Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
PERIBAHASA, MAKNANYA, DAN SUMBANGANNYA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER Agnes Adhani Abstrak : Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk peribahasa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter, (2) menguraikan makna peribahasa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter, dan (3) menunjukkan pendidikan karakter yang didukung oleh peribahasa. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif berdasarkan 318 data yang dikumpulkan dari dua kamus peribahasa, dianalisis untuk menjawab tiga permasalahan penelitian. Hasil penelitian ini (1) Peribahasa dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu pepatah (158 data), pemeo (152 data), dan perumpamaan (8 data). Susunan kata dan kalimat dalam peribahasa menunjukkan keajegan dengan pola (a) empat kata: dua-dua, (b) enam kata: tiga-tiga, (c) delapan kata: empat-empat, dan (d) kalimat dengan tiga klausa, (2) Peribahasa mengandung nasihat dan ungkapan yang bernilai positif. antara lain (a) nasihat agar religius, (b) nasihat agar rendah hati, (c) nasihat agar adil, (d) nasihat agar setia dan dapat dipercaya, (e) nasihat agar menjadi pemimpin yang baik, (f) nasihat agar santun, (g) nasihat agar berhati-hati, (h) nasihat agar tidak lupa asal-usulnya, (i) nasihat agar sosial dan toleran, dan (j) nasihat agar tangguh, (3) Pendidikan karakter yang dikandung dalam peribahasa, yaitu peduli, tangguh, religius, jujur, kreatif, komunikatif, dan nasionalis. Kata kunci: peribahasa, makna peribahasa. pendidikan karakter PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Manusia hidup saat ini ditentukan oleh masa lalunya, demikian juga hidup suatu bangsa. Karya inovatif, kreatif, dan bernilai positif masa lalu merupakan salah satu cermin peradaban. Karya tersebut diwadahi dalam bahasa yang apik dan bermakna positif. Karya sastra, khususnya karya sastra lama, sebagai karya inovatif, kreatif, dan bernilai positif yang mampu bertahan sampai sekarang tentunya memiliki kekuatan yang mampu menembus zaman, sehingga masih hidup sampai saat ini. Salah satu bentuk karya sastra yang mencerminkan budaya lokal lewat penggunaan kata-kata dan mengandung nilai positif bagi pendidikan karakter adalah peribahasa (Ratna, 2014: 326). Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya
mengisahkan maksud tertentu. Dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan, atau kalimat-kalimat ringkas, padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, aturan tingkah laku (KBBI, 1990: 671). Peribahasa mengandung nilai luhur berisi nasihat, penggambaran kehidupan, dan petuah yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Para orang tua biasanya menasihati anak-anaknya secara tidak langsung dengan peribahasa, sebagai bahan refleksi dalam memaknainya. Bahasa dapat digunakan sebagai pembangun karakter. Kecerdasan merupakan bagian dari karakter manusia. Kemampuan berbahasa yang efektif, logis, sistematis, lugas, jelas, mudah dipahami, dan santun merupakan manifestasi kecerdasan. Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat
* Prodi PBSI, FKIP, Unika Widya Mandala Madiun
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
97
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
mengembangkan karakter yang baik. Dengan kecerdasan bahasa, orang dapat mengidentifikasi kemampuan dan potensi dirinya. Jadi kecerdasan berbahasa merupakan salah satu wujud kecerdasan personal. Kecerdasan berbahasa juga terkait dengan kemampuannya memahami dan menghormati orang lain, seperti mengucapkan salam dan berterima kasih, menyatakan simpati, menyatakan bela sungkawa atau turut berbahagia, sampai dengan memenangkan negosiasi dan memahami paparan ilmiah dan seminar. Dengan demikian jelas bahwa kecerdasan berbahasa berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian seseorang (Widjono, 2012: 28-29). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, berikut rumusan masalah penelitian ini. a. Bentuk peribahasa apa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter? b. Apa makna peribahasa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter? c. Pendidikan karakter apa saja yang didukung oleh peribahasa? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan penelitian. a. Mendeskripsikan bentuk peribahasa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter. b. Menguraikan makna peribahasa yang memberi sumbangan terhadap pendidikan karakter. c. Menunjukkan pendidikan karakter yang didukung oleh peribahasa.
