PERILAKU COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA KORBAN TRAFIKING
Oleh:
HARTIN KURNIAWATI NIM : 103070028996
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
FAKULTAS PSIKOLO,GI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 1-1 / 2008 M
PERILAKU COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA KORBAN TRAFIKING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
HARTIN KURNIAWATI NIM: 103070028996
Di Bawah Bimbingan : embimbing I
Pembimbing II
;f;v-~~ Neneng Ta;i HartJti M.Si, Psi
NIP. 150300679
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAIVI NEGERI SYARIF HIDAYATULLAl-I JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIANI Skripsi yang berjudul "Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking", telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 27 Maret 2008 Sidang Munaqasyah Sekretaris Merangkap Anggota
<J,,'
Dra. Hj. Zahrotun .1ha~ ah M.Si NIP. 150 238 773y
Ora. H'. Nett . artati M.Si NIP. 150 215 ~8
Anggota Penguji I
!Bambang ryadi Ph.D NIP. 150 26891 1
Pembim intI.
,V.
ivr
!
·.
1 . .· /'
./
'
; // ! //
i
/
M.Si
Prof. m an Yasun M.Si NIP. 1503 1146 Pembimbing II
(1 :/ /0'1
~a~i H~~ati. M.Si.Psi
Neneng NIP. 150300679
Ji/?.g, liati tefali tfifiputi rasa putus asa, aan liati yang fapang tefali menjacfi sesafi.:. 'Kfl{a
ujian aan co6aan tefali menjafur,
Tak ada pelangi yang tak diawali oleh badai Tak ada sukses tanpa peljuangan keras Yang diawali dengan k_eteguhan hati
1(arya seaerhana ini ftu persem6afiRflJ!'l{rztuft: <Papa:, ~Mama tercinta,serta 1('novi aan
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Maret 2008 (C) Hartin Kurniawati (D) Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking (E) xiv+ 116 halaman + lampiran (F) Trafiking atau perdagangan manusia adalah selmuh aktivi.tas yang meliputi perekrutan dan atau perpindahan seseorang di dalam atau melewati batas nasional untuk dijual, beke1ja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti pelacuran, pengemis, perbudakan, dan sebagainya, dan lebih ditekankan yang dilakukan dengan penipuan, kekerasan dan berbagai bentuk pelangaran hak asasi manusia. Korban trafiking akan mengalami berbagai situasi yang clapat membuatnya menjadi stress ketika menghadapi kenyaiaan hidupnya selama bekerja secara paksaan atau dengan persetujuan. Akhirnya korban akan menampilkan perilaku coping tertentu, guna menyelesaikan masalahnya, baik itu perilaku coping yang terpusat pada masalah (problem focused coping) atau yang terpusat pada emosi (emotion focused coping) atau kedua-duanya. Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan kebahagiaan anggotanya. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan korban walaupun korban tersehut tidak dalam keadaan stress. Selain itu, keluarga memiliki peranan untuk melindungi anggota keluarganya dari efek negatif akibat stress. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Subyek penelitian adalah korban trafiking yang mengalami perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau paksaan atau penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan. Penelitian ini melibatkan 3 subyek yang ditentukan dengan menggunakan teb1ik purposive sampling atau sarnpel bertujuan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan · observasi. Wawancara cligunakan sebagai metode utama dalam penelitian ini, sedangkan observasi digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui wawancara tersebut. Berdasarkan perolehan data dan analisa kasus, dalam mengatasi segala permasalahan ketiga subyek menggunakan coping berupa coping yang berpusat pada masalah (Active Coping, Planning, Restraint Coping, Seeking social support for Instrumental), coping yang berpusat pada emosi (Seeking Social Support of Emotion Reasons, Positive Reinterpretati<m and Growth, Denial, Acceptance, Turning to Religion). Dua orang dari sabyek menerirna dukungan sosial dari orang tua, suami, anak, ipar, keponakan, dan sanak saudara lainnya. Sedangkan satu orang subyek tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, bentuk clukungan yang subyek terima berupa
perhatian, kepedulian, kasih sayang dan membesarkan hati (dukungan emosi); memberikan keyakinan subyek mampu untuk dapat menga.tasi permasalaha.n dan menerima kondisi yang te1jadi (dukungan penghargaan); mendapatkan informasi untuk segera keluar dari permasalahannya (dukungan informasi) dan; dukungan persahabatan. Berdasarkan basil penelitian, maka penulis memberikan saran kepada penelitian selanjutnya untuk mengambil sampel yang lebih beragam (bentuk eksploitasi korban) agar hasil penelitian lebih beragam pula dan dapat menjelaskan lebih banyak dinamika permasalahan dan penyelesaian korban trafiking. Selain itu, pada keluarga korban membcrikan kasih sayang dan pcrhatian yang baik pada korban. Menjauhkan dari rasa tegang clanjiwa yang tertekan sehingga lebih bertambah lagi permasalaha.n yang clihaclapi. Tentunya cliperlukan ke1jasama untuk mengatasi clan menghapuskan sinclikat trafiking krsmna-3ama. (E) Daflar Pustaka : 38 (1974 - 2006)
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrabbil'alamin, segala puji syukur tak henti-·hentinya penulis ucapka·n bagi Allah SWT. Sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking". Shalawat dan salam juga tak lupa disampaikan kepada manusia terkasihNya, Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak Allah SWT me:igumpulkan kita dalam barisan orang-orang di belakang panji beliau, amin. Kesederhanaan karya ini dapat selesai dengan penuh perjuangan serta pengorbanan, tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik secara materil maupun immaterial dari berbagai pihak , pelayanan, pemberian saran, kritik yang tak henti-henlinya dan memolivasi agar karya ini lerselesaikan. Unluk itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih secara langsung kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, !bu Ora_ Netty Hartati, M.Si atas ilmu serta dukungannya kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Fakullas Psikologi tercinla. 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, !bu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si atas saran, kritik dan pengalamannya yang lelah banyak rnembantu penulis. 3. Dasen pembimbing 1, Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si yang lak lelah membimbing penulis. Semoga bapak tidak bosan dengan pertanyaanpertanyaan dari penulis. 4. Dasen pembimbing 2, !bu Neneng Tali Hartati,S.Psi,M.Si,Psi alas masukanmasukannya yang sangat berharga yang lak lelah dan lak henti-henlinya membimbing penulis sehingga sangal memacu penulis agar selalu memperoleh hasil yang terbaik.
5. Dosen Psikologi (lbu Tia, Bapak Abdurrahman, lbu Solihah) dan seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mereka lah yang telah menyampaikan ilmu psikologi kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu. 6. Petugas perpustakaan, terutama Bapak Haidir dan seluruh staf i\kademik Fakultas Psikologi yang telah membantu penulis selama kuliah. 7. Kepala RS RuJTah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto khusus pada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan lembaga International Organization for Migration (IOM). Bu Sundari, Bu Tini, Bu Sumirah dan seluruh staf yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada para korban trafiking yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, penulis berharap semoga kesabaran yang kalian lakukan akan mendapatkan keridhaan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan selalu menampakkan keceriaan pada wajah kalian. 9. Teruntuk separuh jiwaku : Mama, Papa, curahan kasih sayang dan tetesan keringat akan menjadi mutiara di hati akhir kelak. K' Novi, Poepoet, dan adik kecil Edis yang telah memberikan motivasi, serta doa yang telah kalian panjatkan untuk penulis. 10. keluarga H.Satiri, H. Djana, Bunda Ina, ayah dan om Par, yang telah
.
memberikan berbagai bantuan demi terselesaikannya skripsi ini. 11. Keluarga besar LOK Syahid, FP21, IMAMUPSI, IU:\U\NG,TLC, ASK atas ilmu, pengalaman dan kebersamaan yang luar biasa. 12. Ka Rendra (terima kasih atas kesabaran, serta motivasinya), Fanny, ka Ody (yang selalu mengingatkan penulis menyelesaikan skripsi), Nq, Ina, Lucky, Peny, Daeng, Dewi, Indra, nita, ety, serta seluruh teman-teman seperjuangan Psikologi angkatan 2003.
13. Semua keluarga, sahabat, teman dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas doa, dukungan dan semangat luar biasa yang telah diberikan kepada penulis.
Masa kebersamaan selama di Fakultas Psikologi tercinta telah banyak menorehkan kenangan indah. Terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, mungkin hanya doa terbaik yang bisa penulis balaskan untuk mereka. Jazakulullah Khairan Katsiran. Hariya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan yang kalian berikan pada penulis. Semoga hasil skripsi ini berguna dan menjadi amal, dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISi Halaman Judul ................................................................................................. Halaman Persetujuan ....................................................................................
ii
Halaman Pegesahan .....................................................................................
iii
Motto
iv
Abstract .............................................................................................................
v
Kata Pengantar ...............................................................................................
vii
Daftar lsi
x
Daftar Tabel .....................................................................................................
xiii
Daftar Gambar .................................................................................................
xiv
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................
1-12
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................
1
1.2 ldentifikasi Masalah.....................................................................
8
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................
9
1.3.1 Pembatasan Masalah.......................................
9
1.3.2 Perumusan Masalah.........................................
10
1.5 Tujuan Penelitian.........................................................................
10
1.6 Manfaat Penelitian
11
1.6 Sisternatika Penelitian ................................................................
12
BAB 2
Landasan Teori............................................................................
14-44
2.1 Coping·······......................................................................................
14
2.1.1 Pengertian......................................................... .....................
14
2.1.2 Jenis-jenis Perilaku Coping··························· .....................
16
2.1.3 Strategi Coping·····································································
17
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Coping·······---------········--------·
25
2.2 Dukungan sosial··----------···--------······-----------·-·····----- -·----····--------·······
25
2.2.1 Pengertian·····----·-·······-------·······------·-·······----·----······-----·--·-·····--
25
2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan sosial ---------------------------------------
27
2.2.3 Sumber Dukungan sosial_____________________________________________________
31
2.2.4 Efek Dukungan Sosial__________________________________________________________
32
2.3 Trafiking..................................................................
34
2.3.1 Pengertian... ... . .. . .. ... ... ... ... ... ... ... .. . . .. ... . . . ... ... . . . ...
34
2.3.2 Korban Trafiking... ... ... ... . . . ... .. . ... ... . . . . . . ... . . . ... ... ... .
37
2.3.3 Bentuk Kekerasan.... .. ... ... ... ... ... . . . . .. . .. . . . . .. .. . . . . .. . ..
39
2.3.4 Dampak Kekerasan... ... .. . ... ... ... ... . . . . . . .. . ... . . . . .. ... ...
40
2.3.5 Pandangan Islam terhadap Trafiking_···-----------·····------·-····
41
2.4 Perilaku Coping dan Dukungan Sosial Keluarga Pada korbanTrafiking...... ......... ... ... ... ... ... ...... ... ...... ... ...... ...
BAB 3 Metodologi Penelitian...................................................................
44
51-59
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan
51
3.2 Variabel Penelitian_ ................ __________ ............ ---···--------··---··------·---····
52
3.3 Subyek Penelitian. .. . .. ... ... ... ... . . . ... . .. ... . .. ... ... . . . ... ... . . . . . .
53
3.2.1 Karakteristik Subyek_····---··-----·····-----·----···-----------·--·--------·--··
53
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel -······-------·--·--···-------··-·····-------
54
3.3.3 Jumlah Subyek_·--····----------····--------····-------·-· ·····----·---·-·····-----
55
3.3 lnstrumen Penelitian ____ ·······---------····---------·--··· ---···-·····-------········--·
55
3.3.1 Pedoman Wawancara
56
3.3.2 Observasi_···----··-··----------···-----·······---------···-·---·-----··-------··--····-3.3.3 Ala! Perekam
57 57
3.4 Prosedur Penelitian·-----·····-·------·-····--------····--------···-- ----········-------·
58
3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian ________ ····-----·-··· -------·· ··-------······
58
3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian...........................................
58
3.4.3 Tahap Ana\isis Data .............................................................
59
BAB 4 Has ii Penelitian...............................................................................
60-107
4.1 Gambaran Umum Subyek ......................................................
60
4.2 Riwayat Kasus dan Ana\isb Kasus.......................................
61
4.2. ~ Kasus SR .........................................................................
61
4.2.2 Kasus TS...........................................................................
73
4.2.3 Kasus EL ...........................................................................
96
4.3 Analisis Antar Kasus ......................................................................
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran................................................
105
108-112
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
108
5.1 Diskusi ...............................................................................................
110
5.1 Saran .................................................................................................
112
Daftar Pustaka ............................................................................................... Lampiran
113-116
DAFT AR T ABEL
Tabel 4.1. Gambaran Um um Subyek Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... .. . 60 Tabel 4.3. Analisis Antar Kasus
............................................................ 105
DAFT AR GAMBAR Garnbar 2.4
Kerangka Berpikir ...... ............. ....... .. .. .... .......................
50
Garnbar 4.2.1
Skema Kasus SR ..........................................................
72
Gambar 4.2.2
Skema Kasus TS ...................................................... :....
95
Gambar 4.2.3
Skema Kasus El ................. ............... .... .........................
104
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Dala111 era ke111erdekaan yang de111okratis dengan 111asyarakat religius dan 111enjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, bangsa Indonesia terus 111eningkatkan ko111it111ennya untuk 111enyejahterakan kehidupan bangsa 111elalui upayaupaya yang diselenggarakan secara konsisten dan berkelanjutan dala111 111elindungi warga negc:ranya antara lain dari praktek-praktek perdagangan 111anusia dan bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Salah satu bentuk perdagangan 111anusia yang sedang ra111ai dibicarakan dan dibahas adalah perdagangan pere111puan (trafficking in women) dengan berbagai tujuan, seperti untuk 111enjadi penge111is, pe111bantu ru111ah tangga, pelacuran, eksploitasi seksual, buruh 111igran legal 111aupun illegal, adopsi anak, pengantin pesanan, industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk kepentingan pe111indahan organ tubuh.
Kasus trafiking atau perdagangan 111anusia khususnya pere111puan dan anak ke111bali ra111ai dibicarakan 111asyarakat. lsu perdagangan 111anusia (human
trafficking) sebagai bagian dari bentuk kejahatan ke111anusiaan bukan 111erupakan feno111ena yang baru. Keprihatinan kita 111enjadi se111akin besar
karena korban perdagangan manusia adalah perempuan dan anak. Untuk menyelidiki, mengusut dan akhirnya membongkar mata rantai kasus ini dibutuhkan "tenaga dan semangat" karena kendala yang dihadapi cukup banyak yaitu pengangguran, kemiskinan, pendidikan (ketidaktahuan masyarakat bahwa itu perdagangan manusia), konsumerisme, kesenjangan gender, budaya patriarki. Juga minimnya aturan hukum dan kepekaan, kesadaran masyarakat, pemerintah serta aparat penegak hukum dalam mengatasi permasalahan perdagangan manusia masih belum memadai.
Oleh karena itu kasus perdagangan perempuan dan anak biasanya baru terbongkar jika ada lapo1cm dari keluarga korban yang merasa kehilangan kontak maupun meninggal. Sepanjang masih ada kontak meskipun sebenarnya telah terjadi perdagangan manusia maka individu tersebut tidak memahami bahwa telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia melalui perdagangan manusia.
Kata trafiking sebenarnya adalah pengindonesiaan dari istilah dalam bahasa lnggris "trafficking in human" atau "trafficking in person" yang diperpendek menjadi "trafficking". Secara sederhana, trafiking dipahami sebagai perdagangan manusia, lebih khusus lagi perdagangan anak dan pere·npuan, karena anak dan perempuan dalam kenyataannya adalah k:elompok yang paling rentan dari tincak kejahatan.
Definisi trafiking sendiri sebenarnya cukup mudah dipaharni oleh masyarakat yaitu semua tindakan yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah atau antar negara, pemindah tanganan, pemberangkatan, penerimaan, dan penampungan sementara disertai ancaman atau penggunaan kekerasan verbal atau pisik, penculikan, penipuan, memanfaatkan posisi kerentanan (tidak ada pilihan lain, eksploitasi, ketergantungan obat, jebakan utang) memberikan atau menerima pembayaran keuntungan dimana perempuan dan anak untuk iujuan pelacuran, eksploitasi seksual, buruh migran legal maupun illegal, adopsi anak, pembantu rumah tangga, pengantin pesanan, industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk kepentingan pemindahan organ tubuh (Suyanto, 2002).
Praktek perdagangan anak dapat menimbulkan berbagai dampak pada fisik, psikis dan juga menimbulkan dampak sosial bagi korban. Hal ini disebabkan karena adanya perlakuan para pelaku trafiking terhadap korban yang menempatkannya sebagai komunitas tersendiri dan sengaja diisolasi dari lingkungan sosialnya. Para korban pada umumnya merasa teraliensi, hidup dalam kesendirian, dan hanya dapat menggantungkan hidupnya kepada pelaku trafiking tersebut. Dampak yang lebih parah lagi adalah jika korban trafiking menjadi pelaku trafiking.
Kasus dibawah ini dapat menggambarkan seseorang yang terjerat kasus trafiking (Suyanto, 2002). Kasus Shinta (16 tahun) asal Wonosobo, Jawa Ten[Jah, memiliki pendidikan terakhir tamat SD. Hal tersebut dikarenakan orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah yang lebih tinggi. Dia terjerurnus kasus trafiking karena tetangganya. Pada awalnya, tetangganya mengatakan bahwa dia akan dipekerjakan sebagai pelayan toko. Namum ternyata dia dimasukkan ke lokalisasi pelacuran. Dahulu, Shinta adalah gadis yang alim, taat beragamaa, latar belakang keluarganya ;·eligius. Akan tetapi setelah dia terjerurnus menjadi sering minum-minurnan, merokok, dan omongannya sering kali memunculkan kata-kata kotor. Pada saat ini, dia tidak lagi peduli dengan normanorma agama dan moral.
Dengan keberadaan mereka sebagai korban trafiking, timbul pandangan negatif masyarakat terhadap mereka. Karena pandangan negatif itu, masyarakat mengatakannya sebagai perempuan tidak bennoral, tidak mempunyai etika, dan sebagainya. Keadaan ini dapat mempersulit para korban untuk keluar dari sindikat perdagangan manusia. Oleh Karena itu, diperlukan sikap dan dukungan dari keluarga dan masyarakat dalam menyikapi permasalahan ini. ·
Dalam perjalanan hidup, manusia tidal< selalu menjalaninya dengan mulus. Dapat dipastikan hampir setiap manusia pernah dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan atau mengancam dirinya. Seperti halnya yang dirasakan korban trafiking, memasuki lingkungan baru, kehilangan sesuatu, dan sebagainya. Situasi-situasi seperti ini menuntut individu untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang sedang berlangsung. Apabila penyesuaian tersebut ditujukan pada keadaan-keadaan atau situasi-situasi yang dianggap sebagai ancaman, tantangan, atau tekanan serta menimbulkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan, maka proses yang terjadi dinamakan perilaku coping (Lazarus, 1976).
Penelitian yang dilakukan oleh Varni dan Wallander (dalam Midence dkk.,
1993) mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan sosial pada keluarga yang memiliki anak yang menderita·penyakit kronis ternyata dapat menimbulkan resiko ketidakmampuan penyesuaian diri pada keluarga tersebut. Oleh karena itu diharapkan dengan mengetahui gambaran keadaan dukungan sosial yang didapat oleh keluarga, atau lingkungan dimana korban penjualan anak berada yang ditampilkannya dapat dilakukan intervensi yang tepat dalam membantu atau memberikan dukungan pada korban.
Manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membi.1a hubungan interpersonal yang baik. Hubungan interpersonal yang baik terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan. Juga perlu untuk membina perasaan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Sementara, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
anak, karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
Keluar~a
merupakan sebuah batu pondasi setiap masyarakat besar manusia, dimana setiap anggotanya memiliki peran mendasar dalam memperkokoh hubungan sosial dan pengembangan
Tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara, yaitu menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota individu dalam keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari orangtua dan anak-anak yang beraneka ragam pada saat tertentu. Di lain pihak, masyarakat mengharapkan setiap anggotanya memenuhi kewajiban-kewajiban dan tuntutannya. Oleh karena itu, keluarga harus menjadi perantara bagi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Tujuan utama dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya.
Keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku seseorang di dalam keluaqJa dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang lainnya. Di dalam keluarga seseorang dapat merasakan dirinya dicintai, diinginkan, diterima dan
dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua clan anak maupun hubungan antara anak dengan saudaranya.
Dengan demikian penting untuk diketahui bagaimana anggota keluarga mampu menggambarkan persoalari-persoalan lain dari anggota keluarga mereka, memberikan dukungan sosial yang diterima korban dapat berperan dalam kehidupannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal bahwasanya keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Apakah keluarga memberikan perlakuan yang baik pada anggota keluarga yang menjadi korban trafiking, ataukah malah membuatnya terjerumus pad a ju rang trafiking?.
Pad a saat itu, keluarga akan sangat berperan yang besar untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak atau anggota keluarganya dan kembali bersosialisasi bahkan mewujudkan cita-cita. 1'.\danya dukungan dapat membuat seseorang dapat bertahan dalam situasi stress sedangkan tidak
adanya dukungan dapat menimbulkan gangguan pada individu. Bagaimanakah perilaku korban dalam menghadapi kehidupannya, dukungan dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang dalam menghadapi masalah, dalam ha! ini periaku coping. Karena itu penulis memberi judul skripsi ini "PERILAKU COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA KORBAN TRAFIKING".
1.2
ldentifikasi Masalah
1. Apa saja bentuk persoalan atau permasalahan yang dialami korban trafiking pada tahap perekrutan atau penampungan atau pemasaran atau pelayanan seksual oada konsumen dan segala perrnasalahan yang dihadapi korban se!ama bekerja menjadi buruh atau irnigran atau TKW atau pekerja seks komersil? 2. Bagaimana korban trafiking menangani situasi yang penuh tekanan atau eniosi yang dihadapi agar lebih baik? 3. Bagaimana garnbaran dukungan sosial yang dipersepsikan atau diberikan keluarga pada korban?
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas maka perlu suatu pembatasan masalah. Adapun pokok permasalahan
yan~1
menjadi batasan
permasalahan dalam skripsi ini adalah : a. Coping yang dimaksud disini adalah usaha-usaha yan!J melibatkan tingkah laku yang nyata dan kegiatan kognitif untuk mengatasi situasi yang dinilai penuh stress, penyE;suaian diri terhadap perubahan yang datang tiba-tiba atau penyesuaian terhadap perubahan alami yang terjadi selama perkembangan kehidupan. b. Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah segala bentuk bantuan yang diberikan seperti informasi, dukungan emosi, penghargaan, materi atau persahabatan dan berbagai sumber yang dipersepsikan oleh keluarga. c. Keluarga yang dimaksud disini adalah para anggota sebuah keluarga yang biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau hidup terpisah. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu. anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari, paman, bibi, kakek, nenek dan kerabat lainnya yang. masih satu hubungan darah atau diangkat menjadi anak.
d. Trafiking atau perdagangan manusia adalah seluruh aktivitas yang meliputi perekrutan dan atau perpindahan seseorang didalam atau melewati batas nasional untuk dijual, bekerja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, sepe1ii pelacuran, pengemis, perbudakan, dan sebagainya. Dan lebih ditekankan yang dilakukan dengan penipuan, kekerasan dan berbagai bentuk palangaran hak asasi manusia.
1.3.2 Perumusan Masalah Bagaimana perilaku coping dan dukungan sosial pada korban trafiking ?
1.4
Tujuan Penelitian
Secara umum penelilian ini ditujukan untuk melihat gambaran perilaku coping yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan yang timbul karena terjebak jaringan trafikin9 sehingga korban dapat mengatasi, mengurangi atau menghilangkan permasalahan yang dialaminya.
Penelitian ini juga dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai dukungan yang diberikan keluarga dalam memberikan dorongan atau semangat atau
motivasi pada anggota keluarganya sehingga dapat dilihat bagaimana keluarga tersebut menumbuhkan kepercayaan diri, bertahan dalam situasi stress dan menyesuaikan diri seseorang dalam menghadapi masalahnya. Dan kembali bersosiaiisasi bahkan mewujudkan cita-citanya.
1.5
Manfaat penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya mengenai sikap seorang korban trafiking dalam mengatasi situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya guna memperoleh rasa aman pada dirinya.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga, terutama keluarga yang memiliki ekonomi kebawah bertambah wawasannya dalam melindungi anak dan anggota keluarganya. Begitu juga bagi orangorang disekitar korban perdagangan agar dapat mengetahui gambaran dukungan sosial yang dibutuhkan anak agar dapat membantunya mengatasi masalah kehidupannya.
Harapan penulis semoga penelitian ini juga bermanfaat yang dapat membantunya, memahami
'~eadaan
ba!~i
para konselor
anak dan memberikan
motivasi agar anak dapat terus menggapai harapannya. Selain itu penelitian ini turut membuat kemajuan menghapus perdagangan, khususnya perempuan dan anak-anak, dan membuka cakrawala peneliti selanjutnya yang berminat pada masalah perdagangan anak atau bidang-bidang lain yang masih relevan dengan masalah ini.
1.6
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan penulis susun sesuai sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan Berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, perumusan masalah dan pembatasa.1 masalah, serta sistematika penulisan. Bab 2 : Landasan Teori Teori dukungan sosiCJI keluarga: pengertian, dukungan sosial keluarga, Bentuk dukungan so,-,ial Berisi teori coping : penge1iian, jenis-jenis perilaku coping, strategi coping, faktor yang mempengaruhi coping Teori trafiking: pengertian, korban trafiking, bentuk kekerasan, dampak kekerasan, pandangan Islam terhadap trafiking, Perilaku coping dan dukungan sosial keluarga pada korban trafiking
Bab 3 : Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang metode penelitian dan pendekatan, subyek penelitian, instru1T1en penelitian, prosedur penelitian. Bab 4 : Hasil Penelitian Berisi gambaran umum subyek, riwayat kasus dan analisis kasus, dan analisis antar kasus Bab 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Coping
2.1.1 Pengertian Coping merupakan salah satu proses ynng terjadi bila orang mengalami stress. Lazarus (1976) mengemukakan bahwa stress
men~1andung
tiga
proses yaitu: 1. Penilaian primer yaitu: proses mempersepsi adanya suatu ancaman bagi
seseorang. 2. Penilaian sekunder yaitu: proses pengolahan di otak tentang suatu potensi respon terhadap ancaman. 3. Coping yaitu proses yang memutuskan respon yang digunakan untuk menghadapinya.
Banycik ahli yang berusaha menjelaskan mengenai perilaku coping. Pada awalnya coping didefinisikan sebagai predisposisi (kecenderungan) yang stab ii untuk berespon terhadap stress dengan cara tertentu (Moos, 1974). Disini coping dilihat sebagai salah satu aspek kepribadian. Namun bukti empiris menunjukan bahwa proses coping adalah bersifat multidimensi dan bervariasi dari waktu ke waktu maupun situasi, sehingga kategori coping sebagai dimensi tunggal dan stabil adalah terlalu sederhana.
Coping menu rut Lazarus (Lazarus, 1976) adalah ·
"Coping specially refers to what the person does to handle stressful or emotionally changed demeans".
Hal penting yang ditunjukkan pada definisi ini adalah adanya ketegangan dari tuntutan, rnernbatasi l~onsep coping lebih kepada transaksi dengan stress yang dipersepsikan dari pada penyesuaian secara urnurn.
Coping khususnya berhubungan dengan apa yang seseorang lakukan untuk rnenangani situasi yang penuh teka·nan atau ernosi yang dihadapi agar rnenjadi baik.
Sernentara itu ahli lain, Cox (1991) rnernberikan definisinya sebagai berikut :
"Cognitioning and behaviour which, following a stressful transaction and defined independently of outcome, have the primary function, consciously decided, of dealing with the emotion caused by transaction and developing a sense of personal control. This achieved by those cognitions and behaviours combining into strategy which perform a mixture of functions : problem solving, reappraisal and avoidance. Any particular option or strategy may perform anyone or a number of these function in the space of dealing with one stressful transaction".
Pada definisi ini dijelaskan bahwa coping berupa piki1·an dan tingkah laku yang rnengatasi ernosi yang disebabkan situasi stress dan rnengernbangkan kontrol pribadi individu. Coping disini sesuatu yang rnengikuti situasi stress (yang rnenekan), bukan berupa tujuan atau hasil, rnernpunyai fungsi utarna serta diputuskan secara sadar. Dalarn definisi ini, Cox rnengernukakan tiga
strategi coping yaitu pemecahan masalah, penilaian kembali dan menghindar.
Coping dapat diartikan sebagai suatu faktor pengaruh yang dapat membantu seseorang memelihara adaptasi psikologi sosial selama periode yang penuh tekanan, penyesuaian usaha-usaha kognitif serta perilaku dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan kondisi yang menegangkan.
2.1.2 Jenis - Jenis Perilaku Coping
Lazarus (1976) membedakan perilaku coping menjadi dua bagian, dan merupakan pembagian yang cukup jelas dan sering digunakan dalam penelitian mengenai coping, yaitu : 1. Coping terpusat masalah (problem focused coping) Yaitu perilaku coping yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau melakukan sesuatu untuk mengubah sumber stress. Usaha-usaha coping terpusat masalah yang dilakukan bias berupa merubah masalahnya, melakukan tindakan aktif atau merubah kondisi lingkungan. Coping terpusat masalah cenderung dipergunakan saat individu merasa memiliki tenaga untuk mengatasi suatu situasi yang menimbulkan stress dan merasa yakin bahwa hal tersebut dapat diubah dengan melakukan sesuatu yang konstruktif.
2. Coping terpusat ernosi (emotion focused coping) Yaitu perilaku coping yang bertujuan untuk rnenangani atau menurunkan atau mengendalikan distress ernosional atau emosi yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan situasi yang menekan. Jenis coping ini sering digunakan jika seseorang rnerasa bahwa sumber stress adalah sesuatu yang harus ditoleransi keberadaannya. Coping terpusat pada ernosi ini digunakan pada saat individu tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi-kondisi yang rnenimbulkan stress.
2.1.3 Strategi Coping Pembagian jenis coping seperti diatas e;ukup penting namun bagaimanapun tampak terlalu sederhana. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menemukan respon mengenai cara coping ini dalam bentuk banyak faktor, tidak hanya semata dua jenis. Secara umum mereka melihat faktor itu sebagai variasi dari dua jenis coping tersebut.
Dalam mempelajari perilaku coping banyak ahli yang
men!~golongkan
perilaku coping kedalam kelompok strategi atau metode coping tertentu. Strategi coping menunjukkan pada berbagai upaya, bail< mental maupun perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Carver, dkk (1989) mengajukan beberapa dimensi atau jenis coping yang merupakan variasi bentuk coping dari problem focused coping dan emotion focused coping. Selain itu, ia juga menambahkan beberapa dimensi coping
yang maladaptif, yaitu kecendrungan coping yang kurang berguna atau efektif. Carver, dkk (1989) menyusun pembagian jenis-jenis coping ini berdasarkan beberapa argumen dari teori tentang strategi coping yang efektif maupun tidak efektif. !a juga memasukkan jenis coping yang diindikasikan dalam penelitian sebelumnya sebagai strategi coping yan9 bernilai atau adaptif.
a. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Masalah ''problem Focused Coping"
Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah-masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi ynag menimbulkan stress. Coping terpusat masalah ini terdiri dari 5 strategi yaitu :
1. Active Coping. Yaitu suatu proses pengambilan langkah aktif untuk mencoba memindahkan atau menghilangkan sumber stress atau untuk mengurangi efek atau akibatnya. Active coping termasuk tindakan langsung, meningkatnya usaha individu dan mencoba untuk melaksanakan usaha coping dengan langkah yang bijal<sana dan secara bertahap. 2. Planning. Yaitu aktifitas-al
active coping terjadi selama tahap coping. 3. Suppression of Competing Activities. Yaitu usaha individu dengan membatasi ruang geral< atau al
pengolahan informasi yc.ng diterima dengan tujuan agar individu dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun ancaman yang sedang dialaminya. 4. Restraint Coping. Yaitu suatu latihan untuk mengontrol atau
mengendalikan. Dalam hal ini individu menunggt.: sampai kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu tindakan, menahan dan tidak bertindak terlalu cepat sehingga seseorang dapat mengatasi sumber stress secara efektif. Jenis coping ini merupakan strategi coping aktif dalam hal tindakan individu yang terpusat dalam menghadapi sumber stress secara efektif tetapi juga merupakan strategi yang pasif karena penggunaan restraint (mengontrol atau mengendalikan) berarti melakukan penundaan atau tidak bertindak. 5. Seeking Social Support for Instrumental Reasons. Strategi coping lain yang berkaitan dengan coping terpusat masalah adalah mencari dukungan social. Dalam hal ini adalah dukungan instrumental. Dimana individu melakukan suatu usaha untuk mendapatkan dukungan sosial dengan cara meminic. nasehat, bantuan atau informasi dengan orang lain dengan alasan mendapatkan cara mengatasi masalah clan dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalah atau mengatasi sumber stress.
b. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Emosi "Emotion Focused Coping" Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Emosi 'Emotion Focused Coping' terbagi atas 5 strategi, yaitu: 1. Seeking Social Support for Emotion Reasons. Suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan d·ukungan sosial dengan cara meminta dukungan moral, simpati atau pengertian dari orang lain. Kecenderungan individu untuk mencari dukungan sosial untuk alasan-alasan emosional ini dapat menyebabkan dirinya yang merasa tidak aman karena situasi yang penuh stress, kembali merasa aman. Hal tersebut dapat terlihat efektif, tetapi disisi lain kecenderungan ini juga dapat bersifat negatif. Jika, sumber-sumber dukungan simpati lebih dipergunakan sebagai tempat untuk mengeluarkan per::isaan-perasaan saja. 2. Positive Reinterpretation and Growth. Dalam strategi coping ini, lebih bertujuan untuk mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada mengahadapi sumber stress secara langsung. Sebenarnya manfaat coping ini iidak hanya terbatas pada pengurangan distress, dengan 111e111andang kejadian-kejadian yang membuat stress sebagai
sesuatu yang positif yang intrinsik mengarahkan indiviclu untuk tetap aktif atau melakukan tinclakan coping terpusat masalah. 3. Denial. Yaitu suatu strategi atau usa:1a untuk menolak kenyataan atau kejadian-kejadian yang membuat stress atau bertindak seolah-olah sumber stress tidak ada. 4. Acceptance. Merupakan kebalikan dari denial. Acceptance merupakan suatu perilaku coping dirnana individu harus menerima atau menyesuaikan cliri dengan keadaan yang dialaminya. Penerimaan terhadap adanya sumber stress sebagai suatu yang nyata terjadi pada tahap penilaiaan primer. Penerimaan terhadap tidak adanya strategi coping aktif yang clapat dilakukan berhubungan dengan penilaiaan sekunder. Seseorang dapat melihat sumber stress s'°'!bagai hal yang amat penting dalam situasi dimana stressor adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diubah, sehingga harus cliterima. 5. Turning to Religion. Data jenis coping ini diungkapkan oleh Mc Crae dan Costa yang mengatakian bahwa strategi coping ini cukup penting bagi banyak orang. Seseorang akan beralih ke agama ketika dalam keaclaan stress dengan berbagai macam alasan yaitu agama merupakan sumber dukungan emosi, sebagai cara untuk membantu mengatur emosi distress atau sebagai suatu siasat untuk melakukan coping aktif dengan sumber stress.
c. Strategi Coping yang tergolong Maladaptif atau neurotic coping Jenis coping ini dipercayai tidak berfungsi dan merupakan strategi yang kurang sesuai dalam situasi apapun untuk jangka waktu panjang. Jenis perilaku seperti coping ini sama dengan karakter coping yang neurotis. Jenis coping tersebut antara lain Carver, dkk (1989) :
1. Focusing and Venting of Emotions. Adalah kecendrungan untuk memusatkan diri pada stress yang bersifat negatif, kekecewaan individu, kesalahan atau perasaan yang dialami individu dan mengungkapkan atau mengeluarkan kekesalan serta perasaan tersebut. Respon seperti ini kadang berfungsi jika seseorang memanfaatkan masa berkabung dalam menghadapi kel1ilangan. Para ahli berpendapat bahwa memusatkan perhatian pad a emosi-emosi (terutama untuk jangka waktu lama) dapat menghalangi penyesuaian diri, karena dengan menyadari distress yang dialami akan memperburuk distress itu sendiri, selainitu pemusatan pada emosi yang tidak menyenangkan juga menjauhkan individu dari usaha coping yang bersifat aktif. 2.
Behavioral Disengagement. Adalah usaha yang dilakukan individu dengan mengurangi usaha untuk menghadapi sumber stress, tidak ingin lagi berusaha bahkan individu menyerah untuk mencapai objek atau kejadian dimana stressor mengganggu. Jenis coping ini tidak adaptif dalam berbagai situasi karena respon coping seperti ini mencerminkan fenomena yang diidentifikasikan sebagai ketidakberclayaan (helplessness)
dan secara teoris, jenis coping ini mungkin terjadi jika seseorang menduga kui-ang atau tidal< adanya hasil dari strategi coping. 3. Mental Disengagement. Merupakan variasi dari behavioral disengagement, yang dipastikan terjadi jika kondisi mencegah adanya behavioral disengagement. Mental disengagement terjadi melalui berbagai macam aktivitas yang membuat pikiran indiviclu teralih dari pikiran tentang tindakan atau bertujuan untuk menghalangi seseorang memikirkan stressor. Strategi jenis coping ini termasuk tindakan pengganti untuk mengalihkan pikiran clari masalah, misalnya melarikan diri dengan tidur, menonton TV, berjalan-jalan, melamun. Meskipun aktifitas alternatif ini dapat membuat indiviclu melupakan masalah yang dihadapinya untuk sementa1·a waktu, tetapi strategi ini akan menghambat individu untuk melakukan coping yang bersifat adaptif. 4. Alcohol Drug Disengagement. Jenis coping ini sebenarnya diajukan sebagai aspek dari mental disengagement (Carver & Scheier, 1983; Hull, 1981) tetapi valiclitas tidak pernah memadai untuk climasukkan sebagai aspek dari jenis coping mental disengagement. Dengan demikian, Carver (1981) memisahkan jenis coping ini clari mental disengagement.
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Coping Keberhasilan coping tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan cirri masing-masing kejadian yang per uh stress dari pada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil (Taylor, 1999).
2.2
Dukungan Sosial
2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial Keluarga Keluarga sebagai lembaga yang pertama kali dikenal oleh individu mempunyai peranan yang cukup penting di dalam bersosialisasi anak sebagai individu yang terdapat di dalam masyarakat.
Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial. Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan yang nyata
at~u
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan social secara emos1onal merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyernmgkan pada dirinya.
Sarafino (1990) yang mengatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang tua atau sekelompok oran~J terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong. Gottieb mendefinisikan dukungan sosial secara operasional yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat perilaku bagi pihak penerima .
Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan orang Jain.
Berdasarkan definisi diatas penulis mendefinisikan dukungan sosial keluarga adalah penerimaan bantuan dalam berbagai bentuk seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nesehat yang b8rdampak positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan individu dari keluarga atau orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya dimana individu (dalam hal ini korban trafik'1ng) memberikan atau menunjukkan bahwa mereka menyayangi, peduli pada penderitaan yang dialami, menyayangi, menghargai, memberikan berbagai informasi, dan menumbuhkan kepercayaan diri pada individu.
Pentingnya membangun perilaku baik dalam keluarga, karena keluarga ini merupakan salah satu pilar utama di dalam membangun masyarakat madani yang dicita-citakan. Tidak mungkin masyarakat madani ini terwujud apabila tidak didukung oleh pemuentukan karakter keluarga baik.
Keluarga tidak dapat hidup dalam keterisolasian, tapi akan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Lain lading lain belalang, lain lubuk lain ikannya demikian kata sebuah peribahasa. Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil adalah ladang asal mula tumbuh dan berkembangnya individu. \l\lalau dalam suatu masyarakat terdapat norma-norma umum, dalam unit-unit terkecil itu terdapat nilai-nilai, harapan-harapan yang berbeda-beda. Sebuah keluarga memiliki nilai-nilai, sikap serta harapan-harapan terhadap para anggotanya yang tidak selalu sama dengan keluarga lain, bahkan mun9kin tidak s:ima dengan yang berlaku dimasyarakat umum. Sehingga, dalam tiap keluarga menghasilkan individu yang berbeda.
2.2.2 Bentuk - Bentuk Dukungan Sosial Orford (1992) menguraikan bentuk-bentuk dari dukungan sosial, ada lima bentuk - bentuk umum yang telah diuraikan berdasarkan pembagian bentukbentuk dukungan sosial, yaitu :
a. Dukungan emosi (emotional support) Dukungan Emosi, mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang . membesarkan hati, kehangatan dan kasih sayang. suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui perasaan oositif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian terhadap individu lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan nyaman, perasaan dilibatkan dan dicintai pada individu yang bersangkutan. b. Dukungan penghargaan (esteem support) Dukungan penghargaan, bentuk dukungan yang diekspresikan melalui penghargaan
~ositif
tan pa syarat, apa adanya, pemberian nasihat atau
persetujuan. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan berharga dan kompeten. House menyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan atau penilaian yang positif untuk individu, dorongan maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Pada dukungan penghargaan dititik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mam,:iu dan berarti. c. Dukungan instrumen I material (instrumental I material support) Dukungan material ini mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis.
Contoh : dukungan ini seperti pinjaman atau sumban!Jan uang dari orang lain, penyediaan layanan penitipan anak, penjagaan clan pengawasan . rumah yang ditinggal pergi pemiliknya dan lain sebaginya yang merupakan bantuan nyata berupa materi atau jasa. d. Dukungan lnformasi Bentuk dukungan informasi yang berarti memberikan informasi atau mengajarkan suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya berupa petunjuk, nasehat atau penghargaan .
. Bentuk lainnya yaitu dukungan informasi yang berupa dukungan penilaian (appraisal support) yang melibatkan informasi sehinmia dapat membantu seseorang dalam menilai kemampuan dirinya serta dengan memberikan umpan balik atas keterampilan yang dimiliki individu. Jadi, dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan dengan cara memberikan informasi baik berupa nasehat, umpan balik, atau cara-cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Smet, 1994). e. Dukungan Persahabatan (companionship support) Dukungan persahabatan merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu aktivitas sosial dan hiburan. Menurut Orford (1992) hal ini dapat menurunkan stress karena dapat memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi dan kontak dengan orang lain sehingga
tidak membuatnya terlarut dalam kekhawatiran alas masalah yang dihadapi serta dapat mernbantu menciptakan suatu hati yang positif. Bentuk dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada keadaan dan situasi
s~ress
yang dihadapinya. Misalnya, dukungan
instrumental akan lebih efektif untuk masalah yang membutuhkan bantuan nyata seperti kemiskinan. Sedangkan dukungan informasi akan lebih bermanfaat jika individu memiliki kekurangan pengetahuan atau keterampilan dan dalam keadaan yang sangat tidak pasti tentang persoalan yang dihadapi individu seperti prognosis penyakit yang berat.
Keluarga juga dapat memberikan dukungan untuk membantu individu karena keluarga merupakan sistem pendukung yang paling dekat dengan subyek (Potter, 2005) : a. Mencari dukungan sosial. Keluarga mencari dukungan atau bantuan dari anggota keluarga dekat lain, tetangga, teman, atau keluarga jauh. b. Reframing. Mengkaji ulang kejadian stress agar lebih dapat menangani dan menerimanya. c. Mencari dukungan spiritual. Mencari dan berusaha secara spiritual, berdo'a menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah. d. Menggerakkan keluarga untuk mendapat dan menerima bantuan. Keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan dari orang lain.
e. Penilaian secara pasif. Kemampuan keluarga secara pasif menerima stress, misalnya dengan jalan-jalan atau diam saja.
2.2.3 Sumber Dukungan Sosial Secara ringkas, orang-orang menerima berbagai jenis pendukungan dari para teman, keluarga, dan orang lain di dalam hidup mereka. Dukungan sosial pada umumnya bertujuan untuk mengurangi tekanan masyarakat dan manfaat kesehatan mereka.Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.
Sarafino (1994) menjelaskan dukungan sosial dapat berasal dari : a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalan9an-kalangan nonprofessional (significan others) seperti ; seperti
keluarga, teman dekat
atau rekan. Hubungan dengan kalangan non-professional atau significant others merupakan hubungan yang menempati ba9ian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Menurut Gottieb (1983) kontribusi yang mereka berikan
terhadap
kesejahteraan
individu
berbeda
dengan
kontribusi
yang
diberikan dari kalangan professional. Hal ini dikarenakan hubungan antara individu dengan kalangan non-professional lebih mudah diperoleh, bebas dari biaya finansial, dan berakar pada keakraban yang cukup lame:. Selain itu dukungan ini dapat terjadi melalui cara pemberian yang bervariasi, mulai dari pembenan material sampai hanya sekedar menjadi pendengar. b. Professional, seperti psikolog atau dokter. c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups). Sumber dukungan lain yang juga berrilanfaat bagi individu adalah kelompokkelompok dukungan
sosial.
Kelompok pendukung
(support group)
merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan
masalah
dalam
menolong
anggota-anggota
kelompok
menghadapi masalahnya serta menyediakan dukunsian emosi kepada para anggotanya.
2.2.4 Efek Dukungan Sosial Gottlieb (1983) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial dalam kehidupan manusia, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model efek penyangga (buffering effect). Dalam model efek langsung,
dukungan sosial berfungsi meningkatkan kesejahteraan individu walaupun individu tersebut tidak dalam keadaan stress. Model ini menekankan pada struktur dukungan, seperti jumlah orang dalam jaringan sosial atau kegiatan yang ada dalam kegiatan sosial.
Pada efek samping pelindung, dukungan sosial memiliki peranan untuk melindungi individu dari efek negatif akibat stress. Model ini menekankan pada fungsi dukungan berkaitan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Kedua model ini pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peranan dalam memperlemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stress terhadap kesehatan mental individu.
Di dalam studi mengenai hubungan antara dukunganan sosial dengan kesehatan mental dan dukungan dengan kesehatan fisik, bagaimanapun, arah hubungan sebab akibat penting. Saki! ingatan, sebagai contoh, dapat beroperasi untuk mengurangi akses untuk mendukung. Orang lain sudah berargumentasi bahwa kemampuan/ wewenang sosial boleh jadi faktor pokok untuk kedua-duanya pendukungan dan berfungsi emosional (Gottlieb, 1983).
2.3
Trafiking
2.3.1
Pengertian
Persoalan mendasar perdagangan anak adalah tidak memadainya definisi yang ada: lsu tersebut telah mencuat sejak akhir abad yang lalu. Akan tetapi, selalu timbul macam-macam pemahaman tentang apa dan praktek seperti apa yang dapat dikategorisasikan sebagai perdagangan tersebut. Keragaman pemahaman tampak dari berbagai definisi, konsep dan debat yang dimuat (baik dalam instrumen hukum nasional maupun konvensi internasional) (Sulistyowati, dkk 2005).
Secara teoritis, tiadanya definisi yang dapat berlaku umum, bukan sesuatu yang mengherankan. Sebab, perdagangan anak adalah fenomena yang sangat kompleks. Terus berubah, dan menyentuh berbagai isu intensif yang sering sangat ekstrem, seperti seks, uang , narkotika, dan migrasi. Sampai sekarang, definisi yang sangat tepat, masih menjadi pertanyaan akademis. Walaupun begitu untuk menjawab ketiadaan sebuah definisi konkret yang dapat diterima ditingkat internasional.
Suplemen Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Melawan Organisasi Kejahatan Lintas Batas (2000), mendefinisikan perdagangan manusia
khususnya perempuan dan anak, dan banyak dijadikan referensi ditingkat internasional, Mohammad Nuh (2005) yaitu :
a. Human trafficking is the recruitment, transportation, transfers, harbouring or receipt of person, by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction. of fraud, of deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person having control over another person, for the purpose of exploitation shall include, at a minimum, the exploitation, of the prostitution of other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or practices similar to slavery, servitud or the removal of organs.
Perdagangan manusia adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan· seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalar.gunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk, paling tidak, eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh.
b. The consent of a victim of in person to the intended exploitation set forth in subparagraph (a) of this article shall be irrelevant where any of the means set forth in subparagraph (a) have been used;
Persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi yang dimaksud dikemukakan dalam subalinea (a) artikel ini tidak akan relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat dalam subalinea digunakan
c. The recruitment , transportation, transfer, harbouring or receipt of a child for the purpose of exploitation shall be considered "in person" even if this does not involve any the means set forth in subparagraph (a) of this article Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang
seba~iai
"perdagangan
manusia" bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea pasal ini.
d. "Chi/" shall mean any person under eighteen years of age Anak adalah setiap
c~ang
yang berumur dibawah delapan belas tahun.
Dengan demikian, penulis mendefinisikan trafiking atau perdagangan manusia adalah seluruh aktivitas yang meliputi perekrutan dan atau perpindahan seorang anak didalam atau melewati batas nasional untuk dijual, bekerja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti pelacuran, pengemis, perbudakan, dan sebagainya. Dan lebih ditekankan yang dilakukan dengan penipuan dan kekerasan.
2.3.2 Karban Trafiking
Perdagangan manusia dapat mengambil korban dari ,;iapapun: orang-orang dewasa dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam kondisi rentan, seperti misalnya: laki-laki, perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang berasal dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan, mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan terbatas, yang terlibat masalah ekonomi, politik dan sosial yang serius, anggota keluarga yang menghadapi krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami/orang tua, suami/orangtua sakit keras, atau meninggal dunia, anakanak putus sekolah, korban kekerasan fisik, psikis, seksual, para pencari kerja (termasuk buruh migran), perempuan dan anak jalanan, korban penculikan, janda cerai akibat pernikahan dini, mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungannya untuk bekerja, bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja diluar negeri menjanjikan pendapatan lebih '.Suyanto, 2002).
Modus operan rekrutmen terhadap korban tersebut biasanya dengan rayuan, menjanjikan berbagai kesenangan dan kemewahan, menipu atau janji palsu, menjebak, mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang, mengawini atau memacari, menculik, menyekap, atau memperkosa. Modus Jain berkedok mencari tenaga kerja untuk bisbis entertainment, kerja diperkebunan atau bidang jasa di luar negeri dengan upah besar. lbu-ibu
hamil yang kesulitan biaya untuk melahirkan atau membesarkan anal< dibujuk dengan jeratan utang supaya anaknya boleh diadopsi agar dapat hidup lebih baik, namun kemudian dijual kepada yang menginginkannya (Suyanto, 2002).
Memalsu identitas banyak dilakukan terutama untuk perdagangan orang ke luar negeri. RT/RW, kelurahan dan Kecamatan dapat terlibat dalam pemalsuan KTP atau Akte Kelahiran, karena adanya syarat umur tertentu yang dituntut oleh agen untuk pengurusan dokumen (passport). Dalam
. pemrosesannya, juga melibatkan dinas-dinas yang tidak cermat meneliti kesesuaian identitas dengan subyeknya.
Agen dan calo perdagangan manusia mendekati korbannya dirumah-rumah pedesaan, dikeramaian pesta-pesta pantai, mall, kafe atau restauran. Para agen atau calo ini bekerja dalam kelompok dan seringkali menyaru sebagai remaja yang sedang bersenang-senang atau sebagai agen pencari kerja.
Korban yang direkrut dibawa ketempat transit atau ketempat tujuan sendirisendiri atau dalam rombongan, menggunakan pesawat terbang, kapal atau mobil tergantung pada tujuannya. Biasanya agen atau calo menyertai mereka dan menanggung biaya perjalanan. Untuk keluar negeri, mereka melengkapi dengan visa turis, tetapi seluruh dokumen dipegang oleh a~ien termasuk dalam penanganan masalah keuangan.
2.3.3 Bentuk Kekerasan Berbagai macam bent11k kekerasan yang dialami oleh korban trafiking (Suyanto, 2002) diantaranya : 1. Kekerasan Fisik Kc,kerasan fisik yang dialami korban hampir semuanya serupa yaitu ditampar, dijambak atau ditarik rambutnya, disilet, disundut puntung rokok, disiram air, dan dilempari sesuatu barang. Berbagai bentuk kekerasan fisik yang dialami di penampungan, dirumah germo, adalah dijambak, dipukul, disundut rokok, disiram air panas dan air dingin, dilempar benda ringan sampai barang pecah belah seperti gelas, piring, dan sendok yang dilakukan oleh sesama korban, dianiaya oleh para pekerja laki-laki (tempat pemasaran korban), bodyguard, germo, dan piaraan germo. 2. Kekerasan seksual Berbagai bentuk kekerasan seksual yang dilakukan terl1adap korban trafiking adalah pemaksaa.n melayani konsumen pada saat haid, harus melayani bayak konsumen dalam hari yang sama. Karban dipaksa untuk melayani kepuasan seksual.
3. Kekerasan mental Tindakan kekerasan mental merupakan bentuk kekerasan yag paling sering dihadapi korban. Kekerasan mental lebih banyak berupa kekerasan
verbal, berupa kata-kata yang membuat korban merasa takut, jengkel, marah, dan sebagainya.
2.3.4 Dampak Kekerasan Berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku dan penadah terhadap korban, baik secara Jangsung maupun tidak, dapat menimbulkan dampak bagi lrnrban (Suyanto,2002). Kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan terhadap korban dapat berakibat buruk bagi korban. Dari berbagai bentuk kekerasan yang dialami korban berupa kekerasan fisik ringan, seperti sundutan rokok, Iuka silet, dan tusukan pisau, terjadi dampak yang bersifat ringan, artinya Iuka tidak menyebankan cacat permanen. Para korban perdagangan anak pe1·empuan untuk tujuan seksual secara psikis menanggung berbagai beban. Para korban pada
umumny<~
merasa pesimis
memasuki jenjang rumah tangga, minder tehadao sesama perempuan, dan sebagainya.
Selain itu, dampak perdagangan manusia dapat pula menjadikan mereka traumatis dalam hidup. Mereka merasa trauma karena sud ah terlanjur hancur hidupnya. Mereka sering berpandangan bahwa hidupnya sudak tidak berguna lagi, baik dihadapan laki-laki maupun perempuan.
Disamping itu, dengan keberadaan mereka sebagai korban trafiking, timbul pandangan negatif, masyarakat memvo;1isnya sebagai perempuan tidak bermoral, ntidak mempunyai etika, dan sebagainya. Keadaan semacam ini semakin mempersulit para korban untuk keluar dari sindikat trafiking. Oleh karena itu, diperlukan sikap bijaksana dan berbagai dukun9an dalam menyikapi masalah ini.
2.3.5 Pandangan Islam Tehadap Trafiking
Fenomena perdagangan anak dan 'perempuan tak dapat dipisahkan dari fenomena kekerasan tehadap perempuan yang semakin hari semakin besar jumlahnya. Trafiking bukan hanya tindakan yang menodai harkat dan martabat kemanusiaan, tetapi juga mengancam dan merusak nilai-nilai yang dibangun ajaran agama, yaitu keadilan, kesetaraan, kemaslahatan dan kerahmatan.
Banyak orang mengkategorikan trafiking sebagai bentuk baru dari perbudakan manusia yang telah diharamkan seluruh komunitas dunic.. Pada masa dahulu, hampir semua tatanan dunia memperkenankan adanya perbudakan manusia. Tidak terkecuali masyarakat Muslim. Tetapi kemudian, para ulama kontemporer menyatakan dengan tegas bahwa Islam sangat mengutuk praktik perbudakan manusia, karena perbudakan bukan hanya bertentangan dengan prinsip kemanusiaan, melainkan juga bertentangan
dengan doktrin ajaran agama. Tak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan yang merendahkan derajat kemanusiaan.
Sejak awal, Islam menegaskan agenda penghapusan segala bentuk praktik perbudakan yang nyata-nyata anti kemanusiaan. Manusia tidak boleh memperbudak manusia lain dengan alasan apapun. Allah swt bahkan menyatakan penghormatannya terhadap makhluk manusia, karena dalam dirinya terkandung sesuatu yang sangat istimewa, yaitu akal. Akal inilah yang menyebabkan manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya.
Ada dua isi fatwa penting yang dikeluarkan NU. Pertama, rnengharamkan eksploitasi se\ama proses perekrutan, pengangkutan, penarnpungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan darei orang yang memegang l<endali alas orang itu, baik yang dilakukan dalam nrgara maupun antar negara. Kedua, mewajibkan semua pihak, pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat mencegah trafiking dan melindungi korban. Selai11itu fatwa NU juga merekomendasikan agar PBNU beserta seluruh badan otonom dan \embaganya dari pusat hingga daerah untuk melakukan gerakan bersama menolak trafiking (Faqihuddin, dkk, 200Ei).
Ajaran-akaran dalam Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT semata, melainkan juga menjelaskan soal etika kemanusiaan sebagai dasar relasi antar sesama. Dalam pandangan Islam, seorang Muslim yarg baik adalah mereka yang sukses membangun hubungan baik dalam dua arah sekaligus. Secara vertikal, ia terus membina hubungan dengan Tuhan sebagai Dzat yang mencipta, dan secara horizontal ia senantiasa memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.
Bukanlah muslim yang baik, seseorang yang hanya melaksanakan rutin peribadatan, tetapi dalam waktu yang sama melakukan tinclakan anti kemanusiaan, seperti penindasan, kedzaliman, kekerasan, pemerasan, manipulasi, eksploitasi, dan sebagainya. Bagi Islam, keadilan adalah basis dari relasi social dalam kehidupan manusia (Faqihuddin, dkk, 2006).
Karena itu, penghormatan terhadap martabat kemanusiaan menjadi sesuatu yang asasi dalam mananggulangi dan mengeliminasi praktik-praktik trafiking.
