perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN
Disusun Oleh : FITRI ERI HARTANTI D3206019
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO:
“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus”. (Thomas Carlyle)
Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tapi bangkit kembali setelah kita jatuh. ( Confusius )
iv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk: ♥ Tuhan Allahku….yang selalu menjadikan indah pada waktunya ♥Ayah dan Bunda untuk doa-doa dan cinta kasih yang diberikan ♥ Kakak-kakaku dan semua keluargaku yang tercinta ♥ Cita-cita dan masa depanku
commit v to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRAK
Fitri
Eri
Hartanti,
D3206019,
Skripsi,
PERILAKU
HIDUP
BERSIH
MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN, Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama, Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan dan menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini dilakukan di Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih terhadap lingkungannya yang menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat yang berhubungan dengan hidup bersih lingkungannya. Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yang sesuai dengan maksud dan tujuan, tehnik tersebut juga berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang mengurangi permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat duwet. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat Dusun Duwet mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bagi kelangsungan hidup mereka, akan tetapi pada kenyataannya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut, sehingga sebagian besar masyarakat Dusun Duwet kurang dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Namun dari segi positifnya bahwa dalam pengelolaan sampah, masyarakat mengelola limbah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Satu hal yang menarik bahwa penerapan dan kesadaran masyarakat Dusun Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk di lingkungan tempat tinggal disekitar mereka, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan dan juga selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga sehingga hal ini dapat menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kata Kunci : Perilaku, Hidup Bersih dan Lingkungan
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRACT
Fitri Eri Hartanti, D3206019, Thesis, THE SOCIETY’S SANITARY LIVING BEHAVIOR IN HAMLET DUWET KELURAHAN BRUJUL SUBDISTRICT JATEN. Sociology department of Surakarta Sebelas Maret University 2010. This research refers to the background that creates a clean and healthy environment is mutual responsibility. They have an important role in keeping and creating the clean and healthy environment culture. This research was carried out in Duwet Hamlet of Brujul Kelurahan of Jaten Karanganyar subdistrict. This research aims to describe about the Duwet people in keeping the clean life in their environment by focusing on the people’s point of view, attitude as well as behavior relating to their environment’s clean life. The sampling technique employed was purposive sampling consistent with the aim and objective; such technique was also used for looking for appropriate informants reducing the problem of research object. The informants of research were society figure and duwet people. From the result of research, it can be seen that generally the Duwet Hamlet people recognize the importance of keeping their environment healthy and clean for their life sustainability, but in fact their awareness and behavior in maintaining their environment cleanliness is not consistent with that perception, so that majority of Duwet Hamlet people are still low in maintaining their environment cleanliness. However, the positive side is that in rubbish management, the people process the waste into useful goods. One interesting phenomenon is that the application and the Duwet Hamlet people’s awareness of environment cleanliness are still low. It can be seen from many scattered and accumulated rubbishes in their neighborhood, the places like wells (sanitation place) are rarely cleaned and the ditches are deliberately blocked by one of residents so that it can harm environment health and cleanliness.
Keywords: Behavior, Clean Life and Environment commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------------------
i
HALAMAN PERSETUJUAN ----------------------------------------------------------------
ii
HALAMAN PENGESAHAN -----------------------------------------------------------------
iii
MOTTO -------------------------------------------------------------------------------------------
iv
PERSEMBAHAN -------------------------------------------------------------------------------
v
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------------
vi
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------
ix
DAFTAR SKEMA ------------------------------------------------------------------------------
xii
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------------------
xiii
ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------------------------
xiv
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------
1
A. Latar Belakang Masalah---------------------------------------------------------------
1
B. Perumusan Masalah --------------------------------------------------------------------
5
C. Tujuan Penelitian -----------------------------------------------------------------------
5
D. Manfaat Penelitian --------------------------------------------------------------------
5
E. Tinjauan Pustaka ----------------------------------------------------------------------
6
F. Kerangka Berfikir ---------------------------------------------------------------------
23
G. Metode Penelitian ---------------------------------------------------------------------
25
BAB II DESKRIPSI LOKASI ----------------------------------------------------------------
39
A. Letak Desa Secara Administratif ---------------------------------------------------commit to user
39
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Keadaan Alam -------------------------------------------------------------------------
40
C. Keadaan Demografi -------------------------------------------------------------------
41
D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur -------------------------------
41
E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan -------------------------
43
F. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian --------------------
45
G. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan atau Agama ------------------
46
H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial -----------------------------------------------------
47
I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat ------------------------------------------------
52
BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN----------------------------------------------------------------------------------------------
54
A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet ---------------
54
1. Perilaku Masyarakat Dalam menjaga Kebersihan ---------------------------
54
2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet ----------------------------------------
75
B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet -------------------
77
1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat --------------------------------
77
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih di Lingkungannya ----------
78
3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan dan Menjaga Kebersihan Lingkungan -------------------------------------------------------------------------
83
4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet ------------------------------------
86
5. Faktor penghambat dan pendorong masyarakat dalam menjaga kebersihan
87
C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet ---------------commit to user x
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP -----------------------------------------------------------------------------
93
A. Kesimpulan -----------------------------------------------------------------------------
93
B. Implikasi --------------------------------------------------------------------------------
94
1. Implikasi Teoritis -----------------------------------------------------------------
95
2. Implikasi Metodologis -----------------------------------------------------------
97
3. Implikasi Empiris/ Praktis -------------------------------------------------------
98
C. Saran ------------------------------------------------------------------------------------
99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Salah satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Sehingga tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia seringkali dirisaukan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan. Dalam 2 dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya kebersamaan masyarakat dunia untuk bersatu padu menyelamatkan planet bumi dan mahluk hidup yang berada di dalamnya semakin menguat dan kongkrit dalam implementasinya. Karena disadari betul penyebab utama kerusakan bumi ternyata karena kecerobohan dan tidak bijaknya manusia di bumi dalam merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya bagi kepentingan yang mengatasnamakan “pengembangan wilayah” dan “meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Indonesia sendiri telah cukup banyak mengalami dampak negatif dari kerusakan lingkungan hidup tersebut seperti banjir, kekeringan, badai, pasang naik air laut, erosi, longsor yang berakibat menurunnya produktifitas di berbagai bidang kegiatan dan korban manusia yang tidak sedikit. Pada awalnya kesadaran untuk menjaga commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup hanya terbatas. Hal ini dipicu oleh pengerukan sumber daya alam oleh berbagai oknum yang berujung pada peningkatan kesejahteraan hidup segelintir orang. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan masih banyak sekali masalah–masalah lingkungan yang perlu segera mendapat perhatian. Kebanyakan masyarakat, terutama yang hidup didaerah pedesaan belum mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah lingkungan disekitarnya mereka yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka. Hal ini dipengaruhi oleh factor lingkungan yang kurang mendukung sehingga menjadikan mereka bersikap acuh terhadap lingkungan disekitar mereka. Pengetahuan yang mereka miliki terbatas. Semakin banyak kebutuhan maupun pekerjaan yang mereka hadapi menjadikan mereka kurang begitu peduli terhadap lingkungan, khususnya dirumah sendiri. Dengan waktu terbatas, kecapekan kerja mereka malas-malasan membersihkan atau memperdulikan kondisi lingungan tempat tinggal maupun lingkungan sekitar mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, bersih dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di masyarakat perlu adanya kesadaran dan kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka karena lingkungan merupakan tempat manusia untuk menjalankan berbagai aktifitas dan interaksi dengan yang lain, dengan demikian lingkungan yang nyaman, tertib, serta budaya hidup sehat dan bersih dapat terwujud. Dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku, bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Menciptakan lingkungan yang bersih adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih. Hal ini dapat dicermati masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Duwet cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam lingkungan masyarakat masalah tersebut di atas, merupakan hal yang biasa dan tidak cukup menarik untuk dipermasalahkan. Akan tetapi kalau dibiarkan begitu saja, justru dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, terutama terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga. Berdasarkan yang dikemukaan di atas maka masyarakat Duwet menjadi tempat pilihan penulisan skipsi ini. Dari uraian di atas inilah ketertarikan untuk mendiskripsikan mengenai masalah masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya. Untuk itu mengambil judul skripsi tentang “Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten”.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi permasalahannya dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih? 2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih di lingkungannya? 3. Bagaimana perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap lingkungannya?
C. TUJUAN PENELITIAN Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih? 2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam rangka menjaga hidup bersih di lingkungannya? 3. Memahami bagaimana Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya? 4. Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara pribadi pada khususnya atau bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d) sebagai
tumpuan
bagi
peneliti
selanjutnya
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan.
E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Lingkungan a. Pengertian Lingkungan Tanggapan dan pemahaman seseorang tentang lingkungan antara individu yang satu dengan yang lain memiliki asumsi yang berbeda. Dalam hal ini seringkali identik dihubungkan dengan kondisi lingkungan secara fisik, non fisik dan juga lingkungan sosial. Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat komponen yang saling terkait dan saling commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Donald L. Hardisty yang mendukung pandangan dominasi lingkungan menyatakan lingkungan fisik memainkan peran dominan sebagai pembentuk kepribadian, moral, budaya, politik, dan agama. Pandangan ini muncul tidak lepas dari asumsi dalam tubuh manusia ada tiga komponen dasar, yakni bumi, air, tanah yang merupakan unsure-unsur penting lingkungan (Rachmad K. Dwi Susilo, 2008:30) Dari pemahaman lingkungan di atas pada kenyatannya di masyarakat, lingkungan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perilaku serta tindakan seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Selain itu lingkungan juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian sesorang. Sebaliknya lingkungan juga dapat dipengruhi oleh perilaku manusia itu sendiri. Dari pengertian yang diuraikan di atas, maka lingkungan merupakan faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya manusia dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada di bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem. Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku, tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
b. Macam-Macam Lingkungan Manusia sebagai anggota masyarakat hidup dalam lingkungan yang kompleks, lingkungan tersebut akan menjadi lebih kompleks sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada hakikatnya manusia adalah produk dari lingkungan sosial dan budayannya, dan sebaliknya lingkungan tersebut adalah hasil ciptaannya sendiri. Lingkungan adalah himpunan (aggregate) dari semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada suatu organisme, perilaku manusia atau kelompok masyarakat. Lingkungan luar (external) manusia dapat digolongkan dalam tiga kelompok utama, yaitu kelompok fisik, biologik, dan sosial yang ketiganya berkaitan erat dengan satu sama lainnya yaitu: 1) Lingkungan Fisik ( Physical Environment ) Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari benda-benda yang hidup (non-living things) dan kekuatan-kuatan fisik lainnya, seperti: air, udara, tanah, iklim, dsb. Antara manusia dengan lingkungan fisiknya ada interaksi yang menetap, dimanapun manusia berada akan selalu dikelilinggi oleh lingkungan fisik tersebut. 2) Lingkungan Biologis ( Biological Environment ) Lingkungan biologis adalah keseluruhan mahluk hidup yang ada disekeliling manusia termasuk manusia itu sendiri. Mahluk hidup itu berkisar dari yang commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
paling kecil yaitu virus dan mikroba lainnya, sampai ke insekta, binatang, tumbuhan dan manusia itu sendiri. 3) Lingkungan Sosial ( Social Environment ) Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang mencangkup hubungan yang kompleks antara faktor lingkungan dan manusia serta kondisi budaya, sistem nilai, adat, kebiasaan, kepercayaan, sikap, moral, agama, pendidikan, pekerjaan, standar hidup, kehidupan masyarakat, tersedianya pelayanan kesehatan masyarakat, organisasi sosial dan politik. Dalam lingkungan ini manusia menghadapi lingkungan sosial melalui banyak cara. Lingkungan digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a) lingkungan manusia, yaitu tarmasuk didalamnya dalam lingkungan ini adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebaginya, b) lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang ada disekitar mereka dan c) lingkungan geografis, yaitu bahwa latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Misalnya manusia yang tinggal didaerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang ada dan tinggal didaerah yang gersang. Lingkungan selain terbagi dalam beberapa bentuk, lingkungan juga memiliki peranan bagi individu sebagai anggota masyarakat yaitu sebagai berikut: commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Lingkungan sebagai alat bagi individu yaitu sebagai alat kepentingan individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan alat untuk kepentingan dalam pergaulan sosial. 2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu yaitu lingkungan berpengaruh untuk mengubah sikap dan perilaku individu karena lingkungan dapat menjadi lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. 3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti, dimana sifat manusia senantiasa ingin mengetahui sesuatu dalam batas-batas kemampunnya. Lingkungan yang beraneka ragam senatiasa memberikan rangsangan daya tarik kepada individu untuk mengikuti. Individu yang peka terhadap perubahan lingkungannya, akan ikut berpartisipasi didalamnya. 4) Lingkungan
merupakan
obyek
penyesuaian
diri
individu
terhadap
lingkungannya yaitu lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dari berbagai macam-macam lingkungan dan peranan lingkungan diuraikan di atas maka lingkungan adalah tempat yang mencangkup berbagai unsur serta bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan yang melengkapi satu sama lainnya, sehingga dapat memberikan manfaat serta pengaruh. Lingkungan baik lingkungan biologis, lingkungan sosial maupun secara geografis, pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain terutama dalam melaksanakan aktifitas manusia dalam mempertahankan kelestarian hidupnya. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hubungan atau keterikatan lingkungan tersebut di atas dapat tercermin dalam kegiatan atau aktifitas serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan alam lingkungan yang ada disekitar mereka atau dapat kita lihat dari budaya masyarakat dalam mempertahankan ekosistemnya.
c. Kebersihan Lingkungan (Enviromental Sanitation) Dalam lingkungan masyarakat kita sering sekali mendengar adanya kegiatan penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu kerja bakti, bersih desa dan sebagainya. Selain hal itu kita mungkin sudah mengenal dan sering mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan” dan ‘’kebersihan sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak sedikit masyarakat mengupayakan menjaga kebersihan lingkungan yang ada sekitar mereka. Environmental sanitation adalah bagian dari general publik health yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau mengusai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pernyakit melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk a) water sanitation, b) food sanitation, c) sewerage dan excreta disposal, d) air sanitation e) vector and roden controli dan Higiene perumahan dan halaman. Dari
contoh-contoh
masalah
kebersihan
lingkungan
di
atas
menggambarkan bahwa menciptakan lingkungan yang bersih membutuhkan upaya dan usaha yang keras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tentang anggapan atau persepsi individu tentang lingkungan yang bersih, serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
diperlukan adanya kesadaran, keperdulian, kerjasama setiap anggota masyarakat. Dengan menerapkan perilaku serta tindakan yang mencerminkan kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, maka membiasakan perilaku hidup bersih dapat diwujudkan. Dalam kebersihan lingkungan tidak lepas dalam kaitannya yaitu sampah. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:166). Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah meruapakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin rebut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut: -
Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
-
Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia.
