PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA S1, S2, DAN S3 JURUSAN AKUNTANSI FEB UB BERDASARKAN KONSEP FRAUD DIAMOND Disusun Oleh : Yuliana Pratiwi Dewi Dosen Pembimbing : Anita Wijayanti, S.E., MSA., Ak.
ABSTRAK Penelitian ini menguji apakah perilaku kecurangan akademik didasari oleh faktor faktor dalam dimensi fraud diamond yang terdiri dari tekanan,peluang,rasionalisasi,dan kemampuan. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa S1,S2,dan S3 Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya yang aktif pada semester genap tahun 2016/2017 sebesar 316 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bukti bahwa dimensi fraud diamond yang terdiri dari tekanan,peluang,rasionalisasi,dan kemampuan berpengaruh secara positif dalam perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa tekanan yang dirasakan pada setiap jenjang pendidikan mahasiswa berbeda. Penelitian ini berguna untuk memberikan masukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya agar dapat meminimalisirkan perilaku kecurangan akademik. Kata kunci : perilaku kecurangan akademik, fraud diamond, tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan ABSTRACT This study examines whether academic cheating behavior based on the factors in the dimensions of diamond fraud consisting of pressure, opportunity, rationalization and capabilities. This study sampled students S1, S2, and S3 Accounting Department of the UB active in the second semester of 2016/2017 amounted to 316 students. This study uses a quantitative method by distributing questionnaires directly to the respondent. The results obtained from this study is evidence that fraud dimensional diamond consisting of pressure, opportunity, rationalization, and the ability to positively influence the students' academic cheating behavior. The study also explains that the pressure is felt at every level of education of students is different. This research is useful to provide feedback to the Faculty of Economics and Business Universitas Brawijaya in order to minimize academic cheating behavior. Keywords: academic cheating behavior, fraud diamond, pressure, opportunity, rationalization, ability
LATAR BELAKANG PENELITIAN Perguruan tinggi adalah sebuah lembaga formal dimana mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk dijadikan bekal dalam dunia kerja nantinya. Selain itu perguruan tinggi diharapkan untuk mampu menghasilkan lulusan berkualitas. Di dalam perguruan tinggi mahasiswa tidak hanya diberikan pandangan tentang bagaimana mereka mendapatkan sebuah hasil yang maksimal namun mereka juga diberikan pandangan bahwa proses dalam mencapai sebuah hasil yang maksimal merupakan hal yang terpenting. Hendricks dalam Riski (2009) mendefinisikan bahwa kecurangan akademik sebagai bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi pelajar secara tidak jujur termasuk di dalamnya menyontek, plagiarisme, mencuri dan memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik. Lambert, Hogan dan Barton (2003) dalam Nursani (2014) mendefinisikan kecurangan akademik sebagai intensitas perilaku yang tidak beretika. Wolfe dan Hermanson (2004) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan pencegahan dan pendeteksian kecurangan perlu mempertimbangkan elemen keempat. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) di samping menangani pressure, opportunity, dan rationalization juga harus mempertimbangkan individual’s capability (kemampuan individu) yaitu sifat-sifat pribadi dan kemampuan yang memainkan peran utama dalam kecurangan yang mungkin benar-benar terjadi bahkan dengan kehadiran tiga unsur lainnya. Keempat elemen ini dikenal sebagai “Fraud Diamond”. Menurut Tuanakotta (2010) dalam Prawira (2015) setiap pelaku fraud pasti memiliki alasan tersendiri dalam melakukan kecurangan. Faktor faktor pemicu terjadinya fraud dikenal dengan fraud triangle yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Menurut Tuanakotta (2010) dalam Prawira (2015) pada tahun 2004 , Wolfe dan Hermanson memperkenalkan “Fraud Diamond Model” yang menambahkan satu lagi faktor penyebab terjadinya kecurangan yaitu kemampuan (capability). Sifat setiap individu dan kemampuan yang dimiliki berpengaruh penting dalam munculnya fraud dibandingkan dengan ketiga elemen fraud lainnya karena fraud tidak akan muncul apabila seseorang tidak memiliki kemampuan (capability) yang baik. Maka dari itu tambahan faktor kemampuan (capability) membuat istilah