2.4 Perilaku Coping dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Karban Trafiking Kekerasan terhadap perempuan sering dipahami oleh masyarakat sebagai suatu resiko bagi perempuan dan terjadi karena ketidak hati-hatian perempuan.
Masalah trafiking, mulai menjadi perhatian masyarakat dan kepedulian lingkungan masyarakat, terlihat dengan mulai banyaknya penelitian-penelitian mengenai trafiking yang terjadi di daerah sekitar, dan Undang-Undang yang telah disahkan oleh pemerintah. Akan tetapi, apakah hanya sampai sebagai pembahasan semata? Aparat kepolisian yang bertugas untuk melindungi, mengayomi dan pelayan bagi masyarakat, tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya dukungan ciari masyarakat.
Peran aktif masyarakat dan lembaga (kesehatan, psikolog, psikiater, atau LSM) dapat membantu bagi korban trafiking. Apalagi jika kasus trafiking mengakibatkan kerugian fisik ringan atau bahkan sampai kekerasan fisik yang sampai dipukuli hingga memar-memar. Kasus trafiking bukanlah kasus yang dipandang semata - mata sebagai kasus kriminal yang dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja.
Keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku seseorang di dalam keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang lainnya. Di dalam keluarga seseorang dapat merasakan dirinya dicintai, diinginkan, diterima dan dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua dan anak maupun hubungan antara anal< dengan saudaranya.
Besarnya perhatian Islam terhadap kehidupan keluarga menunjukkan pentingnya posisi dan peran keluarga. Islam menghendaki nilai-nilai Islam dapat ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan keluarga. Setiap muslim yang hendak membentuk sebuah rumah tangga hendaknya memahami dengan benar tujuan sesungguhnya untuk apa keluarga dibentuk. la juga harus mengetahui bagaimana proses pembentukan keluarga dilakukan, termasuk bagaimana memilih pasangan hidup yang akan menemaninya mengarungi kehidupan berkeluarga. Orangtua yang seharusnya berperan melindungi anak-anaknya, dalam kasus trafiking, bisa jadi orangtua menjadi salah satu pelaku (trafficker). Hal tersebut terjadi karena desakan ekonomi keluarga, orang tua sengaja
menjual anaknya kepada tetangga atau kenalannya yang Juga merupakan sindikat dari trafiking. Kemiskinan memang sering kali menjadi alasan orang tua untuk menjual anakanya kepada pelaku sindikat trafiki11g.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan Mulyanto (2004), melihat fenomena perdagangan anak perempuan di Palembang, kemiskinan dan keterbatasan akses merupakan karakteristik korban trafiking. Hal tersebut tercermin melalui beberapa hal, antara lain dari kondisi fisik, tempat tinggal korban, status pekerjaan orangn tua, dan tingkat pendidikan korban itu sendiri. An\ara individu sebagai korban dan keluarga memang memiliki hubungan yang khas, di satu pihak individu adalah dirinya sendiri tetapi dipihak lain ia adalah anggota keluarga dan sekaligus anggota masyarakat dirnana ia berpijak.
Setiap persoalan yang dihadapi oleh individu secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggung jawab l<eluarga, seperti halnya kasus anak yang menjadi korban sindikat trafiking. Keluarga dan lingkungan masyarakat harus mampu menciptakan peluang-peluang atau alternatif yang positif terhadap korban. Memberikan kasih sayang, perhatian, memaafkan, memahami, dan memberikan semangat atau motivasi bagi korban agar menjadi individu yang memiliki masa depan lebih baik.
Menerima kenyataan adalah kunci pertama proses pengembalian jati diri, harga diri dan menumbuhkan sikap mandiri pada korban trafiking. Keluarga harus bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat korban semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar.
lkatan keluarga yang dibentuk dalam suasana saling mencintai, menyayangi dan menghargai, merupakan ikatan yang penuh dengan keberkahan. Sebuah perjalanan panjang demi lahirlah ra·sa tentram dan ketenangan serta kebahagiaan hidup dalam suasana saling memahami, tolon~1-menolo11g dan nasihat-menasehati dalam keluarga.
Meskipun rata-rata pendidikan keluarga Indonesia masih rendah dengan status ekonomi yang kurang menguntungkan, keluarga masih dapat diharapkan menjadi contoh dan teladan bagi anak-ana'rnya agar berperilaku sehat dan memilih teman bergaul yang tepat. Dan memaksimalkan peran keluarga dalam pencegahan kasus trafiking di kalangan anak dan perempuan, khususnya bagi anak dan perempuan yang tinggal di sekitarnya. Pada saat seseorang harus mengalami masa pengiriman, perpindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan adanya ancaman, paksaan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan, hingga akhirnya bekerja sebagai buruh pabrik, perbudakan, pelayanan paksa hingga
eksploitasi seksual. Seseorang akan mengalami berbagai situasi yang dapat membuatnya menjadi stress ketika menghadapi kenyataan hidupnya selama bekerja secara
pak~ aan
atau dengan persetujuan.
Akhirnya korban akan menampilkan perilaku coping tertentu, guna menyelesaikan masalahnya, baik itu perilaku coping yang terpusat masalah (problem focused coping) atau yang terpusat pada emosi (emotion problem coping) atau kedua-duanya.
Perilaku coping terpusat masalah dapat ditambilkan korban dalam bentuk coping aktif (active coping), perencanaan (planning), mengesampingkan aktivitas pesaing (suppression of competing activities), menahan diri (restrain coping), atau mencari dukungan dalam bentuk material (seeking social support for instrumental reasons). Sedangkan coping terpusat pada emosi dapat ditampilkan dalam bentuk mencari dukungan emosional (seeking social support for emotion reasons), mengambil hikmah peristiwa yang dialami (positive reinterpretation and growth), penolakan (denial), penerimaan atau menyesuaikan diri dengan masalah (acceptance), datu kembali pada agama kepercayaannya (turning to religion).
Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan keuntuhan anggotanya. Dukungan sosial yang diberikan oleh. keluarga dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan korban wa\aupun korban tersebut tidak dalam keadaan stress. Selain itu, keluarga memiliki peranan untuk melind•1ngi anggota keluarganya dari efek negatif akibat stress.
Dalam hal ini menekankan pada fungsi dukungan berkaitan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Sehingga pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial dari keluarga memiliki peranan dalam memperlemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stress terhadap kesehatan mental individu.
Dukungan yang diberikan keluarga adalah persepsi terhadap dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan yang diperoleh korban dari anggota keluarganya
Garn bar 2.4
Bagan Kerangka Berfikir Problem Focused Coping - Active Coping - Planning - Suppression of Competing activities - Restraint Coping - Seeking social support for
,----..
Perilaku ~
,_
Coping
Masalah Yang .ORBAN RAFI KING
Timbul Akibat ~
Menjadi
1--
Emotion Focused coping - Seeking Social Support of Emotion Reasons - Positive '-----" Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance - Turning to Religion
Korb an Sumber (Keluarga)
Trafiking
-
~
Dukungan
:
~
Sosial
Orang tua Suami Anak Kakek-nenek Saudara
-
Bentuk Dukungan
-
- Dukungan emosi - Dukungan Penghargaan - Dukungan Material - Dukungan lnformasi - Dukungan
BAB3 METODOLOGI PENELJTIJ\N Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
3.1
Metode Penelitian dan Pendekatan
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan metocle kualitatif dikarenakan dalam metode ini digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya, dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendorong pemahaman tentang pengalaman manusia dalam :ineka bentuk.
Sebagaimana dijelaskan Sudarwan, (2002) penelitian kualitatif bermaksud untuk memberikan makna atas fenomena secara holistik (menyeluruh) dan memerankan diri secara aktif dalam keseluruhan proses studi. Menurut Bodgan & Taylor bahwa metodologi penelitian kualitatif dalam prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan periiaku yang diamati.
Adapun pendekatan yang digunakan yaitu dengan penjekatan studi kasus. Dimana studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti rnerasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu, ataupun situasi unik secara mendalam.
Dengan menggunakan pola ini peneliti berharap agar dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang
pen~~hayatan
responden terhadap
keadaan yang dialaminya. Oleh karena itu diperlukan data yang bersifat khusus dan individual untuk mendapatkan hasil yang mendalam. Dukungan sosial keluarga yang ditampilkan merupakan hal yang sifatnya subyektif pada setiap individu, sehingga oenggunaan pendekatan kualitatif daiam penelitian ini data yang diperoleh lebih mendalam dari masing-masing subyek.
3.2
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian atau dengan kata lain faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ditentukan dua variabel penelitian yang saling berkaitan yaitu perilaku coping korban trafiking dan dukungan sosial bagi korban yang diberikan oleh keluarga.
3.3
Subyek Penelitian
Sebagian peneliti kualitatif tidak setuju dengan istilah sampel, yang berkonotasi jumlah, dan menggantinya dengan istilah subyek atau sasaran penelitian. Akan tetapi sebagian yang lain (Patton, 1990; dan Corbin, 1998) tetap menggunakan istilah sampel, meskipun dalam pengertian yang beda. Dalam hal ini peneliti menggunakan istilah subyek, sejauh pengertiannya sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang tidak memfokus pada generelasi jumlah.
3.3.1 Karakteristik Subyek Karakteristik individu yang menjadi korban trafiking : a. Subyek adalah seseorang yang mengalami perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau paksaan atau penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan. b. S1Jbyek adalah seseorang yang menjadi buruh migran ilegal dan tanpa dokumen yang lengkap. c. Subyek adalah seseorang yang mengalami penipuan berkedok mencarikan pekerjaan, menolong atau disharmonisasi keluarga dan menjadikannya pekerja seks komersiL
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sa!""pel yang digunakan oleh peneliti adalah purposive
sampling (sampel bertujuan). Dimana teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan itu seperti misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti sehingga akan memudahkan peneliti mendalami obyek atau situasi sosial yang diteliti. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan alas adanya tujuan tertentu.
Prosedur pengambilan sampel pada umumnya menampilkan bebera1Ja karakterisik: a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasuskasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. c. Tidak diarahkan pad a keterwakilan (dalam arti jumlah I peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks (Kristi Poerwandari, 1998)
3.3.3 Jumlah Subyek Poerwandari (1998) menerangkan bahwa jumlah sampel sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia.
Dikarenakan kesulitan peneliti dalam mencari subyek dan keterbatasan waktu serta tempat yang akan dijadikan penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil individu yang menjadi subyek penelitian sebanyak 3 orang.
3.4
lnstrurnen Penelitian
Karena peneliti mencari dan belajar dari subyek dalam penelitiannya, dan menyusun format untuk mencatat data ketika penelitian berjalan. Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara .
dan observasi. Wawancara digunakan sebagai metode utama dalam penelitian ini, sedangkan observasi digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui wawancara tersebut.
3.4.1 Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang maknamakna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik atau fenomena yang diteliti. Dengan adanya tatap muka dalam wawancara, maka peneliti dapat berinteraksi langsung dengan subyek sehingga dapat diperoleh data detail sesuai dengan sudut pandang subyek, percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk memahami makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, yang bermaksud untuk melakukan eksploitasi terhadap masalah terse but.
Peneliti memilih metode wawancara, karena dengan metode ini peneliti dapat menggali berbagai informasi subyek terhadap masalah yang diteliti. Mengungkapkan pengalaman hidup subyek, mengetahui pandangan personal dan sosial subyek penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti peneliti mengunakan teknik tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering disebut juga wawancara meridalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka, wawancara etnografis. Yang bertujuan memperoleh bentuk--bentuk tertentu informasi dari semua responden, akan tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden.
Peneliti menggunakan teknik ini karena pada wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan-pertar.yaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pad a saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondis· saat wawancara.
3.4.2 Observasi
Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi qiarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Lembar observasi digunakan oleh peneliti sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting yang diamati selama proses observasi dan wawancara berlangsung, seperti pengamatan terhadap gambaran fisik subyek, sikap, dan perilaku subyek selama wawancara berlangsung.
3.4.3 Alat Perekam Alat perekam (tape recorder) yang digunakan agar dapat berkonsentrasi penuh terhadap informasi yang diberikan subyek pada proses wawancara. Penggunaan alat perekam juga dapat meminimalkan bias. Selain itu juga agar peneliti dapat memutar ulang hasil wawancara yang telah dilakukan. Sebelumnya, peneliti akan meminta izin terlebih dahulu pada subyek,
wawancara dilakukan peneliti akan menggunakan alat perekam sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar dan peneliti tidak repot atau sibuk untuk mencatat.
3.5
Prosedur Penelitian
3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian Kegiatan ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, membuat perizinan, menjajaki perizinan dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan tentang subyek dari temanteman, tetangga sekitar, daerah ternpat tinggal dan saudara dekat. Dan menyiapkan perlengkapan penelitian seperti pedoman wawancara, lembar observasi, lembar kesediaan, tape recorder, dll.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Yang termasuk dalam kegaiatan pekerjaan lapangan adalah cara atau prosedur berlangsungnya wawancara yang dilakukan peneliti. Peneliti mendatangi responden dengan maksud meminta kesediannya untuk di wawancara. Maka terlebih dahulu mengadakan pengenalan dengan subyek sebelum wawancara pertama, dengan maksud membina rapport dengan subyek, membangun kepercayaan dan lain sebagainya agar korban dapat nyaman menceritakan apa yang dialaminya. Suasana yang baik adalah
suasana yang dijiwai oleh kerjasama, saling menghargai, saling mempercayai, saling menerima dan saling memberi.
3.4.3 Tahap Analisis Data
Setelah melakukan wawancara dan observasi, penulis langsung menganalisis data yang ada dengan konsisten dan berulang dengan merujuk pada pedoman wawancara. Analisis terhadap data pengamatan sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai apa yang ingin diungkap melalui pengamatan yang dilakukan.
Selanjutnya melakukan analisa awal terhadap data setiap subyek yaitu menyimpulkan inti dari setiap jawaban subyek untuk menemukan tema-tema yang muncul. Selain itu peneliti juga menyimpulkan apa yang tersirat di balik jawaban subyek dan dugaan alternatif penjelasan terhadap gejala tersebut.
Peneliti melakukan analisa perkasus dan antar kasus, dengan membandingkan data para subyek berdasarkan kategori-kategori yang ada. Membuat kesimpulan mengenai gambaran umum masalah-masalah dan perilaku coping seluruh subyek.
BAB4 HASIL PENELITIAN 4.1
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek dalarn penelitian ini berjurnlah tiga orang, dengan karakteristik yang sudah ditentukan sebelurnnya. Penelitian ini dilakukan di Rurnah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto khusus pada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan lernbaga International Organization for Migration (IOM)
Dalarn hal ini narna-narna subyek disarnarkan dengan inisial huruf demi rnenjaga kerahasiaan subyek.
Tabel4.1
~
Narna
SR
TS
El
Jenis Kelarnin
p
p
p
Usia
32
27
30
Agarna
Islam
Islam
Islam
Suku
Jawa
Riau
Sumatra
Pendidikan
SD
Pekerjaan
PRT /TKW
-
.-
. SD Buruh /TKW
SD PRT
Terakhir Penghasilan I
1.000.000 s/d
Perbulan
1.500.000
----
4.2
Riwayat Kasus dan Analisa Kasus
4.2.1 Kasus SR SR dilahirkan pada tahun 1975 di Tuban dan besar di sana. SR hanya lulusan SD, berasal dari keluarga tani. Saal ini SR telah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Suami SR bekerja sebagai
seoran~1
buruh tani.
Ketika wawancara berlangsung, SR menggunakan pakaian santai dengan atasan kaos pendek dan celana pendek. Kondisi SR sangat memprihatinkan, dengan Iuka pada sekujur tubuh dan mengalami cacat pada daun telinga bagian kiri.
SR adalah seorang ibu rumah tangga yang berkeinginan untuk bekerja ke luar negeri dan memiliki impian. SR memiliki impian yang sangat besar ketika akan pergi ke Kuwait. SR ingin membantu suaminya dalam perekonomian, mernbangun rumah, memiliki ladang untuk ayah dan suaminya, membiayai sekolah anak-anaknya, dan membiayai kebutuhan hidupnya. SR pergi melalui salah satu jasa PT. yang mengirimkan tenaga kerja Indonesia ke Juar negeri. Ketika itu, SR bertemu dengan salah seorang yang sedang mencari orang desa (sponsor), yang mau diajak pergi bekerja ke Kuwait.
Sponsor mengatakan bahwa bekerja disana akan mendapatkan gaji yang besar, mendapat kesenangan, kemewahan dan berbagai hal yang dapat
merubah kehidupan menjadi Jebih baik. Tanpa berfikir panjang Jebar, akhirnya SR memutuskan untuk pergi ke Kuwait. SR pergi bersama adiknya melalui jasa pengiriman Tenaga Kerja Indonesia dari daerah tempat tinggalnya. SR dibawa ke tempat pEnampungan dan mendapatkan pelatihan untuk menjadi pembantu rumah tangga yang baik . SR pergi tidak membawa uang yang banyak dan memang SR tidak membayar sepeser pun ke PT tersebut.
"Saya pergi tanpa memikirkan apa-apa, kok tega-teganya yah pergi meninggalkan suami, anak yang masih kecil-kecil yah demi uang kali yah, saya Tanya sama suami, tapi yah s.ebenarnya suami melarang, "kalau hanya untuk makan saja, saya bisa kasih" (kata suami SR). Karena memang sudah kemauan saya ..... Yar ,,,,akhirnya saya pergi juga, saya ninggalin surat untuk suami, anak saya yang kecil nangis, tapi di bawa sama neneknya keluar, anak saya yang besar masih sekolah, jadi tidak saya pamitin"
"Saya pergi sama adik saya, saya tidak bawa uang banyak mba,,tapi adik saya bawa banyak. Kami sama-sama sekolah (kursus), mendapat pelatihan selama 2,5 bulan, dan akhirnya kami pergi ke Kuwait. Kami memang tidak membayar mba, tapi potong gaji sekitar Rp. 2.00.000,- untuk sponsor. Kalau kami tidak masuk PT hanya Rp. 300.000,- mba, yah tau begitu saya tidak mau masuk PT. "
SR memiliki keinginan untuk kabur dari tempat tersebut, akan tetapi SR tidak mampu untuk membayar denda yang harus diberikan ke sponsor sebesar Rp. 2.000.000,-. Karena minimal 2 tahun baru diperbolehkan untuk pulang,
Akhirnya SR mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halaman dan kembali melakukan pelatihan yang dilaksanakan oleh tempat penyalur TKI tempat dimana SR akan dikirim ke Kuwait. Ketika pelatihan SR adalah orang
yang rajin, SR menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, dan tidak hanya duduk-duduk saja seperti teman-teman yang Jainnya. Setelah SR mendapat pelatihan, SR mengikuti ujian yang dilaksanakan PT. tersebut. SR Julus dan akhirnya SR diberangkatkan ke Kuwait. SR berpisah dengan adiknya, karena ia berangkat terlebih dulu dibandingkan SR.
"Saya sedih mba, harus berpisah sama adik saya,,,,saya nangis. Tapi mau bagaimana lagi. Saya berharap nasib kami baik di negeri orang. "
" Ketika saya tiba, saya Jangsung mendapat panggilan, jadi saya belum sempat menulis alamat PT. mba,,Saya tinggal bersama majikan yang cerewet,,, Dirumahnya tinggal nenek, kakek dan cucu. saya mau pergi aja mba, tapi saya kan tidak sempat mencatat alamat kantor, saya lihat alamat di passport, tapi tidak S<'lma. Tapi tempatnya enak, sembahyang dan makan dikasih."
