PERILAKU GURU YANG MENDUKUNG KEMANDIRIAN ANAK
Suparmi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Jalan Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang
[email protected] . ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk melakukan eksplorasi perilaku guru seperti apa yang akan mendukung kemandirian anak. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan metode Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan data. Responden adalah guru yang mengajar di KB, K dan SD, baik sekolah khusus maupun umum. Jumlah keseluruhan responden yang terlibat dalam penelitian adalah 62 orang guru dari 8 sekolahan yang ada di Kota Semarang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilaku guru yang mendukung anak untuk mandiri adalah kontrol, responsive, kesempatan, direktif dan komunikasi. Kata kunci: kemandirian anak, dukungan guru. bahkan
LATAR BELAKANG MASALAH Kemandirian
beberapa
kelompok
bagian
masyarakat di Barat sudah dibiasakan
penting dari perkembangan psiko-emosi
sejak masa bayi (Keller & Goldberg,
dan
2004), misalnya dengan memisahkan
sosial
merupakan
dalam
pada
berlangsung
manusia,
sepanjang
yang rentang
bayi
tidur
sendiri
sejak
lahir.
kehidupan manusia (Boyd & Bee,
Kemandirian
2009).
penelitian telah terbukti bermanfaat,
Pembentukan
merupakan dimulai
proses
sejak
kemandirian
yang
masa
panjang,
anak
dalam
banyak
baik untuk anak normal maupun anak
kanak-kanak,
berkebutuhan
88
khusus
(antara
lain:
Marsh, et al, 2010; Miller & Chan,
karena
2008; Murtini, 2008; Nota et al, 2007).
perkembangan
Kemandirian
yang harus dimiliki anak,
merupakan
salah
satu
akan
turut
mempengaruhi
berbagai
ketrampilan baik fisik,
bagian dari pengembangan kompetensi
emosi, sosial, kognisi dan bahasa ( Bee
sosial anak, yang akan dipengaruhi oleh
& Boyd, 2007; DeHart, Scroufe &
banyak
faktor.
Cooper,
tentang
kemandirian
Penelitian-penelitian anak
banyak
2004).
Dalam
lingkungan
sekolah, terdapat berbagai macam aspek
dikaitkan dengan lingkungan rumah,
yang
terutama pengasuhan orangtua (antara
perkembangan
lain: Dewanggi et al, 2012; Keller &
anak (Berns, 2007; Schunk, 2008).
Goldberg, 2004). Sedikit sekali atau
Salah satu aspek atau faktor yang turut
masih
memainkan
terbatas
penelitian
yang
akan
turut
mempengaruhi
berbagai
peran
ketrampilan
penting
dalam
memperhatikan peran atau dukungan
membentuk perilaku mandiri anak didik
guru
adalah dukungan guru.
dalam
membentuk
perilaku
mandiri pada anak. Padahal pada masa
Beberapa
penelitian
tentang
sekarang ini, anak-anak menghabiskan
dukungan guru yang pernah dilakukan
sebagian
berkaitan dengan kemandirian anak,
besar
tahun-tahun
kehidupannya untuk sekolah, mulai dari
antara
pendidikan usia dini sampai perguruan
pengajaran guru (Karvonen et al, 2004;
tinggi. Seperti dikatakan oleh Kerig dan
Lifshitz et al, 2010) dan dukungan
Wenar
dan
otonomi secara langsung yang diberikan
yaitu
guru pada siswa (Katz et al, 2010;
rumah, sekolah dan masyarakat. Sebagai
Lamme et al, 2002; Shogren et al, 2007;
lingkungan
Vierling
(2006)
berkembang
sekolah
anak
dalam
sosial
tumbuh konteks,
setelah
memainkan
peran
keluarga, penting
lain
penelitian
89
et
dengan
al, di
meneliti
2007).
cara
Sedangkan
Indonesia
sejauh
sepengetahuan penulis masih terbatas
Dengan
demikian
berdasarkan
tentang dukungan guru dalam kaitan
uraian
dengan kemandirian siswa, yang paling
penelitian yang diajukan: “Perilaku guru
sering dan mudah ditemukan adalah
seperti
tentang prestasi akademik.
kemandirian
di
atas
apa
maka
yang pada
pertanyaan
mendukung
anak?”.
Tujuan
Pada sisi lain, tidak dipungkiri lagi
penelitian adalah untuk mengeksplorasi
bahwa kemandirian merupakan konsep
perilaku guru yang mendukung anak
yang sangat dipengaruhi oleh nilai sosial
menjadi mandiri. Dengan eksplorasi
dan
setempat.
tersebut maka akan diperoleh informasi
Seperti dikatakan oleh Koentjaraningrat
tentang perilaku guru yang kontekstual
(1986,
kelompok
dengan masyarakat Indonesia dalam
mengutamakan
mendukung kemandirian anak didik.
budaya
masyarakat
1981).
