PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION

OFFICIAL TRANSLATION

PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION

PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE DAFTAR ISI Halaman Pasal 1. 

Sasaran Dan Tujuan .......................................................................................... 1 

Bagian 1.1  Bagian 1.2  Pasal 2. 

Pendanaan Dan Sumber Daya ........................................................................... 2 

Bagian 2.1  Bagian 2.2  Bagian 2.3  Bagian 2.4  Bagian 2.5  Bagian 2.6  Bagian 2.7  Bagian 2.8  Pasal 3. 

Komunikasi ................................................................................................. 9  Wakil-Wakil .............................................................................................. 10  Tanda Tangan............................................................................................ 10 

Pengakhiran; Penghentian; Kadaluwarsa ........................................................ 11 

Bagian 5.1  Bagian 5.2  Bagian 5.3  Bagian 5.4  Pasal 6. 

Persetujuan Pelaksanaan Program .............................................................. 6  Tanggung Jawab Pemerintah ...................................................................... 6  Kinerja Kebijakan ....................................................................................... 7  Keakuratan Informasi.................................................................................. 7  Surat Pelaksanaan ....................................................................................... 7  Pembelian dan Hibah .................................................................................. 7  Catatan; Akunting; Pemasok Terkover; Akses ........................................... 8  Audit, Tinjauan ........................................................................................... 9 

Komunikasi ....................................................................................................... 9 

Bagian 4.1  Bagian 4.2  Bagian 4.3  Pasal 5. 

Pendanaan Program .................................................................................... 2  Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian ............................................................. 2  Pendanaan MCC ......................................................................................... 3  Pembayaran ................................................................................................. 3  Bunga .......................................................................................................... 3  Sumber Daya Pemerintah; Anggaran.......................................................... 3  Pembatasan terhadap Penggunaan Pendanaan MCC .................................. 4  Pajak............................................................................................................ 4 

Pelaksanaan ....................................................................................................... 6 

Bagian 3.1  Bagian 3.2  Bagian 3.3  Bagian 3.4  Bagian 3.5  Bagian 3.6  Bagian 3.7  Bagian 3.8  Pasal 4. 

Sasaran Perjanjian ....................................................................................... 1  Tujuan Proyek ............................................................................................. 1 

Pengakhiran; Penghentian ......................................................................... 11  Konsekuensi Pengakhiran, Penghentian atau Kadaluwarsa...................... 12  Penggantian Uang; Pelanggaran ............................................................... 12  Kelangsungan ............................................................................................ 12 

Lampiran Perjanjian; Amandemen; Hukum Yang Mengatur ......................... 12 

Bagian 6.1  Bagian 6.2  Bagian 6.3  Bagian 6.4 

Lampiran ................................................................................................... 12  Amandemen .............................................................................................. 12  Ketidak Konsistenan ................................................................................. 13  Hukum Yang Mengatur ............................................................................ 13 

Bagian 6.5  Bagian 6.6  Bagian 6.7  Bagian 6.8  Bagian 6.9  Pasal 7. 

Pemberlakuan .................................................................................................. 14 

Bagian 7.1  Bagian 7.2  Bagian 7.3  Bagian 7.4  Bagian 7.5 

Lampiran I:

Instrumen Tambahan ................................................................................ 13  Acuan ke Situs MCC ................................................................................ 13  Acuan ke Hukum, Peraturan, Kebijakan dan Pedoman ............................ 13  Status MCC ............................................................................................... 14  Konsultasi ................................................................................................. 14 

Persyaratan Domestik ............................................................................... 14  Persyaratan-Persyaratan Sebelum Pemberlakuan ..................................... 14  Tanggal Pemberlakuan.............................................................................. 15  Kurun Waktu Perjanjian ........................................................................... 15  Penerapan Sementara ................................................................................ 15 

Uraian Program

Jadwal 1 – Proyek Kemakmuran Hijau Jadwal 2 – Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Kekerdilan Anak Jadwal 3 – Proyek Modernisasi Pembelian Lampiran II: Ikhtisar Rencana Finansial Multi Tahun Lampiran III: Uraian Rencana Pemantauan dan Evaluasi Lampiran IV: Persyaratan untuk Pembayaran Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian Lampiran V: Definisi-Definisi

TOC - ii

PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE PENDAHULUAN PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE INI (“PERJANJIAN” ini) adalah antara Republik Indonesia, diwakili oleh kementerian dan entitas pemerintah lain sesuai keperluan (“Pemerintah”) dan Amerika Serikat, diwakili Millenium Challenge Corporation, sebuah perusahaan pemerintah Amerika Serikat (“MCC”) (MCC dan “Pemerintah” diacu dalam Persetujuan ini secara individu sebagai “Pihak” dan secara kolektif “Para Pihak”). Istilah dengan huruf kapital dalam Perjanjian ini akan memiliki makna sebagaimana diuraikan dalam Lampiran V. Menyadari bahwa Para Pihak berkomitmen pada pencapaian sasaran bersama berupa penggalakkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan ekstrim di Indonesia serta bahwa bantuan MCC berdasarkan Perjanjian ini mendukung komitmen Indonesia yang nyata terhadap penguatan pemerintahan yang baik, kebebasan ekonomi dan investasi dalam sumber daya manusia; Mengingat bahwa Pemerintah berkonsultasi dengan sektor swasta dan masyarakat madani Indonesia untuk menentukan prioritas pemanfaatan bantuan Millenium Challenge Corporation serta mengembangkan dan menyerahkan kepada MCC sebuah usulan bagi bantuan seperti itu guna mencapai pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dan pengurangan kemiskinan; serta Menyadari bahwa MCC berniat membantu Indonesia melaksanakan program yang diuraikan disini untuk mencapai sasaran dan tujuan yang diuraikan disini (uraian dan tujuan program bisa diamandemen dari waktu ke waktu sesuai dengan syarat-syaratnya, “Program”); Para Pihak dengan ini setuju sebagai berikut: PASAL 1. SASARAN DAN TUJUAN Bagian 1.1 Sasaran Perjanjian. Sasaran dari Perjanjian ini adalah mengurangi kemiskinan di Indonesia lewat pertumbuhan ekonomi di Indonesia (“Sasaran Perjanjian”) Bagian 1.2 Tujuan Proyek. Program terdiri dari proyek-proyek yang diuraikan dalam Lampiran I (masing-masing sebuah “Proyek” dan secara kolektif, “Proyek-Proyek”). Tujuan dari setiap Proyek (masing-masing sebuah “Tujuan Proyek” dan secara kolektif, “Tujuan Proyek-Proyek”) adalah: (a) (i) menaikkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil lewat perluasan energi terbarukan; dan (ii) meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis tanah lewat penyempurnaan praktik-praktik pemanfaatan tanah dan pengelolaan sumber daya alam (“Tujuan GP”); (b) mengurangi dan mencegah berat bayi rendah waktu lahir serta mengurangi kekerdilan anak dan kekurangan gizi anak-anak di daerah proyek, dan menaikkan pendapatan

rumah tangga lewat penghematan biaya, pertumbuhan produktivitas dan pendapatan seumur hidup lebih tinggi (“Tujuan Gizi”); dan (c) mencapai penghematan biaya pemerintah yang signifikan dari barang dan jasa yang dibeli, sementara menjamin bahwa kualitasnya memenuhi kebutuhan publik, serta mencapai penyelenggaraan jasa publik sesuai rencana (“Tujuan Modernisasi Pembelian”). PASAL 2. PENDANAAN DAN SUMBER DAYA Bagian 2.1

Pendanaan Program.

Saat diberlakukannya Perjanjian ini sesuai dengan Bagian 7.3, MCC akan memberi Pemerintah berdasarkan syarat-syarat Perjanjian ini, dana yang tidak melebihi Limaratus Delapanpuluh Delapan Juta Dolar Amerika (US$588,000,000) (“Pendanaan Program”) untuk dipakai oleh Pemerintah guna melaksanakan Program. Alokasi Pendanaan Program umumnya diuraikan dalam Lampiran II. Bagian 2.2

Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian.

(a) Setelah ditandatanganinya Perjanjian ini, MCC akan memberi kepada Pemerintah, berdasarkan syarat-syarat dari Perjanjian ini dan disamping Pendanaan Program sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2.1, sebuah dana yang tidak melebihi Duabelas Juta Dolar Amerika (US$12,000,000) (“Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian”) berdasarkan Bagian 609(g) dari Undang-Undang Millenium Challenge 2003, sebagaimana diamandemen (“Undang-Undang MCA”), guna dipakai pemerintah untuk memfasilitasi pelaksanaan Perjanjian, termasuk maksudmaksud berikut: (i) manajemen finansial dan kegiatan pembelian (termasuk biaya terkait standby agents yang diadakan oleh MCC); (ii) kegiatan administratif (termasuk biaya awal seperti gaji staf) dan biaya dukungan administratif seperti sewa, komputer dan peralatan teknologi informasi atau peralatan modal lainnya. (iii)

kegiatan pemantauan dan evaluasi

(iv)

studi kelayakan dan penilaian; serta

(v) kegiatan lain untuk memfasilitasi pelaksanaan Perjanjian sebagaimana disetujui oleh MCC. Alokasi Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian pada mumnya diuraikan dalam Lampiran II. (b) Sesuai dengan Bagian 7.5, Bagian 2.2 ini dan peraturan lainnya dari Perjanjian ini yang berlaku untuk Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian ini akan efektif, untuk maksud dari Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian saja, pada tanggal Perjanjian ini ditandatangani oleh MCC dan Pemerintah.

2

(c) Setiap Pembayaran Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian akan bergantung pada pemenuhan persyaratan sebelum pembayaran tersebut sebagaimana diuraikan dalam Lampiran IV. (d) Kalau MCC menetapkan bahwa seluruh dana dari Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian yang tersedia berdasarkan Bagian 2.2(a) melampaui jumlah yang secara wajar bisa dimanfaatkan untuk maksud-maksud yang diuraikan dalam Bagian 2.2(a), MCC, lewat pemberitahuan tertulis kepada Pemerintah, bisa menarik jumlah yang berlebih, sehingga mengurangi jumlah Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian yang tersedia berdasarkan Bagian 2.2(a) (kelebihan seperti itu, “Jumlah CIF Kelebihan”). Dalam kasus seperti itu, jumlah Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian yang diberikan kepada Pemerintah berdasarkan Bagian 2.2(a) akan dikurangi sebesar Jumlah CIF Kelebihan, dan MCC tidak akan punya kewajiban lebih jauh sehubungan dengan Jumlah CIF Kelebihan seperti itu. (e) MCC, bisa memutuskan, lewat pemberitahuan tertulis kepada Pemerintah, untuk memberi Pemerintah sebuah jumlah yang sama dengan seluruh atau sebagian dari Jumlah CIF Kelebihan sebagai sebuah kenaikan dalam Pendanaan Program, dan tambahan Pendanaan Program seperti itu akan bergantung pada syarat-syarat dan kondisi-kondisi dari Perjanjian ini yang berlaku terhadap Pendanaan Program. Bagian 2.3

Pendanaan MCC.

Pendanaan Program dan Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian secara kolektif disebut dalam Perjanjian ini sebagai “Pendanaan MCC,” dan termasuk setiap pembayaran kembali atau penggantian dari Pendanaan Program atau Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian yang dibayar oleh Pemerintah sesuai dengan Perjanjian ini. Bagian 2.4

Pembayaran.

Sesuai dengan Perjanjian ini dan Persetujuan Pelaksanaan Program, MCC akan membayarkan Pendanaan MCC untuk biaya-biaya yang timbul akibat usaha memajukan Program (dalam setiap kasus, sebuah “Pembayaran”). Bergantung pada pemenuhan semua persyaratan sebelumnya, dana dari Pembayaran akan disediakan untuk Pemerintah, berdasarkan pilihan MCC semata, lewat (a) deposito di satu atau lebih rekening bank yang dibuat Pemerintah dan disetujui oleh MCC (masing-masing, sebuah “Rekening Diijinkan”) atau (b) pembayaran langsung kepada pemasok barang, pekerjaan atau jasa untuk pelaksanaan Program. Pendanaan MCC hanya bisa dipakai untuk biaya-biaya Program. Bagian 2.5 Bunga. Pemerintah akan membayar atau mentransfer ke MCC, sesuai dengan Persetujuan Pelaksanaan Program, setiap bunga atau pendapatan lain yang bertambah pada Pendanaan MCC sebelum pendanaan itu dipergunakan untuk sebuah maksud Program. Bagian 2.6

Sumber Daya Pemerintah; Anggaran.

(a) Pemerintah wajib menyediakan semua dana dan sumber daya lain, serta wajib mengambil semua tindakan yang perlu untuk melaksanakan tanggung jawab Pemerintah berdasarkan Perjanjian ini.

3

(b) Pemerintah akan mengusahakan sebaik-baiknya untuk menjamin bahwa semua Pendanaan MCC yang diterimanya atau diproyeksikan akan diterima dalam setiap tahun fiskal dipertanggung jawabkan secara penuh dalam anggaran tahunannya berbasis multi-tahun. (c) Pemerintah tidak akan mengurangi sumber daya baik normal maupun diperkirakan yang akan diterimanya atau dianggarkannya dari sumber-sumber bukan MCC untuk kegiatan yang dipertimbangkan berdasarkan Perjanjian dan Program ini. (d) Kecuali Pemerintah memberitahu lain secara tertulis kepada MCC, Pendanaan MCC akan merupakan tambahan pada sumber-sumber daya yang akan diterima atau yang dianggarkan Pemerintah bagi kegiatan yang dipertimbangkan berdasarkan Perjanjian dan Program ini. Bagian 2.7 Pembatasan terhadap Penggunaan Pendanaan MCC. Pemerintah akan menjamin bahwa Pendanaan MCC tidak akan dipakai untuk maksud yang melanggar hukum atau kebijakan Amerika Serikat, sebagaimana diperinci dalam Perjanjian ini atau sebagaimana diberitahukan lebih lanjut kepada Pemerintah secara tertulis atau lewat posting dari waktu ke waktu di Situs MCC, di www.mcc.gov (“Situs MCC”), termasuk tetapi tidak terbatas pada maksud-maksud berikut: (a) untuk bantuan, atau pelatihan terhadap, militer, polisi, milisi, garda nasional atau organisasi atau unit mirip militer lain; (b) untuk kegiatan yang kemungkinan akan menyebabkan kerugian substantif pada lapangan pekerjaan Amerika Serika atau penghilangan substantif dari produksi Amerika Serikat; (c) untuk menyelenggarakan, mendanai atau mendukung kegiatan yang kemungkinan menyebabkan sebuah ancaman lingkungan, kesehatan atau keselamatan yang signifikan, sebagaimana diuraikan lebih jauh dalam Pedoman Lingkungan MCC dan dokumen pedoman yang diterbitkan berkaitan dengan pedoman-pedoman yang diposting dari waktu ke waktu di Situs MCC atau diberikan kepada Pemerintah (secara kolektif, “Pedoman Lingkungan MCC”); atau (d) untuk membayar pelaksanaan pengguguran kandungan sebagai metode keluarga berencana atau membujuk atau memaksa orang mempraktikkan pengguguran kandungan, membayar penyelenggaraan sterilisasi tidak sukarela sebagai metode keluarga berencana atau memaksa atau menyediakan insentif finansial kepada orang untuk disterilisasi atau membayar penelitian bio-medis yang terkait, baik secara keseluruhan maupun sebagian, untuk metode, atau penyelenggaraan, pengguguran kandungan atau sterilisasi tidak sukarela sebagai cara keluarga berencana. Bagian 2.8

Pajak.

(a) Kecuali Para Pihak secara khusus menyetujui lain dalam bentuk tertulis, Pemerintah akan menjamin bahwa semua Pendanaan MCC bebas dari pembayaran atau pembebanan pajak, cukai, pungutan, sumbangan atau biaya mirip lainnya baik yang sudah ada maupun yang akan dibuat di masa depan (tetapi tidak untuk pungutan atau biaya untuk jasa-jasa yang umumnya berlaku di Indonesia, yang jumlahnya wajar dan diberlakukan secara nondiskriminatif) (“Pajak”) di Indonesia (termasuk Pajak-Pajak yang diberlakukan oleh pemerintahan nasional, regional, lokal atau lainnya atau penguasa perpajakan dari atau di 4

Indonesia) sesuai dengan hukum perpajakan dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Disamping itu, kalau Pajak dibebankan dan dibayar dengan Pendanaan MCC sesuai dengan hukum perpajakan dan peraturan yang berlaku di Indnesia, Pajak-Pajak seperti itu akan diganti sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang diacu dalam sub-bagian (b) dibawah. Khususnya, dan tanpa membatasi sifat umum dari yang sebelumnya, Pendanaan MCC harus bebas dari pembayaran: (i) tarif, cukai, pajak impor dan pungutan serupa lainnya terhadap barang atau jasa yang dibawa ke Indonesia berkaitan dengan Program; (ii) pajak nilai tambah, pajak penjualan barang mewah, pajak cukai, pajak pengalihan properti dan pungutan mirip lainnya terhadap setiap transaksi yang melibatkan barang, pekerjaan atau jasa berkaitan dengan Program; (iii) pajak dan pembebanan mirip lainnya, kepemilikan, atau pemakaian properti berkaitan dengan Program; dan (iv) pajak dan pungutan mirip lainnya atas pendapatan, keuntungan atau penerimaan kotor berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan Program dan terkait pajak social security dan pembebanan mirip lainnya terhadap semua orang naturalisasi atau sah yang melakukan pekerjaan berkaitan dengan Program kecuali: (1) orang-orang naturalisasi yang adalah warganegara atau penduduk tetap Indonesia; dan (2) orang-orang sah berdasarkan hukum Indonesia (tetapi mengecualikan MCA-Indonesia; yang dibentuk dengan maksud melaksanakan kewajiban-kewajiban Pemerintah di bawah ini). (b) (i) Mekanisme yang akan dipakai Pemerintah untuk melaksanakan pengecualian pajak yang diwajibkan oleh Bagian 2.8(a) diuraikan dalam Persetujuan Pelaksanaan Program. Mekanisme seperti itu harus termasuk pengecualian dari pembayaran Pajak yang telah diijinkan sesuai dengan hukum yang berlaku, penggantian atas Pajak oleh Pemerintah kepada MCAIndonesia atau kepada pembayar Pajak. Dalam kasus penggantian, Menteri Keuangan wajib menerbitkan sebuah peraturan yang mengatur bagaimana penggantian seperti itu akan dilaksanakan. (ii) Untuk Pajak-Pajak yang metode pelaksanaannya akan dibayar kembali, kalau suatu Pajak telah dibayar sesuai dengan hukum dan peraturan Pajak yang berlaku, Pemerintah akan membayar kembali kepada MCA-Indonesia atau kepada yang membayar pajak sejumlah sama dengan Pajak yang dibayar dalam mata uang Indonesia dalam kurun waktu tigapuluh (30) hari kerja (atau kurun waktu lain yang disepakati secara tertulis oleh para Pihak) setelah semua dokumentasi yang perlu dipenuhi oleh MCA-Indonesia. (c) Kalau Pajak telah dibayarkan bertentangan dengan persyaratan Bagian 2.8(a) atau (b) atau Persetujuan Pelaksanaan Program, atau kalau sebuah penggantian belum diterbitkan secara tepat sesuai dengan Bagian 2.8(b)(ii) atau Persetujuan Pelaksanaan Program, Pemerintah wajib segera menggantinya kepada MCC (atau kalau diarahkan oleh MCC, kepada MCAIndonesia) nilai dari Pajak seperti itu dalam dolar Amerika Serikat atau mata uang Indonesia dalam tigapuluh (30) hari (atau kurun waktu sebagaimana disetujui secara tertulis oleh Para Pihak) setelah Pemerintah diberitahu secara tertulis (baik oleh MCC atau MCA-Indonesia) dengan melampirkan dokumen relevan yang membuktikan bahwa Pajak itu telah dibayarkan. 5

(d) Tak ada Pendanaan MCC, hasil dari itu atau Aset Program yang bisa dipakai oleh Pemerintah guna memenuhi kewajibannya berdasarkan Bagian 2.8(c). PASAL 3. PELAKSANAAN Bagian 3.1 Persetujuan Pelaksanaan Program. Para Pihak akan mengadakan sebuah perjanjian yang menyajikan perincian lebih jauh tentang pengaturan pelaksanaan, akuntabilitas fiskal dan pembayaran serta penggunaan Pendanaan MCC, antara lain (“Perjanjian Pelaksanaan Program” atau “PIA”); dan Pemerintah akan melaksanakan Program sesuai dengan Perjanjian ini, PIA, Perjanjian Pelengkap dan Surat Pelaksanaan lainnya. Bagian 3.2

Tanggung Jawab Pemerintah.

(a) Pemerintah punya tanggung jawab utama untuk mengawasi dan mengelola pelaksanaan Program. (b) Dengan ijin sebelumnya dari MCC, Pemerintah boleh menujuk sebuah entitas untuk dibentuk lewat pemberlakuan sebuah dekrit menteri atau instrumen hukum lain yang bisa diterima oleh MCC dan peraturan pelaksanaannya (bersama-sama, “Dekrit Pembentukan”), sebagai entitas yang akuntabel untuk melaksanakan Program, serta melaksanakan dan menunjukkan hak dan kewajiban Pemerintah untuk mengawasi, mengelola dan melaksanakan Program, termasuk tanpa pembatasan, pengelolaan pelaksanaan Proyek-Proyek dan KegiatanKegiatannya, alokasi sumber daya dan pengelolaan pembelian. Entitas seperti itu diacu disini sebagai “MCA-Indonesia,” dan akan punya wewenang untuk mengikat Pemerintah sehubungan dengan semua kegiatan Program. Penunjukan yang dipertimbangkan oleh Bagian 3.2(b) ini tidak akan membebaskan Pemerintah dari kewajiban dan tanggung jawab dibawah ini atau berdasarkan perjanjian terkait, untuk mana Pemerintah tetap bertanggung jawab penuh. MCC dengan ini mengakui dan patuh pada penunjukan dalam Bagian 3.2(b) ini. (c) Pemerintah akan menjamin bahwa setiap Aset Program atau jasa yang didanai secara keseluruhan atau sebagian (langsung atau tidak langsung) oleh Pendanaan MCC dipakai semata-mata untuk memajukan Perjanjian dan Program ini kecuali MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis. (d) Pemerintah akan melakukan semua langkah perlu atau tepat untuk mencapai Tujuan Proyek selama Kurun Waktu Perjanjian (termasuk, tanpa membatasi Bagian 2.6(a), pendanaan semua biaya yang melampaui Pendanaan MCC dan wajib melaksanakan syarat-syarat ini dan mencapai tujuan seperti itu, kecuali kalau MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis). (e) Pemerintah akan mematuhi sepenuhnya Pedoman Program, sejauh itu berlaku, dalam Pelaksanaan Program. (f) Pemerintah akan mengijinkan MCC sebuah hak dan lisensi abadi, yang tidak dapat ditarik kembali, bebas royalty, berlaku di seluruh dunia, di bayar penuh, bisa diwakilkan untuk mempraktikkan atau telah dipraktikkan mewakilinya (termasuk hak memproduksi, reproduksi, menerbitkan, memperbaharui maksud, memakai, menyimpan, melakukan modifikasi, atau menyediakan) setiap bagian atau bagian-bagian dari Properti Intelektual sebagaimana

6

dirasakan tepat oleh MCC dalam media apa saja, yang kini dikenal atau yang dikembangkan sesudahnya, untuk maksud apa saja. Bagian 3.3 Kinerja Kebijakan. Disamping melaksanakan komitmen reformasi hukum dan regulasi terhadap kebijakan tertentu seperti yang diidentifikasi dalam Lampiran I (kalau ada), Pemerintah akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat kinerjanya berdasarkan kriteria kebijakan yang diidentifikasi dalam Bagian 607 dari UU MCA serta pemilihan kriteria dan metodologi yang dipergunakan oleh MCC. Bagian 3.4 Keakuratan Informasi. Pemerintah menjamin kepada MCC bahwa, mulai dari tanggal Perjanjian ini ditandatangani oleh Pemerintah, informasi yang disediakan oleh Pemerintah atau mewakili Pemerintah ketika mencapai persetujuan dengan MCC tentang Perjanjian adalah benar, tepat dan lengkap dari semua segi materinya. Bagian 3.5 Surat Pelaksanaan. Dari waktu ke waktu, MCC bisa menyediakan pedoman kepada Pemerintah secara tertulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan Perjanjian, Pendanaan MCC atau pelaksanaan Program ini (masing-masing, sebuah “Surat Pelaksanaan”). Pemerintah wajib memberlakukan pedoman seperti itu dalam pelaksanaan Program. Para Pihak juga bisa menerbitkan sebuah Surat Pelaksanaan yang disepakati bersama untuk memberi konfirmasi dan mencatat pemahaman bersama mereka terhadap aspek-aspek terkait pelaksanaan Perjanjian ini, PIA atau perjanjian terkait lainnya. Bagian 3.6

Pembelian dan Hibah.

