan kepada pejabat daerah untuk mengajukan penundaan usia perkawinan sampai usia 19 tahun untuk perempuan 21 tahun tshun untuk laki-laki dan umur tersebut masih memerlukan izin dari orang tuaa masing-masing. Dapat dibayangkan pada usia yang masih sangat muda sudah membina rumah tangga dan harus menghadapi semua masalah yang kapan saja akan dapat terjadi. 2. Dari penelitian diatas dapat dilihat bahwa yang paling banyak menyebabkan seseorang menikah di bawah umur adalah wanita hamil sebelum nenikah yaitu sebanyak 3 pasangan , ini disebabkan adanya pengaruh dari tindakan dan pergaulan remaja atau anak dari lingkungan sosial maupun dari lingkungan keluarga yang kurang kontrol dari orang tua, sedangkan berdasarkan keinginan dari diri masing-masing sebanyak 2 pasang atau 20.0%, bahwa mereka beranggapan menikah merupakan jalan terbaik agar segala sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dan berdasarkan minimnya perekonomian sebanyak 2 pasang atau 20.0%, karena dengan menikah dapat mengurangi beban keluarga yang memiliki tanggungan yang cukup banyak. Dilanjutkan dengan responden menikah diusia muda disebabkan karena kebiasaan dinikahkan pada usia muda atau
dijodohkan sebanyak 1 pasang atau 10.0%, dikarenakan untuk menghormati adat istiadat dan patuh terhadap orang tua, sedangkan responden yang putus sekolah sebanyak 2 pasang dari 10 pasang responden. 3. Pada pasangan keluarga yang kawin dibawah umur dilokasi penelitian fungsi-fingsi keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena sebagian dari mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana menjalankan fungsi keluarga dengan baik, mengingat umur mereka yang masih sangat muda sehingga belum adanya kesiapan dan pemikiran mereka untuk merencanakan bagaimana membangun rumah tangga yang baik yang penting kawin dan punya anak. 4. Walaupun fungsi-fungsi keluarga pada pasangan yang menikah dibawah umur dilokasi penelitian tidak berjalan sebagai mana mestinya namun sampai penelitian ini dilakukan hal ini tidaklah mempengaruhi kelangsungan atau keutuhan rumah tangga mereka, ini dapat dilihat dari tidak adanya pasangan tersebut menyelesaikan masalah rumah tangga mereka dengan jalan perceraian, walaupun ada dari beberapa responden berniat untuk bercerai tapi tidak sampai dilakanakan. Saran 1. Penundaan umur perkawinan dikalangan wanita, dapat dipandang sebagai salah satu sasaran dari program keluarga berencana nasional dalam rangka penurunan angka kelahiran, maka untuk itu upaya penundaan umur perkawinan dari wanita hendaklah memperhatikan faktor usia atau kesuburan, dalam arti kampanye menundaan umur perkawinan bukan hanya menekankan tentang arti pentingnya menghindari perkawinan dibawah umur tetapi juga menekankan tentang akibat yang akan ditimbulkan dari perkawinan dibawah umur tersebut dan menganjurkan untuk menikah dan berumah tangga pada umur yang ideal dan hal ini tentu saja harus didasarkan pada pertimbangan faktor psikologis (kesiapan mental) dan faktor kemampuan bilogis dalam arti kemampuan seorang wanita memilikidaya tahan tubuh untuk melahirkan. 2. Melihat berbagai permasalahan yang muncul mengingat banyaknya faktor-faktor yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap timbulnya permasalahan pada pasangan yang menikah dibawah umur, dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan yang mencakupi pencegahan terhadap berkembangnya masalah yang dialami oleh pasangan yang menikah dibawah umur menuju keserasian hubungan suami istri dengan cara meningkatkan pemahaman remaja tentang penyesuaian perkawinan, meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan tanggung jawab orang tua terhadap masa depan putra kan dan putrinya, serta meningkatkan kreativitas remaja untuk mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang produktif 3. Upaya penundaan umur perkawinan pada wanita haruslah diikuti dengan adanya upaya yang sungguh-sungguh dari setiap pihak yang berkepentingan untuk memperdayakan wanita baik dalam aspek pendidikan, kesehatan, dan aspek-aspek lainnya berkaitan erat dengan
peningkatan kualitas sumber daya wanita tanpa mengabaikan atau mengkesampingkan kodratnya sebagai wanita. 4. Dari penelitian diatas ditemukan bahwa faktor yang paling banyak mempengaruhi seseorang menikah adalah wanita telah hamil sebelum menikah hal ini disebabkan baik karena keinginan yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungan pergaulannya, dilokasi penelitian ini banyak di jumpai wanita hamil sebelum menikah disebabkan oleh lingkungan pergaulan yang kurang baik. Oleh karena itu bagi pihak-pihak yang berwenang agar dapat mengadakan pengawasan dan tindakan yang tegas terhadap peredaran buku-buku, majalah, para film, video CD yang dapat merusak moral dari para remaja dan berdampak pada kehidupan yang baik pada masa yang akan dating bagi remaja itu sendiri, masyarakat juga Negara. 5. Pengaruh masyarakat terhadap pergaulan juga sangat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang terutama pada seseorang yang berada dalam ambang dewasa atau berada pada masa peralihan, dar dunia remaja ke masa dewasa dini dimana pada usia ini masih mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang negative dilingkungannya. Jika moral didalam masyarakat sendiri telah rusak misalnya pergaulan bebas sudah dianggap hal yang biasa-biasa saja maka perkawinan dibawah umur ini sulit diatasi, karena itu harus adanya kesadaran dari masyarakat untuk dapat meminilisir pengaruh-pengaruh negative yang masuk kedalam lingkungan masyarakat, dengan cara memperbanyak kegiatan-kegiatan yang bermanfaat misalnya mengadakan pertemuan-pertemuan umum seperti ceramah, diskusi, seminar dan sebagainya untuk membicarakan masalah kenakalan remaja, dampak dari pergaulan bebas, tindak kejahatan dan mencari jalan keluar pencegahan dan penaggulangan secara positif.
DAFTAR PUSTAKA Al Hadar Y . S, Perkawinan dan Perceraian di Indonesia, sebuah studi antar kebudayaan, Lembaga Demokrasi, FEUI, jakarta ; 1997 Friedman, Sosiologi (Diterjemahkan oleh Amiruddin Ram dan Tito Sobari), Erlangga, Jakarta, 1998. Hurt, Horton, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia, Bandung ; 2001 Hurlock, Elizabeth B. Psikologi, Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 2006. Kartono, Kartini, Psikologi Anak. Bandung : Bandar Maju, 2005 Khairuddin, Sosiologi Keluarga. Liberti, Jogyakarta; 2002 Puji Astute, Pembatasan Usia Kawin dan Persetujuan Calon Mempelai dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Asy-Syir’ah, Vol. 43, edisi khusus 2009. Soekanto, soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, jakarta, 2007. Suprajitno, M. Alfatih. Efek Pernikahan Dini: Sebuah Pertimbangan Bahaya Sosia dan Kesehatan, Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. VIII, No. 2, Juli 2004. the Asia Foundation dan PSW UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sastroadijoyo, Sejarah UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pembakuan Peran Gender, dalam Penelitian LBH-APIK. Jakarta, 1999. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak Winarno Suharman, Metode Penelitian, Alfabet, Bandung, 1985.