Ada
masyarakat
yang
kemandirian
seperti
Barat,
Penemuan konsep ini selanjutnya akan
namun ada juga kelompok masyarakat
dapat dijadikan dasar untuk penyusunan
yang
alat ukur yang kontekstual pula.
atau
budaya
mengutamakan
ketergantungan
keterkaitan
antar
anggota
METODE PENELITIAN
masyarakat, seperti dalam masyarakat
Penelitian ini merupakan penelitian
Timur. Pernyataan ini selaras dengan
kualitatif. Data diperoleh melalui Focus
pendapat
tentang
Group Discussion (FGD) dengan para
indijines.
guru, baik guru dari pendidikan anak
Setiono
pentingnya Penelitian
(2011)
penelitian yang
bermanfaat
adalah
usia
dini
maupun
sekolah
dasar.
penelitian yang menggunakan konsep-
Fasilitator selama proses FGD adalah
konsep
peneliti sendiri, yang dibantu
dasar
yang
berasal
dari
oleh 1
masyarakat setempat atau dengan kata
orang
lain menggunakan pendekatan indijines.
yang bertugas untuk mencatat dan
90
mahasiswa S2 sebagai asisten,
merekam data selama proses diskusi.
besar guru memiliki taraf pendidikan
Pertanyaan yang diajukan untuk bahan
sarjana (72.6%), yang lainnya SLTA.
diskusi dalam FGD adalah “ Perilaku
Separuh lebih berusia di atas 40 tahun
seperti apa yang sudah pernah/masih
(51.6%), mengajar di SD (66,1%) dan
dilakukan
yang
lama pengalaman mengajar di atas 10
mendukung anak menjadi mandiri?”.
tahun (53,2%). Status sekolah terdiri
Data yang diperoleh dianalis secara
dari sekolah swasta (59,7%) dan negeri
kualitatif
(40,3%). Sebagian besar peserta belum
bapak/ibu
(Creswell,
guru
2010),
dengan
tahapan verbalisasi data, open coding,
memiliki
axial dan dilajutkan dengan selective
(51.6%).
sebagai tahap akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan
sebagai
guru
kota
Berdasarkan proses diskusi (FGD)
yang
dengan para guru diperoleh hasil bahwa
digunakan untuk FGD ada 8 sekolah
perilaku yang mendukung kemandirian
dengan rincian 3 sekolah
adalah tindakan yang dilakukan guru
Semarang.
Jumlah
di
sertifikasi
sekolah
pendidikan
anak usia dini (KB dan TK) serta 5
untuk
sekolah dasar (2 sekolah khusus, 2
mengembangkan,
sekolah inklusi, dan 1 sekolah reguler).
perilaku mandiri pada anak didik.
Lama diskusi antara 30 menit sampai
Perilaku
45 menit. Jumlah guru dalam setiap
untuk menjadi mandiri, adalah : a)
diskusi sekitar 5 sampai 10 orang guru
kontrol
sehingga
(24,64%), c) kesempatan (21,74%), d)
keseluruhan
guru
yang
menumbuhkan,
(30,43%),
direktif (14,49%),
Peserta terdiri dari guru perempuan
(7.25%).
91
serta
membentuk
guru yang mendukung anak
menjadi peserta FGd adalah 62 orang.
(52%) dan laki-laki (48%). Sebagian
menyokong,
b)
responsif
dan e) komunikasi
Kontrol adalah perilaku guru yang
makan bekalnya (FGD 1,2,3,5,6,8). Saat
memberikan batasan dan harapan pada
anak menunjukkan perilaku yang gak
anak,
harus
tepat…ya…juga diberikan sanksi atau
dilakukan dan tidak boleh dilakukan
hukuman, di kelas saya beri denda agar
selama di sekolah. Kontrol dilakukan
anak mau mengerjakan tugasnya sendiri
oleh guru dengan cara memberikan
sampai selesai, saya suruh nyapu ketika
konsekuensi terhadap perilaku. Siswa
anak yang lain belajar saat anak
akan
melanggar
perilaku
apa
diberikan
yang
penghargaan
atau
aturan
maka
diberikan
hukuman sesuai dengan perilaku yang
hukuman, berupa teguran atau tanda
dimunculkan anak. Anak akan diberikan
bintang
penghargaan bila menunjukkan perilaku
diambil, dikurangi bintangnya bila anak
tepat, dan hukuman bila perilaku tidak
melakukan perilaku yang tidak sesuai,
tepat. Seperti muncul dengan ungkapan
ketika anak belum selesai menulis maka
“ketika anak menunjukkan perilaku
ia harus menyelesaikannya dan gak
bagus
ya…dapat
boleh bermain (FGD 3,5,6). Di sekolah
tangan
atau
reward..tepukan
pujian
secara
verbal
kami
yang
tersedia
sudah
diperolehnya
perlengkapan
audio
dengan bilang bagus. Saat anak mandiri
visual…baik berupa film atau program-
lalu dipuji…nah pinter itu….kadang
program game yang bisa dimainkan
walau masih salah ya….tetap dipuji biar
anak
anak percaya diri dan timbul keinginan
computer…misalnya gambar tentang
untuk
sudah
membereskan
diberi
respon anak benar maka aka nada
harus
gambar ‘tersenyum’ atau saat respon
menyelesaikan tugasnya sampai selesai
anak salah ada gambar ‘nangis’ (FGD
baru kemudian boleh bermain atau
7 ).
