PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG
– (CISAYONG) Muhammad Umar Yusup, H Herianto, Yusep Ramdani Teknik Sipil Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Email.
[email protected]
ABSTRACT Definition of flexible pavement ( flexible pavement ) is the use of asphalt as a binder material . Layers layers are perkerasannya bear and spread the traffic load to the ground base . Given the condition of the existing pavement is a lot of damage caused by natural and human factors in this case the vehicle is need for improvement in order to meet the growing needs of high traffic , highway transportation infrastructure is indispensable , it is because the road is supporting a variety construction sector , means people activity , and to facilitate the relationship of the area of the area lain.Perencanaan pavement thickness using AASTHO 1993 , in the thick of planning flexible pavement structure is obtained D1 = 13.7 cm ( AC - WC : a1 = 0.40 ) : D2 = 25,00cm ( class A broken stone , CBR 100 % : a2 = 0:14 ) : D3 = 38,00cm ( crushed stone, class B , CBR 50 % a3 = 0:12 ) Keywords : Flexible Pavement
ABSTRAK Pengertian perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan – lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar. Mengingat kondisi perkerasan jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh alam maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan perlu adanya peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang makin tinggi, Jalan raya merupakan prasarana tranportasi yang sangat diperlukan, hal ini dikarenakan jalan merupakan penunjang berbagai sektor pembangunan, sarana aktifitas penduduk, dan untuk mempermudah hubungan dari daerah kedaerah lain.Perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode AASTHO 1993, pada perencanaan tebal struktur perkerasan lentur ini didapat D1 = 13.7 cm (ACWC: a1 = 0,40) : D2 = 25,00cm (Batu pecah kelas A,CBR 100%: a2 = 0.14) : D3 = 38,00cm (batu pecah kelas B, CBR 50% a3 = 0.12) Kata Kunci : Perkerasan Lentur 1.
Pendahulan Pesatnya perkembangan dan pertumbuhan lalu lintas, menyebabkan volume lalu lintas menjadi padat, terutama di indhiang yang terletak pada persimpangan jalur kota tasikmalaya dimana lokasi tersebut sering menyebabkan kemacetan. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah kota tasikmalaya perlu merencanakan jalan tersebut untuk mengurangi kepadatan. Jumlah penduduk kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yang semakin besar. Pergerakan trasnportasi semakin tinggi sehingga
dibutuhkan prasarana dan sarana yang memadai agar mobilitas kegiatan penduduk berlangsung efisien. Lahan yang cukup luas, proses ekonomi berjalan tanpa henti, maka dalam beberpa kurun waktu ini lahan berubah fungsi menjadi kawasan pembangunan. Disamping ini kelancaran lalu lintas menurun seiring dengan laju pertumbuhan kendaraan yang tinggi, sedangkan penyediaan prasarana jalan ditambah terbatasnya fasilitas parkir menambah kerawanan lalu lintas, menyebabkan kemacetan yang cukup padat dan tinggi.
Angkutan Kota (angkot) merupakan salah satu kebutuhan masyarakat kota Tasikmalaya dalam hal transportasi umum untuk melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Disamping itu pula kesemerawutan angkutan kota yang sudah ada perlu dibenahi agar tidak terjadi kemacetan disuatu titik Maksud dari perencanaan adalah untuk mengetahui tebal perkerasan di ruas jalan tersebut, sehingga bisa memberikan tingkat pelayanan sesuai dengan fungsi dan kelas nya, juga supaya memudahkan untuk perencanaan ulang setelah umur rencana terlampaui. Tujuan dari perencanaan adalah untuk mengalihkan sebagian arus lalu lintas, sehingga untuk kendaraan berat dan umum tidak terkonsentrasi di ruas jalan tersebut. Dalam penyusunan tugas akhir ini di lakukan dengan pembatasan masalah sebagai berikut : a. Bagian yang di rencanakan penelitian ini adalah tebal lapis perkerasan. b. Untuk lalu lintas diabaikan c. Geometri jalan raya di abaikan. d. Segmen jalan di asumsikan kondisinya lurus dan datar yang dipakai penilitian ini. e. Rencana Anggran Biaya ini dihitung bagian tebal perkerasannya saja. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis mengambil lokasi di Jalan Terminal Indihiang Tasikmalaya – bandung (Cisayong). Data – data diperoleh dengan cara observasi lapangan, dimana pada observasi ini peneliti survei langsung ke lokasi untuk memperoleh data yang berhubungan dengan cara studi pustaka, dimana penulis memperoleh data dari bahan-bahan referensi seperti buku, diktat kuliah, buku peraturan standar nasional Indonesia, dan referensi lain yang berkaitan dengan topik yang akan penulis bahas. II. Landasan Teori 1. Fungsi dan Peranan Perkerasan Jalan Fungsi utama perkerasan jalan adalah menyebarkan beban roda ke area permukaan tanah dasar yang lebih luas di bandingkan luas kontak roda dan perkerasan, sehingga mereduksi tegangan maksimum yang terjadi pada tanah dasar, yaitu pada tekanan di mana tanah dasar tidak mengalami deformasi berlebihan selama masa pelayanan perkerasan. Secara umum fungsi perkerasan jalan adalah : a. Untuk memberikan struktur yang kuat dalam mendukung beban lalu lintas. b. Untuk memberikan permukaan rata bagi pengendara. c. Untuk memberikan kekesatan atau tahanan gelincir ( skid resistance) di permukaan perkerasan.