fraud triangle telah berkembang menjadi fraud diamond. Penelitian ini memfokuskan pada perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa S1,S2, dan S3 Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya dan mempunyai tujuan untuk memahami fenomena fenomena kecurangan yang terjadi serta memahami alasan dibalik tindak kecurangan oleh mahasiswa dengan berdasarkan pada konsep fraud diamond. Penelitian ini juga berguna untuk menguji kembali keefektifan dimensi fraud diamond terhadap bentuk kecurangan akademik yang terjadi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitan. Peneliti menetapkan S1, S2 dan S3 sebagai objek karena peneliti berasumsi bahwa tingkat tekanan akan berbeda pada setiap jenjang pendidikan dan semakin tinggi jenjang pendidikan maka tekanan yang diperoleh juga semakin tinggi. Menurut Hendricks (2004) usia
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku kecurangan mahasiswa yang berusia lebih tua sedikit melakukan kecurangan akaemik daripada mahasiswa yang lebih muda. Oleh karena itu penulis memberi judul pada penelitian ini “Perilaku Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa S1,S2 dan S3 Jurusan Akuntansi Berdasarkan Konsep Fraud Diamond”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti di sini adalah jenis penelitian eksplanatory. penelitian eksplanatory adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa dengan menggunakan pendekatan metode kuantitatif. Peneliti dalam penelitian ini mengambil populasi yaitu mahasiswa S1, S2, dan S3 Jurusan Akuntansi yang aktif pada tahun 2015/2016 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Alasan peneliti dalam memilih populasi di atas adalah untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan tingkat kecurangan antara S1,S2 dan S3 jurusan Akuntansi. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode survey dalam bentuk kuesioner. Karena penelitian ini berdasarkan dengan teknik pengambilan sampel disproportionate stratified random sampling maka, peneliti membagi berdasarkan dengan jenjang pendidikan mahasiswa. Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi yang aktif pada semester genap 2016/2017 di Universitas Brawijaya sebesar 1292 mahasiswa atau sekitar 85,7% dari total populasi. Mahasiswa S2 Jurusan Akuntansi yang aktif pada semester genap 2016/2017 di Universitas Brawijaya sebesar 160 mahasiswa atau sekitar 10,7% dari total populasi. Mahasiswa S3 Jurusan Akuntansi yang aktif pada semester genap 2016/2017 di Universitas Brawijaya sebesar 54 mahasiswa atau sekitar 3,6% dari total populasi. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan uji hipotesis maka hasil yang didapatkan adalah peluang berpengaruh positif pada perilaku kecurangana akademik mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Bolin (2004), Becker et al (2006), Rangkuti (2011), Nursani (2014), dan Prawira (2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bolin (2004) menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik dimediasi oleh hubungan antara ketidakjujuran dari self control dan peluang yang dirasakan oleh mahasiswa berpengaruh pada perilaku untuk berbuat kecurangan. Dalam penelitian Becker et al (2006) lingkungan berkontribusi mendekatkan seseorang untuk berbuat kecurangan ketika mereka menyediakan akses kepada sumber kecurangan tersebut. Perilaku kecurangan akademik muncul seiring dengan tingkat peluang yang dirasakan oleh mahasiswa untuk melakukan kecurangan. Dalam penelitian Rangkuti (2011) menjelaskan bahwa kecurangan akademik terjadi baik dalam situasi ujian dalam kelas maupun dalam tugas-tugas akademik yang dikerjakan di luar kelas karena tidak adanya hukuman yang tegas maka hal tersebut menjadi peluang mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik. Hasil dari penelitian Nursani (2014) dan Prawira (2015) menjelaskan bahwa situasi dan kondisi yang dirasa oleh mahasiswa dapat menjadi peluang dalam melakukan kecurangan akademik seperti adanya bantuan teknologi internet, pemilihan posisi tempat duduk dan manual solution yang diperoleh dari kakak tingkat ataupun teman dari kelas yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti memberikan 7 pertanyaan kepada para responden untuk mengetahui jenis peluang yang
berpengaruh signifikan pada mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi Universitas Brawijaya dan berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh 3 pernyataan dengan rata rata tertinggi yaitu : 1.