mandiri,
melakukan penghargaan,
bila
suatu
anak aturan
anak
92
saat
kamar
pelajaran
sendiri…kalau
Kontrol
juga
kunjungan rumah…misalnya ada anak
pemberian
yang tidak mengerjakan tugas terus
nasehat dan mengingatkan anak. Antara
menerus maka dilakukan kunjungan
lain muncul dalam ungkapan “selalu
rumahuntuk tahu kondisi rumah aau
mengingatkan anak…anak dinasehati
alasanya,
harus bertanggung jawab…anak diberi
anak…kira-kira
masukan, setiap upacara pesan pada
tidak…babblas atau tidak, membiasakan
anak-anak
dengan
diberikan
guru dalam
pada
anak
bentuk
untuk
tertib
berpakaian…bergaul…dan
dalam belajar…,
saya
tetap
memantau
melenceng
disiplin…menerapkan
menjalankan
aturan
atau
dan secara
anak dinasehati kalau bangun pagi
konsisten…tata tertib diajarkan sesuai
langsung mandi tdak usah menunggu
aturan yang ada, saat anak belajar
ibunya
mengambil makan sendiri yang ditata
agar
tidak
terlambat
sekolah…kamu tidak boleh tergantung
seperti
orangtua…harus
makan…guru memantau saja bahwa
bisa
bertanggung
prasmanan…saat
jawab untuk kemajuan kamu sendiri,
anak
sering mengingatkan anak…misalnya
dengan
ada anak yang pakai sepatu kebalik
(FGD 2,3, 6, 7, 8).
diingatkan
(FGD 1,2,3,5,6).
Bentuk
mengambil
pelajaran
makanan
aturan…diajarkan
Perilaku
guru
sesuai disiplin
berikutnya
yang
lain perilaku guru yang melakukan
mendukung kemandirian anak didik
kontrol adalah dengan mendampingi,
adalah responsif. yaitu kepekaan guru
memantau dan membiasakan disiplin
dalam
pada anak. Hal ini antara lain muncul
didiknya. Perilaku guru yang responsif
dalam ungkapan “anak didampingi saat
muncul
belajar…bahkan
semangat pada anak didik. Antara lain
pendampingan
melakukan hingga
muncul
sampai
93
memahami
dalam
dalam
kebutuhan
bentuk
anak
pemberian
ungkapan
guru
“ya…disemangati…memberi
motivasi
(FGD1, 4). Guru yang responsif juga
supaya anak itu bisa berubah…ya kita
akan mempercayai kemampuan anak
bilang rajin belajar itu supaya apa
dan
hayo…
supaya
kegiatan proses belajar. Nampak dari
tugas-tugas
guru yang mengatakan” anak diberi
memotivasi
berkreasi…saya
anak
berikan
mau
melibatkan
anak
dalam
yang sederhana dulu…apalagi kalau
kepercayaan…misalnya
ABK…diberi tugas yang agak berat
bermain di kelas diberi kepercayaan
malah tidak dikerjakan, agar anak tahu
jadi ketua kelas, anak juga dilibatkan
apa
dikerjakan…kita
dalam proses menentukan peraturan
meyakinkan dia…agar mau belajar,
atau kesepakatan aturan di kelas…satu
anak didorong dulu agar mau mencoba
hari untuk satu aturan kelas yang
sampai
berlaku
yang
akan
betul-betul
,
kamu
pasti
anak
semua…misalnya
bisa…ayooo (FGD 1, 2, 3, 4). Bentuk
duduk… (FGD 2, 7).
lain dari perilaku responsif guru adalah
Kesempatan
merupakan
yang
harus
perilaku
memberikan perhatian pada anak. Hal
guru yang memberikan kesempatan bagi
ini muncul dengan ungkapan guru “
anak didik untuk melakukan perilaku
ketika anak lebih banyak diam…agak
mandiri.