(a) Meskipun ada komitmen Pemerintah terhadap reformasi pembelian sebagaimana diperagakan oleh hukum Indonesia, Pemerintah akan menjamin bahwa pembelian semua barang, pekerjaan dan jasa oleh Pemerintah atau Pemasok untuk melaksanakan Program akan konsisten dengan “Pedoman Pembelian Program MCC” yang diposting dari waktu ke waktu di Situs MCC (“Pedoman Pembelian Program MCC”). Pedoman Pembelian Program MCC termasuk persyaratan-persyaratan berikut, antara lain: (i) prosedur terbuka, adil dan bersaing harus dipergunakan secara transparan untuk minta, memberi dan mengelola kontrak-kontrak dan untuk membeli barang, pekerjaan dan jasa; (ii) permintaan akan barang, pekerjaan dan jasa harus didasarkan pada sebuah uraian yang jelas dan akurat tentang barang, pekerjaan dan jasa yang dikehendaki; (iii) kontrak-kontrak harus diberikan hanya kepada kontraktor yang memenuhi syarat, yang memiliki kemampuan dan bersedia menyelenggarakan kontrak sesuai dengan syarat-syaratnya berdasarkan prinsip efektif biaya dan tepat waktu; serta (iv) seharga tidak lebih dari harga komersial yang wajar, sebagaimana ditentukan, misalnya, lewat perbandingan penawaran harga dan harga pasar, akan dibayar untuk membeli barang, pekerjaan dan jasa. (b) Pemerintah akan menjamin bahwa setiap hibah yang diberikan pada entitas nonpemerintah dalam rangka memajukan Program (“Hibah”) dipilih, dilaksanakan dan dikelola lewat prosedur terbuka, adil dan bersaing serta dikelola lewat cara yang transparan. Dalam rangka memenuhi persyaratan ini dan sebelum diterbitkannya Hibah, Pemerintah dan MCC akan 7

menyetujui prosedur tertulis untuk mengatur identifikasi, pemilihan penerima dan pemberian Hibah kepada penerima. Prosedur-prosedur seperti itu akan diposting di Situs MCA-Indonesia. Bagian 3.7

Catatan; Akunting; Pemasok Terkover; Akses.

(a) Pembukuan dan Catatan Pemerintah. Pemerintah akan memelihara dan mengusahakan sebaik-baiknya untuk menjamin bahwa semua Pemasok Terkover memelihara buku, catatan, dokumen akunting dan bukti-bukti lain terkait dengan Program secara baik untuk memperlihatkan, kepada MCC secara memuaskan, penggunaan semua Pendanaan MCC dan pelaksanaan serta hasil-hasil dari Program (“Catatan Perjanjian”). Selain itu, Pemerintah akan menyiapkan atau mengusahakan disiapkannya untuk MCC, kalau diminta, Catatan Perjanjian seperti itu baik asli maupun fotokopi. (b) Akunting. Pemerintah akan memelihara dan mengusahakan sebaik-baiknya untuk menjamin bahwa semua Pemasok Terkover memelihara Catatan Perjanjian sesuai dengan prinsip-prinsip akunting umum yang berlaku di Amerika Serikat, atau berdasarkan pilihan Pemerintah dan dengan persetujuan tertulis MCC sebelumnya, prinsip-prinsip akunting lain, seperti: (i) yang ditetapkan oleh International Accounting Standard Boards; atau (ii) yang berlaku di Indonesia. Catatan Perjanjian harus dipertahankan selama paling sedikit lima (5) tahun setelah berakhirnya Kurun Waktu Perjanjian atau untuk kurun waktu lebih panjang, kalau diperlukan untuk menyelesaikan penuntutan, klaim atau temuan audit atau persyaratan legal yang berlaku lainnya. (c) Pemasok dan Pemasok Terkover. Kecuali kalau Para Pihak setuju lain secara tertulis, sebuah “Pemasok” adalah (i) badan Pemerintah yang menerima atau mempergunakan Pendanaan MCC atau Aset Program lain dalam melaksanakan kegiatan untuk memajukan Perjanjian ini atau (ii) Pihak ketiga yang menerima paling sedikit US$50,000 keseluruhannya dari Pendanaan MCC (diluar gaji atau kompensasi sebagai pegawai dari sebuah entitas Pemerintah) selama Kurun Waktu Perjanjian. Sebuah “Pemasok Terkover” adalah: (i) sebuah Pemasok bukan Amerika Serikat yang menerima (diluar sebuah kontrak atau perjanjian langsung dengan MCC) US$300,000 atau lebih dari Pendanaan MCC dalam tahun fiskal Pemerintah atau orang bukan warganegara atau entitas Amerika Serikat yang menerima, baik langsung maupun tidak langsung US$300,000 atau lebih Pendanaan MCC dari Pemasok dalam tahun fiskal Pemerintah; atau (ii) Pemasok Amerika Serikat yang menerima (diluar kontrak atau persetujuan langsung dengan MCC) US$500,000 atau lebih Pendanaan MCC pada tahun fiskal atau orang atau entitas Amerika Serikat lain yang menerima, langsung atau tidak langsung, US$500,000 atau lebih Pendanaan MCC dari Pemasok untuk tahun fiskal tersebut. (d) Akses. Berdasarkan permintaan MCC, Pemerintah, pada waktu yang wajar, akan mengijinkan wakil-wakil yang berwenang dari MCC, seorang Inspektur Jenderal yang berwenang dari MCC (“Inspektur Jenderal”), Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika Serikat, auditor yang bertanggung jawab atas audit yang sedang dipertimbangkan disini atau sedang dilakukan untuk memajukan Perjanjian ini, dan setiap agen atau wakil yang dilibatkan oleh MCC atau Pemerintah untuk melakukan penilaian, tinjauan atau evaluasi dari Program, kesempatan untuk melakukan audit, tinjauan, evaluasi atau inspeksi fasilitas, aset dan kegiatan yang didanai baik secara keseluruhan maupun sebagian oleh Pendanaan MCC.

8

Bagian 3.8

Audit, Tinjauan.

(a) Audit Pemerintah. Kecuali kalau Para Pihak setuju lain secara tertulis, Pemerintah wajib, paling sedikit setiap setengah tahun, melakukan atau menyebabkan dilakukannya, audit finansial dari semua pembayaran Pendanaan MCC meliputi periode mulai ditandatanganinya Perjanjian ini sampai mana yang terlebih dulu antara 31 Desember atau 30 Juni serta meliput setiap periode enam bulan sesudahnya yang berakhir pada 31 Desember dan 30 Juni, sampai akhir dari Kurun Waktu Perjanjian. Disamping itu, berdasarkan permintaan MCC, Pemerintah akan menjamin bahwa audit seperti itu dilaksanakan oleh auditor independen yang disetujui oleh MCC dan masuk dalam daftar auditor lokal yang disetujui oleh Inspektur Jenderal atau sebuah perusahaan akunting publik yang disertifikasi Amerika Serikat yang dipilih sesuai dengan “Pedoman untuk Audit Finansial Yang Dikontrak MCA (“Pedoman Audit”) yang diterbitkan dan diperbaharui dari waktu ke waktu oleh Inspektur Jenderal, yang diposting di Situs MCC. Audit harus dilakukan sesuai dengan Pedoman Audit dan dihadapkan pada pengawasan jaminan kualitas oleh Inspektur Jenderal. Setiap audit akan diselesaikan dan laporan audit diserahkan kepada MCC tidak lewat dari 90 hari setelah periode audit pertama dan tidak lebih dari 90 hari setelah setiap 30 Juni dan 31 Desember sesudahnya, atau periode lain yang disepakati Para Pihak dalam bentuk tertulis. (b) Audit terhadap Entitas Lain. Pemerintah wajib memastikan bahwa perjanjian yang didanai MCC antara Pemerintah atau Pemasok, di satu pihak, dan (i) sebuah organisasi nirlaba Amerika Serikat, di pihak lainnya, menyatakan bahwa organisasi nir-laba Amerika Serikat itu dihadapkan pada persyaratan audit yang berlaku yang termuat dalam OMB Circular A-133, “Audits of States, Local Governments and Non-Profit Organizations,” yang diterbitkan oleh Kantor Manajemen dan Anggaran Amerika Serikat; (ii) sebuah Pemasok Terkover untuk laba Amerika Serikat, dipihak lainnya, menyatakan bahwa organisasi untuk laba Amerika Serikat dihadapkan pada audit yang berlaku untuk badan Pemerintah Amerika Serikat, kecuali kalau Pemerintah dan MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis; dan (iii) sebuah Pemasok Terkover bukan Amerika Serikat, dipihak lainnya, menyatakan bahwa Pemasok Terkover bukan Amerika Serikat dihadapkan pada audit sesuai dengan Pedoman Audit. (c) Tindakan Korektif. Pemerintah akan berusaha sebaik-baiknya untuk menjamin bahwa setiap Pemasok Terkover: (i) mengambil, kalau diperlukan, tindakan korektif yang tepat dan tepat waktu sebagai tanggapan terhadap audit; (ii) mempertimbangkan apakah hasil dari audit Pemasok Terkover membutuhkan penyesuaian catatan Pemerintah; dan (iii) mengijinkan auditor independen punya akses ke catatan dan laporan keuangannya sesuai kebutuhan. (d) Audit oleh MCC. MCC akan punya hak untuk mengadakan audit terhadap penggunaan oleh Pemerintah dari Pendanaan MCC. (e) Biaya Audit, Tinjauan atau Evaluasi. Pendanaan MCC bisa dipakai untuk mendanai biaya dari audit, tinjauan atau evaluasi yang disyaratkan berdasarkan Perjanjian ini. PASAL 4. KOMUNIKASI Bagian 4.1 Komunikasi. Setiap dokumen atau komunikasi yang diperlukan atau diserahkan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lainnya berdasarkan Perjanjian ini akan berlangsung dalam 9

bentuk tertulis dan, kecuali kalau disepakati lain dengan MCC, dalam bahasa Inggris. Untuk maksud ini, alamat dari masing-masing Pihak dituliskan dibawah. Kepada Pemerintah: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Attention: Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Jl. Taman Suropati 2, Jakarta Pusat 10310 Republik Indonesia Facsimile: +62(21) 3103314 Telepon: +62(21) 336207, 3905650 Kepada MCC: Millennium Challenge Corporation Attention: Vice President, Department of Compact Operations (dengan sebuah kopi kepada Vice President dan General Counsel) 875 Fifteenth Street, N.W. Washington, DC 20005 United States of America Facsimile: +1(202) 521-3700 Telephone: +1(202) 521-3600 Email: [email protected] (Vice President, Compact Operations) [email protected] (Vice President and General Counsel)

Kepada MCA-Indonesia: Setelah pembentukan MCA-Indonesia, MCA-Indonesia akan memberitahu Para Pihak tentang perincian kontaknya. Bagian 4.2 Wakil-Wakil. Untuk semua maksud dari Perjanjian ini, Pemerintah akan diwakili oleh seseorang yang memegang jabatan atau berperan sebagai, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia, dan MCC akan diwakili oleh seseorang yang memegang jabatan atau berperan sebagai Wakil Presiden, Departemen Operasi Perjanjian (masing-masing, “Wakil Utama”). Setiap Pihak, lewat pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya, bisa menunjuk satu atau lebih wakil tambahan (masing-masing, “Wakil Tambahan”) untuk semua maksud kecuali penandatanganan amandemen dari Perjanjian ini. Pemerintah dengan ini menunjuk Ketua dari MCA-Indonesia sebagai Wakil Tambahan. MCC dengan ini menunjuk Deputi Wakil Presiden, Departemen Operasi Perjanjian, Eropa, Asia, Pasifik dan Amerika Latin, sebagai Wakil Tambahan. Suatu Pihak bisa mengganti Wakil Utamanya dengan wakil baru yang menduduki jabatan dengan wewenang sama atau lebih tinggi lewat pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya. Bagian 4.3 Tanda Tangan. Tanda tangan untuk Perjanjian ini dan untuk setiap amandemen dari Perjanjian ini akan berupa tanda tangan asli yang muncul pada halaman yang sama atau dalam pertukaran surat atau catatan diplomatik. Sehubungan dengan semua dokumen yang dihasilkan dari Perjanjian ini (selain Perjanjian Pelaksanaan Program) dan amandemen10

amandemennya, tanda tangan bisa diserahkan lewat fax atau surat elektronik dan secara rekan setara yang berpasangan dan akan mengikat Pihak yang menyerahkan tanda tangan secara sama seperti layaknya sebuah tanda tangan asli. PASAL 5. PENGAKHIRAN; PENGHENTIAN; KADALUWARSA Bagian 5.1

Pengakhiran; Penghentian.

(a) Masing-masing Pihak boleh mengakhiri Perjanjian ini tanpa sebab keseluruhan lewat pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya tigapuluh (30) hari sebelumnya. MCC juga bisa mengakhiri Perjanjian ini atau Pendanaan MCC tanpa sebab sebagian lewat pemberitahuan tertulis kepada Pemerintah tigapuluh (30) hari sebelumnya. (b) MCC bisa segera, setelah pemberitahuan tertulis kepada Pemerintah, menghentikan atau mengakhiri Perjanjian atau Pendanaan MCC ini, secara keseluruhan atau sebagian, dan setiap kewajiban yang terkait, kalau MCC memutuskan bahwa situasi yang diidentifikasi MCC yang merupakan alasan bagi penghentian atau pengakhiran (baik secara tertulis kepada Pemerintah atau lewat posting di situs Internet MCC) telah terjadi, dimana situasi itu termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini: (i) Pemerintah gagal mematuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini atau perjanjian atau pengaturan lain yang dimasukkan Pemerintah sehubungan dengan Perjanjian ini atau Program; (ii) sebuah kejadian atau serangkaian kejadian terjadi sehingga kemungkinan Tujuan Proyek tidak akan tercapai selama Kurun Waktu Perjanjian atau Pemerintah tidak’akan mampu melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini; (iii) sebuah penggunaan Pendanaan MCC atau penerusan pelaksanaan Perjanjian ini atau Program melanggar hukum yang berlaku atau kebijakan Pemerintah Amerika Serikat; (iv) Pemerintah atau orang atau entitas lain menerima Pendanaan MCC atau mempergunakan Aset Program terlibat dalam kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat; (v) sebuah tindakan dilakukan atau sebuah kelalaian atau sebuah kejadian telah terjadi yang menyebabkan Indonesia tidak berhak menerima bantuan ekonomi Amerika Serikat berdasarkan Bagian I dari UU Bantuan Luar Negeri 1961, sebagaimana diamandemen (22 U.S.C. 2151 et seq.), lewat alasan penerapan peraturan dari undang-undang itu atau peraturan hukum lainnya; (vi) Pemerintah terlibat dalam pola tindakan yang tidak konsisten dengan kriteria yang dipakai untuk menentukan terpilihnya Indonesia untuk menerima bantuan berdasarkan UU MCA; dan

11

(vii) Pemerintah atau orang atau entitas lain yang menerima Pendanaan MCC atau mempergunakan Aset Program ternyata telah dikenakan hukuman karena pelanggaran narkoba atau terlibat dalam perdagangan narkoba. Bagian 5.2

Konsekuensi Pengakhiran, Penghentian atau Kadaluwarsa.

(a) Saat penghentian atau pengakhiran, secara keseluruhan atau sebagian, dari Perjanjian ini atau Pendanaan MCC, atau saat kadaluwarsanya Perjanjian ini, peraturan dari Bagian 4.2 dari Persetujuan Pelaksanaan Program akan mengatur perlakuan Pendanaan MCC, Pembayaran terkait dan Aset Program pasca-penghentian, pasca-pengakhiran atau pascakadaluwarsa. Setiap bagian dari Perjanjian ini, Pendanaan MCC, Persetujuan Pelaksanaan Program atau setiap Perjanjian Pelengkap lain yang tidak dihentikan atau diakhiri akan tetap berlaku dengan kekuatan dan efek penuh. (b) MCC bisa memberlakukan kembali Pendanaan MCC yang dihentikan atau diakhiri berdasarkan Perjanjian ini kalau MCC menetapkan bahwa Pemerintah atau orang atau entitas lain yang relevan telah mengkoreksi setiap kondisi penyebab penghentian dan pengakhiran Pendanaan MCC itu. Bagian 5.3

Penggantian Uang; Pelanggaran.

(a) Kalau Pendanaan MCC, bunga dan pendapatan darinya, atau Aset Program dipakai untuk maksud yang melanggar syarat-syarat Perjanjian ini, maka MCC akan mewajibkan Pemerintah membayar kembali MCC dalam Dolar Amerika Serikat nilai dari Pendanaan MCC yang disalah gunakan itu, bunga, pendapatan, atau aset, ditambah bunga dalam waktu tigapuluh (30) hari setelah Pemerintah menerima permintaan MCC bagi penggantian uang itu. Pemerintah tidak akan mempergunakan Pendanaan MCC, penerimaan dari padanya atau Aset Program untuk pembayaran tersebut. (b) Meskipun ada peraturan lain dalam Perjanjian ini atau perjanjian lain yang bertentangan, hak MCC berdasarkan Bagian 5.3(a) untuk memperoleh sebuah pengembalian dana akan terus berlaku selama Kurun Waktu Perjanjian dan untuk sebuah periode (i) lima (5) tahun sesudahnya atau (ii) satu (1) tahun setelah MCC menerima pengetahuan sebenarnya tentang pelanggaran seperti itu, berdasarkan mana yang lebih belakangan. Bagian 5.4 Kelangsungan. Tanggung jawab pemerintah berdasarkan Bagian 2.7, 3.7, 3.8, 5.2, 5.3, dan 6.4 akan tetap berlangsung setelah kadaluwarsa, penghentian atau pengakhiran dari Perjanjian ini. PASAL 6. LAMPIRAN PERJANJIAN; AMANDEMEN; HUKUM YANG MENGATUR Bagian 6.1 Lampiran. Setiap lampiran dari Perjanjian ini merupakan sebuah bagian integral, dan acuan ke “Lampiran” berarti sebuah lampiran ke Perjanjian ini kecuali kalau dinyatakan lain. Bagian 6.2

Amandemen.

(a) Para Pihak bisa melakukan amandemen terhadap Perjanjian ini hanya lewat persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh Wakil-Wakil Utama (atau pejabat pemerintah lain 12

yang secara resmi ditunjuk oleh Wakil Utama, asalkan pemberitahuan sebelumnya diberikan kepada Pihak lainnya). (b) Meskipun ada Bagian 6.2(a), Para Pihak bisa sepakat secara tertulis, ditandatangani oleh Wakil Utama (atau pejabat pemerintah lain yang ditunjuk oleh Wakil Utama, asalkan pemberitahuan sebelumnya diberikan kepada Pihak lainnya) atau Wakil Tambahan lain, untuk melakukan modifikasi terhadap Lampiran guna: (i) menghentikan, mengakhiri atau memodifikasi Proyek atau Kegiatan, atau menciptakan sebuah proyek baru; (ii) mengubah alokasi dana sebagaimana diuraikan dalam Lampiran II mulai tanggalnya (termasuk alokasi dana ke sebuah proyek baru); (iii) memodifikasi Kerangka Pelaksanaan yang diuraikan dalam Lampiran I; atau (iv) menambah, menghapus atau membebaskan kondisi sebelumnya sebagaimana diuraikan dalam Lampiran IV; asalkan, dalam setiap kasus, modifikasi seperti itu: (1) konsisten dari semua segi materi dengan Tujuan Proyek; (2) tidak menyebabkan jumlah dana dari Pendanaan Program melampaui nilai keseluruhan sebagaimana diperinci dalam Bagian 2.1 (sebagaimana bisa dimodifikasi oleh operasi dari Bagian 2.2(e)); (3) tidak menyebabkan jumlah dari Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian melampaui jumlah keseluruhan sebagaimana diperinci dalam Bagian 2.2(a); (4) tidak mengurangi tanggung jawab atau sumbangan sumber daya Pemerintah yang disyaratkan berdasarkan Bagian 2.6; dan (5) tidak memperpanjang Kurun Waktu Perjanjian. Bagian 6.3

Ketidak Konsistenan. Kalau terjadi konflik atau ketidak konsistenan antara:

(a) Lampiran dan Pasal - Pasal 1 sampai 7, pasal-pasal 1 sampai 7, sebagaimana berlakunya, yang akan berlaku; atau (b) Perjanjian ini dan perjanjian lainnya diantara Para Pihak sehubungan Program maka Perjanjian ini yang akan berlaku. Bagian 6.4 Hukum Yang Mengatur. Perjanjian ini merupakan sebuah persetujuan internasional dan oleh karena itu akan diatur oleh prinsip-prinsip hukum internasional. Bagian 6.5 Instrumen Tambahan. Setiap acuan ke kegiatan, kewajiban atau hak yang dilakukan atau eksis berdasarkan atau dalam rangka memajukan Perjanjian ini atau bahasa yang mirip wajib mengikut sertakan kegiatan, kewajiban dan hak yang dilakukan oleh, atau eksis berdasarkan atau dalam rangka memajukan perjanjian, dokumen atau instrumen terkait dengan Pejanjian dan Program ini. Bagian 6.6 Acuan ke Situs MCC. Setiap acuan dalam Perjanjian ini, PIA atau perjanjian lain yang diberlakukan dalam kaitannya dengan Perjanjian ini, ke sebuah dokumen atau informasi yang tersedia di, atau diberitahu lewat posting pada Situs MCC akan dianggap sebagai acuan ke dokumen atau informasi seperti itu sebagaimana diperbaharui atau digantikan dalam Situs MCC dari waktu ke waktu. Bagian 6.7 Acuan ke Hukum, Peraturan, Kebijakan dan Pedoman. Setiap acuan dalam Perjanjian ini, PIA atau persetujuan lain yang diberlakukan dalam hubungannya dengan Perjanjian ini, ke sebuah hukum, peraturan, kebijakan, pedoman atau dokumen mirip akan dianggap sebagai sebuah acuan ke hukum, peraturan, kebijakan tersebut atau dokumen yang mirip sebagaimana dari waktu ke waktu bisa diamandemen, diubah, digantikan atau diperpanjang dan harus mengikut sertakan hukum, peraturan, kebijakan, pedoman atau dokumen