Saya seringkali melihat dan mendengar fenomena kecurangan akademik yang dilakukan oleh orang di sekitar saya. 2. Teknologi internet sangat mempermudah saya untuk melakukan copy paste tanpa menyebutkan sumber. 3. Saya memilih tempat strategis pada saat ujian agar lebih leluasa melakukan kecurangan tanpa terlihat dosen atau pengawas. Pernyataan pertama menyebutkan bahwa pernah melihat dan mendengar fenomena kecurangan akademik yang dilakukan oleh orang di sekitar kita. Peluang yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pada saat ujian pengawas tidak menjaga ujian dengan ketat sehingga mahasiswa dapat melakukan kecurangan dengan teman yang lain. Pernyataan kedua teknologi internet sangat mempermudah saya untuk melakukan copy paste tanpa menyebutkan sumber. Kemajuan teknologi sangat berdampak pada perilaku kecurangan akademik dengan adanya fasilitas internet dan wifi membuat peluang yang diperoleh mahasiswa untuk melakukan kecurangan akan semakin besar. Dengan adanya teknologi internet akan memudahkan mahasiswa untuk melakukan googling pada saat ujian dan mengcopy paste tulisan tanpa menyebutkan sumber. Pernyataan ketiga adalah memilih tempat strategis agar lebih leluasa dalam elakukan kecurangan tanpa terlihat oleh pengawas. Kurang ketatnya tim pengawas dalam menjaga ujian membuat mahasiswa memiliki peluang yang besar untuk melakukan kecurangan. Mahasiswa akan cenderung memilih lokasi tempat duduk di belakang dan pojok agar tidak terlihat melakukan kecurangan oleh pengawas pada saat ujian. Selain itu tidak ada aturan yang mewajibkan mahasiswa untuk tidak bebas dalam memilih posisi tempat duduk pada saat ujian sehingga mahasiswa akan dating lebih awal sebelum ujian untuk memilih posisi yang diinginkan dan dapat menciptakan peluang untuk melakukan kecurangan. Setelah dilakukan uji hipotesis maka hasil yang didapatkan adalah peluang berpengaruh positif pada perilaku kecurangana akademik mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Claypool et al (2010), Nursani (2014), dan Prawira (2015). Dalam hasil penelitian Claypool et al (2010) menunjukkan bahwa pelajar yang sering terlibat dalam kecurangan akademik akan lebih mungkin melakukan kecurangan dalam dunia kerja. Sehingga rasionalisasi mahasiswa dalam melakukan kecurangan yang dapat diterima akan mendekatkan mereka pada tindakan kecurangan karena mereka menganggap bahwa kecurangan yang mereka lakukan sudah menjadi hal yang umum. Dalam hasil penelitian Nursani (2014) dan Prawira (2015) menjelaskan bahwa pelaku kecurangan akademik melakukan pembenaran diri pada saat melakukan kecurangan dengan menyebutkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar karena banyak orang lain juga pernah melakukan hal yang sama. Terdapat beberapa bentuk rasionalisasi yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik seperti banyaknya teman yang juga melakukan, tidak adanya informasi mengani bentuk kecurangan akademik, dosen yang hanya
berorientasi pada hasil dan bukan pada proses, fakultas jarang memberikan sanksi yang tegas dan terbiasa melakukan kecurangan sedari lama. Dalam penelitian ini peneliti memberikan 5 pertanyaan kepada para responden untuk mengetahui jenis peluang yang berpengaruh signifikan pada mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi Universitas Brawijaya dan berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh 3 pernyataan dengan rata rata tertinggi yaitu : 1. Saya melakukan kecurangan akademik karena banyak teman saya yang juga melakukan hal tersebut. 2. Fakultas jarang mendeteksi adanya praktik kecurangan akademik. 