berbeda dari biasa…dengan hati …
muncul dalam bentuk memberikan tugas
dengan
pada anak, seperti dikatakan guru
kasih…direngkuh…dirangkul…agar
dengan
anak
diperhatikan….Anak
tugas…anak yang di rumah gak pernah
dipancing agar mau bicara…ketika
nyapu…di sekolah sering diberi tugas
anak mengutarakan isi hatinya kita
nyapu akhirnya yang bisa nyapu sendiri,
tanggapi dan dengarkan , saat bicara
saya
dengan anak…gunakan kata-kata positif
jawab…piket kelas…diberi tanggung
merasa
94
Pemberian
ungkapan”
berikan
suatu
kesempatan
ya…diberi
tanggung
jawab berkreasi mengisi acara kesenian
diberikan
sekolah, berikan tugas-tugas sederhana,
sendiri, anak diberi kesempatan untuk
berikan tugas rumah, diberikan tugas
mandiri…misalnya makan dan pakai
atau soal untuk dikerjakan di rumah…di
sepatu
sekolah dicek lagi…sudah dikerjakan
dilayani, sering anak mengatakan aku
atau belum (FGD 1,3,6). Pemberian
gak
kesempatan
guru…ya
juga
bisa
dengan
pilihan
supaya
sendiri…tidak
bisa…setelah ternyata
memilih
dibantu
dipaksa bisa
atau
oleh
melakukan,
pembiasaan pada anak. Antara lain
anak
muncul dalam ungkapan “ya…harus
…misalnya
diulang-ulang terus, di rumah juga
minta bantuan menggulungkan lengan
harus dibiasakan apa yang sudah
baju didiamkan saja…guru menyuruh
dilakukan
anak
di
sekolah…misalnya
di
diberi
kesempatan
permintaan
lain
yang
mencoba
anak
untuk
membantu…anak
sekolah sudah makan dan pakai sepatu
akhirnya lama-lama malu karena selalu
sendiri…di
tetap
dibantu teman…akhirnya mau mencoba
atau
menggulung lengan bajunya sendiri,
rumah
dibiasakan…jangan
ya diladeni
dibantu, pembiasaan terus menerus
anak
dilakukan setiap hari…rutin dan sesuai
menuangkan ide…misalnya menentukan
jadwal agar anak tidak lupa (FGD 2, 4,
lagu apa yang akan dinyanyikan dalam
5). Selain itu, pemberian kesempatan
pentas seni di sekolah…pernah anak
pada anak juga dilakukan guru dengan
saya kasih lagu tetapi bentuk tariannya
cara memberikan kesempatan bagi anak
terserah anak sendiri, di sekolah kami
untuk mencoba suatu perilaku mandiri
diadakan lomba-lomba kemandirian,
dan memberikan kebebasan pada anak
misalnya lomba memakai kancing baju
untuk memilih atau menentukan ide. Hal
dan lomba memakai kaos kaki sendiri
ini didukung oleh ungkapan “ ya…anak
(FGD 1, 3, 6, 7).
95
diberi
kebebasan
berkresai
Perilaku guru berikutnya yang turut
makan tanpa dibantu guru (FGD 1, 7).
membentuk kemandirian anak adalah
Bentuk perilaku guru yang direktif juga
direktif. Direktif adalah perilaku guru
dalam bentuk memberikan contoh atau
yang secara langsung membentuk anak
model.
untuk
guru
melakukan
perilaku
mandiri,
Ungkapan yang muncul dari selama
diskusi
antara
lain
dengan cara memandu, mengajari dan
”ya…diberi contoh, ketika anak-anak
melatih anak. Perilaku memandu antara
cerita tentang peristiwa rumah yang
lain
“
jelek…bisa dijadikan contoh ke anak
mengarahkan dia, kita memberitahu
yang lain harus belajar supaya tidak
anak
seperti
muncul
dalam
apa
ungkapan
yang
akan
dikerjaka.....berikan
keadaannya sekarang, dalam
kelas anak diceritakan
instruksi…..ya…coba…angkat
dulu
tentang anak
mandiri…misalnya
dengan
kakinya… (FGD 3, 4). Direktif juga
membacakan buku tentang anak yang
muncul dalam bentuk perilaku guru
tidak ngompol lagi…hari berikutnya
yang mengajari dan melatih perilaku
ada
mandiri anak. Hal ini nampak dengan
lho…Contoh
ungkapan guru “ya…diajari, dilatih
dengan cerita-cerita atau membacakan
secara bertahap…misalnya saat anak
buku yang tepat pada anak didik (FGD
diajari
1, 2, 7)
untuk
sendiri…belajar
mengambil
makanan
antri
atau
anak
yang
bilang…aku
bisa
dilakukan
guru
bisa
Perilaku guru berikutnya yang turut
bergiliran…anak diajari mulai dari
menyumbang
mengambil
kemandirian
anak
didik
komunikasi,
yaitu
interaksi
mangkok…sendok…nasi…sayur
dan
bagi
terbentuknya adalah yang
lauk…sampai kemudian anak akhirnya
dilakukan secara tatap muka dengan
bisa mengambil sendiri semua tahapan
orangtua siswa, pemberian program-
96
program parenting untuk orangtua di
terdapat hasil yang tidak konsisten.