13

yang mirip yang diterbitkan berdasarkan atau berlaku atau terkait ke hukum, peraturan, kebijakan, pedoman demikian atau dokumen yang serupa. Bagian 6.8 Status MCC. MCC adalah sebuah perusahaan pemerintah Amerika Serikat yang bertindak mewakili Pemerintah Amerika Serikat dalam melaksanakan Perjanjian ini. MCC dan Pemerintah Amerika Serikat tidak bertanggung jawab atas klaim atau kerugian yang diakibatkan kegiatan atau kelalaian berdasarkan Perjanjian ini. Pemerintah membebaskan setiap dan semua klaim terhadap MCC atau Pemerintah Amerika Serikat atau setiap pejabat atau karyawan atau mantan pejabat atau mantan karyawan MCC atau Pemerintah Amerika Serikat atas semua kerugian, kerusakan, cedera atau kematian akibat kegiatan atau kelalaian berdasarkan Perjanjian ini, dan setuju bahwa tidak akan mengajukan klaim atau penuntutan hukum dari jenis apa saja terhadap salah satu entitas atau orang diatas atas kerugian, kerusakan, cedera atau kematian. Pemerintah setuju bahwa MCC dan Pemerintah Amerika Serikat atau setiap pejabat atau karyawan atau mantan pejabat atau mantan karyawan MCC atau Pemerintah Amerika Serikat akan kebal dari jurisdiksi semua pengadilan Indonesia atas klaim atau kerugian yang timbul akibat kegiatan atau kelalaian berdasarkan Perjanjian ini. Bagian 6.9 Konsultasi. Setiap Pihak bisa, kapan saja, minta konsultasi sehubungan dengan interpretasi atau pelaksanaan Perjanjian ini. Konsultasi seperti itu akan dimulai pada tanggal yang sedini mungkin. PASAL 7. PEMBERLAKUAN Bagian 7.1 Persyaratan Domestik. Sebelum Perjanjian ini diberlakukan, Pemerintah akan melangkah maju secara tepat waktu untuk menyelesaikan semua persyaratan domestik yang perlu untuk Perjanjian dan PIA ini guna diberlakukan sebagai sebuah perjanjian internasional. Bagian 7.2 Persyaratan-Persyaratan Sebelum Pemberlakuan. Sebelum Perjanjian ini diberlakukan: (a)

PIA wajib ditandatangani oleh para pihak;

(b)

Pemerintah wajib menyerahkan kepada MCC:

(i) sebuah surat yang ditandatangani dan diberi tanggal oleh Wakil Utama dari Pemerintah, atau wakil berwenang seperti itu dari Pemerintah yang disetujui MCC, yang mengkonfirmasikan bahwa Pemerintah telah menyelesaikan persyaratan domestik yang perlu bagi pemberlakuan Perjanjian ini dan bahwa kondisi-kondisi lainnya sebelum pemberlakuan dalam Bagian 7.2 telah dipenuhi; (ii) sebuah opini hukum yang ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (atau wakil legal lain dari Pemerintah yang disetujui MCC), dalam bentuk dan isi memuaskan untuk MCC; dan (iii) lengkap, kopi yang disertifikasi dari semua dekrit, undang-undang, regulasi atau dokumen pemerintah lainnya terkait dengan persyaratan domestic Pemerintah yang perlu bagi Perjanjian ini untuk diberlakukan dan memuaskan Bagian 7.1, yang bisa diposting MCC di situsnya atau disebar luaskan kepada publik; 14

(c) MCC tidak akan memutuskan bahwa setelah penandatanganan Perjanjian ini, Pemerintah terlibat dalam sebuah pola tindakan yang tidak konsisten dengan kriteria kelayakan untuk Pendanaan MCC; (d) Lampiran III akan dimodifikasi oleh Para Pihak untuk mencerminkan Indikator dan Sasaran akhir (sebagaimana didefinisikan dalam Lampiran III) untuk setiap Proyek; dan (e) Pemerintah akan menjamin salah satu dari berikut ini: (i) bahwa PSF (sebagaimana didefinisikan dalam Jadwal 2 pada Lampiran I) diperpanjang sampai akhir dari Kurun Waktu Perjanjian; atau (ii) Pemerintah menyediakan sebuah struktur pelaksanaan alternatif kepada MCC, bersama dengan sebuah jadwal bagi transisi dari manajemen Proyek Gizi Berbasis Masyarakat. Bagian 7.3 Tanggal Pemberlakuan. Perjanjian ini akan diberlakukan pada tanggal surat dari MCC kepada Pemerintah dalam sebuah pertukaran surat yang mengkonfirmasi bahwa MCC telah menyelesaikan persyaratan domestiknya untuk pembelakuan dari Perjanjian ini dan bahwa kondisi-kondisi sebelum permberlakuan seperti dalam Bagian 7.2 telah dipenuhi. Bagian 7.4 Kurun Waktu Perjanjian. Perjanjian ini akan diberlakukan selama lima (5) tahun setelah pemberlakuannya, kecuali kalau diakhiri sebelumnya berdasarkan Bagian 5.1 (“Kurun Waktu Perjanjian”). Bagian 7.5 Penerapan Sementara. Setelah Perjanjian ini ditandatangani dan sampai Perjanjian ini diberlakukan sesuai dengan Bagian 7.3, Para Pihak untuk sementara wajib memberlakukan persyaratan Perjanjian ini; asalkan, tak ada Pendanaan MCC, selain Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian, dibuat tersedia atau disalurkan sebelum Perjanjian ini mulai berlaku. HALAMAN TANDA TANGAN PADA HALAMAN BERIKUT

15

SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, dengan diberikan kuasa oleh pemerintah masing-masing, telah menandatangani Perjanjian ini. Dilaksanakan di Bali, Indonesia, pada hari ini 19 November 2011, dalam Bahasa Inggris saja.

UNTUK REPUBLIK INDONESIA

UNTUK AMERIKA SERIKAT

/s/

Nama: Agus D.W. Martowardojo Jabatan: Menteri Keuangan

/s/

Nama: Jabatan:

Hillary Rodham Clinton Menteri Luar Negeri dan Ketua, Dewan Direktur, Millenium Challenge Corporation.

HALAMAN TANDA TANGAN PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT YANG DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION

LAMPIRAN I URAIAN PROGRAM Lampiran I ini menguraikan Program yang akan didukung oleh Pendanaan MCC di Indonesia selama Kurun Waktu Perjanjian. A.

TINJAUAN PROGRAM

1.

Latar Belakang dan Proses Konsultatif. (a)

Latar Belakang.

Indonesia dipilih oleh Dewan Direktur MCC telah memenuhi syarat bagi sebuah compact atau perjanjian pada Desember 2008. MCC sadar bahwa meskipun terdapat sebuah lapangan yang sudah padat dengan mitra-mitra pembangunan yang lain, model bisnis MCC menawarkan pada Pemerintah peluang-peluang baru dalam mendekati masalah pembangunan yang laten dengan mempergunakan pendekatan baru. Pemerintah lewat Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (“BAPPENAS”), menunjuk seorang koordinator program nasional pada Juni 2009. Temuan dari sebuah analisa kendala sementara yang didanai Bank Pembangunan Asia, Organisasi Buruh Internasional dan Bank Pembangunan Islam tersedia pada November 2009, dan laporan akhir diterbitkan pada Agustus 2010. Pada pertengahan September 2009, BAPPENAS menerbitkan dua dekrit menteri yang membentuk Tim Pengarah atau Steering Committee (“SC”), terdiri dari pejabat tinggi Indonesia dan anggota masyarakat madani, akademisi dan sektor swasta yang akan mengkoordinir proses pengembangan perjanjian MCC, didukung oleh dua tim koordinasi lainnya. BAPPENAS kemudian merekrut tim keempat, Tim Ahli, untuk melakukan pekerjaan yang menurut MCC mirip dengan tim inti di negara-negara lain, membimbing dan membantu dengan pengembangan makalah konseptual dan due diligence. SC, dengan dukungan Tim Ahli, menghasilkan sebuah dokumen mendasar yang menguraikan bidang-bidang prioritas untuk investasi MCC. (b)

Proses Konsultatif.

Untuk menyusun proposal konsep proyek awal, BAPPENAS terlibat dalam sebuah proses konsultatif yang partisipatif, dan menyelenggarakan konsultasi di beberapa kawasan di seluruh Indonesia dan menimbulkan pujian dalam masyarakat donor di Indonesia. SC memimpin sebuah proses mengumpulkan dan kemudian memilih dari hampir 400 makalah konsep serta BAPPENAS secara resmi menyerahkan 13 makalah konsep kepada MCC pada Juni 2010. 2.

Uraian dari Program dan Penerima Manfaat. (a)

Uraian.

Program terdiri dari tiga Proyek: Kesehatan Berbasis Masyarakat dan Gizi untuk Mengurangi Pengerdilan, Kemakmuran Hijau dan Modernisasi Pembelian. Proyek-proyek ini menanggapi kendala-kendala pertumbuhan ekonomi dan ditekankan sebagai prioritas dalam strategi pembangunan nasional dari Pemerintah.

Setiap Proyek pada umumnya diuraikan dalam Jadwal pada Lampiran I. Jadwal pada Lampiran I juga mengidentifikasi satu atau lebih kegiatan yang akan diselenggarakan guna memajukan setiap Proyek (masing-masing, sebuah “Kegiatan”) serta juga berbagai sub-kegiatan dalam setiap Kegiatan Proyek. (b)

Penerima Manfaat.

Walaupun Indonesia adalah sebuah demokrasi yang relatif baru, banyak yang telah dicapai dalam dasawarsa terakhir. Negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, menyaksikan pengurangan kemiskinan yang besar serta membuat kemajuan berkesinambungan ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium untuk 2015. Tetapi, meskipun mencapai kemajuan ini, lebih dari 32 juta warga Indonesia hidup di dekat garis kemiskinan nasional dan kira-kira setengah dari semua rumah tangga masih berada di sekitar garis kemiskinan nasional yang ditentukan sebagai 200,262 rupiah per orang per bulan (US$23 sejak Agustus 2011). Laju pengurangan kemiskinan melambat dan tingkat kemiskinan pada 2009 hanya 3.5 persen lebih rendah dibandingkan 1996. Sementara itu, banyak dari tantangan kelembagaan penting dari reformasi belum ditanggapi. Desentralisasi dimaksudkan mendekatkan pemerintah kepada rakyat, tetapi di banyak tempat pemimpin lokal memberi prioritas rendah pada pengerahan jasajasa sosial dan investasi dalam infrastruktur penting, keduanya muncul sebagai kendala penting dari pertumbuhan ekonomi berkesinambungan di negara ini. Setiap proyek dari Perjanjian dimaksudkan untuk mempercepat pengurangan kemiskinan lewat pertumbuhan ekonomi. Penerima manfaat spesifik diidentifikasi sebagai bagian dari uraian Proyek dalam masing-masing Jadwal pada Lampiran I. 3.

Pengamanan Lingkungan dan Sosial.

Semua Proyek akan dilaksanakan mematuhi Pedoman Lingkungan MCC dan Kebijakan Jenis Kelamin (Gender) MCC, serta setiap transmigrasi akan dilakukan sesuai dengan Kebijakan Operasional tentang Transmigrasi Tidak Sukarela dari Bank Dunia yang berlaku sejak Juli 2007 (“OP 4.12”) dengan cara yang bisa diterima oleh MCC. Sesuai dengan kebijakannya, Pemerintah akan menjamin bahwa Proyek-Proyek mematuhi semua hukum dan peraturan, lisensi dan ijin lingkungan nasional, kecuali sejauh kepatuhan seperti itu akan jadi tidak konsisten dengan Perjanjian ini. Khususnya, Pemerintah akan: (a) bekerja sama dengan atau menyelesaikan, tergantung kasusnya, setiap penilaian lingkungan berkesinambungan, atau kalau perlu menyelenggarakan dan menyelesaikan penilaian lingkungan, penilaian sosial, rencana pengelolaan lingkungan, audit lingkungan dan sosial, kerangka kebijakan transmigrasi dan rencana tindakan transmigrasi tambahan yang disyaratkan oleh hukum Indonesia, Pedoman Lingkungan MCC, Perjanjian ini, PIA atau setiap Perjanjian Pelengkap, atau sebagaimana disyaratkan oleh MCC, masing-masing dalam bentuk dan isinya memuaskan untuk MCC (b) menjamin lingkungan khusus dan rencana pengelolaan sosial Proyek dikembangkan dan semua langkah relevan yang termuat dalam rencana seperti itu diintegrasikan kedalam rancangan proyek, dokumen pembelian yang berlaku dan kontrak akhir terkait, dalam masing-masing kasus, dalam bentuk dan isi memuaskan untuk MCC; dan (c) melaksanakan langkah-langkah mitigasi lingkungan dan sosial yang diidentifikasi dalam penilaian atau rencana seperti itu yang memenuhi kepuasan MCC. Kecuali kalau MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis, Pemerintah akan mendanai semua biaya langkah mitigasi lingkungan dan sosial yang perlu (termasuk, tanpa pembatasan, biaya transmigrasi) yang tidak disediakan secara khusus, atau yang melampaui

LAMPIRAN I - 2

Pendanaan MCC yang khusus dialokasikan untuk biaya-biaya seperti itu dalam Rencana Finansial Terperinci untuk Proyek. Untuk memaksimalkan dampak sosial positif Proyek, menanggapi isu-isu lintas sosial dan gender, seperti perdagangan manusia, buruh anak dan paksa, dan HIV/AIDS, serta untuk menjamin kepatuhan dengan Kebijakan Gender MCC, Pemerintah akan: (x) mengembangkan sebuah rencana integrasi sosial dan gender menyeluruh yang, minimum, mengidentifikasi pendekatan konsultasi teratur, bermakna dan partisipatif dengan perempuan dan kelompok rentan/kurang terwakili, mengkonsolidasikan temuan dan merekomendasikan analsia sosial dan gender yang spesifik untuk Proyek dan menguraikan strategi-strategi untuk memasukkan temuan-temuan analisa sosial dan gender kedalam rancangan Proyek akhir (“Rencana Integrasi Sosial dan Gender”); dan (y) menjamin, lewat pemantauan dan koordinasi selama pelaksanaan, bahwa rancangan Kegiatan akhir, dokumen tender konstruksi dan rencana pelaksanaan yang konsisten dengan dan memasukkan hasil dari analisa sosial dan gender serta rencana integrasi sosial dan gender. Untuk menanggapi keprihatinan gender yang berdampak pada kemampuan perempuan untuk berpartisipasi lintas Proyek, MCA-Indonesia akan menyusun sebuah rencana kerja terperinci, setelah disetujui MCC, untuk pekerjaan gender yang akan dilakukan pada tingkat kebijakan, pembangunan kapasitas kelembagaan dan masyarakat.(“Kegiatan Gender Yang Ditargetkan”). Lampiran II menguraikan Pendanaan MCC yang dialokasikan untuk kinerja dari Kegiatan Gender Tersasarkan. Sebelum pembayaran kedua dari Pendanaan MCC untuk Kegiatan Gender Yang Ditargetkan, MCA-Indonesia wajib menyelesaikan rencana tindakan terperinci dan menyajikan bukti dari komitmen stakeholder yang relevan dalam menanggapi keterbatasan kebijakan yang diidentifikasi dalam rencana kerja. B.

URAIAN PROYEK-PROYEK

Dalam Jadwal yang dilampirkan ada uraian dari setiap Proyek yang akan dilaksanakan Pemerintah, atau mengusahakan pelaksanaannya, mempergunakan Pendanaan MCC untuk mencapai Tujuan Proyek yang berlaku. Disamping itu, kegiatan khusus yang akan dilakukan dalam setiap Proyek (masing-masing, sebuah “Kegiatan”), termasuk sub-kegiatan, juga diuraikan. C.

KERANGKA KERJA PELAKSANAAN

1.

Entitas Akuntabel: Umum.

Kecuali disepakati lain oleh MCC, MCA-Indonesia akan merupakan sebuah entitas dana perwalian (trust fund) yang dibentuk berdasarkan wewenang yang dipertimbangkan dalam Peraturan Presiden yang akan datang sehubungan pembentukan dana perwalian dan sebuah Peraturan Menteri Negara yang menyusul bagi pembentukan MCA-Indonesia. MCA-Indonesia dimaksudkan terutama untuk berperan sebagai agen utama Pemerintah untuk melaksanakan Program dan melaksanakan hak dan kewajiban Pemerintah dalam mengawasi, mengelola dan melaksanakan Program. 2.

Dewan Pengawas.

MCA-Indonesia akan diatur oleh sebuah Dewan Pengawas (“Dewan”). Dewan akan punya wewenang mengambil keputusan independen dan akan punya wewenang dan tanggung jawab LAMPIRAN I - 3

akhir untuk pengawasan, pengarahan dan keputusan MCA-Indonesia, dan untuk pelaksanaan keseluruhan dari Program sesuai dengan Perjanjian ini, Perjanjian Pelaksanaan Program dan semua Perjanjian Pelengkap. Dewan akan terdiri dari anggota yang punya hak suara dan anggota tanpa hak suara sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Pelaksanaan dari MCA-Indonesia (“Peraturan Pelaksanaan”). 3.

Tim Pelaksana.

Sebuah tim pelaksana (“Tim Pelaksana”) akan punya tanggung jawab utama (bergantung pada pengarahan dan pengawasan dari Dewan dan persetujuan dari atau hak-hak lain MCC) bagi pengelolaan sehari-hari dari Program, termasuk peran dan tanggung jawab yang secara khusus diuraikan dalam Persetujuan Pelaksanaan Program. Tugas-tugas khusus dari Tim Pelaksana diuraikan dalam Peraturan Pelaksanaan. 4.

Kelompok Stakeholder.

MCA-Indonesia akan mengikut sertakan satu (1) atau lebih kelompok stakeholder (masingmasing sebuah “Stakeholder Group” dan bersama-sama “Kelompok-Kelompok Stakeholder”) guna menyediakan saran dan masukan kepada MCA-Indonesia dan menyebar luaskan informasi tentang pelaksanaan Perjanjian kepada publik. Masing-masing Kelompok Stakeholder wajib mewakili konstituen dari berbagai Proyek. Peran dan tanggung jawab dari Kelompok Stakeholder diuraikan dalam Peraturan Pelaksanaan. 5.

Entitas Pelaksana.

Tergantung pada syarat dan kondisi Perjanjian ini dan setiap perjanjian terkait yang diberlakukan terkait dengan Perjanjian ini, Pemerintah bisa terlibat dengan satu atau lebih entitas Pemerintah guna melaksanakan Proyek atau Kegiatan (atau salah satu komponennya) untuk dilaksanakan dalam rangka memajukan Perjanjian (masing-masing, sebuah “Entitas Pelaksana”). Penunjukan sebuah Entitas Pelaksana akan membutuhkan tinjauan dan persetujuan MCC. Pemerintah akan menjamin bahwa peran dan tanggung jawab dari masing-masing Entitas Pelaksana dan istilah tepat lainnya diuraikan dalam perjanjian, dalam bentuk dan isi yang memuaskan MCC (masing-masing sebuah “Perjanjian Entitas Pelaksana”). 6.

Agen Fiskal.

Kecuali kalau MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis, Pemerintah akan melibatkan seorang agen fiskal (“Agen Fiskal”), yang akan bertanggung jawab untuk membantu Pemerintah dengan pengelolaan fiskal dan memastikan akuntabilitas fiskal yang tepat dari Pendanaan MCC dan tugas-tugasnya sebagaimana diuraikan dalam Perjanjian Pelaksanaan Program. 7.

Agen Pembelian.

Kecuali kalau MCC sepakat lain dalam bentuk tertulis, Pemerintah akan melibatkan satu atau lebih agen pembelian (masing-masing, “Agen Pembelian”) untuk melaksanakan dan mensertifikasi kegiatan pembelian tertentu dalam rangka memajukan Perjanjian ini. Peran dan tanggung jawab dari setiap Agen Pembelian akan diuraikan dalam Perjanjian Pelaksanaan Program atau perjanjian seperti itu yang diselenggarakan Pemerintah dengan setiap Agen Pembelian, dimana perjanjiannya baik dari segi bentuk maupun isi memuaskan MCC. Setiap Agen Pembelian akan patuh pada standar pembelian yang diuraikan dalam Pedoman Pembelian LAMPIRAN I - 4

Program dan menjamin pembelian konsisten dengan rencana pembelian Pemerintah yang sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Program, kecuali MCC menyepakati lain dalam bentuk tertulis.

LAMPIRAN I - 5

JADWAL 1 dari LAMPIRAN I PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Jadwal 1 ini umumnya menguraikan dan mengikhtisarkan unsur-unsur kunci dari proyek yang hendak dilaksanakan Para Pihak dalam memajukan Tujuan Proyek Kemakmuran Hijau (“Proyek GP”). 1.

Ikhtisar Proyek dan Kegiatan.

Mayoritas warga Indonesia miskin tinggal di daerah pedesaan yang kaya sumber daya alam namun penambangan berlebihan dan pengelolaan yang tidak memadai dari sumber daya alam ini merugikan kemampuan Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengurangan kemiskinan. Pada saat bersamaan, ditaksir lebih dari 10.000 desa di Indonesia tidak memiliki akses ke listrik yang memadai dan terjangkau, serta banyak lainnya bergantung pada generator diesel yang mahal. Penebangan hutan ilegal, alih fungsi tanah untuk pertanian, pencemaran air dan praktik-praktik pemakaian tanah yang tidak bisa dipertahankan berpengaruh negatif pada aset-aset alam yang menjadi sumber mata pencaharian dan kemakmuran rakyat. Indonesia merupakan satu diantara negara penghasil terbesar emisi gas rumah rumah kaca di dunia. Sebagian besar emisi gas rumah kaca diakibatkan oleh penebangan hutan dan pengubahan pemanfaatan tanah, tetapi emisi dari energi dan sumber-sumber industri tumbuh pesat. Tidak adanya data jelas tentang pemakaian sumber daya tanah dan batas-batas jurisdiksi di antara desa dan kabupaten secara signifikan menghambat badan-badan Pemerintah dan perencana penggunaan tanah mengelola sumber daya penting ini secara efektif. Pada akhirnya, melindungi sumber daya alam Indonesia ditengah-tengah kekuatan demografis, sosial dan ekonomi membutuhkan alternatif ekonomi yang berkesinambungan dan adil. Pemerintah berkomitmen pada masa depan yang berkesinambungan dan berkarbon rendah. Pemerintah telah membuat sebuah komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada 2020 sementara mempertahankan sasaran pertumbuhan ekonomi tujuh (7) persen per tahun. Meningkatkan akses ke energi bersih dan handal di daerah pedesaan dan meningkatkan penjagaan aset-aset alamiah merupakan prioritas penting bagi pencapaian sasaran tersebut. Proyek GP akan menggalakkan pertumbuhan ekonomi dengan lingkungan yang berkelanjutan, berkarbon rendah sebagaimana diuraikan dalam rencana pembangunan jangka panjang dan menengah (RPJP dan RPJM) Pemerintah, Rencana Aksi Nasional - Gas Rumah Kaca (RANGRK), serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (masing-masing sebuah “Rencana”). Proyek GP akan menyediakan sebuah kombinasi bantuan teknis dan finansial untuk mendukung pembangunan ekonomi pedesaan yang menaikkan pendapatan warga Indonesia lewat pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, memperbaiki praktik pengelolaan tanah, melindungi modal alam dan membantu usaha mengurangi emisi akibat penebangan hutan dan degradasi lingkungan. Proyek GP akan melibatkan masyarakat setempat dan pemerintah daerah dalam kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki kejelasan dan penerapan kebijakan dan regulasi pemerintah yang mendukung pengembangan karbon rendah, serta juga membangun kemampuan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta akan dibimbing oleh sebuah pendekatan pengelolaan daerah aliran sungai terintegrasi.