d. Untuk mendistribusikan beban beban kendara ke tanah dasar secara memadai, sehingga tanah dasar terlindungi dari tekanan yang berlebihan. e. Untuk melindungi tanah dasar dari pengaruh buruk perubahan cuaca. Sistem perkerasan harus dirancang tahan lama, sehingga tdak mengalami kerusakan prematur akibat pengaruh lingkungan (air, oksidasi, pengaruh temperatur). Material pembentukan perkerasan jalan umumnya sangat di perngaruhi oleh faktor kelembaban (kadar air) dan lingkungan. Kelembaban yang berlebihan didalam srtuktur perkerasan, umumnya akan berakibat buruk pada kinerja perkerasan. Hal ini karena kenaikan kelembaban atau kadar air akan mereduksi kekuatan dan kekakuan material granuler (tak terikat), pengambangan tanah dasar. Selain itu material granuler (pondasi dan pondasi bawah) menjadi terkotori oleh butiran – butiran halus dari tanah dasar yang terpompa keatas bersama air. A. Distribusi Tegangan Perkerasan Perkerasan jalan adalah kontruksi yang di bangun diatas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Jenis kontruksi pererasan jalan umumnya ada dua jenis yaitu : a. Tegangan pada Perkerasan jalan lentur Pada umumnya perkerasan lentur digunakan untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai dengan sedang, seperti jalan perkotaan,jalan utilitas terletak di bawah perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan kontruksi bertahap b. Tegangan pada Perkerasan jalan kaku Perkerasan kaku cocok digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas tinggi yang didominasi oleh kendaraan berat, disekitar pintu tol, jalan yang melayani kendaraan berat yang melintas dengan kecepatan rendah, atau jalan didaerah jalan keluar atau jalan masuk kejalan berkecepatan tinggi yang didominasi oleh kendaraan berat. B. a. b. c. d. C.
Lapisan Perkerasan Jalan Lapisan permukaan (surface course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan pondasi bawah (subbase course) Tanah Dasar Batas – Batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan
B. Angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan Angka ekivalen (E) masing – masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) di tentukan menurut rumus di bawah ini : Angka ekivalen tunggal = D.
2.
Perhitungan Tebal Perkerasan Dengan Menggunakan Metode Analisa Komponen Rumus : ITP = a1 x D1 + a2 x D2 x a3 x D3 Dengan : ITP = Didapat daari tabel akibat LER a1= Koefisien kekakuan relatif lapis permukaan a2 = Koefisien kekakuan relatif lapis pondasi atas a3 = Koefisien kekakuan relatif lapis pondasi bawah D1= Tebal perkerasan D2 = Tebal pondasi atas D3 = Tebal pondasi bawah
Lalu Lintas A. Jumlah jalur kendaraan (c)
dan
koefisien
distribusi
Koefisien distribusi (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana di tentukan menurut daftar dibawah ini
( Angka ekivalen ganda= 0.086(
) )
C. Lalu lintas harian rata – rata dan rumus – rumus lintas ekivalen
a. Lintas Ekivalen Permukaan (LEP) ∑ b. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) LEA = ∑ c. Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET= d. Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER = LET X FP LER= Dimana : i= perkembangan lalu lintas j= jenis kendaraan LHR=lalu lintas harian rata – rata UR= usia rencana FP = faktor penyesueian 3. Daya dukung tanah dasar DDT Daya dukung tanah dasar untuk perencanaan tebal lapis perkerasan di tentukan dengan menggunakan pemeriksaan CBR(California Bearing Ratio). CBR diperoleh dari hasil pemeriksaan contoh tanah yang telah disiapkan laboratorium atau langsung dilapangan, nilai CBR yang digunakan disebut CBR rencana atau CBR desain. Seringkali jenis tanah dasar itu berbeda – beda sehubungan dengan perubahan kedalaman pada suatu titik pengamatan, untuk itu perlu ditentukan nilai CBR yang mewakili titik tersebut a. Secara grafis Prosedurnya adalah sebagai berikut : - Tentukan nilai CBR terendah.