KAJIAN TEORI Peribahasa, Bentuk dan Maknanya Peribahasa merupakan bentuk sastra lisan yang perlu dipertahankan kehadirannya dalam khasanah dunia sastra (Abbas, 1987: iii). Peribahasa mempunyai nilai kesastraan karena cara pengungkapnnya yang istimewa, berbentuk singkat tapi padat, rumusannya konkret tetapi mengandung makna umum, kata-kata yng digunakan mengandung pengertian tertentu yang bernilai rasa. Peribahasa merupakan rumusan dari kebijaksanaan masyarakat yang menunjukkan adanya sikap waspada lan eling yang berkaitan erat dengan moral dan kebajikan hidup yang sangat berguna untuk menghadap hidup dan kehidupan, selain itu juga menjadi milik rakyat yang bisa menjadi sarana pengungkap batin dan penanda nilai luhur budaya suatu masyarakat (Darmasoetjipta, 1984: 3-4). Peribahasa adalah (1) kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengisahkan maksud tertentu, dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan, (2) ungkapan atau kalimat ringkas padat, yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku (KBBI, 2008: 1055). Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya (Soedjito, 1992: 109). Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang susunannya mengiaskan suatu maksud tertentu. Susunan kata dalam peribahasa bersifat tetap (Waridah, 2014: 364). Jadi peribahasa merupakan salah satu bentuk karya sastra lama dengan bentuk terikat yang masih bertahan sampai saat ini karena “kekuatannya” dan nilai positif yang terkandung di dalamnya. Bentuk peribahasa yang dikaji adalah pepatah, perumpamaan, dan pemeo. Berikut ini uraian ketiganya.
98
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
a. Pepatah Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tuatua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara), seperti tong kosong nyaring bunyinya ‘orang yang tidak berilmu banyak bualnya (KBBI, 2008: 1049) Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berisi nasihat dari orang-orang tua (Soedjito, 1992: 110). Pepatah merupakan peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran (Waridah, 2014: 364). Jadi pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran. Berikut ini contoh pepatah yang digunakan untuk memberi nasihat bagaimana sebaiknya orang hidup dan menjalani kehidupan dengan baik. b. Perumpamaan Perumpamaan adalah peribahasa yang berupa perbandingan (KBBI, 2008: 1525). Perumpamaan adalah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan, biasanya secara eksplisit digunakan kata seperti, sebagai, bagai, bak, laksana, dan sejenisnya (Soedjito, 1992: 111). Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi perbandingan yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bermakna membandingkan di antaranya bak, seperti, bagaikan, laksana, seumpama (Waridah, 2014: 374). Perumpamaan biasanya dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkret dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan kata konkret minyak, air, belut, gajah, kerbau, pahat, pohon, rumput sebagai pembanding untuk hal-hal yang abstrak, seper ti persahabatan, permasalahan, kehidupan, tingkah laku, dan sejenisnya.
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
c. Pemeo Pemeo adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan (Soedjito, 1992: 113). Pemeo adalah peribahasa yang dijadikan semboyan atau moto (Ratna, 2014: 326). Dalam kehidupan seharihari terdapat kalimat singkat yang dapat menyemangati dan menjadi semboyan seseorang atau lembaga semacam visi yang harus dijunjung tinggi. Pendidikan dan Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik (KBBI, 1990: 204). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Sisdiknas, 2003: 5). Pendidikan karakter dekat dengan pendidikan moral, yaitu pendidikan budi pekerti, seperti mengajarkan etika dan akhlak. Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional (Suyudi, 2013: 89) merumuskan delapan belas nilai dalam pendidikan karakter, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) cinta tanah air, (11) semangat kebangsaan atau nasionalisme, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab (http:// layanan-guru.blogspot.com/2013/05/18-dalampendidikan-karakter.html).