sekolah dan kunjungan rumah. Hal ini
Hasil
muncul dalam beberapa ungkapan guru,
penemuan
seperti
pemberian kesempatan bagi siswa untuk
“…kita
lakukan
konsultasi
yang
konsisten perilaku
antara guru
lain dalam
untuk
mencoba atau mempraktekkan perilaku
punya
mandiri. Temua perilaku ini konsiesten
mandiri
dengan temuan yang dilakukan oleh
dalam belajar…bermain…atau bantu
Koh & Frick (2010), Lamme et al
diri,
(2002), Schunk (2008) dan Shogren et al
dengan
orangtua…terutama
anak-anak
yang
masalah…misalnya
belum
memanggil
orangtua
ke
sekolah…bilang pada orangtua apa
(2007).
yang
rumah
kesempatan bagi anak didik untuk
seharusnya juga diajarkan di rumah,
mempraktekkan perilaku mandiri yang
melakukan kunjungan rumah…mengapa
telah diajarkan pada anak, guru harus
anaknya
memberikan
sudah
diajarkan
kok
di
sangat
sekolah…apa-apa
pasif
harus
di
didik
dibantu
Guru
harus
memberikan
kesempatan
untuk
memilih.
bagi
anak
Pemberian
guru…oh ternyata di rumah anak itu
kesempatan akan menjadi ajang atau
apa-apa serba dilayani oleh pembantu
tempat bagi anak untuk mencoba dan
atau
dengan
mempraktekkan perilaku mandiri, baik
orangtua, membuat program parenting
yang berkaitan dengan kemampuan
dengan
mengundang
melakukan
sekolah
untuk
orangtua,
komunikasi
psikolog
berbicara
ke
dibandingkan
untuk
dirinya
maupun dalam menentukan perilaku
tentang
kemandirian (FGD 1, 2, 4, 6, 7). Apabila
sesuatu
atas dengan
pilihan
pribadi.
Temuan
sebelumnya yang konsisten dengan
beberapa temuan sebelumnya ditemukan
temuan
hasil
perilaku guru yang melibatkan siswa
yang
konsisten,
namun
juga
97
ini
adalah
ditemukannya
dalam proses belajar mengajar (Koh &
perkembangaan anak didiknya, peka dan
Frick,
memahami akan kebutuhan siswa.
2010).
Perilaku
guru
yang
melibatkan siswa dalam proses belajar
Temuan lain yang konsisten dengan
mengajar akan membantu anak didik
temuan sebelumnya adalah pemberian
untuk belajar membuat tujuan belajar,
model dan penguatan positif. Temuan
memilih, dan mengambil keputusan.
indikator tersebut konsisten dengan
Dengan keterbatasan anak didiknya,
temuan yang dilakukan oleh Lamme et
guru tetap percaya akan kemampuan
al (2002), Buckley & Sucks (2001).
anak didik. Dengan bantuan guru, anak
Anak akan mampu melakukan perilaku
didik akan mampu menilai apakah
mandiri bila guru memberikan model,
tujuan belajar yang dicapainya tercapai
contoh dan peragaan. Hal tersebut bisa
atau
ini,
berupa perilaku konkrit untuk dilihat
melibatkan siswa dalam proses belajar
dan didengar anak atau berupa cerita-
merupakan bagian dari perilaku guru
cerita tentang perilaku mandiri. Hal ini
yang responsive. Indikator lain yang
selaras dengan Berns (2007)
terdapat dalam perilaku responsif guru
mengutip pendapat Good & Brophy
namun tidak ditemukan dalam temuan
bahwa salah satu ciri guru yang
sebelumnya
guru
kompeten adalah mampu memberikan
sebagai pemberi semangat dan perhatian
atau menjadi model yang positif bagi
pada anak. Pentingnya perilaku guru
siswa. Proses modeling akan semakin
yang responsif terhadap perkembangan
efektif
anak didiknya ini selaras dengan Berns
dengan pemberian penguatan positif saat
(2007) dan Endraswara (2010) , yang
anak
mengatakan bahwa guru yang efektif
Penguatan positif dalam temuan ini
adalah guru yang sensitif terhadap zona
merupakan
tidak.
Dalam
adalah
temuan
perilaku
98
keberhasilannya
melakukan
bila
perilaku
indikator
dari
yang
diikuti
mandiri.
perilaku
kontrol yang dilakukan guru pada anak
persentasenya
didik.
perilaku mandiri anak.