Hal yang terpenting dari Proyek GP adalah sebuah fasilitas pendanaan (“Fasilitas GP”) yang akan mendukung investasi di dua bidang tematik: energi terbarukan dan pengelolaan berkesinambungan dari sumber daya alam. Investasi-investasi ini dimaksudkan punya manfaat yang saling menguntungkan, memperbaiki pertumbuhan ekonomi dan kondisi sosial serta juga mengurangi jejak karbon Indonesia dan menyesuaikan insentif dan praktik yang mendorong penjagaan lingkungan yang lebih baik. Proyek GP terdiri dari empat Kegiatan: 

Investasi dalam penetapan batas administratif, pembaharuan dan integrasi inventarisasi penggunaan tanah dan meningkatkan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan provinsi (“Kegiatan Perencanaan Partisipatif dari Penggunaan Tanah”);



Penyediaan bantuan teknis dan pengawasan proyek (“Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan”);



Pendanaan proyek pembangunan karbon-rendah lewat pembentukan sebuah fasilitas pendanaan (“Kegiatan Fasilitas GP”); dan



Pengadaan bantuan teknis dan dukungan untuk memperkuat kapasitas lokal, provinsi dan nasional dalam mendorong strategi pembangunan rendah karbon Indonesia di seluruh negara dalam konteks Proyek GP (“Kegiatan Pengetahuan Hijau”).

Proyek GP akan dikonsentrasikan di provinsi dan kabupaten yang punya potensi tertinggi mencapai pengentasan kemiskinan dan tujuan lingkungan. Provinsi-provinsi ini termasuk Riau, Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Para Pihak setuju bahwa Proyek GP akan dimulai di dua kabupaten, di masing-masing Provinsi Jambi dan Provinsi Sulawesi Barat. Penyertaan provinsi-provinsi dan kabupatenkabupaten lain dalam Proyek GP setelah diberlakukan akan bergantung pada persetujuan bersama antara para Pihak. Untuk memfasilitasi pelaksanaan Proyek, beberapa kegiatan tertentu yang dinyatakan dalam subbagian (a) dan (b) dibawah ini akan diuji di Jambi dan Sulawesi Barat sebelum diberlakukan, bergantung pada persyaratan-persyaratan dalam Bagian 2.2 dari Perjanjian ini. Setelah diberlakukan, pendekatan yang ditetapkan dalam sub-bagian (a) dan (b) bisa dimodifikasi, sesuai kebutuhan atau yang tepat, untuk mencerminkan pelajaran yang diperoleh dari lokasi pengujian. Kecuali Kegiatan Pengetahuan Hijau, yang lingkupnya nasional, Proyek GP akan menyediakan pendanaan pada tingkat kabupaten, dimana mungkin lebih disukai, kabupaten-kabupaten berdekatan di daerah aliran sungai yang sama. Proyek GP akan difokuskan pada pendanaan di kabupaten-kabupaten yang diprioritaskan lewat penilaian kesiapan. Indikator pemilihan kabupaten dalam penilaian seperti itu akan termasuk tingkat kemiskinan (tingkat pendapatan dan indikator lain), potensi energi terbarukan, potensi pertumbuhan ekonomi, wilayah hutan dan lahan gambut yang terancam degradasi atau penghancuran. Proyek GP hanya akan membantu kabupaten-kabupaten yang (i) punya rencana tata ruang pada tingkat kabupaten atau provinsi yang telah diberi persetujuan substansi oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), (ii) setuju memberi akses ke informasi dari lokasi pemukiman desa kepada publik, (iii) setuju memberi akses ke informasi terkait dengan penggunaan sumber daya alam (ijin yang JADWAL 1 - 2

diterbitkan secara legal dan yang sedang dalam proses) kepada publik, dan (iv) sepakat untuk membuat proses perijinan yang transparan dan dapat diakses. MCA-Indonesia akan memasuki perjanjian dengan kabupaten masing-masing dengan memperinci hal-hal ini dan yang lainnya, serta menjelaskan bahwa kegagalan kabupaten untuk mematuhi komitmennya berdasarkan persetujuan seperti itu akan mengarah pada pemutusan investasi Proyek GP untuk kabupaten tersebut setiap saat dari Kurun Waktu Perjanjian. Perjanjian-perjanjian ini akan memperinci unsur-unsur penting dari pelaksanaan Kegiatan (a) sampai (c) dibawah ini. Mitra pelaksana utama dan sponsor proyek diperkirakan melibatkan pemerintah dan lembaga setempat; bisnis swasta dalam bidang pertanian, kehutanan, sektor air dan energi; lembaga finansial; petani kecil, serta organisasi kemasyarakatan setempat dan internasional. (a)

Kegiatan Perencanaan Partisipatif Penggunaan Tanah.

Maksud dari Kegiatan Perencanaan Pemakaian Tanah Partisipatif adalah untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang didanai oleh Fasilitas GP dirancang berdasarkan data tata ruang dan pemakaian tanah yang akurat dan tepat, serta patuh dan memperkuat hukum-hukum, peraturan dan Rencana yang ada. Kegiatan Perencanaan Partisipatif Penggunaan Tanah juga akan membantu memperkuat kemampuan masyarakat setempat dan lembaga tingkat kabupaten/kabupaten untuk mengelola tanah dan sumber daya mereka sendiri. Khususnya, Pendanaan MCC akan mendukung pengadaan perusahaan atau unsur yang melakukan: (i) Penetapan perbatasan administratif, termasuk (1) lokasi pemukiman besar dan kecil dalam desa-desa, (2) pengembangan pedoman yang tepat untuk penetapan perbatasan desa partisipatif mempergunakan proses Pemerintah yang sudah ditetapkan dan praktik terbaik internasional, termasuk keterlibatan yang berarti dari perempuan dan kelompok-kelompok terpinggirkan, dan (3) pemetaan dan demarkasi perbatasan desa dalam sub-kabupaten sasaran; (ii) Pembaharuan dan integrasi dari pengunaan tanah dan sumber daya alam lain, termasuk (1) inventaris dari perijinan/lisensi yang sudah ada dan yang menunggu untuk penggunaan tanah dan sumber daya alam, klaim masyarakat dan data bio-fisik tertentu, dan (2) bantuan teknis untuk badan-badan Pemerintah yang relevan guna membantu mengintegrasikan dan administrasi data tata ruang, termasuk data yang diperoleh dari (i) dan (ii)(1), dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka melakukan proses perijinan yang transparan, menentukan penggunaan tanah dan investasi yang paling efektif, serta membuat inventaris tersedia secara mudah untuk publik; dan (iii) Peningkatan rencana tata ruang kabupaten dan provinsi, termasuk cerminan dari informasi tanah dan sumber daya alam yang ditingkatkan dalam komponen inventaris penggunaan tanah dan penetapan perbatasan diatas. (b)

Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan.

Bantuan teknis akan disediakan oleh kontraktor kepada Manajer Fasilitas GP (dirumuskan di bawah), pemerintah kabupaten, sponsor proyek, kelompok masyarakat, dan lembaga-lembaga keuangan guna mempersiapkan rencana kerja pengembangan karbon rendah, terdiri dari proyekproyek berpotensi untuk didanai oleh Fasilitas GP atau sumber daya lainnya. Para kontraktor akan memfasilitasi proses identifikasi dan membantu para sponsor proyek mempersiapkan permohonan pendanaan untuk diserahkan kepada Fasilitas GP. Bantuan teknis semacam itu akan termasuk, sesuai kebutuhan, bantuan dengan analisa, studi persiapan proyek (misalnya, studi JADWAL 1 - 3

kelayakan, penilaian lingkungan dan sosial, penilaian gender, analisa ekonomi dan koordinasi dengan PLN dan badan-badan lain sesuai kebutuhan) dan saran sehubungan kepatuhan dengan Kriteria Investasi (sebagaimana dirumuskan dalam sub-bagian (c) dibawah). Identifikasi Proyek GP dan proses pembangunan akan melibatkan konsultasi stakeholder yang signifikan, khususnya dengan calon penerima manfaat proyek (termasuk perempuan dan kelompok yang terpinggirkan) dan sponsor, untuk menjamin bahwa proyek yang diusulkan konsisten dengan visi Pemerintah untuk pembangunan yang dipimpin masyarakat dan prinsip dasar MCC yang mendukung pengentasan kemiskinan lewat pertumbuhan ekonomi. Bantuan teknis juga akan memperluas pembangunan kemampuan yang perlu bagi pelaksanaan proyek-proyek yang diusulkan. Sponsor proyek berdasarkan Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan yang menerima bantuan lewat persiapan proposal bisa menyerahkan prosoposal itu untuk dipertimbangkan, tetapi, permohonan dukungan investasi juga bisa diserahkan oleh kandidat yang tidak menerima bantuan semacam itu. (c)

Kegiatan Fasilitas GP.

Kegiatan Fasilitas GP dirancang untuk mendanai proyek-proyek di sektor energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya alam. MCA-Indonesia lewat satu atau lebih manajer fasilitas independen (“Manajer Fasilitas GP”) yang disetujui MCC, akan melaksanakan Fasilitas GP. Manajer Fasilitas GP akan punya sebuah komite investasi atau yang setara yang akan terdiri dari para wakil Manajer Fasilitas GP atau MCA-Indonesia. Wakil-wakil MCA-Indonesia termasuk wakil-wakil pakar lingkungan dan sosial yang terlibat dalam pengawasan Proyek GP (Disiplin ESMS yang diuraikan dibawah). Kecuali Para Pihak setuju lain, Fasilitas GP akan memuat dua jendela pendanaan: (i) sebuah cara untuk mendanai investasi energi terbarukan pada skala komersial yang mencerminkan prioritas dari Proyek GP dan investasi sektor swasta dalam pengelolaan sumber daya alam; dan (ii) sebuah cara hibah untuk mendukung proyek energi terbarukan skala kecil dan berbasisi masyarakat serta proyek lain untuk menggalakkan pengelolaan sumber daya alam berkesinambungan dan memperbaiki praktik-praktik penggunaan tanah. MCA-Indonesia wajib mengembangkan kriteria investasi terperinci, yang akan disetujui MCC, dan mengatur pemilihan proyek yang didanai berdasarkan Fasilitas GP (“Kriteria Investasi”) Kriteria investasi akhir akan diuraikan selama pengembangan Pedoman Operasi (yang didefinisikan di bawah). MCA-Indonesia akan mengembangkan sebuah pedoman operasi atau pedoman (“Pedoman Operasi”) dalam bentuk dan isi memuaskan MCC, menguraikan peraturan yang mengatur operasi finansial dan program, termasuk Kriteria Investasi, dari Fasilitas GP. Pedoman Operasi akan menguraikan prosedur pemantauan dan pelaporan untuk menjamin tujuan investasi tercapai dan memverifikasi kepatuhan dengan kriteria relevan lainnya, termasuk persyaratan pengamanan lingkungan dan sosial. Para Pihak selanjutnya sepakat bahwa kendali finansial Fasilitas GP akan dihadapkan pada audit eksternal. Proposal akan ditinjau, diberi peringkat dan direkomendasikan untuk disetujui sesuai dengan Pedoman Operasi. Pedoman Operasi akan memuat kriteria persyaratan yang mencerminkan: (i) sebuah tingkat pengembalian ekonomi (ERR) minimum sebagaimana dirumuskan oleh tingkat rintangan (hurdle rate) MCC, (ii) sebuah tujuan inti peningkatan pelayanan lingkungan (yang JADWAL 1 - 4

mencerminkan praktik-praktik terbaik, dan selanjutnya diperinci dalam Bagian 3 dibawah); (iii) sumbangan langsung atau tidak langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca; (iv) akses sama untuk perempuan dan kelompok rentan lain ke proyek atau manfaat yang diberikannya; dan (v) untuk proyek yang laik dari segi komersial, alokasi risiko yang sesuai ke pihak-pihak. Disamping itu, sebuah perangkat kriteria investasi khusus per sektor dan kelayakan akan dikembangkan, termasuk kriteria untuk proyek-proyek terkait dengan energi terbarukan, pengelolaan sumber daya alam, perencanaan penggunaan tanah, pertanian, pengelolaan daerah aliran sungai, kehutanan dan proyek-proyek mata pencaharian lain atau sektor-sektor seperti yang disetujui oleh Para Pihak. Fasilitas GP akan diatur oleh dan harus patuh pada aturan dan prosedur yang didokumentasikan dalam Pedoman Operasi. Investasi modal harus dirancang untuk dilikuidasi, baik lewat pembelian kembali oleh penerima, pemenuhan sebuah catatan atau kontrak, pembelian oleh pihak ketiga, atau lewat cara lain, berdasarkan syarat-syarat yang tepat bagi sebuah investasi modal termasuk besarnya pembayaran likuidasi yang direncanakan, dan sedini mungkin konsisten dengan taksiran cash flow dari kegiatan investasi, semuanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan pada saat pemberian dan mematuhi prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Pedoman Operasi. Pada akhir dari tahun pertama dari Kurun Waktu Perjanjian, dan setiap tahun sesudahnya, sebuah penilaian akan dibuat dan perubahan-perubahan yang diperlukan dilakukan, kalau perlu, dalam struktur dan pendanaan Fasilitas GP, dan sisa proyek energi terbarukan, pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan penggunaan tanah dan proyek-proyek pertanian. Kecuali disepakati lain oleh para Fihak, sebelum akhir tahun ke empat dari Kurun Waktu Perjanjian, MCA-Indonesia dan MCC harus menyelesaikan sebuah rencana bagi pelepasan asetaset finansial yang dihasilkan Kegiatan Fasilitas GP. Rencana ini harus memuat sebuah likuidasi aset atau program yang dikelola oleh agen fidusiari atau pemegang dana. Pemilihan agen likuidasi atau fidusiari harus diselesaikan selambat-lambatnya enam bulan sebelum berakhirnya Kurun Waktu Perjanjian. Tak boleh ada aset finansial yang diciptakan berdasarkan Kegiatan Fasilitas GP selama Kurun Waktu Perjanjian bisa punya sebuah jatuh tempo kurang dari sembilan tahun sejak tanggal pemberlakuan. Semua aset finansial harus dicairkan atau ditransfer (sesuai rencana yang diuraikan sebelumnya) pada tanggal sebelum sepuluh tahun setelah tanggal pemberlakuan. (d)

Kegiatan Pengetahuan Hijau.

Tujuan dari Kegiatan ini adalah membangun kemampuan lokal, provinsi dan nasional untuk menggerakkan kemajuan strategi pengembangan karbon rendah di seluruh negara Indonesia dalam konteks Proyek GP. Khususnya, Pendanaan MCC akan mendukung: (i) Pembangunan kapasitas untuk stakeholder lokal dan provinsi guna menggairahkan sebuah peralihan ke kebijakan pengembangan karbon rendah di pemerintahan lokal dan provinsi serta mendukung kesinambungan investasi MCC dalam Proyek GP. Secara lebih terperinci, mendukung kegiatan termasuk (1) membangun kapasitas untuk pejabat pemerintah lokal dan wakil dari masyarakat madani pada strategi pembangunan karbon rendah, (2) pembangunan kapasitas dalam produk-produk hijau dan kewirausahaan hijau untuk usaha kecil dan menengah usaha kecil dan menengah serta koperasi di masyarakat lokal, dan (3) program pertukaran pembelajaran masyarakat tentang praktik-praktik Proyek GP terbaik.

JADWAL 1 - 5

(ii) Pembangunan dan peningkatan dari pusat-pusat keunggulan dalam bidang sains dan teknologi terkait dengan pengembangan karbon rendah di tingkat regional dan nasional disertai penekanan pada energi terbarukan dan bidang-bidang terkait erat dari pengelolaan sumber daya alam serta kegiatan terkait lainnya. Secara lebih terperinci, kegiatan yang didukung termasuk (1) menyediakan bantuan teknis untuk membentuk atau memperkuat program akademis dan/atau pusat-pusat keunggulan dalam bidang energi terbarukan di universitas, politeknik dan lembaga-lembaga lain baik lokal maupun regional yang memenuhi persyaratan, (2) menyediakan bantuan teknis untuk membentuk sebuah pusat keunggulan dalam bidang energi terbarukan pada tingkat nasional, (3) menyediakan bantuan teknis untuk menyelenggarakan sebuah penilaian atau peninjauan terhadap kebijakan energi terbarukan, dan (4) menyediakan bantuan teknis untuk merevisi dan mengembangkan sebuah master plan energi terbarukan. Strategi pelaksanaan dari Kegiatan ini akan mendukung strategi dan tujuan keseluruhan dari Proyek GP. Perincian pelaksanaan selanjutnya akan diuraikan dalam Pedoman Operasi. 2.

Penerima Manfaat.

Proyek GP diperkirakan akan berdampak pada rumah tangga dan bisnis di kabupaten yang menjadi sasaran, terutama lewat energi terbarukan yang diperluas dan peningkatan pengelolaan sumber daya alam serta penggunaannya. Perencanaan pengunaan sumber daya alam yang ditingkatkan pada tingkat kabupaten atau provinsi juga bermanfaat untuk pemakai lain baik publik maupun swasta yang berada diluar provinsi dan kabupaten jangkauan Proyek GP. Kegiatan Pengetahuan Hijau diperkirakan akan bermanfaat bagi bisnis dan rumah tangga diluar provinsi dan kabupaten Proyek GP. 3.

Langkah-langkah Mitigasi Lingkungan dan Sosial.

Penggolongan penyaringan lingkungan untuk Proyek GP adalah Golongan D menurut Pedoman Lingkungan MCC karena Fasilitas GP akan memakai Pendanaan MCC guna mendanai subproyek yang berpotensi mengakibatkan dampak lingkungan dan sosial merugikan. Guna mencegah atau meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan akibat investasi Proyek GP, Perjanjian ini termasuk persyaratan pengamanan lingkungan dan sosial yang ketat. Sebuah Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial (“ESMS”) akan dirancang dan dibentuk sebagai bagian dari Kegiatan Fasilitas GP, dan pakar lingkungan, sosial dan gender yang mampu akan diikut sertakan dalam rencana staffing untuk MCA-Indonesia, perjanjian konsultansi dan entitas pelaksana guna menjamin penyelenggaraan dan pengawasan yang tepat dari langkah-langkah pengamanan. ESMS akan mengikutsertakan Standar Kinerja IFC, Rencana Integrasi Sosial dan Gender Pemerintah, persyaratan hukum Indonesia, Pedoman Lingkungan MCC dan Kebijakan Gender MCC. ESMS juga akan memasukkan standar internasional dan praktik terbaik yang berlaku untuk sektor dan industri tertentu serta penting untuk melindungi hak-hak dan kepentingan dari masyarakat setempat. Persyaratan pengamanan ESMS tambahan adalah sebagai berikut: (a) partisipasi dari wakilwakil penilaian lingkungan, sosial dan gender baik dari tingkat lokal maupun nasional dalam Kelompok Stakeholder; (b) pembentukan prosedur pengamanan penilaian lingkungan dan sosial (“ESA”) pada tingkat kabupaten; (c) sebuah kegiatan pemantauan ESA berbasis masyarakat; (d) persyaratan untuk investasi Proyek GP agar memiliki indikator pemantauan dan evaluasi yang JADWAL 1 - 6

menanggapi isu-isu ESA dengan data relevan untuk gender-terpilah; dan (e) sebuah persyaratan bahwa Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMP) spesifik proyek dikembangkan sebagai bagian dari ESMS. 4.

Koordinasi Donor.

Banyak donor melakukan kegiatan pendanaan terkait dengan perubahan iklim, energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya di Indonesia. Guna mengkoordinir usaha-usaha tersebut, BAPPENAS mengetuai Forum Koordinasi Perubahan Iklim Indonesia yang terdiri dari Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, USAID, Norwegia, Jerman, Badan Kerjasama Internasional Jepang, Badan Pembangunan Internasional Australia (AusAID) dan donor-donor lain. MCC terlibat dengan anggota dari Forum tersebut dan merancang Proyek GP dengan Pemerintah sebagai model yang bisa ditiru oleh donor-donor lain di provinsi lain. Karena Pemerintah sepakat untuk menindak lanjuti sebuah proyek dengan tema kemakmuran hijau pada Juli 2010, MCC telah melakukan konsultasi luas dengan donor-donor yang terlibat dalam pegembangan karbon rendah di Indonesia, termasuk AusAID, Norwegia, Jerman, Departemen Pembangunan Internasional Inggris, Bank Pembangunan Asia, Program Pembangunan PBB dan Bank Dunia. Disamping itu, sejumlah organisasi non-pemerintah internasional (NGO), khususnya mereka yang terlibat dalam kesiapan REDD+ dan proyek percobaan REDD+ di Indonesia, telah menyediakan temuan-temuan mereka untuk dimanfaatkan pada tingkat lapangan. Rancangan Proyek GP memasukkan pelajaran kunci yang dipetik dari pengalaman para donor ini, terutama pentingnya memfokuskan perhatian pada tingkat kabupaten dan mengintegrasikan kegiatan karbon rendah dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam kabupaten-kabupaten tersebut. Disamping itu, Proyek GP dikembangkan diatas keberhasilan yang dicapai Pemerintah dengan dukungan dari donor internasional, dalam mengembangkan hukum, peraturan dan rencana serta untuk membantu usaha desentralisasi. Pendekatan Proyek GP dalam perencanaan tata ruang, bantuan teknis dan fasilitas pendanaan menciptakan sebuah kerangka kerja bagi kerjasama di provinsi dan kabupaten dimana ada tumpang tindih geografis dengan donor-donor lain. 5.

USAID.

MCC telah melakukan koordinasi terus menerus dengan United States Agency for International Development (“USAID”) guna memastikan bahwa Proyek GP melengkapi prioritas Pemerintah AS termasuk Proyek Pembangunan Energi Bersih Indonesia (ICED), Proyek Pendukung Hutan dan Iklim Indonesia (IFACS) dan Strategi Pengembangan Emisi Rendah (LEDS). Disamping itu MCC akan memanfaatkan karya dari sebuah tim pakar Pemerintah AS terdiri dari United States Forest Service (sebagai badan yang memimpin), United States Geological Survey dan National Aeronautics and Space Administration untuk bersama-sama menilai kebutuhan dan mengembangkan sebuah program bantuan guna menciptakan sebuah peta tunggal yang meyakinkan dari Indonesia, dimulai dengan hutan dan perubahan ikilim yang konsisten dengan Hukum Geospasial April 2011. 6.

Kesinambungan.

Proyek GP mendukung usaha desentralisasi terus menerus oleh Pemerintah, serta khususnya akan membangun kemampuan pemerintah lokal untuk menjamin penggunaan berkesinambungan dari sumber daya alam termasuk kegiatan yang didanai berdasarkan Proyek GP. Disamping itu, kegiatan-kegiatan yang didanai berdasarkan Proyek GP akan menghasilkan manfaat ekonomi

JADWAL 1 - 7

bagi peserta sebagai insentif bagi keterlibatan terus menerus dalam investasi energi dan pengelolaan sumber daya alam berkesinambungan. 7.

Reformasi Kebijakan, Hukum dan Regulasi.