99
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
Kedelepan belas nilai pendidikan karakter di atas dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam delapan kategori, yaitu: (1) religius: beriman, bertakwa, dan taat beragama atau berkepercayaan, (2) jujur, sikap yang sama dalam pengetahuan, kata, dan perbuatan, serta dapat dipercaya, (3) tangguh, meliputi kerja keras, disiplin, mandiri, dan tanggung jawab, (4) peduli, meliputi toleransi, demokratis, cinta damai, peduli sosial, dan peduli lingkungan, (5) kreatif, meliputi kreatif, rasa ingin tahu, dan menghargai prestasi, (6) komunikatif. (7) nasionalis, termasuk di dalamnya semangat kebangsaan dan cinta tanah air, dan (8) gemar membaca. Peribahasa dan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dengan nilai-nilai luhur yang harus ditanamkan dan ditumbuhkembangkan dalam diri peserta didik secara tidak langsung dapat memanfaatkan peribahasa. Peribahasa sebagai warisan leluhur budaya bangsa mengandung nasihat dan nilai kebajikan masa lalu yang sudah teruji oleh zaman. Nasihat berakit-rakit ke hulu, berenangrenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian merupakan salah satu nasihat bagi kaum muda agar mempersiapkan masa depan dengan penuh perjuangan, tidak secara instan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan pada akhirnya bisa menikmati buah perjuangan. Nilainilai luhur yang terkandung dalam peribahasa dapat dijadikan bahan penumbuhkembangan pendidikan
METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, penelitian ini termasuk penelitian kebahasaan yang tidak berusaha menguji hipotesis, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif (Sutopo, 2002: 110). Penelitian ini berusaha mendeskripsikan peribahasa, bentuk dan maknanya serta hubungan dan sumbangannya terhadap pendidikan karakter secara kualitatif. Data dan Sumber Data Data penelitian ini adalah peribahasa dalam bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk dan maknanya yang berhubungan dengan pendidikan karakter. Sumber data penelitian ini adalah (1) Kamus Ungkapan dan Peribahasa Indonesia (Chaniago, Nur Arifin dan Bagas Pratama, 1998, Bandung: Pustaka Setia) dan (2) 1160 Peribahasa Indonesia untuk SD, SLTP, SMU, dan Umum (Kuswanto, dkk. 1997, Semarang: Aneka Ilmu). Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data melalui teknik simak bebas libat cakap (Sudaryanto, 2015: 207), karena peneliti tidak terlibat dalam pertuturan peribahasa, data berupa dokumen tertulis dan tidak memperngaruhi data, dilanjutkan dengan teknik catat.
karakter.
Teknik Analisis Data
Peribahasa dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan kepribadian peserta didik menjadi
Sesuai dengan rumusan masalah, analisis data dilakukan dalam tiga kategori, yaitu:
makhluk individual, sosial, etis, dan religius yang positif.
a. Menjawab rumusan masalah per tama berhubungan dengan bentuk peribahasa, digunakan memadankan bentuk peribahasa dengan ciri-ciri pepatah, perumpamaan, atau pemeo.
100
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
b. Menjawab rumusan masalah kedua, yang terkait dengan makna peribahasa digunakan teknik membandingkan antara bentuk dan makna. c. Menjawab rumusan masalah ketiga, terkait dengan peribahasa dan pendidikan karakter dilakukan dengan menghubungkan dan mengelompokkan peribahasa berdasarkan delapan nilai pendidikan karakter. d. Menarik kesimpulan hasil analisis terhadap tiga permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bentuk Peribahasa Dalam penelitian ini peribahasa dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu pepatah (A), yaitu jenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran, perumpamaan (U) adalah adalah peribahasa yang berisi perbandingan yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bermakna membandingkan di antaranya bak, seperti, bagaikan, laksana, seumpama, dan pemeo (O) adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan. Pepatah meliputi 158 data, pemeo 152 data, dan perumpamaan 8 data. Berikut bentuk peribahasa disajikan dalam tabel 1. Tabel 1 Bentuk Peribahasa
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
101
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
a. Pepatah Pepatah adalah peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran. Nasihat atau ajaran berkaitan dengan kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebagai anggota masyarakat, juga manusia sebagai makhluk individual dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Berikut ini contoh pepatah yang berisi nasihat yang bermanfaat bagi manusia dalam hidup.
dibandingkan dengan gadis menumbuk. (6) Bagai hela rambut dalam tepung (27), ’berhati-hati dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang sulit’ dibandingkan dengan menghela rambut dalam tepung, harus hatihati agar tidak menyerakkan tepung.
(1) Ada air, ada ikan (1), nasihat agar percaya
Selain dalam tiga bentuk di atas, susunan kata dan kalimat dalam peribahasa menunjukkan
kepada Tuhan bahwa di mana pun kita berada niscaya ada rezeki.
keajegan dengan pola (1) empat kata: dua-dua, (2) enam kata: tiga-tiga, (3) delapan kata: empat-
(2) Adat hidup tolong-menolong, adat mati jenguk-menjenguk, adat dunia berbalasbalasan nasihat (13), nasihat dalam hidup kita perlu tolong-menolong, kunjungmengunjungi, berbalas-balasan kebaikan.
empat, (4) kalimat dengan tiga klausa. Berikut ini contoh masing-masing.
b. Pemeo Pemeo adalah salah satu bentuk peribahasa yang digunakan sebagai semboyan atau motto. Berikut ini beberapa contoh pemeo. (3) Esa hilang tak terbilang (107), semboyan agar tidak mudah patah semangat, atau menggelorakan semangat juang. (4) Daripada hidup bercermin bangkai lebih baik mati berkalang tanah (87), semboyan agar hidup menjunjung tinggi harga diri dan kejujuran. c. Perumpamaan Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi perbandingan yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bermakna membandingkan di antaranya bak, seperti, bagaikan, laksana, seumpama. Berikut ini contoh peribahasa dalam bentuk perumpamaan.