Indikator
lain dari perilaku
kontrol guru dalam temuan ini namun tidak
konsisten
dengan
Selain
temuan
dalam
kontrol
pemberian
membentuk
dalam
hukuman,
bentuk
pemberian
sebelumnya adalah pemberian hukuman,
nasehat,
pemberian
mengingatkan,
mendampingi dan pemberian disiplin
memantau, mendampingi dan pemberian
atau aturan, temuan lain dari penelitian
disiplin atau aturan. Temuan-temuan
ini yang tidak konsisten dengan temuan
dari luar Indonesia menekankan pada
sebelumnya adalah perilaku guru yang
pemberian
sedangkan
direktif. Dalam konteks masyarakat
temuan ini menemukan bahwa perilaku
Jawa, guru adalah kependekan dari “gu”
kontrol dari guru justru merupakan
dan “ru” yang artinya digugu dan ditiru
perilaku yang paling kuat persentasenya
(Endraswara, 2010). Hal ini bermakna
untuk membentuk perilaku mandiri
bahwa perkataan dan perbuatan guru
anak. Pemberian kesempatan merupakan
harus dipatuhi dan diteladani oleh anak
perilaku
didik.
nasehat,
kesempatan,
guru
yang
penting
untuk
mengingatkan,
Selain
memantau,
menyampaikan
ilmu
membentuk kemandirian anak, namun
pengetahuan, salah satu tugas guru yang
persentasenya masih berada di bawah
lain
perilaku
responsif.
maklumat atau nasehat (Endraswara,
Pentingnya perilaku kontrol pada guru
2010). Dengan demikian menjadi suatu
konsisten
hal yang wajar ketika guru menjadi
(2015) perilaku
kontrol
dengan yang
dan
temuan
Suparmi
menemukan
kontrol
orangtua
bahwa
lebih
juga
adalah
banyak
mengingatkan,
merupakan perilaku yang paling kuat
menyampaikan
memandu
memberi
amanat,
nasehat,
mengarahkan anak
didik
dan untuk
menunjukkan perilaku mandiri. Guru
99
juga
memiliki
wewenang
untuk
memiliki makna bila tidak diutarakan
memberikan hukuman pada anak didik
secara langsung atau direktif pada siswa.
yang
yang
Harapan-harapan terhadap murid akan
diharapkan atau melakukan perilaku
diutarakan oleh guru melalui pemberian
tidak tepat. Mengutip pendapat Ausubel
nasehat, mengingatkan, mendampingi,
(Berns, 2007) bahwa tidak mungkin
serta secara langsung mengarahkan dan
membentuk perilaku pada anak hanya
memandu
penggunakan penguatan positif dan
dilakukan. Hal ini akan semakin efisien
extinction,
pemberian
bila disertai dengan penguatan yang
hukuman atau konsekuensi negatif pada
tepat terhadap perilaku anak. Perilaku-
anak
perilaku guru yang terkesan otoriter dan
melanggar
perilaku
diperlukan
untuk
mengkorekasi
atau
siswa
apa
yang
menurunkan perilaku anak yang salah
seakan-akan
nampak
atau
kesempatan
bagi
menunjukkan
kemandirian
tidak
konsekuensi,
tepat. baik
Feedback positif
dan
maupun
harus
menghilangkan anak
untuk tersebut
negatif, akan memberikan informasi
merupakan kekhasan dalam masyarakat
pada anak tentang perilakunya. Anak
kolektif.
menjadi tahu dampak perilakunya dan
Masyarakat
kolektif
adalah
bagaimana cara untuk memperbaiki
masyarakat
perilakunya yang tidak tepat. Feedback
pembagian yang jelas antar golongan
dan konsekuensi ini merupakan faktor
individu dalam berbagai fungsinya,
penting dalam proses belajar anak didik.
ketergantungan antara individu satu
Berns (2007) mengatakan bahwa
dengan yang lain (Koentjaraningrat,
setiap guru pasti memiliki harapan-
1986), masyarakat yang mengajarkan
harapan
didiknya.
bahwa nilai ajaran hidup bukanlah
Harapan-harapan tersebut tidak akan
individualitas seperti pada umumnya
terhadap
anak
100
yang
memberikan
orang Barat (Haryanto, 2013). Dalam
orangtua, guru dan orang dewasa lain
masyarakat kolektif yang menekankan
yang
keselarasan,
kekayaan lebih banyak.
ketergantungan
dan
memiliki
pengetahuan
dan
keterkaitan antara manusia yang satu
Temuan lain yang berbeda dengan
dengan manusia yang lain (Berns,
temuan sebelumnya dari luar Indonesia
2007), anak-anak terbiasa dengan direct
adalah pernyataan guru akan pentingnya
oral language dari orangtua maupun
komunikasi
guru
instruksi.
orangtua. Komunikasi merupakan salah
Anak-anak terbiasa dibantu oleh orang
satu penyumbang bagi terbentuknya
yang lebih dewasa dalam melakukan
perilaku mandiri anak. Hal ini sesuai
sesuatu, baik dengan bantuan fisik
dengan
secara
Koentjaraningrat
saat
menyampaikan
langsung,
arahan
maupun
antara
Raeff
guru
dengan
(2010) (1986)
dan yang
pemberian contoh secara nyata. Orang-
mengatakan
orang dewasa akan lebih dominan dalam
merupakan
relasi dengan anak-anak. Pemberian
utama
nasehat, bantuan dan arahan secara
masyarakat Timur, yang disebut dengan
langsung atau direktif merupakan bagian
budaya interdependence atau budaya
dari kepedulian orang dewasa pada
kolektif.
anak-anak agar menjadi lebih baik, atau
tidak akan dapat berdiri sendiri dalam
dalam konteks materi ini menjadi lebih
mendidik siswa, dibutuhkan kerja sama
mandiri.