-
Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi. Stanwell-Smith (2003) menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan
dari penyakit menular terjadi di rumah, dan bahwa banyak dari itu bisa dicegah melalui pendekatan terpadu di mana baik praktik kebersihan dipromosikan bersama program untuk menyediakan fasilitas dasar air, sanitasi dan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembuangan sampah (mengutip dalam Developing an effective policy for home hygiene-a risk.pdf). Telah adanya pengembangan pendekatan kebersihan rumah yang dilakukan di Negara-negara berkembang. Dalam mengembangkan sebuah pendekatan kita harus mengakui bahwa kebersihan di rumah mencakup semua langkah-langkah yang digunakan untuk mencegah perpindahan infeksi. Dengan demikian terdiri dari beberapa unsur, yaitu rumah umum kebersihan, kebersihan makanan, kebersihan pribadi (terutama cuci tangan), dan rumah
kesehatan
untuk orang-orang yang sudah terinfeksi, dan untuk pertumbuhan populasi 'beresiko' orang-orang di rumah. Pendekatan untuk kebersihan dapat dibangun: (1) Reservoir banyak situs seperti U-tabung dan toilet mangkuk. Ini dikenal sebagai reservoir karena mikroba, terutama spesies Gram-negatif, cenderung berkembang biak pada situs-situs ini yang kebanyakan basah, dengan hasil yang relatif tinggi tingkat kontaminasi sering ditemukan. (2) Waduk / penyebar termasuk membersihkan kain basah, spons, pel, sikat kuku, shower, dll tidak hanya mendukung pertumbuhan mikroba, tetapi, karena sifat penggunaannya, kontaminasi
mudah
menyebar
ke
permukaan
lain,
misalnya
melalui
menggunakan kain terkontaminasi, atau dengan penyebaran sebagai tetesan aerosol. Dengan demikian penting untuk memastikan bahwa barang-barang yang higienis bersih sebelum digunakan. (3) Untuk tangan, dan kontak dan persiapan makanan permukaan tangan, seperti memotong papan, tekan menangani dan peralatan memasak, meskipun kemungkinan kontaminasi relatif kurang, itu masih signifikan, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti berikut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
penyiapan makanan mentah, kunjungan toilet atau mengganti popok. Seperti situs dalam kontak langsung dengan tangan atau dengan makanan, mereka dianggap sebagai risiko yang signifikan karena posisi mereka dalam hal kontak di rumah.
Karena ada konstan risiko, langkah-langkah kebersihan untuk
mencegah penyebaran kontaminasi penting untuk ini permukaan. (4) Produk yang di rumah, seperti mencuci pakaian, kadang-kadang bisa menjadi terkontaminasi, khususnya ketika anggota keluarga yang sakit. Untungnya, jenis ini paparan ini hanya sesekali dan terutama bagi mereka yang menangani cucian. Namun, ada kebutuhan untuk memberikan binatu kebersihan tambahan pertimbangan dalam situasi berisiko tinggi yang dikenal, seperti dalam kasus enterik penyakit atau infeksi kulit di rumah. (5) Ketika mempertimbangkan situs lain dan permukaan di rumah, seperti lantai dan dinding, karena kontaminasi frekuensi rendah dan paparan transfer hanya sesekali, ada sedikit perlu untuk membersihkan higienis (sebagai lawan pembersihan rutin) di situs tersebut, kecuali di situasi resiko tinggi yang dikenal, seperti tumpahan bahan tinja atau muntah. Pendekatan ini mungkin tampak jelas, tetapi merupakan kasus untuk memotivasi perubahan dalam penekanan dari mencoba untuk menciptakan sebuah 'steril' lingkungan rumah untuk fokus pada pencegahan salib kontaminasi selama kegiatan yang merupakan risiko (mengutip dalam Developing an effective policy for home hygiene-a risk.pdf). Rumah dan kebersihan kehidupan sehari-hari, Home kebersihan berkaitan dengan praktek-praktek kebersihan yang mencegah atau mengurangi penyakit dan penyebaran penyakit di rumah (domestik) dan dalam pengaturan commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehidupan sehari-hari seperti pengaturan sosial, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dll. Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari pengaturan dan rumah memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit menular. Ini mencakup prosedur yang digunakan dalam berbagai situasi dalam negeri seperti kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, makanan dan kebersihan air, kebersihan rumah umum (kebersihan lingkungan situs dan permukaan), perawatan hewan domestik, dan kesehatan rumah (perawatan mereka yang berisiko lebih besar infeksi). Rumah tangga pengolahan air dan penyimpanan yang aman adalah praktek yang dapat digunakan oleh keluarga di rumah dan di masyarakat untuk memastikan bahwa air minum yang aman untuk dikonsumsi. Dalam hal berikutnya adalah berhubungan dengan perilaku kebersihan
seperti
hal
yang
sepele
namun
tidak
banyak
orang
memperhatikannya. Yaitu kebiasaan kebersihan masyarakat dalam mencuci tangan. Kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan hanya menggunakan air saja, namun ada pula yang mencuci dengan menggunakan sabun. Seperti pada Warga masyarakat desa-com Bangladesh, memahami praktek mencuci tangan biasa di daerah pedesaan Bangladesh penaksiran dasar penting bagi Program perilaku mencuci tangan adalah bahwa ukuran tidak telah terbukti menjadi baik dan berlaku. relatif dampak pada kesehatan populasi fokus Behavior perubahan intervensi hanya mencuci tangan setelah tinja menghubungi bukan pada kedua kotoran dan makanan terkait menghubungi tidak diketahui. Jadi, mencuci tangan dengan air saja sebelum makan tampaknya cukup seperti dicatat oleh 1 persen orang diamati mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Ghana sebuah commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saluran komunikasi multi-cuci tangan intervensi berhasil menyampaikan pesan yang tangan tidak benar-benar bersih kecuali dicuci dengan sabun. Gladesh perlu langsung kepercayaan pada pentingnya sabun dalam rangka meningkatkan cuci tangan
perilaku dan membuka potensi ini kesehatan masyarakat
(http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/545).
d. Kesehatan Lingkungan Kebersihan erat kaitannya dengan Kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147). Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup :perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147). Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa kemasa, dan dari masayarakat satu ke masayarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana sampai kepada yang modern. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
2. Perilaku Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Perilaku merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antarmanusia atau interaksi social. Individu dalam masyarakat melakukan kegiatan interaksi dituntut melaksanakan aturan tata karma atau etika yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tata kelakuan yang semula berlaku dalam msyarakat yang terbatas, dapat merambat ke lingkungan yang lebih luas, dan akhirnya diterima secara nasional. Perilaku yang merupakan wujud budaya nasional Indonesia misalnya: sopan santun dan ramah, rukun dalam kegiatan kerja bakti, siskampling dan sebagainya (gotong royong), menyelesaikan masalah dengan musyawarah untuk mufakat, menghormati yang lebih tua, dan toleran atau menghormati. Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu 1) Genetika. 2)Sikap commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. 4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Tokohnya B.F. Skinner. Obyek Sosiologi adalah perilaku manusia yg tampak
serta
kemungkinan
perulangannya
(hubungan
antar
individu
&
lingkungannya). Perilaku sosial (X) tindakan sosial. Perilaku sosial: mekanisme stimulus dan respon, tindakan sosial: aktor hanya penanggap pasif dr stimulus yg datang pdnya. Teori yg tergabung: Sosiologi Behavioral dg konsep “reinforcement” & proposisi “reward and punishment”, serta teori Exchange dg asumsi selalu ada “take and give” dalam dunia sosial. Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
DEFINISI KONSEPTUAL 1. Perilaku Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas organisme yang bersangkutan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:118) Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat.
2. Lingkungan Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat komponen yang saling terkait dan saling melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku, tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya. Disini yang dicakup dalam lingkungan tersebut adalah lingkungan Masyarakat Duwet, Kelurahan Brujul, Kecamatan Jaten, terhadap perilaku masyarakatnya yang menerapkan hidup bersih lingkungannya. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah-laku atau sebaliknya, tingkah-laku juga dapat mempengaruhi lingkungan.
3. Hidup Bersih dan Kesehatan Masyarakat Lingkungan yang bersih, dapat terwujud apabila dalam sikap dan perilaku individu dalam masyarakat peduli terhadap alam sekelilingnya. Sikap dan perilaku demikian itu biasanya lahir dan dilatar belakangi oleh tingkat pengetahuan, kesadaran dan tingkat disiplin pribadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Disamping itu kebiasaan hidup yang bersih dan tertib merupakan hasil dari proses panjang trasformasi sistem nilai, baik nilai budaya maupun agama. Pengertian hidup bersih oleh masyarakat Duwet umumnya diidentikan dengan pengertian kondisi lingkungan yang bebas kotor. Cara hidup bersih yaitu cara hidup dengan menjaga kebersihan lingkungan, bebas dari polusi udara, sedangkan hidup bersih merupakan cara hidup masyarakat yang mencerminkan kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan secara teratur seperti tempat atau ruang tamu, dapur, kamar mandi, WC, sumur halaman, selokan dan sebagainya meskipun kurang begitu optimal dilakukan. Masalah kesehatan masyarakat tidak lepas dari keadaan lingkungan. Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9). Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, terapi, maupun pemulihan kesehatan adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
TEORI Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture". Teori Perilaku menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu (1) Genetika. (2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. (3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. (4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka. Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor–factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Ia membedakan adanya dua respons, yakni: 1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relative commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkan. 2. Respondent respons (respondent behavior), ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organism yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya halhal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat.
F. KERANGKA BERFIKIR Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2) commit to user pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler, hubungan manusia dengan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut. Lingkungan alam
informasi Tindakan persepsi
keputusan
Latar belakang -pengalaman -pantangan sikap terhadap alam
Skema 1 : Persepsi Menurut Backler dalam Abdurahman, Maman (1988)
Berakar dari pemikiran diatas maka penulis dapat menarik hubungan lingkungan dan perilaku hidup bersih oleh masyarakat dengan hubungan antar satu dengan yang lainnya seperti skema dibawah ini. Perilaku /tindakan
Budaya
Pola hidup bersih
Melembaga dan membudaya
keputusan
Persepsi
Pengaruh terhadap lingkungan
informasi
Status kesehatan
commit to user Skema 2 : Pola hubungan perilaku hidup bersih terhadap lingkungan
Dampak terhadap lingkungan
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari skema diatas dapat dijelaskan dari hal perilaku seseorang yang dilakukan yang
kemudian melembaga dan membudaya sehingga semua itu
berpengaruh terhadap lingkungan. kemudian berdampak kurang baik terhadap lingkungan khususnya kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah. Dari perilaku yang kurang baik itulah karena masyarakat mendapatkan informasi atau hanya sekedar bincang-bincang terhadap masing-masing tetangga, kemudian mereka berpikir dan mempersepsikan bahwa membuat pola hidup bersih itu tidak mudah itupun juga pemerintah atau pihak-pihak yang terkait tidak akan peduli terhadap pola perliku hidup bersih yang sekecil mungkin dilakukan. Jadi masyarakat Duwet lebih semaunya sendiri terhadap pola perilaku mereka terhadap lingkungan khususnya sampah. Kemudian semua perilaku itu menjadi membudaya. Hidup bersih itu penting tetapi penerapannya yang sulit dilakukan. Dari kurangnya perilaku terhadap budaya bersih itulah berpengaruh terhadap status kesehatan. Masyarakat jadi terkena penyakit karena kurangnya mereka terhadap penerapan bersih lingkungan.
G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala social yamg diteliti. Bentuk penelitian ini lebih menekankan pada suatu peristiwa dari perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan atas “Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap lingkungannya”. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten. Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal penduduk masyarakat Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.