102
(5) Bagai gadis julum menumbuk (26), ’ketekunan mengerjakan sesuatu’
Pola peribahasa dengan empat kata dapat diamati dalam data berikut. (7) Ada air ada ikan (1). (8) Ada asap ada api (2). (9) Ada lubuk ada ikannya (5). Berikut ini bentuk peribahasa dengan pola enam kata. (10) Baik rupa sepandangan, baik bunyi sependengaran (37). (11) Benang jangan putus, tepung jangan diserakkan (45). (12) Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (50). Berikut ini bentuk peribahasa dengan pola delapan kata. (13) Ada ubi ada talas, ada budi ada balas (9). (14) Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam (15). (15) Berani hilang tak hilang, berani mati tak mati (46).
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
(16) Terdorong kata minta dipulangkan, terdorong langkah minta dikembalikan (286). Peribahasa dengan pola kalimat tiga klausa ditemukan dalam beberapa data, antara lain: (17) Adat hidup tolong-menolong, adat mati jenguk-menjenguk, adat dunia berbalas-balas (14). (18) Air orang disauk, ranting orang dipatah, adat orang diturut (16). Makna Peribahasa Peribahasa sebagai warisan leluhur berupa bentuk bahasa yang tetap mengandung nasihat dan ungkapan yang bernilai positif. Nasihat yang diungkapkan dalam peribahasa biasanya bersifat tidak langsung, sehingga memerlukan perenungan dalam memaknainya. a. Nasihat agar Religius Menjadi pribadi yang religius ditandai dengan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah dengan menghormati ciptaannya, dengan ketakwaan dan keyakinan Mahaadil Tuhan. Berikut ini peribahasa yang mendukung makna ini. (19) Tuhan bersifat kasdim, manusia bersifat gawa (299), ’hanya Tuhanlah yang menetapkan segala sesuatu, sedangkan manusia tidak lepas dari salah dan khilaf’. (20) Yang penting adalah shalat, umur panjang tiada gunanya (315) ’tiada gunanya hidup kalau tidak mengabdi Tuhan’. (21) Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah (11), ’suatu perbuatan harus selalu mengingatkan aturan adat dan agama’. (22) Dunia ini pinjam-pinjaman, akhirat juga akhir
b. Nasihat agar Rendah Hati Peribahasa yang memberi nasihat agar menjadi pribadi yang rendah hati, antara lain: (23) Baiklah menjadi ayam betina supaya selamat (37) ’lebih baik merendahkan diri, supaya tidak mendatangkan mala petaka’. (24) Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir (61) ’mengutamakan sikap merendahkan diri terhadap sesama’. (25) Harimau menyembunyikan kuku (115) ’orang yang pandai menyembunyikan kelebihannya’. c. Nasihat agar Adil Sebagai makhluk sosial manusia diharapkan bersikap adil. Berikut ini contoh peribahasa yang memberi nasihat agar menjadi pribadi yang adil. (26) Datar seperti lantai papan, terus seperti dinding cermin (89) ‘putusan yang adil’. (27) Ikut hukum memiat daging, sakit di awak sakitlah orang (129) ‘berlaku adil dan bijaksana dalam memberikan perintah kepada orang lain’. (28) Enak di awak, enak pula di orang (104) ‘dalam mengerjakan segala sesuai bersikap adil dengan mengenakkan semua orang’. (29) Tali jangan putus, pengait jangan serkah (272) ’memutuskan perkara seadil-adilnya’. d. Nasihat agar Setia dan Dapat Dipercaya Modal hidup manusia dalam masyarakat salah satunya adalah setia dan dapat dipercaya. Berikut ini peribahasa yang bermakna setia dan dapat dipercaya. (30) Barang yang dikata itulah kata (39) ‘selalu menepati janji’.
kelaknya (100), ’dunia tidak kekal, yang kekal adalah akhirat’.
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
103
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
(31) Garam dikulumnya tak hancur (109) ’bisa dipercaya memegang rahasia’. (32) Jika kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya (139) ’manusia bisa dipercaya ucapannya’. (33) Memakan habis-habis, menyuruh hilanghilang (195) ’bila diper caya untuk merahasiakan sesuatu hendaknya menyimpannya baik-baik’. (34) Kata dahulu bertepati, kata kemudian bercarian (156) ’berusaha selalu menepati janji’. (35) Mulut terlanjur, emas tentangannya (208) ’janji yang sudah diucapkan harus dipenuhi’. e. Nasihat agar Menjadi Pemimpin yang Baik Peribahasa biasanya juga digunakan untuk memberi nasihat kepada calon pemimpin atau pemimpin agar bertindak bijaksana. Berikut ini peribahasa yang mengandung makna nasihat agar menjadi (calon) pemimpin yang baik. (36) Ada penghulu berpadang, luas beralam lapang (70) ’seorang pemimpin harus bersabar, banyak pertimbangan, dan bijaksana’. (37) Lemah diraih, pantai dititi (182) ’sikap pemimpin yang bijaksana dalam memberi perintah’. (38) Selangkah berpantang sur ut, setapak berpantang mundur (248) ’pantang menyerah dan berani menempuh bahaya’. f. Nasihat agar Santun Pribadi yang santun umumnya ditandai dengan penggunaan bahasa yang halus. Berikut ini peribahasa yang bermakna santun.
