PENGARUH BIMBINGAN MENTAL AGAMA TERHADAP PERILAKU KEBERAGAMAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS JAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
PERENCANAAN PROGRAM PEDULI SESAMTema: “Mempererat Ukhuwah Islamiyahden anMeningkat oleh: Yudistira Paramayudha NIM: 1110052000028
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
ABSTRAK Yudistira Paramayudha 1110052000028 Pengaruh Bimbingan Mental Agama Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Dibawah Bimbingan Drs. H. Mahmud Djalal, M.A. Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Pada masa remaja, remaja mulai ragu-ragu terhadap keyakinan agamanya, terutama untuk remaja yang putus sekolah. banyak akibat yang akan timbul akibat putus sekolah di antaranya yaitu adanya degradasi moral, nilai, maupun akhlak. Dalam kondisi tersebut, tidak cukup remaja putus sekolah hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja. Namun lebih dari itu harus dibekali dengan iman dan taqwa, sehingga terwujud generasi yang baik dan mempunyai akhlak atau perilaku keberagamaan yang baik. Salah satu usahanya yaitu para remaja putus sekolah mengikuti program bimbingan mental keagamaan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asosatif yang bersifat sebab akibat (Kausal), yaitu hubungan yang bersifat mempengaruhi dua varibel atau lebih. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dari variabel bimbingan mental agama terhadap variabel perilaku keberagamaan. Penelitian ini melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian di lapangan kepada 55 responden di luar responden sebenarnya, dengan nilai validitas dan reliabilitasnya 0,887. Adapun jumlah sampel penelitian ini berjumlah 55 responden dari 110 populasi dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian, bimbingan mental agama memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta dengan nilai korelasinya sebesar 0,415 dan signifikansinya 0,01. Perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di PSBR berada pada kategori sedang dengan nilai persentasenya sebesar 71%. Kata kunci: Bimbingan Mental Agama, Perilaku Keberagamaan, Remaja Putus Sekolah.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kuasa dan limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Mental Agama Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap berharap Skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi maupun untuk berbagi ilmu pengetahuan bagi berbagai kalangan secara luas. Selain itu, Penulisan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan dibidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materiil maupun immateriil berupa doa, dukungan, semangat, pendampingan, ataupun dengan caranya masing- masing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
ii
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Drs. Sugiharto, M.A selaku Ketua dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Drs. H. Mahmud Djalal, M.A. selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Helmi Rustandi selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingannya selama ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh Civitas Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta, Pak Namin, Bu Daryanti, Bu Yuni, Bu Ning, Bu Hasrifah dan temanteman penerima manfaat yang selalu senantiasa membantu dan mempermudah
penulis
dalam
penelitian
di
lapangan
untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Teruntuk
Keluarga
tercinta,
Mamah
dan
Papah,
adik-adikku
(Muhammad Rifqi Adiasya dan Annisa Tristiana), Mama Eyang, Wa Udin, Wa Ii, Wa Uyi, Wa Rija (Alm.), Wa Udi, Ka’ Nu’man, A’Ilma, Teh Tasya, A’Aulia, A’Imat, A’Aaf, Alfat, Ari, Aji, Dimas, Nanda. Terimakasih banyak atas semua kasih sayang yang sangat luar biasa kepada penulis, terutama atas semua do’a, materi dan non materi, serta motivasi
yang
telah
diberikan
dipersembahkan untuk semuanya.
iii
kepada
penulis.
Skripsi
ini
8. Teman-teman BPI 2010, Abdul Muis, Amini rachman, Ismail siregar, M. Haris, Mukhtar M. Solihin, S. Husein, Ali Munandar, Herianto, M. Najmul Umam, Syarif Hidayatullah, M. Ridwan Bustomi, M. Islam S, Sefty, Yeni Nurasiah, Arfiana Amalia, Titi Hardiyanti, Anisa Trisnawati, Haula Sofiana, Deuis, Sri M, Mela, Eka Fitri, Zuraida, Ela, Ayu, Nurul Muthmainnah, Nurul Fatimah, Nur Janah, Juairiyah, Siti Rif’ah, Elva Ristiawan, Indah, Sajida, Siti Choirunisa, abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adikku di BPI yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih, suka dan duka. 9. Keluarga Besar Masjid Jami’ Bintaro Jaya, Pak Bamby, Bu Isti, Bu Ida, Bu Isti, Bu Nana, Pak Syarif, Ka Ajie, Ka Ika, Ka Ahmad, Ka Entin. Penulis menemukan nilai kehidupan yang lain disini. 10. Teman-teman Pengurus Youth Islamic Generation (YOUMAN) Masjid Jami’ Bintaro Jaya, Sartika Putri, Fiyan, Samtidar, dan yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih semangat dan dukungan yang selalu diberikan. 11. Teman-teman anggota Tapak Suci YOUMAN MJBJ, Ka Dinar, Ka Yuli, Raihan, Diva, Farra, Kalia, Sabrina, Rahma, Fauzan, Fikri, Rifki, Balqis dan yang lainnya yang senantiasa berbagi keceriaan di hari-hari penulis. 12. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih.
iv
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta, Maret 2015
Yudistira Paramayudha
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...............................................................6 1. Batasan Masalah .................................................................................6 2. Rumusan Masalah ...............................................................................7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................7 1. Tujuan Penelitian .................................................................................7 2. Manfaat Penelitian ...............................................................................7 D. Tinjaun Pustaka .......................................................................................8 E. Sistematika Penulisan .............................................................................11 BAB II TINJAUAN TEORI A. Bimbingan Mental Agama ......................................................................13 1. Pengertian Bimbingan Mental Agama ................................................13 2. Tujuan Bimbingan Mental Agama ....................................................17 3. Fungsi Bimbingan Mental Agama .....................................................18 4. Metode dan Teknik Bimbingan Mental Agama ...............................19 5. Unsur-unsur Bimbingan Mental Agama .............................................21 B. Perilaku Keberagamaan ..........................................................................22 1. Hakikat Perilaku ................................................................................22 2. Hakikat Agama ..................................................................................23 3. Dimensi Perilaku Keberagamaan .......................................................23 C. Remaja Putus Sekolah .............................................................................28 1. Pengertian Remaja .............................................................................28 2. Ciri-ciri Masa Remaja ........................................................................32 3. Pengertian Remaja Putus Sekolah ......................................................33 4. Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah ............................................34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................36 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................36 C. Populasi dan Sampel................................................................................37 D. Variabel dan Definisi Operasional ..........................................................38 1. Variabel Penelitian ..............................................................................38 2. Definisi Operasional ............................................................................38 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................41 F. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................41 1. Uji Validitas .......................................................................................41 2. Uji Reliabilitas ...................................................................................42
vi
G. Teknik Analisis Data ..............................................................................42 1. Uji Korelasi .........................................................................................44 2. Mean ...................................................................................................44 3. Standar Deviasi ...................................................................................44 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta ....................................................................................................45 1. Sejarah PSBR ...................................................................................45 2. Dasar Hukum PSBR ........................................................................46 3. Visi dan Misi PSBR..........................................................................46 4. Fungsi dan Tugas PSBR ...................................................................47 5. Strategi Pelayanan ...........................................................................47 6. Prinsip Dasar Pelayanan Sosial .......................................................48 7. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan .............................................49 8. Program, Sarana, dan Prasarana PSBR ..........................................49 9. Mekanisme Penerimaan ...................................................................50 10. Waktu Pendaftaran ...........................................................................52 11. Pengasuhan/Bimbingan ....................................................................52 12. Struktur Organisasi ...........................................................................53 13. Data Pegawai ....................................................................................53 B. Pelaksanaan Bimbingan Mental Agama ................................................54 1. Profil Pembimbing ...........................................................................54 2. Penerima Manfaat ............................................................................54 3. Materi Bimbingan Mental Agama....................................................54 4. Metode Bimbingan Mental Agama ..................................................55 C. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................55 1. Uji Validitas .......................................................................................55 2. Uji Reliabilitas....................................................................................57 D. Hasil dan Analisis Data Penelitian ........................................................57 1. Klasifkasi Responden ......................................................................57 2. Deskripsi Hasil Penelitian ...............................................................58 3. Analisis Data ....................................................................................61 a. Uji Korelasi b. Kategori Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah setelah mengikuti bimbingan mental agama di PSBR Bambu Apus Jakarta ..............................................................................................61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................64 B. Saran ........................................................................................................64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9
Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .......................................39 Skala Semi Likert (Butir Postif).............................................................43 Skala Semi Likert (Butir Negatif) ..........................................................43 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .........................................53 Skala Bimbingan Mental Agama ...........................................................55 Skala Perilaku Keberagamaan ...............................................................56 Hasil Output Uji Reliabilitas ..................................................................57 Variabel Bimbingan Mental Agama ......................................................58 Variabel Perilaku Keberagamaan...........................................................60 Hasil Korelasi Spearman ........................................................................61 Hasil Outpun Mean dan Standar Deviasi ...............................................61 Klasifikasi Skor Skala Perilaku Keberagamaan.....................................62
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Dalam masa peralihan yang demikian, seorang remaja telah seperti orang dewasa, hanya saja belum matang perkembangan jiwanya, segi emosi dan sosialnya masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi dewasa.1 Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya adalah dorongan untuk berprestasi. Dorongan berprestasi ini akan memacu seorang remaja untuk berkarya, karena prestasi yang diperolehnya akan mengaktualisasikan perannya ditengah-tengah masyarakat, sesuai dengan jiwanya, seorang remaja berusaha untuk menemukan jati dirinya. Seringkali terlihat remaja terombang ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai yang kadang-kadang berpengaruh terhadap kesehatan atau sekurang-kurangnya pada kondisi jasmani. Bahkan pada diri remaja sering mengalami kegoncangan jiwa dan kebimbangan serta berubah-ubah pendirian.2 Pada masa remaja, remaja mulai ragu-ragu terhadap keyakinan agamanya. Sebagian besar itu kebimbangan terjadi akibat pertumbuhan. Dalam pertumbuhan, remaja merasa bahwa cara berpikirnya yang 1
ZakiyahDaradjat,PembinaanRemaja, ( Jakarta: BulanBintang, 1978 ), h. 69. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga, (Jakarta :PT. BPK Gunung Mulia, 1991), h. 139. 2
1
2
kekanak-kanakan tidak sesuai dengan kematangan yang dicapainya. Banyak seniman yang merasa gagal dalam memberikan pendidikan agama kepada
anak-anaknya
pada
masa
kanak-kanak
pertama,
karena
kebimbangan yang dirasakan remaja terhadap keyakinan agamanya. Kebimbangan remaja adalah bukti ia bersedia memikirkan persoalan hidupnya yang rumit dan penting.3 Segala persoalan dan problema yang terjadi pada remaja-remaja itu, sebenarnya berkaitan dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepas dengan pengaruh lingkungan dimana mereka tinggal. Dalam hal itu, suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama. Dalam kondisi semacam itu, tidak cukup remaja hanya dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan saja. Namun lebih dari itu harus dibekali dengan iman dan taqwa sehingga terwujud generasi yang baik, yang akan membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur. Agama merupakan pedoman, pembimbing dan pendorong dalam diri manusia untuk mencapai kualitas hidup yang baik dan sempurna. Salah satu wujud kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas hanya bisa melalui pendidikan, khususnya pendidikan agama. Karena pendidikan agama merupakan usaha memperkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain 3
H.H. Remmers dan Hackett, Memahami Daradjat,(Jakarta : Bulan Bintang, 1999 ), h. 68.