Selama 1,5 tahun SR bekerja bersama majikan dirumah tersebut. Akan tetapi pada suatu ketika (pada saat keluarga tempat SR bekerja) mengadakan acara, SR diminta untuk tinggal bersama anak mereka (anak majikan SR bekerja). Tanpa membawa barang-barang yang SR miliki, akhirnya SR tinggal bersama majikan yang baru.
Di tempat baru SR bekerja, SR mulai mendapatkan penyiksaan, bekerja hingga diluar batas waktu (24 jam). Bahkan SR seringkali tidak mendapatkan makan. Berbagai penyiksaan dialami SR. Bahkan SR tidak diberi kesempatan dan memang tidak diperbolehkan untuk sembahyang (meskipun majikan
tempat SR bekerja orang Muslim juga). SR juga tidak mengerti mengapa mereka seperti itu.
"Makan 3 x sehari, tapi saya ga makan kalau tidak dikasih, kalau saya melakukan kesalahan, yah,,,,saya tidak diberi makan. Untuk minum saja saya terkadang dikasih majikan air keran, badan saya dipukuli dengan tangannya, punggung saya disiram air panas, badan diinjak dan tangan saya di gigitin. Saya dapat penyiksaan dari majikan istri dan anaknya yang perempuan. Kalau majikan laki baik, tidak pernah menyiksa"
" ..... ketika bulan ramadhan kemarin, saya tetap puasa, meskipun saya tidak diberi makan, malahan mereka senang kalau saya berpuasa, karena mereka tidak repot untuk mernberikan saya makan. Saya boleh berpuasa, tetapi saya tetap tidak diperbolehkan u11tuk shalat. Sering kali saya shalat mengumpat, sehingga tidal< ketahuan oleh mereka."
Selama bekerja, SR mangatakan bahwa upah bekerjanya selalu dikirimkan ke Indonesia oleh majikan lelaki. SR tidal< pernah menerima uang langsung, jadi uangnya selalu dikirimkan ke keluarganya di Tuban. Uang yang SR peroleh digunakan untuk memperbaiki rumah, dengan menghabiskan biaya sekitar 23 juta. Akan tetapi ditambah dengan uang adiknya yang juga bekerja di negeri yang sama. Uang yang di dapat SR juga d1gunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Selama SR pergi suami dan ibunyalah yang merawat anak-anak SR.
SR merasa menyesal jika ingat keluarga yang SR tinggalkan, padahal mereka sudah melarang SR untuk tidak pergi. Akan tetapi SR tidak peduli
64
apa yang dikatakan keluarganya, SR ingin membuktikan bahwa SR bisa mendapatkan uang yang banyak dari hasil jerih payahnya sendiri.
Pada suatu malam SR menangis terus menerus dan meminta untuk pulang ke kampung halaman, hingga satu hari SR tidak bekerja samam sekali, tetapi majikan tempat SR bekerja tidak mengizinkannya. SR juga mendesak untuk di antarkan ke kantor, tetapi tetap saja SR tidak diantarkan. SR hanya bisa pasrah alas apa yang sudah terjadi, SR hanya dapat bersabar dan menyerahkan segalanya pada Allab. SR tidak dapat berbuat apa-apa.
Hingga akhirnya SR diantarkan hingga ke airport. Akan tetapi, SR tidak mendapatkan upah bekerjanya selama beberapa bulan terakhir. Ketika akan berangkat pulang, seluruh barang SR diperiksa dan SR mendapat tuduhan dan ancaman dari majikan tempat SR bekerja. Ternyata tuduhan yang diberikan pada SR tidaklah benar. Tas yang dikatakan majikan SR ternyata tertinggal di rumah salah satw kerabatnya. SR merasa lega dan bahagia, akhirnya SR tidal< mendapat hukuman.
"Saya dituduh mengambil tas milik si ibu itu, dan saya terus dimaki-maki, badan saya diinjak-injak, saya sudah mengatakan kalau saya memang tidak mengambil ataupun ngumpetin. Terus saya dislksanya. Katanya kalau saya tidak memberi tahu dimana tas tersebut, maka saya tidal< jadi pu!ang ke lndionesia, dan daya harus dipenjara, terus saya diancam sama si ibu jahat itu, dan anaknya juga ikut menganiaya saya."
SR sudah melakukan pelaporan pada pihak berwajib. Segalanya diurus oleh PT, termasuk upah SR yang belum dibayarkan.
Setiba SR di bandara SR langsung di jemput oleh orang yang bekerja di PT tempat SR disalurkan ke Kuwait. SR lalu di bawa ke salah satu Rumah Sakit milik pemerintah dan SR mendapatkan perawatan dengan baik. Kondisi SR ketika tiba di Rumah Sakit sangat memprihatinkan. SR memiliki memar tubuh, nyeri pada seluruh tubuh, pendengaran kiri berkurang, dan bahkan untuk berjalan saja SR tidal' mampu bila sendiri (membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat berjalan).
SR mengabarkan keluarga di kampung halamannya, bahwa SR berada di Jakarta. Bapak, ibu, kakak, ponakan, suami bahkan anak SR datang menjenguk SR yang sedang dirawat. SR merasa sedih, ternyata mereka masih sayang pada SR, padahal SR sudah mengabaikan himbauan dari keluarga ketika SR akan berangkat menjadi TKI.
SR mendapat dukungan yang besar dari keluarga, khususnya suami SR yang selalu menemani SR selama SR dirawat, memberikan s•:;mangat agar cepat sembuh, dan kembali pulang ke kampung halaman
SR mendapatkan perhatian kasih sayang dari keluarganya. Keluarga SR dapat menerima kondisi SR saat ini, dan berharap yang terbaik untuk kesembuhan SR.
"Keluarga saya dari Tuban semuanya datang, termasuk saudara saya yang dulu pernah melarang dan khawatir akan dianiaya disana, dia pun datang. Saya, jadi terharu, ternyata mereka saying dan peduli sama saya. Mendoakan saya biar saya cepet sembuh dan pulang, kumpul lagi sama keluarga. Mereka sih ga mau kalau saya pergi kerja lagi di luar negeri."
Setelah SR mengalami berbagai penyiksaan dan ancaman, SR ingin beke1ja lagi keluar negeri, tetapi tidak mau ke Kuwait. Sesuai dengan penuturannya pada peneliti.
"masa orang kapok makan lombok (cabai), jadi saya mau kembali lagi bekerja di luar negeri, tapi ga mau di Kuwait, yah memang climana saja bisa dapet penyiksaan, tapi ga mau ah kalau di Kuwait lagi."
Setelah pulih dari penderitaan yang telah dialami SR, SR ingin membangun rumah tangga yang baik, mengurus suami, anak, di berikan kesehatan, dan berharap masa depan anak lebih baik clari dirinya. SR tidak ingin, anakanaknya seperti dirinya.
Analisa Kasus Coping Yang Dilakukan
Analisa kasus SR dimulai pada saat perekrutan atau perpindahan yang dialami SR yang melewati batas nasional untuk bekerja. Pada saat di penampungan, SR mera,,;ikan penyesalannya yang mendalam karena telah meninggalkan keluarga di kampung halamannya. Dalam mengatasi masalah tersebut, SR menunjukkan coping acceptance, dimana SR harus menerima atau rienyesuaikan diri dengan keadaan yang dialaminya. SR mencoba melupakan kerinduannya pada keluarga dan bertindak seperti tidak ada masalah (denial) yang termasuk ke dalam Emotion FocusHd Coping.
Selama 1,5 tahun SR mendapatkan majikan yang baik, SR tidak mendapatkan penyiksaan. SR diperlakukan sebagai mana mestinya seorang pekerja rumah tangga.
Akan tetapi, setelah 1,5 tahun berlalu SR bekerja, SR dipindahkan untuk ikut bekerja dengan salah satu anaknya. Disanalah SR mulai mendapatkan berbagai penyiksaan dan perlakuan yang tidak wajar. SR harus bekerja hingga 24 jam, bahkan SR tidak mendapat kesempatan untuk dapat tidur di malam hari.
SR merasa tertipu, karena impian untuk mendapat gaji besar ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. SR hanya mendapatkan upah bekerja yang telah dipotong oleh pihak sponsor dan PT yang telah menyalurkan SR.
SR menampilkan restraint coping (menahan diri) yang termasuk ke dalam Problem Focused Coping (coping berpusat pada masalah). SR menunggu sampai kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal ini SR ingin minta dipulangkan ke kantor tempat SR diambil, SR tidak ingin kabur dari rumah majikan SR. SR menahan dan tidak bertindak terlalu cepat.
Keinginan SR untuk keluar dari rumah akhirnya bisa juga. SR keluar dari rumah majikannya dan SR mencari bantuan agar dapat terbebas dari permasalahan yang dihadapinya. Dalam hal ini SR rnelakukan seeking social support for instrumental Reasons, yang terdapat dalam Problem Focused Coping.
SR memandang positif peristiwa yang dialaminya dan mengambil hikmah dari kejadian yang menimpa pada dirinya (positive reinterpretation and growth). Dan SR menyerahkan segaka yang terjadi pada Yang Kuasa (Turning to Religion).
Dukungan Sosial
SR mendapatkan dukungan dari kalangan professional (lmigrasi) untuk dapat membantunya kembali hingga ke Indonesia. Setiba SR di Indonesia SR mendapatkan penanganan dari Dokter yang membantu memberikan perawatan untuk SR hingga SR sembuh.
Selain itu SR juga mendapatkan dukungan material dari perusahaan yang menyalurkan SR bekE rja ke Luar Negeri. SR menghubungi pihak keluarga di kampung halamannya. Bapak, lbu, ponakan, suami, anak dan seluruh keluarga memberikan dukungan emosi. SR mendapatkan perhatian, kepedulian, kasih sayang dan rnembesarkan hati SR untuk dapat rnenerima kondisi yang terjadi.
Suarni SR memberikan dukungan persahabatan, dimana suami SR selalu mendampingi SR selama SR dirawat, agar SR lebih dapat menangani dan menerima peristiwa yang telah terjadi pada dirinya .. Keluarga SR terus mendoakan kesembuhan SR, dan memberikan semang0t pada SR untuk lebih mampu menghadapi permasalahan yang terjadi, dalam hal ini yang dilakukan keluarga adalah dukungan penghargaan.
Selain itu, suami SR juga membantu dalam penanganan SR dengan pihak PT yang telah mempekerjakan SR di luar negeri. Dalam ha! ini suami SR mencari dukungan informasi untuk membantu SR dalam pemulihan kesehatannya.
Apa yang telah dilakukan dan diberikan keluarga untuk SH sangat membantu SR dalam menghadapi peristiwa yang telah menimpa dirinya. Dan membuat SR bersemangat untuk menjadi sosok istri dan ibu yang baik untuk keluarganya.
4.2.1 Skema Kasus SR
Problem Coping
...
Perilaku
SR
--!>-
Masalah yang timbul - Penyesalan selama di penampungan - Mendapatkan kekerasan fisik dan mental dari majikan - Bekerja 24 jam - Tidak mendapatkan makanan yang baik - Tidak menerima gaji
Focused
- Restraint Coping
...
Emotion Focused coping - Positive Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance - Turning to Religion
___..
Sumber : Keluarga - Orang tua - Suami - Anak - lpar - Keponakan
___..
Bentuk Dukungan - Dukungan emosi - Dukungan Penghargaan - Dukungan lnformasi - Dukungan Persahabatan
Coping ~
f~
Dukungan 4'
M Sosial
4.2.2 Kasus TS TS yang dilahirkan 28 tahun yang lalu, tinggal di daerah Riau. Ketika bayi TS ditemukan pengurus panti di depan pintu panti. Ketika itu, ticlak ada surat ataupun peninggalan yang cliberikan orang tua TS, sehingga sampai saat ini TS tidak pernah tahu dimana keberadaan orang tuanya. Hingga dewasa TS tinggal di panti tempat dimana pertama kali TS ditemukan. TS hidup bersama keluarga yang telah mengangkatnya sejak bayi dan memberikan penuh kasih saying dalam merawatnya. Sejak kecil, TS tidak pernah melihat ataupun mendengar cerita mengenai orang tuanya.
Wawancara dengan TS berlangsung di sebuah kamar yang luas, nyaman dan tenang. Tidak ada kerabat atau siapapun yang hadir atau mengganggu berlangsungnya wawancara. Selama wawancara berlangsung, TS dengan antusias ingin menceritakan pengalaman clan peristiwa yang TS alami.
TS diangkat oleh keluarga keturunan China. Orangtua angkatnya tidak terlalu ketat clalam membesarkannya dan anak-anaknya. Terlebih lagi dalam ha! agama. TS mengenal agama dari panti tempat TS diangkat dan dibesarkan. Meskipun TS dan orangtua angkatnya berbeda agama, tetapi mereka hidup rukun dan saling menghormati.
TS hanya lulusan Sekolah Dasar, padahal TS memiliki cita-cita dapat bersekolah tinggi. Sehari-harinya TS menghabiskan waktu dengan pergi berladang dan berkebun. TS selalu menyiapkan segala keperluan dan makanan untuk keluarga tempat TS tinggal.
Usia 15 tahun, TS dipaksa untuk menikah dengan seorang laki-laki yang telah berusia 30 tahun, dan kemudian dikarunia 1 (satu) orang anak laki-laki. Akantetapi, usia pernikahan TS tidaklah lama, suami TS terlebih dahulu meninggal dunia.
Tepat 16 tahun usia TS, di daerah tempat TS tinggal ada seorang pencari gadis desa yang mau diajak bekerja di luar negeri, TS diajak seorang sponsor untuk pergi ke Malaysia. Dengan di berikan janji, bahwa jika bekerja di sana akan mendapatkan gaji yang besar, dan berbagai kesenangan dan kenikmatan yang akan diperoleh. Dengan izin orangtua angkat dan pengurus panti, TS pergi meninggalkan Riau. TS pergi bekeria ke Riau dengan meninggalkan seorang anaknya yang TS titipkan pada orangtua angkatnya.
Dengan harapan besar, TS berharap nasib bail< akan membawanya. TS berniat untuk menjadi seorang pembantu rumah tangga dan mendapatkan upah I gaji yang besar.
Dengan membawa beberapa potong pakaian, TS di bawa secrang tekong pergi ke daerah dimana tempat tersebut akan menjadi sarana penyebrangan ke negeri tetangga. TS pergi dengan menggunakan perahu besar yang berisikan kurang lebih 200 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka berasal dari berbagai daerah dan pulau, bahkan ada juga yang dari negara lain. TS dan yang lainnya berangkat pada pukul 23.00 waktu Riau.
"Kami sama-sama pergi ke Malaysia pake perahu yang panjang, kaya perahu pasar, isinya 200 orang, semua masuk. Kami berkumpul, ada yang dari Jawa, Sunda, Balak, dan,,,,,wah banyak deh. Dari daerah saya hanya saya sendiri, bersama satu orang penadah tenaga kerja atau sponsor lah,,,tetapi ketika tiba di dekat penyebrangan, ternyata telah berkumpul banyak orang yang mau pergi ke sana juga"
Tetapi, kapal perahu yang membawa kurang lebih 200 penumpang tersebut, tidak sampai di daratan, kira-kira 500 meter, para penumpang di haruskan berenang jika memang ingin tiba di Malaysia. TS pun mengikuti apa yang diperintahkan. Seluruh barang bawaan harus dibuang, tidak boleh membawa barang-barang, karena dapat merepotkan penyebrangan (karena berenang). Ketika berenang, mereka hanya diperbolehkan menampakkan kepala dan tidal< boleh berisik (berenangnya tidal< bunyi I tidal< ada gemerisik air). Sekitar 15 menit akhirnya TS diba didaratan. Dan TS disambut oleh seorang tekong sebutan untuk penyalur para calon tenaga kerja.
"Saya sempat takut, was-was, kata orang-orang daerah situ banyak binatang buasnya, ada ular juga, ich takut benar saya, tapi akhirnya, alhamdulillah, saya dan kawan-kawan yang lainnya sampai juga"
TS datang ke Malaysia tanpa membawa passport, dalam hal ini TS datang ke Malaysia dengan cara illegal. Dan menggunakan jalur yang tidak resmi. Akan tetapi hal tersebut tidak di hiraukan oleh TS. Seliba di daratan Malaysia, TS sangat senang, meskipun harus berenang beberapa meter untuk bisa tiba di daratan. TS diberikan pakaian oleh seorang tekong. TS diberikan beberapa pasang pakaian untuk menggantikan pakaian yang sudah basah.
Setelah tiba di daratan, TS dan beberapa orang yang akan bekerja di sana dibawa ke sebuah tempat penampungan. TS tidak langsung di salurkan untuk menjadi pembantu rumah tangga. 20 (dua puluh) hari TS tinggal di sebuah penampungan. Selama di tempat penampungan TS mengalami kejanggalan yang menurutnya aneh.
"Kami di bawa ke tempat penampungan. Orang-orang semuanya diperiksa. Tapi yah,,(sambil menguap), saya aneh, kok orang yang masuk keruangan tersebut ga lama kemudian keluar juga orang laki-laki. Saya mikir, mereka ngapain, kok masuk-keluar pasangan laki-laki dan perempuan. Saya tanya sama mereka yang katanya di tes, ternyata yah,,,gitu, mereka melayani lakilaki itu." "Tentunya saya tidak mau, saya datang ke Malaysia untuk menjadi pembantu rumah tangga, bukan jadi pelacur, gitu kata saya sama mereka. Orang yang ga mau melayani mereka, yah tentunya lama dikasih kerjaan."
TS hanya dapat bersabar, hingga tiba waktunya TS untuk mendapat pekerjaan. Rasa penyesalanpun timbul dalam benak TS. Akan tetapi TS harus mencari uang yang banyak untuk membantu panti dan tentunya untuk anak juga,
Setelah beberapa Jama TS harus menunggu, akhirnya TS bekerja dengan keluarga keturunan Cina. TS dijanjikan oleh tekong bahwa TS akan dipotong upah kerjanya selama 6 bulan, hal ters0but akan di pergunakan untuk membuat passport dan biaya berbagai keperluan TS.
TS tinggal bersama tuan rumah yang berisi beberapa orang, yaitu majikan lelaki (toke), majikan perernpuan (toke sou) dan 3 orang anaknya (2 perempuan dan 1 laki-laki). Di tempat TS bekerja memiliki berbagai fasilitas yang sangat Jengkap, dengan rumah yang mewah, memiliki kolam renang, kolam ikan yang luas, kamar tidur utama, kamar tidur anak-anak, kamar tidur tamu, dan kamar tidur pembantu, ruang tamu, ruang makan, we, dan berbc;gai fasilitas keperluan lainnya yang mereka miliki.
TS mulai bekerja sejak jam 5 pagi hingga tengah ma lam. Selama bekerja TS memperlakukan majikannya dengan hormat Apa yang diperintahkan toke dan toke sou selalu dikerjakan dengan bail< oleh TS. TS melaksanakan semua pekerjaan rumah dari mulai menyapu, mengelap, sampai mencuci mobil dilakukan sendiri.
Jika jam makan bersama tiba, TS menyiapkan hidangan dan bahkan menuangkan sajian ke piring makan toke, toke sou dan anak-anaknya. Tiap kali waktu makan, TS menyajikan makanan yang ditata dan diberi hias dengan cantik dan indah (TS melakukannya dengan r.ujuan agar mereka merasa senang telah mempekerjakannya).