-
b.
Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama atau lebih besar dari masing – masing nilai CBR dan kemudian disusun secara tabelaris mulai dari nilai CBR terkecil sampai yang sangat terbesar. Angka terbanyak diberi nilai 100%, angka yang lain merupakan persentase dari 100%. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi. Nilai CBR segmen adalah nilai pada keadaan 90%. Secara analisis
CBR segmen = CBR rata – rata - (CBR maks - CBR min)/R Dimana R dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
IP = 1,0 adalah menyatakan permukaan jalaan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat menggangu lalu lintas kendaraan. IP = 1,5 adalah tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak putus). IP = 2.0 adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 2,5 adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil baik. Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor – faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER) menurut daftar di bawah ini :
Dalam menentukan indeks permukaan(IP) pada awal umur rencana (Ipo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan /kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana menurut tabel dibawah ini :
4.
Faktor Regional
Faktor regional berguna untuk memperhatikan kondisi jalan yang berbeda antara yang satu dengan jalan yang lain. Bina Marga memberikan anngka yang bervariasi seperti tabel dibawah ini.
5.
Indeks Permukaan Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan atau kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Beberapa nilai Indeks Permukaan(IP), beserta artinya sebagai berikut :
6.
Keofisien Kekuatan Relatif (a) Keofisien Kekuatan Relatif (a) masing – masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi atas, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai dengan marshal test(untuk bahan dengan aspal kuat tekan (untuk yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi), sesuai dengan tabel dibawah ini :
III. 1.
Metode Perencanaan Lokasi Penelitian Lokasi perencanaan Terminal Indihiang Tasikmalaya – bandung (Cisayong). 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada perencanaan tebal perkerasan jalan lentur adalah sebagai berikut A. Study Kepustakaan Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari literatur atau buku – buku dan data – data tertulis lainnya yang korelatif dengan masalah yang akan direncanakan. B. Survey Lapangan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara survey langsung kelapangan antara lain. - Survey Lalu Lintas
Survey lalu lintas dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang hendak memakai jalan dinyatakan dalam volume lalu lintas. Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satuan waktu. Data lalu lintas harian rata – rata pada rencana jalan Terminal Indihiang Tasikmalaya – bandung (Cisayong) menggunakan data hasil survey lapangan. 3. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data dari data yang ada baik berupa survey dilapangan, maupun data yang sudah jadi. A. Prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan lentur Langkah – langkah perencanaan tebal perkerasan antara lain : a. Konstruksi perkerasan akan dilakukan bertahap atau tidak bertahap. b. Beban lalu lintas pada lajur rencana (LER), jika kontruksi perkerasan dilakukan secara bertahap, maka beban lalu lintas dihitung sebagai LER1, dan LER2. c. Daya dukung tanah (DDT). d. Faktor Regional. e. Indek permukaan (IP) awal dan akhir umur rencana. f. konstruksi bertahap dan tidak bertahap. g. Tebal lapis permukaan (D1) atau Da dan Db ,untuk kontruksi bertahap, lapis pondasi atas (D2),lapis pondasi bawah (D3)