Persoalan
Remaja,
terj.
Zakiyah
3
nilai spiritual dan moral. Dalam hal ini, remaja putus sekolah menjadi salah satu sasaran yang harus diperhatikan kondisi keagamaannya. Remaja putus sekolah adalah anak yang berada dalam usia sekolah yaitu antara usia 7 sampai dengan 21 tahun yang tidak bersekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Sedangkan pengertian Anak putus sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah anak yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah.4 Remaja putus sekolah di seluruh pelosok negeri ini menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial yang harus dan wajib dibina oleh pemerintah khususnya dan disejahterakan oleh kita semua pada umumnya. Salah satu lembaga pemerintah dibawah Kementerian Sosial yang paling besar di Indonesia ini yang menampung Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) remaja putus sekolah adalah Panti sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Panti sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta adalah salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Sosial RI yang memberikan pelayanan sosial kepada remaja yang putus sekolah. Remaja putus sekolah dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti beberapa pelayanan atau program bantuan keterampilan ke Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)Bambu Apus Jakarta Timur. Dari beberapa pelayanan atau program yang didapatkan oleh remaja putus sekolah salah satunya yaitu bimbingan sosial yang didalamnya terdapat bimbingan 4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-10, h, 568.
4
keagamaan yang dinamakan bimbingan mental agama. Bimbingan mental merupakan bagian dari kegiatan penyantunan di PSBR dan sebagai barometer keberhasilan panti. Problem terbesar anak terlantar putus sekolah adalah pendidikan agama yang sangat kurang. Oleh karena itu, salah satu pelayanan yang didapat di PSBR guna menambah wawasan dan pengetahuan remaja tentang agama yaitu bimbingan mental agama. Bimbingan mental agama adalah serangkaian kegiatan atau tuntunan untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu keagamaan yang didukung dengan pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta praktik kegiatan ibadah, demi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan akhirat.5 Menurut data yang didapat di Panti Sosial Bina Remaja, para penerima
manfaat
sangat
minim
wawasan
dan
perilaku
keberagamaannya.Oleh karena itu, materi bimbingan mental agama yang disampaikan oleh pembimbing bertujuan untuk meningkatkan wawasan serta menumbuhkan semangat untuk melaksanakan ibadah sebagai wujud dari perilaku keberagamaannya.Materi yang disampaikan meliputi materi tauhid, akhlak, praktik ibadah, latihan pidato (retorika), membaca alQur’an dan hapalan surat pendek. Dengan demikian bimbingan mental agama diharapkan dapat memberi pengaruh kepada para remaja disana terhadap perilaku keberagamaan sebagai kendali dalam hidupnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdurrahman Saleh bahwa tujuan bimbingan 5
Abdul Rahman dan Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spiritual, (Jakarta: Kementrian Sosial, 2011), h.1.
5
agama pada anak akhirnya adalah agar anak memahami dan menjalankan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.6 Keberagamaan dalam pengertian Glock and Stark (1966) seperti yang dikutip oleh Djamaludin Ancok adalah keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang nampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang, karena itu keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak, yaitu sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Perilaku keagamaan sesungguhnya merupakan ekspresi jiwa yang terlihat pada sikap dan perilaku para pemeluk agama atau suatu sistem, simbol yang terlaksana dari berbagai dimensi keagamaan.7 Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa perilaku kebergamaan seseorang tidak hanya bisa dilihat dari kegiatan ritual ibadahnya saja, baik yang nampak maupun tidak nampak. Tetapi juga dari kegiatan-kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari, seperti bersosialisasi
6
Abdurrahman Saleh, Diktatik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 19 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1995), h. 76. 7
6
antar sesama manusia dan mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian masalah tersebut dan mendapatkan deskripsi yang dituangkan dalam penelitian ini dengan judul “PENGARUH BIMBINGAN MENTAL AGAMA TERHADAP PERILAKU KEBERAGAMAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS JAKARTA TIMUR”. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi penulisan skripsi ini hanya difokuskan pada pengaruh bimbingan
mental
agama
terhadap
perilaku
keberagamaan.
Pembatasannya sebagai berikut: a. Perilaku Keberagamaan adalah ekspresi jiwa yang terlihat pada sikap dan perilaku pemeluk agama atau suatu sistem simbol yang terlaksana dari berbagai dimensi keagamaan, yang terdiri dari dimensi keyakinan, dimensi praktik agama, dimensi penghayatan, dimensi pengamalan, dan dimensi pengetahuan agama. b. Bimbingan Mental Agama adalah suatu usaha untuk membantu orang lain dengan cara membangkitkan potensi fitrah diri dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an dan al-Hadits.
7
2. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam penulisan penelitian ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan “Bagaimana Pengaruh Bimbingan Mental Agama terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bimbingan mental agama terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. 2. Manfaat penelitian a. Secara akademis 1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru pada mata kuliah Psikologi Sosial, Psikologi Agama, Psikologi Dakwah dan Bimbingan Spiritual Islam. 2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan perilaku keberagamaan remaja putus sekolah bagi Universitas dan Prodi BPI khususnya, yaitu melalui kegiatan Praktikum Mikro dan Makro. b. Secara praktis 1) Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan penulis di bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya
8
dalam hal bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pemahaman dan pemberian bimbingan mental agama kepada salah satu subjek penyuluhan yaitu remaja putus sekolah. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang akan menjadi bahan masukan kepada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Dalam membuat strategi mekanisme dalam meningkatkan perilaku keberagamaan remaja putus sekolah. D. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka, penulis perlu mencantumkan beberapa skripsi atau karya ilmiah lainnya, agar tidak terjadi spekulasi yang menyatakan bahwa skripsi ini bukan karya asli atau “plagiat” dari skripsi atau karya ilmiah orang lain. Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain: 1. Riduan Haryati NIM 9952017498, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003. Dengan judul skripsi “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam terhadap Perilaku Keberagamaan Lansia di Yayasan Amal Mulia Cipulir Jakarta Selatan.” Dalam penelitian ini materi bimbingan lebih difokuskan pada masalah ibadah khususnya ibadah shalat. Minat lansia dalam mengikuti bimbingan sangat besar karena selain untuk mengisi waktu luang, bimbingan rohani Islam ini juga untuk mempersiapkan kehidupan di akhirat. Hasil dari penelitian ini yaitu bimbingan rohani Islam berpengaruh terhadap perilaku keberagamaan lansia di Panti. Hal ini terlihat dari banyaknya para
9
lansia yang rajin melaksanakan shalat lima waktu bahkan ada yang melaksanakan di awal waktu, perasaan mereka juga menjadi lebih tenang dan tentram. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari kuantitatif dan kualitatif. Dengan subjek penelitian yang berbeda menjadi alasan untuk penulis menjadikan skripsi ini sebagai tinjauan pustaka untuk ditinjau dan melakukan penelitian dengan subjek yang berbeda. 2. Mikkah Nismawati NIM 0052019834, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004. Dengan judul skripsi “Pengaruh Bimbingan Islam terhadap Perilaku Keagamaan Manula di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur.” Dalam penelitian ini dijelaskan tentang pengaruh bimbingan islam terhadap perilaku keberagamaan manula, materi yang diberikan tentang ibadah praktis yang meliputi praktik wudhu dan shalat, bimbingan aqidah dan bimbingan akhlak. Metode yang digunakan dalam pemberian bimbingan yaitu metode ceramah dan nasihat serta praktik ibadah. Subjek penelitian dalam skripsi ini difokuskan kepada manula. Dalam penelitian ini bimbingan islam berpengaruh terhadap perilaku keberagamaan manula. Hal ini terlihat dari motivasi manula untuk mengamalkan apa yang didapat setelah mengikuti bimbingan baik dalam pelaksanaan ibadah shalat lima waktu maupun perbaikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Skripsi ini juga mempunyai
10
metode yang berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Ini menjadi alasan penulis untuk menjadikan skripsi ini sebagai tinjauan pustaka. 3. Ai Dede Novian NIM 109052000039, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Dengan judul skripsi “Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap Keberagamaan Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.” Dalam penelitian ini dijelaskan dampak bimbingan mental spiritual serta hubungannya terhadap keberagamaan. Subjek penelitian dalam skripsi ini yaitu lansia. Hasil dari penelitian ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan nonton bareng proses bimbingan mental spiritual berjalan cukup baik dan memberi dampak yang positif terhadap keberagamaan WBS, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode penelitian dan subjek penelitian yang berbeda merupakan alasan penulis untuk menjadikan skripsi ini sebagai tinjauan pustaka dalam melakukan penelitian yang metode dan subjeknya berbeda. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka penulis mengambil judul skripsi tentang “Pengaruh Bimbingan Mental Agama Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta”.