Akan tetapi, toke sou selalu mencurigai apa yang dil&.kukan oleh TS. Toke sou mengawasi apa yang dilakukan oleh TS (karena memang toke sou tidak bekerja).
"Eh kok toke sou lain yah, kaya macam cemburu dia sama saya. Tapi yah, biarkan saja, saya bekerja ikhlas, tidak mau macam-macam, ingin membantu panti dan sekolah anak, karena kalau tidak bekerja yah mau dapat uang dari mana. Saya bekerja disini untuk mencari uang, tidak punya niat, macammacam, apalagi kalau suka sama toke sendiri"
Toke memang baik pad a TS, TS pun merasa nyaman pada toke. TS melayani toke dengan baik, memberikan Koran di pagi hari, menyiapkan kopi, mengantarkan tas kerja bila pagi hari, dan bahkan mengarnbil kernbali tas beserta jas toke dikala toke pulang dari kantor.
"Saya sarna sekali tidak rnempunyai niatan untuk rnacarn-rnacam, saya punya prinsip untuk menjaga marwah kita (harga diri), ingat apa yang menjadi pesan orangtua, kakak, dan orang-orang yang lebih tua, meskipun saya tidak punya orangtua kandung, tetapi saya juga masih memiliki orang-orang yang sayang sama saya. Kalau kita sayang sama orang pasti orang-orang juga sayang sama kita. Termasuk sama Allah, pasti Allah juga sayang sarna kita."
TS mulai mengalami berbagai ancaman dari toke sou bila apa yang diminta tidak di lakukan TS. Bahkan anak-anak toke sou juga ikut menghukum TS. TS masih dapat melawan. TS meminta, jika memang sudah tidak suka akan pekerjaannya, TS meminta dengan baik-baik untuk pergi, akan tetapi TS meminta agar dicarikan kembali majikan yang baru, tempat untuk TS bekerja dan mencari rezeki.
"Saya bekerja bukan untuk disiksa, saya mau mengerjakan apa saja yang toke sou perintahkan, akan saya lakukan, tapi saya minta, saya jangan anda siksa atau menghina saya, kalian qaik pada saya, saya juga akan baik sama sama kalian. Kalau pekerjaan saya tidak baik, kurang menyenangkan, silahkan kalian cari pekerja lain". Ucap TS, selayaknya TS sedang berbicara dengan toke sounya. TS hanya bisa berserah diri pada Tuhan, dan TS mengatakan pengunduran dirinya pada toke. "saya tidal< mau di bohong-bohong, saya sudah 2 (dua) tahun bekerja, saya juga sudah tidal< tahan bekerja di sini. Saya mau keluar saja, tapi saya tidak pulang ke Indonesia, saya masih mau mencari pekerjan di sini. Saya mohon toke mencarikan saya pekerjaan, jadi pembantu kah, restorankah atau apakah, asalkan itu halal. Tapi saya minta gaji saya selama saya bekerja bersama toke. Saya mau pulang saja toke, apa sama saudara kah atau kerabat toke, saya mau saja"
TS meminta izin pada toke, akan tetapi toke tidal< memberikan izin TS untuk pergi, karena menurutnya, TS bekerja bukan dibayar oleh toke sou, melainkan toke lah yang memberikan bayarannya.
"Kurang baikkah saya sama kamu?Ada apa kamu kok tidak mau bekerja lagi dengan saya?Apa yang kamu inginkan akan saya kasih, kamu tinggal bilang saja sama saya, jangan kamu bilang pada toke sou. Pokoknya saya tidal< mengizinkan kamu keluar." Ujar toke pada TS
Akan tetapi, toke tidak dapat melarang TS terus menerus untuk tetap tinggal dirumahnya. Akhirnya setelah tepat 2 (dua) tahun 10 hari, TS dapat pergi meninggalkan rumah majikan tersebut. Tetapi, TS tidak dapat menerima upah sel.ama TS bekerja. Toke sudah memberikan semua upah yang akan diberikan pada TS, teta::'i uang dan seluruh surat perjanjian kerja ditahan oleh toke sou. Bahkan tidak hanya hak dari TS saja yang di ambil oleh toke sou, seluruh uang, surat rumah dan barang berharga lainnya milik toke di tahan oleh toke sou.
TS tidak memiliki alamat kantor tempat pertama kali TS di tampung. TS pun bingung akan pergi kemana lagi, dan tidak memiliki uang untuk kembali ke Indonesia.
TS akhirnya bekerja disebuah rumah salah satu reverensi dari toke (majikan yang pertama). TS mendapatkan perlakuan yang baik. Majikan tempat TS bekerja yang baru, :erdiri seorang istri, suami, dan 4 (empat) orang anaknya. Kedua majikannya pekerja, anak-anaknya sekolah, rumahnya pun sangatlah besar (sama halnya dengan rumah majikan yang pertama). TS mengatakan rumah majikannya yang baru sangat megah dan besar, kolam renangnya pun sangat indah, di lengkapi dengan bangku-bangku untuk istirahat bila selesai renang.
"Saya membersihkan seluruh rumah yang besar itu, semua saya bersihkan, saya lap-lap kaca, langit-langit rumah, bangku-meja di lap, mereka punya anak-saya menyiapkan pa!
"Dari pagi, saya sudah mulai menyiapkan sarapan untuk mereka, dasar orang kaya, kalau makan saya menaruh handuk ke atas paha mereka satu persatu, mau makan juga mesti saya yang nuangin, saya Tanya dulu mom (panggilan untuk majikan istri), toke mau makan apa. Saya siapkan roti, susu, jus, dan daging-daging untuk rnereka makan, biasanya dipanggang atau di buat kare. Begitu terus tiap kali makan. "
"Nanti kalau mereka sudah berangkat semua, tinggal saya saja sendiri dirumah, saya mulai bersih-bersih cjan rapih-rapih lagi, saya juga rutin membersihkan kolam ikan dan kolam renang. Saya bersih-bersih seluruh ruangan rumah itu toke punya rumah." TS tidak hanya membersihkan dan merapihkan seluruh rumah, TS juga memandikan, memakaikan baju, merapihkan buku untuk anal< majikannya yang paling kecil. Bila sudah siap semuanya. Segera anaknya yang paling kecil untuk berangkat sekolah.
Di tempat majikan TS bekerja ini, TS diperlakuakan baik, tidak ada paksaan bekerja, penghinaan dan berbagai perlakuan yang tidak baik dari majikan keduanya. TS bahkan mendapatkan kesempatan untuk beribadah, berbeda dengan majikan yang pertama yang tidak memperbolehkan TS untuk beribadah. Segala keperluan yang dibutuhkan TS dan keperluan rumah tangga, selalu disediakan. TS hanya tinggal mencatat apa yang dibutuhkan.
Dua tahun sudah TS bekerja pada mereka. Hingga pada suatu hari, rumah mereka kehadiran tamu yang tak lain adalah keluarga dari toke sou, dan mertua toke sou.
Kehadiran mereka membuat TS merasa tidak nyaman, TS selalu diperintah oleh saudara-saudara majikannya. Karena belajar dari majikan TS yang pertama (yang selalu diperintah dan mendapatkan caci maki), TS merasa lebih bisa menghadapi mertua majikannya. Ketika itu TS sudah mengatakan kalau segala hal yang dia (ibu mertua majikan TS) butuhkan, segalanya sudah tersedia dan lengkap tersimpan di lemari es (kulkas).
lbu mertua tersebut merasa tersinggung dan marah pada TS karena sudah berani membantah beliau, lalu TS didorongkan hingga terjatuh.
"Berani sekali yah kamu membantah pada saya, ingat kamu disini bekerja pada anak saya, sudah beruntung kamu di beri pekerjaan disini. Berani sekali yah kamu, akan saya bilang pada majikan kamu biar kamu dipecat saja." Ucap mertua toke sou pada TS sambil marah-marah.
Kemudian !bu itu memanggil anak dan menantunya, beliau mengatakan segala perlakuan TS yang dianggapnya telah membantahnya. Karena merasa tersinggung, lbu mertua toke sou memerintahkan mereka untuk segera memberhentikan TS dan memintanya untuk segera pergi dari rumah terse but.
Akhirnya TS untuk rnernutuskan pergi dari rurnah tersebut, karena rnajikannya tidak dapat berbuat apa-apa lagi. TS rnerninta untuk diberikan gaji selarna TS bekerja, tetapi rnajikannya rnengatakan belurn bisa rnernberikan uangnya karena sedang tidak ada dan berbagai alasan lainnya. Dan TS dirninta untuk dating lagi dalarn waktu beberapa hari.
Selanjutnya TS rneninggalkan ternpat tersebut, dan tidak tahu akan pergi kernana. TS rnencari pekerjaan lain di daerah tersebut. TS tidak berani pulang ke kampung halamnnya, karena TS belum rnemegang uang sedikitpun.
Hari berikutnya TS datang kembali kerurnah dirnana TS bekerja. Tetapi TS mendapatinya rumah tersebut sudah tidak berpenghuni. TS menanyakan keberadaannya pada tetangga terdekat. Menurut pengakuannya mereka sudah pindah tak lama TS meninggalkc.n rumah tersebut. Dan tidak ada kabar, kemana mereka akan pindah, rumah tersebut juga tidak jelas, akan dijual atau di sewakan. Tidak ada satupun tetangga yang tahu.
"Memang nasib saya, dulu, 2 tahun saya bekerja tidak dapat gaji. Sekarang, saya bekerja tidak dapat gaji lagi. Hanya Allah saya berserah diri. Kenapa yah orang kaya rnernperlakukan orang rendahan seperti saya begini.
TS meratapi nasib yang dialaminya. Akan tetapi TS tidak boleh putus asa, TS harus berjuang lagi untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga dapat membuktikan pada orang-orang di panti kalau TS mampu mendapatkan uang yang banyak.
Ketika TS sedang berjalan, ada seseorang yang memanggilnya. Dan TS pun segera mengahampirinya. "Kamu bukan orang sini yah? Sedang apa kamu disini. Kesini kamu, jangan takut". TS memperagakan cara orar:ig tersebut bertanya pada TS
Akhirnya TS menceritakan segalanya pada beliau. Termasuk bagaimana cara TS masuk ke Malaysia.
"Saya tidal< lapor polisi, passport pu saya tidal< ada, saya datang ke sini lewat laut, naik kapal sayur yang panjang, berangkat jam 11 malam, saya mau dapat gaji saya, tapi sudah 2 kali saya bekerja di rumah orang, mereka tak memberi saya gaji, saya meu pulang ke Indonesia tapi apalah mau diperbuat, saya belum ada uang untuk di bawa pulang. Saya juga tidak tahu di mana alamat PT rumah tekong yang sudah memberi saya pekerjaan". Ucap TS ketika sedang berbicara pada-orang tersebut.
Selama wawancara berlangsung, TS beberapa kali mengeluarkan air mata, karena mengingat berbagai kejadian yang telah TS alami.
"Menurutnya, sulit bagi saya untuk dapat menuntut majikan saya, karena menurutnya saya datang ke Malaysia secara illegal dan tidak punya passport pula, jadi kalau saya melaop pada polisi malah saya yang ditangkap mereka," Ucap TS menceritakan pada peneliti.
Karena orang tersebut melihat TS yang sedang bingung dan tidak memiliki pekerjaan akhirnya TS diajaknya untuk ikut bekerja dengannya.
"Saya ingin bekerja pada nyonya, tapi bisakah saya mendapatkan gaji tiap bulannya. Agar saya dapat mengumpulkan uang untuk di bawa ke kampung saya." Saya mengatakan seperti itu pada beliau." Ucap TS menceritakan kembali
Harapan TS untuk dapat gaji tiap bulanr1ya dianggapnya sulit. Karena minimal bekerja untuk mendapatkan gaji adalah 1 atau 2 tahun lamanya telah bekerja. Akhirnya TS ikut dengannY.a (majikan yang ke-3). Rumahnya sederhana, tidak ada kolam renang, atau fasilitas lainnya yang dimiliki seperti majikan-majikan yang lalunya.
Pekerjaan TS hanya memasak untuk kira-kira 10 orang. TS merasa tidak nyaman bekerja di tempat tersebut, kondisi rumahnya seperti tidak terawat, terdapat beberapa bilik (kamar) dan kamar mandi yang menurut TS sangat buruk kondisinya. TS melihat_tempat tersebut mirip dengan tempat penampungan TKW. TS bertemu dengan gadis-gadis berasal Indonesia dari berbagai daerah. Hampir semuanya cantik-cantik an rnasih muda. TS memperkirakan usia mereka masih 15 - 18 tahun. TS melihat apa yang mereka alami (para TKW) hampir dialami juga oleh TS ketika TS berada di tempat penampungan. Merekapun dites, termasuk tes tidur (melayani tekong).
Dengan memberanikan diri TS mendekati dan berbicara pada mereka (TKW). TS menanyakan pada mereka, asal mereka tinggal, tujuan datang ke Malaysia mau apa, bagaimana cara mereka tiba, berangkat jam berapa, menggunakan apa, apakah mendapatkan passport dan seterusnya TS menanyakan pada mereka.
"Kalian tahu, ke sini mau apa, cari kerjakah? Kenapa kalian mau disuruh untuk di tes tidur dengan mereka. Kalian tahu, kalian akan dipilih yang cantik dan yang sesuai. Kalau kalian cantik, kalian akan bekerja di pub, diskotik atau rumah-rumah bordir untuk melayani para lelaki hiclung belang. Kalian akan dijual".
"Saya juga sama seperti kalian, dulu saya tidak mau melayani mereka atau clisuruh tidur dengan leiaki hidung belang, karena tujuan saya ke sini adalah untuk jadi pembantu rumah tangga, maka saya paling lama disalurkannya dan mereka yang cantik Jebih cepat untuk bekerja."
"lngat kalian ke sini untuk bekerja yang halal, jaga marwah (harga diri) kalian''.
TS menyarankan mereka untuk pulang saja ke Indonesia, karena orangorang di Malaysia menurutnya tidaklah baik dan ramah. Terbukti dengan pengalamannya yang sudah hampir 5 tahun berada di negeri jiran tersebut.
Selama 1 (satu) tahun TS bekerja di tempat tersebut. Karena TS tahu tempat ia bekerja saat itu adalah tempat penyalur Tenaga Kerja Wanita illegal, akhirnya TS memilih untuk pergi dari rumah tersebut. "Setelah bekerja ditempat itu, selanjutnya saya bekerja di sebuah restoran."
Keputusan untuk tetap bertahan di negeri jiran tersebut adalah pilihan TS sendiri. TS melanjutkan mencari pekerjaan di sebuah restoran. TS mendapatkan makan da11 tempat tinggal di sana. Bahkan TS juga tidak pernah mendapat hukuman dari pemiliki restoran tersebut. Tetapi, lagi-lagi TS tidak memperoleh gaji. 1 Y, tahun TS bekerja di restoran tersebut. Sehingga memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi.
Setelah 1 Y, tahun TS bekerja di restoran, TS kemudian bekerja di sebuah rumah pemotongan hewan (ayam dan babi). Hal yang sama dialami dialami lagi oleh TS. Selama 2 tahun bekerja tidak mendapatkan gaji, akan tetapi memang selama bekerja segala kebutuhan TS tinggal terjamin. TS mendapatkan makan dan tempat tinggal. Karena tidak tahan dan tidak mendapat gaji, TS kabur melarikan diri dari rumah pemotongan hewan terse but.
TS sudah paham betul jalan-jalan di daerah tersebut. TS berjalan tanpa ada tujuan yang jelas akan kemana lagi.
"Malang betul nasib saya ini, bertahun-tahun bekerja di negara orang, ynag kata tekong akan dapat gaji besar, eh .... malah seperti ini nasib saya. Tapi akhirnya saya ketemu dengan seorang laki-laki dan dia memanggil saya''. "Kamu yang dari Riau kan? Masih ingatkah sama saya, waktu ke sini (Malaysia) kita satu tekong, berangkat sama-sama dari tanjung pinang. Tenyata kamu masih hidup yah,," ucap pria yang ternyata berasal dari negara Nepal tersebut.
"Kenapa kamu bilang masih hidup? Saya memang masih hidup, tapi nasib saya tak sebaik kamu, saya sudah bekerja bertahun-tahun disini tapi ta!< dapat majikan saya membeli saya gaji" Ucap TS pada lelaki tersebut (sebut saja RM).
Akhirnya TS ditawarkan rnakan dan minum di tempat RM bekerja. Karena merasa iba dan terharu, akhirnya RM mengajak TS untuk ikut bekerja di restoran tempat RM bekerja. Setelah RM meminta izin pada pemiliki restoran tersebut, akhirnya TS mendapatkan pekerjaan dan TS tinggal di sebuah kamar yang disewakan RM tak njauh dari tempatnya bekerja. Tidak hanya mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal, TS juga dibelikan beberapa potong baju dan bedak agar TS terlihat lebih cantik lagi.
Tak lama setelah TS bekerja bareng dengan RM, akhirnya mereka saling menyukai dan jatuh cinta yang pada akhirnya mereka menikah. Setelah menikah TS dan RM keluar dari termpat mereka bekerja. RM sangat sayang pada TS, TS tidak dii::inkan untuk bekerja, RM bekerja sebagai kuli bangunan pada sebuah kontraktor.
TS dan RM hidup bahagia dan dikaruniai 1 orang anak. Hal tersebut membuat TS menjadi senang, setelah perjalanan panjang kehidupannya di Malaysia akhirnya ada seseorang yang sangat mencintai clan menyayanginya. Hal tersebut sudah lama TS impikan dan dambakan.
Tetapi suatu peristiwa menimpa kehidupan TS. Berawal dari kepindahan rumah mereka ke sebuah pemukiman yang lain. Ketika itu, TS memiliki tetangga seorang wanita, yang tak disangka menaruh hati pada RM suaminya. Hingga pada suatu ketika tanpa sepengetahuan TS, RM menikah dengan wanita tersebut yang tak lain tetangganya.
TS merasa tidak senang di madu dan di perlakukan seperti itu oleh suaminya. TS meminta suaminya untuk pulang ke kampung halaman TS, tetapi RM tidak mau. TS melaporkan dirinya pada Kedutaan Indonesia yang berada di Malaysia. TS mendapat perlakuan yang baik. TS berharap dapat pulang ke kampung halamannya di Riau. Melalui KBRI TS tidak langsung di antar pulang ke Riau, TS dibawanya untuk menjalani pengobatan, karena sekujur tubuhnya dipenuhi oleh cacar.
TS tidak dapat menghubungi atau memberi tahu keluarganya di Riau. TS tidak tahu nomer telepon panti atau keluarga angkatnya di Riau. Sehingga dalam hal ini TS menjalani kehidupannya seorang diri dan di dampingi oleh orang-orang yang berkecimpung dalam penanganan kasus TS (termasuk para dokter dan perawat yang telah mebnerikan pengobatan padanya).
ANALISA KASUS Coping yang Dilakukan Sejak kecil TS sudah tinggal di sebuah panti tempat TS ditemukan. Pada usia 15 tahun TS menikah dengan seorang laki-laki dan diberi karunia seorang anak laki-laki.
Analisa kasus TS dimulai pada saat TS di tinggal oleh suami TS karena meninggal dunia. TS harus menghidupi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Ketika itu, ada seorang tekong yang mengajak TS untuk ikut bekerja sebagai TKW di negeri seberang.