104
(39) Berkata siang melihat-lihat, berkata malam menguak-nguak (62) ’berhati-hati dalam berbicara’. (40) Mandi di hilir-hilir, berkata di bawah-bawah (189) ’orang yang mengutamakan sopan santun dalam tindakannya’. (41) Yang elok budi, yang indah bahasa (312) ’keramahan dan budi baik dapat membuat orang segan’. g. Nasihat agar Berhati-hati Dalam hidup kadang kemalangan timbul karena kurang hati-hati, sehingga ada peribahasa yang bermakna masihat agar berhati-hati. (42) Jerat serupa jerami, kiambang disangka gurun (138) ’berhat-hati, sebab sesuatu yang disamarkan kadang-kadang dapat mendatangkan bahaya’. (43) Kunyah dulu, maka telan (170) ’pikir dahulu baik-baik, baru laksanakan’. (44) Kurang arif badan celaka, amat arif badan binasa (171) ’terlalu hati-hati badan celaka, tidak hati-hati badan binasa’. (45) Lihat ranting yang akan menimpa, duri yang akan mengait (183) ’berhat-hati dalam melakukan pekerjaan’. (46) Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna (224) ’mempertimbangkan segala sesuatu bila hendak melakukan pekerjaan’. h. Nasihat agar Tidak Lupa Asal-Usulnya Salah satu sikap rendah hati ditandai dengan sikap tidak lupa akan asal-usulnya, sehingga ada peribahasa yang mengandung makna ini. (47) Kacang takkan lupa terhadap lanjarannya (149) ’orang dalam keadaan apapun tidak akan lupa jati dirinya’.
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
(48) Sayang akan negeri ditinggalkan (234) ’jika sayang akan negeri, pergi merantau menuntut ilmu untuk kepentingan negeri’. (49) Setinggi-tinggi terbang bangau, hinggap di bubungan juga (255) ’sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke negeri asal’. i. Nasihat agar Sosial dan Toleran Agar bisa hidup damai dan selamat dalam masyarakat perlu dikembangkan sikap sosial dan toleran. Untuk mengembangkan sikap itu terdapat peribahasa yang mengandung makna nasihat agar sosial dan toleran. (50) Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan (8) ’susah senang ditanggung bersama’ (51) Adat hidup tolong-menolong, adat mati jenguk-menjenguk, adat dunia berbalasbalasan (13) ’tiap orang hidup di dunia wajib tolong-menolong, kunjung-mengunjungi, yang baik dibalas dengan yang baik’. (52) Baik rupa sepemandangan, baik bunyi sependengaran (36) ’cocok, seia-sekata’.
(56) Apa digaduhkan, pengayuh sama di tangan, perahu sama di air (22) ’jangan gentar melawan seseorang yang sebanding’. (57) Bagai hari takkan hujan, katak betung dalam telaga berteriak selalu (32) ’apabila tekun berusaha, lambat laun akan berhasil juga’. (58) Berani hilang tak hilang, berani mati tak mati (46) ’mengerjakan segala sesuatu hendaknya tidak tanggung-tanggung’. (59) Berhati baja berurat kawat (55) ’sangat tabah dan keras hati’. Pendidikan Karakter dalam Peribahasa Seperti telah dikemukakan di muka bahwa pendidikan karakter yang diteliti meliputi delapan nilai pendidikan karakter. Pendidikan karakter religius (32 data), jujur (28 data), tangguh (100 data, peduli (113 data), kreatif (19 data), komunikatif (18 data), nasionalis (8 data), sedangkan gemar membaca tidak ada data pendukung. Berikut ini sajian data dalam tabel 2. Tabel 2. Pendidikan Karakter dalam Peribahasa
(53) Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (50) ’susah senang dirasakan bersama’ (54) Dalam berselam dangkal berjingkat (86) ’pandai menyesuaikan diri’. j. Nasihat agar Tangguh Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi pribadi yang tangguh, sehingga terciptalah peribahasa yang bermakna nasihat agar menjadi pribadi yang tangguh, antara lain: (55) Adat juara kalah menang, adat saudagar laba rugi (14) ’kita harus sabar dalam menghadapi kesulitan’.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan peribahasa yang mengandung nilai pendidikan karakter gemar membaca. Hal ini terjadi karena peribahasa sebagai warisan budaya zaman dahulu belum mengenal budaya tulis. Peribahasa dimasyarakatkan dengan dituturkan dalam upacara adat dan kegiatan
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
105
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
kemasyarakatan lainnya dan disampaikan secara lisan oleh para orang tua, pemuka adat, dan leluhur. Nilai pendidikan karakter nasionalis juga tidak banyak ditemukan data pendukung karena zaman itu nasionalisme belum digelorakan, sikap kedaerahan masih melingkupi masyarakat. Uraian nilai pendidikan karakter berikut diurutkan berdasarkan jumlah peribahasa pendukung nilai pendidikan karakter berturut-turut dari yang paling banyak.