Para Pihak sepakat bahwa pelaksanaan oleh Pemerintah dari reformasi kebijakan, hukum dan regulasi yang diuraikan di bawah dalam butir-butir (a) sampai (d) perlu untuk mencapai sepenuhnya tujuan Proyek GP: (a) Pemerintah setuju bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”), bekerja sama dengan para stakeholder dalam sektor swasta dan NGO wajib mengembangkan dan memberlakukan sebuah tarif feed-in (“FIT”) yang berlaku untuk bio-masa, tenaga surya dan proyek energi terbarukan lain (proyek energi terbarukan non-hidro). FIT akan menyediakan insentif yang wajar untuk produsen listrik independen guna dikembangkan dan dijual kepada PLN. ESDM dan PLN akan memberlakukan dan menempatkan sebuah kerangka kerja kelembagaan yang perlu bagi pelaksanaan FIT. (b) Pemerintah setuju menerbitkan dekrit/peraturan relevan bagi pelaksanaan Hukum Kelistrikan 2009 (Hukum 30/2009) guna menciptakan lingkungan bagi bantuan kepada proyek energi terbarukan on-grid. (c) PLN akan mengeluarkan (i) prosedur transparan, standar untuk struktur dan penyelenggaraan transaksi yang melibatkan produsen listrik independen, (ii) sebuah persetujuan pembelian listrik yang bisa ditabung standar untuk produsen listrik terbarukan skala kecil berdasarkan jenis teknologi; dan (iii) prosedur aplikasi yang standar untuk pengembang proyek energi terbarukan. (d) Pemerintah wajib mengkonsolidasikan master plan energi terbarukan yang sudah ada dari PLN dan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi dari ESDM kedalam sebuah platform database/inventaris berbasis GIS yang tunggal dan nasional dari (a) sumber daya energi terbarukan, dan (b) pemasangan kini dan yang direncanakan dari proyek energi terbarukan. Database ini akan punya fokus awal pada proyek-proyek bio-masa, hidro kecil dengan kapasitas 0.5 - 10 MW, serta pembangkitan listrik tenaga surya. Disamping itu, berikut ini merupakan sebuah syarat sebelum Pembayaran dari Fasilitas GP awal: MCA-Indonesia wajib merancang dan membentuk sebuah ESMS yang konsisten dengan persyaratan dari Bagian 3 dari Jadwal ini, serta mencerminkan persyaratan yang berlaku untuk Jadwal 1 dalam Pedoman Operasi.

JADWAL 1 - 8

JADWAL 2 dari LAMPIRAN I PROYEK KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI KEKERDILAN ANAK Jadwal 2 ini umumnya menguraikan dan mengikhtisarkan unsur-unsur kunci dari proyek yang oleh Para Pihak hendak dilaksanakan guna memajukan Tujuan (“Proyek Gizi Berbasis Masyarakat”). 1.

Ikhtisar Proyek dan Kegiatan.

Selama dasawarsa yang lalu ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi positif, menyaksikan pengurangan kemiskinan yang besar dan terus membuat kemajuan menuju pencapaian Sasaran Pembangunan Millenium untuk 2015. Meskipun terselenggara kemajuan ini, lebih dari 30 juta warga Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan (US$52 per hari) dan setengah dari semua rumah tangga terpusat di sekeliling garis kemiskinan, yang mengakibatkan mereka sangat rentan terhadap goncangan pendapatan. Dari kelompok miskin, 65 persen kini tinggal di daerah pedesaan. Meskipun Indonesia sudah memenuhi dan melampaui pengurangan yang ditargetkan dalam jumlah anak-anak kurang berat badan dibawah usia lima tahun sampai dibawah 18 persen dan akan memenuhi target pengurangan kematian anak secara keseluruhan, namun indikator-indikator lain dari kekurangan gizi harus dipertimbangkan. Khususnya, tinggi badan yang kurang untuk usia tertentu, yang lebih umum dikenal sebagai pengerdilan, mencerminkan efek kumulatif dari kemiskinan antar generasi, gizi ibu dan masa awal anak yang buruk dan episode sakit masa kanak-kanak. Hal ini juga mencerminkan daya beli rumah tangga yang tidak cukup dan akses buruk ke pendidikan, perumahan, sanitasi dan layanan kesehatan. Setelah usia dua tahun, efek dari pengerdilan dini praktis tidak bisa dihilangkan dan punya dampak seumur hidup pada pengembangan kognitif dan produktivitas orang itu. Pengerdilan diterima secara luas sebagai salah satu peramal terbaik untuk produktivitas masa depan, karena anak-anak kerdil punya risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis, pengembangan kognitif yang tertunda, penerimaan di sekolah yang tertunda dan pengurangan dalam pencapaian akademis serta potensi pendapatan di masa depan. Saat ini, ditaksir sekitar 37 persen anak-anak, atau satu dari tiga anak-anak dibawah usia lima tahun di Indonesia, lebih pendek dibandingkan ketinggian tubuh standar untuk usia itu. Tujuan dari Proyek Gizi Berbasis Masyarakat adalah mengurangi dan mencegah berat badan kurang saat lahir dan pengerdilan masa kanak-kanak dan kekurangan gizi pada anak-anak di daerah proyek, serta meningkatkan pendapatan rumah tangga lewat penghematan biaya, pertumbuhan produktivitas dan pendapatan lebih tinggi. Sebuah maksud tambahan dari Proyek Gizi Berbasis Masyarakat adalah menentukan efektivitas dari pemanfaatan Pendanaan MCC dalam sebuah dana perwalian multi donor yang dikelola oleh lembaga multilateral dan dampaknya pada pengentasan kemiskinan. Proyek Gizi Berbasis Masyarakat dibangun di atas dan memanfaatkan sebuah mekanisme pelaksanaan keterlibatan masyarakat terdiri dari hibah blok yang sudah diuji dalam program percobaan pembangunan yang digerakkan masyarakat dari Departemen Dalam Negeri (“MOHA”), Generasi (“Generasi”), yang diselenggarakan dengan bantuan dana pendukung

PNPM (“PSF”) yang dikelola oleh Bank Dunia. Program percobaan Generasi secara sukses mendukung masyarakat dalam meningkatkan indikator kesehatan, gizi dan pendidikan yang disasarkan. Sebagai pra-syarat bagi Pendanaan MCC, indikator masyarkat Generasi akan diubah dan indikator untuk Penyedia Jasa (sebagaimana dirumuskan di bawah) akan ditambahkan, guna memperoleh hasil gizi dan pengerdilan yang lebih meyakinkan, serta memperkuat fokus pada kesetaraan gender menyusul sebuah evaluasi awal yang mantap. Program yang diubah dikenal sebagai “Generasi Plus.” Disamping itu, untuk meningkatkan pelatihan dan pengembangan kemampuan, Generasi Plus akan memakai serangkaian mekanisme akuntabilitas sosial dan insentif guna menjamin bahwa penyedia layanan kesehatan dan sanitasi pada tingkat kabupaten, sub-kabupaten/kecamatan dan komunitas (“Penyedia Layanan”) menyediakan suplai cukup dan liputan layanan pencegahan pengerdilan kepada komunitas. Mekanisme-mekanisme ini terdiri dari sebuah pendekatan penguatan “sisi penyediaan” yang difokuskan pada pencegahan pengerdilan masa kanak-kanak lewat peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak, gizi dan perubahan perilaku sanitasi, pengasuhan orang tua yang berbagi dan pendidikan gizi, serta strategi pemberdayaan perempuan. Kecuali untuk sub-kegiatan sektor swasta yang diuraikan dalam sub-bagian (b)(ii) dibawah, Kegiatan berdasarkan Proyek Gizi Berbasis Masyarakat akan diselenggarakan oleh PSF atau sebuah mekanisme terkait yang disepakati Para Pihak. MCA-Indonesia (atau unsur pemerintahan lain yang mirip sebagaimana disetujui oleh Para Pihak) akan melaksanakan sebuah persetujuan pengalihan dengan Bank Dunia yang menguraikan persyaratan dan kondisi dari pendanaan MCA-Indonesia dan partisipasi PSF (“Perjanjian Pengalihan”) Perjanjian Pengalihan akan konsisten dengan Perjanjian ini dan akan bergantung pada persetujuan dari MCC. Proyek Gizi Berbasis Masyarakat terdiri dari tiga Kegiatan berikut: 

Pendanaan dari hibah blok masyarakat dan bantuan teknis partisipatif kepada masyarakat (“Kegiatan Proyek Masyarakat”);



Pendanaan pelatihan dari Penyedia Layanan, kegiatan sanitasi dan kebersihan, pengadaan paket micronutrient multipel, materi untuk mengukur ketinggian tubuh anak-anak, serta insentif lainnya, dan juga intervensi sektor swasta (“Kegiatan Supply Side”); dan



Pendanaan penjangkauan komunikasi, pengelolaan proyek, pemantauan dan evaluasi (“Kegiatan Komunikasi, Pengelolaan Proyek dan Evaluasi”). (a)

Kegiatan Proyek Masyarakat.

Pendanaan MCC akan dimasukkan ke Pendanaan PSF untuk meningkatkan struktur pelaksanaan PNPM-Generasi yang sudah ada dan komponen-komponen kegiatannya guna menyediakan hibah blok, perencanaan partisipatif dan bantuan teknis untuk masyarakat. Sasaran kegiatan adalah perempuan hamil, bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun (dengan perhatian khusus pada anak-anak dibawah usia dua tahun), serta anak-anak sekolah dasar dan SMP. Desa-desa yang ikut Generasi Plus berkomitmen untuk memperbaiki duabelas indikator kesehatan dan pendidikan mendasar lewat hibah blok dari sebuah ukuran rata-rata yang ditentukan Pemerintah setiap tahun. Berdasarkan Generasi Plus, indikator pengerdilan (termasuk sebuah ukuran untuk ketinggian tubuh anak pada usia tertentu) akan ditambahkan pada ke JADWAL 2 - 2

duabelas indikator yang sudah ada. Kecamatan mengalokasikan hibah ke desa-desa berdasarkan jumlah perempuan hamil, bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun (dengan fokus khusus pada anak-anak dibawah usia dua tahun), serta anak-anak sekolah dasar dan SMP. Baik fasilitator yang baru direkrut maupun yang sudah ada, termasuk mereka yang dilatih khusus dalam intervensi gizi dan pengerdilan berdasarkan “Sub-Kegiatan Pelatihan dan Advokasi” dalam Bagian 1(b)(i) dibawah, akan bekerja dengan Penyedia Layanan guna membantu penduduk desa dalam proses perencanaan partisipatif, membantu mereka mengidentifikasi masalah dan mencarikan pemecahan setempat untuk didanai mempergunakan hibah blok. Dalam kaitan ini, ada sebuah “menu terbuka” terdiri dari opsi-opsi untuk dipilih oleh desa-desa dan Generasi Plus akan medorong inovasi dalam menanggapi hasil gizi dan pengerdilan. Guna memfokuskan masyarakat pada intervensi yang paling bermanfaat, Pemerintah menetapkan besarnya hibah blok Generasi dari desa-desa untuk tahun berikutnya sebagian berdasarkan kinerja mereka dalam setiap indikator kesehatan dan pendidikan yang ditargetkan yang dimodifikasi dengan mengikut sertakan indikator pengerdilan berdasarkan Generasi Plus. (b)

Kegiatan Intervensi Supply Side. (i)

Pelatihan dan Sub-Kegiatan Advokasi.

Pendanaan MCC akan mendukung penciptaan sebuah program pelatihan yang ditingkatkan kepada semua Penyedia Layanan di daerah proyek yang ditentukan serta juga pelatihan peningkatan untuk para fasilitator (“Program Pelatihan”). Sehubungan denga para fasilitator, maksud dari Program Pelatihan adalah untuk mengarahkan kembali pilihan kegiatan yang didanai berdasarkan Kegiatan Proyek Masyarakat guna mendorong sebuah fokus pada pengurangan pengerdilan dan intervensi terkait, seperti praktik pemberian makanan, pelatihan terkait pengukuran tinggi dan berat badan, kualitas diet makanan dan micronutrients, serta perubahan perilaku sanitasi. Program Pelatihan juga ditujukan pada penguatan pemberdayaan perempuan dan meningkatkan peran ayah dalam intervensi kesehatan untuk penerima manfaat yang menjadi sasaran. Sehubungan dengan Penyedia Layanan, maksud Program Pelatihan adalah meningkatkan kualitas dan akses ke layanan di bidang gizi dan sanitasi. Khususnya, Pendanaan MCC akan dipakai untuk: 

Mengembangkan materi teknis dan advokasi untuk Program Pelatihan;



Mengerahkan Program Pelatihan untuk Penyedia Layanan, fasilitator masyarakat dan penerima manfaat yang menjadi sasaran pada tingkat pemerintahan provinsi, kabupaten dan kecamatan;



Menyediakan penyusunan program train the trainer atau melatih pelatih menyeluruh kepada Penyedia Layanan; dan



Menyediakan dan mendistribusikan paket micronutrient multipel dan peralatan pengukuran tinggi tubuh kepada masyarakat lewat pusat kesehatan untuk dua tahun pertama pelaksanaan.

Pendanaan MCC juga akan dipakai untuk menyediakan insentif kepada Penyedia Layanan berdasarkan kinerja pengerahan layanan mereka. Sebelum Pembayaran Pendanaan MCC awal kepada PSF, sebuah pedoman, yang memuaskan MCC, akan dikembangkan yang menguraikan mekanisme pengerahan insentif kepada Penyedia Layanan, jenis insentif yang akan diuji dan JADWAL 2 - 3

disediakan untuk Penyedia Layanan, serta kriteria kinerja untuk menerima insentif. Pedoman akan menguraikan kemampuan Penyedia Layanan untuk mengakses insentif tambahan lewat Generasi Plus, yang akan dikaitkan (1) masyarakat penerima layanan tersebut, dan (2) kualitas layanan yang diterima, serta menguraikan bagaimana berbagai insentif yang akan diuji itu akan dipantau. (ii)

Sub Kegiatan Tanggapan Sektor Swasta.

Pendanaan MCC akan dipergunakan oleh Pemerintah, lewat MCA-Indonesia [Trust} untuk menyediakan satu atau lebih hibah dengan tujuan memanfaatkan tanggapan sektor swasta untuk kebutuhan masyarakat dan keluarga bagi peningkatan gizi ibu dan anak serta sanitasi masyarakat. Lewat penggairahan tanggapan berbasis pasar untuk permintaan yang teridentifikasi bagi intervensi gizi dan sanitasi, sub kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung dampak berkesinambungan melampaui Kurun Waktu Perjanjian. (c)

Kegiatan Komunikasi, Pengelolaan Proyek dan Evaluasi.

Terkait dengan Kegiatan Komunikasi, Pengelolaan Proyek dan Evaluasi, Pendanaan MCC akan dipakai untuk:

2.



Mengembangkan dan melaksanakan sebuah kampanye kesadaran akan pengerdilan nasional, termasuk sebuah fokus pada keluarga sehat yang menekankan pengambilan keputusan bersama antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga;



Mendanai biaya pengelolaan yang terkait dengan ketiga Kegiatan dalam Proyek Gizi Berbasis Masyarakat; dan



Merancang dan melaksanakan sebuah evaluasi dampak yang teliti sebagaimana diuraikan lebih lanjut dalam Lampiran III. Penerima Manfaat.

Proyek Gizi Berbasis Masyarakat diharapkan akan memberi manfaat kepada sampai 2,9 juta anak-anak di sampai 7000 desa, serta menghasilkan pendapatan tambahan dan penghematan biaya yang menguntungkan seluruh keluarga mereka di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo dan Sulawesi Barat. 3.

Langkah Mitigasi Lingkungan dan Sosial.

Penggolongan penyaringan lingkungan untuk Proyek Gizi Berbasis Masyarakat adalah Golongan D sesuai dengan Pedoman Lingkungan MCC, serta akan melibatkan sebuah fasiltas pendanaan menengah yang akan mempergunakan Pendanaan MCC untuk mendanai sub-proyek yang kemungkinan menghasilkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan. Sebagian besar investasi PNPM Generasi melibatkan investasi berbasis non-infrastruktur yang tidak diperkirakan akan menghasilkan bahaya lingkungan, kesehatan atau keselamatan (“EHS”) yang signifikan. MCA-Indonesia akan dibutuhkan untuk mengembangkan dan melaksanakan sebuah EMS yang konsisten dengan Standar Kinerja IFC dan Kebijakan Gender MCC, serta yang memenuhi persyaratan regulasi MCC dan Pemerintah untuk Proyek Gizi Berbasis Masyarakat. EMS akan JADWAL 2 - 4

memanfaatkan sistem pengamanan yang ada dan disesuaikan, serta juga memanfaatkan peluangpeluang untuk menyumbang pada pembangunan lingkungan dan sosial berkesinambungan serta meningkatkan kesetaraan gender. 4.

Koordinasi Donor.

Proyek Gizi Berbasis Masyarakat dirancang untuk menyesuaikan dengan struktur PSF sebagian untuk mencerminkan Komitmen Jakarta: Bantuan untuk Efektivitas Pembangunan dari 12 Januari 2009 dan prinsip-prinsip MCC sendiri tentang efektivitas bantuan, termasuk harmonisasi usaha donor. PSF merupakan mekanisme yang dibentuk Pemerintah dan donor untuk memberi dukungan pada Pemerintah lewat bantuan teknis terkoordinir, saran perencanaan, dialog dan bantuan finansial yang ditargetkan. Proyek Gizi Berbasis Masyarakat juga diselaraskan dengan 1,000 Days Partnership and Scaling Up Nutrition (“SUN”) dari Departemen Luar Negeri A.S. SUN menggalakkan tindakan yang disasarkan dan investasi untuk meningkatkan gizi bagi ibu dan anak-anak dalam kurun waktu 1000 hari mulai dari kehamilan sampai usia dua tahun, dimana gizi yang lebih baik bisa punya dampak yang mengubah hidup pada masa depan seorang anak. 5.

USAID.

Meskipun Proyek Gizi Berbasis Masyarakat merupakan bantuan Pemerintah AS pertama yang secara khusus menangani isu pengerdilan, USAID memiliki pengalaman signifikan dengan intervensi perubahan perilaku sanitasi dan kebersihan di Indonesia. USAID juga punya pengalaman baru-baru ini dengan proyek kesehatan ibu, yang menargetkan peningkatan ketersediaan layanan medis darurat dan langkah pencegahan untuk perempuan hamil di Jawa Barat, termasuk peningkatan gizi ibu. Selama proses pengembangan Perjanjian, usaha signifikan dilakukan untuk menjamin kegiatan yang didanai MCC dan misi USAID serta aktor Pemerintah Amerika lainnya dikooridnasikan secara erat. Tinjauan dan koordinasi yang sedang berlangsung, sesuai keperluan, akan diintegrasikan kedalam rencana pelaksanaan saat dirampungkan. 6.

Kesinambungan.

Proyek Gizi Berbasis Masyarakat dirancang untuk meningkatkan peluang peniruan dan kesinambungan. Pertama, Generasi Plus berusaha mengkoordinir dan menyelaraskan MOHA dan tujuan Departemen Kesehatan (“MOH”). Penyelarasan MOHA dan MOH akan memungkinkan kemitraan di masa depan ketika Generasi meneruskan perluasannya. Disamping itu, sukses Generasi Plus akan memungkinkan MOH untuk memfokuskan perhatian pada peranperan yang sebaiknya dilakukan olehnya (misalnya, penyediaan gizi dan layanan sanistasi), sementara memungkinkan MOHA dan PSF membantu guna menjamin bahwa masyarakat faham dan punya permintaan akan layanan-layanan ini. 7.

Reformasi Kebijakan, Hukum dan Regulasi.

Sebelum Perjanjian diberlakukan, Pemerintah akan memastikan bahwa: (a) bahwa PSF akan diperpanjang sampai akhir dari Kurun Waktu Perjanjian; atau (b) Pemerintah akan menyediakan struktur pelaksanaan alternatif yang disetujui MCC, bersama dengan sebuah jadwal bagi pengalihan pengelolaan Proyek.

JADWAL 2 - 5

JADWAL 3 dari LAMPIRAN I PROYEK MODERNISASI PEMBELIAN Jadwal 3 ini umumnya menguraikan dan mengikhtisarkan unsur-unsur kunci dari proyek yang akan dilaksanakan Para Pihak dalam rangka memajukan Tujuan Modernisasi Pembelian (“Proyek Modernisasi Pembelian”) 1.

Ikhtisar Proyek dan Kegiatan.

Proyek Modernisasi Pembelian dirancang untuk mempercepat agenda reformasi pembelian Pemerintah dan mengubah operasi sistem pembelian publik di Indonesia. Tujuan dari proyek adalah mencapai penghematan biaya dan efisiensi dari barang dan jasa yang dibeli, sementara memastikan kualitasnya memuaskan kebutuhan publik, serta untuk memperoleh penyerahan layanan publik sebagaimana direncanakan. Penghematan ini akan mengarah pada penyediaan lebih besar barang dan jasa ke ekonomi yang akan secara positif berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Proyek Modernisasi Pembelian akan dilaksanakan lewat MCA-Indonesia, oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (“LKPP”) Mencerminkan sifat beraneka segi dari sebuah sistem pembelian publik, Proyek Modernisasi Pembelian akan mendukung dua Kegiatan: 

Meningkatkan fungsi pembelian lewat peningkatan kapasitas dan profesionalisasi fungsi pembelian (“Kegiatan Profesionalisasi Pembelian”); dan



Mendukung pengembangan kebijakan dan prosedur pembelian yang akan meningkatkan hasil pembelian, laju dan sukses dari kemitraan publik swasta (“PPP”) dan kesinambungan lingkungan (“Kegiatan Kebijakan dan Prosedur”).

Bersama dengan pelaksanaan Kegiatan-Kegiatan ini, Proyek Modernisasi Pembelian akan berusaha memperkuat kemampuan LKPP untuk mengintegrasikan keprihatinan gender kedalam lingkungan pembelian. Struktur Kelembagaan dan Profesionalisasi dari Sub Kegiatan PSU (diuraikan dalam sub-bagian (a)(i) dibawah), sebuah komponen utama dari Proyek Modernisasi Pembelian akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, yang diperkirakan meliputi tahun pertama sampai ketiga dari Kurun Waktu Perjanjian, akan meliputi dukungan pada sebuah sub perangkat sampai tigapuluh unit layanan pembelian peragaan (“PSU”) guna memahami secara lebih baik pendekatan paling efektif mengingat konteks pembelian yang berbeda-beda (“Tahap Satu”). Tahap kedua, yang diperkirakan akan berlangsung selama sisa waktu dari Kurun Waktu Perjanjian akan meliputi sebuah perluasan dari Tahap Satu dan sebuah penyesuaian rancangan, kalau perlu, guna memperoleh hasil terbaik untuk Proyek (“Tahap Dua”). Keputusan MCC untuk memulai Tahap Dua bergantung pada dipenuhinya: (a) pencapaian dari sebuah taksiran tingkat pengembalian ekonomis untuk Tahap Dua yang berada diatas tingkat rintangan yang dirumuskan MCC; (b) pengakhiran dari sebuah Penilaian (sebagaimana dirumuskan dibawah) dari Tahap Satu; (c) pencapaian perubahan hukum dan kebijakan sebagaimana diuraikan dalam Bagian 7(a) dibawah dari Jadwal 3 dan sebagaimana disyaratkan bagi sukses dari Tahap Dua; dan (d) perjanjian antara Para Pihak sehubungan disain akhir dari Tahap Dua yang memperhitungkan Penilaian dan faktor relevan lainnya sesuai keperluan. Seandainya MCC memutuskan, berdasarkan kebijaksanaan

sepenuhnya sendiri, bahwa Tahap Satu gagal mencapai kriteria kinerja yang diuraikan di atas, Pendanaan MCC terkait Tahap Dua bisa direalokasikan ke Kegiatan lain, konsisten dengan Bagian 6.2(b) dari Perjanjian. Sebelum dimulainya Tahap Satu, kerangka kerja regulasi dan tingkat kewenangan dari PSU dan staf mereka akan didokumentasikan. Selama Tahap Satu, Pendanaan MCC akan dipakai untuk mengidentifikasi kombinasi reformasi yang tepat untuk tingkat administratif tertentu (misalnya kota, kabupaten, provinsi atau nasional) saat mempertimbangkan ciri-ciri seperti ukuran dari aliran pembelian, kemampuan mengoperasikan dan mengelola sistem pembelian yang dikembangkan lewat Perjanjian dan kemampuan teknologi informasi. Selama Tahap Satu, Pemerintah akan menjamin bahwa PSU peragaan mematuhi kerangka kerja regulasi sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 54/2010. Sebelum pengakhiran Tahap Satu, Pemerintah, lewat MCA-Indonesia, akan memastikan sebuah program penilaian independen dari kinerja Proyek selama Tahap Satu (“Penilaian”). Disain dan lingkup dari Penilaian serta penerapan hasilnya pada Tahap Dua akan diperinci dalam PIA. Pemerintah akan menjamin akses ke data pembelian baru dan terkini, baik dalam bentuk elektronik maupun kopi kertas, yang diperlukan selama Penilaian. Dalam hal MCC sepakat untuk melanjutkan ke Tahap Dua, Penilaian Tahap Satu, bersama data dan faktor lain sesuai kebutuhan, akan memberikan modifikasi yang perlu untuk disain dari Tahap Dua. (a)

Kegiatan Profesionalisasi Pembelian.