11
E. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan utuh. Teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, dan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013 yang diterbitkan oleh CeQDA UIN. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS, yang terdiri dari landasan teori yaitu bimbingan mental agama, perilaku keberagamaan (hakikat perilaku, hakikat agama, dan perilaku keberagamaan), dan potret remaja putus sekolah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji realibilitas, dan teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISA DATA, yang terdiri dari Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur yang meliputi: latar belakang berdirinya. Kelembagaan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur yang meliputi: sejarah, visi dan misi, fungsi, tugas, strategi pelayanan, prinsip dasar pelayanan sosial,
12
sasaran dan jangka waktu pelayanan, program, sarana dan prasarana, mekanisme penerimaan, struktur organisasi. Bab ini juga menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian, dan analisis data. BAB V PENUTUP, yang meliputi uraian kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah di bab I, dan saran-saran serta rekomendasi yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Mental Agama 1. Pengertian Bimbingan Mental Agama Bimbingan dalam kamus besar adalah petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu.1 Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberi jalan, menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan petunjuk.” Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan dan mengemudikan.” Dan yang paling umum digunakan adalah pengertian memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan.2 Menurut Arthur J. Jones, seperti dikutip oleh DR. Tohari Musnamar (1985:4) “Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggungjawab bagi dirinya sendiri.” Menurut DR. Moh Surya (1986 : 6) mengemukakann definisi bimbingan sebagai berikut : “Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2 h.580 2 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , (Jakarta: Golden Trayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h.1.
13
14
kemandirian dalam pemahaman diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.” Dari definisi yang dikutip di atas dapat diambil beberapa prinsip sebagai berikut: a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga banttuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. b. Bimbingan
merupakan
proses
membantu
individu.
Dengan
menggunakan kata “membantu” berarti dalam kegiatan bimbingan tidak terdapat adanya unsur paksaan. c. Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya dalam proses perkembangannya. Artinya proses bimbingan ini memberikan bantuannya kepada individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. d. Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. e. Tujuan bimbingan adalah agar individu dapat mencapai kemandirian yakni
tercapainya
perkembangan
yang
optimal
dan
dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. f. Untuk mencapai tujuan bimbingan, digunakan pendekatan pribadi atau kelompok dengan memanfaatkan berbagai tenik dan media bimbingan. g. Layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam medi dan teknik tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normatif.
15
h. Untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya personilpersonil yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan.3 Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli di atas serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi tersebut ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, maupun mengambil keputusan untuk hidupnya, maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kemandirian diri, kehidupan yang lebih baik, dengan demikian individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat tenaga.4 Dalam istilah lain, H.M Arifin menyatakan bahwa arti mental adalah sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh panca indera tentang wujud dan zatnya, melainkan yang
3
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 3-9. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1, Edisi Tiga, h. 733. 4
16
tampak adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa atau lainnya.5 Sedangkan agama menurut Zakiah Daradjat adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.6 Pengertian agama menurut para ahli sebagai berikut: 1. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berasala dari suatu kekuatan yang ghaib. 2. Menurut Al-syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).7 Arif Budiman memandang agama dalam dua kategori, “pertama, agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaam tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia. Dengan demikian agama identik dengan kebudayaan”.8 Menurut Thohari Musnamar, bimbingan agama islam adalah suatu usaha membatu orang lain membangkitkan potensi yang dimilikinya dengan
diarahkan
kepada
agama
yang
bertujuan
agar
dapat
mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal
5
H. M Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), cet. ke-2, h.17. 6 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. ke-3, h.52. 7 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet. ke-3, h. 13 8 Arif Budiman, Agama Demokrasi dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20.
17
dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an dan al-Hadits. Merujuk pada pengertian bimbingan agama Islam menurut Thohari Musnamar, maka pengertian bimbingan mental agama adalah suatu usaha untuk membantu orang lain dengan cara membangkitkan potensi yang dimilikinya dengan diarahkan kepada agama, baik tujuan, materi maupun metode yang diterapkan. Bimbingan mental agama bertujuan untuk mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an dan al-Hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2. Tujuan Bimbingan Mental Agama Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut: a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi. c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.9
9
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2, h. 35.
18
3. Fungsi Bimbingan Mental Agama Dalam menerapkan bimbingan kepada seseorang terutama pada remaja putus sekolah, bimbingan itu dimaksudkan bukan seorang pembimbing atau penyuluh yang memberikan pemecahan masalahnya, akan tetapi penyuluh hanya memberikan gambaran serta beberapa pilihan dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah, serta memberikan berbagai arahan dan alternatif pemecahan masalah agat seseorang dapat memilih jalan penentuannya untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan bimbingan agama di atas, maka dapatlah dirumuskan “fungsi dari bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih, yaitu: a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. b. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. c. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama. d. Fungsi development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinnya menjadi sebab masalah baginya.”10 Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsi-fungsi bimbingan agama tersebut, maka “Aunur Rahim Faqih mengemukakan di dalam bukunya melalui bimbingan agama secara garis besar disebutkan sebagai berikut: 1. Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya atau memahami kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya. Secara singkat dikatakan bimbingan agama mengingatkan kembali individu akan fitrahnya. 2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau takdir), tetapi juga menyadari bahwa manusia diwajibkan berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya bukan terus menerus disesali. Singkat kata dapat dikatakan untuk membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah. 10
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 36.
19
3. Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini. 4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Secara islami terapi umum bagi pemecahan masalah (rohaniah) individu seperti yang dianjurkan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.”11 4. Metode dan Teknik Bimbingan Mental Agama Metode-metode yang biasa digunakan dalam bimbingan adalah sebagai berikut: a. Wawancara, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri yang dibimbing dengan cara tanya jawab secara face to face. b. Observasi, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau kejiwaannya. c. Tes (kuisioner), yaitu merupakan serangkaian pertanyaan yang disiapkan beberapa alternatif jawaban pilihan. Metode ini untuk mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui wawancara dan observasi. d. Bimbingan kelompok (Group Guidance), yaitu: teknik bimbingan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya. e. Psikoanalisis (analisis kejiwaan), yaitu teknik yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan
11
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 36.
20
yang pernah dialami anak bimbingan. Misalnya perasaan takut dan tertekan. f. Non
direktif
(teknik
tidak
mengarahkan),
dalam
teknik
ini
mengaktifkan klien dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah dirinya. g. Direktif (bersifat mengarahkan), teknik ini dapat digunakan bagi klien bimbingan dalam proses belajar. h. Rational-Emotif, dalam bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis yang disebabkan dorongan emosi yang tidak stabil. i. Bimbingan klinikal, yaitu dengan berorientasi pada kemampuan personal secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.12 Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al-Quran ada metode yang biasa dilakukan, yaitu: bil-hikmah, bil-mauidzah hasanah dan bil-mujadalah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”13
12
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatulla Jakarta, 2008), h. 122-133. 13 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 388-389
21
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mengajak atau membimbing manusia kepada jalan Allah, hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang yang dibimbing atau diajak, karena daya tangkap atau respon seseorang terhadap ajaran yang disampaikan banyak dipengaruhi oleh realitas kehidupan dan karakteristik diri pribadinya. a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orangorang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b. Metode
“bil-mujadalah”,
perdebatan
yang
digunakan
untuk
menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil yang rasional. Metode “bil mauidzah”, dengan menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku.14 5. Unsur-unsur Bimbingan Mental Agama Adapun lima unsur teknik bimbingan praktis, diantara lima unsur tersebut yaitu: a. Pembimbing b. Klien c. Metode d. Media e. Materi
14
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 135-136
22
B. Perilaku Keberagamaan 1. Hakikat Perilaku Menurut Sarlito Wirawan, tingkah laku merupakan perbuatan manusia yang tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan lainnya.15 Sedangkan pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Hasan Langgulung tentang definisi tingkah laku adalah sebagai berikut: a. Tingkah laku mempunyai penggerak (motivasi), pendorong, tujuan, dan objektif. b. Motivasi itu bersifat dari dalam diri manusia sendiri, tetapi ia dirangsang dengan rangsangan-rangsangan luar atau dengan rangsangan-rangsangan dalam yang berhubungan dengan kebutuhankebutuhan jasmani dan kecenderungan-kecenderungan alamiah, seperti rasa lapar, cinta, dan takut kepada Allah SWT. c. Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya terdorong untuk mengerjakan sesuatu. d. Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu dan kesadaran akal terhadap suasana tersebut. e. Kehidupan psikologis adalah suatu perbuatan dinamis berlaku interaksi terus menerus antar tujuan atau motivasi dan tingkah laku. f. Tingkah laku itu bersifat individual yang berbeda menurut perbedaan faktor-faktor keturunan dan perolehan/proses belajar. g. Tampaknya tingkah laku manusia menurut Al-Ghazali ada dua tingkatan. Pertama, manusia berdekatan dengan semua makhluk hidup, sedangkan yang kedua, ia mencapai cita-cita idealnya dan mendekatkan kepada makna-makna ketuhanan dan tingkah laku malaikat.16 Dari beberapa pengertian perilaku/tingkah laku tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan suatu aktifitas yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga
15
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), h. 24. 16 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h. 274-275.
23
terbentuklah perilaku yang positif atau sebaliknya. Perubahan perilaku ditentukan oleh perubahan sikap terhadap sesuatu. Artinya, untuk mengubah arah atau mengarahkan perilaku seseorang harus mengubah dulu sikapnya. 2. Hakikat Agama Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta. Dalam pandangan fungsionalisme, agama (religion atau religi) adalah satu sistem yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan wujud yang bersifat ketuhanan.17 Sedangkan menurut Glock and Stark, agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Seluruh sistem tersebut berpusat pada satu konsep, yaitu ketuhanan. Maksudnya, agama merupakan sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan kekuatan adikodrati, yang dipandang sakral (suci atau kudus).18 3. Dimensi Perilaku keberagamaan Agama dan perilaku keberagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan gaib yang dirasakan sebagai sumber kehidupan.
17
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 428. 18 Robert H. Thoules, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 10.
24
Agama dipeluk dan dihayati oleh manusia, praktek dan penghayatan
agama
tersebut
diistilahkan
sebagai
keberagamaan
(religiusitas). Keberagamaannya, manusia menemukan dimensi terdalam dirinya yang menyentuh emosi dan jiwa. Oleh karena itu, keberagamaan yang baik akan membawa tiap individu memiliki jiwa yang sehat dan membentuk kepribadian yang kokoh dan seimbang. Agama bersumber pada wahyu Tuhan. Oleh karena itu, keberagamaan pun merupakan perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada wahyu Tuhan juga. Keberagamaan memiliki beberapa dimensi yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.19 C.Y. Glock dan R. Stark menyebut ada lima dimensi agama dalam diri manusia, yakni dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan dan praktik keagamaan (ritualistic), dimensi penghayatan (eksperensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dan dimensi pengetahuan agama (intelektual).20 a.