(peduli sosial). (6) Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (50) ’susah senang ditanggung bersama’ (peduli sosial). (7) Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menuruni (158) ’susah senang ditanggung bersama’ (peduli sosial). (8) Mendapat sama melaba, kekurangan sama
a. Peduli Peduli adalah sikap mengindahkan, menghiraukan. Sikap ini meliputi meliputi toleransi, demokratis, cinta damai, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Terdapat 113 peribahasa yang mendukung sikap peduli. Hal ini terjadi karena kecenderungan masyarakat zaman ini bersifat komunal, mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan diri. Kebersamaan menjadi tolok ukur kehidupan bersama, sehingga nasihat agar bisa menjadi anggota masyarakat yang baik yang diutamakan. Berikut ini beberapa peribahasa yang mendukung nilai pendidikan karakter peduli. (1) Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung (91) ‘di mana pun kita berada harus menghormati adat-istiadat yang berlaku’ (toleran) (2) Dalam berselam dangkal berjingkat (86) ‘pandai menyesuaikan diri’ (toleran) (3) Berani menjual, berani membeli (48) ’jika berani memerintah hendaknya berani melakukannya (demokratis). (4) Masuk kadang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak (190) ’di mana kita tinggal hendaknya menuruti adat-istiadat setempat’ (cinta damai)
106
(5) Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan (8) ’susah senang ditanggung bersama’
merugi (198) ’susah senang ditanggung bersama’ (peduli sosial) b. Tangguh Tangguh adalah sikap karakter positif ditandai dengan sukar dikalahkan, kuat, tidak lemah, tabah, kukuh. Sikap ini meliputi kerja keras, disiplin, mandiri, dan tanggung jawab. Terdapat 100 peribahasa yang mendukung nilai pendidikan karakter tangguh antara lain: (9) Berani hilang tak hilang, berani mati tak mati (46) ‘menger jakan segala sesuatu hendaknya tidak tanggung-tanggung’ (kerja keras). (10) Hitam tahan tempa, putih tahan sesah (123) ‘orang tahan menghadapi cobaan’ (kerja keras). (11) Kaki ke atas, kepala ke bawah (150) ‘bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan’ (kerja keras) (12) Selangkah berpantang sur ut, setapak berpantang mundur (248) ’pantang menyerah dan berani menempuh bahaya’ (mandiri)
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
(13) Kalau langkah sudah terlangkahkan, pantang berbalik surut (152) ’orang yang berani dan pantang mundur’ (mandiri) (14) Kepalang basah mandi sekalian (161) ’sesuatu yang terlanjur dikerjakan sebaiknya diselesaikan sampai tuntas’ (tanggung jawab) (15) Kerja baik lekas-lekaskan, supaya jangan tertimpa yang buruk (165) ’jangan mengundur-undur pekerjaan yang mendatangkan kebaikan’ (tanggung jawab). c. Religius Nilai pendidikan karakter religius berkaitan dengan beriman, bertakwa, dan taat beragama atau berkepercayaan Terdapat 32 peribahasa yang mendukung karakter positif ini. Berikut ini beberapa peribahasa yang mendukung nilai religius. (16) Perang bermalaikat, sabung berjuara (223) ‘manusia berusaha Tuhan yang menentukan’. (17) Tuhan bersifat kasdim, manusia bersifat gawa (229) ’hanya Tuhanlah yang menentukan dan manusia tidak luput dari salah dan khilaf’. (18) Yang penting adalah shalat, umur panjang tiada gunanya (315) ’tiada gunanya hidup kalau tidak mengabdi Tuhan’. (19) Dunia ini pinjam-meminjam, akhirat juga akhir kelaknya (100) ’dunia tidak kekal, yang kekal adalah akhirat’. d. Jujur Jujur, sikap yang sama dalam pengetahuan, kata, dan perbuatan, serta dapat dipercaya. Nasihat agar hidup dapat dipercaya dan jujur terdapat dalam 28 peribahasa, antara lain: (20) Barang yang dikata itulah kata (39) ‘selalu menepati janji’.