Berawal ketika TS akan berangkat melalui laut dan menggunakan kapal sayur. TS mendapatkan informasi kalau jalan melalui jalur tersebut, TS akan menemui seperti adanya binatang buas, tertangkap oleh petugas dan lain sebagainya. TS berusaha mengatasi kekahwatirannya yang berlebihan mengenai bahaya yang akan menimpanya dengan memandang kejadiankejadian aneh sebagai sesuatu hal tidak ada dalam hal ini TS melakukan positive reinterpretation and growth yang termasuk ke dalam coping terpusat masalah (Emotion Focused Coping).
Setiba TS di Malaysia (setelah melampaui seperempat perjalanannya dengan berenang) TS merasa bahagia dan senang. Akan tetapi masalah yang timbul selanjutnya adalah ketika TS berada di penampungan, TS mengalami berbagai kejanggalan dan keanehan terutama ketika seluruh tenaga kerja diminta untuk melakukan tes tidur. TS juga tidak langsung dipekerjakan sesuai dengan keinginannya, TS harus menunggu hingga ada majikan yang mau mempekerjakannya. Dalam mengatasi masalah tersebut, TS mencoba melupakan masalah tersebut dan tetap menjalankan aktivitasnya di penampungan (denial) dan berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (acceptance).
Setelah hampir 1 (satu) bulan TS berada dipenampungan, akhirnya TS mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi majikan tempat TS bekerja sangat tidak baik dalam memperlakukan TS. TS hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya pada Tuhan (turning to Religion). TS berusaha menerima kenyataan yang dialaminya dan menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang dialaminya (acceptance). Dua tahun TS bekerja pada majikannya, TS rnerasa tidak nyaman akan segala perlukuan majikannya. TS memberanikan diri untuk berhenti bekerja pada mereka agar TS dapat tidak lagi mengalami perlakuan butuk dari majikannya. Dalam hal ini TS melakukan active coping. TS tidak mendapatkan gajinya selama TS bekerja.
TS tidak mau pasrah begitu saja, TS terus akan mencari pekerjaan di negeri jiran meskipun tidak tahu akan kemana. Setelah TS berhenti bekerja pada majikannya dan tidak mendapatkan gaji. TS kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
TS mendapatkan perlakuan yang baik dan merasa nyaman. Hingga suatu ketika TS harus berhadapan dengan mertua dari majikannya bekerja, ternyata hal tersebut rnenjadikan pengalaman buruk lagi bagi TS. TS harus kembali keluar dari pekerjaannya, dan TS tidak mendapatkan gaji lagi setelah 2 tahun 10 hari TS bekerja pada majikannya yangt ke-2. TS hanya bisa menyerahkan segalanya pada Tuhan (turning to religion).
Ketika TS sudah mulai putus asa, mendapat berbagai peristiwa. TS bertemu dengan seseorang, dan TS menceritakan semua peristiwa yang telah dialami TS dengan tujuan TS mendapatkan simpati dan merasa kalau TS memang sedang membutuhkan pertolqngan. Dalam hal ini coping yang dilakukan TS adalah seeking social support for emotion reasons. Karena orang tersebut menjadi simpati alas apa yang telah menimpa pada diri TS, akhirnya beliau mengajaknya untuk bekerja padanya.
TS merasakan kejanggalan dan keanehan pada rumah tersebut. Yang ternyata rumah tempat TS bekerja adalah tempat penyalur TKW. Setelah satu tahun TS bekerja dirumah majikan yang ke-3nya, TS merencanakan
suatu tindakan yang akan dilakukan TS, TS merencanakan agar dapat kabur dari rumah tersebut (planning) dan pada akhirnya TS dapat pergi dari rumah tersebut (active coping).
TS tidak mau pulang ke Indonesia karena sudah terlanjur bekerja, dan TS merasa malu jika pulang ke kampung halamannya tetapi tidak dapat membawa apa-apa.
TS bekerja di tempat pemotongan bewan-hewan, TS hanya bisa menerima keadaan (acceptance) yang telah TS jalani meskipun awalnya TS tidak menerima kenyataan hidupnya (denial).
Karena TS tidak mendapatkan gaji, akhirnya TS melarikan diri dari dari tempat pemotongan hewan tersebut (active coping). Hingga pada akhirnya TS bertemu dengan RM (pria yang pernah sama-sama pergi bareng satu tekong) asal Nepal dan kemudian TS menikah dengannya. Mereka dikaruniai satu orang anak.
Mereka hidup bahagia dan saling menyayangi, tetapi sarigafdisayangkan. '',;:,/,/
RM yang dipandang sangat menyayangi TS menikah
l~gider\gan wanita lain
yang tak lain adalah tetangga dekat rumah mereka tinggal. TS>sangat11Jqrah · . . »-"}
dan menolak pernikahan mereka (denial) tetapi TS tidak dapat berbuat apa- / apa lagi. TS menyerahkan segala peristiwa yang dialaminya pada Tuhan
/
(turning to religion) yang menurut TS sangat buruk untuk TS mengingat segalanya.
Proses panjang yang dialami TS selama TS berada di negeri jiran tersebut. TS mencari bantuan dari pihak Kedutaan Indonesia (KBRI) yang bekerja di Malaysia untuk dapat membantunya kembali ke kampung halamannya di Indonesia. Dalam hal ini TS melakukan coping seeking social support for instrumental reasons yang termasuk ke dalam Problem Focused Coping. Dan TS juga mencari simpati dari pihak KBRI agar mereka simpati pada TS dan dapat membantunya. Dalam hal ini TS melakukan seeking social support for emotion reasons yang termasuk ke dalam Emotion Focused Coping.
Dukungan Sosial Keluarga Karena TS tidak tahu nomor kontak atau telepon kerabat dan sanak saudara (keluarga panti) di Riau, TS tidak mendapatkan dukungan dari keluarga TS. TS hanya mendapatkan berbagai dukungan dari orang-orang yang telah memberikan bantuan di Malaysia seperti para tetangga tempat TS bekerja, pihak KBRI, LSM dan Rumah Saki! tempat TS mendapatkan perawatan karena penyakit cacarnya.
4.2.2 Skema Kasus TS
,-----f>j·
TS
Masalah Yang Tim bu I - ancaman binatang buas selama perjalanan - Penyekapan selama di penampungan - Tidak menr:lapat gaji - Mendapat ~ kekerasan fisik dan mental - Beberapa kali bekerja, tidak pernah mendapat gaji - Memiliki suami asing, dan beberapa tahun kemudian suaminya menikah lagi
Perilaku -P
,_
Coping
r-
Problem Focused Coping - Active Coping - Restraint - Seeking social support for Instrumental reason
Emotion Focused coping - Seeking Social Support of Emotion Reasons - Positive Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance - Turningto Religion
Sumber · Keluarg.1 Tidak ada pihak keluarga yang memberikan dukungan Dukungan Sosial Bentuk Dukungan TS tidak mendapatkan dukungan sosial dari sanak saudara (karena TS tinggal di panti dan TS tidak memiliki nomer knnfak nihRk nRnti\
4.2.3 Kasus EL El adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 30 tahun. lbu asal kota rencong ini telah menikah dengan lelaki pilihannya asal pulau Jawa pada 4 tahun yang lalu dan telah memiliki 1(satu) orang anak perempuan berusia 2 tahun. Kesehariannya El bekerja di ladang dan bersawah. Sedangkan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan.
El hanya sekolah hingga tingkat SD saja, dengan kondisi ekonomi yang diang;iapnya kurang. El merasa perlu untuk mendapat pekerjaan lain selain berladang atau pergi ke sawah. Ketika itu, ada seorang tekong yang sedang mencari dan mengajak para gadis muda yang ingin bekerja di luar negeri. Mereka di ajaknya bekerja dan akan mendapatkan gaji yang besar
"Karena pada saat itu dia bilang kalau bekerja di luar negeri dapet gaji besar. Saya juga melihat tetangga yang diajaknya tahun lalu dan dia punya uang yang banyak. Saya coba aja untuk mendatangi tekong itu. Yah saya bilang kalau saya sudah berumah tangga dan memiliki anak ingin ikut kerja dengannya ke luar negeri"
El tidak melihat dan memang tidak tahu apa dampak buruknya jika El pergi ke luar negeri tanpa memiliki bekal ilmu pengetahuan yang baik. Tanpa harus berfikir panjang lagi dan memang untuk menambah perekonomian keluarga akhirnya El meminta izin pada suami, orang tua, mertua dan saudara-sauara El. Merekapun mengizinkan El pergi untuk ikut ke luar negeri.
El pergi dengan harnpan El akan mendapatkan uang yang banyak dan dapat merubah keadaan ekonomi keluarga El.
Tepatnya pada bulan ke-6 (Juni) 2007, El berangkat ke Medan bersama seorang kawan dari daerah yang sama. Selama 1 (satu) minggu El di Medan, El dan kawannya ditinggalkan di sebuah penampungan, sementara tekong yang membawanya pergi dan mencari orang Jagi yang mau diberangkatkan ke luar negeri. Setelah terkumpul kurang Jebih 5 (lima) orang, El dan yang Jainnya berangkat ke Malaysia dengan menggunakan kapal fery melalui jalur tanjung balai pada jam 11 siang waktu Riau. El dan yang lainnya tiba pada jam 8 malam. Setiba di daratan Malaysia, El langsung dibawa seseorang yang tidak El kenal menggunakan sepeda.
"Saya tiba di sana dan dijemput orang yang saya juga ga tahu dia siapa, orang itu jemputnya bukan pake mobil atau kendaraan bermotor tapi pake sepeda. Dan saya di bawa ke sebuah rumah, yang akhirnya di tempat itu saya bekerja"
Tidak ada kontrak kerja dan tidak ada informasi berapa gaji yang akan El peroleh selama bekerja. Tidak perlu menunggu Jama-Jama, setiba El di Malaysia, El langsung disalurkan di sebuah rumah dan bekerja di tempat tersebut. Dirumah tersebut tinggal 2 orang wanita dewasa dan 3 orang anak mereka.
El bekerja mulai dari jam 5 pagi hingga siang hari. Seluruh anggota keluarga tempat El bekerja memiliki aktifitas masing-masing. Ada yang pergi ke kantor, dan anak-anaknya pergi sekolah. Tinggal El dirumah tersebut seorang diri hingga jam 5 sore. El menyiapkan segala kebutuhan tuan rumahnya dengan baik.
Keberadaan El di rumah tersebut tidak membuatnya lupa pada keluarga di kapung halaman, El menghubungi mereka dan mengatakan kalau El sudah bekerja di Malaysia.
Setelah beberapa bulan El bekerja di rumah tersebut, keluarga El menelpon El melalui telepon rumah majikannya. Mereka ingin El segera mengirimkan uang ke kampung. El mencoba untuk meminta gaji pada majikannya, tetapi El tidak mendapatkan gaji yang El inginkan. El mendapat informasi dari tetangganya kalau sudah ada beberapa orang yang telah bekerja bersama mereka, tetapi tidak ada yang diberi gaji.
Hal tersebut membuat El sedih dan menangis terus tiap malam. El merasa menyesal, El mulai tidak betah bekerja di tempat tersebut. Sehingga pada akhirnya El mencoba untuk kabur dari rumah majikannya. El ingin pulang ke kampung halamannya.
"Akhirnya saya kabur juga dari rumah itu, tidak pamitan, karena kalau saya pamitan pasti mereka tidak memberi izin. Saya pergi dan ketemu orang yang juga ingin pulang ke Indonesia. Kita sama-sama pergi ke Kedutaan Indonesia, numpang pake taksi. Untuk supir taksi itu mau mengantar kami, dia baik, dia kasihan juga sama kita." "Oleh supir taksi itu saya dikasih makan, bahkan saya dikasih sedikit uang untuk jajan katanya. Dan saya diantarkan sampai di depan Kedutaan itu". Di Kedutaan El diterima oleh petugas disana. El berharap dari pihak KBRI dapat mengantarkan El pulang ke kampung halaman. Tetapi dari pihak KBRI tidak dapat langsung mengantarkan El pulang ke Indonesia. El hanya bisa menangis dan menyesali keputusannya bekerja di negeri orang. Selama kurang lebih 3 (tiga minggu) El di KBRI akhirnya El diantarkan pulang ke Indonesia. Tidak hanya diantarkan pulang ke negeri sendiri, El juga mendapatkan dana bantuan dari KBRI tetapi langsung dikirim uang bantuan tersebut ke kampung halamannya.
Pada saat El akan bekerja di Malaysia, ternyata cl sudah mengandung anak keduanya. El dapat bertahan bekerja di Malaysia hanya 5 bulan. Selanjutnya El merasa sangat menyesal dan ingin kembali ke kampung halamannya. Pada saat pihak KBRI memulangkan El ke Indonesia, El di bawa berobat di sebuah rumah said! di Jakarta. El menjalani perawatan karena El mengeluh badannya gatal-gatal, dan El juga harus memeriksakan kondisi kandungannya yang telah berusia 6 bulan.
Ternyata El memang tidak mendapatkan izin untuk dapat pulang kekampung halamannya. Pihak Rumah Sakit meminta El untuk tetap dirawat hingga anak keduanya lahir.
"Kata dokter, bulan besok saya akan melahirkan, saya tidak boleh pulang ... padahal saya kangen kampung saya" ucap El sambil menundukkan kepalanya.
Selama El mendapat perawatan di Rumah Sakit, El menghubungi suami dan orang tua di kampung halamannya: Sebagian dari keluarganya meminta El untuk tetap mendapat perawatan di Jakarta, tetapi suami El berharap El dapat pulang dan melahirkan anak ke-2 nya di kampung halaman.
Seluruh keluarga El telah menerima keadaan yang dialami El. Keluarga El tidak menyalahkan atau menghakimi El. Keluarga El tidak dapat datang ke Jakarta untuk menemani atau menjemput El, karena biaya tra:isportasi yang mahal dan tidak ada biaya untuk dapat pergi ke Jakarta akhirnya El tidak dapat didatangi sanak saudaranya. Tetapi, meskipun mereka tidak dapat mendampingi El, mereka tetap memberikan semangat pada El untuk dapat tabah dan bersabar.
"Sedih memang, suami dan keluarga saya tidak bisa ke Jakarta, tapi mau gimana lagi, biaya pesawat mahal, dan mereka uang dari mana untuk biaya transportasi ke sini (Jakarta)".
Selama mendapat perawatan, El melakukan segalanya sendiri seperti, mencuci, menyetrika pakaian, karena fasilitas yang memang sudah tersedia di tempat El mendapat perawata. El menghabiskan waktu sehari-harinya dengan tidur, maka, nonton TV stau menangis untuk .11enghilangkan kerinduannya pada kampung halaman.
Analisa Kasus Coping yang Dilakukan Pennasalahan El timbul pada saat El membutuhkan uang untuk dapat dikirimkan ke kampung halaman. El meminta gaji yang merupakan haknya setelah 5 bulan bekerja. Ternyata El tidak diberikan gaji tersebut. Awalnya El menolak (denial), Hal te>sebut membuat El untuk dapat menerima dengan keadaan yang El hadapi. Dalam ha! ini El melakukan acceptance, yang termasuk dapal Emotion Focused Coping.
El menceritakan pada tetangga terdekatnya dan mendapatkan informasi dari tetangga tempat El bekerja, bahwasanya memang sudah sering kali pekerjapekerja dirumahnya kabur dan tidal< mendapatkan gaji mereka. Dalam ha! ini coping yang dilakukan El adalah seeking social support for instrumental reasons, yang termasuk dalam Problem Focused Coping.
El merencanakan (planning) akan kabur saja dari tempat El bekerja. El juga mengontrol dirinya untuk menunda (restraint coping) rencananya kabur
sehingga El mendapatkan waktu yang tepat untuk kabur. Karena El tidak memiliki passport atau dokumen apapun, yang akan menambah masalah untuk dirinya.
El mencari bantuan pada pihak negara melalui KBRI (seeking social support for instrumental reasons) dan memang pada akhirnya KBRI memberi bantuan dana untuk dikirim El ke keluarga di kampung halamanya.
Permasalahan selanjutnya adalah ketika El tiba di Jakarta, El tidak dapat langsung pulang ke kampung halamannya. El mendapatkan perawatan hingga El melahirkan anaknya yang ke-2.
Untuk menghilangkan kejenuhan dan kerinduan El pada kampung halaman, El membatasi dirinya pacia berbagai aktivitas, El menghabiskan kejenuhannya dengan lebih banyak tidur, berdiam diri dan menangis. Dalam hal ini coping yang dilakukan El adalah restraint coping yang termasuk ke dalam Problem Focused Coping.
Dukungan Sosial Keluarga El mendapatkan bei-bagai bentuk dukungan dari pihak suami, orang tua dar, keluarganya. Meskipun keluarga El tidak dapat hadir menemani El di Jakarta, tetapi mereka tetap berkomunikasi melalui sarana telpon yang disediakan pihak LSM dan Rumah sakit.
Keluarga El menunjukkan rasa kasih sayang, perhatian dan empatinya mereka pada El. Dalam hal ini keluarga memberikan bentuk dukungan emosi pada El.
Keluarga juga menerima keadaan dan kondisi El. El menjadi merasa dirinya harus mampu menghadapi berbagai permasalahn, dalam hal ini keluarga memberikan bentuk dukungan berupa dukungan penghargaan.
El juga mendapatkan dukungan in.strumental, dimana suami dan pihak keluarga mau bersedia merawat dan mendidik anak El yang pertama selama El bekerja di Malaysia.
4.2.3 Skema Kasus El
Perilaku
_..
Problem Focused Coping - Active Coping - Planning . t C oping - Res t rain ~- - Seeking social support for Instrumental reason
Coping
EL
h
Masalah Yang Tim bu I - Tidak menerima gaji - Mendapat ancaman tidak akan memperoleh gaji - Tidak adanya dokumen sebagai tenaga kerjc:, - Tidak dapat kembali ke kampung halaman
Emotion Focused coping L..._
Subyek tidak menampilkan coping ini
~
Sumber: Keluarga - Orang tua - Suami - Anak - Sanak Saudara
Dukungan lJ>
Sosial >----
.
Bentuk Dukungan - Dukungan emosi - Dukungan Penghargaan - Dukungan instrumental
4.3
Analisis Antar Kasus
Berdasarkan hasil penelitian di atas permasalahan yang dialami korban trafiking selama beke"ja sebagai tenaga kerja illegal dapat disederhanakan dalam table perbandingan sebagai berikut
Tabel 4.3 Subyek Masai ah yang dihadapi
SR - Penyesalan selama di penampungan - Mendapatkan kekerasan fisik dan mental dari majikan - Bekerja 24 jam - Tidak mendapatkan makanan yang baik - Tidak menerima gaji
TS
EL
- ancaman binatang - Tidak buas selama menerima gaji perjalanan - Mendapat - Penyekapan ancaman tidak selama di akan memperoleh penampungan gaji - Tidak mendapat gaji - Tidak adanya dokumen - Mendapat kekerasan fisik sebagai tenaga kerja dan mental - Tidak dapat - Beberapa kali kembali ke bekerja, tidak pernah mendapat kampung gaji - Memiliki suami asing, dan beberapa tahun kemudian suaminya menikah lagi
Coping
- Restraint coping - Positive Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance - Turning to REdigion
Sumber (Keluarga)
- Orang tua - Suami - Anak - Ipar - Keponakan
Tidak ada pihak keluarga yang memberikan dukungan
Bentuk
- Dukungan emos1 - Dukungan Penghargaan - Dukungan lnformasi - Dukungan Persahabatan
TS tidal< - Dukungan emosi mendapatkan dukungansosialdari - Dukungan sanak saudara Penghargaan (karena TS tinggal di - Dukungan panti dan TS tidak instrumental memiliki namer kontak pihak panti)
- Active Coping - Restraint - Seeking social support for Instrumental reason - Seeking Social Support of Emotion Reasons - Positive Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance Turning to Religion
- Active Coping - Planning - Restraint Coping - Seeking social support for Instrumental
-
Orang tua Suami Anak Sanak Saudara
Berbagai macam permasalahan yang dialami para korban trafiking, khususnya para buruh migran. Mulai dari perjalanan, daerah penampungan, dan bahkan ketika bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pada umumnya mereka berangkat ke luar negeri tanpa dilengkapi dokumen-dokumen yang memadai dan secara illegal. Keadaan ini membuat mereka untuk harus menerima keadaan yang akan dialaminya, seperti dengan gaJi yang rendah
bahkan tidak mendapatkan gaji sedikitpun, fasilitas seadanya, perlakuan majikan yang kasar.