Dalam kebanyakan sistem pembelian publik yang berfungsi dengan baik, pembelian merupakan fungsi khusus yang melindungi sumber daya finansial dan menyumbang secara signifikan pada operasi yang efektif dan efisien dari organisasi pembelian. Di dalam Pemerintah, pembelian bukan merupakan fungsi yang ditetapkan secara baik dalam korps pegawai negeri. Perubahan profesionalisasi dari tenaga kerja merupakan unsur kunci bagi pengubahan insentif dalam sistem pembelian dan bisa menciptakan sebuah pengamanan dari tindak korupsi. Langkah-langkah tambahan, termasuk kendali ex post yang lebih efektif (termasuk audit pembelian dan finansial, dan database dari kinerja sistem pembelian) juga akan dibutuhkan untuk memastikan peningkatan kinerja kelembagaan. Pemerintah telah mewajibkan pembentukan PSU pada tingkat nasional dan lokal untuk berperan sebagai struktur yang permanen dan independen dimana profesional pembelian akan menyediakan jasa pembelian yang tersentralisir. Sementara sekitar 150 PSU telah dibentuk baru-baru ini, kebanyakan belum memenuhi persyaratan dari sebuah fungsi pembelian yang dimodernisir, dan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana mengorganisir serta merumuskan peran dan tanggung jawab dari PSU dalam struktur dari unit pembelanjaan masih ada. Langkah-langkah berikut yang paling penting dan sulit dalam agenda reformasi pembelian untuk Indonesia adalah membangun korps tenaga kerja profesional ini, menciptakan pelembagaan peran dan struktur yang menyediakan wewenang yang cukup untuk melaksanakan praktik yang baik dan menyediakan sebuah jalur karir yang memicu kepatuhan pada praktik terbaik, sementara juga memperkuat alat-alat efisiensi dan kendali. Untuk maksud ini, Proyek Modernisasi Pembelian akan melaksanakan sub-kegiatan yang saling memperkuat berikut ini.

JADWAL 3 - 2

(i)

Sub-Kegiatan Struktur Kelembagaan dan Profesionalisasi PSU.

Pendanaan MCC akan mendukung PSU yang ada pada berbagai tingkat pemerintah untuk menciptakan model bagi berbagai latar belakang dan situasi yang berbeda. Khususnya, Pendanaan MCC akan dipakai untuk: (A)

Tentukan kebutuhan staffing standar dan perkuat modalitas

operasional PSU; (B) Libatkan PSU yang ditunjuk dalam melaksanakan Kegiatan yang diuraikan dalam Proyek Modernisasi Pembelian, yang sesuai, guna menetapkan kelayakan dan praktik-praktik lokal yang baik; (C) Mendukung strategi pengembangan sumber daya manusia LKPP, lewat penetapan sebuah kurikulum, pengenalan lembaga-lembaga pelatihan lewat sebuah proses akreditasi, dan pelatihan petugas pembelian pada tingkat pengetahuan profesional yang disyaratkan, ketrampilan dan sikap, termasuk pengembangan sebuah program bimbingan dan kursus pelatihan pengantar, menengah dan lanjutan dengan sertifikasi berbasis kompetensi. Dalam proses pengembangan dan pengerahan program kursus, Proyek Modernisasi Pembelian akan mengembangkan pelatih pembelian dan materi kursus, termasuk modul pembelajaran elektronik (e-learning), serta memperkuat lembaga-lembaga pelatihan yang akan mampu meneruskan pembangunan dan mempertahankan korps tenaga kerja pembelian yang profesional; serta (D) Mendukung pengembangan modul pelatihan, berkonsultasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (“BPKP”), guna mengembangkan kompetensi dikalangan auditor Pemerintah (inspektur jenderal) untuk melaksanakan audit kepatuhan dan kinerja dari sistem pembelian. Selama Tahap Satu, sampai 30 PSU akan ditargetkan berdasarkan sub-kegiatan ini. Modelmodel sukses yang dikembangkan dalam Tahap Satu akan diluncurkan ke sebuah perangkat PSU yang lebih besar atau sudah ada berdasarkan Tahap Dua, dengan sasaran menciptakan sebuah korps tenaga kerja dari 500 profesional pembelian yang bekerja secara permanen, jabatan penuh waktu dalam PSU yang dibentuk. Ditaksir bahwa korps tenaga kerja baru yang terlatih ini akan menyediakan kebutuhan staffing permanen untuk paling sedikit 100 PSU, tetapi kebutuhan staffing total untuk PSU model akan diusahakan selama tahap peragaan dari proyek. (ii)

Sub Kegiatan Sistem Informasi Pengelolaan Pembelian.

Penerapan teknologi informasi bisa menyediakan profesional pembelian dengan alat-alat modern untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka secara profesional dan efisien, serta memperkuat kendali dalam proses pembelian. Oleh karena itu, Pendanaan MCC akan mendukung: (A) Pengembangan sebuah sistem teknologi informasi untuk menciptakan sebuah gudang data yang menyimpan catatan lengkap dari kegiatan pembelian; (B)

Pengujian modul pembelian di lokasi percobaan; dan

(C) Pembentukan dan pengembangan kapasitas terkait sebuah katalog sistem pembelian, umumnya dikenal sebagai sebuah sistem e-katalog, guna meringankan beban JADWAL 3 - 3

administratif dan biaya transaksi terkait dengan pembelian produk dan jasa komersial yang rutin, bersama dengan pengembangan prosedur pembelian dan dokumen penawaran yang standar untuk kerangka kerja pengontrakan. (b)

Kegiatan Pengembangan Kebijakan dan Prosedur.

Kegiatan ini terdiri dari dua sub-kegiatan yang secara bersama-sama menanggapi kesenjangankesenjangan utama dalam kerangka kerja prosedural dan operasi dari sistem pembelian di Indonesia. (i)

Tender Kompetitif untuk Sub Kegiatan PPP.

Pendanaan MCC akan dipakai untuk mendukung: (A) Persiapan pedoman dan dokumen penawaran standar untuk tender kompetitif dari proyek-proyek PPP dan pengembangan sebuah paket alat praktis dengan template dan dokumen model untuk perencanaan pembelian dan persiapan proyek; (B) Sebuah program percobaan untuk memperagakan dan mengakhiri Proyek Modernisasi Pembelian dalam konteks tender sebuah proyek infrastruktur PPP paling sedikit di satu kementerian dan sejumlah pengelola sub-nasional yang berminat, seperti perusahaan air minum; dan (C) Pelaksanaan penyesuaian yang direkomendasikan, sesuai keperluan, dari sistem e-pembelian dan sebuah sistem pengelolaan proyek PPP.

(ii)

Prosedur untuk Sub Kegiatan Pembelian Berkesinambungan.

Pemerintah harus memiliki prosedur pembelian berkesinambungan ketika berperan sebagai konsumen. Dampaknya akan signifikan saat Pemerintah merupakan konsumen terbesar di Indonesia dan mengendalikan pembelanjaan yang merupakan persentase besar dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, kebijakan pembelian publik Pemerintah, sebagaimana setiap sistem pembelian publik nasional lainnya, merupakan sebuah penggerak perubahan utama di seluruh masyarakat. Dalam rangka memajukan komitmen pada pembelian yang berkesinambungan sebagaimana diuraikan dalam Perpres 54/2010, Pendanaan MCC akan dipakai untuk mendukung pengembangan proses-proses dan prosedur-prosedur untuk merealisasikan komitmen ini. Pengembangan kerangka kerja pembelian berkesinambungan akan dilaksanakan dalam tiga tahap: sebuah tahap temuan, sebuah tahap penetapan dan sebuah tahap pelaksanaan yang mengarah pada progra percobaan. MCC dan Pemerintah akan mengevaluasi kinerja sub kegiatan ini pada akhir dari setiap tahap dan akan melangkah maju ke tahap berikutnya hanya setelah dicapai persetujuan bersama. 2.

Penerima Manfaat.

Modernisasi sistem pembelian publik Pemerintah akan menguntungkan warganegara yang bermukim di kabupaten, provinsi atau kota yang disasarkan MCC lewat reformasi PSU.

JADWAL 3 - 4

Proyek Modernisasi Pembelian akan mendukung reformasi kelembagaan dalam unit-unit pembelanjaan pemerintah lokal dan pusat PSU dengan sasaran mengembangkan sebuah inti terdiri dari 500 profesional pembelian. Ditaksir bahwa korps tenaga kerja baru yang terlatih ini akan menyediakan kebutuhan staffing permanen untuk paling sedikit 100 PSU, tetapi kebutuhan staffing total untuk PSU model akan diusahakan selama tahap peragaan proyek. 3.

Langkah Mitigasi Lingkungan dan Sosial.

Sifat dari Kegiatan berdasarkan Proyek Modernisasi Pembelian sedemikian rupa sehingga tak mungkin menyebabkan ancaman bahaya EHS langsung karena mereka melibatkan pembangunan kapasitas kelembagaan, serta pengembangan kebijakan dan prosedur. Tender Kompetitif untuk sug-kegiatan PBB yang diuraikan dalam Bagian 1(b)(i) dari Jadwal 3 ini melibatkan pengembangan kebijakan dan prosedur sehingga Pemerintah bisa meningkatkan efisiensi PPP; mendorong lebih jauh investasi sektor swasta dan meningkatkan investasi infrastruktur pemerintah. Sebuah komponen penting dari PPP, pengembangan kebijakan akan menjamin bahwa para investor tahu tentang regulasi Pemerintah terkait ancaman lingkungan, kesehatan dan keselamatan serta bahwa kegiatan PPP memenuhi persyaratan hukum dan memperkuat sistem saat ini yang mengikut sertakan pengamanan ESA. Kegiatan MCAIndonesia diperkirakan akan termasuk menjamin bahwa pengamanan lingkungan dan sosial ditanggapi dalam dokumen penawaran standar, pengembangan PPP, prosedur peninjauan prapemberian yang termasuk Kementerian Lingkungan, Kementerian Kehutanan dan stakeholder lain, serta memperkuat prosedur peninjauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Disamping itu, pelatihan yang dikembangkan untuk menyusun perubahan kebijakan dan prosedur PPP juga harus memuat kurikulum tentang pengamanan lingkungan dan sosial. Isu-isu lingkungan dan sosial yang utama terkait PPP bisa termasuk yang berikut ini: tenaga kerja dan kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan masyarakat, transmigrasi bukan sukarela dan pengadaan tanah, keanekaragaman hayati dan pengelolaan sumber daya alam, penduduk asli, ijin yang diberikan secara bebas dan pengetahuan cukup, serta pencegahan dan pengurangan pencemaran, antara lain. Sub-kegiatan Pembelian Berkesinambungan yang diuraikan dalam Bagian 1(b)(ii) dari Jadwal 3 ini mewakili sebuah kesempatan untuk membantu Pemerintah dengan keinginannya bagi pertumbuhan berdasarkan lingkungan yang berkesinambungan yang diuraikan dalam analisa “Indonesia Critical Development Constraints” yang diterbitkan Bank Pembangunan Asia. Lewat pengembangan kebijakan dan sebuah program percobaan, LKPP akan mampu menentukan bagaimana sebuah kerangka kerja pembelian berkesinambungan bisa secara sukses diperbesar. Kegiatan ini akan membutuhkan sertifikasi yang tepat dan adanya sistem verifikasi untuk materi dari sumber-sumber yang berkesinambungan guna mencegah insden “green washing” dan selanjutnya mengurangi risiko EHS. Mengingat kompleksitas dari kerangka kerja desentralisasi pemerintahan yang tumpang tindih dengan kerangka kerja hukum ESA, dan sejumlah besar NGO dan kelompok advokasi yang berminat pada kesinambungan di Indonesia, maka penting bahwa kegiatan Pembelian Berkesinambungan secara keseluruhan berkonsultasi dengan berbagai stakeholder untuk menjamin bahwa kebijakan dan prosedur konsisten dengan pemahaman mutakhir dan diterima oleh unsurdan organisasi yang akan menggalakkan penggunaannya. Juga penting bahwa kebijakan dan prosedur PPP dikoordinasikan secara baik dengan sub-kegiatan Pembelian Berkesinambungan guna menjamin keduanya saling memperkuat dan tidak mengacaukan masing-masing sukses (misalnya, prosedur PPP memungkinkan penebangan kayu

JADWAL 3 - 5

yang tidak berkesinambungan dan sub-kegiatan Pembelian Berkesinambungan menggalakkan penebangan dari hutan yang dikelola secara berkesinambungan). 4.

Koordinasi Donor.

LKPP telah menerima dukungan dari beberapa donor untuk penguatan kelembagaannya, termasuk AusAid, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. MCC telah melakukan koordinasi dengan donor-donor ini sehubungan isu-isu teknis dan strategi pelaksanaan selama pengembangan proyek berlangsung. Berdasarkan pembahasan ini, AusAid memutuskan untuk memperpanjang program bantuan teknisnya (“ISP3”) yang tadinya akan selesai pada 2011 dengan satu tahun lagi. Proyek ISP3 telah membantu LKPP untuk mengembangkan strategi bagi pengembangan sumber daya manusia dan mengorganisir PSU yang akan dilaksanakan oleh MCC. Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia terus memberikan berbagai program dukungan teknis dan bantuan teknis untuk mengembangkan dokumen penawaran standar. MCC merencanakan meneruskan kerjasama erat dengan para donor selama proses pelaksanaan Perjanjian dan akan terus berpartisipasi dalam forum donor terkait pembelian. 5.

USAID.

Lewat Indonesia Threshold Program, MCC berada di garis depan mendukung usaha LKPP untuk memperkenalkan praktik-praktik pembelian modern ke Indonesia. USAID berperan sebagai pelaksana dari Indonesia Threshold Program yang diprakarsai MCC, yang mendukung perluasan sistem pembelian elektronik LKPP (LPSE) lewat pembentukan lima pusat pembelian regional. Proyek Modernisasi Pembelian menyajikan sebuah kesempatan unik untuk MCC dan USAID untuk membangun diatas sukses-sukses awal dan bekerja sama dalam usaha reformasi pembelian publik dalam seluruh pelaksanaan Perjanjian. 6.

Kesinambungan.

Proyek Modernisasi Pembelian dipusatkan pada pembangunan lembaga-lembaga dan kebijakankebijakan berkesinambungan guna mencapai praktik pembelian publik yang lebih baik dan bersifat jangka panjang di Indonesia lewat jaminan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar, serta penyerahan barang dan jasa yang bernilai lebih baik untuk uang yang dibelanjakan. Sementara program pengembangan kapasitas melakukan investasi dalam sumber daya manusia, program ini dirancang untuk dilaksanakan sedemikian rupa sehingga membangun lembaga pelatihan yang dilengkapi dengan sumber daya untuk diperluas dan secara terus menerus mempertahankan sebuah korps tenaga kerja pembelian. PSU yang akan dicoba dimaksudkan sebagai studi kasus yang menghasilkan pelajaran yang bisa dipetik dan praktik-praktik terbaik sebagai model untuk membentuk unit-unit seperti itu di seluruh negara. 7.

Reformasi Kebijakan, Hukum dan Regulasi.

(a) Sebagai sebuah kondisi saat dimulainya Tahap Dua, Pemerintah wajib menetapkan pembelian sebagai profesi fungsional dalam korps pegawai negeri dengan sebuah jalur karir yang ditetapkan. (b) Pemerintah akan mengidentifikasi reformasi kebijakan, hukum dan regulasi yang perlu untuk secara efektif melelang secara kompetifit proyek-proyek PPP.

JADWAL 3 - 6

Pemerintah akan memajukan reformasi kebijakan, hukum dan regulasi untuk mendorong pembelian barang dan jasa hijau dalam sektor pembelian publik.

JADWAL 3 - 7

LAMPIRAN II IKHTISAR RENCANA FINANSIAL MULTI TAHUN Lampiran II mengikhtisarkan Rencana Finansial Multi Tahun untuk Program. 1.

Umum.

Sebuah ikhtisar rencana finansial multi tahun (“Ikhtisar Rencana Finansial Multi Tahun”) dilampirkan disini sebagai Exhibit A. Pada waktunya sebagaimana diperinci dalam PIA, Pemerintah akan memberlakukan, setelah disetujui MCC, sebuah rencana finansial multi tahun yang termasuk, disamping ikhtisar multi tahun dari taksiran Pendanaan MCC dan sumbangan dana dan sumber daya Pemerintah, kebutuhan pendanaan tahunan dan kuartalan untuk Program (termasuk biaya administratif) dan untuk masing-masing Proyek, yang diproyeksikan baik berdasarkan sebuah komitmen atau persyaratan tunai.

EXHIBIT A IKHTISAR RENCANA FINANSIAL MULTI TAHUN

(US$) Komponen

CIE

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

Total

$3,000,000

$8,000,000

$5,000,000

$4,000,000

$3,000,000

$2,000,000

$25,000,000

(b) Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan

$850,000

$10,350,000

$10,200,000

$9,700,000

$9,700,000

$9,200,000

$50,000,000

(c) Kegiatan Fasilitas Kemakmuran Hijau

$500,000

$46,000,000

$50,000,000

$48,650,000

$48,850,000

$48,500,000

$242,500,000

$0

$3,460,000

$2,960,000

$2,960,000

$2,960,000

$2,660,000

$15,000,000

$4,350,000

$67,810,000

$68,160,000

$65,310,000

$64,510,000

$62,360,000

$332,500,000

1. PROYEK KEMAKMURAN HIJAU (GP) (a) Kegiatan Perencanaan Partisipatif Penggunaan Tanah

(d) Kegiatan Pengetahuan Hijau SUBTOTAL

2. PROYEK GIZI BERBASIS MASYARAKAT (a) Hibah untuk Kegiatan Proyek Masyarakat (b) Kegiatan Intervensi Supply Side (c) Kegiatan Komunikasi dan Evaluasi SUBTOTAL

$0

$10,584,000

$13,608,000

$16,632,000

$19,656,000

$21,168,000

$81,648,000

$1,000,000

$7,177,798

$7,893,096

$6,315,052

$8,887,008

$4,658,057

$35,931,011

$0

$4,459,326

$3,081,077

$3,001,294

$1,648,011

$1,731,281

$13,920,989

$1,000,000

$22,221,124

$24,582,173

$25,948,346

$30,191,019

$27,557,338

$131,500,000

3. PROYEK MODERNISASI PEMBELIAN (a) Kegiatan Profesionalisasi Pembelian (b) Kegiatan Kebijakan dan Prosedur SUBTOTAL

$1,750,000

$6,750,000

$6,750,000

$7,055,250

$15,000,000

$9,101,750

$46,407,000

$0

$898,250

$898,250

$898,250

$898,250

$0

$3,593,000

$1,750,000

$7,648,250

$7,648,250

$7,953,500

$15,898,250

$ 9,101,750

$ 50,000,000

4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi (M&E)

$200,000

$1,500,000

$2,000,000

$1,000,000

$2,500,000

$3,000,000

$10,200,000

SUBTOTAL

$200,000

$1,500,000

$2,000,000

$1,000,000

$2,500,000

$3,000,000

$10,200,000

5. MANAJEMEN PROGRAM DAN PENGENDALIAN (a) Administrasi Program

$1,000,000

$9,200,000

$9,700,000

$9,700,000

$9,100,000

$10,800,000

$49,500,000

(b) Manajemen Fiskal

$1,800,000

$1,800,000

$1,800,000

$1,800,000

$1,800,000

$1,800,000

$10,800,000

(c) Manajemen Pembelian

$1,800,000

$1,800,000

$1,500,000

$1,500,000

$1,200,000

$1,200,000

$9,000,000

$0

$300,000

$300,000

$300,000

$300,000

$300,000

$1,500,000

$100,000

$800,000

$1,200,000

$1,200,000

$1,200,000

$500,000

$5,000,000

$4,700,000

$13,900,000

$14,500,000

$14,500,000

$13,600,000

$14,600,000

$75,800,000

$12,000,000

$113,079,374

$116,890,423

$114,711,846

$126,699,269

$116,619,088

$600,000,000

(d) Audit (e) Kegiatan Gender Tersasarkan SUBTOTAL ANGGARAN PERJANJIAN TOTAL

LAMPIRAN II - 2

LAMPIRAN III PEMANTAUAN DAN EVALUASI Lampiran III umumnya menguraikan komponen-komponen rencana pemantauan dan evaluasi (“Rencana M&E”) untuk Program. Isi dan bentuk dari Rencana M&E akan disetujui oleh MCC dan Pemerintah sesuai dengan Kebijakan Pemantauan dan Evaluasi dari Perjanjian dan Threshold Program MCC yang diposting dari waktu ke waktu di Situs MCC (“Kebijakan Pemantauan dan Evaluasi dan Threshold Program MCC”). Rencana M&E bisa dimodifikasi sebagaimana diuraikan dalam Kebijakan Pemantauan dan Evaluasi dari Perjanjian dan Threshold Program MCC disertai persetujuan MCC tanpa membutuhkan amandemen pada Lampiran III ini. 1.

Sekilas Pintas.