3. Bagi saya kecurangan akademik tidak merugikan pihak manapun. Pernyataan pertama melakukan kecurangan akademik karena banyak teman yang juga melakukannya. Pelaku kecurangan akademik membenarkan apa yang mereka lakukan karena hal tersebut sudah dianggap wajar untuk beberapa hal hal tertentu karena mereka melihat orang lain juga melakukannya. Pernyataan kedua fakultas jarang mendeteksi adanya praktik kecurangan akademik. Lemahnya pengendalian internal membuat celah yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku kecurangan. Dengan jarangnya fakultas menemui bentuk kecurangan maka akan membuat para pelaku kecurangan berpikir bahwa apa yang mereka lakukan tidak memiliki impact yang bearti karena tidak adanya ketegasan peraturan dalam fakultas. Pernyataan ketiga kecurangan akademik tidak merugikan pihak manapun. Banyaknya teman yang melakukan kecurangan akademik membuat para pelaku kecuangan berpikir bahwa meraka akan saling menguntungkan dengan berbagi jawaban satu sama lain sehingga tidak ada satu pihak pun yang akan dirugikan. Sebagian besar para pelaku kecurangan menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang sudah umum. Pengaruh Kemampuan Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Setelah dilakukan uji hipotesis maka hasil yang didapatkan adalah kemampuan individu berpengaruh positif pada perilaku kecurangana akademik mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas dan Neemi (2011), Nursani (2014), dan Prawira (2015). Dalam hasil penelitian Abbas dan Neemi (2010) menjelaskan bahwa IPK tidak mempengaruhi perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa dengan IPK rendah yang melakukan kecurangan namun mahasiswa dengan IPK tinggi juga melakukan kecurangan akademik. Dalam penelitian Nursani (2014) dan Prawira (2015) menjelaskan bahwa kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk melakukan kecurangan adalah seperti pelaku kecurangan memiliki kemampuan dalam mengontrol kondisi dan situasi yang ada dan memahami kelemahan internal yang ada dan pelaku kecurangan dapat mengontrol stress dengan baik untuk menekan rasa bersalah yang ada. Dalam penelitian ini peneliti memberikan 5 pertanyaan kepada para responden untuk mengetahui jenis kemampuan yang berpengaruh signifikan pada mahasiswa S1,S2,dan S3 Akuntansi Universitas Brawijaya dan berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh 3 pernyataan dengan rata rata tertinggi yaitu :
1. Saya dapat mengetahi gerak gerik pengawas sehingga memudahkan saya dalam melakukan kecurangan. 2. Saya dapat menekan rasa bersalah dalam diri saya setelah melakukan kecurangan. 3. Saya dapat mengajak teman saya untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan kecurangan. Pada pernyataan pertama dapat mengetahui gerak gerik pengawas sehingga mudah untuk melakukan kecurangan. Mahasiswa pelaku kecurangan cenderung memiliki kemampuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta lemahnya pengendalian internal yang ada sehingga mereka dapat mengontrol diri agar tidak terdeteksi dalam melakukan kecurangan akademik. Pada pernyataan kedua dapat menekan rasa bersalah dalam diri setelah melakukan kecurangan. Pelaku kecurangan cenderung memiliki ekmampuan dalam mengontrol rasa bersalah dalam diri setelah melakukan kecurangan karena mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi sehingga cenderung membenarkan perilaku kecurangan tersebut. Hal tersebut juga didukung dengan pengalaman yang diperoleh mahasiswa dalam hal kecurangan akademik karena semakin sering mereka melakukan kecurangan maka mereka akan semakin mennganggap hal tersebut wajar dan dapat menekan rasa bersalah dalam diri mereka. Pada pernyataan ketiga dapat mengajak teman untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan kecurangan. Pelaku kecurangan memiliki kemampuan mengajak teman lainnya untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya karena banyaknya fenomena kecurangan yang terjadi dank arena adanya peluang. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) peluang hanya merupakan pintu masuk bagi para pelaku fraud, sedangkan faktor rasionalisasi dan tekanan mendorong para pelaku kecurangan uxntuk melakukan fraud, namun hal tersebut dapat terjadi apabila pelaku kecurangan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. KESIMPULAN Penelitian ini telah menguji dimensi dimensi fraud diamond yang terdiri dari tekanan, peluang, rasionalisasi dan kemampuan sebagai pengaruh dari tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa S1,S2,dan S3 jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penliti maka dapat disimpulkan : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi fraud diamond berupa tekanaan, peluang, rasionalisasi, dan kemampuan berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oeh S1,S2,dan S3. Tekanan mendorong mahasiswa untuk melakukan segala cara agar bisa mendapatkan nilai yang bagus sehingga mahasiswa memperoleh IPK yang tinggi. Jenjang pendidikan yang paling banyak merasakan tekanan adalah mahasiswa S1 di mana banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen dan banyaknya kegiatan di luar perkuliahan membuat mereka melakukan kecurangan akademik. Selain itu adanya kesempatan seperti pada saat ujian pengawas tidak menjaga ujian dengan ketat , adanya bantuan teknologi internet yang dapat diakses dimanapun dengan mudah, faktor tempat duduk pada saat ujian berlangsung, adanya kesamaan soal yang diberikan oleh dosen kepada kelas lain maupun kakak tingkat, dan juga dosen yang seringkali tidak melihat apakah tugas yang diberikan
kepada mahasiswanya mempunyai jawaban yang sama dengan mahasiswa yang lainnya membuat mahasiswa semakin mudah untuk melakukan tindak kecurangan. Pembenaran diri dalam setiap individu mahasiswa atau rasionalisasi seperti banyaknya lingkugan sekitar kita yang melakukan kecurangan, teman dekat yang membenarkan adanya perilaku kecurangan sehingga memebenarkan bahwa perilaku kecurangan akademik tidak merugikan pihak manapun sehingga mahasiswa yang malas belajar dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang baik pada saat ujian sehingga nantinya akan mendapatkan IPK yang tinggi. Adanya kemampuan dalam menekan rasa bersalah juga membuat pelaku kecurangan akademik merasa percaya diri apabila melakukan tindak kecurangan sehingga mereka cenderung memiliki kemampuan dalam mengontrol kondisi sekitarya seperti mengetahui gerak gerik dari pengawas ujian maupun dosen tanpa adanya rasa cemas. 2. Terdapat perbedaan persepsi diantara S1, S2, dan S3 dalam perilaku tindak kecurangan , dimana mahasiswa S1 lebih banyak melakukan tindak kecurangan dikarenakan faktor tekanan yang diperoleh tinggi. Mahasiswa S2 dan S3 juga memiliki tekanan yag tinggi karena sebagian dari mereka sudah bekerja namun pada mahasiswa S2 dan S3 cenderung tidak dapat melakukan kecurangan akademik sebanyak mahasiswa S1 dikarenakan faktor kemampuan yang kurang berpengaruh. Mahasiswa S2 dan S3 merasa cemas dan takut pada saat melakukan kecurangan dan mereka tidak dapat menekan rasa bersalah setelah melakukan kecurangan. IMPLIKASI PENELITIAN Penelitian ini dapat memberikan pengaruh yang positif dan juga bermanfaat khususnya bagi pihak jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya terkait bentuk perilaku kecurangan akademik. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa faktor faktor seperti tekanan, peluang, rasionalitas, dan kemampuan mempengaruhi terjadinya kecurangan selain itu faktor faktor di luar tekanan, peluang,rasionalisasi, dan kemampuan juga berpengaruh pada tingkat kecurangan akademik sehingga peneliti lain nantinya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti kembali faktor faktor lain selain dimensi fraud diamond. Tingginya angka kecurangan juga dikarenakan sebagian besar para responden menganggap bahwa perilaku kecurangan pada saat ini sudah menjadi hal yang umum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak jurusan dan fakultas agar dapat meminimalisir perilaku kecurangan yang terjadi dengan cara memberikan sanksi yang tegas pada pelaku kecurangan agar menimbulkan efek jera yang membuat tiap individu berpikir ulang untuk melakukan tindakan kecurangan dan semakin gencar dalam menyosialisasikan bentuk kecurangan akdemik dan sanksi yang akan didapatkan. Selain itu penelitian ini tidak hanya berfokus pada kontribusi terhadap fakultas namun juga terhadap diri setiap individu khususnya mahasiswa S1,S2,dan S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya untuk sadar bahwa kecurangan akademik merupakan perilaku tidak etis dan menyimpang yang akan merusak moral apabila telah menjadi kebiasaan dan bisa terbawa ke dunia pekerjaan dan dengan adanya penelitian ini dapat membantu untuk mengetahui bentuk bentuk dari kecurangan akademik sehingga nantinya bisa lebih mengontrol perilaku untuk terhindar dari
perilaku kecurangan akademik karena segala bentuk kecurangan akademik terjadi karena individu yang tidak mampu mengendalikan diri sehingga melakukan tindak kecurangan sehingga cara pencegahan terdapat pada diri setiap individu masing masing untuk menyadari bahwa perilaku kecurangan akademik merupakan perilaku yang menyimpang dan merugikan pihak lain serta dirinya sendiri. Akan sangat disayangkan apabila perilaku tidak etis terus dilakukan pada saat berada di lingkungn perkuliahan karena hal tersebut dapat menjadi kebiasaan yang akan ikut terbawa pada dunia pekerjaan dan dunia luar nantinya.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Anam, Zahra Naeemi. 2011. Cheating behavior among undergraduate students. International Journal of Business and Social Science. Volume 2, 3, 246-254. Albercht, W.S. 2012. Fraud Examination. USA: South-Western. Alison. (2006). Fraud auditing. Artikel. Reinfokus. PT. Reasuransi Internasional Indonesia. (Online). http://www.reindo.co.id, Diakses pada 27 Februari 2016. Anderman, E.M. dan Murdock T.E. (2007). The Pshycology of Academic Cheating. Boston. Elseiver Anitsal, I., Anitsal, M. M., & R. Elmore. 2009. Academic Dishonesty and Intention to Cheat: A Model on Active Versus Passive Academic Dishonesty as Perceived by Business Students. Academy of Educational Leadership Journal, Volume 13. Antenucci, Joe, James Tackett, Fran Wolf, Gregory A. Claypool. 2010. The rationalization of academic dishonesty in business student. Journal of Business and Accounting. Volume 2, 1, 77-91. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Becker, J. Coonoly, Paula L., dan J. Morrison. 2006. Using the business fraud triangle to predict academic dishonesty among business students. Academy of Educational Leadership Journal, Volume 10, 1, 37- 54. Bolin, A.U. 2004. Self-control, perceived opportunity, and attitudes as predictors of academic dishonesty. The Journal of Psychology. Volume 2, 138, 101–114. Buckley. 1998. An investigation into the dimensions of unethical bahavior. Journal of education for Business. Volume 73, 284-290 Chrismastuti, A. A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik Mahasiswa. Semarang: Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Akuntansi Universitas Katolik Soegijapranata.