3. Sumber Data Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Duwet, yaitu mencoba melakukan pemaknaan tentang perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Untuk mengungkap permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara. Informan dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti. Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti (key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi dilapangan.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masyarakat yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Pihak lembaga Kelurahan atau perangkat desa dan warga masyarakat asli Duwet. Adapun alasan pemilihan informan adalah orang atau warga masyarakat yang benar-benar dapat memberikan informasi, sehingga peneliti memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Langkah dalam melakukan pengumpulan data informan, peneliti melakukan: 1. Mendatangi kantor kelurahan Brujul dalam hal ini adalah Kepala Desa, untuk memperoleh informasi mengenai gambaran secara umum masyarakat Duwet, serta untuk memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian. 2. Setelah memperoleh informasi, maka peneliti menentukan informan yang akan dijadikan informan kunci dalam penelitian. 3. langkah selanjutnya, kemudian peneliti mengadakan wawancara, dengan mengakrabkan diri dengan masyarakat serta dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat dalam menerapkan hidup bersih.
b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang tidak langsung dari nara sumber atau non data primer. Data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa kepustakaan, arsip, dan dokumentasi. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Foto Dokumen berupa foto-foto dapat memberikan atau menggambarkan mengenai situasi kondisi lingkungan serta perilaku atau aktifitas dan karakteristik masyarakat Duwet baik melalui wawancara maupun observasi pada saat dilapangan. Foto atau dokumen ini dapat menjadi data yang berharga untuk menelaah situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya untuk dianalisis. Adapun dokumen berupa foto dalam penelitian ini adalah foto yang dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat dilapangan yaitu yang berhubungan dengan fokus penelitian yaitu perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. 2) Data Monografi Dalam penelitian kualitatif juga diperlukan adanya dokumen yang berupa peta wilayah dan data monogafi penduduk yang menggambarkan karakteristik masyarakat Duwet. Dengan adanya data monografi peneliti memperoleh gambaran mengenai batas wilayah dan karakteristik masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar.
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan pengolahan data, maka digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut: commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Observasi Observasi merupakan proses yang kompleks dari proses biologis dan psikologis dan menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk mencatat, alat elektronik berupa kamera dan tape rekorder, pengamatan dan pemusatan pada data yang tepat serta menambah bahan persepsi tentang obyek yang diamati. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya. Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam observasi yaitu setelah memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian, kemudian dilajutkan dengan kegiatan observasi. Dari kegiatan observasi ini, mengamati langsung situasi dan kondisi disekitar lingkungan masyarakat Duwet baik yang menyangkut fisik maupun non fisik. Manfaat dari kegiatan observasi ini peneliti melihat langsung keadaan dilapangan mengenai kondisi fisik lingkungan meliputi rumah-rumah penduduk, halaman rumah dan juga lingkungan masyarakat. Kemudian dari hasil observasi diperoleh gambaran secara umum mengenai situsi dan kondisi yang ada dilingkungan, serta perilaku masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Jaten Karanganyar dalam menerapkan kebersihan lingkungan. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah: 1. Gambaran umum masyarakat Duwet Kelurahan Brujul. 2. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul. 3. Perilaku dan sikap masyarakat Duwet dalam kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan budaya hidup bersih.
b. Wawancara Wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi ini peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan tanya jawab. Wawancara biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini berlangsung
interaksi
antara
pewawancara
(interviewer)
dengan
yang
diwawancarai (interviewee). Dalam pengumpulan data ini digunakan wawancara tak berstruktur yaitu wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan – pertanyaan tentang pandangan sikap, keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya lahir secara sepontan pada saat berinteraksi langsung pada saat dilapangan. Dalam wawancara tidak berstrujtur ini pewawancara boleh saja mengajukan pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu yang lain, atau dari topik yang satu ketopik yang lainnya. Selain untuk commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengumpulkan data dilapangan, wawancara juga digunakan untuk melengkapi data-data yang belum jelas atau masih kurang, sehingga data dan informasi yang diperoleh semakin lengkap. Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu diadakan beberapa persiapan yaitu: 1) seleksi individu untuk diwawancarai, 2) pendekatan yaitu mengadakan pendekatan dengan orang yang telah diseleksi untuk diwawancarai, 3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara dan 4) melakukan usahausaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan seperlunya bagi orang yang akan diwawancarai. Kaitannya
dengan
penelitian
ini
wawancara
dimaksudkan
untuk
mengetahui kondisi masyarakat yang akan diwawancarai serta untuk memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah yang diajukan. Dalam wawancara ini terjadi percakapan antara pewawancara dan yang diwawancarai dalam suasana santai, informal, dan jawaban tidak ditentukan oleh pewawancara. Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu 1) membuat perijinan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu pihak kelurahan dan dan ketua RT, 2) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, 3) menyiapkan perlengkapan wawancara seperti alat tulis, tape rekorder dan kamera, 4) langkah selanjutnya mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai pertanyaan awal tentang pribadi commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informan, selanjutnya dikembangkan ke masalah yang dalam fokus masalah dalam penelitian. Adapun fokus dari kegiatan wawancara adalah: a) bagaimana pola perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya, b) mengenai persepsi masyarakat dalam budaya hidup bersih, dan c) mengenai upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih lingkungan.
c. Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar mengenai situasi dan kondisi lingkungan sebagai media agar dapat diamati dan diteliti lebih lanjut. Dokumen yang berupa data dari Kelurahan seperti data demografi penduduk serta wilayah, memberikan bantuan atau informasi mengenai gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian. Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya. Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
5. Populasi dan Sampel -
Populasi adalah jumlah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau cirri-ciri tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka sebagai populasi adalah seluruh masyarakat Dusun Duwet, Brujul, Kecamatan Jaten.
-
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Sampel menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang terwakilinya.
6. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 2 perangkat desa dan 18 orang warga dusun duwet dari tingkat pendidikan SD sampai Sarjana. Alasannya dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan mengambil informan-informan yang sesuai dengan peneliti. Memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap.
7. Validitas Data Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Mengutip dalam Diana Dyah Kusumaningrum, 2003: 26). Triangulasi dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik pemeriksaan data untuk meneliti keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil penelitian, dari beberapa pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah yang terkait dalam penelitian, sehingga memperoleh data yang relevan mengenai tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan c. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada. e. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Analisa Data Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti, apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat diverifikasikan. Pelaksanaan analisa data dalam penulisan ini, dilakukan dengan kegiatan-kegiatan reduksi data, penyajian data (display data), mengambil kesimpulan dan verifikasi. a. Reduksi data Reduksi
data
adalah
merupakan
proses
seleksi,
pengfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi. Reduksi data dilakukan melalui seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat, memfokuskan dan mengabtraksikan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Proses ini berlangsung selama pelaksanan penelitian, yaitu pada awal penelitian sampai dengan laporan penelitaian. Reduksi data dimadsudkan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, dan membuang bagian yang tidak penting untuk mempermudah penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian berdasarkan observasi, pengamatan atau wawancara diperoleh data yang bermacam-macam dari informasi dan belum dikumpulkan. Dalam hal ini reduksi data adalah langkah yang ditempuh untuk menggolongkan dan membuat ringkasan atau uraian singkat kedalam urutan kajian yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagi Husserl untuk mereduksi berarti membawa keadaan langsung yang sudah dikembalikan pada yang esensial, dan hal yang asli. Menurut Husserl reduksi tidak mempermasalahkan fakta, melainkan struktur logis sebagai syarat. Reduksi ini terdiri dari tiga tahap : tahap pertama: reduksi eiditik, maksudnya suatu reduksi untuk menangkap “eidos” atau hakikat (esensi). Tahap ini merupakan tahap persiapan untuk menghadapi fenomena. Reduksi ini dilangsungkan dengan suatu proses imajinasi bebas untuk menemukan cirri-ciri khas, atau yang menentukan identitas suatu gejala yang disebut proses pembentuk gagasan (ideation). Tahap kedua: reduksi fenomenologi, yang menyampingkan hal yang sifatnya nonesensial dan kebetulan, supaya memperoleh situasi murni yang tersedia. Tahap ketiga: reduksi trasendental, yang dengan kesadran.
b. Penyajian Data (Display data) Yaitu proses penampilan data secara sederhana berbentuk naratif. Dalam penyajian data berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini data yang diperoleh atau terkumpul setelah di reduksi data, dilanjutkan dengan penyajikan data yaitu berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan keterangan berupa data yang diharapkan dalam penelitian.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pengambilan kesimpulan dan Verifikasi Langkah terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah dengan pengambilan kesimpulan atau verifikasi yaitu usaha untuk mencari atau memahami makna. Dari data yang disimpulkan kemudian diverifikasikan dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang didapat dan penafsiran data memiliki validitas. Pengambilan kesimpulan yang dimaksud dalam tahap ini adalah memaknai data yang terkumpul. Kesimpulan perlu dibuat dalam bentuk pertanyaan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti, karena merupakan intisari dari data hasil penelitian di lapangan. Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara bertahap
yaitu
dengan
merumuskan
kesimpulan
sementara,
perbaikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan bertambahnya data dilapangan dan data yang diperlukan dapat dipelajari kembali data-data yang sudah terkumpulkan. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak-pihak yang berkopenten, kegiatan ini dilakukan dengan cara terus menerus, setelah data terkumpul dan digolongkan menurut urutan kajian dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan kedalam bentuk diagram dibawah ini:
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan /Verivikasi
(H.B. Sutopo, 2002 : 37) Skema 3. Diagram Model Analisis Interaktif
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI
Gambaran Umum Fisik Desa Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara administratif, keadaan alam, keadaan demografi, kondisi sarana fisik dan sosial, keadaan sosial budaya masyarakat, yang akan diuraikan di bawah ini. A. Letak Desa Secara Administratif Secara administrasi wilayah Duwet terletak di Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar, dengan luas kelurahan 283.230 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Desa Nangsri
Sebelah selatan
: Desa Karangmojo
Sebelah barat
: Desa Sroyo
Sebelah timur
: Desa Kaling
No
Dusun
Rw
Rt
1
Gulunan
2
7
2
Soko
1
5
3
Duwet
2
7
4
Brujul
3
14
5
Purworejan
2
8
6
Sobayan
2
9
12
50
Jumlah
commit toMonografi user Tabel 1.Wilayah dusun duwet (Sumber: Kelurahan Brujul Tahun 2010)
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Jarak dari ibu kota kecamatan 6 Km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten 8 Km. Kelurahan Brujul terdiri dari 50 RT dan 12 RW dan terbagi 6 dusun yaitu Gulunan, Soko, Duwet, Brujul, Purworejan, dan Sobayan. Berdasarkan data monogafi yang ada di Kelurahan Brujul untuk wilayah Duwet terdiri dari 7 RT dan 2 RW. Selain hal tersebut di atas lingkungan Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten berdasarkan tempat daerahnya, berada disekitar jalan raya KebakkramatTasikmadu. Duwet juga berada di komplek Pabrik-Pabrik atau industry. sehingga keadaan ini menjadikan lokasinya yang sangat strategis untuk membuka usaha berupa pondokan karyawan atau buruh pabrik dan warung makan.
B. Keadaaan Alam Wilayah masyarakat Duwet terletak daerah dataran rendah, meliputi luas tanah pemukiman 2,5 Ha, industri 6 ha, luas tanah sawah 275,682 Ha, luas tanah kering 3,979 Ha. Mempunyai keadaan tanah alluvial yang baik untuk pertanian. Yang didukung dengan suhu ± 26º c dan dengan curah hujan sebesar 33mm/ th. Jenis flora dan fauna yang ada yaitu jenis flora yang ada adalah berupa tanaman pohon pisang, pohon Jati, pohon mangga dan juga pohon melinjo. Hal ini dapat dilihat disekitar rumah penduduk yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan masih banyak lahan yang kosong berupa pekarangan yang masih kosong. Jenis fauna yang ada adalah jenis binatang peliharaan penduduk seperti ayam, kambing dan juga sapi. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Keadaan Demografi Berdasarkan
jumlah
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
laporan
kependudukan kantor (Monografi) Kelurahan Brujul 2010 berjumlah 5081 yang terdiri dari 2536 jiwa jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 2548 jiwa, sedangkan untuk Dukuh Duwet khususnya terdiri dari 679 (222 KK) jiwa, terdiri dari 319 jumlah penduduk laki-laki dan jumlah 360 penduduk perempuan.
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
2537
2
Perempuan
2548
Jumlah
5085
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa/ Kelurahan Brujul Pada Bulan Juni 2010
Dari data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya terpaut selisih 11 jiwa atau sebesar 0,004% dari jumlah penduduk laki-laki.
D. Berdasarkan Tingkat Umur Sedangkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
277
278
555
5-9
238
262
500
10-14
234
230
464
15-19
238
230
468
20-24
204
229
433
25-29
217
216
433
30-34
226
214
440
35-39
197
203
400
40-44
152
200
352
45-49
200
142
342
50-54
145
133
278
55-59
120
119
239
>60
89
92
181
Jumlah
2.537
2.548
5.084
Tabel 3. komposisi penduduk Desa Brujul menurut umur dan jenis kelamin
Dari data table diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk desa brujul yang berusia belum produktif berumur antara 0-14 tahun adalah: 1.519 jiwa atau sebesar 29,87% dari jumlah penduduk desa brujul, sedangkan penduduk berusia produktif berumur antara 15-54 tahun adalah : 3.146 jiwa atau sebesar 61,86% dan sisanya adalah usia tidak produktif sebesar 420 jiwa atau sebesar 8,25% dari jumlah penduduk ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa commityang to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagian besar penduduk desa brujul berusia produktif, sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Brujul Kecamatan Jaten merupakan desa yang mempunyai sumber daya manusia yang banyak untuk melakukan pekerjaan yang formal maupun non-formal. Sedangkan Persebaran penduduk masyarakat Duwet berdasarkan tingkat umur yaitu umur 0-1 tahun 15 orang, jumlah 1-5 tahun 32 orang, umur 5-6 tahun 13 orang, umur 7-15 tahun berjumlah 109 orang, umur 16-21 tahun 77 orang, umur 22-59 tahun 372 orang, umur 60 tahun keatas 79 orang. Jumlah Penduduk Duwet berjumlah 679 jiwa. Sehingga sebagian besar penduduk Duwet di dominasi oleh usia 22-59 tahun.
E. Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tidak Tamat SD
159
2
Tamat SD/ Sederajat
3
Tamat SLTP/ Sederajat
692
4
Tamat SMA/ Sederajat
421
5
Diploma
57
6
Strata (S1)
48
7
Pasca Sarjana (S2-S3)
13
2.119
Jumlah
3.509
Tabel 4. komposisi penduduk Desa Brujul berdasarkan tingkat pendidikan commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagaimana tersaji dalam table diatas maka sebagian besar penduduk telah menamatkan pendidikan sekolah dasar, hal tersebut dikarenakan karena tidak adanya sarana pendidikan yang lebih tinggi di kelurahan brujul kecamatan jaten. Untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka penduduk harus mencari sekolah di luar Desa, atau ke kota. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan potensi yang ada maka perlu dibangun sarana dan prasarana jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sehingga penduduk tidak perlu pergi jauh untutk melanjutkan/ mencari lembaga pendidikan yang berada diluar desa. Dengan adanya penambahan sarana dan prasarana pendidikan maka akan terjadi peningkatan yang signifikan dalam pendidikan. Diharapkan dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat, maka sumber daya manusia yang ada akan lebih berkualitas. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Duwet, paling banyak jumlah berpendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 154 orang, untuk tingkat lanjutan SMP berjumlah 77 orang, SMA berjumlah 393 orang, Untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi berjumlah 10 orang yaitu dari semuanya Sarjana. Sebagian masyarakat Duwet berpendidikan rendah. Yaitu sebagian besar masyarakatnya berpendidikan SD, sehingga dalam hal ini mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman masyarakat Duwet mengenai kebersihan yang ada di lingkungan. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Untuk komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Brujul sebagai berikut: No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
TNI/ Polri
43
2
PNS
96
3
Swasta
269
4
Wiraswasta
167
5
Tani
239
6
Pertukangan
36
7
Buruh Tani
109
8
Pensiunan
62
9
Angkutan
15
10
Jasa
16
11
Lainnya
2.011 Jumlah
3.063
Tabel 5. komposisi penduduk di Desa Brujul menurut mata pencaharian
Sebagaimana tersebut dalam table diatas dapat dilihat bahwa sebagaian besar penduduk Desa Brujul adalah bermata pencaharian lainnya antara lain Buruh pabrik, pengrajin batu bata, pengrajin genting, jasa penghubung/ makelaran, dll. Hal tersebut dimungkinkan karena dipengaruhi oleh tingkat commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan yang rendah hal tersebut mengakibatkan mata pencaharian penduduk sebagian besar bermata pencaharian non-formal. Mata pencaharian masyarakat berdasarkan data monografi Kelurahan Brujul 2010 sebagian besar adalah swasta. Dari data Kelurahan masyarakat Brujul TNI/ Polri berjumlah 43 orang, sebagai pegawai negeri 96 orang, Swasta 269 orang, Wiraswata 167 orang, petani berjumlah 239 orang, 36 orang sebagai pertukangan, 109 orang sebagai buruh tani, 62 orang sebagai pensiunan, 15 orang sebagai angkutan, bekerja dibidang jasa 16 orang. Penduduk duwet pada umumnya sebagian besar bekerja sebagai buruh industry (buruh pabrik) dan petani. Hal ini di sebabkan karena adanya sebaran industry yang berada di wilayah duwet dan sekitarnya. Sedangkan sebagai petani karena dukuh duwet merupakan daerah pertanian yang potensial untuk pertanian terutama padi. Mata pencaharian yang lain adalah membuat genteng dan batu bata sebagai mata pencaharian utama. Untuk pembuatan kerajinan genteng dan batu bata menjadi produk unggulan dukuh duwet. Sedangkan sentra pembuatan genteng berada di tiga dusun yaitu Dusun sobayan, Dusun Gulunan dan Dusun Purworejan. Sedangkan untuk sentra pembuatan batu bata berada di Dusun Brujul.
G. Berdasarkan kepercayaan atau agama Data monografi di Kelurahan Brujul menunjukan bahwa agama yang dianut oleh masyarakat kelurahan Brujul ada tiga yaitu agama Islam, agama kristen dan agama Katolik yaitu 5076 jiwa memeluk agama Islam, 31 jiwa commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memeluk agama Kristen dan 8 jiwa beragama Katolik, sedangkan seluruh masyarakat Duwet keseluruhan masyarakatnya adalah memeluk agama Islam.
H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Desa Brujul sarana dan Prasarana pendidikan adalah sebagai berikut No
Sarana
Jumlah
1
Taman kanak-kanak
4
2
Sekolah Dasar
3
3
SLB
1
4
Sekolah Menengah Lanjutan Pertama
0
5
Sekolah Menengah Umum
0
6
Universitas
0 Jumlah
8
Tabel.6 Sarana dan Prasarana pendidikan Di Desa Brujul
Sedangkan sarana pendidikan di kelurahan Brujul terdapat 7 buah yaitu 4 Taman kanak-kanak, 3 SD yaitu SDN Brujul I, SDN Brujul II, SD Carat. Dan juga terdapat SLB (Sekolah Luar Biasa) yang berada di Sobayan. Semua sarana pendidikan tersebut tidak jauh untuk ditempuh dari dukuh duwet. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh pada saat dilapangan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul memiliki sejumlah sarana dan prasarana yaitu berupa sarana transportasi, saran komunikasi, sarana pribadahan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan sarana kesehatan. Sarana transportasi berupa jalan yang ada masih dalam keadaan rusak meskipun sudah beraspal, namun jalan tersebut berlubang sehingga pada saat musin hujan jalan menjadi becek, lubang jalan tetutup akan genangan air yang dapat membahayakan pengguna jalan itu merupakan dari jalan utama dukuh Duwet yang saat ini masih dalam tahap perencanaan perbaikan menunggu dana yang ada. Adapun jalan yang sudah beraspal yaitu jalan yang menghubungkan Desa Brujul dengan Duwet. Jalan penghubungan antara rumah warga masih berupa jalan Cor yaitu dari semen dan pasir. Sarana transportasi berupa kendaraan bermotor hampir setiap warga memiliki, walaupun ada berapa warga yang tidak memiliki. Sebagian besar jalan yang berada di dukuh duwet tidak ada satupun trayek angkutan umum melewati jalan tersebut. Sehingga cenderung menggunakan alat transpotasi pribadi baik berupa sepeda, sepeda motor maupun kendaraan pribadi.
2. Sarana Komunikasi Sarana berupa komunikasi yang ada di kelurahan brujul terdapat 2 buah pemancar telepon selular dan 3 buah wartel. Sedangkan masyarakat duwet memiliki sarana berupa radio, televisi hampir seluruh masyarakatnya memilikinya, karena hampir merupakan kebutuhan pokok. Untuk sarana komunikasi berupa HP dan telepon, hampir semua memiliki. Namun sarana umum yang ada dilingkungan berupa internet tidak begitu banyak ditemukan. Sarana umum berupa wartel hanya dimiliki oleh orang tertentu saja yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
mampu, karena semakin banyaknya masyarakat yang lebih menggunakan sarana komunikasi berupa HP.
3. Sarana Peribadatan Untuk sarana sosial berupa tempat peribadatan dan pendidikan, terdapat 3 agama yang dipeluk oleh penduduk desa brujul yaitu islam, Kristen protestan, khatolik. Tetapi masyarakat duwet seluruhnya memeluk agama islam. Di kelurahan brujul terdapat 13 buah masjid dan 1 buah mushola. Sedangkan di dukuh duwet sendiri terdapat 1 buah masjid.
4. Sarana perekonomian Di desa brujul belum memiliki pasar desa, Sarana dan prasarana perekonomian yang ada hanya berupa warung atau toko kecil untuk melayani kebutuhan dasar, serta berupa pasar umum yaitu pasar nglanu dengan menempuh jarak ± 4 km yang berada di daerah nglanu. industry berskala besar ada 6 buah industry yang melayani dibidang tekstil, spare part kendaraan dan plastic.
5. Sarana Olahraga Dikelurahan brujul terdapat sarana olah raga yaitu 1 lapangan sepak bola, 3 lapangan bola voly, 9 lapangan bulu tangkis dan 2 gedung serbaguna. Dikelurahan brujul terdapat 6 klub sepak bola, 2 perkumpulan bola volley, 9 perkumpulan bulutangkis, 2 perkumpulan tenis meja, 1 kelompok jantung sehat. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan di duwet sendiri terdapat sarana kegiatan olahraga bola voli, yang memang jarang digunakan, bahkan menurut informasi dari bapak “marmo” warga setempat, lapangan tersebut sekarang sudah tidak digunakan lagi bahkan sekarang sudah menjadi lahan kosong. Sarana kegiatan olahraga lainnya yaitu lapangan badminton yang berada dikantor kelurahan brujul yang sampai sekarang masih digunakan oleh warga.
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana sosial lainya berupa layanan kesehatan yaitu Bidan desa yaitu PKD (Pos Kesehatan Desa) dan juga puskesmas yang berada di Brujul. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia oleh karena itu dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mendukung terciptanya masyarakat yang sehat. Untuk sarana prasarana kesehatan sebagai berikut: No
Sarana
Jumlah
1
Puskesmas
1
2
Polindes
1
3
Rumah Bersalin
2
Jumlah
4
Tabel 7. Sarana Prasarana kesehatan Di Kelurahan Brujul
Di desa brujul berdasarkan data yang ada terdapat 1 buah Puskesmas Pembantu, 1 buah Polindes, 2 buah rumah bersalin. Apabila dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk commit desa brujul yang ada maka sebenarnya jumlah to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sarana kesehatan yang ada masih kurang, sedangkan tenaga medis yang ada di desa terdapat di Kelurahan Brujul 4 orang Dokter, dan 8 Bidan.
7. Politik Pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 jumlah partai yang mengikuti pemilihan umum legislatif ada sejumlah 38 partai politik. Keikutsetaan penduduk desa brujul yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) sejumlah 4.110 jiwa dan warga yang menggunakan hak pilihnya sejumlah 3.407 jiwa atau 82,89% penduduk yang menggunakan hak pilihnya. Didesa brujul terdapat 16 tempat pemungutan suara. Sedangkan untuk pemilihan presiden yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) sejumlah 4.120 jiwa, dan warga yang menggunakan hak pilih sejumlah 3.469 jiwa atau 84,19% penduduk yang menggunakan hak pilih dari pemilihan umum legislative ke pemilihan umum presiden sebanyak 62 pengguna hak pilih. Di desa brujul terdapat 9 tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum presiden.
8. Aparat Pemerintahan Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah desa brujul terdiri dari 1 orang Kepala Desa, 1 orang sekretaris desa, 4 orang kepala seksi dan 2 orang kepala urusan serta 6 kepala Dusun, bermitra kerja dengan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD) yang berfungsi dengan baik dinamis dan proaktif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Desa dibantu oleh lembaga kemasyarakatan yang ada di desa yang terdiri dari LPMD, LPP, RW, RT, dan PKK.
I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Sebagian masyarakatnya adalah Jawa, mayoritas menggunakan bahasa jawa. Dengan demikian tidak ada perbedaan terutama dalam bahasa sehari-hari. Menurut informasi dari bapak “marmo” mengatakan bahwa masyarakat yang ada sebagian besar adalah penduduk asli setempat sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Bentuk organisasi masyarakat yang ada adalah bersifat formal dan non-formal. Organisasi yang berbentuk formal yaitu kegiatan kepengurusan RT, yang dipilih dan dibentuk atas kesepakatan bersama oleh masyarakat. Bentuk organisasi non-formal yaitu kegiatan arisan yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali ditempat salah satu penduduk yang sudah ditetapkan. Dan budaya untuk lingkup budaya di brujul terdapat organisasi social yaitu memiliki 1 perkumpulan orkes melayu, 1 grup pencak silat yang masih eksis sampai sekarang ini, 3 anggota pramuka gudep, dan untuk penyandang tuna (3 orang tuna rungu, 4 orang tuna grahita, 5 orang tuna daksa, 3 orang tuna wisma). Berdasarkan letak geografis dan lokasi masyarakat Duwet kebanyakan mata pencaharian dari masyarakatnya adalah petani dan juga buruh, walaupun demikian banyak juga yang berkerja sebagai wiraswasta yaitu usaha dagang berupa warung atau toko. Ada juga yang menginvenstasikan rumahnya untuk dijadikan rumah pondokan, sehingga memberikan pendapatan keluarga. Selain commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bermata pencaharian sebagai buruh dan petani terdapat juga beberapa warga yang berprofesi sebagai PNS dan pegawai swasta. Selain itu banyak warga yang bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata, dan genteng. Pada umumnya dalam masyarakat Duwet tidak terdapat adanya stratifikasi sosial, hal ini karena tidak adanya perbedaan antara penduduk yang satu dengan yang lain. Berdasarkan lokasinya dan wilayahnya maka jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sekitar 2 meter, kebanyakan dari setiap warganya memiliki lahan pekarangan yang luas, dan masih banyak sekali lahan yang kosong. Sedangkan rumah penduduk yang berada disekitar jalan utama Duwet letak rumah antara yang satu dengan yang lain saling berdekatan.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN
A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet 1. Perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan. a. Menjaga kebersihan rumah Keadaan atau kondisi rumah masyarakat Duwet, sebagian rumahnya ada yang sudah permanen, semi permanen dan ada pula yang masih berupa kayu walaupun demikian semua sudah memiliki tempat MCK. Antara keluarga yang satu dengan yang lain memiliki perilaku yang berbeda dalam menyikapi kebersihan dilingkungan. Kebanyakan dari masyarakat Duwet tidak memiliki kebiasaan atau perilaku yang teratur dalam membersihan lingkungannya. Kegiatan menjaga kebersihan lingkungan pada umumnya dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel lantai bagi masyarakatnya yang rumahnya sudah permanen dan berlantai, bagi masyarakat yang rumahnya tidak berlantai maka cukup menyapu dengan menggunakan sapu, walaupun demikian ada juga yang sama sekali tidak membersihkan atau menyapu yaitu pekarangan atau lahan kosong dibelakang tempat tinggal mereka sehingga hal tersebut menyebabkan sarang nyamuk yang dapat mengakibatkan dampak yang tidak baik khususnya bagi warga sekitar commit to user tempat tinggal.