Dimensi ideologis. Berkenaan dengan seperangkat kepercayaan keagamaan yang memberikan penjelasan tentang Tuhan, alam manusia, dan hubungan diantara mereka. Kepercayaan dapat berupa makna dari tujuan pengetahuan tentang perilaku yang baik yang dikehendaki Tuhan. Dimensi ini berisi pengakuan akan kebenaran doktrin-doktrin dari agama. Seorang individu yang religius akan berpegang teguh pada ajaran teologis tertentu dan mengakui
19
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama: sebuah pengantar, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 93. 20 Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 77.
25
kebenaran doktrin agamanya, misalnya keyakinan akan adanya malaikat, surga-neraka, dan sebagainya. b.
Dimensi intelektual dapat mengacu pada pengetahuan tentang ajaranajaran agama. Pada dimensi ini dapat diketahui tentang seberapa jauh tingkat pengetahuan agama dan tingkat ketertarikan mempelajari agama dari penganut agama, dalam dimensi ini bahwa orang-orang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus kitab suci, dan tradisi-tradisi.
c.
Dimensi eksperimental adalah bagian keagamaan yang bersifat afektif, yakni keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan ajaran (religion feeling). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman perasaanperasaan,
persepsi-persepsi,
dan
sensasi-sensasi
yang
dialami
seseorang atau didefinisikan oleh kelompok keagamaan saat melaksanakan ritual keagamaan. seperti tentram saat berdoa, tersentuh mendengar ayat suci al-Qur’an dibacakan. d.
Dimensi ritualistik merujuk pada ritus-ritus keagamaan yang dianjurkan dan dilaksanakan oleh penganut agama dan sangat berkaitan dengan ketaatan penganut suatu agama. Dimensi ini meliputi pedoman pokok pelaksanaan ritus dan pelaksanaannya, frekuensi prosedur dan makna ritus penganut agama dalam kehidupan sehari-hari seperti penerapan rukun Islam, dzikir, sholat lima waktu, dan lain-lain.
e.
Dimensi konsekuensi atau dimensi sosial meliputi segala implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama, dimensi ini memberikan
26
gambaran apakah efek ajaran agama terhadap etos kerja, hubungan interpersonal, kepedulian kepada penderitaan orang lain dan sebagainya. Perspektif Islam dalam perilaku keberagamaan dijelaskan pada AlQur’an di bawah ini: “Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah: 208).21
Allah menuntut orang beriman (Islam) untuk beragama secara menyeluruh tidak hanya satu aspek atau dimensi tertentu saja, melainkan terjalin secara harmonis dan berkesinambungan. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya dalam berpikir, bersikap, dan bertindak haruslah didasarkan pada nilai dan norma ajaran Islam. Konsep
keberagamaan
Glock
&
Stark
mencoba
melihat
keberagamaan seseorang dengan memperhatikan semua dimensi. Untuk memahami keberagamaan umat Islam, diperlukan suatu konsep yang mampu memberikan penjelasan tentang beragam dimensi dalam Islam. Keberagamaan dalam Islam tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ritual ibadah saja namun juga aktifitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula.22
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2012), h. 32. 22 Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, h. 78.
27
Dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak. Dimensi keyakinan atau akidah Islam merujuk pada seberapa jauh keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya. Dalam Islam, isi dimensi keyakinan menyangkut keimanan terhadap Allah SWT, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadarnya. Dimensi praktik agama atau syariah menunjuk pada seberapa jauh kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan oleh agama. Dalam Islam, dimensi praktik agama atau peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, ibadah kurban, dan ibadah-ibadah lainnya.23 Dimensi pengamalan atau akhlak merujuk pada seberapa jauh seorang muslim berperilaku dan bersikap dengan motivasi yang bersumber dari ajaran agamanya. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku menolong, berderma, bekerja sama, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan, tidak mencuri, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, dan mematuhi norma-norma Islam.24 Dimensi pengetahuan agama merujuk pada seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya. Dalam Islam, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi 23 24
Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, h. 80 Ibid, h. 80
28
dan kandungan Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran Islam yang harus diimani dan hukum-hukum Islam, sejarah dan sebagainya.25 Dimensi pengamalan atau penghayatan merujuk pada seberapa jauh seorang muslim merasakan dan mengalami perasaan-perasaandan pengalaman-pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah, perasaan syukur yang mendalam, perasaan tenang dan damai, dan sebagainya.26 C. Remaja Putus Sekolah 1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere, (kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.27 Jelasnya remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan merupakan masa diletakkannya dasar-dasar menuju taraf kematangan. Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologis, psikologism dan sosiologis yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologis ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologis ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian.
25
Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, h. 81 Ibid, h. 82 27 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 19-20 26
29
Sedangkan secara sosiologis ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.28 Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an ada akata Al fityatu, fityatan, yang artinya orang muda, terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanakkanak lagi, misalnya dalam surat An-Nuur ayat 58-59.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nuur ayat: 58-59)29 Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata baligh. Baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk penentuan umur awal, kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, 28
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h.21 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 554. 29
30
apabila seseorang telah akil baligh berarti ia telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Remaja cenderung berenergi tinggi, tidak stabil, senantiasa berubah-ubah, mengukur segalanya dengan ukuran sendiri, tidak logis, dan umumnya mempunyai sikap berontak.30 Dalam masa remaja berbagai peristiwa terjadi dengan begitu cepat. Hampir dapat dipastikan bahwa sampai pada derajat tertentu pada waktu tertentu dan karena alasan tertentu pasti timbul kepedihan psikologis, kebingungan dan rasa tidak bahagia.31 Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.32 Bilamana remaja dalam masa peralihan diamati dengan seksama akan diperoleh berbagai catatan khas, sebagai berikut: a. Mula-mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan masa sebelumnya.
30
James E. Gardner, Memahami Gejolak Masa Remaja, (Jakarta: Mitra Utama, 2002), cet. ke-2, h.1. 31 Ibid, h. 31 32 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 9.
31
b. Perkembangan inteleknya lebih mengarah kepemikiran tentang dirinya (refleksi diri). c. Perubahan-perubahan dalam hubungan antara anak, orang tua dan orang lain dalam lingkungan dekatnya. d. Timbulnya perubahan dalam perilaku, pergaulan, dan kebutuhan seksual. e. Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja. f. Banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan masalah dalam penyesuaian dan sulit untuk memadukannya.33 Menurut Stanley Hall sebagaimana dikutip oleh Singgih D. Gunarsa mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan yang tercakup dalam stroam and stress. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungannya.34 Adapun ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa.35
33
Singgih D. Gunarsa, Psikologis Perkembangan Anak Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), h. 204. 34 Ibid, h. 205 35 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bandung: Rosda Karya, 2003), cet. ke10, h. 63.
32
2. Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, diantaranya: a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan masa (strom &stress). Peningkatan emosioanal ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi
33
dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.36 3. Pengertian Putus Sekolah Remaja putus sekolah adalah anak yang berada dalam usia sekolah yaitu antara usia 7 sampai dengan 21 tahun yang tidak bersekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah.
36
Belardo Farjan Toky, Masa Remaja dan Ciri-ciri Remaja, artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://belardobk.blogspot.com/2013/06/masa-remaja-dan-ciri-ciri-remaja.html
34
Sedangkan pengertian Anak putus sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah anak yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah.37 4. Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah Dr. Yunita, M.Pd sebagai pakar pendidikan asal UIN Sunan Gunung
Djati
Bandung mengatakan
ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan para remaja putus sekolah, antara lain biaya sekolah yang terlalu mahal, sekolah membosankan, tidak dapat membeli buku dan peralatan
belajar, dan
lain sebagainya.
Faktor lain
yang juga
mempengaruhi remaja putus sekolah yaitu orang tua tidak memberikan motivasi, prestasi buruk dalam pelajaran di sekolah, serta ada diskriminasi dari pihak sekolah.38 Rudi Handoko, Mantan Presidium Himpunan Mahasiswa Kayong Utara (HIMAKATRA) mengungkapkan faktor ekonomi merupakan penyebab putus sekolah tetapi itu bukan penyebab satu-satunya remaja menjadi putus sekolah. Faktor kultural secara umum seperti pola pikir orang tua juga berpengaruh terhadap melanjutkan atau putus sekolahnya anak-anak mereka. Karena masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan itu dianggap kurang penting. Bahkan secara kultural juga ada orang tua yang memang tidak ingin anaknya melanjutkan sekolah karena alasan tertentu, ini merupakan sebagian faktor penyebab anak putus sekolah. Dalam hal ini orang tua yang tidak begitu 37
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-10, h, 568. 38 Yunita, Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah, artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=12182
35
memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna penting pendidikan juga menyumbang kemungkinan putus sekolah sang anak.39
39
Rudi Handoko, Faktor Ekonomi Penyebab Remaja Putus Sekolah, artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.borneotribune.com/headline/dua-tahun-kabupaten-kayongutara.html
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitaif merupakan penelitian dengan meneliti seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen
penelitian,
analisis
data
bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1 Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan kuantitatif asosiatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.2 B. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Februari 2015. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur. Adapun alasan pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 14. 2 Burhan Bungin, Mentodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ke4, h. 36.
36
37
1. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus merupakan Panti Sosial yang berada di bawah naungan Kementerian Sosial yang khusus menangani remaja. 2. Terdapat pembinaan khusus untuk remaja putus sekolah. 3. Penulis mudah mengakses data yang dibutuhkan. C. Populasi dan Sampel Metode penentuan sampel dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciricirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi sampling dengan populasi sasaran. Dalam setiap populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.3 Populasi dalam penelitian ini adalah para remaja putus sekolah yang berada dalam naungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) sebanyak 110 orang. 2. Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.4 Penetapan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota
3
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), 2011), h. 152 4 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rosda Karya, 2004), cet. ke-8, h. 57.