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
(21) Garam dikulumnya tak hancur (109) ’bisa menyimpan rahasia’. (22) Hidup berakal, mati beriman (120) ’cara berpikir dan berindak yang benar’. (23) Hitam tahan tapa, putih tahan sabun (122) ‘boleh diuji benar-salahnya’ (24) Memakan habis-habis, menyuruh hilanghilang (195) ‘bila diper caya untuk merahasiakan sesuatu hendaknya menyimpannya baik-baik’. (25) Tegak pada yang datang (278) ‘orang yang teguh memegang kebenaran’. e. Kreatif Nilai pendidikan kreatif termasuk di dalamnya rasa ingin tahu, dan menghargai prestasi. Nilai ini didukung 19 peribahasa, antara lain: (26) Jika pandai menggulai, badar jadi tenggiri (140) ‘jika pandai mengatur, yang sederhana akan terlihat baik’ (27) Tertumbuk biduk dibelokkan, tertumbuk kata dipikiri (290) ’bila mendapat kesulitan sebaiknya segera mencari jalan keluar agar terlepas dari kesulitan tersebut’. (28) Tiada rotan akar pun jadi (292) ’bila tidak mendapatkan yang terbaik, pergunakanlah yang ada’. (29) Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui (246) ’dalam satu kesempatan dapat menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus’. f. Komunikatif Komunikatif yaitu sikap dan perilaku bersahabat dan proaktif, terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun, sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
107
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
Terdapat 18 peribahasa yang mendukung nilai pendidikan karakter ini. Berikut ini beberapa
(38) Kijang itu kalau dirantai dengan emas sekalipun, jikalau lepas lari juga ke hutan (168)
contoh peribahasa mengandung nilai karakter komunikatif.
‘Perantau walaupun senang di negeri orang, bila ada kesempatan ingin pulang ke asalnya’.
(30) Bahasa menunjukkan bangsa (35) tutur kata yang sopan menunjukkan asal-usul yang
(39) Sayang akan negeri ditinggalkan (234) ‘Jika sayang akan negeri, pergi merantau menuntut
tinggi’ (31) Di alas bagai memengat (99) ’bila berbicara jangan asal berbicara’. (32) Elok kata dalam mufakat, buruk kata di luar mufakat (102) ’bila hendak memutuskan segala sesuatu, hendaknya bermusyawarah lebih dahulu’. (33) Kerbau tahan palu, manusia tahan kias (163) ’mendidik manusia cukup dengan perkataan dan sindiran, tanpa kekerasan’. (34) Yang elok budi, yang indah bahasa (312) ’keramahan dan budi baik dapat membuat orang segan’. (35) Yang tajam tumpul, yang bisa tawar (317) ’per kataan yang lemah lembut dapat mengatasi perselisihan’. g. Nasionalis Nasionalis, termasuk di dalamnya semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Berikut ini contoh peribahasa yang mendukung nilai pendidikan karakter ini. (36) Berapa tinggi terbang bangau, akhirnya hinggap di belakang kerbau juga (124) ‘Sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke negeri asal’ (37) Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, masih lebih baik di negeri sendiri (124) ’ Sebaik-baik negeri orang, masih baik negeri sendiri’
108
ilmu untuk kepentingan negeri’. (40) Tunggang hilang berani mati (302) ‘Orang yang berani membela negara’. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, berikut ini dikemukakan beberapa simpulan, yaitu: a. Peribahasa dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu pepatah (A), yaitu jenis per ibahasa yang mengandung nasihat atau ajaran, perumpamaan (U) adalah adalah peribahasa yang berisi perbandingan yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bermakna membandingkan, biasanya menggunakan kata-kata tertentu, di antaranya bak, seperti, bagaikan, laksana, seumpama, dan pemeo (O) adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan. Pepatah meliputi 158 data (Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas), pemeo 152 data (Bahasa menunjukkan bangsa), dan perumpamaan 8 data (Gagai pucuk dan embut, tiada laku baharu dibaham). Selain dalam tiga bentuk di atas, susunan kata dan kalimat dalam peribahasa menunjukkan keajegan dengan pola (1) empat kata: dua-dua (keruh dijernihkan, kusut diselesaikan), (2) enam kata: tiga-tiga (Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan), (3) delapan kata: empat-empat (Tunggang hilang berani mati, esa hilang dua terbilang), dan (4) kalimat dengan tiga klausa (Air orang disauk, ranting orang dipatah, adat orang diturut).