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam membersihkan rumah ada juga yang dilakukan pada ruang tertentu yaitu ruang tamu yang paling penting, ruang dapur dan juga halaman depan rumah. Dan waktu yang digunakan dalam membersihkan lingkungan, ada yang dilakukan satu kali dalam sehari, dua kali dalam sehari dan ada pula yang dilakukan satu kali dalam dua hari dan ada juga yang dilakukan pada saat tertentu saja. Sedangkan tindakan terhadap kebersihan tempat sanitasi yang meliputi tempat penampungan air dan juga tempat MCK, dilakukan dengan cara menguras dan menyikatnya. Dari kegiatan observasi dan wawancara dilapangan kebanyakan dari masyarakatnya dalam membersihkan tempat penampungan air baik yang digunakan untuk keperluan minum dan mandi umumnya dilakukan lebih dari 7 hari namun ada juga yang 2 hari sekali. seperti yang dikemukakan oleh Simbah
yang
berinisial
”sumiyati”
yang
berhasil
diwawancarai
mengemukakan : ‘’Menawi budaya hidup bersih kulo mboten ngerti. Menawi Kerja bakti, kerja bakti cah enom-enom seminggu pisan niku entene. Menawi mboten tumut didendo 5000 . sak umpami mboten enten sing mbayar geh ken kudu mbayar. Masalah Tandon banyu gadhah, gentong ngge masak rong dino pisan dikuras. Gadah tempat pembuangan sampah. Setiap pembakarane nunggu mboten pati katah neng ajeng jawah garing diobong. Resek-resek nggriyo mben dinten diresiki wong omah-omah. Carane njogo kebersihan geh dikumbahi nek pun resek disetrika niku khusus pakaian. Nek abrak kangge masak angger punbar masak diresiki digebeki kajenge resek mengke dingo meleh. Nguras bak mandi rong dino pisan. WC sak ben dinten digosoki geh rung dino pisan, sedino pisan digosok ngangge gosok. Kaleh lingkungan perhatian, mengke lingkungan kiyambak niku geh diresiki. Koyoto selokan, di paculi, let pirang dino disapuni meleh. Dusun mriki selokan kathah, nggen kulo niku selokan malah mboten dipikir. Kancane dikei dana mboten dikei dana dewe ko. Kancane dibangun niku kan di kei dana” (Kalau budaya hidup bersih saya tidak mengerti. Kalau kerja bakti, kerja commit to user bakti anak-anak muda 1 minggu sekali itu adanya. Kalau tidak ikut di denda
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Rp 5000,- kalau bener-bener tidak ada yang bayar ya tetep disuruh bayar. Masalah tempat penampungan air punya, gentong untuk masak 2 hari sekali dikuras. Punya tempat pembuangan sampah, setiap pembakarane nunggu tidak begitu banyak tidak hujan kering dibakar. bersih-bersih rumah setiap hari dibersihkan yang namanya orang rumah-rumah. Carane njaga kebersihan ya dicuci kalau sudah bersih disetrika niku khusus pakaian. Kalau perabot untuk masak jika sudah selesai dibersihkan dicuci agar bersih nanti dipakai hari berikutnya lagi. Nguras bak mandi 2 kali sehari. WC setiap hari digosok 2 kali sehari atau 1 hari sekali digosok pakai gosok. Sama lingkungan perhatian, lingkungan sendiri dibersihkan. Seperti selokan, dicangkul, selang berapa hari disapu kembali. Dusun sini selokan banyak, tapi tempat saya selokan tidak dipikir. Yang lain diberi dana, tidak diberi dana sendiri. Yang lain dibangun itu karena ada dana). (Wawancara, Agustus 2010)
b. Membuang limbah keluarga/ sampah Masalah sampah adalah masalah yang sering kita jumpai di lingkungan masyarakat baik kota maupun desa. Hal ini disebabkan banyaknya limbah atau sampah yang dihasilkan keluarga yang semakin bertambah, sehingga diperlukan adanya penanganan yang khusus guna terwujudnya kebersihan lingkungan. Sikap masyarakat Duwet terhadap sampah yang ada pada umumnya diartikan sebagai sisa dari sesuatu yang harus disingkirkan dan dibuang. Kemungkinan tersebut memberikan sikap dan tindakan yang sederhana pula. Oleh karena itu kebanyakan masyarakat Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara membuang dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar lingkungan mereka. Sehigga banyak sisa-sisa atau sampah yang justru menumpuk, adapula dengan membuat lubang tanah yang dijadikan tempat sampah, dan ada juga dengan cara menyapu, dikumpulkan kemudian dibuang atau dilempar begitu saja ketempat yang sekiranya sampah-sampah tersebut tidak lagi kelihatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
atau berada disekitar rumah mereka. Kalau sudah banyak maka akan pindah ketempat yang lain. Begitu seterusnya ketidak rutinan masyarakat untuk membakar sampah inilah yang mengakibatkan menumpuknya sampah disekitar lingkungan masyarakat. Menurut Ibu “Rina” (Bayan atau Kepala Dukuh Duwet) masalah pembuangan sampah atau TPA tidak ada di wilayah Dukuh Duwet, sedangkan pada saat diajukan pertanyaan mengenai Rencana pembikinan TPA (Tempat Akhir Pembuangan sampah) di wilayah Duwet beliau mengatakan : tidak ada rencana untuk mengarah kesitu mbak..,tidak mungkin untuk pembuatan TPA karena membutuhkan dana yang banyak. Untuk sekedar dana apa gitu aja banyak yang mengeluh. Jadi untuk TPA tidak mungkin. Hanya warga cukup membuat tempat pembuangan sampah sendiri dengan menggali lubang dibelakang rumah. Berapa kali sehari dibakar. (Wawancara, Juli 2010) Hal ini juga dikemukakan oleh salah informan yang berinisial “Siti”dalam wawancara mengatakan: “masyarakat Duwet, umume boten gadah tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakatipun memanfaatake pekarangan, kangge tempat pembuangan sampah. Menawi cara natasi sampah yen pun numpuk, dibakar”. (Masyarakat Duwet belum memiliki tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan, untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Untuk mengatasi sampah jika sudah menumpuk dengan cara membakarnya). (Wawancara, Juli 2010) Masalah sampah di lingkungan masyarakat Duwet menurut Simbah ”Sumiyem” (nama samaran), adalah masalah sampah ‘’sepele’’ mbak, geh butuh telaten. Kulo namung mbakar ngoten mbak, sak umpami ndadosaken commitgeh to user pupuk utawi humus mboten kober, mboten sabar.
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Masalah sampah sepele hanya dibutuhkan ketelatenan. Saya Cuma dengan cara membakarnya mbak, kalau untuk menjadikan pupuk atau humus tidak sempat, ya tidak sabar). (Wawancara, Juli 2010)
c. Partisipasi Terhadap Kegiatan Kebersihan Lingkungan Salah satu bentuk dalam menerapkan kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan kegiatan kerja bakti, yaitu kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk membersihkan lingkungan. Hal
ini
dilakukan
sebagai
bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
kepeduliannya terhadap kondisi di lingkungannya. Selain itu juga digalakkan pula kegiatan kerja bakti yang dilakukan dua kali dalam satu bulan dengan kegiatan yaitu membersihkan selokan disepanjang jalan, membersihkan rumput-rumput yang tumbuh secara liar yang ada disekitar lingkungan. Kegiatan tersebut dilakukan bukan atas dasar kesadaran mereka sendiri, melainkan berdasarkan komando dan peraturan yang disepakati bersama. Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak yang berinisial “Marmo” yang berprofesi sebagai perangkat desa mengungkapkan : (Perilaku terhadap kondisi kebersihan lingkungan disekitar berusaha berperan aktif bersih-bersih) (Wawancara, Juli 2010)
Kegiatan kerja bakti dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama yaitu dilakukan satu kali dalam satu minggu. Kegiatan ini diikuti oleh masing-masing perwakilan keluarga. Dan mengganti uang sebesar lima ribu atau sepuluh ribu, apabila tidak mengikuti kegiatan kerjabakti. adapun uang commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut nanti akan dimasukan kedalam kas RT untuk keperluan masyarakat. Walaupun kegiatan kerja bakti merupakan peraturan atas keputusan bersama, akan tetapi pada kenyataanya kegiatan kerja bakti dilapangan tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Kegiatan kerja bakti yang dilakukan tidak selalu satu minggu sekali akan tetapi justru sudah jarang dilaksanakan masyarakat setempat. Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Duwet dalam melaksanakan kegiatan kerja bakti bukan didasarkan atas kesadaran hati atau atas dasar inisiatif sendiri untuk bertindak dalam kegiatan partisipasi masyarakat dilingkungannya. Mereka bergerak jika akan diadakan kegiatan di masyarakat saja. Baru mereka inisiatif membersihkan lingkungan dan sekitarnya. Dengan demikian maka pada umumnya masyarakat belum memiliki sikap kesadaran dan tanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan.
d. Bentuk Kegiatan Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Berdasarkan kegiatan wawancara yang dilakukan dengan Bapak ”Soleh” mengungkapkan bahwa penerapan masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat yang belum dapat memahami manfaat dari kebersihan yang ada dilingkungan untuk kesehatan mereka, disamping hal itu untuk menamankan perilaku hidup bersih pada setiap keluarga juga tidak mudah, commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperlukan kebiasaan serta keuletan untuk menerapakan sikap peduli terhadap kebersihan lingkungan. Hal serupa juga disampaikan oleh ibu ”Sri” berprofesi sebagai karyawan mengaku peduli dan perhatian terhadap kondisi kebersihan yang ada dilingkungannya. Beliau juga mengatakan: Sangat peduli karena yang namanya kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun perhatian khusus terhadap lingkungan tidak difokuskan karena di pedesaan banyak pekerjaan sampingan. (Wawancara, Juli 2010).
Begitu juga yang dikemukaan ”Titin” mengatakan bahwa: tidak memiliki keteraturan dalam membersihkan rumah dan lingkungan yang ada disekitarnya dan bentuk kegiatan bersih-bersih dilakukan masyarakat pada saat waktu tertentu saja yaitu berdasarkan situsi dan kondisi yang memang memungkinkan harus menyapu atau membersihkan. Ia juga mengaku bahwa kurang begitu peduli dalam menjaga kebersihan. Berdasarkan pengamatan, ketidakteraturan masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan juga dimiliki oleh masyarakat lainnya yaitu bahwa dalam menjaga kebersihan atau membersihkan rumah ataupun yang ada disekitarnya tidak memiliki waktu yang teratur, artinya hanya pada saat tertentu saja kegiatan
bersih-bersih dilakukan, sedangkan kegiatan
membersihkan membersihkan rumah, biasanya dilakukan pada waktu pagi hari setelah kegiatan memasak, hal itupun dilakukan kalau memang waktunya memungkinkan karena harus bekerja ke kebun. Adapula hanya diwaktu Sore hari waktunya yang tidak memungkinkan karena pagi hari commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus masuk kerja buruh pabrik. Kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga disebabkan adanya perbedaan kemampuan individu dalam waktu mengenai masalah kebersihan karena banyak warga yang bekerja sebgai buruh pabrik yang kerjanya adalah Shif jadi waktu yang tidak mesti untuk membersihklan lingkungan. Hal itu dapat dilihat dari sikap mereka dalam keteraturannya membersihkan rumah dan lingkungan yang ada disekitarnya. Perilaku ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah perilaku ibu rumah tangga yang terlibat secara aktif dalam melakukan hal-hal yang menunjang dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, menghindari hal-hal yang menghambat pemeliharaan kebersihan lingkungan, memanfaatkan sarana-sarana kesehatan, dan mampu mencegah berbagai penyakit serta mampu menjaga keselamatan diri. Untuk menyikapi sampah Umumnya masyarakat
Dusun
Duwet
melakukan
dengan
cara
memanfaatkan
pekarangan atau kebun untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, begitu juga dengan kondisi tempat BAB dan MCK yang jarang sekali dibersihkan menimbulkan bau pesing dan tidak enak serta lumut yang menebal, serta beberapa warga yang masih belum memiliki tempat MCK yang layak. Pemandangan yang kurang enak dan bau yang tidak enak yang berasal dari sampah tersebut, terutama pada musin hujan, meskipun hanya menyapu dan juga membikin lubang galian tanah sebagai tempat pembuangan sampah, mereka langsung membakarnya. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Bentuk Kegiatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit (bacteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/ penyebar penyakit (vector). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Manfaat pengelolaan sampah sebagai Penghematan sumber daya alam, Penghematan energi, Penghematan lahan TPA, Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman). 1) Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:169) Pengelolaan
sampah
adalah
pengumpulan,
pengangkutan,
pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan selama ini hanya dalam konteks pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat lain yang kemudian akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar TPA berada ditempattempat tertentu saja yang didukung pula dengan perilaku masyarakat yang masih mencampur antara sampah kering dan sampah basah. Di Duwet Kecamatan Jaten, jenis sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah rumah tangga yang terdiri dari sisa sayuran, makanan, plastik, botol dan sisa-sisa kemasan. Pengelolaan sampah oleh masyarakat setempat yaitu: dengan dibakar, dibuang ke sungai dan dibuang ke tempat pembuangan yang ada disekitar rumah tinggal mereka. Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen pengelolaan sampah adalah sebagai berikut: 1) Penumpukan Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. 2) Pengkomposan Cara
pengkomposan
merupakan
cara
sederhana
dan
dapat
menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pembakaran Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. 4) Sanitary Landfill Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas. 5) Pangan dan Makanan Ternak Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan. 6) Landfill Jenis pengelolaan sampah ini adalah membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka. 7) Pulverisation Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil. 8) Open dumping Open dumping adalah teknik atau metode pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA hanya dengan menumpuk sampah dihamparan tanah yang luas dan selanjutnya tidak dilakukan pengelolaan khusus. 9) Incineration / Incinerator commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana
maupun
modern
secara
masal.