38
yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel. 5 Adapun yang peneliti jadikan sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 55 orang. D. Variabel dan Denisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah bimbingan mental agama dan perilaku keberagamaan. Perilaku keberagamaan dijadikan sebagai dependen variabel (variabel terpengaruh), sedangkan bimbingan mental agama dijadikan sebagai independen variabel (variabel pengaruh). 2. Definisi Operasional Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah: a. Bimbingan Mental Agama Merujuk pada pengertian bimbingan agama Islam menurut Thohari Musnawar, bimbingan mental agama adalah suatu usaha membatu orang lain membangkitkan potensi yang dimilikinya dengan diarahkan kepada agama yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits b. Perilaku Keberagamaan Menurut Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, rumusan Glock & Stark membagi keberagamaan menjadi 5 dimensi yaitu: dimensi
5
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), edisi 1-2, h. 145
39
keyakinan atau akidah Islam, dimensi peribadatan atau praktik agama, dimensi pengamalan atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu, dan dimensi penghayatan. Tabel.1 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Variabel Pengaruh Bimbingan Mental Agama (Variabel X)
Teori Dimensi Indikator Merujuk pada 1. Pengembangan a. Menyalurkan Pengertian potensi fitrah minat dan Bimbingan agama diri (dibawa bakat Islam menurut sejak lahir) b. Melatih Thohari 2. Mengamalkan keterampilan Musnawar, nilai-nilai al- c. Berbuat Baik bimbingan mental Qur’an, serta alkepada orang agama adalah Hadits lain suatu usaha d. Memaafkan membatu orang kesalahan lain orang lain membangkitkan e. Berhemat potensi yang dimilikinya dengan diarahkan kepada agama yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan cara menginternalisasi kan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits
Perilaku Menurut 1. Dimensi Keberagamaan Djamaludin keyakinan atau (Variabel Y) Ancok dan Fuat akidah Islam Nashori Suroso, 2. Dimensi rumusan Glock & peribadatan atau Stark membagi praktik agama keberagamaan 3. Dimensi
Definisi Operasional Bimbingan mental agama adalah suatu usaha membatu orang lain membangkitkan potensi yang dimilikinya dengan diarahkan kepada agama yang bertujuan agar dapat: 1. mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir: a. Menyalurkan minat dan bakat b. Melatih bakat dan kemampuan c. Berbuat baik kepada orang lain 2. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan alHadits: a. Memaafkan kesalahan orang lain b. Berhemat a. Percaya atau Keberagamaan terbagi yakin menjadi 5 dimensi terhadap yaitu: Allah SWT, 1. Dimensi Malaikat, keyakinan atau Kitab-kitab, akidah: Nabi dan a. Percaya atau
40
menjadi 5 pengamalan atau dimensi yaitu: akhlak Dimensi 4. Dimensi keyakinan atau pengetahuan akidah Islam, atau ilmu dimensi 5. Dimensi peribadatan atau penghayatan praktik agama, dimensi pengamalan atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu, dan dimensi penghayatan.
b. c. d. e. f.
g. h. i. j.
k.
Rasul, Hari yakin terhadap Akhir, qadha Allah SWT, dan qadar Malaikat, Melaksanaka Kitab-kitab, n Shalat Nabi dan Membaca AlRasul, hari Qur’an akhir, qadha Berdoa dan qadar Jujur 2. Dimensi Menjaga peribadatan atau lingkungan praktik agama: hidup a. Melaksanakan Berkata Shalat sopan b. Membaca AlPengetahuan Qur’an tentang shalat c. Berdoa Pengetahuan 3. Dimensi tentang puasa pengamalan atau Merasa akhlak: tenang dan a. Jujur tentram b. Menjaga Perasaaan lingkungan bersyukur hidup c. Berkata Sopan 4. Dimensi pengetahuan atau ilmu: a. Pengetahuan tentang Shalat b. Pengetahuan tentang Puasa 5. Dimensi penghayatan: a. Perasaan tenang saat beribadah b. Perasaan bersyukur
41
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi. 1. Angket adalah alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan, dengan cara menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.6 Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban menggunakan skala likert. Angket ini diajukan dengan pernyataan mengenai pengaruh bimbingan mental agama terhadap keberagamaan remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta. 2. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan catatan-catatan tertulis yang dapat menunjang pembahasan yang diperoleh dari sumber utama mulai dari literatur-literatur berupa buku bacaan serta dokumen lain yang menjelaskan kerangka teoritis dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi. F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen yang valid akan memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya intrumen yang tidak valid berarti validitasnya rendah.7 Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil 6
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. ke-3,
h. 123. 7
Ibid, h.97
42
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah pengujian yang dapat menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika suatu alat ukur dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.8 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan realibility Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan software SPSS 21 for windows. Dengan metode ini, koefisien kehandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
α=
KR
1+(K–1)R
Keterangan : α: koefisien kehandalan alat ukur K: Jumlah Variabel R: koefisien rata-rata koefisien antar variabel G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Dalam
menganalisis data ini, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif
8
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba empat, 2006), h. 241.
43
agar
mengetahui
pengaruh
bimbingan
mental
agama
terhadap
keberagamaan remaja dilakukan dengan skala semi likert. Tabel. 2.1 Skala Semi Likert (Butir Positif) Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
2
1
Tabel. 2. 2 Skala Semi Likert (Butir Negatif) Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
2
4
5
Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga sehingga mampu mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap responden. Selain itu juga tidak ada peluang bagi responden untuk bersikap netral seandainya pilihan respon skala lima, sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap fenomena sosial yang ditanyakan atau dinyatakan dalam instrumen.9 Selanjutnya data yang diperoleh akan dipresentasikan dalam tabel yang dianalisis berdasarkan variabel pengaruh bimbingan mental agama yang selanjutnya dikaitkan terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur.
9
S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 106
44
Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut: 1. Uji Korelasi Uji korelasi merupakan cara untuk menyatakan tingkat asosiasi antara dua variabel.10 Uji korelasi berfungsi untuk melihat hubungan antara variabel
bimbingan
mental
agama
terhadap
variabel
perilaku
keberagamaan. Pada uji korelasi ini, penulis menggunakan bantuan software SPSS 21 for windows untuk mengetahui hasilnya. 2. Mean (Perhitungan rata-rata) Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data.11
3. Standar Deviasi12
Keterangan:
10
S
= Standar Deviasi
x
= Skor tiap sampel
x
= Nilai rata-rata
n
= Jumlah sampel
I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 117. 11 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Jakarta: Alfabeta, 2008), h. 58 12 Ibid, h. 60
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta 1.
Sejarah PSBR Panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus berdiri sejak bulan juli 1972,
namun kegiatan operasionalnya secara resmi baru dimulai pada tanggal 15 september 1974. Panti ini diresmikan oleh menteri sosial RI pada waktu itu yaitu HMS Mintaredja, SH. Pada tahun 1977 panti ini memperoleh anggaran dari direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial.1 Sebelum bernama PSBR, awalnya panti ini bernama Panti Asuhan Percontohan selang beberapa tahun berganti nama menjadi Panti Penyantunan Anak (PPA). Barulah tanggal 23 april 1994, berdasarkan surak keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor: 14/HUK/1994 berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. PSBR mulai beroperasi tanggal 1 september 1994 sampai dengan saat ini yang berkedudukan di Jl. PPA. No 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur di lahan seluas 103.400 m² dengan luas bangunan seluas 20.062 m².2 Panti sosial bina remaja memfokuskan pembinaannya pada para remaja yang putus sekolah. Sejalan dengan perkembangannya, Panti sosial bina remaja telah menerima 42 angkatan. Dalam proses penerimaannya, PSBR mempunyai kriteriakriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon penerima manfaat. Setelah melalui proses seleksi barulah para penerima manfaat dapat mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan yang telah dirancang oleh PSBR.
1 2
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 2. Ibid, h. 2.
45
46
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta berupaya memberikan berbagai bimbingan yang kiranya diperlukan oleh para remaja putus sekolah. bimbingan yang diberikan di antaranya yaitu bimbingan fisik, bimbingan mental, dan bimbingan sosial. 2.
Dasar Hukum a. UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. b. UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. c. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. d. UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. e. Permensos RI No. 106/HUK/2009 tentang Struktur Organisasi & Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial.3
3.
Visi dan Misi PSBR Visi dari Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus ini adalah mewujudkan Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus sebagai lembaga penyelenggara pelayanan Rehabilitasi sosial secara prima bagi Remaja Terlantar putus sekolah.4 Sedangkan Misi Panti sosial bina remaja bambu apus yaitu : a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggara rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan efisien; b. Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang prima, profesional dan berkelanjutan sesuai prosedur dan standar pelayanan; Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggara rehabilitasi sosial bagi remaja yang akuntabel, transparan dan profesional.5 3 4
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 2. Ibid, h. 3
47
4.
Fungsi dan Tugas PSBR
Fungsi: 1. Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja 2. Pusat informasi, pelatihan dan penelitian tentang perilaku sosial remaja dan organisasi 3. Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai upaya pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan, dukungan dan pengembangan.6 Tugas: Memberikan bimbingan dan pelayanan yang bersifat preventif, rehabilitatif dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan, keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan.7 5.
Strategi Pelayanan Berikut ini adalah strategi pelayanan panti sosial bina remaja untuk mencapai
maksud dan tujuannya, yaitu: 1. Melalui perlindungan anak, penguatan keluarga dan masyarakat. 2. Optimalisasi sumber-sumber lokal, kerjasama dan kemitraan. 3. Standarisasi pelayanan sosial dan pengembangan kelembagaan. 4. Evaluasi pelaksanaan program.
5
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, h. 3 Ibid, h. 3 7 Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 3. 6
48
Berjalan pada prinsip umum konvensi hak anak yang meliputi; non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, perhatian terhadap partisipasi anak dan integrasi pelayanan sosial dalam perlindungan hak-hak anak.8 6.
Prinsip Dasar Pelayanan Sosial a. Penerimaan, bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu didasarkan pada kondisi objektif dalam memahami sasaran. Kondisi tersebut berkaitan dengan berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki remaja. b. Individualisasi, setiap pelayanan yang diberikan adalah unik, spesifik sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh remaja, bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan. c. Partisipasi, bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan terhadapnya. Termasuk didalamnya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepada remaja untuk menentukan berbagai pilihannya. d. Kerahasiaan, setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah berdasarkan pada konfidentilitas. e. Mawas diri, setiap pelayanan sosial yang dilakukan seyogyanya didasarkan pada kepentingan pribadi. f. Setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.9
8 9
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, h. 4. Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 4.
49
7.
Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan a. Sasaran Sasaran pelayanan PSBR Bambu Apus Jakarta adalah Remaja terlantar putus sekolah berusia 15-18 tahun dirujuk oleh Dinas Sosial atau lembaga sosial lainnya.10 b. Jangka Waktu Pelaksanaan Adapun waktu pelayanan di PSBR Bambu Apus Jakarta dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dengan menggunakan sisten semester untuk 150 anak.11
8.
Program, Sarana, dan Prasarana PSBR Program dan Bentuk Layanan: a. Pemenuhan kebutuhan pokok. b. Bimbingan fisik meliputi: kedisiplinan, senam kesegaran jasmani, volley ball, futsal, badminton, beladiri. c. Bimbingan mental meliputi: spiritual/keagamaan, outbound, kunjungan industri, pembekalan magang, magang, widya wisata. d. Bimbingan sosial meliputi: kewirausahaan, melamar pekerjaan, etika sosial, remaja dan permasalahannya, kepemimpinan dan keorganisasian. e. Psikososial f. Bimbingan
keterampilan
meliputi:
montir
(automotive),
(electronica), las (welding), menjahit (sewing), salon (beauty care). g. Layanan kesehatan12 Program pengembangan a. Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 10
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, h. 5. Ibid, h. 5. 12 Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 7. 11
elektronika
50
b. Taman Anak Sejahtera (TAS) c. Layanan Luar Panti d. Workshop situation. Sarana dan Prasarana Fasilitas: Gedung Kantor, Ruang Serbaguna, Ruang Keterampilan, dan Peralatan, Rumah (Cottage), Sarana Olahraga dan Seni, Masjid, Ruang Laboratorium Komputer, Ruang Poliklinik, Ruang Kepustakaan, Ruang Makan.13 9.
Mekanisme Penerimaan a. Penjangkauan dan Perekrutan Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan diri bagi remaja, sejak 1 september 1994 PSBR telah menerima sekitar 74 angkatan. Setiap tahun ada dua kali pendaftaran yang dilaksanakan setiap bulan November dan Desember untuk angkatan pertama, sedangkan angkatan kedua pada bulan Mei dan Juni. Berikut proses penjangkauan dan perekrutan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta.14 b. Sosialisasi Program PSBR Bambu Apus Jakarta Sosialisasi program adalah kegiatan diseminasi atau penyebarluasan informasi tentang PSBR secara umum kepada masyarakat. Tujuan sosialisasi ini adalah : 1) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas dan fungsi PSBR. 2) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami status sebagai UPT milik Kementerian Sosial RI. 3) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan PSBR.15
13
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, h. 11. Ibid, h. 6. 15 Ibid, h. 6 14
51
c. Pendaftaran Pendaftaran merupakan kegiatan membagikan formulir pendaftaran, mewawancarai, melakukan observasi sekaligus mencatat anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal calon binaan).Beberapa aspek yang diperoleh dari kegiatan ini adalah : 1) Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir, permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut) 2) Identitas orang tua/wali (nama, alamat orang tua/wali, usia, pekerjaan) 3) Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga/warga terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus) 4) Penyebab keterlantaran (putus sekolah) d. Seleksi Seleksi adalah kegiatan untuk memilah dan memilih atau menentukan calon peserta atau penerima manfaat di PSBR Bambu Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim seleksi ini diketuai oleh seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK pimpinan PSBR. Seleksi terhadap calon penerima PSBR didasaran pada aspekaspek sebagai berikut: a. Calon penerima pelayanan harus memenuhi syarat-syarat sbb: a) Laki/perempuan b) Usia antara 15-18 tahun c) Sehat jasmani menurut keterangan dokter d) Siap tinggal di asrama PSBR selama waktu pelayanan e) Siap mengikuti segala peraturan yang ada b. Keluarga calon penerima manfaat: a) Status sosial ekonomi keluarga menengah-bawah
52
b) Siap mendukung proses pelayanan yang diberikan selama anaknya berada di PSBR c) Siap menerima dan melanjutkan proses pelayanan yang telah diberikan PSBR setelah anak selesai mengikuti pelayanan nanti. e. Registrasi Registrasi adalah kegiatan mencatat, menyimpan serta mengagendakan data-data calon penerima manfaat PSBR ke dalam buku register. Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus dan dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala Panti. f. Orientasi Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR untuk melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon penerima pelayanan ke dalam metode pelayanan yang ada. 10. Waktu pendaftaran a. Angkatan I : Pendaftaran bulan Desember, Mulai belajar bulan Januari s/d Juni b. Angkatan II : Pendaftaran bulan Juni, Mulai belajar bulan Juli s/d Desember 11. Pengasuhan/Bimbingan Setiap rumah asuh terdapat orang tua asuh. Sistem pengasuhan adalah menganggap anak seperti keluarganya sendiri, mengayomi anak. Orang tua asuh dapat menjadi teman, sahabat dan guru bagi para penerima manfaat. Yang menjadi orang tua asuh adalah pegawai PSBR Bambu Apus Jakarta yang bersedia menjadi orang tua asuh.
53
12. Struktur Organisasi16 Dra. Ignatia Sri Wuwuh P., M. Si. (Kepala Panti) Dyah Wijayanti, A.KS, M.Kesos Kepala Subag Tata Usaha Hasrifah Musa, S.ST Seksi Program & Advokasi Sosial
Namin Sunarto, A.KS KepalaSeksi Rehabilitasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional
Instalasi Produksi
13. Data Pegawai Jumlah total pegawai di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta adalah 49 orang.17 Tabel. 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
16
Laki-Laki
23 Orang
Perempuan
26 Orang
Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, (Jakarta, PSBR, 2014), h. 7 Ibid, h. 8.
17
54
B. Pelaksanaan Bimbingan Mental Agama 1. Profil Pembimbing a. Nama
: Daryanti
Tempat, tanggal, lahir : Sragen, 3 April 1969 Alamat
: Pondok Gede, Bekasi
Pendidikan Terakhir : STAIS Lantapur Tahun Masuk b. Nama
: 2000 : Yuni Kusnaryanti, S. Sos
Tempat, tanggal, lahir : Solo, 13 Juni 1961 Alamat
: Auri Jaladapura Blok A No. 2 Bulak Kapal, Bekasi
Pendidikan Terakhir : Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahun Masuk
: 2010
2. Penerima Manfaat Penerima manfaat di Panti Sosial Bina Remaja yaitu para remaja putus sekolah yang telah melalui beberapa tahap dan dapat dinyatakan lulus untuk mengikuti kegiatan bimbingan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Remaja putus sekolah yang diterima oleh PSBR berada di rentang usia 15 – 18 tahun. Jumlah penerima manfaat di angkatan ini sebanyak 110 orang. Sedangkan yang dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 55 orang. 3. Materi Bimbingan Mental Agama Materi bimbingan mental agama yang diberikan yaitu meliputi baca tulis alQur’an, praktik shalat dan ibadah lainnya, penjelasan mengenai Rukun Islam, Rukun Iman, dan Akhlak.
55
4. Metode Bimbingan Mental Agama Bentuk atau metode bimbingan mental agama yang dilakukan dalam proses pemberian materi kepada penerima manfaat yaitu dengan menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, dan praktik. C. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Sebelum peneliti memulai penelitian yang sebenarnya, terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas (try out). Uji validitas ini untuk mengetahui apakah tiap-tiap butir pernyataan valid/invalid dan layak digunakan atau tidak terhadap kuesioner yang telah diisi oleh 55 responden di luar dari responden inti dalam penelitian ini. Dari hasil korelasi antara skor item dengan skor total kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikan 0,05 dengan jumlah data (n) = 55, maka didapat r tabel sebesar 0,266 (lihat pada tabel r). Bila korelasi < 0,266 = tidak valid (invalid), jika hasil korelasi > 0,266 = valid. Hasilnya diperoleh bahwa sebanyak 45 butir item pernyataan dikatakan valid dan sebanyak 3 butir item pernyataan dikatakan tidak valid. Adapun hasil korelasi item bimbingan mental agama dan perilaku keberagamaan setelah dilakukan uji coba validitas instrumen terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel. 4.1 Skala Bimbingan Mental Agama No
1
Bimbingan Mental Agama Pengembangan potensi fitrah diri (dibawa sejak lahir)
Indikator
Item Valid
a. Menyalurkan minat dan bakat b. Melatih Keterampilan
1, 2, dan 3 4, 5, dan 6 7 dan 8
Invalid
9
56
c. Berbuat baik kepada orang lain 2
Mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an serta al-Hadits
a. Memaafkan kesalahan orang lain b. Berhemat
10, 11, dan 12 13, 14, dan 15
Tabel. 4.2 Skala Perilaku Keberagamaan No
Perilaku Keberagamaan
Indikator
Item Valid
1
Dimensi keyakinan atau akidah Islam
2
Dimensi peribadatan atau praktik agama
3
Dimensi Pengamalan atau akhlak
a. Percaya atau yakin terhadap Allah SWT., Malaikat, kitabkitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, qadha dan qadar a. Melaksanakan shalat b. Membaca alQur’an c. Berdoa a. Jujur b. Menjaga lingkungan hidup c. Berbicara sopan
4
5
Dimensi Pengetahuan atau ilmu
Dimensi Penghayatan
a. Pengetahuan tentang shalat b. Pengetahuan tentang puasa a. Merasa tenang dan tentram b. Perasaan bersyukur
16 dan 17
Invalid 18
19, 20, dan 21 22, 23, dan 24 25, 26, dan 27 28, 29, dan 30 31, 32, dan 33 34, 35, dan 36 37, 38, dan 39 40 dan 42 43, 44, dan 45 46, 47, dan 48
43
57
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen penelitian apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha, dapat diketahui reliabel/ireliabel. Tabel. 5 Hasil Output Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items ,887
48
Output ini sebagai hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha. Untuk menentukan instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan harga kritik untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7.18 Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variabel bimbingan mental agama dan perilaku keberagamaan sebesar 0,887 dan dikatakan baik. D. Hasil dan Analisis Data Penelitian 1. Klasifikasi Responden Dalam penelitian ini, penelliti menyebarkan angket kepada 55 responden yang merupakan remaja putus sekolah yang telah mendapatkan bimbingan mental agama di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Angket tersebut berisikan butir-butir pernyataan mengenai pengaruh bimbingan mental agama terhadap perilaku keberagamaan. Pernyataan tersebut berjumlah 48 butir, setelah dilakukan uji coba 18
S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 165.