Berns (2007) melanjutkan
dengan orang lain dalam mendidik
bahwa anak-anak dalam masyarakat
siswa, terutama dengan orangtua. Jadi
kolektif sudah disosialisasikan untuk
komunikasi dengan orangtua merupakan
menghargai hirarki peran-peran yang
hal yang penting karena bagaimanapun
lebih otoriter, dengan kakek nenek,
anak tumbuh dan menghabiskan waktu
101
bahwa salah
yang
ada
interaksi satu dalam
sosial
karakteristik kelompok
Guru meyakini bahwa guru
yang besar dengan orangtua. Dengan
dijadikan sebagai salah satu
komunikasi yang baik maka akan dapat
acuan atau masukan bagaimana
dicapai konsistensi dalam membentuk
cara
perilaku
kemandirian pada anak didik.
mandiri
anak.
Pentingnya
mengembangkan
komunikasi antara guru dan orangtua
Namun
dalam membentuk kemandirian siswa
bahwa lokasi penelitian ini di
ini konsisten dengan temuan Suparmi
kota Semarang, yang mayoritas
(2015),
warganya orang Jawa.
yang
menemukan
bahwa
orangtua juga mengatakan komunikasi
perlu
diperhatikan
2. Eksplorasi konsep perilaku guru
yang baik antara orangtua dengan guru
ini
akan membantu anak menjadi lebih
kelompok masyarakat yang lain,
mandiri.
di luar kota Semarang. Hal ini
KESIMPULAN DAN SARAN
berdasarkan
fakta
bahwa
Berdasarkan hasil dan pembahasan
masyarakat
Indonesia
adalah
atas
masyarakat yang multikultural.
di
maka
disimpulkan
perilaku guru yang mendukung
bahwa anak
bisa
3. Hasil
diperluas
temuan
di
pada
atas
bisa
menjadi mandiri, dari yang paling besar
digunakan sebagai dasar untuk
persentasenya
melakukan
penyusunan alat ukur perilaku
memberikan
guru yang mendukung perilaku
kontrol,
adalah
responsif,
kesempatan, direktif dan komunikasi .
mandiri anak. Skala ukur yang
Saran:
diperoleh
tersebut
kemudian
1. Guru-guru PAUD dan Sekolah
disarankan untuk diujicobakan
Dasar yang menginginkan anak
pada sekelompok guru dengan
didiknya menjadi mandiri maka
jumlah
hasil
sehingga akan diperoleh alat
penelitian
ini
bisa
102
yang
lebih
banyak
ukur psikologis yang akan teruji
Diterjemahkan
secara kuantitatif, baik validitas
Indonesia oleh Achmad Fawaid.
maupun reliabilitasnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bahasa
Endraswara, S. 2010. Etika hidup orang
DAFTAR PUSTAKA Bee, H & Boyd, D. 2007. The developing
dalam
child.
Jawa: Pedoman beretika dalam
Ed.11.
menjalani kehidupan sehari-
Boston: Pearson Education, Inc.
hari.
Berns, RM. 2007. Child, family, school,
Penerbit
Narasi
Yogyakarta
community: Socialization and
De Hart, GB. Sroufe, LA. & Cooper,
support. 7th Edition. Canada:
RG. 2004. Child development:
Thompson Wardsworth.
Its nature and course. Fifth Ed.
Boyd, D. & Bee, H. 2009. Lifespan
Mc Graw Hill Co.
development. Fifth Ed. Pearson
Dewanggi,
M.,
International Edtition. Boston:
Hernawati,
Allyn & Bacon.
Pengasuhan
Buckley, S. &
Hastuti,
D.,
N.
&
2012.
orangtua
dan
Sacks, B. 2001. An
kemandirian anak usia 3-5 tahun
overview of the developmental
berdasarkan gender di kampung
of children with down syndrome
adat
(5-11years). Down Syndrome
Keluarga dan Konsumen. IPB
Issues and Information. Down
Bogor. Januari, Vol. 5, No. 1.
Syndrome Education Online.
Hal 19-28. ISSN:1907-6037.
Doi:10.3104/9781903806036
Edisi
Ilmu
Jawa. Penerbit Kepel Press
Pendekatan kualitatif, kuantitatif mixed.