Teknologi
ini
memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik. Sedangkan Masyarakat duwet melakukan teknik pengelolaan sampah sebagai berikut: -
Penumpukan
-
Pembakaran
-
Pangan dan makanan ternak Masyarakat duwet juga menggunakan prinsip pengelolaan sampah
berwawasan lingkungan yaitu dengan menggunakan prisip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 3R adalah kependekan dari reduce, reuse, dan recycle. Idiom tersebut kemudian dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kurangi sampah, guna ulang sampah, dan daur ulang sampah. 3R merupakan prinsip utama dalam pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Dengan menerapkan pola ini maka diharapkan sampah berkurang dari sumbernya. 3R juga dapat menjadi tools optimalisasi pemanfaatan sampah sehingga sampah memiliki nilai ekonomis dan dapat membuka lapangan pekerjaan. 1) Reduce (mengurangi sampah) Prinsip pertama yaitu reduce adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah. Yang commit user Ketika berbelanja warga sering dilakukan masyarakat duwettomissal
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
membawa kantong/keranjang dari rumah, tidak memakai kantong plastik(kresek)yang dibeli/disediakan dan juga Mengurangi konsumsi makanan dan minuman berkemasan plastik, kaleng, atau stereofoam. 2) Reuse (guna ulang sampah) Prinsip kedua reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain. Masyarakat duwet menggunakan secara berulang botol plastik bekas minuman atau digunakan kembali sebagai wadah minyak goreng atau pot bunga. Kemudian bekas botol miras dijadikan wadah bensin eceran di warung-warung. 3) Recycle (daur ulang) Prinsip ketiga recycle adalah kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru. Masyarakat Duwet Mengolah sampah plastik kresek => menjadi kantong kresek lagi atau tas, wadah bawang dan buah. Potongan rapia => menjadi tikar. Di dusun duwet beberapa keluarga memanfaatkan limbah sampah dari kresek yang dijadikan sebagai tempat atau wadah bawang, buahbuahan dan juga dijadikan tas yang biasanya di gunakan ibu rumah tangga ke pasar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut kemudian dilakukan pembersihan, kemudian pengepack-an kemudian di salurkan ke pemasoknya yaitu salah satu warga duwet, setelah itu commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penjualan dengan pengambilan barang melalui distributor yang ada. Kebetulan di dusun duwet terdapat salah satu pabrik pengolahan plastic yaitu PT. INDO CALLY yang terltetak tidak jauh dari pemukiman warga kurang lebih 1 km. pabrik ini memproduksi kresek. Dan limbah kresek yang ada dimanfaatkan dan diolah dengan dijadikan tas. Hal tersebut dimanfaatkan warga duwet sebagai lapangan pekerjaan untuk bekerja di pabrik tersebut.
2) Langkah Penanganan Sampah Tingkat Rumah Tangga di Dusun Duwet (a) Dipilah: dipisahkan sampah yang mudah busuk dan sampah yang tidak mudah busuk;
Rumah Tangga
plastik
kertas
Logam kaca
Tps
Limbah kresek
Tempat wadah bawang
Dijual Kas
pendapatan Lingkungan bersih, sehat, dan indah
commit sampah to user Dusun Duwet Skema 4. Proses pemilahan
potongan rapia bekas
Tas
Tikar
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masyarakat duwet melakukan pemilahan sejak dari rumah tangga, yaitu dengan 3 kantong tempat sampah. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik, kertas dan kaca logam. Plastik sachet minuman, snack dan refill bisa didaur ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, topi, tempat koran, dll. Sedangkan sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam gentong. Nantinya, sampah ini dapat dijual. Namun masyarakat duwet tidak begitu banyak yang memanfaatkannya. Sampah yang sudah terkumpul disortir, packing dan dijual. Hasil penjualan untuk biaya operasional. Seringnya pendapatan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga jarang digunakan untuk kebutuhan operasional kampung. Hanya sisa pendapatan atau sukarela dimasukkan kas kampung atau RT. Masyarakat duwet memilahkan sampahnya dari sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantongkantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan yang kemudian sampah-sampah anorganik tersebut dijual/diberikan pada pemulung. Sedangkan Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Namun hal ini sangat tidak dimanfaatkan oleh masyarakat duwet setempat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
Mekanisme Pola Pengelolaan Sampah Rumah Tangga: Pembangunan sistem pengelolaan sampah mandiri harus dilaksanakan secara bertahap agar hasilnya optimal dan terus berkelanjutan. Adapun tahap-tahap yang harus dilaksanakan adalah: a) Membangun kesadaran dan kepedulian. Kegiatan pengelolaan sampah yang baik tidak akan berhasil jika tidak ada kesadaran dari semua pihak pemangku kepentingan yaitu masyarakat, pemerintah, dan industri. Membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat agar mengubah pola hidup dan budaya dalam mengelola sampah untuk menjalankan konsep 3R yaitu reduce (mengurangi sampah), reuse (guna ulang sampah), dan recycle (daur ulang) dalam pengelolaan sampah, serta pemilahan sampah sejak dini. Pemerintah baik pusat maupun daerah supaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro. Kalangan industri supaya lebih bertanggung jawab terhadap dampak negative produk produk mereka terhadap lingkungan. Membangun kesadaran dan kepedulian bersama dapat dilakukan dengan aktifitas-aktifitas penyuluhan. Aktivitas harus inovatif dan kreatif untuk lebih menarik minat pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif. Sehingga akan lebih baik jika tiap daerah dibentuk semacam pusat unggulan untuk pengelolaan sampah. b) Setting up, Setelah langkah pertama kemudian dilakukan. Langkah berikutnya adalah mensetting model pengelolaan dan commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengolahan sampah. Mulai dari peng-adaan fasilitas pemilahan sampah, alur pengumpulan dan pengangkutan sampah yang sudah dipilah, penyediaan tempat penampung sampah sementara dan tempat pemrosesan akhir sampah, serta penyediaan tempat dan teknologi pengolahan sampah (misal lokasi dan pabrik daur ulang sampah). Pemerintah juga harus menyusun target-target yang hendak dicapai dalam pengelolaan sampah ini. c) Pelaksanaan pengelolaan sampah yang sustainable, terpadu, dan ramah lingkungan oleh semua pemangku kepentingan yaitu pemerintah, industri, dan masyarakat. Monitoring dan Evaluasi, d) Untuk menjaga keberlangsungan dan peningkatan pelaksanaan pengelolaan sampah harus dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala, sehingga target-target yang sudah dicanangkan dapat dicapai dengan baik.
Pemilahan
Pembuangan
Pengambilan
Pengolahan
Pengelolaan sampah
Skema 5. Mekanisme Pengelolaan Sampah
commit to user
Penjualan
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelurahan KK KK
KK
KK
KK
RT
KK
KK
RT RT Pengolahan di TPS
KK
RT
KK
Pelaku daur ulang
Skema 6. Jalur Koordinasi Pengelolaan Sampah di Dusun Duwet
Masyarakat Duwet saat ini sudah melaksanakan pemisahan antara sampah kering dan sampah basah, hal ini dimungkinkan masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan memberikan nilai tambah pada sampah itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga, pengetahuan tentang pengelolaan sampah akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap pengelolaan sampah pula. Setiap rumah tangga memisahkan sampah menurut jenisnya, yaitu: (plastic, kertas, logam kaca, organic). Sebelumnya
perlu
digarisbawahi,
bahwa
Pengelolaan
≠
Pengolahan. Kalau dalam pengelolaan sampah, yang lebih banyak dilakukan adalah bagaimana memilah-milah mana sampah yang commitkita to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih bisa digunakan kembali, mana sampah yang bisa dijadikan kompos, mana sampah yang bisa dijual. SAMPAH PLASTIK
SAMPAH KERTAS
LOGAM & KACA
·
plastik krese
·
kertas HVS
·
besi
·
plastik bening
·
kertas koran
·
tembaga
·
bungkus snack
·
bungkus tempe
·
kabel
·
kemasan penyedap
·
bungkus rokok
·
kaca
·
bungkus mie
·
kardus
·
botol plastik
·
bungkus makan
·
bekas undangan
·
botol kaca
·
dll
·
sobek-sobekan
·
pecahan gelas/ piring
·
bungkus makanan kertas,
·
seng
dll
·
ember pecah, dll
Tabel 8. Pemilahan sampah(semuanya berawal dari sampah rumah tangga)
(b) Pengkomposan: sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos; Namun Warga duwet jarang melakukan kegiatan pembuatan kompos, meskipun komponen sampah basah tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah disekitar mereka. Selain hal tersebut juga kurangnya waktu mereka untuk mengolah sampah untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat karena sebagian masyarakat bekerja di pabrik sehingga kecapekan sehabis bekerja menjadikan rasa malas tumbuh didiri mereka yang kemudian hal-hal yang bermanfaat dancommit menguntungkan to user kurang mendapat perhatian.
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c) Didaur ulang: sampah yang tidak mudah busuk digunakan kembali, diolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual untuk digunakan ulang oleh orang lain. Sampah warga
organik
Non-organik
Bisa Didaur ulang
Tidak Bisa Didaur ulang
Tidak Bisa Didaur ulang
Bisa Didaur ulang
Dijual
kompos
Dibakar
Dijual
Skema 7. Skema Sampah
Sampah organik/ mudah busuk Sisa makanan; • Sisa sayuran dan kulit buah-buahan; • Sisa ikan dan daging; • Sampah kebun (daun-daunan, rumput, dan sampah yang mudah busuk lainnya). Sampah anorganik/ tidak mudah busuk • Kertas;
• Logam (Kaleng);
• Kayu;
• Kain Perca;
• Gelas/kaca/botol;
• Plastik. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari semua yang telah di paparkan diatas tentang pengelolaan sampah di dusun duwet lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini: No 1
Kegiatan
Dusun Duwet
3R a. Reduce
a. misal
(mengurangi sampah)
Ketika
berbelanja
warga
sering
membawa kantong/keranjang dari rumah, tidak memakai kantong plastik(kresek)yang dibeli/disediakan
dan
juga
Mengurangi
konsumsi makanan dan minuman berkemasan plastik, kaleng, atau stereofoam. b. reuse (guna ulang sampah) b. Menggunakan secara berulang botol plastik bekas minuman atau digunakan kembali sebagai wadah minyak goreng atau pot bunga. c. Mengolah sampah plastik kresek => menjadi c. recycle (daur ulang)
kantong kresek lagi atau tas, wadah bawang dan buah. Potongan rapia => menjadi tikar.