MCC dan Pemerintah akan merumuskan dan menyetujui, serta Pemerintah akan melaksanakan atau menyebabkan dilaksanakannya sebuah Rencana M&E yang memperinci: (a) bagaimana kemajuan ke Sasaran Perjanjian dan Tujuan Proyek akan dipantau (“Monitoring Component”); (b) sebuah proses dan jadwal untuk memantau Kegiatan yang sudah direncanakan, sedang berlangsung atau sudah diselesaikan guna menentukan efisiensi dan efektivitasnya; dan (c) sebuah metodologi untuk menilai dan evaluasi yang teliti dari hasil dan dampak Program (“Komponen Evaluasi”). Informasi terkait kinerja Program, termasuk Rencana M&E, dan amandemen atau modifikasinya, serta juga kemajuan dan laporan lain, akan disediakan untuk publik di Situs MCC, MCA-Indonesia dan tempat-tempat lain. Disamping itu, data dan temuan empiris yang diperoleh lewat Rencana M&E, termasuk lewat Evaluasi Dampak (sebagaimana didefinisikan dibawah), akan dipakai untuk menghitung atau menghitung kembali proyeksi dan eks-pasca ERR untuk Proyek dan Kegiatan sesuai kebutuhan dan sesuai dengan Pedoman Analisa Ekonomi MCC, guna menilai apakah Proyek-Proyek dan Kegiatan-Kegiatan memenuhi tingkat hambatan yang didefinisikan MCC. MCC bisa mempergunakan model ekonomi yang dinilai paling relevan dan tepat, dan bisa memakai buktibukti yang dinilai paling meyakinkan dalam kaitannya dengan model tersebut, tetapi akan berkonsultasi dengan MCA-Indonesia dan ahli-ahli relevan lain dalam memberi bobot dan konteks pada bukti-bukti itu. MCC bisa memutuskan untuk mengurangi atau menghilangkan lingkup atau anggaran Perjanjian untuk Proyek, Kegiatan atau sub-kegiatan kalau ERR masingmasing berada dibawah tingkat hambatan. Perincian lebih lanjut sehubungan metode untuk menghitung ERR untuk proyek-proyek yang didanai oleh Fasilitas GP akan diatur dalam Perjanjian Pelaksanaan Program. MCC dan Pemerintah juga menyepakati logika program, unsur-unsur program khusus dan rancangan terperinci dari proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan untuk mendukung sebuah proyeksi ERR lebih tinggi dan perbaikan realisasi dari Sasaran atau Tujuan dari Perjanjian ini berdasarkan data tambahan, pemantauan dan temuan evaluasi pendahuluan atau sementara, dan/atau pemahaman lebih baik dari sebab-sebab dan pemecahan paling menjanjikan dari kendala-kendala pertumbuhan ekonomi yang ditanggapi Perjanjian ini, termasuk isu-isu sosial dan kelamin, kebijakan, regulasi dan lain-lain, baik sebelum maupun sesudah diberlakukannya Perjanjian ini.

2.

Logika Program.

Rencana M&E akan dibangun berdasarkan sebuah model logika yang mengilustrasikan bagaimana Program, Proyek dan Kegiatan menyumbang pada Sasaran Perjanjian dan Tujuan Proyek. (a) Tujuan dari Proyek Gizi Berbasis Masyarakat adalah mengurangi dan mencegah berat tubuh rendah saat lahir, pengerdilan masa kanak-kanak dan kekurangan gizi anak-anak di kawasan proyek. Hal ini akan mengarah pada peningkatan pendapatan rumah tangga lewat penghematan biaya, peningkatan produktivitas dan pendapatan lebih tinggi; (b) Tujuan dari Proyek GP adalah (i) meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil lewat perluasan energi terbarukan; dan (ii) meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari tanah lewat perbaikan praktik penggunaan tanah dan pengelolaan dari sumber daya alam. Tujuan ini mendukung pembangunan ekonomi karbon rendah dan perlindungan modal alam yang akan mengarah pada peningkatan pendapatan rumah tangga di kawasan proyek; dan (c) Tujuan dari Proyek Modernisasi Pembelian adalah (i) mencapai penghematan biaya pemerintah yang signifikan dari barang dan jasa yang dibeli; dan (ii) meningkatkan pengerahan jasa publik lewat pembiayaan berdasarkan anggaran yang direncanakan. 3.

Komponen Pemantauan.

Guna memantau kemajuan ke arah pencapaian dampak dan hasil dari Perjanjian, Komponen Pemantauan dari Rencana M&E akan mengidentifikasi: (i) Indikator (sebagaimana dirumuskan dibawah), (ii) definisi dari Indikator, (iii) sumber dan metode pengumpulan data, (iv) frekuensi pengumpulan data, (v) pihak atau para pihak yang bertanggung jawab mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan; dan (vi) jadwal untuk pelaporan setiap indikator kepada MCC. Selanjutnya, Komponen Pengetahuan akan melacak perubahan pada Indikator yang dipilih untuk mengukur kemajuan menuju pencapaian Tujuan Proyek selama Kurun Waktu Pejranjian. MCC juga bermaksud meneruskan pemantauan dan evaluasi dari dampak jangka panjang dari Perjanjian setelah Perjanjian berakhir. Rencana M&E akan menetapkan baseline yang mengukur situasi sebelum sebuah intervensi pengembangan dilakukan, dan terhadap mana kemajuan bisa diukur atau perbandingan dilakukan (masing-masing, sebuah “Baseline”). Pemerintah akan mengumpulkan berbagai Baseline dari Indikator yang dipilih atau memverifikasi berbagai Baseline yang telah dikumpulkan dimana perlu dan sebagaimana diuraikan dalam Rencana M&E. (a)

Indikator.

Rencana M&E akan mengukur hasil Program mempergunakan data kuantitatif, objektif dan handal (“Indikator”). Setiap indikator akan punya tolok ukur yang memperinci nilai yang diharapkan dan waktu yang diharapkan hasil itu tercapai (“Target”). Rencana M&E akan didasarkan pada sebuah pendekatan kerangka kerja logis yang menggolongkan indikator sebagai sasaran, tujuan, hasil dan keluaran. Indikator Sasaran Perjanjian (“Indikator Sasaran”) akan mengukur sasaran pengurangan kemiskinan untuk setiap Proyek. Kedua, Indikator Tujuan LAMPIRAN III - 2

(“Indikator Tujuan Proyek”) akan mengukur hasil akhir dari setiap Proyek. Ketiga, Indikator Keluaran dan Hasil (“Indikator Hasil Proyek”) akan mengukur hasil awal dan antara dari kegiatan Proyek. Untuk setiap Indikator Hasil Proyek, Indikator Tujuan Proyek dan Indikator Sasaran, Rencana M&E akan merumuskan sebuah strategi untuk memperoleh dan memverifikasi nilai dari Baseline. Semua Indikator akan dipilah berdasarkan gender, tingkat pendapatan dan usia, serta jenis penerima manfaat sejauh hal ini memungkinkan. Berdasarkan persetujuan tertulis sebelumnya dari MCC, MCA-Indonesia bisa menambah atau menyempurnakan definisi dan Target dari indikator-indikator yang ada. (i)

Indikator Perjanjian.

(1) Sasaran. Rencana M&E akan memuat indikator berikut terkait denga Sasaran Perjanjian dan didasarkan pada statistik nasional. Program akan menymbang pada kemajuan terhadap kemiskinan di seluruh negara dan pengurangan emisi karbon di kawasan Proyek, tetapi hasilnya akan bergantung pada banyak faktor dalam ekonomi: (A)

Peningkatan pendapatan rumah tangga di Kawasan Proyek.1

(B)

Peningkatan efisiensi dan kualitas belanja dari dana publik.

(2) Indikator Tujuan dan Hasil. Rencana M&E akan memuat Indikator yang termuat dalam tabel-tabel berikut ini. Sebelum diberlakukan, semua Baseline dan Target akan dinilai dan dimodifikasi oleh Para Pihak saat data lokasi Proyek, perincitan Kegiatan dan Baseline baru tersedia. Target minimum akan diidentifikasi dan Lampiran III ini akan dimodifikasi seperlunya, sebelum diberlakukan. Disamping itu, Rencana M&E akan diamandemen untuk mencerminkan penambahan indikator seperti itu. Indikator umum MCC yang relevan untuk Proyek juga akan diikut sertakan. Tabel 1: Proyek Gizi Berbasis Masyarakat Hasil

Mengurangi dan mencegah berat tubuh kurang waktu lahir, pengerdilan masa kanakkanak dan kekurangan gizi anak-anak di kawasan proyek. Pengerahan

Indikator

Pengurangan pengerdilan

Pengurangan berat tubuh kurang waktu lahir

Peningkatan

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 5

Persen

TBD

- 20

Persen

TBD

-21

Titik Persentase

TBD

+10.

Definisi Indikator Tingkat Tujuan Pengurangan tingkat pengerdilan dikalangan anakanak di kawasan proyek

Pengurangan persentase anak lahir dibawah 2500 gram di kawasan proyek Indikator Hasil2 Ibu hamil diperiksa bidan

1

Hal ini berlaku baik untuk proyek Gizi Berbasis Masyarakat maupun Kemakmuran Hijau. Indikator Generasi yang ada diikut sertakan dalam tabel ini. Indikator Generasi Plus tambahan, beberapa diantaranya sedang dikembangkan, juga akan dipantau setiap kuartal. 2

LAMPIRAN III - 3

Tabel 1: Proyek Gizi Berbasis Masyarakat Hasil layanan kesehatan yang meningkat

Indikator

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 5

Titik Persentase

TBD

+10.

Setiap perempuan hamil menerima minimum 90 pil besi selama masa kehamilan

Persen

TBD

+10.

Setiap bayi dari 6 sampai 59 bulan menerima Vitamin A dua kali setahun

Persen

TBD

TBD

Persen

TBD

TBD

Persen

0

80.

Persen

TBD

TBD

Titik Persentase

TBD

+10.

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 5

Persen

TBD6

TBD

Definisi

kunjungan ke layanan prakelahiran Kenaikan dalam kelahiran yang dibantu Kenaikan pembagian suplemen besi Kenaikan pembagian suplemen Vitamin A

paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan Kelahiran dibantu oleh pekerja kesehatan terlatih

Setiap ibu dan bayi menerima pengobatan pascanatal dari bidan atau seorang dokter, paling sedikit dua kali dalam kurun waktu sesudah kelahiran Setiap anak dibawah dua tahun yang diukur panjang/tinggi, secara rutin

Kenaikan pengobatan pasca-kelahiran yang disediakan Kenaikan jumlah anak-anak yang diukur Penimbangan bulanan teratur meningkat

Penimbangan teratur untuk dibawah usia lima tahun Liputan imunisasi untuk bayi 12-23 bulan di kawasan target

Kenaikan liputan imunisasi

Tabel 2: Proyek Kemakmuran Hijau3 Hasil

Memperluas energi terbarukan untuk meningkatkan

Indikator

Jumlah rumah tangga4 yang punya listrik dipilah oleh tingkat administratif

Definisi Tingkat Tujuan Persentase rumah tangga yang punya listrik lewat sumber energi terbarukan di sub kabupaten dan kabupaten5 yang

3

Semua nilai baseline dan target akan ditetapkan untuk kawasan geografis yang ditargetkan oleh kegiatan proyek, kemungkinan pada tingkat kabupaten atau sub-kabupaten. 4 Kalau laik, indikator ini akan dimodifikasi dan mengikut sertakan industri rumah tangga dan bisnis kecil 5 Punya listrik akan didefnisikan untuk menetapkan tingkat listrik minimum dan jam tersedianya persedian yang perlu guna diklasifikasikan sebagai "punya listrik." 6 Sumber data menyediakan angka-angka berbeda untuk harga elektifikasi. Sementara pemerintah lokal melacak sambungan listrik pada tingkat kabupaten dan provinsi, data baseline akan ditentukan sebelum EIF untuk calon kabupaten Jambi dan Sulawesi Barat yang akan menerima dukungan selama tahap pertama Proyek. Pekerjaan serupa akan dilakukan untuk kabupaten-kabupaten lainnya ketika pemilihan lokasi berlangsung.

LAMPIRAN III - 4

Tabel 2: Proyek Kemakmuran Hijau3 Hasil

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 5

Persentase rumah tangga yang punya listrik di desa

Persen

TBD

TBD

Kenaikan persentase dari energi terbarukan on grid/off grid vis a vis listrik yang dihasilkan lewat bahan bakar fosil

[Sumber energi terbarukan / PL tenaga bahan bakar fosil dan energi terbarukan]* 100

Persen

TBD

TBD

Kenaikan produktivitas pertanian

Kenaikan produktivitas di pertanian pada pertanian yang ada dan tahan degradasi, untuk dipilah per komoditi

Panen pertanian per hektar

TBD

TBD

Angka

TBD

TBD

Total Apungan Padat

TBD

TBD

Ha

TBD

TBD

Ha yang mematuhi standar pelestarian

TBD

TBD

Indikator

produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil

Perbaikan praktik pemakaian tanah dan pengelolaan sumber daya alam untuk menaikkan produktivitias dan mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis daratan Peningkatan praktik pemakaian tanah dan pengelolaan sumber daya alam untuk menaikkan produktivitas tanah Pemeliharaan atau peningkatan tampungan karbon (misalnya pemisahan karbon)7

Definisi disasarkan sebagai hasil proyek

Jumlah peminjam kredit

Peningkatan pengelolaan batas air Kepadatan liputan hutan dipertahankan atau ditingkatkan Kejenuhan tanah gambut dan tingkat air tanah

Indikator Hasil Jumlah peminjam (produsen sektor utama, wirausahawan pedesaan dan asosiasi) yang mengakses pinjaman untuk investasi di pertanian, lepas pertanian dan pedesaan. Peningkatan kualitas air sebagaimana diukur lewat penurunan kekeruhan Tingkat tangkapan CO2 dari rasio hutan primer, sekunder dan degradasi parah8 Kondisi tanah gambut, metode yang sesuai untuk kawasan proyek masingmasing TBD

7

Metode untuk menaksir pengurangan emisi terkait dengan pemeliharaan atau peningkatan tampungan karbon (carbon sinks) (pemisahan) di kawasan proyek yang akan ditetapkan untuk kegiatan proyek di kawasan yang ditargetkan oleh pemberlakuan. 8 Faktor-faktor emisi dari beberapa lanskap harus ditentukan.

LAMPIRAN III - 5

Tabel 2: Proyek Kemakmuran Hijau3 Hasil

Rencana tata ruang yang diubah

Peningkatan keterlibatan masyarakat

Indikator

Definisi

Jumlah rencana tata ruang yang diperbaharui atau disempurnakan Kenaikan pengawasan tanah masyarakat Jumlah liputan hutan yang dipantau

Pengembangan dan peningkatan Pusat Keunggulan Peningkatan pengetahuan masyarakat Stakeholder terlatih

Tingkat Keluaran Jumlah rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan provinsi, termasuk pemberian lisensi informasi perbatasan administratif Jumlah hektar yang berada dibawah rencana pelestarian masyarakat Kenaikan penunjukan area pengelolaan hutan berbasis masyarakat Jumlah Pusat Keunggulan yang menerima dukungan proyek untuk menggalakkan pengembangan karbon rendah Jumlah usaha mikro kecil/menengah, organisasi masyarakat madani, koperasi, masyarakat dan pejabat setempat yang terlatih dalam hal pengembangan karbon rendah berkesinambungan

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 5

Angka

0.

10.

Ha

TBD

TBD

Ha

TBD

TBD

Angka

TBD

TBD

Angka

TBD

TBD

Tabel 3: Proyek Modernisasi Pembelian9 Hasil

Penghematan Pemerintah

Pengurangan bunching

Indikator

Pengurangan biaya barang dan jasa Peningkatan kualitas barang dan jasa Pengurangan dalam belanja

Definisi Tingkat Tujuan Biaya barang dan jasa setelah waktu tertentu, sebagai [harga beli/harga pasar] Peningkatan kualitas barang dan jasa setelah waktu tertentu setelah waktu tertentu lewat audit kualitatif [Biaya tahunan PSU / Alokasi tahunan]

9

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 510

Persen

TBD

-2.5%

Persen

TBD

TBD

Biaya PSU / Alokasi

TBD

TBD

Tabel indikator mengacu pada data yang akan ditarik dari kontrak-kontrak. Semua data kontrak akan dibuat anonim untuk menjamin kerahasiaan; variabel-variabel kunci seperti spesifikasi teknis, harga penawaran dan haraga akhir akan diperlukan. Disamping itu, unsur-unsur pembelian akan perlu untuk berbagi data (dan kadang-kadang dikumpulkan) dari pembelian sumber tunggal, protes, keluhan dan indikator relevan lainnya. 10 Target tidak selalu tepat untuk beberapa dari indikator hasil dan keluaran di bawah; pelacakannya penting untuk penilaian lebih luas bersama indikator lain dari pada secara sendiri-sendiri.

LAMPIRAN III - 6

Tabel 3: Proyek Modernisasi Pembelian9 Hasil

Indikator

Unit Pengukuran

Baseline

Target Tahun Ke 510

Angka

0

60

Angka

0

TBD

Angka

0

TBD

Jumlah penawar / Pembelian total

TBD

TBD

Pembelian satu sumber / Pembelian total

TBD

TBD

[jumlah pembatalan / total jumlah pembelian]

Pembelian dibatalkan / Total pembelian

TBD

TBD

[jumlah tanggapan / jumlah keluhan]

Tanggapan / keluhan

TBD

TBD

Definisi

yang tidak jadi dan yang ditunda dari alokasi anggaran

Manfaat Proyek

Jumlah unit jasa pembelian Jumlah kemitraan publik swasta tambahan Pembentukan sistem informasi pembelian

Jumlah penawar rata-rata

Peningkatan Persaingan

Kenaikan Efisiensi

Penurunan dalam pembelian satu sumber Penurunan dalam pembelian yang dibatalkan Kenaikan tanggapan PSU terhadap keluhan

Tingkat Hasil Unit jasa pembelian yang didukung oleh proyek Kemitraan publik swasta dibentuk bersama GOI E-katalog terintegrasi dan sistem pengelolaan pembelin yang beroperasi di PSU yang didukung proyek. Tingkat Keluaran [jumlah penawar per pembelian / total jumlah pembelian [jumlah sumber / total jumlah pembelian]

Jumlah protes yang diajukan

Jumlah protes terhadap tindakan pembelian oleh perusahaan swasta

Angka

TBD

TBD

Persentase protes dimana pemberian diubah

[Keputusan untuk mengubah pemberian / jumlah protes]

Persen

TBD

TBD

TBD

TBD

TBD

TBD

TBD

TBD

Waktu rata-rata mempersiapkan tawaran

Jumlah hari yang perlu untuk mempersiapkan penawaran, rata-rata

Jumlah rata-rata hari untuk evaluasi penawaran

Jumlah hari yang perlu untuk evaluasi penawaran, rata-rata

Jumlah hari ratarata dari evaluasi sampai pemberian

Jumlah hari antara penyelesaian evaluasi penawaran sampai pemberian kontrak

LAMPIRAN III - 7

[Jumlah hari mempersiapkan dokumen penawaran / penawaran yang dipersiapkan] [Jumlah hari untuk evaluasi tawaran / jumlah tawaran dievaluasi] [Jumlah hari dari evaluasi sampai pemberian / jumlah pembelian yang dievaluasi]

(b) Pengumpulan Data dan Pelaporan. Rencana M&E akan menetapkan pedoman untuk pengumpulan data dan pelaporan, serta mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab. Kepatuhan pada pengumpulan data dan jadwal pelaporan akan jadi persyaratan bagi Pembayaran dari Kegiatan-Kegiatan tertentu sebagaiaman diuraikan dalam Persetujuan Pelaksanaan Program. Rencana M&E akan memperinci metodologi pengumpulan data, prosedur dan analisa yang perlu untuk pelaporan hasil pada semua tingkat. Rencana M&E akan menguraikan setiap persetujuan interim MCC untuk pengumpulan data, analisa dan rencana pelaporan. (c) Tinjauan Kualitas Data. Sebagaimana ditetapkan dalam Rencana M&E atau kalau diminta oleh MCC, kualitas data yang dikumpulkan lewat Rencana M&E akan ditinjau untuk menjamin bahwa data yang dilaporkan benar, handal dan tepat waktu sejauh sumber daya memungkinkan. Tujuan dari tinjauan kualitas data adalah untuk verifikasi kuallitas dan konsistensi dari data kinerja lintas berbagai unit pelaksana dan lembaga pelaporan. Tinjauan kualitas data seperti itu juga berperan untuk mengidentifikasi dimana tingkat-tingkat kualitas semacam itu tidak dimungkinkan, mengingat kenyataan dari pengumpulan data. (d) Sistem Informasi Pengelolaan. Rencana M&E akan menguraikan sistem informasi yang akan dipakai untuk mengumpulkan data, menyimpan, mengolah dan menyerahkan data kepada pemangku kepentingan yang relevan sedemikian rupa sehingga informasi Program yang terkumpul dan diverifikas sesuai Rencana M&E bisa diakses setiap waktu dan bermanfaat untuk mereka yang ingin mempergunakannya. Pengembangan sistem akan mempertimbangkan persyaratan dan kebutuhan data dari komponen-komponen Program, dan akan disesuaikan dengan sistem MCC yang ada, penyedia jasa lain dan kementerian. (e) Peran dari MCA Indonesia. Pemantauan dan evaluasi dari Perjanjian ini meliputi tiga Proyek terpisah dan akan melibatkan berbagai lembaga pemerintahan, non-pemerintah dan sektor swasta. Sesuai dengan penunjukan yang dipertimbangkan dalam Bagian 3.2(b) dari Perjanjian, MCA-Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan dari Rencana M&E. MCAIndonesia akan mengawasi semua kegiatan pemantauan dan evaluasi terkait Perjanjian yang diselenggarakan untuk masing-masing Proyek, menjamin bahwa data dari semua unsur pelaksana konsisten, melaporkan secara akurat dan dipilah kedalam laporan kinerja Perjanjian yang teratur sebagaimana diuraikan dalam Rencana M&E. 4.

Komponen Evaluasi.