Jurnal
Haryanto, S. 2013. Dunia symbol orang
Creswell, J.W. 2010. Research design:
dan
Urug.
Yogyarkarta.
ketiga.
103
Karvonen, M., Test, DW., Wood, WM.,
Koentjaraningrat.1986. Pengantar ilmu
Browder, D. & Algozzine, B.
antroplogi.
2004. Putting self-determination
Penerbit Aksara Baru Jakarta
into
Practice.
Exceptional
Koentjaraningrat,
Children. Vol 71 (1), 23-41. Katz, I., Kaplan, A. & Gueta, G. 2009. Students needs, teacher support, and
motivation
for
Cetakan
1981.
VI.
Beberapa
pokok
antropologi
Cet.V.
Penerbit
sosial.
PT
Dian
Rakyat.
doing
Koh, J.H.L. & Frick, T.W. 2010.
homework: A cross sectional
Implementing
autonomy
study. Journal of Experimental
support:
from
Education. 78 (2) hal 246-267.
Montessori
doi:
International
10.1080/00220970903292868
education. Vol. 2., No. 2: E3.
Keller, M.A & Goldberg, W.A. 2004.
young
independence?
classroom. Journal
of
Lamme, LL., Fu, D., Johnson, &
children’s Infant
a
Hal 1-16.
Co-sleeping: Help or hindrance for
Insight
Savage,
and
D.
Kindergarten
2002.
J.,
Helping
Writers
Move
Child Development. Vol. 13.
Toward Independence. Early
Hal.
Children Education Journal,
369-388.
Doi:
10.1002/icd.365. Kerig, P.K. &
Wenar,
Vol. 30 (2), hal 73-79. C. 2006.
Lifshitz, H., Klein, P.S. & Cohen, S.F. 2010.
Developmental Psychopathology:
Effects
intervention
From
of
MISC
on
cognition,
and
behavioral
Infancy through Adolescence.
autonomy
Fifth Ed. Mc Graw Hill, Boston.
functioning of adult consumers
104
with severe intelletual disability.
and The Quality of Life of
Research
People
in
Developmental
Disabilities. Vol 31, 881-894.
Disability.
Marsh, L., Caples, M., Dalton, C. & Drummond,
E.
with
Intellectual Journal
Intellectual
of
Disability
2010.
Research. Vol. 51, part.18. hal
Management of Constipation.
850-865. Doi: 10.1111/j.1365-
Learning Disability Practice.
2788.2006.00939.x
Vol 13 (4), 26-28.
Raeff, C. 2010. Independence and
Miller, S.M. & Chan, F. 2008. Predictor
Interdependence in Children”s
of life satisfaction in individuals
Developmental
with
disabilities.
Journal Compilation, Society
Intellectual
for
intellectual
Journal
of
Experiences.
Research
in
Child
Disability Research. Vol. 52,
Development.
part
Development Perspective. Vol.
12,
hal
1039-1047.
Doi:10.1111/j.1365-
4 (1), hal 31-36.
2788.2008.01106.x
Schunk, DH. 2008. Learning Theories.
Murtini. 2008. Penyesuaian Diri Siswa Sekolah
dasar
ditinjau
An Educational Perspective.
dari
Ed.5.
faktor eksternal dan internal. Disertasi
(tidak
Universitas
diterbitkan).
Gadjah
New
Jersey:
Pearson
Education Inc. Setiono, K. 2011. Psikologi indigenous
Mada
dan indigenisasi sebagai acuan
Yogyakarta.
penelitian dan terapan dalam
Nota, L., Ferrari, L., Soresi, S. & Wehmeyer,
Child
M.
2007.
psikologi
Self-
perkembangan
di
Indonesia. Proceeding Temu
Determination, Social Abilities
Ilmiah
105
Nasional
IPPI.
Fakultas Psikologi Universitas
determination
tarumanegara
Psychology
Jakarta.
ISBN:
theory. of
Sport
and
978-602-19176-1-9. Halaman 1-
Exercise, 8, 795-817. DOI:
7.
10.1016/j.psychsport.2006.12.0
Shogren,
K.A.,
Wehmeyer,
M.L.,
06.
Palmer, S.B., Soukup, J.H., Little, T.D., Garner, N. & Lawrence, M. 2007. Examining Individual
and
Predictors
of
Ecological the
Self-
Determination of Students with Disabilities.
Exceptional
Children. Vol 73 (4), 488-509. Suparmi. 2015. Bentuk pengasuhan yang mendukung kemandirian anak.
Proceeding.
Seminar
Jilid
Nasional
1.
2015
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
ISBN: 978-602-71716-2-6 Vierling,
KK.,
Standage,
M.
&
Treasure, DC. 2007. Predicting attitudes and physical activity in an “at risk” minority youth sample:
A
test
of
self-
106