2
Pembuatan kompos
Jarang dilakukan, meskipun komponen sampah basah tinggi
3
Teknik pengelolaan sampah
- pengkomposan - pembakaran
- pangan dan makanan ternak commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
Pembuangan sampah
Memiliki tempat sampah kemudian sampah dibuang
di
tempat
lubang
galian
tanah
dibelakang rumah untuk yang dijadikan tempat pembuangan akhir sampah. (skala rumah tangga) 5
Pemilahan sampah
karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastikplastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik,
koran,
majalah,
sebagainya.Sampah
kertas-kertas,
tersebut
dijual/diberikan
pada pemulung
Tabel 9. Pengelolaan sampah di Dusun Duwet
2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo 2003:121). Perilaku kesehatan mencakup: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit a. Perilaku pencegahan penyakit b. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan c. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan commit to user
dan
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan 3. Perilaku terhadap makanan 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan Bertolak dari apa yang telah dijabarkan diatas pada penelitian ini bahwa perilaku masyarakat dusun duwet termasuk dalam perilaku terhadap lingkungan kesehatan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo 2003:121). Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku masyarakat dusun duwet dapat dikatakan sebagai Perilaku terhadap lingkungan kesehatan karena mencakup sebagai berikut: 1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. 2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaanya. 3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. 4. Perilaku sehubungan denganrumah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. 5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk dan sebagainya. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet 1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat Kondisi kebersihan lingkungan masyarakat
Duwet belum dapat
sepenuhnya dikatakan sebagai lingkungan pemukiman yang bersih. Hal ini disebabkan masih banyaknya sampah dan ketidakteraturan masyarakat dalam menangani kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka. Disamping hal itu disebabkan pula oleh faktor perilaku masyarakat yang pada umumnya dalam pemahaman kebersihan lingkungan belum sesuai dengan pelaksanannya atau dengan kenyataan yang ada di lingkungan. Masalah kebersihan lingkungan oleh masyarakat Duwet, diidentikkan dengan masalah sampah yang juga berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya, karena sampah merupakan faktor utama yang dapat merusak atau menggangu kebersihan lingkungan dan kesehatan, akan tetapi hal itu justru kadang menjadi hal yang dilupakan oleh kebanyakan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Duwet peduli dengan masalah kebersihan lingkungan. Walaupun demikian pada kenyataannya masih banyak sampahsampah yang bercecer dan membusuk disekitar rumah mereka, sehingga pada waktu musim hujan, sering menimbulkan bau yang tidak enak. Sampah yang berupa barang-barang bekas plastik menjadi sarang bibit nyamuk. Selain sampah, perilaku masyarakatnya juga ikut mempengaruhi terbentuknya kebersihan lingkungan yaitu kesadaran dan sikap tanggungjawab terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Dalam hal ini umumnya masyarakat Duwet commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyikapi sampah dengan cara memanfaatkan pekarangan atau kebun untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, begitu juga dengan kondisi tempat BAB dan MCK yang jarang sekali dibersihkan menimbulkan bau pesing dan tidak enak serta lumut yang menebal. Begitu juga tempat penampungan air yang jarang dikuras atau dibersihkan sehingga bagian air yang ada dibawah terlihat kotor dan berwarna kuning dan ada juga yang memiliki perilaku yang sengaja menyimpan sampah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan kembali sehingga ditimbun atau dikumpulkan di dapur. Itulah factor sikap masyarakat terhadap kurangnya peduli lingkungan.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih Di Lingkungannya Lingkungan masyarakat adalah lingkungan yang komplek dan terdapat berbagai
unsur
serta
komponen-komponen
yang
saling
terkait
dan
berkesinambungan. Adanya hal tersebut di atas tentunya tidak menutup kemungkinan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap perilaku individunya dalam bermasyarakat. Persepsi
masyarakat
Duwet
Kelurahan
Brujul
Kecamatan
Jaten
Karanganyar, memiliki perilaku dan persepsi yang berbeda mengenai budaya hidup bersih. Sehingga sikap kedisiplinan masyarakat terhadap masalah kebersihan yang ada dilingkunganpun berbeda. Pemahaman menjaga kebersihan lingkungan oleh masyarakat diartikan sebagai lingkungan yang bersih dari sampah sehingga untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan cukup dilakukan dengan menyapu saja seperti masyarakat pada umumnya. Meskipun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
demikian upaya masyarakat dalam menerapkan kebiasaan hidup bersih baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat tetap diupayakan. Seperti yang sampaikan oleh ibu Rani (bukan nama sebenarnya) yang berhasil diwawancari mengatakan : “Bersih menurut pemahaman saya, berarti bebas dari kotor, bebas debu. (Wawancara, Juli 2010) Sedangkan pada saat diajukan pertanyaan mengenai budaya hidup bersih Ibu Rani mengatakan : “Budaya bersih itu ya memberikan suasana sehat”. (Wawancara, Juli 2010)
Membiasakan cara hidup bersih erat kaitannya dengan hidup sehat. Oleh masyarakat pada umumnya dilakukan mulai dari dalam lingkungan keluarga yaitu anak sedari kecil sudah mulai ditamanamkan kebiasaan hidup bersih melalui sikap teladan atau contoh yang diberikan orang tua kepada anaknya serta memberi perintah untuk membiasakan diri membersihkan diri, dengan cara mandi yang teratur, merapikan tempat tidur, mencuci tangan dan sebagainya. Menerapkan hidup bersih selain dilakukan melalui kebiasaan tersebut di atas, juga melalui adanya kegiatan kerja bakti yang dilakukan minggu sekali yang diikuti oleh semua warga, dan apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut maka akan dikenakan sangsi yaitu berupa uang denda sebanyak Sepuluh ribu rupiah sebagai pengganti tidak mengikuti kerja bakti. Karena kebanyakan dari masyarakat adalah petani maka mereka lebih memilih ikut kegiatan kerja bakti dari pada harus membayar Rp 10.000 ,-. Hal ini juga disampaikan oleh “Ibu Rani” pada saat wawancara mengatakan : “Upaya yang dilakukan terhadap warga geh mengadakan kegiatan kerja bakti commit to user mbak, biasanya diadakan seminggu sekali, tapi akhir-akhir ini sudah lama tidak
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
diadakan kerja bakti. Untuk menggiatkan masyarakat geh biasanya ada sangsi atau denda Sepuluh ribu, apabila tidak mengikuti. Tapi biasanya geh yowes lah ra popo. Jadi tetep saja diikhlaskan tidak untuk membayar”. (Wawancara, Juli 2010)
Dari hasil penelitian melalui kegiatan wawancara dan pengamatan yang diadakan langsung di lapangan mengenai perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan masyarakat Duwet pada kenyataannya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena adanya faktor kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Dalam hal ini kebiasaan hidup bersih dapat dibentuk mulai dari membiasakan anak pada waktu masih kecil untuk belajar rajin membersihkan mulai dari rajin mandi, merapikan tempat tidur setelah bangun tidur, mencuci tangan sebelum makan dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan orang tua sehingga ketika mereka sudah dewasa akan mampu membiasakan cara hidup bersih tersebut. Begitu juga yang disampaikan oleh ibu “marti” (bukan nama sebenarnya) salah satu penjahit yang ada di Duwet ini, mengaku sangat peduli sekali dengan kebersihan dan kesehatan yang ada sekitar lingkungannya. Dalam hal ini mengemukakan: ”Menerapkan perilaku hidup bersih wonten masyarakat, penting sanget mbak. Amargi geh kangge kesehatan kan geh sae supados boten kenging penyakit. Nanging penerapanipun geh boten gampang. Amargi geh kebacut males mbak”. (Mererapkan perilaku hidup bersih dalam masyarakat, penting sekali . karena baik untuk kesehatan, agar tidak terkena penyakit. Tapi menerapkannya yang tidak mudah. Karena sudah terlanjur males) (Wawancara, Juli 2010) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Sebagaimana diuraian di atas dan pengamatan yang dilakukan dilapangan pada umumnya pemahaman masyarakat terhadap budaya hidup bersih masih sangatlah kurang. Budaya hidup bersih sebagai perilaku yang bersifat turun temurun dalam masyarakat dan merupakan suatu sistem nilai yang tertanam dalam diri seseorang sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan yang ada dalam keluarga dan juga lingkungan masyarakatnya dalam membentuk kebiasaan cara hidup bersih. Hidup bersih oleh masyarakat Duwet diartikan sebagai kebiasaan atau perilaku masyarakat yang selalu menerapkan pola atau cara hidup bersih di lingkungannya yang diidentikkan atau dihubungkan dengan masalah sampah. Kebiasaan masyarakat Duwet umum dalam menjaga kebersihan lingkungan antara individu yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat, begitu pula dalam kebiasaan hidup bersih masyarakat. Menerapkan budaya hidup bersih dilingkungan masyarakat Duwet perlu adanya sikap kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat diterapkan dengan baik dilingkungan mereka, disamping hal itu perlu juga kebiasaan masyarakat yang diwujudkan melakui perilaku serta tindakan yang nyata untuk menerapkan cara hidup bersih tersebut dalam diri masyarakat tersebut. Pemahaman menjaga kebersihan lingkungan oleh masyarakat diartikan sebagai lingkungan yang bersih dari sampah sehingga untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan cukup dilakukan dengan menyapu saja seperti masyarakat pada umumnya. Dan pada umumnya masyarakat Duwet mengetahui commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan menyadari pentingnya menerapkan budaya hidup bersih bagi kesehatan dan lingkungan. Akan tetapi pada kenyataannya antara pemahaman dan pengetahuan masyarakat tidak sesuai dengan perilaku mereka. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet dimana antara yang satu dengan yang lain berbeda, begitu juga disamping dipengaruhi juga oleh faktor kesadaran serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat itu sendiri untuk menciptakan kebersihan dilingkungannya, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam persepsi masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif, sadar atau tidak sadar perilaku itu direncanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraan anggota setiap kelompoknya. Dari uraian tersebut maka terciptanya hidup bersih tergantung dari sikap individu untuk bertindak untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih disekitar lingkungan mereka sendiri. Begitu pula perilaku masyarakat Duwet yang cenderung kurang sadarnya terhadap kebersihan lingkungan. Sehingga berakibat kurangnya kesejateraan hidup pada mereka. Berdasarkan pemaparan diatas bahwa masyarakat Duwet mayoritas sudah memiliki sanitasi sendiri meskipun kurang terawat, sudah adanya penyediaan air minum yang masyarakat miliki, adanya pemukiman atau tempat tinggal bagi mereka, adanya juga tempat pembuangan sampah meskipun mereka gali lubang tanah sendiri disekitar rumah mereka, namun pembuangan air limbah atau air kotor sesuka diri mereka sendiri disembarang tempat. Dari itu semuanya berarti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
masyarakat Duwet masih dalam kategori kebersihan lingkungan yang belum baik.
3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan Dan Menjaga Kebersihan Lingkungan Sejauh ini sebenarnya masyarakat sudah menyadari dan merasakan dampak dari sikap mereka yang kurang peduli terhadap kebersihan yang ada di lingkungan mereka. Yaitu dengan adanya penyakit cikungu dari nyamuk yang disebabkan oleh kondisi lingkungan serta perilaku mereka yang kurang sehat dan kurang peduli dengan kebersihan lingkungan, dan kurangnya pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan Brujul, namun demikian ternyata masyarakat belum cukup tergugah dan sadar agar peduli terhadap kebersihan lingkungan Menurut Ibu ”Rina” (selaku ibu Bayan Dukuh Duwet): menerapkan sikap pada masyarakatnya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, tidaklah mudah, hal ini disebabkan oleh sikap masyarakat belum sepenuhnya memiliki kebiasaan untuk hidup dengan cara hidup bersih. Diperlu waktu untuk membiasakan cara hidup tersebut. Selain hal itu tanggapan antara satu dengan yang lain mengenai kebersihan juga berbeda, kembali pada persiapan masingmasing terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka sendiri. Kebiasaan malas yang menjadi factor kurangnya warga terhadap peduli kebersihan lingkungan. Hal serupa juga disampaikan oleh salah seorang informan yang berinisial ”Teguh” bahwa mengupayakan masyarakat agar memiliki budaya hidup bersih di lingkungannya membutuhkan waktu yang lama dan perlu adanya kesabaran, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
karena adanya perilaku, pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat berbeda satu sama lainya. Begitu juga dengan menerapkan masyarakat dalam menjaga kebersihan baik kebersihan pada diri mereka sendiri, keluarga maupun terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka, masyarakat sudah harus memiliki sikap peduli terhadap kebersihan yang ada disekitar mereka, sikap disiplin yang baik adalah berdasarkan atas kesadaran seseorang untuk melakukan atau bertindak. Menerapkan kedisiplinan dalam masyarakat dalam menjaga kebersihan tidak cukup dengan perintah atau contoh, akan tetapi kesadaran dan rasa tangungjawab sebagai anggota masyarakat sehingga dapat berjalan dengan baik. Bentuk usaha yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan membersihkan lingkungan rumah, walaupun tidak dilakukan secara teratur dan dilakukan pada ruang tertentu saja, seperti ruang tamu, dapur (tempat masak) dan juga halaman rumah dengan cara menyapu, sedangkan sanitasi tempat penampungan air dengan cara menguras, tempat BAB (Buang Air Besar) yang tetap, membuang sampah pada tempatnya. Adapun kegiatan masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungan dilakukan dengan cara membersihkan baik didalam rumah maupun diluar rumah. Selain hal tersebut di atas diwujudkan pula melalui perilaku dan tindakan dalam menyikapi kondisi kebersihan yang dapat mengganggu kesehatan terutama sampah, yang akhir-akhir ini menjadi masalah yang besar, karena dari tumpukan sampah terutama sampah-sampah plastik yang dihasilkan dari commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsumsi keluarga sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yaitu pemandangan yang kurang enak dan bau yang tidak enak yang berasal dari sampah tersebut, terutama pada musin hujan. Sikap dan upaya masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan tidak lepas dari kondisi lingkungan. Dimana kondisi lingkungan di wilayah Duwet disebagian besar yang dijadikan tempat tinggal atau pemukiman masyarakat berada di lingkungan pekarangan yang luas, sehingga memungkinkan masyarakat Duwet memiliki perilaku dan kebiasaan untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang ada sebagai tempat pembuangan sampah, selain hal itu perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh kesadaran yang dimiliki masyarakat setempat. Pada kenyataanya masyarakat tidak dapat lepas dari lingkungan, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan sifat lingkungan, namun juga dapat mempengaruhi lingkungan dimana mereka hidup. Pada umumnya manusia (masyarakat) lebih dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, dan dalam tingkah lakunya dipengaruhi serta dimanisfestasikan oleh keadaan lingkungan. Artinya bahwa perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan, terbentuk dari sikap serta kebisaaan yang sudah ada dilingkungan masyarakat, dimana sebagian besar masyarakatnya memiliki kebiasan yang sama dalam menyikapi masalah kebersihan lingkungan serta kebiasaan dalam menyikapi sampah dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar mereka untuk dijadikan tempat pembuangan sampah.