Fenomena perempuan yang diperdagangkan ke luar negeri pada penelitian ini pada umumnya dijadikan pekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dimana para korban mengalami kekerasaan fisik seperti ; badan dipukul dengan tangan kosong, disiram air panas, seluruh badan dipecut dengan alat, mendapatkan tamparan di muka, badan yang diinjak bagaikan binatang dan badan yang digigit dan kekerasan psikis berupa kata-kata yang membuat korban merasa takut, jengkel, marah, dan sebagainya. Mereka juga bekerja tanpa henti selama 24 jam per hari, mendapatkan asupan makan yang kurang (bahkan jika melakukan kesalahan mereka tidak akan .i1endapat makan dari majikannya). Dan yang lebih menjadi permasalahan bagi mereka adalah ketika mereka bekerja selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidal< mendapatkan gaji.
BABS KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Berdasarkan perolehan data dan analisa kasus, gambaran perilaku coping pada subyek ini ditampilkan dengan coping yang berfokus pada masalah dan coping yang berfokus pada emosi.
Dalam mengatasi segala permasalahan ketiga subyek menggunakan coping berupa coping yang berpusat pada masalah (Active Coping, Planning, Restraint Coping, Seeking social support for Instrumental), coping yang
berpusat pad a emosi (Seeking Social Support of Emotion Reasons, Positive Reinterpretation and Growth, Denial, Acceptance, Turning to Religion).
Perilaku coping yang berpusat pada masalah yang ditampilkan subyek dalam mengatasi masalah dapat berupa melakukan perencanaan untuk dapat keluar dari rumah majikannya (planning) dan yang akhirnya dapat keluar dari rumah tempat subyek bekerja (active coping); untuk dapat keluar dari tempat subyek bekerja, subyek menunda waktu yang tepat untuk keluar dari tempatnya bekerja (restraint coping); meminta masukan atau pendapat dari tetangga (seeking social support for instrument reasons).
Sedangkan perilaku coping yang berpusat pada emosi yang ditampilkan subyek dalam mengatasi segala permasalahan dapat berupa tindakan menerima dan menyesuaikan dirinya pada keadaan yang telah terjadi dan dialaminya (acceptance); menghilangkan segala perasaan penyesalan dan kesedihannya (deniaD; mencari dukungan moral, pengertian dan menceritakan segala penderitaannya untuk meringankan bebannya (seeking social support for emotion reasons); mengambil hikmah dari segala kejadian (positive reinterpretation and growth) dan ; menjadi lebih sabar, berserah diri
pada Allah dan mendekatkan diri kepada Allah (turning to religion).
Dua orang dari subyek menerima dukungan sosial dari Orang tua, suami, anal<, ipar, l\eponakan, dan sanak saudara lainnya.
Sedangkan satu orang subyek tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, beberapa hal yan£J membuat subyek tersebut tidak menerima dukungan dari keluarga. Pertama, karena subyek adalah anak panti yang tidak mengetahui keberadaan keluarganya sejak kecil, kedua, subyek tidak memiliki nomor kontak panti tempat subyek dibesarkan, dan ketiga tidak ada keluarga yang mengetahui keberadaannya saat ini.
Bentuk dukungan yang subyek terima berupa perhatian, kepedulian, kasih sayang dan membesarkan hati (dukungan emosi); memberikan keyakinan subyek mampu untuk dapat mengatasi permasalahan dan menerima kondisi yang terjadi (dukungan penghargaan); rnendapatkan informasi untuk segera keluar dari permasalahannya (dukungan informasi) dan; dukungan persahabatan.
5.2
Diskusi
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat gambaran perilaku coping subyek terhadap masalah-masalah yang dialami dan dukungan sosial dari pihak keluarga yang didapat korban.
Perm3salahan yang terjadi pada setiap subyek berbeda-beda tergantung pada kondisi yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau disebut dengan coping yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Pada umumnya, individu tidal< akan membiarkan emosi-emosi negatif yang dirasakannya menjadi berlarut-larut. lndividu akan bereaksi untuk menghilangkannya, clisinilah perilaku coping subyek tampil, bagaimana agar subyek tidak berlarut-larut dengan masalahnya. Dalarn hal ini coping dilihat
;ebagai factor stabiliser yang dapat menolong individu mempertahankan )enyesuaian psikososial selama periode stress (Lazarus & Folkman, 1984; Vloos & Schaefer, 1993). ::ierlindungan bagi korban trafiking merupakan sasa,-an strategis dengan Jpaya perlindungan bagi korban dan menambah jumlah bantuan dan layanan )endampingan bagi korban agar dapat menjalani hari-harinya menjadi lebih )aik lagi yang didukung oleh masyarakat dan pemerintah (Firdous, 2004).
3arafino (1990) yang mengatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti >danya penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu rang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, 1ihargai dan ditolong. Dukungan keluarga dan lingkungan menjadi faktor rang sangat penting. Kesediaan keluarga untuk memberikan dorongan dan ;emangat bagi korban trafiking agar tetap mengakuinya sebagai bagian dari )rang yang disayangi sangatlah diperlukan, agar korban trafiking tetap nerasa dihargai sebagai manusia selayaknya (Minuchin, 197 4 ).
rentunya peran dari orang-orang sekitar korban sang<1t memberikan peran fan pengaruh demi kelangsungan hidup lebil1 baik korban trafiking yang akan 1atang. Dengan demikian juga dalam penelitian ini dihasilkan bahwa para ;ubyek mengharapkan dan membutuhkan dukungan sosial dari keluarga dan )rang-orang disekitarnya.
5.3
Saran
3ecara keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha mencoba nengikuti sesuai prosedur yang telah ada. Peneliti sadar, skripsi ini masih Janyak kekurangan didalamnya. Namun kiranya juga dapat diperoleh nanfaat-manfaat baik praktis maupun teoritis skripsi ir i. Berikut beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya;
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya mengambil sampel yang lebih oeragam (bentuk eksploitasi korban) agar hasil penelitian lebih beragam pula :Ian dapat menjelaskan lebih banyak dinamika permasalahan dan penyelesaian korban trafiking.
Pada keluarga korban sebaiknya memberikan kasih sayang dan perhatian yang baik. Menjauhkan dari rasa tegang dan jiwa yang tertekan sehingga lebih bertambah lagi permasalahan yang dihadapi. Kepada se\uruh elemen masyarakat baik itu dari pemerintah, kaum akademis, LSM-LSM, orang-oran9 medis, masyarakat luas, dan individu yang rentan terjerat perdagangan diperlukan kerjasama untuk mengatasi dan menghapuskan sindikat trafiking bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA
\ndy Yentriyani, 2004. Politik Perdagangan Perempuan. Yogyakarta : galang Press
3udi Anna Keliat. 1999. Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Kedokteran EGC.
3urhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
::arpenito, Lynda Juall, 1998. Handbook of Nursing Diagnosis : Diagnosa Keperawatan (terj). Jakarta : Kedokteran ECG
::arver, C.S & Scheir, M.F. 1989. Assesing Coping Strategies : A Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology. 56
::ox T & Forguson, E. 1991. Individual Differences, Stress and Coping. Dalam Cary L Copper, R. Payne (Eds) Personality and Stress : Individual Differences in The Stress Process. West Sussex. John Willey and Sons Ltd
)anny I. Yatim, dkk. 1986. Kepribadian, Keluarga, dar Narkotika : Tinjauan Sosial - Psikologis. Jakarta : Arcan
)eddy Mulyana, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Sosdakarya
"aqihuddin Abdul Kodir, dkk. 2006. fiqh Anti Trafiking. Cirebon institute
Fahmina-
"irdous. 2004. Respon LSM Terhadap Perdagangan Anak Perempuan. Yogyakarta : Kerja sama Ford Foundation dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada.
Friedman, Marilyn. 1998. Family Nursing : Theory and Practice._Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Yasmin Asih (terj). Jakarta. Kedokteran EGC. Gottlieb, B.H. 1983. Social Support Strategies : Gudelines for Mental Health Practice. Beverly Hills, California : Sage Publication, Inc
Golderberg,.L & Bresnitz,.S (Eds). 1982. Handbook m Stress : Theoritical and Clinical Aspects. New York: The Tree Press.
Kristi Poerwandari, 1998. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana pengu!(uran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI
Lazarus, R.S. 1976. Pattern of Adjusment. Tokyo: Mc. Graw Hill
L.M. Gandhi Lapian dan Hetty A. Geru. 2006. Trafiking Perempuan dan Anak. Penanggulangan komprehensif Studi Kasus : Sulawesi Utara. Jakarta : Kerja sama convention Watch dan Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia dan NZA!D.
Minuchin, S. (1974). Families & Family Therapy. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.
Mohammad Nuh. 2005. Jejariny Anti Trafficking : Strategi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak. Yogyakarta : Kerja sama Ford Foundation dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada. Moos, R. H., and C.J. Holahan. 1994. Social Support Appraisal of Event Controllability and Coping : An lntegratif Model. Journal of Personality and Social P:>ycho!ogy, vol. 66 No. 6 Mulyanto. 2004. Melacur demi hidup : Fenomena Perdagangan Anak Perempuan di Palembang. Yogyakarta : Kerja sama Ford Foundation
dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada.
Netty Hartati. 2004. Pedoman Penyusunan Skripsi F-akultas Psikologi. Jakarta · : Fakultas Psikologi UIN
Orford, Jim. 1992. Community Psychology: Theory and Practice. New York : University of Exeter.
Potter, Patricia A, dkk. 2005. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : Kedokteran EGC.
Rusdi Maslim. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Kedokteran Jiwa FK-Univ. Atmajaya.
Sarafino, Edward. 1994. Health Psychology Biopsychosocial Interactions (3 thea). New York: John Wiley and Sonsinc
Sapaniah Faisal. 1990. penelitian Kualitatif · dasar- dasar dan aplikasi. Malang: YA3.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta Rajawali Press
Satir, V. (1983). Conjoint Family Therapy (ed. 3). Palo Alto, California: Science and behavior books.
Sitasari, 2000. Coping Wanita Dewasa Maciya Terhadap Kematian Pasangan. Jakarta : Fakultas Psikologi, UIN
Stuart, Gail Wiscarz, dkk. 1995. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Keperawatan Jiwa (terj). Jakarta : Kedokteran EGC.
Sudarwan Danim, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Seti a
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya Sulistyowati lrianto, dkk. 2004. Perdagangan Perempuan dalam Jaringan Pengedaran Narkotika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Suyanto. 2002. Perdagangan Anak Perempuan : Kekerasan Seksual dan Gagasan kebijakan. Yogyakarta : Kerja sama Ford Foundation dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada.
raylor, S.E. 1992. Health Psychology. USA: Mc Graw Hill
2'.eidner, Moshe & Endler, Norman S. 1996. Handbook of Coping : Theory Research, Applications. Toronto: John Wiley and Sons.
2'.oh1a Andi Basa, dkk. 2005. Kekerasan Terhadap Perempuan: Menghadang Langkah Perempuan. Yogyakarta : Kerja sama Ford Foundation dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada.
~· ~
DEP ARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSJKOLOGI
Ji. Kertn Mukti No.5 Cirendc Jnknrtn Sclntnn 15419 Tctp. (021) 7433060 Fax. 7471471·!
Nomor Lamp. Hal
: Un. 71/0T.Ol.7/ J i.rc,/XII/2007
Jakarta, 3 Desember 2007
: lzin Pene/itian Kepada Yth. Kepala Rur.iah Saki! Kepolisian Pusat Rumah Sakit Sukanto Jakarta Timur Assalamu'alaikum Wr.
We.
Dengan honnat, ka1ni san1paikan bah\va :
Nnma Tempatffgl 1,ahir Alum at
: I-Jartin Kurniawati : Jakarta, 24 Oktober 1984 Komplek Pamulang MA JI. Bunga Pagi Sore D7/31 Pamulang 15417
adalah benar m'11rnsiswa Fakultas Psik1>logi !JIN SyarifHidayatullah Jakarta Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
IX (Sembilan) 1030700?.8996 200712008 Strata 1 \S-1)
Sc::hubungan d~ngan tugas penyelesaian skripsi yang berjudul :"Pcrilaku Coping elfin Dukungnn Sosinl P~1da l(orbnn Trnfiking"1nahasis\va tersebut memerlukan I:dn Penelitian. di lembnga yang Bapnk/ibu/Snudara pin1pin. Olr:h karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk n1cnerin1a mahasis\va tersebut dan niemberikan bantuannya. Derrii.kian atas pr.rhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terin1a kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan Bembontu De an ... - - "--':-:.._ · Bidang )\; de 1ik ·''-'·~
.\
Tembusan: Dekan Fakultas Psikologi
T KEDOKTERAN DAN KESEI-IATAN POLRI H SAKIT KEPOLISIAN PUSAT R.S SUKANTO
SURAT-KE TERANG AN No Pol : Sket I (_f6 I III I 2008
Yang bertanda tangan di bawab ini Kepala Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto atau ewakili , menerangkan babwa :
Nama NIM Instansi
: HARTIN KURNIAWATI : I 03070028996 : FAK. PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAY ATULLAH
Telah melaksanakan penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi dengan judul " Perilaku ; dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking " di Instalasi PPM dan PPT tpolpus R.S Sukanto, yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari s.d 20 Pebrnari 2008 ian surat keterangan ini dibuat untuk dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.
)iran 1
LEMBAR OBSERVASI ·ek
: 1 /2/3/4
1gal •ancara ke tu (pukul)
s/d
pat
tan Lapangan .eadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar impat wawancara.
iambaran fisik dan penampilan subyek
lingkasan sikap subyek selama jalannya wawancara (suara, intonasi, sikap Jbuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, dll)
>angguan I hambatan selama wawancara
:atatan khusus selama wawancara
1teraksi Sosial Subyek Pada Lingkungan (Keluarga, Teman, Tetangga, dsb)
iiran 2
PENGANTAR WAWANCARA lamu'alaikum Wr.Wb adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, saat ini sedang melaksanakan penelitian mengenai Perilaku Coping dan 1ngan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking. Penelitian ini dilakukan dalam
dan sesudahnya saya megucapkan terima kasih atas kesediaan dan sama saudara. Aapabila diperkenankan, saya ingin meminta kesedian Iara untuk diwawancarai kembali apabila terdapat informasi yang kurang terlewat. 1
nat saya,
in Kurniawati
mpiran 4
Pernyataan Kesediaan ma mpat tanggal lahir kerjaan rsedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-benarnya tuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul "Perila1
~wancara
ini berkaitan dengan aspek pengalaman, peristiwa yang menjadikan
mber stress, tingkah laku, keadaan psikologis dan emosi yang berkaitan ngan coping dan dukungan sosial keluarga.
lapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semataita untuk keperluan skripsi ini. Apabila ditemukan data yang masih kurang igkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali.
assalam
Jakarta, 18 Januari 2008
Interviewer
:erviewee
)
(Hartin Kurniawati)
mpiran 4
PEDOMAN WAWANCARA I,
Aspek
lndikator
Pertanyaan
Gambaran Stres yang dirasakan siJbyek
Kondisi dan situasi apa saja yang dirasakan subyek sebagai sumber stress
1. Apa saja yang telah terjadi pada diri anda selama anda di perjalanan, penampungan, dan tempat anda bekerja 2. Konflik apa saja yang sering anda hadapi ? 3. Peristiwa apa saja yang dirasakan sangat mengganggu Anda? 4. Peristiwa apa lagi yang Anda bayangkan akan mungkin terjadi di kemudian hari ?
Respon apa saja yang muncul dalam menghadapi kondisi tersebut
1. Bagaimana perasaan anda menghadapi peristiwa tersebut ? 2. Bagaimana reaksi emosional ketika mengetahui menjadi korban penyalahgunaan kekuasaan?
Jenis-jenis perilaku coping yang ditampilkan korban (yang tergolong problem-focused coping)
1. Tindakan nyata apa yang telah anda lakukan untuk menyelesaikan kesulitan yang anda hadapi? 2. Bagaimana anda menghadapi perilaku majikan anda bekerja? 3. Bagaimana usaha anda agar terle[Jas
Gambaran perilaku coping yang dilakukan korban
-1
dari persoalan yang menimpa anda ? Jenis-jenis perilaku coping yang ditampilkan korban (yang tergolong emotional-focused coping)
Gambaran dukungan sosial
.
-i-·
--
1. Apa saja yang anda lakukan untuk mengatasi perasaan yang anda rasakan ? 2. Bagaimana anda . rnernaknai peristiwa yang telah terjadi pada anda? 3. Siapa yang sering anda ajak bicara untuk menye\esaikan persoalan 1ang terjadi pada diri anda ? ---·-
Sumber dukungan sosia\ yang diperoleh korban
1. Dari siapa saja anda rnendapat perhatian atas peristiwa yang anda hadapi ? 2. Bagaimana ke\uarga rnenerima anda ? 3. Siapa yang lebih perperan dalam rnemberikan semangat atau dorongan atau motivasi anda ?
Bentuk Dukungan sosial
1. Bagairnana respon keluarga anda terhadap persoalan yang anda hadapi ? 2. Bantuan apa yang telah anda dapat dari ke\uarga anda ? 3. Dalam.bentuk apa bantuan yang anda dapat khususnya dari keluarga anda ?
mpiran 5
BIODATA PRIBADI ima Lengkap ima Panggilan 'mpat Janggal Lahir nis Kelamin amat Ruma'h
atus Penikahari ) Belum Menikah
) Janda
) Duda
) Berkeluarga
;ndidikan
) SD
( )SMP
) Akademi I Diploma
{ \
( )SMA
) Sarjana I S-1
:kerjaan ) PNS
( ) Karyawan Swasta
( ) Wiraswasta
) Guru
I
) Nelayan
( ) Petani
) Buruh
I
) Pedagang
( ) Pembantu Rumah
\
\
Tangga :nghasilan Perbulan ) Tidak ada ) Kurang dari
Rp 300.000,-
) Antara
Rp. 300.000,- s/d Rp 500.000
) Antara
Rp. 500.000,- s/d Rp 800.000
) Antara
Rp. 800.000,- s/d Rp 1.000.000
) Antara
Rp. 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000
) Antara
Rp. 1.500.000,- s/d Rp 2.000.000
) Diatas
Rp. 2.000.000,- s/d Rp 500.000