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
b. Peribahasa sebagai warisan leluhur berupa bentuk bahasa yang tetap mengandung nasihat dan ungkapan yang bernilai positif. Nasihat yang diungkapkan dalam peribahasa biasanya bersifat tidak langsung, sehingga memerlukan perenungan dalam memaknainya. Nasihat dan semboyan serta perumpamaan yang diungkap dalam peribahasa, antara lain (1) nasihat agar religius, misalnya Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah, ’suatu perbuatan harus selalu mengingatkan aturan adat dan agama’, (2) nasihat agar rendah hati, contohnya Baiklah menjadi ayam betina supaya selamat ’lebih baik merendahkan diri, supaya tidak mendatangkan mala petaka’, (3) nasihat agar adil, umpamanya Datar seperti lantai papan, terus seperti dinding cermin ‘putusan yang adil’, (4) nasihat agar setia dan dapat dipercaya, antara lain Jika kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya ’manusia bisa dipercaya ucapannya’, (5) nasihat agar menjadi pemimpin yang baik, misalnya Ada penghulu berpadang, luas beralam lapang ’seor ang pemimpin harus bersabar, banyak pertimbangan, dan bijaksana’, (6) nasihat agar santun, contoh Berkata siang melihat-lihat, berkata malam menguak-nguak ’berhati-hati dalam berbicara’, (7) nasihat agar berhati-hati, misalnya Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna ’mempertimbangkan segala sesuatu bila hendak melakukan pekerjaan’ (8) nasihat agar tidak lupa asal-usulnya, antara lain Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih baik di negeri sendiri ’sebaik-baik negeri orang, masih baik negeri sendiri’ (9) nasihat agar sosial dan toleran, contoh Adat hidup tolong-menolong, adat mati jenguk-menjenguk, adat dunia berbalas-balasan ‘tiap orang hidup di dunia wajib
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511
tolong-menolong, kunjung-mengunjungi, yang baik dibalas dengan yang baik’, dan (10) nasihat agar tangguh, misalnya Yang hidup adalah juang, tanpa juang tiada hidup ‘manusia hidup harus berjuang’. c. Pendidikan karakter yang diteliti meliputi delapan nilai pendidikan karakter. Pendidikan karakter religius (32 data, misalnya Perang bermalaikat, sabung berjuara), jujur (28 data, misalnya Tegak pada yang datang), tangguh (100 data, misalnya Berani hilang tak hilang, berani mati tak mati), peduli (113 data, misalnya Kalau panjang beri beruas, kalau pendek beri berbuku), kreatif (19 data, misalnya Jika pandai menggulai, badar jadi tenggiri), komunikatif (18 data, contoh Yang elok budi, yang indah bahasa), nasionalis (8 data, misalnya Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, masih lebih baik di negeri sendiri), sedangkan gemar membaca tidak ada data pendukung. Saran Berdasarkan simpulan di atas berikut ini beberapa saran yang dapat disampaikan. a. Peribahasa mengandung nilai luhur dalam pembentukan karakter, sehingga perlu direaktualisasi sebagai materi ajar maupun bentuk nasihat bagi generasi muda. b. Guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai materi ajar karya sastra lama maupun bentuk arkhais bahasa Indonesia yang memiliki nilai luhur dalam pembentukan karakter peserta didik. c. Pemakai bahasa, pengguna media sosial dapat menggunakan peribahasa dalam berkomunikasi yang santun dan menyejukkan, karena petuah dan nasihat dikemukakan secara tidak langsung, tersamar, dan berkias.
109
Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya Terhadap Pendidikan Karakter
DAFTAR PUSTAKA Abbas, S.R.S. 1987. Kamus Peribahasa. Bandung: Angkasa. Chaniago, Nur Arifin dan Bagas Pratama. 1998. Kamus Ungkapan dan Peribahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Darmasoetjipta, F.S. 1985. Kamus Peribahasa Jawa dengan Penjelasan Kata-kata dan Pengertiannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. http://layanan-guru.blogspot.com/2013/05/08-dalampendidikan-karakter.html diunduh 17 September 2015. Kuswanto, dkk. 1997. 1160 Peribahasa Indonesia untuk SD, SLTP, SMU, dan Umum. Semarang: Aneka Ilmu.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyudi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wabana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Waridah, Ernawati. 2014. EYD Ejaan yang Disempurnakan dan Seputar KebahasaIndonesiaan. Bandung: Ruang Kata. Widjono Hs. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo.
110
Magistra No. 97 Th. XXVIII September 2016 ISSN 0215-9511