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet Tindakan dan perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu: Pada masyarakat Duwet antara keluarga yang satu dengan yang lain memiliki perilaku yang berbeda dalam menyikapi kebersihan dilingkungan. Kebanyakan dari masyarakat Duwet tidak memiliki kebiasaan atau perilaku yang teratur dalam membersihan lingkungannya. Kegiatan menjaga kebersihan lingkungan pada umumnya dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel lantai bagi masyarakatnya yang rumahnya sudah permanen dan berlantai, bagi masyarakat yang rumahnya tidak berlantai maka cukup menyapu dengan menggunakan sapu, walaupun demikian ada juga yang sama sekali tidak membersihkan atau menyapu yaitu pekarangan atau lahan kosong dibelakang tempat tinggal mereka sehingga hal tersebut menyebabkan sarang nyamuk yang dapat mengakibatkan dampak yang tidak baik khususnya bagi warga sekitar tempat tinggal. Kebanyakan masyarakat Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara membuang dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar lingkungan mereka. Sehigga banyak sisa-sisa atau sampah yang justru menumpuk, adapula dengan membuat lubang tanah yang dijadikan tempat sampah, dan ada juga dengan cara menyapu, dikumpulkan kemudian dibuang atau dilempar begitu saja ketempat yang sekiranya sampah-sampah tersebut tidak lagi kelihatan atau berada disekitar rumah mereka. Kalau sudah banyak maka akan pindah ketempat yang lain. Begitu seterusnya ketidak rutinan commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat untuk membakar sampah inilah yang mengakibatkan menumpuknya sampah disekitar lingkungan masyarakat. Dalam membersihkan rumah ada juga yang dilakukan pada ruang tertentu yaitu ruang tamu yang paling penting, ruang dapur dan juga halaman depan rumah. Dan waktu yang digunakan dalam membersihkan lingkungan, ada yang dilakukan satu kali dalam sehari, dua kali dalam sehari dan ada pula yang dilakukan satu kali dalam dua hari dan ada juga yang dilakukan pada saat tertentu saja. Sedangkan tindakan terhadap kebersihan tempat sanitasi yang meliputi tempat penampungan air dan juga tempat MCK, dilakukan dengan cara menguras dan menyikatnya. Setiap rumah tangga memisahkan sampah menurut jenisnya, yaitu: (plastic, kertas, logam kaca, organic)
5. Faktor
Penghambat
dan
Pendorong
Masyarakat
Dalam
Menjaga
Kebersihan Lingkungan Menjaga kebersihan lingkungan dan membiasakan masyarakat agar untuk menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya tidaklah gampang hal ini tentunya ada beberapa kendala atau faktor penting yang mempengaruhinya yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat, dimana faktor – faktor tersebut ada yang dari dalam maupun dari luar. Faktor yang dapat mendukung masyarakat menjaga kebersihan lingkungan yaitu kegiatan kerja bakti masyarakat, sedangkan faktor penghambat kurangnya masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah a) sarana dan prasarana, b) kurangnya pengetahuan masyarakat, c) kesadaran dan d) kebiasaan masyarakat. commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kurangnya sarana dan prasarana yang ada dilingkungan masyarakat Duwet, menjadi penghambat dalam menjaga kondisi kebersihan dilingkungan. Bentuk sarana dan
prasarana tersebut adalah belum adanya tempat
pengalokasian pembungan sampah dan petugas kebersihan lingkungan. Sehingga masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan mereka sebagai tempat pembungan sampah. Pemahaman masyarakat yang sederhana terhadap kebersihan tersebut inilah yang pada akhirnya juga mewujudkan pengertian yang sederhana pula. Misalkan pemahaman terhadap sampah yang diartikan sebagai sesuatu yang kotor dan harus dibuang, maka dengan cara menyapu kemudian dibuang begitu saja disekitar rumah, justru hal itu dapat menimbulkan adanya penumpukan sampah apabila tidak dibarengi dengan pembakaran yang rutin. Demikian juga kesadaran masyarakat dalam menerapkan kebersihan lingkungan.
Menjaga
dan
menerapkan
kebersihan
lingkungan
adalah
tangungjawab kita semua sebagai anggota masyarakat terutama masyarakat yang menempati daerah tesebut. Dalam hal ini masyarakat Duwet sadar dan mengerti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, begitu juga manfaat bagi kesehatan masyarakat dan juga lingkungan mereka. Akan tetapi dalam pelaksanaan atau perwujudnya berbeda sekali dengan kenyataan yang ada. Hal itu dapat dilihat dari ketidakteraturan masyarakat dalam membersihkan lingkungan yang ada disekitar mereka, jarang sekali menguras tempat penampungan air, walaupun pada umumnya masyarakat tahu bahwa harus rajin mengurasnya seminggu satu kali, tapi banyak diantara mereka membersihkan atau menguras satu bulan sekali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
atau bahkan menunggu sampai tempatnya kotor baru kemudian dibersihkan. Hal semacam ini tentu sangat menghambat adanya kedisiplinan dalam menjaga kebersihan. Faktor perilaku dan kebiasaan masyarakat Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara membuang tidak pada tempatnya dan kebiasaan untuk memanfaatkan pekarangan untuk dijadikan tempat pembuangan sampah tidak dapat dihilangkan. Dari faktor-faktor tersebut inilah yang menyebabkan sulitnya masyarakat Duwet untuk menerapkan perilaku hidup bersih terhadap lingkungannya.
C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet Untuk mengetahui hasil penelitian yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka berikut ini akan disajikan data analisis penelitian. Disini peneliti menggunakan teori perilaku terkait dengan perilaku masyarakat dalam hidup bersih. Teori Perilaku Skinner Berdasarkan Teori Perilaku bahwa perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka dikenal dengan penjelasan "nurture". Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa berdasarkan Teori Perilaku bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu 1) Genetika. 2) Sikap. 3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. 4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Begitu juga masyarakat Duwet bahwa masalah kebersihan lingkungan oleh masyarakat Dusun Duwet, diidentikkan dengan masalah sampah yang juga berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya, karena sampah merupakan faktor utama yang dapat merusak atau menggangu kebersihan lingkungan dan kesehatan, akan tetapi hal itu justru kadang menjadi hal yang dilupakan oleh kebanyakan masyarakat. Masih banyak sampah-sampah yang bercecer dan membusuk disekitar rumah mereka, sehingga pada waktu musim commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hujan, sering menimbulkan bau yang tidak enak. Selain sampah, perilaku masyarakatnya juga ikut mempengaruhi terbentuknya kebersihan lingkungan yaitu kesadaran dan sikap tanggungjawab terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Itulah Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat duwet. Kurangnya kontrol perilaku pribadi – yaitu kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam hal ini umumnya masyarakat Dusun Duwet menyikapi sampah dengan cara memanfaatkan pekarangan atau kebun untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Begitu juga tempat penampungan air yang jarang dikuras atau dibersihkan sehingga bagian air yang ada dibawah terlihat kotor dan ada juga yang memiliki perilaku yang sengaja menyimpan sampah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan kembali sehingga ditimbun atau dikumpulkan di dapur. Itulah factor sikap masyarakat terhadap kurangnya peduli lingkungan. Selain hal tersebut di atas diwujudkan pula melalui perilaku dan tindakan dalam menyikapi kondisi kebersihan yang dapat mengganggu kesehatan terutama sampah, karena dari tumpukan sampah terutama sampah-sampah plastik yang dihasilkan dari konsumsi keluarga sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Serta adanya kerja bakti dilingkungan masyarakat duwet meskipun itu tidak lagi rutin dilakukan tetapi dalam hal ini ada yang menjadikan masyarakat bergerak karena adanya norma sosial – yaitu pengaruh tekanan sosial. Tindakan /Perilaku
menyebabkan
Pengaruh terhadap lingkungan
mengakibatkan
Dampak terhadap lingkungan
Skema 8. Dampak lingkungan sebagai akibat dari tindakan manusia commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari skema atau alur diatas dijelaskan bahwa Tindakan atau perilaku masyarakat duwet seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, kurangnya perhatian mereka terhadap ketidakrutinan membakar sampah sehingga sampah menumpuk pada lubang galian tempat pembuangan sampah menyebabkan bau busuk yang tidak enak. Kemudian perilaku membuang bekas-bekas plastic sehingga berceceran di lingkungan sekitar tempat tinggal menyebabkan kurang enaknya dalam pemandangan. Hal tersebut berpengaruh terhadap lingkungan yang dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan yaitu dengan
kurangnya
perhatian
masyarakat
terhadap
sampah
sehingga
mengakibatkan adanya sarang nyamuk yang dapat berdampak buruk terhadap masyarakat. Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif, sadar atau tidak sadar perilaku itu direncanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraan anggota setiap kelompoknya. Dari uraian tersebut maka terciptanya hidup bersih tergantung dari sikap individu untuk bertindak untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih disekitar lingkungan mereka sendiri. Begitu pula perilaku masyarakat Duwet yang cenderung kurang sadarnya terhadap kebersihan lingkungan. Sehingga berakibat kurangnya kesejateraan hidup pada mereka.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Perilaku Hidup Bersih adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran
sebagai
hasil
pembelajaran
yang
menjadikan
individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Dari penyusunan Skripsi ini peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dusun Duwet mempunyai cakupan sarana air bersih yang cukup baik. Pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah tidak berpengaruh pada diri mereka terhadap arti, manfaat dan penggunaan sarana air bersih. 2. Sedangkan dari perilakunya, masih banyak masyarakat yang berperilaku kurang terhadap kebersihan lingkungan. Kurangnya perhatian mereka terhadap pengelolan sampah serta budaya hidup bersih belum dapat diterapkan secara baik. 3. Perilaku masyarakat duwet seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, kurangnya perhatian mereka terhadap ketidakrutinan membakar sampah sehingga sampah menumpuk pada lubang galian tempat pembuangan sampah menyebabkan bau busuk yang tidak enak. Kemudian perilaku membuang bekasbekas plastic sehingga berceceran di lingkungan sekitar tempat tinggal menyebabkan kurang enaknya dalam pemandangan. Hal tersebut berpengaruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
terhadap lingkungan yang dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan yaitu dengan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah sehingga menkibatkan adanya sarang nyamuk yang dapat berdampak buruk atas penyakit yang dapat mengenai masyarakat. 4. Masyarakat duwet melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip Reduce (mengurangi sampah), Yang dilakukan masyarakat duwet missal Ketika berbelanja warga sering membawa kantong/keranjang dari rumah, tidak memakai kantong plastik(kresek)yang dibeli/disediakan dan juga Mengurangi konsumsi makanan dan minuman berkemasan plastik, kaleng, atau stereofoam. Yang kedua Reuse (guna ulang sampah), Masyarakat duwet menggunakan secara berulang botol plastik bekas minuman atau digunakan kembali sebagai wadah minyak goreng atau pot bunga. Kemudian Recycle (daur ulang), Masyarakat Duwet Mengolah sampah plastik kresek => menjadi kantong kresek lagi atau tas, wadah bawang dan buah. Potongan rapia => menjadi tikar. Hal ini sangat bermanfaat dari diri mereka serta ramah lingkungan. 5. Namun dalam pengelolaan sampah yang kurang menjadi perhatian yaitu masyarakat duwet jarang melakukan kegiatan pembuatan kompos, meskipun komponen sampah basah tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah disekitar mereka.
B. Implikasi Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemaknaan tentang “Pola perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
dengan Studi Fenomenologi pada Masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar telah menghasilkan sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam. Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a) sebagai masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan dalam kebersihan lingkungan, b) sebagai masukan kepada masyarakat mengenai pentingnya kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, c) memberikan pengetahuan tentang manfaat menjaga budaya hidup bersih bagi anggota masyarakat. Penelitian ini menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture". Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka. Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat. Peneliti ingin mengetahui makna dibalik perilaku hidup bersih masyarakat Dusun Duwet, kemudian dari makna tersebut peneliti dapat menjawab mengenai bagaimana masyarakat yang terbentuk disana dalam penerapan perilaku hidup bersih, sebagaimana persoalan dalam teori ini. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami sesuatu yang dikaji. Satu hal yang menarik dari teori ini adalah pengakuan adanya set tingkah-laku (behavioral setting) yang dipandang sebagai faktor tersendiri dalam sebuah interaksi sosial. Set tingkah-laku yang dimaksud di sini adalah set tingkah-laku kelompok (bukan tingkah-laku individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Set tingkah-laku ini muncul sebagai respon dari kondisi lingkungan yang ada, misalnya terlihat dalam lingkungan Dusun Duwet telah adanya penerapan kebersihan lingkungan yang masih belum maksimal baik dari program-program atau kegiatan-kegiatan di Dusun terkait kebersihan lingkungan yang kurang efisien, sehingga dari tindakan itulah mau tidak mau masyarakat setempat harus harus mengikutinya, meskipun tindakan tersebut sangat merugikan masyarakat terkait dengan lingkungan dengan kondisi yang kurang baik yang sangat mencemaskan warga khususnya bagi kesehatan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Metodologis Merupakan implikasi dari metode yang dipergunakan sebagai alat untuk mencari dan mendapatkan data. Tehnik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara, hal ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang mendalam sehingga data yang diperoleh lengkap dan memadai. Disamping itu pengumpulan data juga dilakukan dengan metode observasi langsung yaitu suatu tehnik pengumpulan yang mana peneliti dapat memahami dan mencatat langsung tentang objek penelitian. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan hidup bersih dilingkungannya. Sedang gambar atau dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan data, dengan mengambil gambar dari subyek yang diteliti. Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya. Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan sesuai dengan penelitian yang diambil. Peneliti boleh memilih informasi yang banyak.
3. Implikasi Empiris/ Praktis Secara praktis penelitian ini menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. Memperhatikan dan meningkatkan penerapan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih dan sehat. Kebanyakan masyarakat Duwet cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka dan terhadap pola perilaku terhadap kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga. Namun pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Duwet dilakukan cukup baik meskipun belum berjalan secara maksimal. Masyarakat Dusun Duwet melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip Reduce (mengurangi sampah), Yang kedua Reuse (guna ulang sampah), Kemudian Recycle (daur ulang). Hal ini sangat bermanfaat dari diri mereka serta ramah lingkungan. Dalam pengelolaan sampah yang kurang menjadi perhatian yaitu masyarakat duwet jarang melakukan kegiatan pembuatan kompos, meskipun komponen sampah basah tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah disekitar mereka.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan dalam menjaga, memelihara lingkungan serta berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh setiap individu, keluarga, kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kepada pemerintah daerah baik dari pihak dinas kesehatan, lingkungan hidup, dan masyarakat atau pihak yang terkait sekiranya memberikan perhatian mengenai masalah kebersihan lingkungan yang ada dimasyarakat karena hal itu sangat penting bagi kesehatan dan juga lingkungan, serta menganjurkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kebersihan
dilingkungan mereka dan
memberikan bantuan, berupa sarana yang dapat mendorong masyarakat untuk peduli dan menjaga kebersihan lingkungan. 3. Bagi Pemerintah perlu ikut berperan aktif dalam mengembangkan pengelolaan
lingkungan khususnya pengelolaan limbah sampah yang dapat bermanfaat dan bernilai lebih.
commit to user