58
validitas instrumen. Butir pernyataan tersebut terdiri dari 15 butir pernyataan berkaitan dengan bimbingan mental agama yang merupakan faktor independen dan 33 butir pernyataan yang berkaitan dengan perilaku keberagamaan yang merupakan faktor dependen. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini membahas tentang pengaruh variabel bimbingan mental agama (X) terhadap perilaku keberagamaan (Y). Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan angket yang disebar kepada responden remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing dan skoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus presentase jawaban. Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: a. Variabel Bimbingan Mental Agama Tabel. 6.1 Variabel Bimbingan Mental Agama NO 1
2
3
Variabel/Sub Variabel Pengembangan Potensi Fitrah Diri (X1)
Skor
Kategori
Jumlah
Persen
29-34
Rendah
7
13
35-39
Sedang
22
40
40-45
Tinggi
26
47
Mengamalkan nilai-nilai alQur’an dan alhadits (X2)
15-19
Rendah
2
4
20-25
Sedang
34
62
26-30
Tinggi
19
34
Bimbingan Mental Agama (X3)
52-59
Rendah
9
16
60-67
Sedang
36
66
68-75
Tinggi
10
18
59
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, diketahui bahwa sub variabel pengembangan potensi fitrah diri (X1) berada pada kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai persentase dari sub variabel tersebut sebesar 47%. Adapun hasil dari sub variabel lainnya, yaitu mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits (X2) berada pada kategori sedang dengan dibuktikan pada angka presentase > 50% tepatnya sebesar 64%. Secara Umum, Variabel Bimbingan Mental Agama (X3) berada pada kategori sedang dan cenderung menuju ke arah kategori tinggi, yang dibuktikan dengan nilai skor presentasenya sebesar 66% dari 55 orang remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Hal ini dikarenakan adanya sumbangsih dari subvariabel pengembangan potensi fitrah diri (X1) yang berada pada kategori tinggi dan sub variabel mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits (X2) yang memiliki kategori sedang.
b. Variabel Perilaku Keberagamaan Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel 8, sub variabel dimensi keyakinan (Y1) berada pada kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan angka pesentase yang dihasilkan sebesar 90%. Adapun hasil presentase yang diperoleh dari sub variabel dimensi praktik agama (Y2) dan dimensi pengamalan (Y3), keduanya berada pada kategori sedang dengan nilai masing-masing 58% dan 53.% sedangkan sub variabel dimensi pengetahuan (Y4) dan dimensi penghayatan (Y5) berada pada kategori tinggi. Keduanya dibuktikan dengan nilai presentase masing-masing sebesar 73% dan 51%.
60
Tabel. 6.2 Variabel Perilaku Keberagamaan NO 1
2
3
4
5
6
Variabel/Sub Variabel Dimensi Keyakinan (Y1)
Dimensi Praktik agama (Y2)
Dimensi Pengamalan (Y3)
Dimensi Pengetahuan (Y4)
Dimensi Penghayatan (Y5)
Perilaku Keberagamaan (Y6)
Skor
Kategori
Jumlah
Persen
11-12
Rendah
3
6
13
Sedang
2
4
14-15
Tinggi
50
90
30-34
Rendah
3
6
35-40
Sedang
32
58
41-45
Tinggi
20
36
26-32
Rendah
8
15
33-38
Sedang
29
53
39-45
Tinggi
18
32
16-20
Rendah
1
2
21-25
Sedang
14
25
26-30
Tinggi
40
73
19-22
Rendah
6
11
23-26
Sedang
21
38
27-30
Tinggi
28
51
116-133
Rendah
5
9
134-151
Sedang
42
76
152-169
Tinggi
8
15
Secara umum, variabel perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja berada pada kategori sedang dan cenderung ke tinggi. Hal ini dilihat dari nilai persentase variabel tersebut sebesar 76%. Hal ini
61
disumbangkan oleh beberapa sub variabel yang memiliki kategori tinggi yaitu sub variabel dimensi keyakinan (Y1), dimensi pengetahuan (Y4), dan dimensi penghayatan (Y5). Sisanya yang lain berada dalam kategori sedang. 3. Analisis Data a. Uji Korelasi Tabel. 7 Hasil Korelasi Spearman Variabel Bimbingan Mental Agama (X) Keterangan : * Nyata pada α = 0,05 **Nyata pada α = 0,01
Perilaku Keberagamaan (Y) 0,415**
Koefisien (α) 0,01
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi korelasi yang positif antara variabel bimbingan mental agama (X) dengan variabel perilaku keberagamaan (Y). Hal ini dibuktikan dengan hasil yang ditunjukkan dalam tabel sebesar 0,415 dengan nilai signifikansinya (α) sebesar 0,01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bimbingan mental agama memiliki hubungan yang postif terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. b. Kategori Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah setelah mengikuti bimbingan mental agama di PSBR Bambu Apus Jakarta. Tabel. 8 Hasil Output Mean dan Standar Deviasi N
Mean
Standar Deviasi
55
206,9
11,835
62
Berdasarkan hasil perhitungan mean dan standar deviasi, maka peneliti membagi kategori tingkatan perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. 1) Dikatakan Tinggi perilaku keberagamaan remaja putus sekolah jika X+ SD atau hasil yang didapat berada di atas standar deviasi. 2) Dikatakan Sedang perilaku keberagamaan remaja putus sekolah jika X atau hasil yang didapatkan berada di antara standar nilai tinggi dan rendah dari standar deviasi. 3) Dikatakan Rendah perilaku keberagamaan remaja putus sekolah jika X-SD atau hasil yang didapat dibawah standar deviasi. Tabel. 9 Klasifikasi Skor Skala Perilaku Keberagamaan Kategori Perilaku Keberagamaan Tinggi Perilaku Keberagamaan Sedang Perilaku Keberagamaan Rendah
Nilai
Angka
Jumlah Persen
X + SD
X > 217,925
9
16
X
195,065 < X < 217,925
39
71
X – SD
X < 195,065
7
13
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kategori perilaku keberagamaan remaja putus sekolah setalah mengikuti kegiatan bimbingan mental agama di PSBR Bambu Apus Jakarta ini berada dalam kategori sedang cenderung ke tinggi dengan nilai jumlahnya sebanyak 39 orang dengan presentase sebesar 71%.
63
Artinya semakin tinggi nilai variabel bimbingan mental agama (X), maka akan semakin tinggi pula variabel perilaku keberagamaan (Y). Hal ini disebabkan oleh seringnya materi bimbingan mental keagamaan diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Selain itu, dalam kesehariannya selalu disertai dengan pengamalan nilai-nilai, serta arahan pada bimbingan diperkuat dengan menerapkan pengamatan secara ketat termasuk dengan cara teguran, peringatan, dan lain sebagainya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh bimbingan mental agama terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Bimbingan mental agama memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku keberagamaan remaja putus sekolah dengan nilai korelasinya sebesar 0,415 dan nilai signifikansinya 0,01. 2. Perilaku keberagamaan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus berada pada kategori sedang dengan jumlah persentasenya sebesar 71%. B. Saran 1. Bagi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menambah materi atau program bimbingan mental agama bagi para remaja putus sekolah. Karena terbukti terdapat pengaruh dari program bimbingan mental agama terhadap perilaku keberagamaannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Hendaknya penelitian ini dijadikan kontribusi dan referensi dalam bimbingan mental agama dan perilaku keberagamaan remaja putus sekolah. Penulis menyarankan agar selanjutnya dilakukan penelitian lebih mendalam lagi bimbingan mental agama pada remaja putus sekolah.
64
DAFTAR PUSTAKA A. Buku A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta:Ciputat Pers, 2002. Abdullah, Taufik, dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama: sebuah pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989. Ancok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1995. Ancok, Djamaludin, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Arifin, M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Trayon Press, 1994. Arifin, M., Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Arikunto, Suharsimi, Managemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Budiman, Arif, Agama, Demokrasi dan Keadilan, Jakarta: PT Gramedia, 1993. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2005. Chaplin, JP., Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Daradjat, Zakiah, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat, Jakarta: Bayan Qur’an, 2012. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Faqih, Aunur Rahman, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001. Gardner, James E., Memahami Gejolak Masa Remaja, Jakarta: Mitra Utama, 2002.
Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1991. Gunarsa, Singgih D., Psikologis Perkembangan Anak Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. Humas PSBR, Booklet PSBR Bambu Apus Jakarta, Jakarta, PSBR, 2014. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. L, Zulkifli, Psikologi Perkembangan Remaja, Bandung: Rosda Karya, 2003. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998. Lupiyoadi, Rambat, dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba empat, 2006. Lutfi, M., Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatulla Jakarta, 2008. Muhammad, Abu Ja’far, Tafsir Ath-Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009. Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Putrawan, I Made, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta. Rahman, Abdul dan Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spiritual, Jakarta: Kementrian Sosial, 2011. Remmers, H.H. dan Hackett, Memahami Persoalan Remaja, terj. Zakiyah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Saleh, Abdurrahman, Diktatik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Santosa, Singgih, SPSS: Mengolah Data Statistik secara Profesional, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996. Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Singarimbun, Marsi, dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 2011.
Siregar, Syofian, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Rosda Karya, 2004. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2011. Thoules, Robert H., Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo, 2003. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Widoyoko, S. Eko Putro, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012. Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. B. Internet Akuntono, Indra. Ayo, minimalkan angka remaja putus sekolah!, Artikel diakses pada 10 September 2014 dari http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/22/08363633/Ayo.Minimalkan. Angka.Remaja.Putus.Sekolah. Handoko, Rudi. Faktor Ekonomi Penyebab Remaja Putus Sekolah. Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.borneotribune.com/headline/dua-tahun-kabupaten-kayongutara.html diakses pada tanggal 15 Januari 2015 Toky, Belardo Fajan. Masa Remaja dan Ciri Masa Remaja. Artikel di akses pada 15 Januari 2015 dari http://belardobk.blogspot.com/2013/06/masa remaja-dan-ciri-ciri-remaja.html Yunita. Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah. Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle& artid=12182
Lampiran
ANGKET UJI COBA INSTRUMEN
Kepada : Kakak/adik....
Ditengah-tengah kesibukan kakak/adik dalam belajar dan berkarya, perkenakanlah saya memohon bantuan kakak/adik untuk mengisi angket ini. Adapun tujuan pengisian angket ini adalah untuk menyusun Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Mental Agama terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu (PSBR) Apus Jakarta Timur.” Saya berharap kakak/adik dapat mengisi angket tersebut sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Angket ini bukan merupakan tes sehingga tidak ada jawaban yang benar maupun jawaban yang salah. Jawaban kakak/adik akan dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi nilai ataupun nama baik kakak/adik. Penulisan identitas hanya digunakan untuk mempermudah proses pengelohan data saja. Atas kesediaan dan bantuan yang diberikan saya ucapkan terimakasih.
Jakarta, 17 Januari 2015 Peneliti
Yudistira Paramayudha NIM. 1110052000028
ANGKET PENELITIAN Petunjuk Pengisian Angket : 1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang disediakan 2. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban 3. Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) atau contreng (√ ) pada kolom yang telah disediakan. : Sangat Setuju Alternatif jawaban : SS S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Identitas Responden Nama
:
Kelas
:
No
Pernyataan
SS Bimbingan Mental Agama
1
Saya sering mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan minat dan bakat saya
2
Saya mengetahui bakat yang saya miliki
3
Saya jarang mengikuti kegiatan karena saya tidak tahu bakat apa yang saya miliki
4
Saya selalu belajar untuk melatih keterampilan yang saya miliki
5
Saya sering berdiskusi dengan teman
mengasah
keterampilan yang saya miliki 6
Saya jarang melatih keahlian yang saya miliki
7
Saya selalu membantu teman saya yang sedang membutuhkan
8
Saya peduli kepada teman saya yang mendapatkan musibah
9
Saya tidak menolong teman yang sedang kesusahan
10
Saya selalu memaafkan teman apabila mereka punya salah
11
Saya sudah memaafkan kesalahan teman saya sebelum
S
TS
STS
mereka meminta maaf 12
Saya tidak memaafkan kesalahan teman yang sudah menyakiti saya
13
Saya selalu membeli barang sesuai dengan kebutuhan
14
Saya tidak pernah membeli barang yang tidak saya butuhkan
15
Saya selalu membeli sesuatu secara berlebihan Perilaku Keberagamaan
16
Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
17
Saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT
18
Saya tidak percaya adanya surga dan neraka
19
Saya selalu menjalankan shalat dengan sungguhsungguh
20
Saya selalu menjalankan shalat tepat pada waktunya
21
Saya
tidak
pernah
shalat
karena
shalat
hanya
membuang-buang waktu saja 22
Saya dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
23
Saya hafal bacaan Al-Qur’an karena sering membacanya
24
Saya tidak pernah membaca Al-Qur’an
25
Saya selalu berdoa sebelum dan sesudah mengerjakan kegiatan
26
Setiap selesai sholat, saya selalu berdoa kepada Allah SWT.
27
Saya berhenti berdoa karena apa yang saya minta tidak terkabu
28
Saya selalu berkata jujur kepada orang lain
29
Saya tidak pernah berbohong kepada orang lain
30
Saya sering berbohong untuk menutupi kesalahan saya
31
Saya selalu membuang sampah pada tempatnya
32
Saya pernah mengikuti kegiatan gotong royong untuk
membersihkan lingkungan 33
Saya sering membuang sampah sembarangan
34
Saya selalu berbicara dengan sopan kepada orang lain
35
Saya tidak pernah berbicara kasar kepada orang lain
36
Saya sering memaki dan mencela teman saya
37
Saya tahu bahwa shalat 5 waktu hukumnya wajib
38
Saya tahu bagaimana mengerjakan shalat dengan baik
39
Saya tidak tahu bahwa shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim
40
Saya tahu bahwa puasa di bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib
41
Saya tahu apa saja yang dapat membatalkan puasa
42
Saya tidak tahu bahwa puasa termasuk ke dalam rukun Islam
43
Saya selalu merasa tenang ketika selesai mengerjakan shalat
44
Saya sering gelisah apabila saya belum mengerjakan shalat
45
Saya merasa gelisah apabila saya beribadah
46
Saya selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki
47
Saya tidak pernah iri dengan apa yang dimiliki orang lain
48
Saya
tidak
pernah
terima
apabila
orang
mendapatkan hal yang lebih baik daripada saya
lain
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4
2 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 2 4 4 4 2 4 4 4 4 5 2
3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 1 4 4 4 2 4 4 4 4 5 2
4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2
6 5 4 1 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 2 4 5 4 2 4 5 4 4 4 2
7 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 2 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Jumlah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 2 1 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 220 4 2 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 5 5 5 2 5 5 4 5 5 4 1 5 5 1 5 5 4 205 4 5 5 4 4 4 2 5 5 1 4 4 5 5 1 5 5 5 5 1 1 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 197 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 2 5 216 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 2 5 4 5 5 4 2 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 213 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 210 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 2 5 5 5 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 200 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 225 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 200 4 4 4 5 4 2 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 208 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 209 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 5 230 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 240 5 4 5 5 4 2 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 2 4 4 4 5 4 4 5 4 4 199 5 4 2 4 5 4 5 5 5 5 4 2 5 4 4 5 4 5 5 4 4 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 211 5 5 4 4 4 2 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 206 4 4 4 2 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 210 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 5 1 5 5 4 4 4 4 198 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 198 4 4 5 4 4 4 4 5 5 1 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 207 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 5 5 4 2 4 4 5 4 5 4 2 2 4 2 2 4 2 4 4 1 4 182 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 2 2 4 4 5 5 5 4 4 2 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 2 5 4 5 5 5 5 206 4 4 5 4 4 2 4 5 5 5 5 5 2 5 5 4 5 5 1 4 4 2 4 4 2 5 5 1 5 4 4 4 4 2 5 5 4 4 4 2 187 5 5 4 5 4 1 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 225 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 216 5 4 5 5 4 4 1 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 2 4 5 4 4 207 5 4 1 4 4 5 5 5 5 5 4 2 5 4 2 5 5 5 5 4 2 4 4 5 5 5 4 5 5 4 1 5 5 5 5 4 5 4 5 5 209 5 5 2 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 2 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 207 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 194 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 198 4 4 4 4 5 2 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 215 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 5 4 4 5 4 4 4 2 5 4 4 4 193 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 2 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 207 5 1 4 2 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 2 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 209 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 172 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 2 4 2 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 4 4 5 5 4 4 4 2 5 4 2 194 5 1 2 2 5 1 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 200 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5 4 4 5 4 5 5 2 2 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 202
Hasil Nilai Responden Pengaruh Bimbingan Mental Agama Terhadap Perilaku Keberagamaan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4
4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 2
4 5 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 5 4 4 4 2
4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5
4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 5 4 4 4 5 2 1 5 4 4 4 4 4 4 2
4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5
4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5
4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5
4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 2
4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2
4 4 5 4 4 2 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 2
4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5
4 4 5 2 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4
4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 2 5 2 2
4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 2 5 2 2 4 2 2
5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 2 4
5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5
4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5
4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5
4 4 4 2 2 4 4 4 2 5 4 5 2 2 4 2 5
4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 2 2 4 4 5
4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5
4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 2 5 2 4
5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 4
4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 5
5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 2 4 2 5 4 4 5
1 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5
5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4
4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2
4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5
5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 5 5 2
4 5 5 5 2 4 5 5 5 4 4 5 5 5 2 5 4
202 223 221 204 212 209 220 211 204 226 200 213 202 200 212 206 193
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji Validitas No
R Hitung
R Tabel
Validitas
1
0,382**
0,266
Valid
2
0,514**
0,266
Valid
3
0,570**
0,266
Valid
4
0,498**
0,266
Valid
5
0,478**
0,266
Valid
6
0,528**
0,266
Valid
7
0,447**
0,266
Valid
8
0,503**
0,266
Valid
9
0,082
0,266
Tidak Valid
10
0,348**
0,266
Valid
11
0,519**
0,266
Valid
12
0,286*
0,266
Valid
13
0,540**
0,266
Valid
14
0,366**
0,266
Valid
15
0,366**
0,266
Valid
16
0,282*
0,266
Valid
17
0,282*
0,266
Valid
18
0,172
0,266
Tidak Valid
19
0,447**
0,266
Valid
20
0,399**
0,266
Valid
21
0,338*
0,266
Valid
22
0,370**
0,266
Valid
23
0,629**
0,266
Valid
24
0,307*
0,266
Valid
25
0,529**
0,266
Valid
26
0,479**
0,266
Valid
27
0,504**
0,266
Valid
28
0,421**
0,266
Valid
29
0,424**
0,266
Valid
30
0,358**
0,266
Valid
31
0,314*
0,266
Valid
32
0,527**
0,266
Valid
33
0,403**
0,266
Valid
34
0,588**
0,266
Valid
35
0,488**
0,266
Valid
36
0,472**
0,266
Valid
37
0,341*
0,266
Valid
38
0,469**
0,266
Valid
39
0,360**
0,266
Valid
40
0,491**
0,266
Valid
41
0,376**
0,266
Valid
42
0,111
0,266
Tidak Valid
43
0,633**
0,266
Valid
44
0,318*
0,266
Valid
45
0,563**
0,266
Valid
46
0,559**
0,266
Valid
47
0,580**
0,266
Valid
48
0,362**
0,266
Valid
Uji Reliabilitas
Cases
Case Processing Summary N Valid 55 a Excluded 0 Total 55
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,887
48
Hasil Uji Korelasi Spearman Correlations BMA 1,000
Correlation Coefficient BMA Sig. (2-tailed) . N 55 Spearman's rho Correlation ,415** Coefficient PK Sig. (2-tailed) ,002 N 55 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PK ,415** ,002 55 1,000 . 55
Hasil Mean dan Standar Deviasi
Statistics
VAR00001 N
Valid Missing
Mean Std. Deviation
55 0 206,96 11,835
Dokumentasi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta
Papan Nama PSBR Bambu Apus Jakarta
Gedung PSBR Bambu Apus Jakarta
Para Remaja sedang Mengikuti Program Bimbingan Mental Agama
Para Remaja sedang Mengisi Angket Penelitian Skripsi