IV. 1.
-
Analisis Perencanaan Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Direncanakan menggunakan “Metode komponen” atau “Metode Bina Marga”. a. Jalan dua lajur b. Survei lalu lintas lapangan tahun 2015 c. CBR design tanah dasar = 1.66% d. Perkembangan lalu lintas sebelum dibangun 5% e. Perkiraan perkembangan lalu lintas setelah jalan di buka 6% f. Kelandaian <6% g. Curah hujan <900mm/tahun h. Persentase berat kendaraan >30% i. Data lalu lintas Mobil penumpang =3991 kendaraan/hari/2arah Bus =638 kendaraan/hari/2arah Truk 10ton=1181 kendaraan/hari/2arah Truk 13ton= 612 kendaraan/hari/2arah
=6422 kendaraan/hari/2arah j. Umur direncanakan 10tahun k. Jenis konstruksi perkerasan lentur terdiri dari - Lapis permukaan, laston MS 744kg - Lapis pondasi atas, batu pecah kelas A CBR 100% - Lapis pondasi bawah, sirtu kelas B CBR 50% 2. Daya Dukung Tanah Dasar Ditetapkan berdasarkan grafik korelasi yang diperoleh dari nilai CBR yang ditentukan sesuai.
Lalu Lintas Harian Rata – Rata (LHR) Data lalu lintas harian rata – rata berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan tahun 2015 adalah sesuai tabel berikut. 3.
Tabel 4.2 data LHR (lalu lintas harian rata – rata)
No 1 2 3 4
Jenis Kendaraan Mobil penumpang Bus Truk 10 ton Truk 13 ton Jumlah
Jumlah kendaraan/hari/2arah 3991 638 1181 612 6422
Sumber : tahun 2015 survei lapangan
Persentase kendaraan berat dari data diatas adalah : = 4.
Perhitungan Tebal Perkerasan Penyeleseian : a. LHR pada awal umur rencana tahun 2015, dengan rumus ( i + i )n - Mobil 2 ton= (1+0.05)5 x 3991 = 5093.64 kendaraan/hari/2arah - Bus 8ton = (1+0.05)5 x 638 = 814.27 kendaraan/hari/2arah - Truk 10ton = (1+0.05)5 x 1181 = 1507.29 kendaraan/hari/2arah - Truk 13ton= (1+0.05)5 x 612 = 781.08 kendaraan/hari/2arah b. LHR pada akhir umur rencana tahun 2025, dengan rumus ( i + i )n - Mobil 2 ton= (1+0.6)10 x 5093.64= 9121.93 kendaraan/hari/2arah - Bus 8ton = (1+0.06)10 x 814.27 = 1458.23 kendaraan/hari/2arah
Truk 10ton = (1+0.06)10 x 1507.29 = 2699.33 kendaraan/hari/2arah - Truk 13ton= (1+0.06)10 x781.08 = 1398.79 kendaraan/hari/2arah c. Angka Ekivalen Beban (E) Berdasarkan tabel 2.5 didapat angka ekivalen : - Mobil 2ton (1+1) = 0.0002 + 0.0002 = 0.0004 - Bus 8ton (3+5)= 0.0183 + 0.1410= 0.1593 - Truk 10ton (4+6) = 0.0577 + 0.2923= 0.35 - Truk 13ton (5+8) = 0.1410 + 0.9238 = 1.0648 d. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)tahap 1= Cj . LHRawal 1 . E - Mobil 2ton (1+1) = 0.5 x 5093.64 x 0.0004 = 1.019 - Bus 8ton (3+5) = 0.5 x 814.27 x 0.1539 = 62.658 - Truk 10ton (4+6) = 0.5 x 1507.29 x 0.35 = 263.776 - Truk 13ton (5+8) = 0.5 x 781.08 x 1.0648 = 415.847 -
LEPI= 743.3 e. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)tahap 1= Cj . LHRakhir 1 . E - Mobil 2ton (1+1) = 0.5 x 9121.93 x 0.0004 = 1.824 - Bus 8ton (3+5) = 0.5 x 1458.23 x 0.1539 = 112.211 - Truk 10ton (4+6) = 0.5 x 2699.33 x 0.35 = 472.383 - Truk 13ton (5+8) = 0.5 x 1398.79 x 1.0648 = 744.716 LEA1 = 1331.134 f. Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET= (LEP1 + LEA1) = (743.3 + 1331.134) = 1037.217 g. Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER= LET x = 1037.217 x = 1037.217 h. Indeks Tebal Perkerasan
Gambar 4.1 korelasi antara nilai DDT dan CBR