Komponen Evaluasi dari Rencana M&E akan memuat tiga jenis evaluasi: (i) evaluasi dampak; (ii) evaluasi kinerja proyek; (iii) studi khusus. Komponen Evaluasi dari Rencana M&E akan menguraikan maksud evaluasi, metodologi, jadwal, persetujuan MCC yang diperlukan dan proses pengumpulan dan analisa data untuk setiap evaluasi. Hasil dari semua evaluasi akan tersedia untuk publik sesuai dengan Kebijakan MCC untuk Pemantauan dan Evaluasi dari Perjanjian dan Threshold Program. (a) Evaluasi Dampak. Rencana M&E akan mengikut sertakan sebuah uraian dari metode yang dipakai untuk evaluasi dampak dan rencana untuk integrasi metode evaluasi kedalam disain Proyek. Berdasarkan konsultasi dalam negara dengan stakeholder, strategistrategi yang diuraikan dibawah ditentukan secara bersama serta memiliki potensi terbesar untuk evaluasi dampak yang teliti. Rencana M&E selanjutnya akan menguraikan secara terperinci LAMPIRAN III - 8

metodologi-metodologi ini. Strategi evaluasi dampak akhir akan dimasukkan kedalam Rencana M&E. Berikut ini adalah ikhtisar dari metodologi evaluasi dampak potensial: (i) Proyek Gizi. Evaluasi akan difokuskan pada penentuan dampak, baik tingkat rumah tangga terhadap pengerdilan maupun efek dari insentif untuk masyarakat dan pekerja kesehatan. Juga efek strategi integrasi gender terhadap pemberdayaan perempuan, khususnya lewat sebuah modul gender kualitatif. Dampak tingkat rumah tangga yang diperhatikan termasuk pengurangan biaya layanan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan, termasuk lewat ukuran tinggi dan berat badan. Dampak ini diperkirakan akan ditentukan lewat invensi acak yang memungkinkan sebuah perbandingan rumah tangga penerima manfaat dengan rumah tangga dalam situasi mirip di luar kawasan proyek. Pengumpulan data baseline, ditengahtengah dan akhir pada tingkat rumah tangga akan memberi data yang menaksir efek dari Proyek. Evaluasi akan berusaha mengisolasi dampak dari Generasi, Generasi Plus, dan Generasi Plus tanpa insentif yang direncana kan untuk menaksir secara lebih baik efek dari setiap perangkat intervensi baik secara kombinasi maupun terpisah. Lewat koordinasi yang erat dengan MCAIndonesia, PSF akan bertanggung jawab atas pengumpulan data dan MCC akan langsung mengkontrak sebuah perusahaan untuk mengelola seluruh evaluasi. (ii) Proyek GP. Evaluasi akan meneliti (1) sebuah kenaikan produktivitas rumah tangga dan perusahaan yang berasal dari elektrifikasi dari sumber energi terbarukan, (2) kenaikan pendapatan rumah tangga dan perusahaan akibat energi terbarukan dan peningkatan dalam pertanian dan praktik pengelolaan tanah, dan (3) dampak kegiatan Proyek dalam mengurangi emisi yang berasal dari tanah dan bahan bakar fosil. (iii) Proyek Modernisasi Pembelian. Evaluasi akan termasuk analisa penghematan, peningkatan kualitas dan kenaikan efisiensi dari unit layanan pembelian. Metodologi diperkirakan mempergunakan teknik-teknik mendekati eksprerimen (quasi experimental) yang membandingkan PSU yang tidak menerima dukungan proyek dengan PSU yang menerima dukungan proyek. Metodologi juga akan menjamin kemiripan meliputi semua ciri-ciri seperti tingkat aliran pembelian, kemampuan teknologi informasi dan ukuran populasi. (b) Evaluasi Akhir. Rencana M&E akan membuat pengaturan untuk evaluasi tingkat Proyek akhir (“Evaluasi Akhir”). Dengan persetujuan tertulis sebelumnya dari MCC, Pemerintah akan melibatkan evaluator independen untuk melakukan Evaluasi Final pada akhir dari setiap Proyek. Evaluasi Final akan meninjau kemajuan selama pelaksanaan Perjanjian dan menyediakan sebuah konteks kualitatif untuk menginterpretasi data pemantauan dan temuan dampak evaluasi. Mereka harus secara minimum (i) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari Kegiatan, (ii) menentukan kalau dan menganalisa sebab-sebab mengapa Sasaran Perjanjian dan Tujuan Proyek, hasil dan keluaran tercapai atau tidak tercapai; (iii) mengidentifikasi hasil yang tidak diharapakan baik positif maupun negatif dari Program; (iv) menyediakan pelajaranpelajaran yang dipetik yang bisa diterapkan pada proyek yang mirip; dan (v) menilai kemungkinan bahwa hasilnya akan bisa dipertahankan seterusnya. (c) Studi Khusus. Rencana M&E akan termasuk sebuah uraian dari metode yang dipakai untuk studi khusus, sesuai kebutuhan, yang didanai lewat Perjanjian ini atau oleh MCC. Rencana untuk melakukan studi-studi khusus ini akan ditentukan secara bersama antara Pemerintah dan MCC sebelum persetujuan diberikan untuk Rencana M&E. Rencana M&E akan mengidentifikasi dan membuat pengaturan dari studi khusus lain, evaluasi ad hoc, dan penelitian yang dibutuhkan sebagai bagian dari pemantauan dan evaluasi Perjanjian ini. Baik MCC atau LAMPIRAN III - 9

Pemerintah bisa minta studi khsusu atau evaluasi ad hoc dari Proyek, Kegiatan atau Program sebagai sebuah keseluruhan sebelum kadaluwarsanya Kurun Waktu Perjanjian. Saat MCAIndonesia melibatkan seorang evaluator, keterlibatannya harus disetujui terlebih dahulu oleh MCC. Untuk semua evaluasi dari Proyek Perjanjian, baik yang ditugaskan oleh MCC, MCAIndonesia atau Pemerintah, syarat-syarat kontraknya wajib menjamin hasilnya tidak berfihak dan hasilnya dipublikasikan. (d) Permohonan Evaluasi Ad Hoc atau Studi Khusus. Kalau Pemerintah mensyaratkan sebuah evaluasi independen ad hoc atau studi khusus atas permintaan Pemerintah untuk sesuatu alasan tertentu, termasuk mempertanyakan sebuah keputusan MCC sehubungan sebuah Proyek atau Kegiatan atau untuk minta pendanaan dari donor lain, sumber daya Pendanaan MCC tidak boleh dipakai untuk evaluasi atau studi khusus semacam itu, tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari MCC. 5.

Komponen Lain dari Rencana M&E.

Disamping komponen pemantauan dan evaluasi, Rencana M&E akan termasuk komponenkomponen berikut untuk Program, Proyek dan Kegiatan, termasuk, dimana diperlukan, peran dan tanggung jawab dari pihak-pihak dan penyedia yang relevan: (a) M&E; dan

Biaya. Sebuah taksiran biaya terperinci untuk semua komponen dari Rencana

(b) Asumsi dan Risiko. Asumsi atau risiko eksternal dari Program yang mendasari pencapaian Tujuan Proyek serta hasil dan keluaran Kegiatan. Tetapi, asumsi dan risiko seperti itu tidak merupakan alasan pengecualian kinerja Pihak kecuali kalau disepakati lain secara tertulis oleh Pihak lainnya. 6.

Persetujuan dan Pelaksanaan dari Rencana M&E.

Persetujuan dan pelaksanaan dari Rencana M&E, sebagaimana diamandemen dari waktu ke waktu, akan sesuai dengan Persetujuan Pelaksanaan Program dan Persetujuan Pelengkap lain yang relevan dan Kebijakan MCC untuk Pemantauan dan Evaluasi Perjanjian dan Threshold Program.

LAMPIRAN III - 10

LAMPIRAN IV KONDISI SEBELUM PEMBAYARAN PENDANAAN PELAKSANAAN PERJANJIAN Lampiran IV ini menguraikan kondisi-kondisi sebelum yang berlaku pada Pembayaran dari Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian (masing-masing sebuah “Pembayaran CIF”) Setelah Persetujuan Pelaksanaan Program dilaksanakan, masing-masing Pembayaran CIF akan dihadapkan pada syarat-syarat Persetujuan Pelaksanaan Program. 1.

Kondisi-Kondisi Preseden Pembayaran CIF Awal.

Masing-masing dari butir-butir berikut ini harus terlaksana atau dipenuhi serta dinilai memuaskan oleh MCC sebelum Pembayaran CIF awal bisa diselenggarakan: (a) Pemerintah sudah menerbitkan Dekrit Penetapan dan dekrit seperti itu berlaku penuh dan berdampak, tanpa modifikasi, perubahan, pembatalan atau penghentian dari jenis apa saja kecuali disepakati lain oleh MCC. (b)

Pemerintah (atau MCA-Indonesia) telah menyerahkan kepada MCC: (i)

sebuah rencana akuntabilitas interim yang bisa diterima kepada MCC; dan

(ii)

sebuah rencana pembelian CIF yang bisa diterima oleh MCC.

(c) MCA-Indonesia akan dimobilisasi secara memadai agar MCA-Indonesia mampu melaksanakan sepenuhnya kewajiban-kewajibannya yang relevan untuk Permohonan Pembayaran khusus dan bertindak mewakili Pemerintah. (d) Pemerintah akan memberlakukan dekrit dan peraturan seperti itu sesuai kebutuhan untuk melaksanakan Bagian 2.8 dari Perjanjian ini. 2.

Kondisi Preseden semua Pembayaran CIF (Termasuk Pembayaran CIF Awal).

Masing-masing dari butir-butir berikut ini harus terlaksana atau dipenuhi sebelum setiap Pembayaran CIF bisa dilakukan: (a) Pemerintah (atau MCA-Indonesia) telah menyerahkan kepada MCC dokumendokumen berikut, yang dalam bentuk dan isi memuaskan MCC: (i) sebuah Permohonan Pembayaran yang diselesaikan, bersama dengan Laporan Berkala yang berlaku, untuk Kurun Waktu Pembayaran yang berlaku, semuanya sesuai dengan Pedoman Pelaporan; (ii) sebuah sertifikat Pemerintah (atau MCA-Indonesia), tertanggal sama dengan Permohonan Pembayaran, dalam bentuk sebagaimana disediakan MCC, dan

(b) Kalau setiap perolehan dari Pembayaran CIF didepositokan di sebuah rekening bank, MCC telah menerima bukti yang memuaskan bahwa (i) Perjanjian Bank telah dilaksanakan dan (ii) Rekening Yang Diijinkan telah dibentuk. (c) Pengangkatan sebuah entitas atau individu untuk menyediakan layanan agen fiskal, sebagaimana disetujui MCC, sampai waktu seperti itu sebagaimana Pemerintah menyediakan untuk MCC sebuah kopi yang benar dan lengkap dari sebuah Perjanjian Agen Fiskal, yang dilaksanakan secara patuh dan berlaku penuh dan berdampak, dan agen fiskal yang terlibat dimobilisasi. (d) Pengangkatan sebuah unsur atau individu untuk menyediakan layanan agen pembelian, sebagaimana disetujui MCC, sampai waktu seperti itu sebagaimana Pemerintah menyediakan untuk MCC sebuah kopi yang benar dan lengkap dari sebuah Perjanjian Agen Pembelian, yang dilaksanakan secara patuh dan berlaku penuh dan berdampak, dan agen fiskal yang terlibat dimobilisasi. (e) MCC puas, menurut penilaiannya sendiri, bahwa (i) kegiatan yang didanai dengan Pembayaran CIF perlu, disarankan atau konsisten dengan sasaran memfasilitasi pelaksanaan Perjanjian dan tidak akan melanggar hukum atau regulasi, (ii) tak ada default atau pelanggaran materi dari perjanjian, kewajiban atau tanggung jawab oleh Pemerintah, MCA-Indonesia atau unsur Pemerintah lain terjadi dan berlangsung terus berdasarkan Perjanjian ini atau Persetujuan Pelengkap, (iii) tak ada pelanggaran dari, dan penggunaan dana yang diminta untuk maksudmaksud yang diminta tidak akan melanggar, pembatasan penggunaan atau perlakuan Pendanaan MCC sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2.7 dari Perjanjian ini atau dalam hukum atau peraturan yang berlaku, (iv) Pajak yang dibayar dengan Pendanaan MCC sampai 90 hari sebelum mulainya Kurun Waktu Pembayaran yang berlaku telah diganti oleh Pemerintah secara penuh sesuai Bagian 2.8(c) dari Perjanjian ini dan (v) Pemerintah telah memenuhi semua kewajiban pembayarannya, termasuk asuransi, ganti rugi, pembayaran pajak atau kewajiban lain, dan menyumbangkan semua sumber daya dari sana, berdasarkan Perjanjian ini dan Persetujuan Pelengkap. (f) Untuk Pembayaran CIF yang berlangsung setelah Perjanjian ini diberlakukan sesuai dengan Pasal 7: MCC merasa puas, menurut penilaiannya sendiri, bahwa Pemerintah telah memenuhi setiap persyaratan dan kondisi untuk Pembayaran CIF sebagaimana diuraikan dalam Persetujuan Pelaksanaan Program. (g) MCC tidak memutuskan, menurut penilaiannya sendiri, bahwa sebuah tindak, kelalaian, kondisi atau kejadian terjadia akan jadi dasar untuk MCC menghentikan atau mengakhiri, secara keseluruhan atau sebagian, Perjanjian atau Pendanaan MCC sesuai dengan Bagian 5.1 dari Perjanjian ini.

LAMPIRAN IV - 2

LAMPIRAN V DEFINISI-DEFINISI Activity atau Kegiatan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 2(a) dari Part A dari Lampiran I. Additional Representative atau Wakil Tambahan memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 4.2. Assessment atau Penilaian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Audit Guidelines atau Pedoman Audit memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 3.8(a). Bank Agreement atau Persetujuan Bank berarti sebuah persetujuan yan dalam bentuk dan isinya memuaskan bagi MCC, dengan lembaga finansial yang disetujui MCC untuk memegang RekeningRekening Yang Diijinkan dan yang memberi penandatangan wewenang, hak akses, peraturan pendanaan anti pencucian uang dan anti teroris, serta syarat-syarat lain terkait dengan Rekening Yang Diijinkan seperti itu. BAPPENAS memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(a) dari Part A dari Lampiran I. Baseline memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Lampiran III. BPKP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(a)(i)(D)1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Board atau Dewan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 2 dari Part C dari Lampiran I. CIF Disbursement atau Pembayaran CIF memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV. Communications, Project Management and Evaluation Activity atau Kegiatan Komunikasi, Pengelolaan Proyek dan Evaluasi memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Community Based Nutrition Project atau Proyek Gizi Berbasis Masyarakat memiliki makna sebagaimana tercantum dalam pengantar ke Jadwal 2 pada Lampiran I. Community Project Activity atau Kegiatan Proyek Masyarakat memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Compact atau Perjanjian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Pendahuluan. Compact Goal atau Sasaran Perjanjian memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 1.1. Compact Implementation Funding atau Pendanaan Pelaksanaan Perjanjian memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.2(a). Compact Records atau Catatan Perjanjian memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 3.7(a). Compact Term atau Kurun Waktu Perjanjian memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 7.4.

Covered Provider atau Penyedia Covered memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.7(c). Disbursement atau Pembayaran memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.4. Disbursement Period atau Kurun Waktu Pembayaran berarti setiap kuartal fiskal atau kurun waktu lain sebagaimana disetujui oleh MCC. Disbursement Request atau Permintaan Pembayaran berarti sebuah permohonan tertulis secara substantif dalam bentuk “Permohonan Pembayaran dan Laporan Finansial Kuartalan” yang diposting si situs MCC, sebagaimana bisa diamandemen dari waktu ke waktu. EHS memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. ESA memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. ESDM memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 7 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. ESMS memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. Establishment Decree atau Dekrit Penetapan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.2(b). Evaluation Component atau Komponen Evaluasi memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Lampiran III. Excess CIF Amount atau Jumlah CIF Berlebihan memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.2(d). Final Evaluations atau Evaluasi Akhir memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 4(b) dari Lampiran III. Fiscal Agent atau Agen Fiskal memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 6 dari Part C dari Lampiran I. Fiscal Agent Agreement atau Persetujuan Agen Fiskal berarti sebuah persetujuan antara MCAIndonesia dan Agen Fiskal, yang dalam bentuk dan isi memuaskan MCC, yang menjelaskan peran dan tanggung jawab dari Agen Fiskal serta syarat-syarat dan kondisi-kondisi lainnya. Fiscal Agent Disbursement Certificate atau Sertifikat Pembayaran Agen Fiskal memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.4(a) dari PIA. FIT memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 7 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. Generasi memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Generasi Plus memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Goal Indicators atau Indikator Sasaran memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3(a) dari Lampiran III. Governance Guidelines atau Pedoman Pengaturan berarti Pedoman MCC untuk Unsur Akauntabel dan Struktur Pelaksanaan, dengan demikian, diposting di Situs MCC dari waktu ke waktu.

LAMPIRAN V - 2

Government atau Pemerintah memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Pendahuluan. GP Facility atau Fasilitas GP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. GP Facility Activity atau Kegiatan Fasilitas GP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. GP Facility Manager atau Manajer Fasilitas GP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(c) dari Jadwal 1 pada Lampiran I. GP Objective atau Tujuan GP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 1.2(a). GP Project atau Proyek GP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Jadwal 1 pada Lampiran I. Grant atau Hibah memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.6(b). Green Knowledge Activity atau Kegiatan Pengetahuan Hijau memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. IFC Performance Standards atau Standar Kinerja IFC berarti kinerja standar pada kesinambungan lingkungan dan sosial sebagaimana diumumkan oleh International Finance Corporation dari waktu ke waktu. Implementing Entity atau Entitas Pelaksanaan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 5 dari Part C dari Lampiran I. Implementing Entity Agreement atau Perjanjian Entitas Pelaksanaan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 5 dari Part C dari Lampiran I. Implementation Letter atau Surat Pelaksanaan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.5. Implementing Regulations atau Aturan Pelaksanaan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 2 dari Part C dari Lampiran I. Implementing Team atau Tim Pelaksanaan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Part C dari Lampiran I. Indicators atau Indikator memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3(a) dari Lampiran III. Inspector General atau Inspektur Jenderal memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 3.7(d). Intellectual Property atau Hak Cipta berarti semua merek dagang terdaftar dan tidak terdaftar, merek jasa, logo, nama, nama dagang dan semua hak merek dagang lain; semua copyright terdaftar dan tidak terdaftar; semua paten, penemuan, hak bengkel, pengetahuan, rahasia dagang, disain, gambar, karya seni, rencana, barang cetakan, pedoman, file komputer, perangkat lunak komputer, file hard copy, katalog, spesifikasi serta teknologi paten dan informasi yang mirip; dan semua pendaftaran untuk dan permohonan untuk pendaftaran dari, dari yang sebelumnya disebutkan yang didanai seluruhnya atau sebagian mempergunakan Pendanaan MCC. Investment Criteria atau Kriteria Investasi memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(c) dari Jadwal 1 pada Lampiran I. LAMPIRAN V - 3

ISP3 memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 4 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. LKPP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. M&E Plan atau Rencana M&E memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Lampiran III. MCA Act memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.2(a). MCA-Indonesia memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.2(b). MCC memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Pendahuluan. MCC Environmental Guidelines atau Pedoman Lingkungan MCC memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 2.7(c). MCC Funding atau Pendanaan MCC memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.3. MCC Gender Policy atau Kebijakan Gender MCC berarti “Kebijakan Gender” MCC (termasuk setiap dokumen pedoman yang diterbitkan sehubungan dengan pedoman) yang diposting dari waktu ke waktu di Situs MCC atau disediakan untuk Pemerintah. MCC Policy for Monitoring and Evaluation of Compacts and Threshold Programs atau Kebijakan untuk Pemantauan dan Evaluasi Perjanjian dan Threshold Program MCC memiliki makna sebagaimana tercancum dalam Lampiran III. MCC Program Procurement Guidelines atau Pedoman Pembelian ProgramMCC memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.6(a). MCC Website atau Situs MCC memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 2.7. MOH memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 6 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. MOHA memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Monitoring Component atau Komponen Pemantauan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Lampiran III. Mutli Year Financial Plan Summary atau Ikhtisar Rencana Finansial Multi Tahun memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Lampiran II. Nutrition Objective atau Tujuan Gizi memikili makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 1.2(b). OP4.12 memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Part A dari Lampiran I. Operations Manual atau Pedoman Operasi memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 1(c) dari Jadwal 1 pada Lampiran I. Participatory Land Use Planning Activity atau Kegiatan Perencanaan Penggunaan Tahan Partisipatif memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. Party and Parties atau Pihak dan Para Pihak memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Pendahuluan.

LAMPIRAN V - 4

Periodic Report atau Laporan Berkala berarti laporan dan informasi berkala yang disyaratkan oleh Pedoman Pelaporan. Permitted Account atau Rekening Yang Diijinkan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 2.4. Phase One atau Tahap Satu memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Phase Two atau Tahap Dua memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Plan atau Rencana memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. PLN merupakan singkatan dari Perusahaan Listrik Negara, perusahaan listrik negara Indonesia. PNPM merupakan singkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Policy and Procedure Activity atau Kegiatan Kebijakan dan Prosedur memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. PPP memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Principal Representative atau Wakil Utama memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 4.2. Procurement Agent atau Agen Pembelian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 7 dari Part C dari Lampiran I. Procurement Agent Agreement atau Persetujuan Agen Pembelian berarti persetujuan antara MCAIndonesia dan Agen Pembelian, yang dalam bentuk dan isi memuaskan MCC, yang menguraikan peran dan tanggung jawab dari Agen Pembelian sehubungan dengan perilaku, pemantauan dan tinjauan pembelian serta syarat-syarat dan kondisi-kondisi lainnya. Procurement Modernization Objective atau Tujuan Modernisasi Pembelian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 1.2(c). Procurement Modernization Project atau Proyek Modernisasi Pembelian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Jadwal 3 pada Lampiran I. Procurement Professionalization Activity atau Kegiatan Profesionalisasi Pembelian memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. Program memiliki makna sebagaimana tercantum dalam pernyataan Perjanjian ini. Program Assets atau Aset Program berarti setiap aset, sasaran atau properti (nyata, terukur atau tidak terukur) yang dibeli atau didanai secara keseluruhan atau sebagian (langsung atau tidak langsung) oleh Pendanaan MCC. Program Funding atau Pendanaan Program memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.1. Program Guidelines atau Pedoman Program secara kolektif berarti Pedoman Audit, Pedoman Lingkungan MCC, Kebijakan Gender MCC, Pedoman Pengaturan, Pedoman Pembelian Program MCC, Pedoman Pelaporan, Kebijakan Pemantauan dan Evaluasi Perjanjian dan Threshold Program MCC, LAMPIRAN V - 5

Prinsip-Prinsip Biaya untuk Afiliasi Pemerintah Yang Terlibat Pelaksanaan Perjanjian MCC (termasuk pengganti dari yang disebutkan diatas) dan makalah pedoman, kebijakan atau pengarahan lain terkait dengan administrasi program Perjanjian yang didanai MCC dan yang dari waktu ke waktu diterbitkan di Situs MCC. Program Implementation Agreement and PIA atau Perjanjian Pelaksanaan Program dan PIA memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.1. Project(s) atau Proyek memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 1.2. Project Objective(s) atau Tujuan Project memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 1.2. Project Objectives Indicators atau Indikator Tujuan Proyek memiliki makna sebagaimana dalam paragraf 3(a) dari Lampiran III. Project Outcome Indicators atau Indikator Keluaran Proyek memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3(a) dari Lampiran III. Provider atau Penyedia memiliki makna sebagaimana tercantum dalam Bagian 3.7(c). PSF memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. PSU memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 3 pada Lampiran I. REDD+ berarti pengurangan emisi akibat pembabatan hutan dan degradasi hutan serta peran dari pelestarian, pengelolaan hutan berkesinambungan dan peningkatan stok karboh hutan. Reporting Guidelines atau Pedoman Pelaporan berarti MCC “Guidance on Quarterly Disbursement Request and Reporting Package” atau “Pedoman Permintaan Pembayaran Kuartalan dan Paket Pelaporan” MCC yang diposting oleh MCC di Situs MCC atau disediakan untuk publik. SC memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(a) dari Part A dari Lampiran I. Service Providers atau Penyedia Jasa memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. SME berarti perusahaan ukuran kecil dan menengah. Social and Gender Integration Plan atau Rencana Integrasi Sosial dan Gender memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Part A dari Lampiran I. Stakeholders Group atau Kelompok Stakeholder memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 4 dari Part C dari Lampiran I. SUN memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 4 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Supplemental Agreement atau Perjanjian Pelengkap berarti Perjanjian antara: (a) Pemerintah (ata afiliasi Pemerintah) dan MCC (termasuk, tetapi tidak terbatas pada PIA); atau (b) MCC dan/atau Pemerintah (atau afiliasi Pemerintah), disatu pihak, dan pihak ketiga, dilain pihak, termasuk Penyedia, dalam setiap kasus, menguraikan perincian dari pendanaan, pelaksanaan atau pengaturan lain guna memajukan dan mematuhi Perjanjian ini. Supply Side Activity atau Kegiatan Supply Side memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. LAMPIRAN V - 6

Target atau Sasaran memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3(a) dari Lampiran III. Targeted Gender Activities atau Kegiatan Gender Ditargetkan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 3 dari Part A dari Lampiran I. Taxes atau Pajak memiliki makna sebagaiman tercantum dalam Bagian 2.8(a). Technical Assistance and Oversight Activity atau Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. Training Program atau Program Pelatihan memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1(b)(i) dari Jadwal 2 pada Lampiran I. Transfer Agreement atau Persetujuan Transfer memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 1 dari Jadwal 2 pada Lampiran I. United States Dollars atau US$ berarti mata uang sah dari Amerika Serikat. USAID memiliki makna sebagaimana tercantum dalam paragraf 5 dari Jadwal 1 pada Lampiran I. US Government atau Pemerintah AS berarti pemerintah Amerika Serikat.

LAMPIRAN V - 7