Cizek, G. J. (2001). An Overview of Issues Concerning Cheating on Large-Scale Tests. Paper presented at the annual meeting of the National Council on Measurement in Education. Seattle: University of South Carolina. Colby, B. 2006. Cheating; What is it. (http://clas.asu.edu/files/AI%0Flier.pdfhttp) Diakses online tanggal 25 Februari 2016. Comas Forgas, Ruben and Jaume Sureda-Negre. 2010. Academic Plagiarism: Explanatory Factors from Students; Perspective. Journal of Academic Ethics. Volume 8, 217-232. Davis, S. F. Drinan, P. F. Gallant, T. B. 2009. Cheating in School : What We Know and What We Can Do. Chicester : Wiley Blackwell. Fitriana, Annisa (2012). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi: Dimensi Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, 2, 242-254. Gitaniali B. (2004). Academic dishonesty in Indian Medical Colleges. Journal of Postgraduate Medicine. Volume 50, 281-284. Hendricks, B. (2004). Academic dishonesty: A study in the magnitude of and justification for academic dishonesty among college undergraduate and graduate students. Journal of College Students Development, 35 Maret, 212- 260. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta: Anggota IKAPI. Irawati, I. (2008). Budaya Mencontek dikalangan Pelajar. http://www.kabarindonesia.com/berita Diakses 25 Februari 2016
[Online].
Tersedia:
Jogiyanto. 2011. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling (SEM) Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Jogiyanto, H.M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. King, C. (2009). Online exams and cheating: An empirical analysis of business student’s views. The Journal of Educators Online. Volume 6. 1-11 Kohn A. (2007). Who’s cheating whom?. (Online). www.afliekhon.org, Diakses tanggal 10 Februari 2015. Lawson, R.A. 2004. Is classroom cheating related to business students’ propensity to cheat in the “real world”?. Journal of Business Ethics. Volume 49, 2, 189-199. Malgwi, Charles A., Caryer C. Rakovski. 2009. Combating academic fraud: Are students reticent about uncovering the covert. Journal Academic Ethic. Volume 7, 207-221. McCabe, D.L., Trevino. 2001. Cheating in academic institutions: A decade of research. Ethics and behavior, Volume 11, 3, 219-232.
Nursalam, Suddin Bani, Munirah. Bentuk Kecurangan Akademik (Academik Cheating) Mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alaudin Makassar. Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 16. No. 2, 2013. Nursani, R. (2014.) Perilaku kecurangan akademik mahasiswa dimensi fraud diamond. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang. Purnamasari, Dian. (2014). Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pada Saat Ujian Dan Metode Pencegahannya. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang. Prawira, I Dewa S. (2015). Analisis Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakulta Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brwaijaya. Malang. Rangkuti, Anna Armeini. 2011. Academic cheating behavior of accounting students: a case study in Jakarta State University. In Educational integrity: Culture and values, 105-109 Sagoro, E.M. 2013. Pensinergian Mahasiswa, Dosen, dan Lembaga Dalam Pencegahan Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Idonesia. (Volume XI, No. 2; 54-77). Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan ke-3. Bandung: Alfabeta Suwarjo dkk. (2012). Identifikasi bentuk plagiat pada skripsi mahasiswa fakultas ilmu pendidikan universitas negeri yogyakarta. fakultas ilmu pendidikan uny. (Online) http://staff.uny.ac.id, Diakses pada 24 Juni 2015. Subekti, Imam dan Anna Retno Widayanti, 2001, Analisis Keahlian Auditor BPK-RI Menuju Pelaksanaan Fraud Auditing. TEMA, Volume II, 2, 97- 115 Wideman, Mauren A. 2008. Academic dishonesty in postsecondary education. Transformative Dialogues: Teaching and Learning Journal, Volume 2, 1, 1-12. Wolfe, David T., Dana R. Hermanson. 2004. The fraud diamond: Considering the four elements of fraud. The CPA Journal, 38-42. Yusuf, I., (2014). Krisis kejujuran dalam pendidikan. (Online). http://www.unisosdem.org, Diakses pada 26 Januari 2015.