CBRdesign=1.66% Daya Dukung Tanah (DDT) = 2.7% Penentuan nilai Faktor Regional (FR) dari data :jalan kolektor dengan curah hujan rata – rata / tahun 313.9mm, kelandaian rata – rata 6% % Kendaraan berat = Dari tabel 2.8 – FR = 1.0 – 1.5 Indeks Permukaan Awal Umur rencana (IPo) = 3.9 – 3.5 Indeks Permukaan Akhir Umur rencana (IPt) =2.0 Dari data – data ini untuk menentukan menggunakan nomogram = 4
Sumber : petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa komponen
Dengan melihat nomogram 4 diperoleh nilai ITP = 12.5 dan ̅̅̅̅̅̅ = 13.7 Direncanakan susunan lapisan perkerasan sebagai berikut : Menurut petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa komponen SKBI – 2,3.26.1987 UDC : 625.73 (02). - Lapis permukaan (Surface Course), dengan ̅̅̅̅̅̅ = 13.7 didapat : D1 = 13.7 a1 = 0,40 (laston MS = 744Kg) - Lapis pondasi atas(base course), dengan ̅̅̅̅̅̅ = 13.7 didapat : D2 = 25 a2 = 0,14 (batu pecah kelas A CBR 100%)
-
Lapis pondasi bawah(sub base course), dengan ̅̅̅̅̅̅ = 13.7 didapat : D3 = a3 = 0,12 (sirtu kelas B CBR 50%)
Dimana : a1, a2, a3 = Koefisien relatif bahan perkerasan (SKBI 2.3.26.1987) D1, D2, D3 = Tebal masing – masing lapis permukaan Maka tebal lapisan pondasi bawah (D3) dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : ̅̅̅̅̅ = (a1 x D1) + (a2 x D2) + (a3 x D3) 13.7 = (0.40 x 13.7) + (0.14 x 25) + (0.12 x D3) 13.7 = 13.7 - 9.1 D3 = D3= 38.3cm ~ 38cm
Gambar 4.3 susunan perkerasan
Gambar 4.4 typical cross section
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
1
Kesimpulan Untuk perhitungan tebal kekerasan menggunakan metode analisa komponen dengan umur rencana 10 tahun dengan jenis kontruksi sebagai berikut : a. Lapis permukaan Laston Ms. 744 = 13.7 cm b. Lapis pondasi dan batu pecah kelas A CBR 100% = 25 cm c. Lapis pondasi batu sirtu kelas B CBR 50% = 38 cm d. Rencana Anggaran Biaya =Rp 322,400,000,00 2
Saran Untuk perencanaan tebal perkerasan ini adalah untuk mengalihkan sebagian arus lalu lintas, sehingga untuk kendaraan berat dan kendaraan umum tidak terkonsentrasi dijalan tersebut.
Perencanaan tebal perkerasan sebaiknya menggunakan berbagai metode sebagai alat untuk membandingkan, dengan begitu kita tahu metode mana yang baik kita gunakan yang akan menghasikan tebal perkerasan seminimal mungkin dengan material yang sama tetapi bisa tahan lama sesuai umur rencana dengan begitu biaya yang dikeluarkan akan semakin sedikit. DAFTAR PUSTAKA Clarkson H Oglesby, 1996, Teknik Jalan Raya, Penerbit Erlangga, Jakarta. Defartemen Pekerjaan Umum,1974, Buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan (Flexible) Jalan Raya, DirektoratJenderal Bina Marga, Jakarta. Defartemen Pekerjaan Umum,1987, Petunjuk Perencanaan tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, DirektoratJenderal Bina Marga, Jakarta. Fidel Miro, S.E.,MSTr. 2005, Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hari Cristady Hardiyatmo, 2011, Perancangan Perkerasan Jalan dan penyelidikan Tanah, Penerbit Gadjah Mada University Press. Ir.Joko Purnomo,1994, Perencanaan dan Desain, Bandung. Silvia Sukirman, 2006, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. Silvia Sukirman, 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Penerbit Nova, Bandung. Shirley L Hendarsin, 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Penerbit Politeknik Negeri Bandung. Universitas Negeri Siliwangi, 2002, Pedoman Penyusunan dan Penelitian Skripsi, Program S1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil. Universitas Sebelas Maret, 2010, Pedoman Penyusunan dan Penelitian Skripsi, Program S1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil.