PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Oleh : Inke Resunda A34201012
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN INKE RESUNDA. Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok (di bawah bimbingan NIZAR NASRULLAH) Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang diperlukan untuk lalu lintas manusia, barang maupun jasa. Jalan sebagai penghubung antara satu bagian wilayah dengan wilayah lainnya ternyata memberikan dampak negatif terutama bagi lingkungan di sekitarnya, berupa pencemaran udara, kebisingan, dan perubahan penggunaan lahan. Kota Depok sebagai salah satu kota yang sedang berkembang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota dengan luasan 207,06 km2 terdiri dari 6 kecamatan meliputi kecamatan Pancoran Mas, Beji, Sawangan, Cimanggis, Limo dan Sukmajaya. Salah satu permasalahan transportasi di Kota Depok adalah kurangnya jalan alternatif, tingginya sirkulasi komuter, kurangnya penataan sepanjang ruas jalan, serta kurang memadainya lintasan jalan Barat-Timur. Sehingga sebagai salah satu solusi bagi pelayanan transportasi di kota ini dibangunlah Jalan Ir. H. Juanda yang menghubungkan wilayah Barat/Tengah dengan Timur tepatnya menghubungkan Jalan Margonda Raya dengan Jalan Raya Bogor-Jakarta. Studi mengenai perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini menggunakan tahapan perencanaan mengikuti pendekatan sumber daya yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang terdiri atas tahap commision, research, analysis, dan synthesis. Teknik survey lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi, dan teknik. Keinginan pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masingmasing 15 orang masyarakat dan 15 orang pegawai instansi terkait. Lingkup perencanaan yaitu sepanjang 4 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 31 m (semula 21,8 m) atau luas + 18,7 Ha. Kondisi topografi tapak yang relatif datar dan banyaknya lahan kosong di sekitar jalan berpotensi untuk dikembangkan. Kawasan sekitar jalan yang telah cukup padat dengan permukiman ditambah adanya rencana jalan tol yang terletak berdampingan di sebelah utara jalan ini membuat penulis lebih banyak mengalokasikan ruang hijau bagi buffer area untuk meredam kebisingan, menyerap polusi serta meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi ke dalam 3 segmen yaitu segmen Barat, Tengah, dan Timur. Lanskap jalan Ir. H. Juanda direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh, dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penempatan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri. Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi (6 Ha/32,6%), ruang penyangga (6,7 Ha/36,4%), ruang pelayanan (4,2 Ha/22,8%), dan ruang identitas (1,5 Ha/8,2%). Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang
penyangga/konservasi adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan, dan mempertahankan keberadaan situ. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan, area sekitar perairan dan buffer tol. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat sekitar seperti berjalan kaki, bersepeda, parkir, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa tugu pada Simpang Margonda, gerbang kota pada Simpang Cisalak, penataan vegetasi yang berbeda di setiap segmen jalan, view pada Situ dan fasilitas jalan. Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan yang dapat memberikan perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi, serta memiliki nilai estetika. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama panyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok, dan sebagainya. Tanaman disusun secara massal dan kontinyu di sepanjang jalan dengan disain linier, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus sebagai penanda. Pada rencana ini dipilih tanaman jenis pohon yaitu mahoni (Swietenia mahogony) untuk segmen Barat dan Timur, cempaka (Michelia campaca) untuk segmen Tengah. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis cemara (Casuarina equisetifolia), pinus (Pinus merkusii), glodogan tiang (Polyalthea longifolia pendula) dan Palm Raja (Roystonea regia). Sedangkan pada median dipilih jenis semak/perdu yaitu oleander (Nerium oleander), bugenvil (Bougainvillea spectabilis), dan soka (Ixora javanica). Untuk hardscape berupa trotoar (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1,45 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (40 buah), halte (20 buah), stop area berupa shelter (4 buah), tempat sampah (40 buah), lampu penerangan (PJU 80 buah dan lampu pedestrian + 700 buah), dan papan reklame yang direncanakan menyatu dengan bangunan. Dengan dilakukannya pelebaran damija dari 21,8 m menjadi 31 m, penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jaln. Serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar melalui penataan tanaman, buffer tol, dan konservasi perairan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembang pada kawasan jalan Ir. H. Juanda. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana lanskap yang telah dibuat.
PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Oleh : Inke Resunda A34201012
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Nama NRP
: Inke Resunda : A34201012
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr NIP 131 578 792
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. D r. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP 130 422 698
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 30 Juli 1983 sebagai anak dari pasangan Ir Eddy D. Kasik dan E. Kurniasih dengan nama Inke Resunda. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 15 Bengkulu (lulus tahun 1995), melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 2 Bengkulu (lulus tahun 1998), dan SMU Negeri 5 Bengkulu (lulus tahun 2001). Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) 2004/2005 dan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Perancangan Lanskap (Program S1) dan Teknik Arsitekur Lanskap (Program D3) tahun ajaran 2004/2005. Penulis juga pernah menjadi drafter dan surveyor taman kantor serta desain dan pelaksanaan taman depan Kampus Diploma IPB.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nyalah sehingga skripsi yang berjudul Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan kepada : 1. Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr selaku pembimbing skripsi atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi, 2. Dr Ir Siti Nurisyah, MSLA sebagai pembimbing akademik selama kuliah atas nasihatnya, 3. Dr Ir Andi Gunawan, Msc dan Dr Ir Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini, 4. Keluargaku tercinta (Papa, Mama, Teteh, dan Dede) untuk doa dan kasih sayang serta dukungannya selama ini, 5. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya Angkatan 38 untuk kebersamaannya selama ini, 6. Bapak Yana (Dinas Tata Kota Depok) atas kemudahan dalam pencarian data, 7. Bapak Agus (Dinas PU Depok), Ibu Kania (DKLH Depok), Bapak Tarigan (DLLAJ Depok), Bapak Uus Mustari (Bapeda Depok) atas datanya, 8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi namun tidak dapat disebutkan satu per satu. Skripsi ini berisikan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok yang dibuat untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan identitas bagi para pengguna jalan serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan bagi masyarakat sekitarnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Bogor, November 2005
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.............................................................................................. i DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan........................................................................................................ 3 Manfaat...................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5 Pengertian Jalan......................................................................................... 5 Lanskap Jalan ............................................................................................ 6 Perencanaan Lanskap ................................................................................ 7 Perencanaan Lanskap Jalan....................................................................... 9 Ruang Terbuka .......................................................................................... 9 Penanaman Jalur Hijau Jalan..................................................................... 11 Perlengkapan Jalan.................................................................................... 12 METODOLOGI ................................................................................................ 17 Tempat dan Waktu .................................................................................... 17 Metode Penelitian...................................................................................... 17 HASIL INVENTARISASI................................................................................ 23 Kondisi Umum .......................................................................................... 23 Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Jaringan Jalan................................ 23 Perekonomian dan Kependudukan.................................................... 24 Kebijakan Pengembangan Kota Depok............................................. 26 Rencana Tata Guna Lahan Kawasan................................................. 27 Aspek Fisik dan Biofisik ........................................................................... 27 Penggunaan Lahan dan Bangunan .................................................... 27 Jalur Pejalan Kaki.............................................................................. 32 Fasilitas Jalan .................................................................................... 32 Utilitas ............................................................................................... 34 Dimensi Jalan dan Volume Kendaraan ............................................. 34 Vegetasi dan Satwa ........................................................................... 37 Iklim .................................................................................................. 39 Geologi dan Tanah ............................................................................ 40 Topografi, Hidrologi dan Drainase ................................................... 41 Aspek Sosial.............................................................................................. 45 Pengguna Potensial ........................................................................... 45 Keinginan Masyarakat Pengguna ...................................................... 46 Aspek Teknik ............................................................................................ 47 Jaringan Jalan .................................................................................... 47 Pemeliharaan Lanskap Jalan ............................................................. 48 Peraturan Jalan .................................................................................. 49
ANALISIS POTENSI DAN PEMECAHAN MASALAH ............................. 51 Sejarah dan Konsep Pengembangan ......................................................... 51 Lokasi dan Orientasi Tapak....................................................................... 53 Struktur Kegiatan ...................................................................................... 54 Aspek Fisik dan Biofisik ........................................................................... 55 Iklim ................................................................................................. 56 Bentukan Lahan................................................................................. 58 Vegetasi Jalan.................................................................................... 60 Kualitas Udara dan Kebisingan......................................................... 62 Sarana dan Prasarana Jalan ............................................................... 65 Lingkungan Sekitar ........................................................................... 68 Aspek Sosial Ekonomi .............................................................................. 70 Penduduk ........................................................................................... 70 Karakter Pengguna ............................................................................ 71 Rencana Program Ruang ........................................................................... 75 PERENCANAAN LANSKAP .......................................................................... 81 Konsep Dasar ............................................................................................ 81 Konsep Pengembangan ............................................................................. 81 Konsep Ruang ................................................................................... 81 Konsep Sirkulasi ............................................................................... 85 Konsep Fasilitas Jalan ....................................................................... 87 Konsep Tata Hijau............................................................................. 87 Rencana Lanskap....................................................................................... 92 Rencana Ruang Sirkulasi .................................................................. 92 Rencana Ruang Pelayanan ................................................................ 92 Rencana Ruang Identitas ................................................................... 93 Rencana Tata Hijau ........................................................................... 93 Rencana Fasilitas Jalan...................................................................... 95 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 109 Kesimpulan.............................................................................................. 109 Saran ........................................................................................................ 110 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 111 LAMPIRAN ..................................................................................................... 113
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
1.
Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data............................................... 20
2.
Keadaan Penduduk di Daerah Studi.......................................................... 24
3.
Karakteristik Pembagian Segmen kawasan............................................... 29
4.
Jumlah dan Karakteristik Perlengkapan Jalan........................................... 33
5.
Dimensi Jalan Ir H Juanda, Kota Depok ................................................... 36
6.
Daftar Tanaman Pada Jalan Ir H Juanda ................................................... 37
7.
Hasil Pengukuran Suhu Lokasi Studi........................................................ 40
8.
Kemiringan Lereng Kota Depok ............................................................... 41
9.
Proporsi Pergerakan Transportasi di Kota Depok..................................... 52
10. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Kawasan.......................................... 55 11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Studi.................................... 62 12. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi ............................ 63 13. Hasil Analisis Unsur Lanskap Jalan Ir H Juanda ...................................... 72 14. Matriks Hubungan Fungsi dan Ruang pada Bagian-bagian Jalan............. 76 15. Penilaian Alternatif Rencana Ruang ......................................................... 78 16. Komposisi Ruang, Aktivitas, Fasilitas dan Luasan................................... 79 17. Kriteria Tanaman Pada Bagian-bagian Jalan ............................................ 89 18. Vegetasi yang Dapat Digunakan pada Lanskap Jalan............................... 90 19. Rencana Penanaman Tata Hijau................................................................ 95 20. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk ............................................................ 96 21. Jumlah dan Lokasi Lampu Penerangan..................................................... 97 22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan......................................................... 101
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
Halaman
1.
Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan .......................... 4
2.
Peta Lokasi Studi....................................................................................... 18
3.
Bagan Tahapan Perencanaan Menurut Simonds (1983) ........................... 22
4.
Tapak Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok..................................................... 25
5.
Rencana Tata Guna Lahan Kawasan......................................................... 28
6.
Kondisi Eksisting Tapak ........................................................................... 30
7.
Area Hijau di Sekitar Tapak ...................................................................... 31
8.
Kondisi Trotoar ......................................................................................... 32
9.
Penggunaan Trotoar .................................................................................. 32
10. Kondisi Jalur Hijau pada Tapak ................................................................ 38 11. Kondisi Topografi Lokasi ......................................................................... 43 12. Peta Tanah................................................................................................. 44 13. Aktivitas Pejalan Kaki............................................................................... 45 14. Pipa Gas dan Larangannya ........................................................................ 47 15. Konstruksi Teknis Pelindung Pipa Gas ..................................................... 48 16. Kegiatan Pemeliharaan Lanskap ............................................................... 49 17. Kondisi Perairan pada Tapak .................................................................... 58 18. Kondisi Drainase Tapak ............................................................................ 60 19. Pengaturan Vegetasi Peredam Kebisingan dan Polusi Kendaraan............ 65 20. Sistem Pedestrian Walk ............................................................................ 67 21. Ilustrasi Penggunaan Lampu Penerangan dan Rambu Lalu Lintas........... 68 22. View Sekitar Tapak ................................................................................... 70 23. Analisis-Sintesis ........................................................................................ 74 24. Alternatif Ruang ........................................................................................ 80 25. Konsep Ruang Terpilih ............................................................................. 84 26. Konsep Sirkulasi ....................................................................................... 86 27. Ilustrasi Lampu Pedestrian........................................................................ 87 28. Ilustrasi Tempat Sampah, Bangku dan Halte ............................................ 87 29. Ilustrasi Penggunaan Vegetasi Sebagai Estetika pada Lanskap Jalan....... 88
30. Konsep Tata Hijau..................................................................................... 91 31. Lay bay ...................................................................................................... 97 32. Pedoman Pembuatan Tugu dan Gerbang Kota ......................................... 100 33. Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 1) ............................................. 102 33a. Potongan Area Tugu .................................................................................. 102 33b. Potongan Simpang Margonda ................................................................... 102 34. Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 2) ............................................. 103 34a. Potongan Jembatan Flyover ...................................................................... 103 35. Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 1).......................................... 104 35a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 1 ..................................................... 104 35b. Potongan Halte .......................................................................................... 104 36. Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 2).......................................... 105 36a. Rencana Parkir ........................................................................................... 105 36b. Rencana Pedestrian ................................................................................... 105 36c. Sketsa Stop Area ........................................................................................ 105 37. Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 1)............................................ 106 37a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 2 ..................................................... 106 38. Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 2)............................................ 107 38a. Potongan Simpang Cisalak........................................................................ 107 39. Sketsa Beberapa Fasilitas .......................................................................... 108
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1.
Form Kuisioner ......................................................................................... 113
2.
Jumlah dan Karakteristik Bangunan Sekitar Tapak .................................. 115
3.
Volume Lalu Lintas Jalan Ir H Juanda, Depok ......................................... 116
4.
Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Studi ................................................ 117
5.
Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner Pengguna Jalan .................. 118
6.
Daftar Tanaman dengan Nilai APTI (Air Pollution Tolerante Index) ...... 122
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu sarana transportasi yang sangat penting adalah jalan. Jalan merupakan prasarana perhubunga n darat dalam bentuk apapun, meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukkan untuk lalu lintas. Jalan sebagai sarana penunjang perkembangan wilayah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah kota. Depok sebagai kota yang sedang berkembang, memiliki visi “Depok sebagai Kota Pendidikan, Permukiman, Perdagangan dan Jasa yang Relegi”. Gerak laju pertumbuhan Kota Depok menuntut lancarnya sarana transportasi yang berimplikasi pada pembuatan dan penyediaan sarana jalan penghubung ke berbagai wilayah Kota Depok. Permasalahan utama pada jaringan pergerakan di Kota Depok adalah disebabkan oleh tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama kota, pemanfaatan badan jalan untuk perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan, garis sempadan bangunan yang belum teratur, terbatasnya jalan alternatif di poros tengah kota menuju Jakarta, dan kurang memadainya lintasan jalan Barat-Timur. Sebagai salah satu bentuk usaha pemerintah Kota Depok dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pembangunan jalan kolektor primer yang menghubungkan jalur sirkulasi internal (ke dalam Kota Depok, ruas Margonda Raya) dan sirkulasi ekternal (ke luar Kota Depok, ruas Cimanggis ) yaitu jalan Ir. H. Juanda. Ruas jalan Ir. H. Juanda terdapat dalam wilayah pengembangan bagian tengah dan timur Kota Depok. Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro konsep wilayah pengembangan Kota Depok terbagi 3 yaitu : wilayah Barat dengan fungsi perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah sampai sedang; wilayah Tengah dengan fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata, dan permukiman kepadatan rendah sampai tinggi; dan wilayah Timur dengan fungsi permukiman kepadatan rendah sampai tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata, dan industri yang ramah lingkungan (Dinas Tata Kota-Kota
Depok,
2003).
Untuk
itu
diperlukan
sistem
pergerakan
yang
dapat
menghubungkan wilayah-wilayah tersebut sehingga antar wilayah terjadi integrasi. Perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda merupakan bagian dari perencanaan Kota Depok. Kondisi jalan yang baru difungsikan dengan keadaan sekitar yang masih kosong memerlukan suatu penataan lanskap jalan untuk mencegah kesemrawutan pada wajah jalan seperti yang selama ini sering terjadi di berbagai tempat. Dan juga memberikan identitas dan ciri pengenal Kota Depok terutama bagi pemakai jalan. Berbagai upaya dilakukan dalam meningkatkan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pengguna jalan akan terangkum dalam sebuah perencanaan lanskap jalan. Tanaman dan hardscape merupakan dua unsur yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan lanskap jalan. Tanaman berfungsi sebagai kontrol visual, pengarah angin, kontrol kelembaban dan hujan, kontrol kebisingan, kontrol erosi penyaring polutan, habitat alami, dan estetika. Sedangkan hardscape yang biasa digunakan adalah rambu-rambu lalu lintas, bak tanaman, saluran drainase, penerangan jalan, dan aksesoris jalan berfungsi dalam memperlancar lalu lintas dan memberi kemudahan serta informasi yang dibutuhkan penggguna jalan. Dalam lanskap jalan harus diperhatikan lokasi, keadaan topografi, dan karakter lanskap yang berada di sekitarnya. Sehingga perlu pemikiran yang seksama dengan memperhatikan fungsi keamanan, kenyamanan, estetika dan ekonomi baik bagi pemerintah kota, pengguna jalan maupun bagi masyarakat sekitar jalan tersebut. Sebelum memulai studi diperlukan suatu kerangka berpikir dalam menyusun suatu rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok sebagai pedoman dalam memudahkan pelaksanaan studi, seperti terlihat pada Gambar 1. Rencana lanskap didasarkan pada pertimbangan bahwa Jalan Ir. H. Juanda sebagai penghubung antar wilayah kota sehingga dalam pembuatan rencana lanskapnya sedapat mungkin menyatu dengan karakter Kota Depok secara umum.
Tujuan Studi ini bertujuan untuk membuat rencana penataan lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dalam berlalu lintas, memberi keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna jalan maupun masyarakat Kota Depok pada umumnya, serta memberikan identitas pada lanskap jalan Ir. H. Juanda, Depok. Selain itu juga bertujuan agar dapat memperbaiki kualitas lingkungan sekitarnya. Produk akhir dari studi ini berupa rencana tapak yang meliputi rencana ruang, aktivitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, rencana sirkulasi serta tata hijau, yang mendukung keberadaan jalan sebagai sarana transportasi.
Manfaat Hasil dari studi berupa perencanaan lanskap jalan yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak perencana maupun pengelola jalan Kota Depok, terutama dalam pengembangan perencanaan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda ke depannya.
Konsep Makro Pengembangan Kota Depok Wilayah Barat
Fungsi jasa perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah-sedang
Wilayah Tengah
Wilayah Timur
Fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata, dan permukiman kepadatan sedang-tinggi
Fungsi permukiman kepadatan rendah-tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata, dan industri yang ramah lingkungan
Perlu sarana dan prasarana transportasi sebagai penghubung
Pembangunan jalan Ir. H. Juanda sebagai penghubung wilayah tengah dan timur
Penataan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda sesuai potensi kawasan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah- - - Zonasi ruang
Sistem Sirkulasi
Tata Hijau
Hardscape
Rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jalan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang jalan bahwa jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Menurut Simonds (1983), jalan merupakan suatu kesatuan yang harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi, dan interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 Bab III Bagian Kedua pasal 8 mengenai pengelompokan jalan menurut peranannya yaitu: 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan dengan kecepatan ratarata rendah. Lebih lanjut dalam pasal 11 dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1985 bagianbagian jalan yaitu : 1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan, yang diperuntukkan bagi :
a. Badan jalan yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan. bagian ini hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamanan terhadap konstruksi jalan. b. Ambang pengaman yaitu bagian yang terletak paling luar dari damaja hanya untuk mengamankan konstruksi jalan. c. Saluran tepi jalan yaitu bagian yang hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air, agar badan jalan bebas dari pengaruh genangan air. d. Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada sistem jaringan jalan yang harus ditempatkan di luar Damija, seperti trotoar, lereng, timbunan dan galian, gorong-gorong, dan lain sebagainya. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. 3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di luar Damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan untuk pengamanan konstruksi jalan. Lanskap Jalan Lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Untuk mempelajarinya tidak terlepas dari pemahaman interaksi antara lanskap fisik dan sosialnya, yang keduanya tidak dapat dipisahkan (Eckbo, 1964). Simonds (1983) menyatakan bahwa dalam lanskap kehidupan manusia tersusun atas jalan dan tempat, dimana jalan berfungsi sebagai jalur sirkulasi kendaraan, manusia serta sebagai pusat aktivitas manusia. Lanskap jalan harus bermanfaat dan secara kualitas menyenangkan bagi pengguna jalan, jika memiliki keharmonisan dan kesatuan dengan topografi dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan fungsi secara fisik dan visual. Lebih lanj ut Simonds (1983) menjelaskan bahwa konsep dasar lanskap jalan adalah
memberikan keamanan, kenyamanan, identitas dan keselamatan bagi pengguna jalan dan dapat mengeliminasi pengaruh negatif dari aktivitas jalan terhadap masyarakat sekitarnya. Yang dimaksud dengan lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang berupa elemen lanskap alamiah seperti bentukan topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Departemen Pekerjaan Umum, 1996). Jalan yang berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi kendaraan maupun manusia harus dapat digunakan secara aman dengan akses yang menyenangkan. Begitu pula jalur pejalan kaki dengan ruang terbuka hijau yang tertata sesuai dengan bangunan yang ada, dapat dilengkapi dengan sarana-sarana yang menyenangkan sehingga dapat memberikan kenyamanan (Simonds, 1983).
Perencanaan Lanskap Menurut Simonds (1983) sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap adalah dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. Perencanaan yang berkaitan dengan wilayah perkotaan harus diupayakan berwawasan lingkungan dan dapat mendukung mobilitas kehidupan kota. Nurisjah (2004) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk utama kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan
dan
keinginan
manusia
dalam
upaya
meningkatkan
kenyamanan
dan
kesejahteraannya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) menge mukakan bahwa perencanaan dalam arsitektur lanskap merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan di lahan tersebut. Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Pada tahap perencanaan selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Namun sejauh tetap menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat ditoleransi dan diakomodasi. Dalam studi ini digunakan tahapan perencanaan dengan pendekatan yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang terdiri atas tahap commission, research, analysis, synthesis, construction, dan operation. Pada studi ini dibatasi hingga tahap synthesis saja. Tahap commission merupakan pertemuan antara pelaksana dengan klien (Pemerintah Kota Depok), sebagai tahap awal dalam memulai studi dengan mengetahui gambaran pengembangan dan keinginan klien. Pada tahap research adalah tahap pengumpulan data yaitu data primer berupa data sumber daya alam dan fisik tapak yang diperoleh dari survei tapak, wawancara dan penyebaran kuisioner kepada 30 orang responden dari instansi- instansi terkait dan masyarakat sekitar, maupun data sekunder berupa hasil studi pustaka. Selanjutnya pada tahap analysis, dilakukan analisis tapak untuk melihat potensi sumber daya pada tapak dan kemungkinan pengembangan tapak dengan mengkaji peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam program pengembangan ruang. Lebih lanjut dalam tahap synthesis dilakukan studi skematik untuk mendapatkan alternatif program pengembangan ruang, dimana kemudian program yang terpilih dikembangkan menjadi rencana pengembangan lanskap awal dalam bentuk plan concept dan rencana anggaran biaya.
Perencanaan Lanskap Jalan Setiap jalur jalan merupakan hasil disain yang unik dan akan memiliki karakter serta fungsi tersendiri (Simonds, 1978). Lebih lanjut Simonds (1983) menyatakan bahwa prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap
adalah
dengan
mengeliminasi
elemen-elemen
yang
buruk
dan
menonjolkan elemen-elemen yang baik. Karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Perencanaan lanskap jalan yang baik adalah bervariasi dalam bentuk, ukuran, tekstur, dan warna, serta mempertimbangkan panorama (view) disekitarnya melalui pembingkaian pemandangan yang baik dan penutupan pemandanga n yang buruk. Pemandangan yang bebas ke arah gunung,persawahan, padang rumput, atau bentukan lain yang menyenangkan manusia yang melihatnya merupakan salah satu potensi yang dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga mudah dilihat. Pergerakan kendaraan harus dapat dilakukan secara aman dengan akses yang menyenangkan. Demikian pula dengan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka hijau
(RTH)
yang
ditata
sesuai
dengan
bangunan
yang
ada
beserta
kelengkapannya sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi kehidupan kota. Menurut Simonds (1978), perencanaan jalan harus mempertimbangkan : a) Jarak pandang yaitu jarak pandang horizontal dan vertikal yang cukup untuk waktu observasi minimal 10 detik pada kecepatan jalan yang diijinkan. b) Pembukaan rangkaian pemandangan atau view, penampakan tapak dan bangunan. c) Kemampuan jalan dalam semua kondisi cuaca serta keamanannya. d) Pengenalan topografi, sudut cahaya matahari dan badai. e) Panjang minimal serta gangguan lanskap minimal. f) Pengalaman mengemudi yang menyenangkan. Ruang Terbuka Ruang terbuka dianggap sebagai karakteristik dari arsitektur jika mereka dikelilingi atau ditutupi sepenuhnya atau sebagian oleh sebuah struktur atau elemen dari struktur (Simonds, 1983). Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang
yang pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara individu maupun kelompok yang bertempat di luar bangunan. Berdasarkan jenis aktivitasnya maka ruang terbuka dapat dibedakan menjadi ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif artinya kegiatan manusia di ruang tersebut besar dan luas, misalnya lapangan olah raga, jalur pejalan kaki dan taman kota. Sedangkan ruang terbuka pasif adalah merupakan kebalikan dari ruang terbuka aktif yakni ruang terbuka yang di dalamnya kegiatan manusianya relatif kecil atau terbatas misalnya taman kecil dan jalur hijau tepi jalan, pekuburan, dan sejenisnya. Ruang terbuka (open space) adalah segala jenis lahan atau tanah yang tidak ada bangunan diatasnya; sedangkan istilah ruang terbuka hijau (green open space/ green covered area) adalah lahan tidak terbangun yang tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya, wujud ruang terbuka hijau atau ruang terbuka tidak hijau bisa berupa halaman, lapangan, atau taman kota. Ruang
terbuka
dibutuhkan untuk memberi keseimbangan pada area yang telah padat oleh bangunan, untuk bergerak dan berekspresi dengan bebas setelah jenuh bekerja. Ruang terbuka hijau sendiri menurut Carpenter, et al. (1975) bermanfaat sebagai pelembut suasana keras dari struktur fisik, menolo ng manusia mengatasi tekanan-tekanan dari kebisingan, udara panas dan polusi di sekitarnya serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Menurut Simonds (1983), ruang terbuka berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Sedangkan fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain, pembatas atau pemberi jarak antara massa bangunan dan pelembut arsitektur bangunan. Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap alami dan buatan, tidak hanya berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986), bentuk keseluruhan ruang terbuka dapat dipertegas dengan menggunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan dan tumbuhan, tetapi juga dapat dibentuk dengan cara mengakomodasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan
alami. Seperti yang dikemukakan oleh Lynch (1981), bahwa ruang terbuka tidak selalu alami tetapi dapat juga menggunakan struktur buatan manusia. Penanaman Jalur Hijau Jalan Tanaman dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu dalam lanskap jalan, baik secara individu maupun kelompok dalam penanamannya serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda. Tanaman dalam lanskap dapat berfungsi mengurangi dampak negatif dari kegiatan lalu lintas misalnya mengurangi polusi, mengurangi silau serta menjadi unsur pemersatu dan pelembut dari bangunan dan perkerasan. Tanaman, perlengkapan jalan, serta bangunan utilitas pada sistem jaringan jalan diletakkan sesuai dengan ketentuan masing- masing. Carpenter, et al. (1975) membagi penggunaan tanaman pada lanskap jalan dalam beberapa fungsi yaitu : (1) mengontrol pemandangan, (2) mengontrol fisik, (3) mengontrol iklim, (4) memberikan kenyamanan, dan (5) pengendali erosi. Dalam penataan tanaman dapat disesuaikan dengan posisinya di tepi jalan atau di persimpangan sesuai dengan ketentuan sehingga fungsinya dapat dirasakan oleh pemakai jalan. Kehadiran vegetasi dengan penanaman pohon pada jalan bertujuan untuk menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan (Arnold, 1980). Dengan adanya efek ruang, dapat memisahkan aktivitas yang berlangsung pada jalan tersebut. Menurut Lynch (1981), tujuan dari jalur pena naman jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang bagi utilitas dan pelengkap jalan, baik yang terletak di atas maupun yang terletak di bawah permukaan tanah. Menurut Arnold (1980) jenisjenis pohon yang dipakai untuk penanaman di jalan sebaiknya dipilih yang tidak membutuhkan perawatan yang intensif dan pemeliharaan minimum, mampu beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap tekanan lingkungan dan serangan hama penyakit. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996), peletakan jalur tanaman disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan yaitu sebagai berikut :
1. Pada jalur tanaman tepi. Sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman harus memenuhi kriteria teknik peletakkan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2. Pada jalur tengah (median). Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4,00-6,00 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah persimpangan dan daerah bukaan. 3. Pada daerah tikungan. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (semak/perdu) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan ditempatkan pada ujung tikungan. 4. Pada daerah persimpangan. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakkannya harus memperhatikan bentuk persimpangan. Selain itu perlu memperhatikan adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Lebih lanjut Departemen Pekerjaan Umum (1996), menyatakan bahwa perlu memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman dalam hal peletakkan tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat dibedakan menjadi tanaman pohon, semak/perdu, dan tanaman penutup permukaan tanah. Sebagai contoh, pemilihan bentuk tajuk dan ketinggian pohon yang disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya misal, tanaman jenis pohon dengan tajuk melebar dan berdaun padat dan berfungsi sebagai peneduh terutama bagi pejalan kaki. Oleh karena itu penempatannya diletakkan pada jalur tepi kanan/kiri jalan.
Perlengkapan Jalan/Street Furniture Harris and Dines (1988) mengartikan perlengkapan jalan secara kolektif sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan atau streetscape untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan
karakter lingkungan setempat dan menyatu dengan sekitarnya. Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang mudah didapat, kuat terhadap cuaca, mudah dalam perawatan dan konstruksi yang mudah dalam pembuatan, mudah dalam perbaikan, kuat dan aman bagi pemakai maupun lingkungan sekitarnya. Sarana pelengkap jalan ini diperlukan untuk pemenuhan fungsi keamanan dan kenyamanan, fungsi pelengkap dan fungsi estetis, yang ketiganya saling berkaitan. Elemen yang dimaksud untuk fungsi keamanan dan kenyamanan adalah saluran drainase, lampu, halte bis, rambu lalu lintas, jalur penyeberangan, tanaman jalan, gardu polisi, fire hydrant, termasuk jalur pejalan kaki. Untuk fungsi pelengkap antara lain telepon, kotak surat, tempat sampah, tempat duduk, wadah tanaman, papan reklame, dan sebagainya. Sedangkan untuk fungsi estetis dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan, baik dari segi bentuk, tekstur maup un warnanya. Menurut UU No. 38 Tahun 2004, ketentuan mengenai perlengkapan jalan adalah untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta untuk mencapai hasil dan daya guna dalam pemanfaatan jalan untuk lalu lintas serta kemudahan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Dalam peletakkan elemenelemen pelengkap jalan ini harus disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhannya, yaitu : 1. Alat pengatur lalu lintas seperti : a. Rambu lalu lintas, yaitu alat dalam bentuk tertentu yang memuat lambang berupa huruf, angka, kalimat, atau perpaduan diantaranya yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk bagi pengguna jalan. Rambu jalan dapat diletakkan pada median dan bahu jalan/tepi jalan. Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61/1993, bahwa tinggi rambu yang diijinkan antara 1,75-2,65 meter. Khusus untuk rambu peringatan harus dipasang dalam jarak minimal 50 meter sebelum memasuki bagian jalan yang ditandai. b. Marka jalan, yaitu suatu tanda di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, melintang,
serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan lalu lintas daerah kepentingan lain, contohnya zebra cross. 2. Lampu Jalan, Yang dimaksud dengan lampu jalan yaitu lampu lalu lintas dan penerangan jalan. Lampu lalu lintas dapat ditemukan pada setiap persimpangan jalan, sedangkan lampu penerangan jalan umumnya berada di median jalan. Jenis lampu yang digunakan termasuk golongan HPS (High Pressure Sodium) dengan ketinggian antara 6-15,2 meter, dipasang dengan jarak antar lampu 35-45 meter. Sedangkan untuk jalur pejalan kaki menurut Harris and Dines (1988), penerangan yang baik untuk pejalan kaki adalah penerangan yang tidak menyilaukan mata serta mampu menerangi secara jelas. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter. Jarak peletakkan yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap pada ketinggian 2 meter. 3. Halte Harris and Dines (1988) mengemukakan persyaratan untuk halte bis adalah memiliki kebebasan pandangan ke segala arah kedatangan kendaraan baik dalam posisi duduk maupun berdiri di halte, dan zona perhentian bis haru merupakan bagian dari jalur akses pejalan kaki. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993, disebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte minimal 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan
memiliki lebar
minimal 2 meter, panjang 4 meter dan terdapat atap dengan bagian paling bawah atap minimal 2,5 meter dari lantai. 4. Jalur Penyeberangan Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 disebutkan bahwa fasilitas pejalan kaki terdiri atas tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu lalu lintas, jembatan dan terowongan penyeberangan. Lebar jalur penyeberangan orang ditentukan
sekurang-kurangnya 2,5 meter, ditempatkan terpisah dari halte atau pada daerah yang membutuhkan jalur penyeberangan. 5. Telepon, Kotak Surat dan Tempat Sampah Elemen-elemen ini harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat dan dicapai. Telepon dapat ditempatkan pada halte bis atau tempat tertentu untuk memudahkan pemakaian, demikian pula dengan kotak surat dapat ditempatkan di lokasi yang memudahkan dalam hal pengangkutan. Tempat sampah untuk menjaga kebersihan dapat diletakkan pada tempat-tempat yang ramai dilalui orang. 6. Tempat Duduk Menurut Harris and Dines (1988), prinsip disain tempat duduk harus menekankan pada kenyamanan, bentuk dan detil yang sederhana, mudah dipelihara, tahan lama dan mencegah kemungkinan orang melakukan vandalisme. Peletakkan tempat duduk sebaiknya terlindung dari panas matahari, terletak pada lokasi dengan view yang bagus, terletak di luar jalan dan lain sebagainya. Pemilihan dan peletakkan elemen tempat duduk harus disesuaikan dengan elemen lainnya agar menyatu dengan lingkungan sekitarnya. 7. Papan Reklame Papan reklame merupakan elemen informasi yang dalam peletakkannya memerlukan pengaturan. Menurut Simonds (1978), pengontrolan peletakkan papan reklame diperlukan untuk melindungi vista dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Standar jarak untuk peletakkan papan informasi ini dimasukkan sebagai zona penglihatan yang dibedakan untuk jarak tangkap setinggi mata. Dalam kondisi berdiri jarak berkisar 1,4-1,8 meter dan saat duduk dalam kendaraan berkisar 1-1,2 meter (Harris and Dines, 1988). Peletakannya sendiri sebaiknya disesuaikan dengan keadaan tapak namun tidak pada tempat yang menghalangi pandangan pengemudi dan view yang menarik.
8. Utilitas Elemen yang termasuk dalam utilitas meliputi hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah, grill penutup pohon, dan lain- lain. Secara ideal jalur pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai keseluruhan. Peletakkan utilitas dapat dilakukan pada daerah tepi jalan dan dapat diletakkan di atas maupun di bawah tanah dengan alasan keamanan dan keindahan.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Studi dilakukan pada jalan kolektor primer yang menghubungkan ruas Margonda-Cimanggis, yang lebih dikenal dengan nama jalan Ir. H. Djuanda yaitu pada pembangunan jalan tahap pertama sepanjang 4 km. Kegiatan studi dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan, dimulai pada bulan Maret sampai Agustus 2005. Dengan rincian selama 4 bulan (Maret–Juni 2005) berupa survei dan pengamatan lapang, dan 2 bulan (Juli-Agustus 2005) untuk pengolahan data di studio dan penyusunan laporan. Studi mengambil tempat di Kota Depok, berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan Jalan Ir. H. Djuanda termasuk dalam wilayah kecamatan Beji dan kecamatan Sukmajaya. Pembangunan jalan ini berada pada kelurahan Cisalak dan kelurahan Baktijaya di kecamatan Sukmajaya serta kelurahan Kemiri Muka di kecamatan Beji. Peta lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 2.
Metode Penelitian Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi atau survei tapak, studi pustaka, dan wawancara untuk memperoleh data berupa data primer dan sekunder.
Data primer di dapat dari hasil survei, pengamatan
langsung, dan wawancara tidak terstruktur dan penyebaran kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Pengolahan data berupa persentase rata-rata sederhana. Form kuisioner terlampir (Lampiran 1). Sebagai pedoman pelaksanaan kerja di lapang, digunakan tahapan kerja perencanaan/perancangan mengikuti pendekatan yang dikemukakan oleh Simonds (1983), meliputi tahap commision, research, analysis, synthesis, construction, dan operation. Pada penelitian ini dibatasi hingga tahap synthesis. Proses perencanaan lanskap jalan Ir. H. Djuanda, Depok diuraikan sebagai berikut dan bagan tahapan kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 3.
1. Commission (Keinginan klien dan Perjanjian) Tahap ini merupakan pertemuan antara peneliti dan klien, dalam hal ini Pemerintah Kota Depok dan masyarakat, dimana klien memberikan gambaran dan program pengembangan penataan yang diinginkan. Perencanaan dibuat untuk kenyamanan, keamanan, dan keselamatan masyarakat pengguna jalan, menjaga lingkungan, dan memberi identitas bagi jalan Ir.H. Djuanda, Depok. Tahap ini adalah tahap awal peneliti untuk memulai studi sesuai dengan gambaran program yang diberikan. 2. Research ( Inventarisasi/pengumpulan data) Tahap ini merupakan tahap pengamatan tapak dan pengumpulan data yang terdiri dari berbagai aspek yaitu biofisik, teknik, sosial, dan ekonomi baik dalam bentuk peta tematik (peta topografi, peta tanah, dan sebagainya) maupun tulisan. Jenis data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder, seperti terlihat pada Tabel 1. Data primer diambil dengan teknik survei tapak, wawancara dan penyebaran kuisioner. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil studi pustaka. Survei tapak dilakukan dengan mengunjungi lokasi studi untuk mengetahui keadaan awal tapak melalui pengamatan, pengukuran, dan pemotretan serta upaya penghayatan tapak. Wawancara dengan pihak pemerintah Depok melalui komunikasi langsung untuk mengetahui persepsi, program kebijakan, keinginan dan tujuan dari pihak yang bersangkutan. Sedangkan dengan pihak pengguna (users) yaitu masyarakat sekitar dan pengguna jalan dilakukan penyebaran kuisioner. Masing- masing pihak diambil responden sebanyak 30 orang yaitu 15 orang pengguna jalan dan masyarakat setempat, serta 15 orang dari instansi terkait lainnya.. Penyebaran kuisioner bertujuan untuk mengetahui keinginan pengguna, sebagai data pendukung dalam tahap selanjutnya. Responden diambil menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan yang dihendaki. Hasil dari tahap ini dalam bentuk deskriptif dan spasial. 3. Analysis (Analisis Data) Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis tapak dengan menggunakan peta dasar dan data pendukung lainnya untuk mendapatkan kemungkinan pengembangan dan berbagai hal yang dapat dilakukan pada tapak.
Berbagai kemungkinan pengembangan ruang akan dituangkan ke dalam program pengembangan ruang. Hasil dari tahap ini berupa peta analisis dan deskriptif. 4. Synthesis (Sintesis) Merupakan tahap lanjutan dari analisis yaitu dilakukannya studi skematik terhadap faktor pendukung tapak, kemudian dilakukan analisis perbandingan untuk mengetahui atau memperkirakan dampak yang mungkin terjadi akibat pembangunan pada tapak. Dari sini didapat alternatif-alternatif program ruang. yang setelah dinilai akan terpilih satu alternatif program ruang yang terbaik. Selanjutnya dibuat perencanaan yang diperkuat dengan metode pelaksanaan yang sesuai bagi kondisi tapak. Hasil sintesis dijadikan ide konsep perencanaan dalam sebuah rencana pengembangan awal (developed preliminary plan). Studi dibatasi hanya sampai pada penyusunan rencana tapak dalam bentuk uraian atau penjelasan tertulis dan gambar. Site plan yang disajikan meliputi rencana ruang, rencana tata hijau, rencana fasilitas dan aktivitas dan rencana sirkulasi. Dalam merencanakan lanskap jalan berikut ini beberapa aturan yang dijadikan acuan yaitu Undang- undang RI No. 38 Tahun 2004, PP RI No. 26 Tahun 1985, Standar teknik jalan yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan, dan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok 2000-2010. Perencanaan tapak dibuat dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan pemerintah yang berlaku. Tabel 1. Jenis, Cara Pengambilan, dan Sumber Data No. Jenis Data 1. Aspek fisik dan Biofisik a. Sejarah,konsep pengembangan b. Lokasi tapak c. Aksesibilitas d. Iklim e. Hidrologi f. Geologi dan tanah g. Topografi h. Dimensi jalan i. Perlengkapan dan kelengkapan jalan j. Vegetasi dan satwa k. Kebisingan l. Polusi udara m.Tata guna lahan n. Volume kendaraan o. View tapak
Cara Pengambilan Data
Sumber Data
Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka,survei lapang
BAPEDA Kota Depok Lokasi, Dinas Tata Kota Lokasi ,Dinas Tata Kota DKLH DKLH Balittan, DKLH Balittan, Dinas Tata Kota Lokasi, Dinas Tata Kota Lokasi, Dinas Tata Kota
Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Survei lapang
Lokasi, DKLH DKLH DKLH BAPEDA DLLAJ Lokasi
Lanjutan Tabel 1. No.
Jenis Data
Cara Pengambilan Data
Sumber
2. Aspek Sosial Ekonomi a. Penduduk b. Karakter pengguna c. Dana pemeliharaan d. Keinginan masyarakat e. Data kecelakaan
3. Aspek Teknik a. Aturan-aturan jalan b. Geometrik jalan, Kebijakankebijakan c. Utilitas dan fasilitas
Studi pustaka Survei lapang Wawancara Kuisioner Studi pustaka
Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, wawancara
BAPEDA Lokasi DKLH Lokasi DLLAJR
Dinas PU, BAPEDA, Dinas Tata Kota
HASIL INVENTARISASI Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda. Kemudian hasil ya ng didapat akan dianalisis dan dicarikan solusi pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang ideal.
Kondisi Umum Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Jaringan Jalan Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat antara 6o 19`00” 6o 28`00” LS dan 106o 43`00” - 106o 55`30” BT. Berdasarkan data statistik (BPS,2000) Kota Depok memiliki luas 207,06 km2 yang terdiri dari 6 kecamatan meliputi kecamatan Pancoran Mas, Beji, Sawangan, Cimanggis, Limo dan Sukmajaya. Jalan kolektor primer pipa gas yang sekarang diberi nama jalan Ir. H. Juanda menghubungkan wilayah barat (Jalan Margonda Raya) dan timur (Jalan Raya Bogor). Wilayah barat berdasarkan konsep makro pengembangan Kota Depok memiliki ciri sebagai fungsi perdagangan dan jasa, agribisnis dan pergudangan, wisata, pemukiman kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan wilayah timur memiliki fungsi pemukiman kepadatan rendah, sedang dan tinggi, perdagangan dan jasa, pergudangan, perkantoran, wisata dan industri yang ramah lingkungan (RTRW Kota Depok, 2000-2010). Karena menghubungkan dua wilayah dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, menjadikan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Kegiatan pembangunan jalan Ir. H. Juanda berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah kecamatan Beji dan kecamatan Sukmajaya. Pembangunan jalan ini berada pada kelurahan Cisalak dan kelurahan Baktijaya di kecamatan Sukmajaya serta kelurahan Kemiri Muka di kecamatan Beji. Titik STA 0+000 berada pada kelurahan Kemiri Muka di jalan
Margonda Raya serta titik STA 4+000 pada kelurahan Cisalak di jalan Raya Bogor (Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok, 2002). Lingkup wilayah perencanaan dilakukan di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok, yaitu sepanjang 4 km dan lebar daerah milik jalan yang direncanakan 31 m atau kurang lebih seluas 18,7 hektar dimulai dari persimpangan Jalan Margonda Raya-Depok sampai persimpangan Jalan Raya Bogor-Jakarta (Gambar 4). Kawasan perencanaan ini berbatasan dengan : •
Sebelah utara
•
Sebelah timur : Jl. Raya Bogor-Jakarta
•
Sebelah selatan : Permukiman
•
Sebelah barat : Jl. Raya Margonda-Depok
: Permukiman
Terdapat dua akses utama masuk dan keluar pada jalan Ir. H. Juanda, yaitu melalui jalan Margonda Raya-Depok dan jalan Raya Bogor-Jakarta. Selain kedua akses tersebut, di sepanjang jalan ini terdapat jalan-jalan lokal yang berasal dari pemukiman yang ada di sekitarnya. Akses menuju jalan ini dari segi fisik memiliki kondisi yang baik dan dapat ditempuh dari berbagai arah. Namun untuk sementara jalan ini belum dilalui oleh angkutan umum menunggu revisi trayek oleh DLLAJ Kota Depok.
Perekonomian dan Kependudukan Kota Depok memiliki laju rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun pada rentang tahun 2001-2002 sebesar 1,05 %. Keadaaan kependudukan di daerah studi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keadaan Kependudukan di Daerah Studi Lokasi
Luas Areal (km2 )
Jumlah Penduduk (jiwa) Pria
Wanita
Total
Sex Ratio
Kecamatan Sukmajaya 31.30 117278 115258 232536 102.75 Kecamatan Beji 15.10 45510 41807 87317 108.86 Kelurahan Cisalak 2.46 5426 6101 11527 88.94 Kelurahan Baktijaya 2.55 18054 18172 36226 99.90 Kelurahan Kemiri Muka 2.50 9257 7571 16828 122.27 Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2000
Jumlah Jiwa Kepadatan per (jiwa/km2 ) KK 5 4 5
7429 5782 4686
4
14206
3
6731
Dari tabel terlihat bahwa kelurahan yang dekat dengan lokasi studi merupakan daerah yang sudah sangat padat penduduknya. Sedangkan secara sosial budaya, apabila dilihat dari asal usul penduduk yang bermukim disana, sebagian besar penduduknya berasal dari luar Kota Depok, namun masih berasal dari sekitar Provinsi Jawa Barat. Sedangkan menurut masyarakat sendiri, suku Betawi diakui sebagai penduduk asli daerah ini. Kegiatan perekonomian di daerah ini meliputi industri besar (banyak berlokasi di sekitar Jalan Raya Bogor), industri menengah serta industri kecil yang tersebar di seluruh Kota Depok. Sehingga dengan semakin lancarnya aksesibilitas transportasi akan memberi insentif bagi pengembangan industri di Kota Depok. Selain itu juga akan meningkatkan perkembangan sektor perdagangan di Kota Bogor. Kebijakan Pengembangan Kota Depok Kota Depok dengan luas wilayah sekitar 20,029 hektar terbagi dalam 6 kecamatan. Berdasarkan gambaran umum rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Depok tahun 2000-2010, konsep struktur ruang Kota Depok 2000-2010 dikembangkan melalui pengenalan potensi pengembangan infrastruktur, luasan wilayah dan jenis kegiatan yang akan berkembang sesuai dengan fungsi kota yang dituju. Pengembangan struktur ruang kota selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trend oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan struktur ruang yang optimal (target oriented). Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro konsep wilayah pengembangan Kota Depok memiliki ciri sebagai berikut : 1. Wilayah Barat
: fungsi jasa perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah sampai sedang.
2. Wilayah Tengah : fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan,
pendidikan,
wisata
dan
permukiman
kepadatan sedang sampai tinggi. 3. Wilayah Timur
: fungsi permukiman kepadatan rendah sampai tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata dan industri yang ramah lingkungan.
Sedangkan arahan pengembangan sistem transportasi metropolitan Jabodetabek yang berkembang dengan konsep linier dengan poros Bogor-DepokJakarta. Dengan arahan ini, konsep pergerakan lebih menekankan hubungan transportasi dengan kota utama Jakarta. Konsep tersebut kurang menguntungkan bagi Depok yang memiliki wilayah yang melebar pada persilangan poros UtaraSelatan. Untuk itu Pemerintah Kota Depok berusaha untuk mengakomodasikan perkembangan pergerakan internal (antar wilayah pengembangan) dan eksternal transportasi Kota Depok, salah satunya adalah pembangunan Jalan Ir. H. Juanda.
Rencana Tata Guna Lahan Kawasan Berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Jalan Kolektor Primer Pipa Gas Kota Depok, diketahui bahwa kawasan jalan Ir. H. Juanda akan dikembangkan sesuai dengan arahan pengembangan Kota Depok, dengan konsep penataan yaitu menciptakan kawasan yang hidup 24 jam dengan titik berat pada kegiatan komersial, yang didukung oleh keberadaan linkage ruang terbuka sebagai penghubung simpul transit menuju simpul kegiatan lainnya. Rencana pengembangan kawasan dapat dilihat pada Gambar 5.
Aspek Fisik dan Biofisik Penggunaan Lahan dan Bangunan Luas kawasan perencanaan kurang lebih 8,72 hektar dengan sebagian besar (+ 55%) kawasan sekitarnya masih merupakan kawasan belum terbangun atau lahan kosong (Dinas Tata Kota Depok, 2003). Adapun kawasan terbangun pada umumnya adalah perumahan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih detail maka kawasan dibagi menjadi tiga segmen yaitu segmen Timur, Tengah, dan Barat. Pembagian segmen tersebut didasarkan pada kesamaan fungsi bangunan ataupun fungsi dan karakter bangunan yang dominan. Kondisi kawasan eksisting wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan pengamatan tapak dan melihat kecenderungan perkembangan yang terjadi, maka penggunaan lahan di kawasan eksisting saat ini didominasi oleh peruntukan perdagangan dan jasa yaitu di sekitar simpang Margonda dan
sekitar kawasan perumahan ke arah Simpang Cisalak. Sementara itu penggunaan lahan eksisting lebih banyak sebagai hunian atau perumahan yang terletak menyebar pada setiap segmen, terutama segmen barat dan tengah. Segmen sebelah barat merupakan kawasan perumahan umum dengan kepadatan >80 bangunan/Ha (intensitas tinggi) sepanjang kurang lebih 500 m dari arah jalan Margonda Raya, kemudian diikuti oleh lahan kosong sepanjang kurang lebih 1 km diantara sungai Ciliwung dan anak sungai Ciliwung (Sungai Sugutamu). Selanjutnya adalah segmen tengah merupakan kawasan perumahan Real Estate Adhikarya dan perumahan umum masyarakat yang kemudian terpotong oeh jalur jalan, dan segmen sebelah timur sampai dengan Jalan Raya Bogor merupakan lahan kosong daratan dan perairan situ, yang menurut informasi diketahui sebagai lahan Negara yang dikuasai RRI sepanjang kurang lebih 1 km dari arah Jalan Raya Bogor. Bangunan-bangunan yang ada selain bangunan perumahan juga terdapat bangunan fasilitas sosial-ekonomi berupa perkantoran, sekolah, kesehatan, toko, mesjid, pabrik, dan lain- lain. Kebanyakan bangunan yang ada berupa kios semi permanen dengan fungsi perdagangan dan jasa. Karakter dari setiap segmen kawasan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Pembagian Segmen Kawasan Jalan Ir. H. Juanda, Depok Segmen Lokasi Keterangan Segmen Simpang Kawasan perumahan umum dengan kepadatan Barat Margonda-Sungai bangunan intensitas tinggi dengan bagian Ciliwung depan perumahan merupakan lahan kosong sempadan pipa gas (5-10 m), sebagian besar dimanfaatkan untuk berjualan tanaman hias. Lahan kosong terdapat diantara sungai Ciliwung dan anak sungainya. Segmen Sungai CiliwungMerupakan kawasan perumahan Real Estate Tengah Situ Pangarengan Adhikarya dan Pesona Kahyangan dan perumahan umum masyarakat seperti Perumahan Pelni. Bagian yang berbatasan dengan jalur jalan masih merupakan lahan kosong. Segmen Situ PangarenganSebagian besar masih merupakan lahan kosong Barat Simpang Cisalak milik RRI, terdapat Taman Pemakaman (Jl. Raya Bogor) Cisalak, dan lokasi pemancingan
Menurut Dinas Tata Kota Kota Depok (2003) dan hasil pengamatan, di sepanjang jalan Ir. H. Juanda banyak ditemukan ruang terbuka hijau dan lahan terbuka yang belum dimanfaatkan di sepanjang jalur jalan (lahan kosong + 55%). Ruang terbuka hijau it u meliputi jalur hijau jalan, lahan kosong, lahan pertanian, dan lahan di sekitar perairan (Gambar 7).
Gambar 7. Beberapa Ruang Terbuka Hijau di Jl. Ir. H. Juanda (Atas) Kiri: Jalur Hijau Tepi Jalan, Kanan : Lahan kosong (Bawah) Kiri : Lahan pertanian masyarakat, Kanan : Lahan di sekitar perairan
Tempat-tempat tersebut berpotensi dikembangkan sebagai sarana aktivitas. Namun peruntukannya disesuaikan dengan kondisi tapak, karena di beberapa tempat merupakan daerah yang curam dan rawan erosi seperti di daerah sekitar perairan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat dinding penahan/retaining wall atau dengan melakukan penanaman vegetasi penahan erosi. Menurut Dinas Tata Kota, Kota Depok (2003), bangunan-bangunan yang ada selain sebagai bangunan perumahan juga terdapat berbagai bangunan fasilitas sosial-ekonomi berupa perkantoran, sekolah, layanan kesehatan, toko, mesjid, pabrik, dan lain- lain. Dilihat dari jenis bahan bangunannya terdiri dari bangunan permanen (88,70%), semi permanen (9,62%), dan bangunan temporer (1,68%). Dari segi kondisinya, baik (34,38%), sedang (56,49%), dan relatif buruk (9,13%). Sedangkan dilihat dari ketinggian atau jumlah lantainya, kebanyakan satu lantai. Jumlah dan karakteristik bangunan eksisting dapat dilihat pada Lampiran 2.
Karena nilai lahan di pusat kota sangat tinggi maka perlu adanya pengaturan ruang pemanfaatan lahan untuk bangunan. Jalur Pejalan Kaki Lebar trotoar/jalur pejalan kaki bervariasi di beberapa lokasi, mulai dari 0,6 meter sampai 1,25 meter. Material trotoar berupa konblok bentuk persegi warna abu-abu, kondisi mulai dari baik hingga ada beberapa bagian yang rusak, hancur, atau bergelombang (Gambar 8). Lebar trotoar yang terlalu sempit memberikan ketidaknyamanan dalam berjalan kaki, terutama jika berpapasan dari arah berlawanan. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan melakukan pelebaran trotoar sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 8. Kondisi Jalur Pejalan Kaki/Trotoar
Selain itu di beberapa tempat ditemui adanya penggunaan yang salah dari fungsi trotoar sebagai jalur pejalan kaki, misalnya saja trotoar dijadikan sebagai tempat berjualan pada malam hari, tempat penimbunan barang, ataupun digunakan sebagai jalur sepeda (Gambar 9).
Gambar 9. Beberapa Penggunaan yang Salah dari Fungsi Trotoar.
Fasilitas/Perabot Jalan Berdasarkan pengamatan di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas pada simpang Margonda dan Simpang Cisalak, dan rambu-rambu lalu lintas yang tersebar di sepanjang bahu jalan (Tabel 4).
Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya seperti tempat sampah, halte, tempat penyeberangan, telepon umum, zebra cross dan lain sebagainya belum terpenuhi, sehingga mengurangikenyamanan pengguna jalan. Untuk itu perlu penambahan fasilitas- fasilitas tersebut serta pengaturan penempatan yang sesuai sehingga dapat memberikan keamanan, kesenangan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Tabel 4. Jumlah dan Karakterisitik Fasilitas Jalan pada Jalan Ir. H. Juanda No.
Jenis
Jumlah Satuan
Kondisi
1.
Lampu jalan
65
buah
Berada di sepanjang median jalan. Secara fisik lampu jalan dalam kondisi baik, hanya beberapa saja yang rusak. Namun fungsi di malam hari kurang, karena sebagian lampu padam, terutama pada segmen timur arah sekitar Simpang Cisalak. Hal ini disebabkan kesulitan perbaikan karena ketinggian lampu yang sulit dijangkau oleh kendaraan teknis. Berada di setiap persimpangan jalan (baik di simpang jalan margonda dan Jalan Raya Bogor), dan simpang je mbatan. Secara fisik lampu hias dalam kondisi baik, hanya saja sejak jalan ini dibuka lampu-lampu tersebut belum difungsikan.
2.
Lampu hias
6
buah
3.
Lampu lalu lintas
4
buah
Terdapat di dua persimpangan jalan (Jl. Margonda dan Jl. Raya Bogor). Berfungsi dengan baik, hanya saja dari segi penampilan kurang menarik.
4.
Rambu lalu lintas
48
buah
Terdapat di sepanjang jalan, baik di kirikanan jalan maupun median jalan. Masih dalam kondisi baik.
5.
Petunjuk arah
12
buah
Terdapat di setiap persimpangan, dan dalam kondisi baik.
6.
Papan larangan
13
buah
Terdapat pada titik-titik tertentu terutama di jalur sepanjang pipa gas. Berada dalam kondisi baik, hanya saja beberapa tulisan mulai tidak jelas dan juga ditemui adanya vandalisme berupa pencoretan ataupun penemp elan stiker.
7.
Monumen/prasasti
1
buah
Berada di tengah persimpangan jembatan satu. Kondisi baik.
pada
8.
Papan anjuran
2
buah
Berada pada titik-titik tertentu. Dalam kondisi baik, hanya saja ditemui adanya vandalisme berupa pencoretan atau penemp elan.
Sumber : Hasil pengamatan
Utilitas Sarana utilitas yang ada di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda meliputi jalur pipa gas bawah tanah milik Pertamina yang berada sejajar (di sebelah utara) Jalan Ir. H. Juanda, sedangkan untuk utilitas lainnya yang melayani daerah sekitar lokasi studi berupa listrik (PLN), jaringan komunikasi (Telkom), air bersih (PDAM Kota Depok), dan saluran drainase berupa saluran buangan limbah (parit di sebelah trotoar) dan sungai sebagai drainase makro Kota Depok. Secara umum kondisi ulitilitas yang ada cukup baik, namun tetap perlu penataan agar tidak mengurangi kualitas visual pada lanskap jalan, misalnya dengan penempatan utilitas di bawah tanah. Dimensi Jalan dan Volume Kendaraan Jalan Ir. H. Juanda merupakan jalan kolektor primer yang di disain menurut klasifikasi jalan Tipe II Kelas 1, yaitu standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 jalur atau lebih, memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota atau dalam kota dengan kontrol dan kecepatan rencana 60 km/jam (Dirjen Bina Marga, 1988). Pembangunan Jalan Ir. H. Juanda yang menghubungkan Jalan Raya Bogor dan Jalan Margonda Raya sepanjang kurang lebih 4 km dengan lebar tubuh jalan 14 m dua jalur masing- masing 7 m, lebar median 1 m, dan lebar bahu jalan bervariasi untuk bagian kiri (utara) dan kanan (selatan) jalan. Untuk ukuran dimensi jalan dapat dilihat pada Tabel 5. Kondisi seperti ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan lebar garis sempadan pipa gas (10 m) dan garis sempadan bangunan (6 m) yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota Depok. Oleh karena
itu perencanaan lanskap jalan nantinya akan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi tapak. Jalan Ir. H. Juanda dapat diakses melalui Simpang Margonda (Jalan Margonda Raya), Simpang Cisalak (Jalan Raya Bogor), dan melalui jalan-jalan lokal perumahan yang keluarannya (outlet-accses road) bermuara di jalan ini. Banyaknya jalan dengan keluaran pada jalan ini kemungkinan akan menimbulkan kemacetan. Untuk itu perlu pembatasan jalan-jalan lokal yang bermuara langsung ke jalan ini, salah satunya dengan membuat jalan pengumpul jalan-jalan lokal pemukiman sebelum masuk ke jalan ini. Kondisi jalan sendiri cukup baik, dimana badan jalan terbuat dari aspal. Tabel 5. Ukuran Dimensi Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok No.
Dimensi Jalan
Lokasi
Ukuran (m) Sisi Utara Sisi Selatan (m) (m) 7 7
1.
Badan jalan
Sepanjang segmen jalan
2.
Jalur hijau tepi jalan
Sepanjang segmen jalan
0,8-1
0,8-1
3.
Trotoar
0,6-1,25
0,6-1,25
4.
Saluran drainase
Sepanjang segmen jalan Sepanjang segmen jalan
0,6-0,8
0,6-0,8
5.
Bahu saluran drainase sampai pagar bangunan
1,5 - >5
0,6 - >10
6.
Median jalan
Sepanjang segmen BaratTengah. Segmen Timur relatif sedikit bangunan Sepanjang segmen jalan
1
Keterangan Untuk masingmasing jalur jalan Kecuali pada 5 jembatan flyover, dan di sekitar komplek perumahan Pelni.
Kecuali pada jembatan dan di sekitar komplek perumahan Pelni. Merupakan sempadan pipa gas
Kecuali pada jembatan
Sumber : Hasil pengamatan
Menurut hasil analisis terhadap volume arus lalu lintas pada ruas jalan Ir. H. Juanda relatif lebih sedikit dibandingkan jalan dalam kota lainnya. Hal ini
disebabkan karena jalan Ir. H. Juanda sendiri yang baru saja diresmikan pada tanggal 3 Desember 2003 dan juga untuk sementara belum dilalui oleh angkutan umum.
Namun
melihat
berkembangnya
wacana
akan
adanya
rencana
pengembangan jalan tol yang berada tepat bersebelahan dengan jalan ini dan akan dilakukannya
evaluasi
penataan
trayek
se-Kota
Depok,
serta
rencana
pembangunan terminal tipe B di daerak Cisalak, sehingga jalan ini potensial mengalami peningkatan volume kendaraan. Tingginya volume kendaraan cenderung menimbulkan berbagai masalah kebisingan dan polusi udara. Oleh karena itu diperlukan penataan lanskap jalan Ir. H. Juanda untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut hasil survei traffic counting oleh DLLAJ Kota Depok pada bulan Juni 2004, volume kendaraan yang melalui jalan ini mencapai 15.798 buah kendaraan dengan jenis kendaraan yang melewati jalan ini meliputi angkutan pribadi (mobil pribadi, sepeda motor), angkutan umum (mikro bus dan bus tanpa menaikkan dan menurunkan penumpang), angkutan barang (pick up, truk), dan kendaraan tidak bermotor (Lampiran 3). Volume kendaraan tersebut ada kecenderungan akan mengalami peningkatan apabila ada realisasi dari ketiga rencana di atas, sehingga sebelumnya perlu ada pengaturan jumlah trayek yang akan melalui jalan ini oleh DLLAJ agar tidak menimbulkan masalah kemacetan baru pada Jalan Ir. H. Juanda ini.
Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan ini merupakan hasil penanaman yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok, Bagian Pertamanan. Vegetasi tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu vegetasi alami dan vegetasi buatan (tanaman). Vegetasi alami adalah vegetasi yang secara eksisting memang sudah ada pada tapak seperti vegetasi yang ada di sekitar perairan. Vegetasi buatan (tanaman) adalah vegetasi yang ditanam di sekitar jalan (median dan jalur hijau) oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Divisi Pertamanan. Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan pada lokasi studi disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 10.
Jenis vegetasi yang diperlukan untuk lanskap jalan adalah vegetasi yang dapat berfungsi sebagai penahan polusi baik itu polusi udara, suara, maupun aroma. Selain fungsinya sebagai peneduh, pengarah, pemberi identitas maupun penambah estetika bagi jalan. Dalam perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda akan dilakukan pemilihan dan pengaturan vegetasi jalan yang sesuai dengan kondisi tapak yang berada di sekitar kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dan juga adanya rencana jalan tol. Tabel 6. Daftar Tanaman Pada Lanskap Jalan Ir. H. Juanda Lokasi Median jalan
Nama Lokal Bugenvil
Bunga mentega Soka Hawaii Bakung air mancur Glodokan tiang Rumput gajah Sisi-sisi jalan Soka Hawaii Bakung Air Mancur Rumput Gajah Mahoni
Tanjung
Jembatan
Palem Putri Bakung Air Mancur Lili Paris Nanas Merah Rumput Gajah
Nama Latin
Dominansi
Bougainvillea spectabilis. Nerium oleander Ixora coccinea Hymenocallis sp. Polyaltia longifolia Axonophus compressus Ixora coccinea Hymenocallis sp. Axonophus compressus Swietenia mahagoni King. Mimusops elengi L.
Rendah
Veitchia merllii Hymenocallis sp Chlorophytum comosum Browelia sp. Axonophus compressus
Rendah Sedang
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang
Rendah
Sedang Rendah Sedang
Kondisi Kondisi tanaman baik, masih muda rentan kerusakan, sehingga perlu perawatan. Masing-masing ditanam berselingan setiap 3 m. Dalam kondisi baik, namun beberapa terlihat menguning karena kurangnya perawatan . Di beberapa bagian terlihat menjuntai melewati trotoar. Setiap tanaman ditanam selang seling. Pohon ditanam dalam jarak 3 m per pohon sedangkan yang lain pada jarak tiap 3 m Dalam kondisi baik. Penanaman dengan desain taman
Keterangan E, PS, PPo E, PS, PPo E, PPo E PS, PP PT, PE E, PPo E PT, PE P, PPo, PJ
P, PPo
E, I E E, PT E PT, PE
Persimpangan Palem Putri jalan Palem Phoenix Sutra bombai Mawar Lili Paris Bayam Merah Rumput Gajah Keterangan : E P PP PPo PE
Veitchia merilii Phoenix roebellenii Portulaca pink Rosa chinensis Chlorophytum comosum Iresine herbstii
Sedang Rendah
Rendah
E, PPo
Axonophus compressus
Sedang
PT, PE
: Estetika : Pelindung/peneduh : Pembatas pandangan : Peredam polusi : Penahan erosi
Sedang Rendah Rendah
I PS PT PJ
Desain taman. Kondisi kurang terawat khususnya pada Simpang Cisalak.
E, I E,I E E, PT E
: Identitas : Penahan Silau : Penutup tanah : Pengarah Jalan
Gambar 10. Kondisi Tanaman di Median dan Tepi Jalan Ir. H. Juanda
Satwa merupakan kelompok konsumen yang hidupnya sangat bergantung pada produsen, namun juga memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup dari produsennya tersebut. Dari hasil studi, ditemukan jenis-jenis burung yang banyak menghuni pohon-pohon besar, sedangkan satwa liar jarang dijumpai di lokasi studi ini (DKLH Kota Depok, 2002). Hal ini dimungkinkan karena sudah banyaknya aktivitas manusia di sekitar lokasi yang mengganggu kehidupan satwa liar yang ada. Jenis burung dan satwa liar yang dijumpai di lokasi studi seperti burung merpati, beo, kutilang, dan lain- lain. Keberadaan satwa memberikan nuansa tersendiri pada lanskap jalan, sehingga sedapat mungkin dalam rencana lanskap jalan nantinya tetap dapat mengakomodasi kelangsungan hidup mereka.
Iklim Secara klimatologis, wilayah perencanaan termasuk ke dalam iklim Kota Depok secara umum. Dinas Tata Kota-Kota Depok (2003) menyatakan bahwa
berdasarkan data dari stasiun curah hujan di Kecamatan Sawangan dan Bojonggede dalam kurun waktu tahun 1999-2003, kondisi iklim di lokasi studi adalah sebagai berikut : a) Suhu udara rata-rata
: 27 o C
b) Kelembaban udara rata-rata
: 85%
c) Penguapan rata-rata tahunan
: 3,9 mm/tahun
d) Kecepatan angin rata-rata
: 3,3 knot
e) Penyinaran matahari rata-rata tahunan
: 61,4%
f) Curah hujan rata-rata tahunan
: 3.975 mm/tahun
g) Jumlah hari hujan
: 101-159 hari
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, wilayah Kota Depok termasuk tipe A dengan tidak ada bula n kering (<60 mm) dan rata-rata bulan basah (>100 mm) 11 bulan. Rata-rata hujan tahunan 2683,8 mm/tahun Keadaan iklim mikro pada lokasi studi di sepanjang jalur jalan Ir. H. Juanda berdasarkan hasil pengukuran oleh pihak Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok diketahui bahwa suhu udara di sepanjang jalur jalan berkisar antara 27,5 – 29,5 oC, dan kelembaban udara berkisar antara 71 – 88% (Tabel 7). Tabel 7. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Lokasi Studi Suhu udara (o C)
Kelembaban nisbi (%)
Kali Baru (jalur pipa gas-Jalan Raya Bogor, km 0)
29,5
75
Situ Duta (km1)
27,5
88
Di sekitar tempat timbunan sampah (km2)
28,0
85
Ujung jalan-Jalan Margonda Raya
28,5
71
Lokasi
Sumber : AMDAL DKLH Kota Depok, 2002
Pada kedua ujung jalan baik yang berpotongan dengan Jalan Margonda Raya maupun Jalan Raya Bogor menunjukkan suhu udara yang lebih tinggi dan kelembaban udara yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu dan kelembaban udara di dalam jalur jalan pada km 1 dan km 2. Hal ini terjadi dikarenakan kedua jalan tersebut adalah jalan yang padat dan ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor, sehingga kemungkinan besar terjadi peningkatan suhu.
Geologi dan Tanah Menurut Dinas Tata Kota, Kota Depok (2003) menyatakan, bahwa secara hidro geologis wilayah studi merupakan kelompok litologi endapan lanau, pasir dan kerikil dengan tingkat kelulusan air sedang sampai tinggi, didalamnya mempunyai lapisan akuifer dengan produktivitas air sedang sampai tinggi dengan debit 1-5 liter/detik. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji di lapang didapat informasi bahwa daya dukung sumberdaya air untuk mendukung kehidupan dan penghidupan di kawasan ini cukup tersedia. Secara umum tanah-tanah di daerah studi terbentuk dari bahan induk hasil pengendapan kembali batuan volkanik kwarter (kipas alluvium muda atau formasi Qva) yaitu tufa intermedier yang berasal dari volkan Pangrango dan Salak (Gambar 11). Bahan induk tersebut telah mengalami proses pelapukan dan pencucian yang sangat intensif oleh keadaan iklim denga n curah hujan dan suhu yang tinggi. Interaksi antar faktor tersebut telah membentuk tanah Typic Hapludult (latosol) dengan solum yang sangat dalam. Beberapa sifat kimia tanah di daerah studi disajikan pada Lampiran 4. Secara keseluruhan tanah daerah studi tergolong masam-agak masam. Nilai pH tanah tergolong rendah erat hubungannya dengan persentase kejenuhan basa yang sangat rendah berkisar antara 6,5-11,8. Ini berarti bahwa basa-basa seperti K, Ca, dan Mg banyak tercuci dari profil tanah. Status bahan organik hingga kedalaman 60 cm tergolong rendah, bahkan sangat rendah pada daerah yang sudah agak lama terbuka dan agak tererosi. Secara umum tanah daerah studi ini miskin nitrogen. Pembukaan lahan menyebabkan penurunan kadar nitrogen tanah. Oleh karena itu penanaman pohon di lahan ini akan memerlukan banyak pupuk nitrogen. Begitu juga dengan kadar K terekstrak dalam tanah sangat rendah, sehingga penanaman pohon dan rumput akan memerlukan pemupukan K. Pemberian kapur diperlukan untuk menanggulangi masalah kemasaman, keracunan Al, data fiksasi P yang tinggi dan menaikkan kejenuhan basa. Erosi sepanjang Jalan Ir. H. Juanda termasuk erosi kecil sampai sedang, terutama dekat sungai dan situ, dekat penimbunan sampah, sehingga perlu adanya fungsi penyangga dalam mengatasi masalah ini, bisa berupa konservasi ataupun pembuatan sistem penahan erosi.
Topografi, Hidrologi dan Drainase Kemiringan lereng wilayah Kota Depok secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu lereng datar, landai dan curam seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kemiringan Lereng Wilayah Kota Depok Kemiringan Lereng Keterangan 2-8% (Lereng Datar)
Tersebar di bagian utara melintang dari barat ke timur meliputi Kecamatan Limo (Kelurahan Pangkalan Jati Bari, Pangkalan Jati, Gandul, Cinere, Meruyung, Grogol), Kecamatan Beji (Kelurahan Tanah Baru, Beji, Beji Timur, Kukusan, Pondok Cina, Kemiri Muka), Kecamatan Cimanggis (Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Tugu, Mekar Sari) 8-15 % Tersebar hampir di seluruh kota terutama di bagian tengah (Lereng Landai) membentang dari barat ke timur, sesuai untuk pengembangan perkotaan dan pertanian. > 15 % Tersebar di sepanjang sungai Ciliwung, Cikeas, dan bagian (Lereng Curam) selatan sungai Angke. Pada wilayah ini kemiringan lereng cukup terjal sehingga cenderung di konservasi. Sumber : Dinas Pertanahan Kota Depok (2002)
Secara topografis, bentang alam dan relief wilayah perencanaan merupakan medan yang relatif datar sampai dengan bergelombang/berundakundak dengan perbedaan ketinggian atau split-level yang beragam, terutama pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh perairan alami, sungai Ciliwung dan anak-anak sungainya (Gambar 12). Beberapa kawasan merupakan wilayah penampungan air berupa situ (Situ Pangarengan) dengan luas permukaan perairan lebih kurang 5 hektar dan dengan kondisi struktur tanah yang mudah tererosi (Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Depok, 2003). Kemiringan yang agak terjal pada sisi jalan berupa jurang dan lereng berada di sekitar Pesantren Nuruzzahroh serta sekitar pemukiman masyarakat dekat perumahan Pelni di kelurahan Baktijaya yang merupakan tempat pembuangan sampah. Topografi yang relatif datar di beberapa wilayah studi menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan- genangan air ke badan jalan terutama saat musim hujan. Terdapat tiga aliran sungai di sekitar daerah studi yaitu sungai Ciliwung, sungai Sugutamu, dan Kali baru sebagai anak sungai Ciliwung. Selain itu juga terdapat Situ Duta (Pangarengan). Ketiga sungai dan situ tersebut tepat dilintasi
oleh jalur jalan Ir. H. Juanda. Pada masing- masing aliran sungai yang dilewati dibangun bangunan bawah jembatan. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk beberapa kegiatan diantaranya untuk mengairi persawahan di sekitarnya dan perikanan. Sistem drainase daerah yang dilintasi jalur jalan secara umum mengalir dari arah selatan ke utara. Sistem drainase tersebut sebagian besar terpotong oleh jalur jalan yang mempunyai arah timur-barat (Gambar 12).
Aspek Sosial Pengguna Potensial Sejak dioperasikannya ruas jalan Ir. H. Juanda sepanjang 4 km, pengguna jalan yang potensial adalah masyarakat yang tinggal di pemukiman di sekitar jalan tersebut, seperti Pesona Kahyangan, Adhikarya, dan Perumahan Pelni. Selain itu jalan juga digunakan oleh warga Kota Depok yang melakukan perjalanan baik ke dalam maupun keluar Kota Depok. Pemakai jalan ini terdiri berbagai kelompok usia, namun pada umumnya termasuk dalam kelompok usia kerja sehingga jenis kendaraan yang dipakai lebih banyak jenis kendaraan pribadi/non angkutan, selain karena belum adanya angkutan umum. Selain penggunaan oleh kendaraan, jalan ini juga dimanfaatkan oleh pejalan kaki, seperti misalnya berjalan kaki dan berlari pagi. Aktivitas lari pagi ramai dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, terutama di sekitar perumahan Pesona Kahyangan (Gambar 13). Aktivitas pejalan kaki lebih terlihat di segmen jalan bagian Barat sampai Tengah, karena pada segmen ini lebih tersebar permukiman penduduk dan aktivitas sosial ekonomi lainnya.
Gambar 13. Berbagai Aktivitas yang Dilakukan Pejalan Kaki
Aktivitas tersebut berguna dalam menciptakan suasana yang sesuai dengan tema Kota Depok yaitu “Friendly City” di sekitar jalan Ir. H. Juanda, sehingga aktivitas ini sebaiknya dikembangkan dengan membuat sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan penempatan yang sesuai. Kesan ini diharapkan juga dapat tercipta di berbagai tempat di Kota Depok lainnya. Jalan Ir. H. Juanda sering dimanfaatkan sebagai jalan alternatif menuju Jakarta-Bogor, karena sebagian penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta.
Oleh karena itu laju komuter akan sangat tinggi khususnya pada hari kerja di pagi dan sore hari. Perjalanan rutin setiap harinya akan akan mengakibatkan kelelahan dan kejenuhan, sehingga diperlukan penataan lanskap jalan yang dapat memberikan efek rekreasi atau menyenangkan untuk melepas lelah sehabis bekerja. Selain itu juga menciptakan kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas. Keinginan Masyarakat Pengguna Guna mengetahui keinginan masyarakat sekitar jalan dan pengguna jalan serta partisipasi yang dilakukan terhadap keberadaan jalan ini, maka dilaksanakan penyebaran kuisioner kepada 30 orang yang terdiri dari 15 orang yang mewakili masyarakat dan pengguna jalan serta 15 orang yang mewakili instansi terkait. Form kuisioner dan rekap hasil penyebaran kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa dominan masyarakat dan pengguna menghendaki fasilitas atau perabot jalan seperti tempat sampah, lampu penerangan pejalan kaki, telepon umum, drainase, halte, jalur hijau, dan utilitas dengan model yang modern dalam berbagai bentuk yang bervariasi. Oleh karena itu akan diupayakan rencana fasilitas yang mampu mengakomodasikan keinginan tersebut namun tetap sesuai dengan kondisi tapak, keinginan tersebut akan diwujudkan ke dalam suatu sketsa disain fasilitas. Fasilitas- fasilitas tersebut umumnya belum ada kecuali penerangan jalan dan rambu-rambu lalu lintas. Tidak berfungsinya penerangan sangat berpengaruh terhadap penggunaan di malam hari. Kurangnya penerangan pada jalur pedestrian dapat menimbulkan kerawanan kejahatan, tidak adanya tempat sampah akan mendukung kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan, yang pada akhirnya mengurangi kenyamanan pengguna jalan. Keberadaan fasilitas tersebut akan mendukung fungsi jalan sebagai sarana pelayanan masyarakat. Aspek Teknik Jaringan Jalan Berdasarkan
RTRW
Kota
Depok
tahun
2000-2010,
rencana
pengembangan transportasi diarahkan untuk restrukturisasi pola jalan utama kota dengan pola grid yang disesuaikan dengan morfologi kota. Sistem grid dalam
pembangunan konstruksi jalan dalam Kota Depok dimaksudkan untuk mengatasi masalah kondisi tanah di wilayah Kota Depok yang relatif labil karena tingkat konsistensi tanah tergolong medium. Sistem grid dapat mencegah jalan bergelombang yang dapapt membahayakan pengguna jalan. Bentuk topografi jalan di lokasi studi yang berbentuk lembah berlereng relatif rawan erosi tanah. Bentuk jalan ini menjadikan kecepatan angin lebih besar pada titik yang letaknya tinggi dan terbuka. Jalan Ir. H. Juanda ini sendiri letaknya sejajar dengan jalur pipa gas + 5 m dari badan jalan dimana pipa gas bertekanan tinggi tersebut tertanam dalam tanah. Demi menjaga keamanan dan keselamatan bersama, pihak pertamina memberikan larangan- larangan yaitu dilarang dilalui kendaraan berat, menggali tanah, mendirikan bangunan, membuang atau membakar sampah, bercocok tanam, dan menimbun barang. Papan-papan larangan ini terdapat di sepanjang jalur pipa gas (Gambar 14).
Gambar 14. Pipa gas Pertamina dan Larangan yang Ada.
Adanya jaringan pipa gas tekanan tinggi tersebut cukup menyulitkan dalam pengembangan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda. Namun pihak Pertamina memberikan jalan keluar dengan memberikan rencana konstruksi teknis pelindung pipa gas (Gambar 15) yang dapat dijadikan standar keamanan dan keselamatan dalam pengembangan kawasan. Selain itu penanaman tanaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan bak-bak tanaman/kontainer sehingga akar tanaman tidak merusak pipa gas.
lebar proteksi sesuai dengan lebar ROW yang berpotongan dengan jalan konstruksi proteksi pipa (pembesian, dimensi beton bertulang) diperhitungkan terhadap beban yang bekerja di jalan tersebut
0,5 m
2m
tanah pipa 18'' rencana
pipa 28'' rencana 3m
3m pipa 24'' eksisting
agar posisi pipa eksisting di cek sebelum pelaksanaan
Gambar 15. Konstruksi Teknis Pelindung Pipa Gas Pertamina
Pemeliharaan Lanskap Jalan Pemeliharaan lanskap merupakan aspek penting yang harus dilakukan apabila menginginkan keberlanjutan. Dalam pemeliharaan lanskap jalan ditangani oleh pihak Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok Divisi Pertamanan, yang mengeluarkan dana tidak sedikit setiap bulannya. Sehingga dalam melakukan perencanaan dan penataan lanskapnya perlu diperhatikan agar dalam pelaksanaannya tidak melebihi anggaran yang disediakan. Yang termasuk dalam cakupan pemeliharaan lanskap jalan Ir. H. Juanda adalah tanaman jalur tepi jalan, median jalan, dan taman-taman pada persimpangan jalan dan jembatan. Pemeliharaan di median dan jalur hijau di kiri dan kanan jalan dilakukan secara rutin harian. Kegiatan pemeliharaan terbagi tiga kelompok penyiraman setiap hari; pemupukan dan penyulaman per 3 bulan; pendangiran, pemangkasan, dan pembabatan setiap hari (Gambar 16). Kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh pegawai lapang yang berjumlah 7 orang dengan satu orang pengawas lapang. Kendala yang ditemui saat pemeliharaan adalah kurangnya koordinasi antar bagian pemeliharaan, seperti halnya pada bagian pendangiran, pembabatan dan pemangkasan dengan bagian pengangkutan sampah sehingga terjadi penumpukan sampah hasil pembersihan. Hal ini akan mengurangi keindahan pada tapak. Oleh karena itu perlu diperhatikan pengaturan jadwal kerja dan pengkoordinasian tiap bagian sehingga memudahkan dalam hal pemeliharaan kedepannya.
Gambar 16. Lokasi Pemeliharaan dan Aktivitas Pemeliharaan pada Jalan. Ir. H. Juanda (Atas) Kiri : Taman Jembatan, Kanan : Taman Persimpangan (Bawah) Aktivitas pemeliharaan lanskap jalan
Peraturan Jalan Keberadaan Kota Depok yang berbatasan dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi strategis ini membutuhkan kesiapan Kota Depok untuk menerima limpahan aktivitas masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Depok. Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai. Untuk memperlancar arus transportasi ini, pemerintah Kota Depok merencanakan pengembangan jalan-jalan di daerah Kota Depok. Salah satunya adalah pembangunan jalan Ir. H. Juanda yang dilengkapi dengan empat buah jembatan. Beberapa aturan-aturan yang terkait dengan proyek pembangunan jalan Ir. H. Juanda Kota Depok antara lain UU No 38 tahun 2004 tentang Jalan, Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Perda Kota Depok No 12 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2000-2010, dan lain- lain. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok No 12 tahun 2001 tentang RTRW Kota Depok Tahun 2000-2010 bahwa pengembangan sistem prasarana wilayah meliputi prasarana transportasi, sumber air dan air bersih, pengendalian banjir dan drainase, persampahan, air limbah, prasarana energi dan telekomunikasi. Prasarana transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan
umum, meningkatkan kelancaran lalu lintas, membangun fasilitas yang memadai dan meningkatkan ketertiban dan keselamatan berlalu lintas. Mengacu pada aturan-aturan tersebut diharapkan perencanaan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda dapat memelihara keseimbangan lingkungan, mencegah dan memperkecil pencemaran lingkungan, dan menciptakan lingkungan yang baik, asri dan nyaman.
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya, sebagai landasan dalam pengembangan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda.
Sejarah dan Konsep Pengembangan Perkembangan suatu kota sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintahan. Sarana transportasi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut. Keberadaan Kota Depok yang berbatasan dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi strategis ini memerlukan kesiapan Kota Depok untuk menerima limpahan aktivitas masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Depok. Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai. Kota Depok tidak hanya melayani arus lalu lintas internal tetapi juga melayani lalu lintas eksternal. Berdasarkan hasil penelitian Pemerintah Kotif Depok tahun 1998 menunjukkan bahwa perjalanan eksternal dari dan ke Kota Depok serta lalu lintas kota memiliki persentase yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perjalanan internal (Tabel 9) Untuk memperlancar arus transportasi ini, pemerintah Kota Depok merencanakan pengembangan jalan-jalan di daerah Kota Depok sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok tahun 2000-2010. Salah satu kegiatan tersebut adalah pembangunan ruas jalan Margonda Raya- Cimanggis atau jalan kolektor primer pipa gas atau yang sekarang diberi nama jalan Ir. H. Juanda, menghubungkan bagian barat dan timur Kota Depok.
Tabel 9. Proporsi Pergerakan Transportasi di Kota Depok tahun 1998. No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Perjalanan Internal Keluar Kota Depok Masuk Kota Depok Lintas Kota Total
Kendaraan Pribadi (%) 7,3 34,2 30,7 27,8 100
Kendaraan umum (%) 36,8 24,6 24,5 14,1 100
Sumber : Studi Pengembangan Jaringan Jalan Kota Depok, 1998
Pembangunan jalan ini didanai oleh Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank-ADB) sebagai pinjaman (loan) dan sebagian lagi dari anggaran Pemerintah Kota Depok. Pembangunan tahap pertama tersebut menghabiskan dana sekitar Rp. 84.735 milyar. Dengan rincian dana dari APBN sekitar Rp. 44.886 milyar dan pemerintah daerah Rp. 39.848 milyar. Dana tersebut disamping untuk menyelesaikan jalan sepanjang 4 km dengan lebar jalan (termasuk daerah milik jalan) 21,8 meter yang terdiri dari dua jalur. Jalan yang dibangun tergolong jalan kolektor primer yang merupakan jalan kota, namun didisain menurut klasifikasi tipe II kelas 1 (Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok, 2002). Jalan ini juga dilengkapi dengan 5 buah jembatan. Pembangunan jalan ini dirintis sejak Tahun Anggaran (TA) 2001 s/d 2003 ditangani secara sinergi oleh Pemerintah Pusat melalui Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Kota Metropolitan, Ditjen Tata Perkotaan dan Perdesaan Departemen Kimpraswil dengan Pemerintah Kota Depok. Jalan Ir. H. Juanda ini diresmikan pada tanggal 3 Desember 2003 oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Soenarno. Jalan ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa transportasi dan distribusi serta memperpendek jarak tempuh dari koridor barat ke timur atau sebaliknya (Pusdatin, 2003). Menurut Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hid up (2002), proyek pembangunan jalan Ir. H. Juanda bertujuan sebagai berikut : a. Menyediakan sarana dan prasarana transportasi dan mengurangi kemacetan di wilayah Kota Depok. b. Mempercepat pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi melalui sektor perhubungan dan transportasi.
c. Menata tata ruang daerah melalui perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi. Berdasarkan tujuan pembangunan jalan Ir. H. Juanda sebagai penghubung wilayah barat dan timur Kota Depok, maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan berupa konsep penataan lanskap sekitar jalan sehingga didapatkan jalan yang dapat memberi kenyamanan, kesenangan dan identitas tersendiri bagi pengguna dan masyarakat sekitar khususnya, dan juga bagi warga Depok pada umumnya. Lokasi dan Orientasi Tapak Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun masa yang akan datang merupakan kesinambungan dari rangkaian program pembangunan sebelumnya.
Pembangunan
yang
tidak
terkendali
tanpa
mengindahkan
perencanaan tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek di masa datang. Dalam rangka mewujudkan visi dan merealisasikan misi pembangunan Kota Depok, beberapa rencana tata ruang dan program kegiatan pembangunan telah dilakukan. Di bidang pembangunan fisik dan tata ruang antara lain adalah di bidang perhubungan, dan kawasan segmen jalan Ir. H. Juanda termasuk ke dalam wilayah pengembangan Bagian Timur dengan arahan fungsi kegiatan untuk perumahan kepadatan rendah-sedang-tinggi, perdagangan dan jasa komersial, perkantoran, wisata dan industri yang ramah lingkungan. Bentuk tapak adalah berupa koridor/strip dimana di dalamnya terjadi pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Lokasi tapak sebagai penghubung wilayah Barat (Simpang Margonda) dan Timur Kota Depok (Simpang Cisalak) dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan agar didapat jalan yang memiliki identitas dan karakter yang kuat. Jalan Ir. H. Juanda berada pada daerah kepemilikan lahan Pemerintah Kota Depok, Pertamina, RRI dan masyarakat, sehingga pembangunan rencana lanskap nantinya Pemerintah Kota Depok harus melakukan pertemuan dengan pihak-pihak tersebut agar tidak mengalami kesulitan kedepannya.
Suatu kawasan dengan orientasi yang baik adalah kawasan yang dengan mudah dapat dikenali dan diingat oleh manusia penggunanya, baik itu melalui karakter bangunan, suasana, ataupun dari karakter lanskapnya. Orientasi kawasan sangat dipengaruhi oleh fungsi kawasan dalam hal ini kawasan linier jalan Ir. H. Juanda sebagai kawasan multifungsi yaitu permukiman, wisata, perdagangan dan jasa. Sehingga kawasan ini harus mampu menampilkan karakternya melalui penataan lanskap sekitar jalan. Selain itu secara umum dapat menampilkan jati diri Kota Depok. Salah satu permasalahan perkotaan yang terdapat di lokasi studi adalah tidak adanya penataan bagi kegiatan informal seperti pedagang kaki lima. Saat ini keberadaan pedagang kaki lima dapat dilihat pada ruas jalan Simpang Margonda mulai dari segmen barat hingga tengah, yang tersebar secara acak. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan kesemrawutan wajah kota dan akan menimbulkan gangguan sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas, sehingga perlu diupayakan penertiban dan pengalokasian pedagang kaki lima ke tempat lain yang lebih sesuai dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.
Struktur Kegiatan Kawasan ini berdasarkan ketentuan Dinas Tata Kota Kota Depok akan dikembangkan sebagai kawasan ruko, rukan, permukiman dan superblok yaitu kawasan hunian dan komersial dalam satu struktur bangunan yang sama dan dibuat pada kondisi vertikal dengan pembagian ruang lantai bawah untuk komersil sedangkan lantai atas untuk hunian. Dari sini dapat dilihat bahwa Pemerintah Kota Depok lebih berorientasi ekonomi, tanpa melihat keinginan dan kebutuhan masyarakatnya yang juga membutuhkan ruang untuk kenyamanan dan rekreasi. Rekreasi tersebut dapat berupa olah raga, berjalan-jalan, melihat pemandangan atau bercengkrama bersama. Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 Bab VII pasal 41 ayat 2 tentang Hak, Kewajiban, dan Peran Serta Masyarakat yang isinya bahwa untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan atau
pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku. Untuk itu perlu pengaturan ruang unt uk berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di tapak, misalnya melalui pembuatan taman kota atau taman lingkungan sebagai sarana masyarakat beraktivitas dan penyediaan tempat bagi aktivitas ekonomi misal kios-kios, dengan pembuatan aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi. Untuk memudahkan dalam menganalisis lebih detail pada kawasan jalan ini maka lokasi studi dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen barat, tengah, dan timur. Pembagian segmen ini berdasarkan kesamaan fungsi bangunannya seperti yang terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Jalan Ir. H. Juanda Segmen Analisis Pemecahan Masalah Barat (Simpang Margonda-Sungai Ciliwung)
Tengah (Sungai CiliwungSitu Pangarengan) Timur (Situ PangarenganSimpang Cisalak)
Pada segmen ini terdapat banyak bangunan dan juga permukiman penduduk kepadatan tinggi. Aktivitas lebih beragam seperti pendidikan, kesehatan, jasa dan perdagangan, penjualan tanaman dan kios-kios kecil. Pada malam hari banyak berdiri warung tenda makanan dengan memanfaatkan trotoar, sehingga mengganggu pejalan kaki. Aktivitas jasa dan perdagangan seperti otomotif, warung makan, dan penjualan tanaman. Banyak terdapat di sisi trotoar. Aktifitas belum beragam, lokasi ini cukup sepi pengguna karena kebanyakan masih berupa lahan kosong. Aktifitas lebih ramai di Simpang Cisalak (Jalan Raya Bogor-Jakarta) Namun di pagi hari pada waktu libur, segmen ini terutama di sekitar Pesona Kahyangan Estate ramai digunakan untuk berolah raga lari pagi disertai aktifitas berdagang.
Rencana jalan tol yang tepat berada + 10 m dari utara jalan akan mempengaruhi ruang untuk pengguna intensif. Pengalokasian penggunaan intensif pada area sebelah selatan jalan, sedangkan sebelah utara akan lebih difungsikan sebagai penyangga kawasan. Pemanfaatan lahan sebagai area hijauan/hutan kota, penjualan tanaman hias, dan rekreasi.
Aspek Fisik dan Biofisik Sumber daya yang terdapat di tapak merupakan faktor penting dalam pengembangan rencana lanskap jalan. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan pelayanan bagi pengguna jalan. Kenyamanan itu sendiri meliputi kenyamanan fisik, visual dan sosial.
Kenyamanan fisik misalnya menyangkut pada iklim yang sesuai dan kondisi sarana dan prasarana yang baik, kemudian kenyamanan visual adalah kenyamanan penglihatan yang didapat dari view/pemandangan indah di sekitar jalan, ini terkait juga dengan estetika lanskap jalan. Sedangkan kenyamanan sosial merupakan kenyamanan yang diperoleh melalui rasa aman terhindar dari berbagai tindak kejahatan dan kenyamanan bersosialisasi.
Iklim Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Pondok Betung, didapat bahwa suhu udara tahunan 27 o C dan kelembaban 85%. Suhu yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan penggunaan naunga n, baik dengan penanaman vegetasi ataupun pembangunan struktur naungan. Curah hujan tahunan pada kawasan studi sekitar 3.975 mm/tahun dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan Agustus, dengan jumlah hari hujan sekit ar 101-159 hari. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap ketersediaan air bagi perairan maupun air tanah dan mendukung untuk tumbuh kembangnya vegetasi. Secara umum, musim kemarau terjadi antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan OktoberMaret (Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kota Depok, 2002). Curah hujan yang tergolong tinggi dapat juga menjadi kendala dalam hal peresapan air ke dalam tanah dan aliran drainase. Di beberapa tempat pada tapak terutama di bagian jalan dengan kemiringan yang cukup curam akan menimbulkan limpahan aliran air hujan yang cukup banyak. Untuk itu diperlukan sistem drainase yang baik, yang sesuai dengan topografi yang ada. Alternatif pemecahan masalah yang dapat direncanakan pada tapak ini adalah penggunaan struktur perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat menyerap air atau berporous sehingga air diatasnya mudah terserap, penanaman vegetasi yang berfungsi sebagai penahan erosi dan runoff, dan merancang sistem drainase yang baik. Fasilitas peneduh sebagai pelindung saat hujan juga dapat disediakan. Intensitas
penyinaran
matahari
rata-rata
tahunan
pada
kawasan
perencanaan adalah 61,4% dengan fluktuasi intensitas penyinaran tertinggi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Februari. Intensitas penyinaran yang
cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik, namun jika berlebih akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Menurut Brooks (1988), radiasi matahari dapat dikontrol dengan menggunakan vegetasi, elemen arsitektur, dan peletakan bangunan. Vegetasi seperti pohon, semak/perdu, penutup tanah, dan rumput menghasilkan bayangan dan dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari baik secara langsung atau yang dipantulkan oleh bangunan. Elemen lanskap yang digunakan pada tapak sebaiknya menggunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya antara lain biru, abu-abu, atau coklat. Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah 3,3 knot yang tergolong angin sedang, dengan fluktuasi kecepatan angin tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan November. Pada kawasan studi arah angin yang paling dominan yaitu dari arah selatan ke arah utara. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan kenyamanan. Pada tapak akibat teriknya matahari dan belum adanya naungan yang mencukupi menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna khususnya pejalan kaki. Namun dengan adanya angin yang sedikit kencangan dapat memberikan kenyamanan. Kecepatan angin akan berpengaruh pula bagi masyarakat sekitar jalan yaitu debu yang beterbangan membawa polusi udara terutama pada musim panas/kemarau. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya oleh faktor iklim. Tingkat kecelakaan tersebut dapat ditekan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa agar pengendara merasa aman dan nyaman selama perjalanan. Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan penataan lanskap jalan dengan pengembangan potensi dan mengurangi kendala pada unsur-unsur iklim yang tidak menguntungkan pada tapak. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, angin dan kelembaban udara. Misalnya penanaman vegetasi pada sisi-sisi dan median jalan selain dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman juga menciptakan efek bayangan sehingga dapat mengurangi silau pada siang hari. Faktor kelembaban tidak terlalu berpengaruh langsung bagi pengendara karena mereka berada dalam kendaraan yang sedang melaju cepat dan sebagian besar dilengkapi AC. Kelembaban justru berpengaruh terhadap masyarakat sekitar
dan pejalan kaki. Kelembaban udara nisbi pada kawasan berkisar antara 85%. Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kenyamanan pada tapak. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna merasa nyaman, seperti memanfatkan angin, misal melalui peletakan vegetasi yang tidak menghalangi jalan angin. Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air. Karena air dapat berdampak pada penurunan suhu melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada disekitarnya. Oleh karena itu badan-badan air yang ada di tapak seperti sungai dan situ sedapat mungkin dipertahankan keberadaannya (Gambar 17).
Sungai Ciliwung
Sungai Sugutamu
Situ Pangarengan
Kali Baru
Gambar 17. Kondisi Sungai dan Situ pada Tapak
Bentukan Lahan Tapak pada lokasi studi merupakan tapak dengan kondisi lahan yang datar, bergelombang dan bentuk cekungan. Kondisi ini memberikan keunikan tersendiri bagi lanskap di sekitarnya. Topografi yang relatif datar memberikan aspek visual yang kurang menarik dan memberi kesan monoton yang dapat menyebabkan kejenuhan bagi pengguna jalan. Namun demikian kondisi ini juga berpotensi
untuk dikembangkan dan ditingkatkan nilainya melalui penanaman vegetasi, dimana pada daerah yang relatif datar lebih mudah dilakukan, dan juga melakukan penataan kawasan berupa bangunan perkerasan dengan disain yang menarik. Untuk menghilangkan kesan kemonotonan dilakukan penanaman vegetasi secara dinamis baik dari pemilihan jenis tanaman maupun bentuk-bentuk penanaman. Kemiringan yang agak terjal pada sisi jalan berupa jurang dan lereng berada di sekitar Pesantren Nuruzzahroh serta sekitar pemukiman masyarakat dekat perumahan Pelni di kelurahan Baktijaya yang merupakan tempat pembuangan sampah. Kondisi ini membuat daerah tersebut rawan erosi permukaan. Secara umum selain topografi/kemiringan lahan, tingkat erosi juga tergantung pada tipe tanah, frekuensi dan intensitas hujan serta vegetasi yang ada. Untuk mengendalikan area dengan slope yang agak terjal, maka perlu ditanami vegetasi dengan kriteria jenis tanaman dengan perakaran kuat, dalam dan menyebar tetapi tidak merusak struktur jalan, cabang/ranting yang tidak mudah patah. Alternatif lain yaitu dengan membuat perkerasan berupa retaining wall, teknik grading desain yaitu membuat lereng bertingkat yang ditanami dengan vegetasi/rumput, memperkecil kemiringan dan pemberian mulsa organik pada tanah. Pemilihan rumput didasarkan pada bahwa rumput merupakan vegetasi yang efektif untuk mencegah erosi permukaan dan berperan sebaga i bio-filtration dalam menyerap polutan. Topografi yang relatif datar di wilayah studi menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan- genangan air ke badan jalan terutama saat musim hujan. Kondisi ini dapat diatasi dengan pembuatan sistem drainase terpadu dengan dilakukan kontrol pada inlet dan outlet secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan, baik akibat sedimentasi maupun kotoran akibat bawaan aliran air. Sistem drainase daerah yang dilintasi jalur jalan secara umum mengalir dari arah selatan ke utara. Sistem drainase tersebut sebagian besar terpotong oleh jalur jalan yang mempunyai arah timur-barat. Hal ini memungkinkan tertutupnya saluran-saluran drainase lainnya. Untuk itu sistem drainase perlu mendapat perhatian agar menghindari kemungkinan terkonsentrasinya aliran drainase pada daerah-daerah cekungan yang dapat menyebabkan banjir dan genangan. Pada
bagian tapak yang datar ditemui adanya genangan air sehabis hujan karena banyaknya limpahan air hujan dan tidak berfungsinya selokan drainase dengan baik akibat ditumbuhi oleh ilalang dan dipenuhi sampah (Gambar 18). Perlu pembuatan drainase dengan kemiringan yang sesuai agar limpahan air dapat mengalir dengan lancar.
Gambar 18. Kondisi Drainase pada Tapak
Vegetasi Jalan Keberadaan vegetasi pada lanskap jalan memberikan kegunaan lebih, terutama jika dilihat dari masalah polusi baik itu polusi udara, suara dan aroma. Daerah sisi jalan mempunyai banyak lahan kosong sehingga berpotensi sebagai pengembangan kawasan dan menjadikannya good view. Untuk itu perlu bukaan-bukaan vista sehingga memberi efek moving vista bagi pengendara. Pada lereng yang terjal dengan lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk ditanamai pohon, semak/perdu, sehingga untuk menge ndalikan erosi maka ditanami oleh rumput. Rumput merupakan vegetasi yang efektif untuk mengendalikan erosi permukaan karena memiliki sistem perakaran yang kuat untuk mengikat tanah dan berperan sebagai bio-filtration, pengendali polutan. Sementara lebar daerah penanaman untuk sisi jalan bervariasi hingga 0,8-1 meter. Ukuran tersebut kurang mencukupi apabila ingin dilakukan penanaman pohon. Karena akar pohon yang relatif besar dapat merusak struktur perkerasan yang berada disampingnya. Untuk itu perlu dilakukan pelebaran media tanam minimal 1,5 meter apabila ingin dilakukan penanaman pohon, atau ukuran tetap namun dengan jenis tanaman yang sesuai dengan luasan tersebut. hal ini bertujuan demi keselamatan pengendara kendaraan dan tumbuh kembang tanaman.
Daerah median di lokasi studi pada tapak relatif sempit (1 m) maka vegetasi yang sesuai ditanam berupa semak pendek/rumput dengan massa daun padat dan ketingian tidak lebih dari 1,1 m terutama pada daerah persimpangan karena rata-rata pandangan pengendara dalam kendaraan adalah 1,1 m. Tanaman ditanam rapat agar dapat menahan silau lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Sepanjang ruas jalan ini dapat diamati bahwa lebar median jalan konsisten (1 m) sehingga dapat ditanami oleh semak/perdu pendek dan penutup tanah. Penghijauan pada bangunan perkerasan dapat memberikan kesan melunakkan dan bernilai estetis dengan penggunaan tanaman merambat atau memanjat yang dirambatkan pada tiang lampu jalan. Hal ini juga dapat diaplikasikan pada bentuk-bentuk perkerasan lainnya. Area persimpangan jalan dan jembatan merupakan area dengan tingkat polusi tinggi karena pada daerah ini kendaraan bergerak melambat sehingga gas buangan dari pembakaran terakumulasi di area ini. Untuk itu perlu pemilihan tanaman yang toleran terhadap kondisi tersebut. Vegetasi dengan berbagai jenis pepohonan yang menunjukkan bahwa kawasan ini relatif subur (tanah merah) dan sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman keras maupun tanaman perdu, bahkan pada segmensegmen tertentu (daerah perairan danau dan sungai) dapat dipertahankan untuk kawasan hutan kota yang dapat berfungsi sebagai buffer zone kebisingan dan penahan erosi tanah. Walaupun demikian tetap diperlukan pemilihan jenis vegetasi yang sesuai kondisi tapak. Vegetasi juga merupakan habitat satwa tertentu, sehingga dengan penanaman vegetasi pada lanskap jalan Ir. H. Juanda diharapkan memberi tempat bagi kelangsungan hidup satwa tersebut. Pedoman penanaman memperhatikan jarak tanam dan lebar maksimum tajuk. •
Jarak tanam rapat a
b
Jarak titik tanam a = Ø tajuk pohon/perdu (tajuk bersinggungan a=b
•
Jarak tanam tidak rapat a
Jarak titik tanam a = disesuaikan dengan rencana
•
Penanaman massal berlapis a
b
Jarak titik tanam a = b = c = Ø tajuk pohon/perdu (tajuk bersinggungan)
c
Kualitas Udara dan Kebisingan Berdasarkan hasil kajian kualitas udara yang dilakukan oleh DKLH (2002) menunjukkan bahwa kualitas udara di lokasi studi meliputi kadar SO2 , NOx, CO, debu, Pb, NH3 , dan H2 S secara umum berada di bawah baku mutu udara ambien. Hasil pengukuran kualitas udara pada lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut : Tabel 11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi Studi SO2
NOx
CO
debu
Pb
NH3
H2 S
Nomor contoh
Lokasi
U-1
Kali Baru (jalur pipa gasjl. Raya Bogor, km 0)
8,54
15,46
31,25
78,4
0,02
0,37
0,002
U-2
Situ Duta (km 1)
3,47
5,72
7,50
57,8
ttd
ttd
0,001
U-3
Disekitar tempat penimbunan sampah (km 2)
2,74
3,97
4,12
48,3
ttd
ttd
0,007
U-4
Ujung jalan-jl Margonda Raya
10,27
16,78
37,16
81,3
0,04
0,28
ttd
260
92,5
2260
260
60
2
0,03
3
µg/m
Baku mutu udara ambien*
ppm
*) Berdasarkan Kep. Men. LH No 13/MENLH/3/1995 Sumber : Laporan AMDAL DKLH Kota Depok, 2002
Pada kedua ujung jalan baik yang berpotongan dengan Jalan Margonda Raya dan Jalan Raya Bogor menunjukkan kadar gas pencemar, partikulat debu dan Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada lokasi di km 1 (Situ Duta) dan km 2 (tempat penimbunan sampah). Penurunan kualitas udara dapat diatasi dengan penanaman tanman penyerap polusi, khususnya yang tahan gas pencemar di atas. Suara dan laju kendaraan yang tinggi secara terus- menerus menimbulkan kebisingan yang menjadi masalah lingkungan bagi pemukiman yang ada di sekitar
jalan. Kebisingan tersebut menyebabkan suasana tidak nyaman dan gangguan kesehatan. Tingkat kebisingan di sepanjang jalur jalan Ir. H. Juanda berkisar antara 46 – 68 dBA. Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan oleh pihak DKLH (2002) disajikan pada Tabel 12. Tingkat kebisingan pada kedua ujung jalan yang berbatasan dengan Jalan Margonda Raya dan Jalan Raya Bogor pada jam-jam sibuk sudah berada di atas baku tingkat kebisingan yaitu 60 dBA (Kep. Men.LH No KEP-48/MRNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan) sedangkan yang berada di dalam jalur jalan yaitu km 1 dan km 2 dari Jalan Raya Bogor tingkat kebisingan masih berada di bawah baku tingkat kebisingan. Dengan difungsikannya kawasan ini sebagai kawasan jasa komersial untuk skala pelayanan kota dengan fungsi jalan kolektor primer dengan kecepatan pergerakan rata-rata 40-60 km/jam, adanya rencana jalan tol dengan kecepatan 80 km/jam yang akan dibangun di sebelah utara dan sejajar dengan jalan Ir. H. Juanda, serta fungsi jalan sebagai jalur yang memperpendek jarak dan waktu tempuh dari Depok ke Bogor, Cibubur, Jakarta dan sekitarnya diperkirakan akan dilalui banyak kendaraan. Tingginya volume lalu lintas tersebut akan menimbulkan kebisingan sehingga potensi kebisingan yang bersumber dari lalu lintas kendaraan akan meningkat. Untuk itu diperlukan vegetasi penahan kebisingan, terutama pada bagian sebelah utara yang berbatasan dengan rencana jalan tol. Kawasan di sekitar jalan sebagian besar berupa pemukiman penduduk, sehingga tingginya pencemaran udara dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penanaman vegetasi cukup efektif sebagai penyerap polutan udara, penyaring bau, debu dan memberikan udara segar. Tabel 12. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi Nomor Contoh
Lokasi
Kebisingan (dBA) 53-68
Baku Mutu* (dBA) 70
U-1
Kali Baru (jalur pipa gas-jl. Raya Bogor, km 0)
U-2
Situ Duta (km 1)
48-54
55
U-3
Disekitar tempat penimbunan sampah (km 2)
46-48
50
U-4 Ujung jalan-Jl. Margonda Raya *) Berdasarkan Kep. Men. LH No 48/MENLH/1996 Sumber : Laporan AMDAL DKLH Kota Depok, 2002
52-56
55
Pemilihan jenis tanaman adalah yang memiliki daun berbulu kasar, memiliki sifat lengket sehingga efektif dalam mengarbsorbsi partikel udara daripada daun yang halus/licin. Jenis yang berdaun jarum per individu tanaman lebih efektif dalam meretensi partikel udara dibandingkan jenis lainnya. Ciri utama tanaman yang berperan sebagai pereduksi polutan adalah tanaman yang memiliki Air pollution Tolerance Index (APTI) termasuk dalam kriteria toleran hingga cukup toleran, yaitu tanaman yang berdaun sisik berambut, atau permukaan daun yang kasar. Jenis tersebut dia ntaranya Bauhinia purpurea, Bauhinia monandra, Cassia fistula, Pliostigma malabatricum. Daftar tanaman dengan nilai APTI terdapat pada Lampiran 6. Kebisingan kendaraan meningkat dengan adanya peningkatan ukuran, tenaga, dan kecepatan kendaraan yang juga dapat dipengaruhi oleh kondisikondisi pengoperasian seperti kemiringan jalan, permukaan jalan dan gerakan kendaraan. Menurut Simonds (1978) kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan yang melalui jalan raya sekitar 80-90 dBA. Salah satu cara untuk mengatasi kebisingan adalah dengan penggunaan tanaman sebagai pereduksi kebisingan. Tanaman tersebut ditempatkan sebagai elemen lanskap jalan. Lanskap merupakan bagian penting dari jalan terutama jalan tol, karena lingkungan sekitar jalan juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis pengguna jalan. Untuk jalan tol, lanskap berperan memberi pelayanan visual kepada pengguna jalan. Dengan demikian lanskap jalan diharapkan dapat berperan sebagai kawasan penyangga (Widagdo, et al., 2003). Tanaman yang efektif mereduksi kebisingan adalah yang memiliki daun lebat sepanjang tahun dengan pola daun yang menyebar hingga ke permukaan tanah. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada tinggi, lebar dan komposisi tanaman. Sedangkan kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif. Penanaman vegetasi yang rapat dan massal dapat mereduksi 3-5 dBA per 100 ft (30 m). selain itu kombinasi antara vegetasi, dinding penghalang dan earth berm efektif untuk mengendalikan angin dan kebisingan (Harris dan Dines, 1988). Semakin dekat tanaman ke sumber kebisingan akan semakin efektif fungsinya dalam mereduksi kebisingan (Gambar 19).
Jarak tanam rapat
Perdu/semak
Gambar 19. Pengaturan Vegetasi Peredam Kebisingan dan Polusi Kendaraan (Ditjen Bina Marga, 1996)
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Widagdo, et al.
(2003)
yang mengambil sampel di tol Jagorawi diketahui bahwa kerapatan daun tanaman berperan penting dalam mereduksi kebisingan. Tanaman dengan kerapatan daun yang tinggi mereduksi lebih baik. Kemampuan tanaman mereduksi kebisingan juga dipengaruhi oleh ketebalan dan kelenturan daun. Menurut Bernatzky (1978) menyatakan bahwa setiap spesies tanaman memiliki efektivitas yang berbeda dalm mereduksi kebisingan karena adanya perbedaan karakter dari tiap spesies tanaman. Adapun contoh tanaman yang dapat digunakan untuk jalan tol adalah akalipa (Acalypha wilkesiana), bambu (Bambusa vulgaris), soka (Ixora sp.), Kasia (Cassia oraria), dan lain sebagainya. Pemanfaatan jalur hijau dan pengembangan ruang hijau di sepanjang kawasan jalan selain berfungsi sebagai buffer juga sebagai “street furniture” kawasan yang dapat menambah keindahan lanskap jalan Ir. H. Juanda. Pemilihan dan penataan vegetasi pada lanskap jalan perlu memperhatikan fungsi dan estetikanya, agar diperoleh lanskap yang dapat mereduksi kebisingan dan memiliki keindahan tinggi. Sarana dan Prasarana Jalan Pembangunan Jalan Ir. H. Juanda yang menghubungkan Jalan Raya Bogor dan Jalan Margonda Raya sepanjang kurang lebih 4 km dengan lebar dimensi jalan yang bervariasi pada setiap segmennya. Kondisi seperti ini tentunya tidak
sesuai dengan ketentuan lebar garis sempadan pipa gas (10 m) dan garis sempadan bangunan (6 m) yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota Depok. Oleh karena itu perencanaan lanskap jalan nantinya akan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi tapak. Pada sisi-sisi jalan telah ditanam pepohonan sebagai peneduh dan pengarah serta adanya ground cover sebagai pembatas. Namun karena umur penanaman yang masih terbilang baru sehingga belum dapat berfungsi sesuai yang diinginkan, untuk itu perlu perawatan dan pemeliharaan yang optimal. Namun penataan tanaman kurang memenuhi klasifikasi sebagai tanaman peredam kebisingan dan penyerap polusi, mengingat di sekitar jalan masih terdapat pemukiman penduduk. Kondisi ini akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Apalagi dengan adanya rencana pembangunan jalan tol yang letaknya tepat bersebelahan dengan jalan Ir. H. Juanda dengan menarik garis lurus ke arah utara sejauh 10 m dari pipa gas, masalah kebisingan dan polusi udara akan menjadi hal yang paling penting. Berkebalikan dengan damija, daerah pengawasan jalan (dawasja) belum sepenuhnya mendapat perhatian. Karena berdasarkan pengamatan dapat ditemui di sepanjang ruas jalan banyak bermunculan kios non permanen - permanen seperti warung nasi, tambal ban, penjual buah, ruko, dan sebagainya yang letaknya persis di pinggir trotoar, sehingga memberi kesan kumuh dan tidak teratur. Untuk itu perlu penataan ruang untuk mengatasi aktivitas perekonomian tersebut dan penetapan sempadan jalan. Dan juga masih banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan berpotensi untuk dikembangkan. Jaringan pipa gas milik Pertamina yang letaknya sejajar jalan berada + 5 m dari badan jalan, pipa gas bertekanan tinggi tersebut tertanam dalam tanah. Adanya jaringan pipa gas tekanan tinggi tersebut cukup menyulitkan dalam pengembangan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda. Namun pihak Pertamina memberikan jalan keluar dengan memberikan rencana konstruksi teknis pelindung pipa gas yang dapat dijadikan standar keamanan dan keselamatan dalam pengembangan kawasan. Selain itu penanaman tanaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan bak-bak tanaman/kontainer sehingga akar tanaman tidak merusak pipa gas.
Jumlah tempat penyeberangan (zebra cross) belum mencukupi untuk mengakomodasi masyarakat sekitar jalan yang akan melintasi jalan karena hanya ada di kawasan pada segmen Barat, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menyeberang pada tempatnya akan berdampak pada keselamatan mereka dan pengguna jalan dan juga merusak taman yang ada di median jalan. Selain itu diperlukan jembatan penyeberangan untuk menghubungkan lokasi di seberang jalan Ir. H. Juanda yang terpotong oleh rencana jalan tol. Untuk itu diperlukan penambahan zebra cross dan pembuatan jembatan penyeberangan yang sesuai standar keamanan dan kenyamanan pejalan kaki, serta pemasangan pagar pembatas/bollard untuk mengatur atau menghalangi lalu lintas penyebrangan pada titik-titik tertentu. Lebar trotoar yang bervariasi dari 0,5 – 1,25 m kurang me madai bila dilihat dari kebiasaan orang Indonesia yang lebih senang berjalan bersama-sama berjajar, minimal berpasangan. Tidak mengakomodasi bagi pejalan kaki yang cacat dan pengendara sepeda, serta tidak memperhatikan segi keselamatan pejalan kaki untuk trotoar dengan lebar hanya 0,5 m. Untuk itu perlu pelebaran trotoar menjadi 1,8 m dan penambahan jalur sepeda selebar 2,2 m, serta pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat. Sistem pedestrian walk dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Sistem Pedestrian Walk (Sumber: Chiara dan Koppelman, 1978 dan http://www.tapconet.com)
Secara umum saluran drainase telah tersedia terletak di samping trotoar berupa saluran terbuka. Hal inilah yang menyebabkan kurang berfungsinya
saluran akibat ditumbuhi oleh ilalang, dan di beberapa lokasi malah tidak mengalir karena dipenuhi sampah. Akibatnya adalah timbulnya genangan pada badan jalan khususnya pada daerah cekungan. Perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase sangatlah penting demi keberlanjutan jalan tersebut. Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas yang sangat penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya bagi pejalan kaki di malam hari. Terutama apabila kawasan ini akan dikembangkan sebagai sarana rekreasi. Penambahan fasilitas rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sangat membantu guna mendukung kelancaran dan keamanan berlalu lintas sekaligus kenyamanan berekreasi (Gambar 21).
Gambar 21. Ilustrasi Penggunaan Lampu Penerangan dan Rambu Lalu Lintas (Sumber : http://www.thestreetscapecompany.com )
Lingkungan Sekitar Kota Depok mengalami laju perubahan lahan yang cukup pesat akibat tingginya tingkat pembangunan kota. Hal ini juga dirasakan pada kawasan sekitar Jalan Ir. H. Juanda, Depok. Adapun kawasan terbangun pada umumnya adalah perumahan. Perumahan yang ada berupa perumahan umum dan komplek perumahan (sebagian besar tipe golongan menenga h-atas/estate), diantaranya komplek perumahan Pesona Kahyangan Estate di kelurahan Baktijaya dan kelurahan Mekar jaya, komplek perumahan Adhikarya dan komplek perumahan Pelni. Kondisi kawasan eksisting wilayah perencanaan dibagi ke dalam tiga segmen yaitu segmen Barat, Tengah, dan Timur. Dalam hal tata massa bangunan, bangunan tersebut berorientasi ke jalan lingkungan perumahan karena sebagian besar terdapat di lingkungan perumahan. Namun setelah dibukanya jalan Ir. H.
Juanda, bangunan-bangunan itu langsung berorientasi ke jalan tersebut. Kebanyakan bangunan yang ada berupa kios semi permanen dengan fungsi perdagangan dan jasa. Secara visual hal ini mengurangi keindahan karena kesan ketidakteraturan.
Untuk
itu
perlu
suatu
pengaturan
ruang
agar
dapat
mengakomodasi berbagai bangunan yang berorientasi pada jalan Ir. H. Juanda. Beragamnya kondisi dan penggunaan lahan di sepanjang jalan Ir. H. Juanda menghasilkan pemandangan yang beraneka ragam. Terlebih lagi karena jalan ini baru pada tahun 2003 difungsikan sehingga kesan alami masih terlihat. Pemandangan itu berupa view yang baik dan view yang buruk. View yang baik terdapat pada daerah jalan yang terletak pada titik tertinggi sehingga dapat terlihat sebagian besar lanskap yang ada di di sekitarnya. Sehingga berpotensi untuk dilakukan penataan lanskapnya. Selain itu adanya penjual tanaman di sepanjang kiri-kanan jalan yang berfungsi sebagai jalur hijau turut memberi nilai keindahan tersendiri. View ini akan lebih baik bila dipertahankan dan juga perlu adanya pengaturan dalam penataannya, sehingga memberi rasa senang, nyaman serta ciri khas dari jalan ini. Kawasan pemukiman, jasa perdagangan, pemakaman, dan tebing berbatu memberi pemandangan yang buruk pada jalan sehingga mengurangi nilai visual pada tapak (Gambar 22). Begitu pula dengan adanya tempat penimbunan sampah yang tepat berada di pinggir jalan selain mengurangi keindahan juga menimbulkan polusi bau. Hal ini menjadi kendala yang perlu ditanggulangi dalam peletakan dan penataan kawasan, dan juga tanaman pada damija untuk menghalangi view tersebut. Keberadaan tempat pembuangan sampah (TPS) di lokasi tersebut tidak sesuai, sehingga sebaiknya dipindahkan ke lokasi lain yang sesuai dan membuat manajemen sampah yang terbaik.
Gambar 22. Berbagai View pada Jalan Ir. H. Juanda
Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Menurut Dinas Tata Kota-Kota Depok (2003), lokasi di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk cukup tinggi dengan penyebaran mengikuti linier jalan sehingga dapat diidentifikasi sebagai berikut : •
Utara
: berdasarkan pengamatan lapang dan kompilasi data dari instasi terkait diprediksi memiliki kepadatan 300-400 jiwa/ha.
•
Selatan : dominasi hunian sangat kuat dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 300 jiwa/ha.
•
Barat
: merupakan daerah hunian berkepadatan tinggi pada lapis dalam. Komersial pada lapis terluar yang merupakan kombinasi ruko (rumah toko) dengan hunian. Tingkat kepadatan relatif sama antara siang dan malam karena adanya sharing aktifitas antara hunian dan komersial, sehingga kepadatan diperkirakan berkisar pada + 350 jiwa/ha.
•
Timur
: kepadatan berkisar antara 350 jiwa/ha (malam hari) dan 650 jiwa/ha (peak hour-siang hari).
Dengan laju rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun 1,05% pada rentang tahun 2000-2001, maka dapat diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah
penduduk
untuk
tahun-tahun
kedepannya.
Sehingga
diperlukan
pembatasan ruang terbangun dan orientasi pembangunan vertikal untuk mengurangi kepadatan, terutama untuk wilayah yang berada di sepanjang jalan Ir. H. Juanda. Secara sosial budaya suku Betawi sebagai suku asli Kota Depok, namun yang banyak bermukim adalah masyarakat luar Depok. Hal ini menandakan telah terjadi asimilasi yang baik antar budaya. Untuk itu lanskap jalan Ir. H. Juanda direncanakan dapat menyatukan keragaman tersebut menjadi suatu keunikan tersendiri pada lanskap jalan Ir. H. Juanda, disesuaikan dengan kondisi tapak. Salah satu caranya adalah mengaplikasikannya dalam disain elemen lanskap yang ada di jalan Ir. H. Juanda, misalnya pada street furniture. Kegiatan perekonomian di daerah ini meliputi industri besar (banyak berlokasi di sekitar Jalan Raya Bogor), industri menengah serta industri kecil yang tersebar di seluruh Kota Depok. Sebagian penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta, sehingga dengan semakin lancarnya aksesibilitas transportasi akan memberi kemudahan dalam beraktivitas. Untuk itu diperlukan penataan lanskap jalan yang dapat mengakomodasi perekonomian masyarakat namun tetap memberikan kenyamanan, kesenanga n dan keselamatan berlalu lintas dan beraktivitas bagi masyarakat pengguna jalan. Karakter Pengguna Beragamnya pengguna jalan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan dari berbagai tingkat sosial dan ekonomi memberikan karakter yang berbeda dalam hal ketertiban berlalu lintas. Kebiasaan menyeberang di sembarang tempat, membuang sampah sembarangan, timbulnya kios-kios liar, mengebut dan sebagainya merupakan kebiasaan buruk yang harus diubah. Melalui rencana lanskap jalan ini akan diberi ruang bagi pengguna jalan agar dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman serta diharapkan dapat merubah perilaku pengguna menjadi lebih baik. Hasil analisis terhadap berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap perencanaan lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok tersaji pada Tabel 13 dan Gambar 23. Tabel 13. Hasil Analisis Berbagai Unsur Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok Analisis No
Unsur Lanskap (1)
Potensi (2)
Kendala (3)
1.
Aksesibilitas dan Lokasi tapak
Akses mudah dan kondisi jaringan jalan baik, jalan menghubungkan dua wilayah dengan tingkat kesibukan tinggi berpotensi dikembangkan sebagai sarana aktivitas masyarakat
Pedestrian kurang memadai untuk jalur pejalan kaki dan sepeda (pedestrian walk), jaringan pipa gas bawah tanah membatasi pengembangan kawasan dan rencana jalan tol menambah kebisingan
2.
Geologi dan Jenis Tanah
Tidak peka-sedang erosi
Peka erosi, kesuburan tanah
3.
Hidrologi
- Sumber air - Merupakan drainase makro kota - View bagi tapak
Mulai mengalami erosi dan kerusakan akibat aktivitas manusia
4.
Topografi : < 15%
Tidak peka erosi, stabil Peka erosi
>15%
5.
Iklim - Suhu
Titik pandang yang baik
Suhu tinggi
Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan Masalah (4) Penentuan jaringan primer (kendaraan) dan sekunder (pejalan kaki), penentuan peruntukkan kawasan, pengembangan sesuai standar konstruksi teknis pelindung pipa gas. Pedestrian walk menggunakan semapadan pipa gas. Sebelah utara jalan sebagai buffer sedangkan area terbangun dialokasikan di sebelah selatan jalan. Pengaturan penggunaan lahan kawasan, pengendalian erosi, peningkatan kesuburan tanah. Membuat sempadan sungai dengan penggunaan vegetasi dan struktur penahan erosi, memberi bukaan sebagai vista.
Alternatif Tindakan (5)
Pelebaran damija (pedestrian dan pengaman jalan) sesuai peruntukan kawasan. Pembuatan buffer kebisingan dan juga untuk rekreasi.
Pembangunan struktur bangunan, penanaman vegetasi, penambahan unsur hara Menjaga dan melestarikan keberadaan perairan.
Pengembangan sarana dan prasarana dan aktivitas Memberi bukaan pada titik-titik tertentu, pengendalian erosi, konservasi, cut and fill.
Pembangunan fasilitas, Penanaman vegetasi, pembangunan struktur penahan, pembatasan pengembangan rekreasi.
Dipertahankan
Penataanvegetasi,
Lanjutan Tabel 13. No.
(1)
(2)
- Kelembaban
Mendukung tumbuh kembang vegetasi, ketersediaan air
- Curah hujan
- Intensitas cahaya 6.
Vegetasi
Beraneka ragam
7.
Tata guna lahan
Lahan kosong berpotensi untuk dikembangkan secara ekonomi dan ekologis.
(3)
(4)
Tinggi, kurang nyaman Bahaya erosi, limpahan air
Diperlukan pengendalian Pencegahan erosi, pembuatan sistem drainase
Tinggi
Pengaturan penetrasi cahaya.
Belum berfungsi optimal, kurang menunjang untuk kenyamanan, penataan sesuai kondisi jalan masih kurang. Perubahan fungsi lahan, sempadan sungai rentan kerusakan
Mempertahankan dan meningkatkan jenis vegetasi untuk berbagai fungsi, pemilihan jenis sesuai fungsi. Penataan lanskap jalan yang sesuai untuk setiap penggunaan lahan dan lingkungan sekitar.
(5) pembangunan struktur bangunan, membuat bukanbukaan, pembuatan sistem drainase yang sesuai, perkerasan, Penanaman dan penataan sesuai fungsi dan kondisi tapak.
Alokasi ruang untuk masingmasing fungsi bagi penggunaan tapak secara keseluruhan.
Rencana Program Ruang Berdasarkan hasil analisis potensi dan kendala yang ada pada lokasi studi maka fungsi yang ingin dikembangkan pada tapak adalah : 1. Fungsi kenyamanan Lanskap yang ada memberikan rasa nyaman baik kepada pengguna jalan, pengelola jalan, maupun masyarakat sekitar jalan. Fungsi kenyamanan yang dimaksud yaitu dengan menanam tanaman peneduh, perbaikan fisik jalan, menjaga kebersihan sekitar jalan, menjaga ketertiban jalan, dan menciptakan ketenangan bagi masyarakat sekitar jalan. 2. Fungsi keamanan Lanskap yang ada berfungsi untuk mejaga keamanan dan keselamatan pengguna jalan, pengelola jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi keamanan diwujudkan dengan membuat pembatas yang jelas antara wilayah jalan (transportasi) dengan wilayah aktivitas manusia, pemasangan ramburambu lalu lintas, membuat jalur/jembatan penyeberangan, dan pemasangan lampu penerang jalan. 3. Fungsi estetika Lanskap yang ada memberikan view yang indah, menarik, dan menyenangkan pengguna jalan. Diharapkan memiliki kesatuan yang harmonis antara jalan dengan lanskap sekitarnya. Fungsi estetika diwujudkan dengan penanaman tanaman semak dan tanaman penutup tanah pada median jalan dan daerah sisi jalan, memberikan disain khusus pada struktur bangunan, memanfaatkan potensi
alam
yang
memiliki
view
yang
baik,
dan
mengkombinasikan/memadukan lanskap jalan dengan lingkungan sekitarnya. 4. Fungsi identitas Lanskap yang ada memberikan identitas pada jalan dan memberikan kesan yang kuat kepada pengguna jalan. Fungsi yang diterapkan pada tapak berupa landmark dan ciri khas lainnya seperti disain struktur bangunan dan pemilihan jenis tanaman, yang dapat membedakan jalan Ir. H. Juanda dengan jalan-jalan lainnya.
5. Fungsi pelayanan Lanskap yang ada berperan dalam memenuhi kebutuhan guna mendukung aktivitas pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi pelayanan dapat diwujudkan dengan pengadaan area berbagai aktivitas, meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan informasi perjalanan, dan sebagainya. 6. Fungsi penyangga/konservasi Lanskap yang ada berfungsi untuk melindungi masyarakat dan tapak dari dampak negatif yang ditimbulkan dan melestarikan vegetasi dan satwa yang ada di sekitar jalan dengan pembuatan jalur hijau yang juga berfungsi sebagai peredam kebisingan dari jalan tol, daerah resapan air, melindungi jalan dari pengaruh erosi dengan cara pembuatan tembok penahan tanah pada daerahdaerah yang dianggap rawan
erosi, yang kemudian dilakukan penataan
tanaman. Fungsi- fungsi tersebut dapat diterapkan pada ruas jalan Ir. H. Juanda disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi lingkungan di sekitar jalan. Matrik hubungan antara ruang dan fungsi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Matrik Hubungan antar Fungsi dan Ruang pada Bagian-bagian Jalan
identitas
pelayanan
konservasi
Daerah tepi, median, sekitar perairan Persimpangan jalan, setiap segmen jalan
Sub Ruang Sirkulasi kendaraan Pelayanan Jalur pedestrian Jalur sepeda Penyangga/konservasi Penyangga Konservasi Identitas Penerimaan Rekreasi
estetika
Pedestrian/tepi jalan
Ruang Sirkulasi
keamanan
Bagian Jalan Badan jalan
kenyamanan
Fungsi
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
? ? ? ? ?
? ? ? ? ?
? ? ? ? ?
? ? ? ? ?
? ? ? ? ?
? ? ? ? ?
Keterangan : ? dekat/erat
? sedang/cukup erat
? tidak ada hubungan/tidak erat
Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa fungsi kenyamanan dan keamanan sangat dominan diwujudkan pada semua lokasi baik dalam wilayah studi maupun
terhadap lingkungan sekitar dan rencana jalan tol, tujuannya agar pengguna jalan dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Fungsi estetika diwujudkan pada persimpangan, dan seluruh bagian jalan dan kawasan secara keseluruhan tetap diperhatikan penataan lanskapnya. Fungsi identitas secara umum cukup dominan pada badan jalan, persimpangan, daerah sisi jalan, pedestrian dan median jalan. Namun secara umum fungsi identitas ini berada pada setiap bagian jalan guna menunjukkan ciri khas jalan Ir. H. Juanda secara keseluruhan. Fungsi pelayanan secara umum dominan diwujudkan pada daerah sisi jalan karena dapat mendukung aktivitas masyarakat dan pengguna jalan. Fungsi konservasi sangat dominan diwujudkan pada daerah sisi jalan dan persimpangan dan median jalan, karena pada lokasi ini memiliki topografi yang curam dan terdapat aliran sungai dan situ sehingga berpotensi sebagai daerah konservasi air. Fungsi- fungsi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rencana tata ruang. Ruang-ruang yang direncanakan meliputi : 1. Ruang sirkulasi, merupakan ruang untuk lalu lintas kendaraan bermotor 2. Ruang pelayanan, yaitu rua ng yang diciptakan untuk mendukung dan memperlancar berbagai aktivitas pengguna jalan sehari-hari seperti berjalan kaki, bersepeda, mendapatkan informasi, dan sebagainya. 3. Ruang penyangga, yaitu ruang yang berfungsi sebagai penyangga untuk meminimalkan dampak negatif dari aktivitas yang ada seperti pengarah pandangan, penyerap polutan, peredam kebisingan, estetik, dan melindungi area sungai. 4. Ruang identitas, merupakan ruang dengan ciri khas pada bagian-bagian tertentu jalan sebagai penanda atau pemberi informasi kawasan. Setiap ruang yang terbentuk memiliki fungsi dan tujuan masing- masing yang disesesuai dengan kondisi tapak, yang nantinya akan menciptakan identitas/ciri khas kawasan perencanaan secara keseluruhan. Program ruang yang akan dikembangkan didasarkan pada dua alternatif rencana program ruang/blok plan dalam tapak yang salah satunya akan dipilih menjadi alternatif terbaik untuk dikembangkan lebih lanjut di dalam konsep perencanaan (Gambar 24). Kriteria pemilihan alternatif terbaik adalah :
1. Keamana n dan kenyamanan, yaitu rencana ruang yang dapat menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. 2. Identitas, yaitu rencana ruang yang dapat memberikan kesan dan ciri khas yang kuat bagi pengguna jalan. 3. Kesesuaian ruang dengan lingkungan sekitar, yaitu rencana ruang yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sumber daya, dan aktivitas di sekitar jalan sehingga dapat mengakomodasikan aktivitas pengguna jalan. 4. Kualitas lingkungan fisik, yaitu rencana ruang yang memanfaatkan potensi pemandangan yang ada di sekitar jalan secara maksimal sehingga memberikan nilai tambah terhadap lingkungan fisik tapak. Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dengan menggunakan skor nilai yaitu 1 sampai 3, dimana nilai 1 berarti kurang baik, 2 termasuk sedang, dan 3 termasuk baik. Hasil penilaian terhadap kedua alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penilaian Alternatif Rencana Tata Ruang Skor Kriteria
Alternatif 1
Alternatif 2
Keamanan dan kenyamanan
2
3
Identitas
3
3
Kesesuaian ruang dengan lingkungan
2
3
Kualitas lingkungan fisik
3
3
Jumlah
10
12
Berdasarkan hasil penilaian terlihat bahwa skor alternatif 1 bernilai 10, sedangkan alternatif 2 bernilai 12, lebih tinggi daripada alternatif 1. Pada gambar alternatif 1 kriteria keamanan dan kenyaman mendapat skor 2 karena di setiap segmen jalan lebih banyak ruang pelayanan pada daerah sebelah selatan dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, namun penempatan ruang tersebut kurang memenuhi kenyamanan karena letaknya yang berdekatan dengan jalan tol sehingga akan mengganggu dari segi kebisingan. Sementara pada kriteria identitas dan kualitas lingkungan fisik, alternatif 1 dan alternatif 2 termasuk
kategori baik (skor 3) karena masing- masing memiliki ruang identitas yang hampir sama dan memperhatikan potensi fisik yang ada. Sedangkan untuk kriteria kesesuaian ruang dan lingkungan, pada alternatif 1 mendapat skor 2 karena lebih banyaknya ruang pelayanan yang sebenarnya baik untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan, namun kurang memperhatikan kebutuhan akan adanya buffer area bagi daerah di sebelah utara jalan yang diorientasikan untuk kawasan komersial dan hunian, yang secara tidak langsung mempengaruhi kenyamanan. Dengan demikian rencana pengembangan kawasan akan mengacu sesuai dengan alternatif program ruang terpilih yaitu alternatif 2. Komposisi ruang, fungsi, aktivitas, fasilitas, dan luasan penggunaan kawasan jalan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Komposisi Ruang, Fungsi, Aktivitas, Fasilitas dan Luasan Penggunaan Kawasan Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok No 1.
2.
3.
4.
Ruang/Sub ruang Sirkulasi
Penyangga /konservasi
Pelayanan
Identitas • Penerimaan
• Rekreasi
Fungsi Keamanan Kenyamanan Identitas Estetika Penyangga Estetika Penyangga
Keamanan Kenyamanan Estetika Identitas Pelayanan Penyangga
Identitas Estetika Keamanan Kenyamanan Pelayanan Identitas Pelayanan Kenyamanan Estetika Penyangga
Fasilitas Badan jalan, lampu dan rambu lalu lintas, lampu penerangan, papan informasi Lampu, tempat duduk Tempat duduk, shelter, lampu penerangan, tempat sampah trotoar, jalur sepeda, area tanaman hias vegetasi peneduh, tempat penyeberangan, lampu penerangan, parkir, tempat duduk, stop area
Tugu dan gerbang kota, taman, dan bundaran, vegetasi pengarah dan estetika, perlengkapan dan kelengkapan jalan Vegetasi pengarah pandangan, stop area, tempat duduk, lampu, tempat sampah, dan sebagainya. Total
PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar
Luasan 6 ha (32,6%)
6,7 ha (36,4%)
4,2 ha (22,8%)
1,5 ha (8,2%).
18,4 ha (100%)
Konsep dasar dari perencanaan tapak ini adalah mewujudkan suatu lanskap jalan yang yang aman, nyaman, indah, beridentitas, dan bermanfaat bagi masyarakat dan pengguna jalan, memanfaatkan potensi yang ada agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan masyarakat dan pengguna jalan. Selain dapat meningkatkan nilai tapak dan kualitas lingkungan. Konsep yang dikembangkan berasal dari alternatif terbaik yang terpilih dari 2 alternatif yang dibuat dan kemudian dilakukan penilaian. Berdasarkan hasil penilaian, maka alternatif yang akan dikembangkan menjadi konsep adalah alternatif 2. Fungsi- fungsi pada lanskap jalan dimasukkan ke dalam konsep pengembangan yang meliputi konsep ruang, konsep sirkulasi dan konsep aktivitas dan fasilitas serta konsep tata hijau. Konsep Pengembangan Berdasarkan konsep dasar maka konsep pengembangan pada lanskap jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok yaitu lanskap jalan yang dapat memberikan efek yang menyenangkan bagi pengguna jalan dan ramah lingkungan. Sesuai dengan itu maka konsep pengembangan ini meliputi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep tata letak fasilitas atau perabot jalan, dan. konsep tata hijau. Konsep Ruang (Zonasi) Berdasarkan hasil analisis, terdapat 6 fungsi lanskap yang ingin dikembangkan dalam perencanaan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda yaitu fungsi kenyamanan, keamanan, estetika, identitas, pelayanan dan konservasi. Fungsi- fungsi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam program ruang. Ruangruang yang direncanakan meliputi ruang sirkulasi, ruang pelayanan, ruang penyangga/konservasi, dan ruang identitas. Konsep ruang merupakan pembagian ruang berdasarkan pada karakteristik ruang yang terdapat pada tapak sesuai dengan fungsi ruang pada tapak, aktivitas pemakai jalan, kondisi lingkungan sekitar tapak dan kemungkinan pengembangan ruang selanjutnya. Konsep ruang pada tapak dibagi menjadi tiga bagian utama yang meliputi (Gambar 27):
Ruang sirkulasi, yaitu ruang bagi sirkulasi kendaraan meliputi badan jalan dan ambang pengamannya. Area ini menempati luasan 6 hektar (32,6%) dari total luasan kawasan perencanaan (18,4 hektar). Ruang penyangga/konservasi, yaitu ruang yang berfungsi sebagai penyangga kawasan dari berbagai aktivitas yang mungkin menimbulkan dampak negatif bagi tapak dan mempertahankan sumberdaya yang ada. Ruang ini meliputi area penyangga pada jalur hijau tepi jalan dan median jalan, dan sepanjang rencana jalan tol (buffer tol) seperti terlihat pada Gambar 26. Sedangkan area konservasi terdapat
di
sekitar
perairan
(sungai
dan
situ)
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan keberadaan badan air dan mencegah erosi. Area ini menempati luasan sekitar 6,7 hektar (36,4%) dari total luasan kawasan perencanaan. Ruang pelayanan, yaitu merupakan ruang untuk mendukung dan memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan pada tapak. Area ini meliputi trotoar (Gambar 28), jalur sepeda, taman/hutan kota, dan stop area. Area ini menempati luasan kurang lebih 4,2 hektar (22,8%) dari luasan total kawasan.
Gambar 28. Ilustrasi Trotoar dan Fasilitas pada Ruang Pelayanan Sumber : http://www.brickbydesign.com dan www.towncentre.info diakses tanggal 15 November 2005 pukul 10.05 WIB
Ruang identitas, adalah rua ng yang memberikan kesan identitas yang kuat pada pengguna jalan terhadap tapak berupa tugu dan gerbang kota pada welcome area (Gambar 29), penataan tanaman sepanjang tepi jalan, lokasi yang berpotensi sebagai obyek rekreasi (Situ Pangarengan dan Sungai Ciliwung). Ruang ini menempati luasan area sekitar 1,5 hektar (8,2%).
Gambar 29. Ilustrasi Penggunaan Tugu/Sclupture sebagai Identitas Sumber : www.wvlainc.com , www.ci.poolesville.md.us , www.atlanticfountains.com Diakses tanggal 15 November 2005 pukul 10.10 WIB
Secara keseluruhan, lanskap yang ingin diwujudkan pada Jalan Ir. H. Juanda adalah memberikan efek sirkulasi yang menyenangkan melalui perpaduan antara unsur alami dan modern yaitu dengan melakukan penataan vegetasi sesuai fungsinya dan penampilan struktur bangunan maupun street furniture yang unik dengan mengadopsi bentukan pipa untuk mengingatkan pengguna bahwa kawasan ini dilalui oleh pipa gas tekanan tinggi sehingga pengguna juga dapat menjaga tingkah laku dan perbuatannya. Sementara kawasan sekitar jalan yang direncanakan berdasarkan Rencana Tata Letak dan Bangunan Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok (2003) adalah sebagai kawasan perdagangan dan jasa dan hunian berupa ruko, rukan, superblok, dan permukiman yang terletak di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda. Namun menyesuaikan dengan adanya rencana jalan tol yang terletak di sebelah utara jalan ini maka perlu dilakukan pengkajian kembali mengenai penempatan massa bangunan tersebut di sekitar jalan tol maupun di bawah fly over, karena menyangkut kenyamanan dan keamanan pengguna. Oleh karena itu pada bagian utara jalan antara jalan tol dan jalan Ir. H. Juanda dan area sekitar persimpangan kedua jalan diarahkan sebagai kawasan hijau baik berupa taman atau hutan kota yang berfungsi mereduksi kebisingan, polusi udara, konservasi dan rekreasi. Sementara bagian selatan jalan Ir. H. Juanda dapat dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun. Peruntukkan bangunan diarahkan untuk perdagangan dan jasa khas Depok, serta hunian. Ini bertujuan untuk menciptakan identitas tersendiri bagi jalan di Kota Depok.
Konsep Sirkulasi Jalur sirkulasi pada tapak merupakan sarana perjalanan yang diarahkan untuk mempermudah aksesibilitas untuk aktivitas sehari- hari seperti berjalan-
jalan, bersepeda, jual beli, dan lain sebagainya. Oleh karena itu konsep sirkulasi yang akan dibuat adalah jaringan sirkulasi yang dapat memudahkan pengguna beraktivitas. Konsep sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki/sepeda. Konsep sirkulasi ini pada intinya adalah tetap mempertahankan atau memperkuat struktur yang ada yaitu pergerakan kendaraan dua jalur dan dua arah dengan disertai usaha untuk menciptakan budaya jalan sehat dan hemat bahan bakar minyak maka direncanakan jalur pedestrian dan jalur sepeda. Konsep ini dibuat dengan tujuan demi kelancaran lalu lintas dengan mengubah konsep parkir on street menjadi off street dengan pembuatan kantongkantong parkir, dan peningkatan alternatif penyeberangan berupa jembatan penyeberangan. Konsep sirkulasi untuk kendaraan adalah pergerakan yang aman, nyaman, dan lancar dengan memanfaatkan sistem jalan yang telah ada. Sedangkan konsep sirkulasi untuk pejalan kaki/sepeda dikembangkan untuk pergerakan yang aman dan nyaman, dengan sistem yang kontinu, terpisah dari jalur kendaraan dengan lebar yang mencukupi dalam bentuk sirkulasi linier. Konsep ini akan disesuaikan dengan kondisi tapak (Gambar 30).
Konsep Fasilitas Jalan Fasilitas jalan meliputi tata informasi dan street furniture. Penempatan informasi seperti rambu lalu lintas, papan informasi, papan reklame, landmark kawasan; penempatan street furniture seperti tempat duduk, tempat sampah,
lampu penerangan, telepon umum, halte, tempat parkir, jembatan penyeberangan, dan sebagainya dimaksudkan agar fungsional, informatif dan estetik (Gambar 31 dan 32). Fasilitas jalan dibuat untuk memberikan kemudahan jangkauan, tidak mengganggu sirkulasi dan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Sedangkan dari segi estetik dimaksudkan agar tidak mengganggu visual jalan.
Gambar 31. Ilustrasi Lampu Lalu Lintas, Lampu Pedestrian dan Lampu PJU
Gambar 32. Ilustrasi Tempat Sampah, Bangku, dan Halte
Konsep Tata Hijau Konsep tata hijau yang dikembangkan meliputi tata hijau yang berfungsi untuk kenyamanan pengguna jalan, tata hijau penyangga, tata hijau untuk konservasi dan tata hijau estetis (Gambar 33). Tata hijau konservasi, yaitu tata hijau yang berfungsi untuk mempertahankan keberadaan perairan yang ada pada tapak yaitu sungai Ciliwung beserta anak sungainya dan Situ Pangarengan serta mencegah bagian tapak yang curam dari
bahaya erosi yang mungkin terjadi. Diharapkan ketersediaan air bagi kehidupan makhluk hidup di sekitar tapak tetap dapat tercukupi. Penggunaan vegetasi diarahkan dengan tanaman khas Depok yaitu berbagai tanaman buah seperti rambutan, lengkeng, duku, dan lain sebagainya. Tata hijau kenyamanan, yaitu tata hijau yang berfungsi untuk memberikan perlindungan dari terik matahari, mengurangi silau lampu kendaraan dan sinar matahari, serta mengurangi polusi (udara dan kebisingan) kendaraan dengan menggunakan tanaman dengan bentuk tajuk yang memberikan naungan seperti bentuk kubah atau menyebar (Gambar 34).
Gambar 34. Ilustrasi Penggunaan Vegetasi untuk Kenyamanan
Tata hijau penyangga yaitu tata hijau yang memisahkan badan jalan dengan lingkungan sekitarnya seperti pemukiman, perdagangan dan jasa. Tata hijau ini berfungsi meredam kebisingan terutama yang disebabkan oleh laju kendaraan dan adanya rencana jalan tol terhadap kawasan sekitarnya, serta mengurangi polusi dari kendaran yang melewati jalan (Gambar 35).
Gambar 35. Ilustrasi Penghijauan Sebagai Buffer Area Sumber : http://www.afcee.brooks.af.mil diakses tanggal 15 November 2005 Tata hijau estetika , yaitu tata hijau yang memberikan nilai estetik dan menandai
lokasi khusus sebagai penciri dan pemberi identitas seperti pada welcome area, area komersil, hunian, halte, persimpangan jalan, dan sebagainya (Gambar 36).
Kriteria tanaman yang digunakan pada bagian jalan dengan fungsi- fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.
Gambar 36. Ilustrasi Penggunaan Vegetasi Sebagai Estetika pada Lanskap Jalan
Tabel 19. Kriteria Tanaman pada Bagian-bagian Jalan No. 1.
Bagian Jalan Jalur hijau tepi jalan
2.
Median jalan
3.
Tanaman dalam blok kawasan komersial Tanaman dalam kawasan penghijauan
4.
Kriteria Tanaman Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, mampu bertahan saat musim kering, dan akarnya tidak merusak pondasi, pertumbuhannya relatif panjang serta mudah dipelihara. Semak/perdu, ground cover/tanaman penutup tanah, massa daun padat, mempunyai karakter yang bagus (bentuk tajuk, percabangan, massa daun, warna bunga dan daun), tahan terhadap sinar matahari dan angin, tidak menggugurkan daun, toleransi sedang-tinggi terhadap polusi udara, bertrikoma/berambut, tajuk tidak mengganggu lalu lintas, akar tidak merusak konstruksi jalan. Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, mudah dipelihara. Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, memiliki keragaman corak dan jenis, tahan terhadap kondisi cuaca, toleran terhadap polusi, mu dah dipelihara.
Penataan lanskap koridor jalan Ir. H. Juanda ini menggunakan unsur-unsur vegetasi yang sifatnya vertikal, solitaire, ornamental, maupun deciduous. Konsep lanskap tersebut secara garis besar akan diimplementasikan pada : §
Gerbang kawasan jalan Pada gerbang masuk-keluar kawasan didisain monumental dengan
vegetasi yang seragam. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan cakrawala atau horizon bentang alam pembuka yang memberikan citra kawasan koridor jalan sebagai kawasan penghijauan. §
Jalur utama jalan
Pada bagian utama jalan kawasan didisain dengan tanaman yang mengacu kepada kecepatan kendaraan pengguna jalan. Vegetasi yang direncanakan berupa pohon-pohon pengarah, yang selain deciduous juga solitaire. §
Ruang peralihan Yang dimaksud dengan ruang peralihan adalah ruang yang mempunyai
bentuk fisik yang berubah, antara lain ruang peralihan pada area antara elevasi tinggi dan rendah dan ruang peralihan pada belokan-belokan jalan. Sehingga pengendara dapat terarahkan. Berdasarkan kriteria tanaman tersebut maka tanaman yang dapat digunakan pada lanskap jalan disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Jenis Vegetasi yang Dapat Digunakan pada La nskap Jl. Ir. H. Juanda No.
Kriteria
Nama Lokal
1.
Vertikal
Bambu jepang, Glodogan bulat, Glodogan tiang,
2.
Palm Raja Evergreen/ Hujan mas, hijau Kayu putih,
3.
4. 5.
6.
Mahoni Glodogan bulat Cempaka Deciduous/ Flamboyan, berbunga Kecrutan, Bunga kupukupu, Oleander Solitaire/ Kayu putih, ornamental Bunga kupu-kupu Perdu Bougenvil,
Semak
Teh-tehan Soka Oleander
Nama Latin Bambusa vulgaris Polyalthea fragrans Polyalthea longifolia pendula Roystonea regia Cassia multijuga Melaleuca quinquenervia Swietenia mahogany Polyaltia fragrans Cananga odorata Delonix regia Spathodea campanulata Bauhinia purpurea Nerium oleander Melaleuca quinquenervia Bauhinia purpurea Bougainvillea spectabilis Acalypha macrophylla Ixora javanica Nerium oleander
Letak Penanaman Gerbang kawasan, ruang peralihan
Jalur utama jalan, ruang peralihan
Gerbang kawasan, jalur utama jalan, ruang peralihan Gerbang kawasan, ruang peralihan Gerbang kawasan, jalur utama jalan, ruang peralihan Gerbang kawasan, jalur utama jalan, ruang peralihan
Konsep perencanaan yang telah dikembangkan berdasarkan alternatif terpilih selanjutnya dikembangkan sebagai suatu rencana lanskap jalan.
Rencana Lanskap Rencana Ruang Sirkulasi Rencana ruang sirkulasi yang dikembangkan pada tapak merupakan kelanjutan dari penggunaan jalan yang telah ada. Ruang sirkulasi ini meliputi ruang pergerakan bagi kendaraan yaitu badan jalan dan bahu jalan (daerah manfaat jalan) dengan lebar 14 m untuk dua jalur kendaraan yang berada di sepanjang segmen jalan. Trotoar merupakan ruang khusus bagi pejalan kaki yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Ruang ini terdapat di sepanjang segmen jalan dengan lebar 1,8 m. Untuk perkerasan dipilih jenis konblok yang porous. Jalur sepeda merupakan ruang baru yang diciptakan dengan tujuan yang hampir sama. Jalur ini berada berdampingan dengan trotoar dan dibatasi dengan berm. Jalur sepeda yang dipilih adalah jalur sepeda Kelas I yang terpisah dari badan jalan. Lebar jalur sepeda 2,2 m menggunakan perkerasan dari jenis batu alam dan koral yang disusun rapi. Pada jembatan, trotoar dan jalur sepeda tidak dilengkapi berm dan jalur hijau dengan lebar menjadi 3 m (Gambar 42b). Sebagai pelengkap disediakan fasilitas berupa rambu lalu lintas, papan informasi, dan lainlain. Rencana Ruang Pelayanan Ruang pelayanan merupakan ruang yang direncanakan agar dapat mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dalam hal beristirahat, aktivitas sosial ekonomi, melihat pemandangan, dan sebagainya. Pada ruang ini disediakan tempat duduk yang berada di samping trotoar berjarak setiap 200 m di sepanjang jalan; area tanaman hias pada segmen Barat dan Timur; parkiran berjumlah 4 unit dengan luas 1000 m2 pada selatan segmen Tengah dan 50 m2 pada bagian utara. Pada segmen Timur bagian utara 1000 m2 dan bagian selatan 1125 m2 , dengan daya tampung lebih dari 20 kendaraan; stop area berupa shelter berjumlah 4 buah pada kawasan sekitar Situ Pangarengan. Fasilitas jalan lainnya seperti lampu pedestrian, tempat sampah, tempat penyeberangan dan tanaman peneduh sebagai fasilitas penambah kenyamanan (Gambar 40a, 43a).
Rencana Ruang Identitas Ruang identitas adalah ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan bagi siapa pun yang melalui jalan ini dan diharapkan dapat terus diingat. Ruang identitas ini terdiri dari dua sub ruang yaitu : Sub ruang penerimaan, merupakan ruang dengan fungsi penyambutan dan pelepasan, dimana pengguna jalan masuk dan keluar tapak sehingga kesan kuat dan menarik yang ditonjolkan. Identitas/landmark diperkuat melalui penataan tanaman maupun kombinasi antara tanaman dengan bentukan hardscape berupa tugu dan gerbang kota. Tugu selamat datang berlambang kota Depok tinggi 4 m terletak di tengah bundaran berdiameter 8 m pada simpang Margonda; gerbang penyambutan terletak di sisi jalan pada Simpang Cisalak dengan ketinggian 5 m. sedangkan melalui penataan tanaman yaitu dengan memanfaatkan tanaman dengan bentuk ornamental dengan tajuk piramidal yaitu Palm Raja pada welcome area Simpang Margonda, dan Glodogan tiang pada Simpang Cisalak (Gambar 39a). Sub ruang rekreasi, ruang ini terdapat pada tempat yang berpotensi dan memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai objek rekreasi baik secara fisik maupun visual. Tempat-tempat tersebut adalah ruang terbuka (pedestrian pocket park ) di segmen Barat-Timur, dan stop area Situ Pangarengan di segmen Tengah dan Timur. Lokasi dengan potensi rekreasi tersebut dikembangkan secara harmonis dengan lanskap jalannya, diharapkan memberikan identitas bagi lanskap jalan itu sendiri. Lokasi- lokasi tersebut diberi identitas dengan memberi bukaan view/vista dengan pemanfaatan tanaman tipe piramidal yakni pinus (Gambar 44a). Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau terdapat hampir di seluruh ruang yang direncanakan yaitu pada ruang penerimaan (Simpang Margonda dan Cisalak), jalur hijau pada median dan tepi jalan, penghijauan sekitar perairan dan sepanjang rencana jala n tol. Jalur hijau pada median dengan lebar tetap yaitu satu meter, jalur hijau tepi jalan diperlebar menjadi 1,5 m, dan daerah antara Jalan Ir. H. Juanda dengan rencana jalan tol akan dimaksimalkan sebagai kawasan penghijauan berupa
taman/hutan kota. Jalur-jalur hijau tersebut berada di sepanjang jalan kecuali pada daerah jembatan flyover. Tanaman sebagai peredam kebisingan ditempatkan secara berlapis pada daerah sepanjang sisi jalan (lebar 1,5 m) dan buffer untuk tol dan berjarak tanam rapat dengan keragaman jenis, bentuk, dan tinggi tanaman (kombinasi pohon, semak tinggi) serta pola penanaman yang diterapkan adalah massal, padat berjajar. Jenis tanaman yang digunakan yaitu bambu (Bambussa sp), pinus (Pinus merkusii L.), cemara angin (Casuarina equisetifolia), akalipa (Acalypha wilkesiana). Tata hijau pengarah menggunakan tanaman berkarakter formal dengan bentuk tajuk piramidal atau kolumnar untuk memberikan kesan vertikal dan ornamental, ditanam secara teratur dan linier dengan pola penanaman tunggal berjajar. Tanaman yang digunakan yaitu jenis cemara (Casuarina equisetifolia), pinus, glodogan tiang, dan Palm Raja. Jarak tanam yang diterapkan adalah 4-6 m. Tanaman pengarah diletakkan pada ruang penerimaan yaitu Simpang Margonda dengan tanaman Palm Raja dan Simpang Cisalak dengan penggunaan Glodogan tiang. Sementara di setiap pertemuan antar jalan serta di sekitar pemotongan jalan masuk blok kawasan disekitarnya digunakan tanaman pinus dan cemara. Selain sebagai pengarah, tanaman tersebut juga berfungsi sebagai penanda kawasan (Gambar 39b). Tanaman peneduh ditempatkan di sepanjang sisi jalan dengan lebar 1,5 m. Karakteristik pohon yang digunakan adalah bentuk tajuk kubah, bulat atau menyebar sehingga dapat mengurangi silau sinar matahari. Jenis vegetasi yang digunakan adalah mahoni (Swietenia mahogany) pada segmen Barat dan Timur, sedangkan cempaka (Cananga odorata) pada segmen Tengah, dengan jarak tanam 6-8 m. Tanaman pada median jalan sebagai barrier atau pembatas, penahan silau lampu kendaraan dan matahari serta sebagai penambah estetika. Tanaman semak dijaga ketinggiannya melalui tindakan pemangkasan agar tidak melebihi batas maksimal 1,1 m. Jenis vegetasi yang digunakan yaitu bunga mentega (Nerium oleander), bugenvil (Bougainvillea spectabilis), dan soka (Ixora javanica). Pola penanaman pada median dilakukan guna mengurangi kemonotonan melalui
perubahan pola penataan setiap 200 m, disesuaikan dengan kondisi di lapang. Pola penanaman yang diwujudkan yaitu bentuk padat berjajar. Penanaman dilakukan agak menjorok ke tengah dengan memperkirakan bahwa pertumbuhan tajuk tanaman tidak akan mengganggu pengguna jalan. Tanaman pada pulau lalu lintas berada pada Simpang Cisalak berjumlah 2 buah dengan luasan + 72 m2 . Disain tanaman dibuat mengelompok teratur sesuai luasan pulau. Tanaman yang digunakan adalah jenis semak (soka), penutup tanah (sutra Bombay/Portulaca sp.) dan lidah mertua (Sanseviera sp.). Rencana penanaman dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Rencana Penanaman Tata Hijau di sepanjang Jl. Ir. H. Juanda, Kota Depok. No. Fungsi Tata Hijau 1. Kenyamanan, estetika, penyangga
Lokasi Jalur utama jalan
Jenis Vegetasi Mahoni, cempaka.
Kenyamanan, estetika, penyangga Estetika, penyangga
Ruang peralihan Gerbang masuk kawasan
Pinus, cemara
4.
Estetika, kenyamanan
Median jalan
5.
Konservasi, penyangga
Sekitar jalan tol dan sungai
2. 3.
Glodogan tiang, Palm Raja, Semak/perdu yaitu lidah mertua, oleander, bugenvil dan soka. Bunga mentega, bugenvil, soka Berbagai tanaman buah, bambu, pinus, cemara.
Cara Penanaman Ditanam rapat dengan jarak tanam 6 m (mahoni dan cempaka). Ditanam dengan jarak tanam 4-5 m. Pohon ditanam tidak rapat, jarak tanam 4 m. Ditanam padat berjajar
Ditanam padat berjajar setiap 15 m, selang seling. Ditanam massal, rapat, berlapis. Untuk jalan tol ketebalan penanaman 50 ft.
Rencana Fasilitas Jalan Untuk mendukung fungsi tapak yang akan direncanakan maka perlu dilakukan rencana peletakan fasilitas/perabot jalan. Fasilitas tersebut meliputi tata informasi yaitu rambu lalu lintas, papan informasi, papan reklame, dan landmark kawasan; sedangkan untuk street furniture yaitu tempat duduk, tempat sampah, lampu penerangan, telepon umum, halte, tempat parkir, saluran drainase, pedestrian walk (jalur pedestrian dan jalur sepeda).
Tempat Dud uk Pemilihan tempat duduk pada tapak dilakukan berdasarkan kenyamanan, kesederhanaan bentuk, tinggi bangku 0,5-0,6 m, kesederhanaan detail, mudah dipelihara dan tahan terhadap vandalisme. Untuk segmen Barat (kawasan komersial) dipilih bahan stainless dengan disain bentukan pipa yang disusun menjadi bangku taman, tinggi bangku 0,6 m. Sementara segmen Tengah dan Timur digunakan bahan yang lebih sederhana yakni semen dengan tipe bangku persegi panjang. Penempatan bangku dibuat secara berkelompok (3 bangku) berada di sepanjang tepi pedestrian setiap 200 m di setiap segmennya disesuaikan dengan kondisi tapak (Tabel 22). Tabel 22. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk Pada Setiap Segmen Jalan 1.
Segmen Jalan Barat
2.
Tengah
+ 25 buah
3.
Timur
+ 15 buah
No.
Jumlah + 15 buah
Keterangan Lokasi Sepanjang segmen jalan, welcome area, kawasan komersial, kecuali sekitar Sungai Ciliwung dan jembatan flyover. Sepanjang segmen jalan, sekitar permukiman, kawasan komersial kecuali sekitar sungai Ciliwung dan anak sungainya Sepanjang segmen jalan, Situ Pangarengan, welcome area, kecuali sekitar Taman Pemakaman Umum Cisalak
Material Bahan Pipa stainless, disain modern Bahan semen, disain tradisional Bahan semen, disain tradisional
Tempat Sampah Tempat sampah yang direncanakan pada tapak dibagi menjadi dua yaitu tempat sampah organik dan anorganik dengan disain yang modern namun sesuai dengan karakter tapak, terbuat dari bahan sintetik tahan karat dengan tinggi 0,8 m dan lebar 0,6 m; diletakkan di sepanjang pedestrian pada jalur hijau, welcome area, dan halte dengan jarak peletakan tiap 100 m. Sehingga secara keseluruhan tempat sampah yang disediakan pada koridor jalan ini sebanyak + 40 buah. Peletakan tempat sampah pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pengguna jalan sehingga dapat berfungsi secara optimal. Lampu Penerangan pada tapak terutama pada jalan sangatlah penting, selain demi alasan keamanan juga agar pengguna jalan dapat mengetahui orientasi dengan
mudah. Pada tempat parkir digunakan lampu dengan tinggi 10 m dengan jenis lampu merkuri, sedangkan untuk pedestrian digunakan lampu dengan ketinggian 3,5 m dengan jenis lampu pijar atau neon/TL. Lampu pedestrian diletakkan di antara jalur pedestrian dan jalur sepeda tiap jarak 5 m, sedangkan lampu penerangan jalan diletakkan di median jalan tiap 50 m (Tabel 23). Tabel. 23. Jumlah Lampu Penerangan pada Segmen Jalan Ir. H. Juanda No.
Segmen
1. 2. 3.
Barat Tengah Timur
Jumlah Lampu Lokasi Pedestrian Jalan + 160 Di sepanjang tepian jalan, ditempatkan pada jalur + 400 80 hijau tepi jala n. + 200
Halte Halte yang direncanakan berfungsi sebagai tempat pemberhentian bis yang dibuat untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna halte. Halte diletakkan di setiap segmen kawasan, sesuai dengan sistem ya ng telah dibuat sebelumnya. Halte diletakkan pada jalur lay bay jalan, yaitu memberikan ruang lebih pada badan jalan sehingga tidak mengganggu lalu lintas kendaraan lainnya saat pengangkutan dan penaikan penumpang. Lay bay yang ada berjumlah 10 buah sehingga jumlah halte pemberhentian bis pada kawasan sebanyak 10 buah halte berukuran 2,5 x 6 m. Lay bay pada tapak menggunakan sistem yang telah ada, dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Lay bay
Tempat Parkir Pemilihan tipe parkir tergantung rencana sirkulasi dan jalan masuk dan keluar. Tempat parkir diwujudkan menyatu pada bangunan disekitar kawasan komersial atau pada bangunan publik lainnya, serta bangunan parkir yang berdiri sendiri berupa kantong-kantong parkir pada area sekitar buffer tol (segmen Timur) dan Situ (segmen Tengah) dengan luasan 50-1125 m2 . Tipe parkir yang dipilih adalah tipe 900 karena lebih efisien dalam pemanfaatan lahan dan kemudahan parkir bagi pengendara (Gambar 42a). Parkir dapat dicapai langsung dari jalan, namun unt uk mengurangi pemotongan/penurunan trotoar dianjurkan agar parkir antara kapling-kapling yang berdampingan digabungkan hingga cukup dilayani sepasang gerbang masuk lahan Pedestrian Walk Sistem jalur pejalan kaki dan sepeda pada tapak digabungkan dalam suatu pedestrian walk berada di sepanjang koridor jalan. Pada area ini juga ditempatkan rambu-rambu lalu lintas, utilitas (listrik, air bersih, saluran drainase) dengan ketentuan yaitu : 1. Jalur pedestrian dengan lebar yang direncanakan 1,8 m termasuk jalur untuk penyandang cacat. Namun pada bagian jembatan flyover lebar pedestrian direncanakan menjadi 2 m tanpa adanya jalur hijau. Tidak diperkenankan untuk kegiatan selain berjalan kaki. Jalur pedestrian pada kawasan komersial juga dapat memanfaatkan arcade dari bangunan agar tercipta kenyamanan pejalan kaki secara optimal. 2. Jalur sepeda yang terpisah dari badan jalan (Sirkulasi sepeda kelas I) dengan lebar 2,2 m untuk dua arah. 3. Pada bagian trotoar yang dibawahnya dilewati saluran drainase, pada setiap 10 m diberi lubang (manhole) untuk pemeliharaan dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka. 4. Rambu-rambu lalu lintas, tiang listrik, reklame dan pohon diletakkan di bagian tepi trotoar atau taman (jalur hijau bahu jalan) yang bersinggungan dengan jalan 5. Untuk menghubungkan pedestrian antara kawasan perumahan di sebelah Utara-Selatan yang terbelah jalan, disediakan jembatan penyeberangan
dengan lebar 2,5 m sebanyak 5 buah dan zebra cross sebanyak 2 buah setiap segmennya. Jalur sepeda yang direncanakan termasuk ke dalam klasifikasi Kelas I yaitu antara jalur pejalan kaki dan sepeda terdapat pada lokasi yang sama namun terpisah dari badan jalan. Sistem ini akan lebih aman dan nyaman, dengan adanya batas yang jelas berupa berm. Tempat parkir sepeda pun disediakan pada bagian halaman bangunan, dengan penempatan kerangka pengaman. Untuk perkerasannya pada jalur pedestrian digunakan paving konblok dengan warna terang (merah bata, biru), sedangkan untuk jalur sepeda digunakan perkerasan jenis step stone dipadukan dengan batu koral pada kedua sisinya (Gambar 42b). Saluran Drainase Tingginya curah hujan akan menimbulkan limpahan air hujan yang cukup tinggi terutama pada daerah yang memiliki topografi cukup curam. Adanya sungai Ciliwung beserta anak sungainya berfungsi sebagai saluran penampungan akhir. Sungai Ciliwung berfungsi menerima limpahan air dari kawasan Margonda dan sekitarnya. Bentuk saluran di sepanjang jalan ini adalah trapesium dengan lebar dimensi yang lebih besar yaitu 1,45 m mengingat saluran drainase jalan pada segmen ini menerima limpahan air hujan dari kawasan Margonda yang merupakan kawasan terbangun dan pada beberapa lokasi memiliki level muka tanah yang lebih tinggi. Outfall saluran pada Sungai Ciliwung dengan kemiringan lereng > 30% mengharuskan adanya banguna n terjunan, demikian pula dari arah Sungai Sugutamu. Plaza Plaza sebagai public open space pada tapak sebagian besar berupa halaman bangunan yang diorientasikan berada di sebelah selatan jalan di setiap segmen, dengan lebar 6-10 m. Pada malam hari plaza-plaza ini difungsikan untuk menampung kegiatan pedagang kaki lima (PKL) dengan menyediakan ruang di luar parkiran. Dengan pemanfaatan halaman gedung diharapkan dapat mencegah timbulnya PKL-PKL liar pada area pedestrian dan tepi jalan yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas. Selain itu perlu dibuat peraturan/tata tertib yang harus dipatuhi oleh para pedagang demi menjaga ketertiban dan kebersihan.
Stop area Stop area yang direncanakan berfungsi sebagai salah satu fasilitas pada tapak sebagai sarana untuk beristirahat dan menikmati pemandangan. Stop area terletak di pinggir jalan pada area sekitar sungai Ciliwung (segmen Barat) dan Situ Pangarengan (segmen Tengah dan Timur) dan beberapa ruang terbuka berupa taman/hutan kota pada segmen Barat dan Tengah. Stop area berupa shelter dengan panjang 4 m dan lebar 2,5 m, diletakkan sesuai kondisi pada tapak. Stop area pada kawasan Situ Pangarengan berjumlah 4 buah masing- masing 2 buah shelter di kedua sisi jalan (Gambar 42c). Point Interest/Tugu dan Gerbang Kota Tugu sebagai fasilitas penunjang yang diinginkan adalah yang bercirikan modern. Untuk menciptakan kesan monumental dari tugu, dilakukan perhitungan tinggi tugu yang direncanakan dan ruang yang tersedia. Menurut teori Camillo dalam Hakim (1993), manusia akan merasakan keagungan dalam ruang bila ruangan tersebut memiliki skala monumental D/H=2 dengan D adalah jarak dan H adalah tinggi objek (Gambar 38). Lokasi tugu berada di bundaran pada Simpang Margonda dengan diameter bundaran yang direncanakan adalah 8 m disesuaikan dengan kondisi di lapang. Sehingga untuk mendapatkan tugu dengan kesan monumental maka tinggi tugu minimal adalah 4 m. Sedangkan untuk gerbang kota ditempatkan pada Simpang Cisalak sebagai gerbang penyambutan menuju pusat Kota Depok. Gerbang ini diletakkan pada jarak 10 m dari mulut jalan, sehingga tinggi gerbang kota yang disarankan untuk mendapatkan kesan monumental adalah minimal 5 m (Gambar 44a).
H
D
Gambar 38. Pedoman Pembuatan Tugu dan Gerbang Kota
Papan Informasi dan Peringatan Papan informasi diletakkan pada welcome area dan median jalan yang berfungsi memberikan informasi tentang berbagai aktivitas yang ada di tapak dan menambah keindahan pada titik tertentu dengan jumlah yang sesuai. Papan peringatan diletakkan pada jalur pedestrian untuk membantu pengguna dari bahaya. Papan peringatan berupa “sepeda dilarang masuk”, “dilarang merusak taman”, “dilarang menghidupkan api” diletakkan di sepanjang jalur pipa gas setiap 200 m sesuai kondisi tapak. Tinggi papan yang direncanakan yaitu 1,2 m dari atas paving, sehingga jumlah papan peringatan yang disediakan berjumlah + 20 buah. Penempatan dan jumlah fasilitas jalan yang direncanakan disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Re ncana Penempatan Fasilitas Jalan N o.
Fasilitas Jalan
Lokasi
1. 2.
Lampu PJU Lampu pedestrian
3.
Bangku
4.
Tempat sampah
5.
Halte
6.
Tempat parkir
7.
Stop area
8.
Saluran drainase
9.
Papan peringatan
Median jalan, setiap 50 m Antara trotoar dan jalur sepeda, setiap 10 m Antara saluran drainase dan sempadan bangunan di sepanjang ruas jalan. Tipe berkelompok setiap 200 m. Sepanjang ruas jalan. Terletak di antara bangku dan halte bis, setiap 100 m. Pada jalur lay bay di sepanjang ruas jalan. Menyatu pada bangunan (di sempadan bangunan) dan kantong parkir di Segmen Tengah sekitar kawasan komersial dan Situ Pangarengan. Sebelah luar trotoar sekitar Situ Pangarengan. Sebelah luar trotoar sepanjang ruas jalan kecuali pada jembatan flyover. Sepanjang jalur pipa gas, setiap 200 m
Jumlah/Luasan 80 buah + 700 buah + 55 buah + 40 buah 20 buah 50-1125 m2
4 buah Lebar 1,45 m 20 buah
Rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda disajikan dalam Gambar 39-44 dan sketsa beberapa fasilitas jalan dapat dilihat pada Gambar 45.
102
B
Jalan
Pedestrian Jalur sepeda
Median
B`
Jalur hijau
Sempadan pipa gas Drainase
0 1
3 m
Gambar 33b. Potongan Simpang Margonda
A
A`
Gambar 33a. Potongan Area Tugu
0 1
2,6,7
3m
3,4,5
Rencana Jalan Tol
B
2,6,7
A A` B` Kawasan Terbangun
1,3,4,9
6,7
2,6,7
Judul Tugas
LEGENDA Simbol Gambar
Pohon
Jembatan penyeberangan
Lampu pedestrian Tempat duduk Tempat sampah
Sungai dan Situ Mobil Area tanaman hias/kios Semak rendah
PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Simbol Angka Halte
Tugu
Area terbangun Lampu PJU Parkir
Jembatan flyover
1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pengarah 3. Tanaman penyerap polusi udara 4. Tanaman peredam bising 5. Tanaman konservasi 6. Tanaman identitas 7. Tanaman estetika 8. Tanaman pembatas 9. Tanaman penahan silau
Disusun Oleh :
Judul Gambar
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
(Bagian 1)
Orientasi
Paraf
No. Gambar
U
INKE RESUNDA A 34201012 Disetujui Oleh :
SITE PLAN SEGMEN BARAT
Tanggal disetujui
DR. IR. NIZAR NASRULLAH, MAGR NIP 131 578 792
33
104
D
Pedestrian
Jalan
Median
Jalur hijau
D`
Jalur sepeda
Sempadan pipa gas Drainase
0 1
Gambar 35a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 1
Jalan Drainase
E`
Bus
Median
3m
E
0 1
3m
Gambar 35b. Potongan Halte 7,8,9 3,4,5
1,3,4,9
Rencana Jalan Tol
D E E` D` Kawasan Terbangun
3,4,5
2,6,7
Judul Tugas
LEGENDA Simbol Gambar Halte Pohon
Lampu pedestrian Tempat duduk Tempat sampah
Sungai dan Situ Mobil Area tanaman hias/kios Semak rendah
PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Simbol Angka Jembatan penyeberangan
Tugu
Area terbangun Lampu PJU Parkir
Jembatan flyover
1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pengarah 3. Tanaman penyerap polusi udara 4. Tanaman peredam bising 5. Tanaman konservasi 6. Tanaman identitas 7. Tanaman estetika 8. Tanaman pembatas 9. Tanaman penahan silau
Disusun Oleh :
Judul Gambar
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
(Bagian 1)
Orientasi
U
INKE RESUNDA A 34201012 Disetujui Oleh :
SITE PLAN SEGMEN TENGAH
Tanggal disetujui
DR. IR. NIZAR NASRULLAH, MAGR NIP 131 578 792
Paraf
No. Gambar
35
106
Jalan
G
Pedestrian Jalur sepeda
Median
G`
Jalur hijau
Sempadan pipa gas Drainase
Gambar 37a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 2 0 1
3,4,5
2,6,7
1,3,4,9
3m
2,6,7
7,8,9
Rencana Jalan Tol
G
G` Kawasan Terbangun
Judul Tugas
LEGENDA
Tanggal disetujui
Orientasi
U
Simbol Gambar
Simbol Angka Halte Jembatan penyeberangan
Pohon
Lampu pedestrian Tempat duduk Tempat sampah
Sungai dan Situ Mobil Area tanaman hias/kios Semak rendah
Disusun Oleh :
PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK
Tugu
Area terbangun Lampu PJU Parkir
Jembatan flyover
1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pengarah 3. Tanaman penyerap polusi udara 4. Tanaman peredam bising 5. Tanaman konservasi 6. Tanaman identitas 7. Tanaman estetika 8. Tanaman pembatas 9. Tanaman penahan silau
Judul Gambar
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
INKE RESUNDA A 34201012 Disetujui Oleh :
SITE PLAN SEGMEN TIMUR (Bagian 1)
DR. IR. NIZAR NASRULLAH, MAGR NIP 131 578 792
Paraf
No. Gambar
37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jalan Ir. H. Juanda merupakan jalan dengan fungsi kolektor primer yaitu sebagai jalan penghubung antara wilayah Barat dan Timur Kota Depok. Jalan ini melewati kawasan permukiman dan terutama menghubungkan antara pusat kota Depok (Jalan Margonda Raya) dan perbatasannya (Jalan Raya Bogor-Jakarta), ditambah adanya rencana pembangunan jalan tol yang terletak berdampingan dengan jalan ini dengan jalan Ir. H. Juanda, menyebabkan perlunya dilakukan perencanaan lanskap agar tercipta kawasan koridor jalan yang aman, nyaman, beridentitas dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dalam perencanaan lanskapnya, dilandasi pada konsep menciptakan koridaor jalan yang aman, nyaman dan menyenangkan maka daerah milik jalan (damija) yang semula berdimensi lebar 21,8 m dilebarkan menjadi 31 m meliputi badan jalan dan median (15 m), trotoar (1,8 m), jalur sepeda (2,2 m), dan saluran drainase (1,45 m). Melihat potensi tapak, ruang yang ada, kebutuhan pengguna dan lingkungan maka ruang yang direncanakan pada tapak terdiri dari ruang sirkulasi (32,6%/6 Ha), ruang penyangga/konservasi (36,4%/6,7 Ha), ruang pelayanan (22,8%/4,2 Ha) dan ruang identitas (8,2%/1,5 Ha). Suasana nyaman diciptakan melalui penataan tanaman dan fasilitas penunjang. Vegetasi di sekitar perairan dengan topografi curam dengan memanfaatkan tanaman jenis bambu, aneka tanaman buah, pinus dan cemara. Di sepanjang jalur hijau tepi jalan antara badan jalan dan trotoar ditanam jenis pohon yaitu mahoni (segmen Barat dan Timur) dan tanjung (segmen Tengah). Sedangkan vegetasi estetik sebagai pengarah dan penanda dengan menggunakan pohon jenis Palem Raja, glodogan tiang, pinus dan cemara, sedangkan tipe semak/perdu yaitu oleander, soka Hawai dan bugenvil. Sebelah utara jalan lebih difungsikan sebagai kawasan hijau untuk buffer sedangkan kawasan sebelah selatan jalan lebih diarahkan sebagai kawasan terbangun. Fasilitas jalan yang disediakan seperti tempat sampah, lampu penerangan, tempat duduk, halte dan sebagainya ditempatkan sebagai pemenuhan pelayanan bagi pengguna jalan dan masyarakat. Hardscape pada lanskap jalan Ir H Juanda dibuat dengan disain perpaduan antara modern dan tradisional dengan konsep yang simpel namun tetap
menarik dan fungsional melalui pemilihan materia l yang tahan lama dan adopsi bentukan pipa dalam disain elemen-elemennya sebagai pemberi ciri khas kawasan jalan yang dilalui oleh jalur pipa gas.
Saran Setelah dilakukan studi mengenai perencanaan lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok, diperlukan pengkajian mengenai dampak adanya jalan tol terhadap fungsi kawasan sekitar. Selain itu juga perlu dilakukan perencanaan lebih mendalam terhadap peruntukkan kawasan sekitar daerah milik jalan, agar sesuai dan harmonis dengan konsep jalan yang telah dibuat. Stud i mengenai pengembangan lokasi yang berpotensi sebagai obyek rekreasi seperti Situ Pangarengan dan Sungai Ciliwung, dan pengembangan jalur pedestrian dan sepeda dalam kota. Agar lanskap tetap indah dan sesuai tujuannya maka segi pemeliharaan juga harus menjadi perhatian.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Form Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. DJUANDA, KOTA DEPOK OLEH : INKE RESUNDA NIM A34201012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP, FAKULTAS PERTANIAN, IPB DATA RESPONDEN Usia :…………………………………………………………………………………… Jenis Kelamin :…………………………………………………………………………………… Pekerjaan :…………………………………………………………………………………… Pendidikan terakhir:………………………………………………………………………………….. Alamat :…………………………………………………………………………………… Kuisioner ini adalah upaya mahasiswa untuk mengetahui keinginan masyarakat terhadap pengembangan jalan Ir. H. Djuanda, Depok agar dapat memberikan kenyamanan dalam penggunaannya. 1. Apa yang Anda harapkan dari pembangunan jalan Ir. H. Djuanda tersebut? a. mempermudah akses transportasi b. memberikan lapangan kerja c. jalan menjadi lebih teduh dan nyaman d. kondisi sekitar jalan lebih teratur e. (lainnya sebutkan)..........……………………………………………………………… f. 2. Fasilitas seperti apa yang anda inginkan untuk tersedia di jalan tersebut? A. Tempat sampah ? bentuk : a. tunggal terbuka b. tunggal tertutup c. ganda terbuka d. ganda tertutup ? model : a. tradisional b. modern B. Lampu penerangan ? bentuk : a. lampu tunggal b. lampu ganda ? model : a. tradisional b. modern C. Trotoar ? bentuk : a. pola geometris b. pola organik D. Telepon umum ? bentuk : a. tunggal b. ganda ? model : a. terbuka b. tertutup E. Halte ? model : a. tradisional b. modern F. Papan informasi ? model : a. tradisional b. modern G. Jalur hijau ? bentuk : a. pola geometris b. pola organik ? letak : a. median jalan b. antara trotoar-jalan c. antara trotoar-drainase d. diluar jalan H. Tanaman pada median jalan ? bentuk : a. pola geometris b. pola linier/lurus I. Lainnya sebutkan……………………………………………………………………………. 3. Apakah perlu dibuat pagar pembatas antara trotoar dengan badan jalan? perlu/tidak perlu Perlu, alasan……………………………………………………………………………… Tidak perlu, alasan………………………………………………………………………… 4. Jika perlu, bentuk pagar pembatas seperti apa? a. dinding masif b. pagar kawat c. pagar tanaman
d. lainnya sebutkan……………………………………………………………………… 5. Jenis tanaman apa yang anda inginkan untuk penghijauan jalan?(jawaban boleh lebih dari satu) No
Jenis Tanaman
a. b. c. d. e.
Pohon besar Pohon kecil Semak tinggi Semak rendah Ground cover
Jalur Hijau Bunga Tidak
Median Jalan Bunga Tidak
Pembatas Bunga Tidak
6. Saluran drainase seperti apa yang anda inginkan?(pilih salah satu) a. Saluran terbuka b. Saluran tertutup c. Kombinasi d. Tidak perlu 7. Jaringan utilitas (listrik dan telepon) bagaimana yang anda inginkan?(pilih salah satu) a. di atas tanah. Alasan………………………………………………………………… b. di bawah tanah. Alasan……………………………………………………………… 8. Apa bentuk keterlibatan yang anda lakukan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Ikut serta dalam usaha pembangunan jalan b. Ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan c. Tidak merusak jalan dan sarananya d. Membantu mencegah orang lain melakukan perusakan e. Lainnya sebutkan………………………………………………………………………
Lampiran 2. Jumlah Bangunan Menurut Fungsi di Kawasan Perencanaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Fungsi Bangunan Rumah tinggal Ruko Toko Warung Gudang Mesjid Kesehatan Sekolah Kantor Pabrik Jumlah
Jumlah
(%)
336 44 9 6 4 7 1 7 1 1 416
80,77 10,58 2,16 1,44 0,96 1,68 0,24 1,68 0,24 0,24 100
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2003
Jumlah Bangunan Menurut Jenis di Kawasan Perencanaan No Jenis 1. Permanen 2. Semi permanen 3. Temporer Jumlah
Jumlah 369 40 7 416
(%) 88,70 9,62 1,68 100
Sumber : Hasil Survei Lapang Tahun 2003
Jumlah Bangunan Menurut Kondisi di Kawasan Perencanaan No Kondisi Jumlah 1 Baik 143 2. Sedang 235 3. Buruk 38 Jumlah 416
(%) 34,38 56,49 9,13 100
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2003
Jumlah Bangunan Menurut Sempadan Bangunan di Kawasan Perencanaan No Sempadan Jumlah (%) 1. <1 259 62,26 2. 1-2 35 8,41 3. 3-4 21 5,05 4. 5-10 89 21,39 5. >10 12 2,88 Jumlah 416 100 Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2003
Lampiran 3. Volume Lalu lintas Jl. Ir. H. Juanda Periode Jam Sibuk Arah Margonda kend smp
Waktu
Arah Bogor kend smp
Total Dua Arah kend smp
Pagi 06,00-06,15 1716 813,37 568 310,08 06,15-06,30 1837 851,13 769 416,09 06,30-06,45 1934 874,73 886 477,34 06,45-07,00 2029 915,2 1096 567,48 07,00-07,15 1981 612,1 1105 564,2 07,15-07,30 1891 891,43 1116 578,68 07,30-07,45 1767 857,44 1171 590,03 07,45-08,00 1586 807,01 1074 559,23 08,00-08,15 1431 754,63 1054 560,02 Siang 09,00-09,15 1168 691,91 892 501,77 09,15-09,30 1129 672,7 885 514,52 09,30-09,45 1040 617,36 945 550,99 09,45-10,00 1000 595,71 955 549,14 10,00-10,15 1002 597,23 992 573,38 Sore 15,00-15,15 823 489,63 1302 751,45 15,15-15,30 920 537,7 1371 780,34 15,30-15,45 1027 579,78 1449 798,24 15,45-16,00 1040 588,32 1533 825,87 16,00-16,15 1080 605,91 1614 843,37 16,15-16,30 1064 596,07 1658 849,41 16,30-16,45 961 529,8 1628 820,67 16,45-17,00 911 506,75 1564 765,21 17,15-17,30 810 447,64 1433 705,24 17,30-17,45 840 474,43 1471 729,05 17,45-18,00 826 475,25 1464 743,55 18,00-18,15 799 466,8 1405 718,26 Sumber : Traffic counting Dinas LLAJ Kota Depok, 2004
2284 2606 2820 3125 3086 3007 2938 2660 2485
1123,45 1267,22 1352,07 1482,68 1476,3 1470,11 1447,47 1366,24 1314,65
2060 2014 1985 1955 1994
1193,68 1187,22 1168,35 1144,85 1170,61
2125 2291 2476 2573 2694 2722 2589 2475 2243 2311 2290 2204
1241,08 1318,04 1378,02 1414,19 1449,28 1445,48 1350,47 1271,96 1152,88 1203,48 1218,8 1185,06
Grafik Fluktuasi Volume Kendaraan per Jam Jl. Ir. H. Juanda Kota Depok 4500 4000 3500 total dua arah
2500
arah bogor
2000
arah margonda
1500 1000 500 0 06 ,00 -0 06 6,1 ,30 5 -06 07 ,4 ,00 5 -07 07 ,1 ,30 5 -0 08 7,45 ,00 -0 09 8,15 ,15 -0 09 9,30 ,45 -1 15 0,0 ,00 0 -15 15 ,15 ,30 -1 16 5,45 ,00 -1 16 6,15 ,30 -1 17 6,45 ,15 -1 17 7,30 ,45 -18 ,00
volume
3000
waktu (per jam)
Lampiran 4. Beberapa Sifat Fisik Tanah di Daerah Studi No. Sifat fisik tanah Pedon P1 Pedom P2 Pedon P3 1. 2.
Kedalaman solum 220 (cm) Warna tanah : Horizon A 5YR 3/4 Horizon B 5YR 4/4-4/6
Pedon P4
310
210
180
5YR 4/4 5YR 4/6
5YR 3/4 5YR 4/4-4/6
2.5YR 3/4 2.5YR 4/4 5YR 4/6
3.
Tekstur tanah : Horizon A Liat Liat Liat Horizon B Liat Liat Liat 4. Struktur : Horizon A Sb, m, 2 Sb, m, 2 Sb, m, 2 Horizon B Sb, m-c, 2-3 Sb, m, 2 Sb, m, 2 5. Permeabilitas (cm/jam) Horizon A 2,62 5,74 0,15 Horizon B 3,46 3,80 0,68 6. Konsistensi tanah : Horizon A Gembur Gembur Teguh Horizon B Teguh Teguh Teguh 7. Air tersedia (%) Horizon A 20,7 23,4 16,5 Horizon B 12,6 15,1 20,2 Sumber : AMDAL Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok, 2002
Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah di Daerah Studi Pedon P2 Jenis Analisa 0-30 cm 30-60 cm N Total (%) 0,18 0,09 C-Organik (%) 0,28 0,48 P Bray 1 (ppm) 0,8 0,3 KTK (me/100 g) 21,23 36,80 K-dd (me/100 g) 0,08 0,05 Ca-dd (me/100 g) 1,29 1,12 Mg-dd (me/100 g) 0,96 1,01 Na-dd (me/100 g) 0,17 0,13 KB (%) 1,18 6,3 Al (me/100 g) pH H2 O 5,50 5,60 pH KCl 4,50 4,50
Liat Liat Sb, m, 2 Sb, m, 2 0,80 0,02 Gembur Teguh 17,0 11,0
Pedon 3 0-30 cm 30-60 cm 0,05 0,02 0,88 0,32 4,2 6,4 31,61 31,23 0,06 0,10 1,25 0,41 0,60 0,33 0,13 0,23 6,5 3,1
Sumber : AMDAL Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok, 2002
5,00 3,80
5,00 3,80
Lampiran 6. Spesies Tanaman dengan Nilai APTI/Air Pollution Tolerance Index (Singh et al., 1991) Nama Jenis APTI Pohon deciduous Albizzia lebbek Benth. Cassia fistula L. Zizyphus jujube Lamk. Azadirachta indica A. Juss. Phyllanthus distichus Muell-Arg. Bambusa bambos Rotz. Ficus religiosa L. Sapindus mukorossi Gaertn. Psidium guajava L. Bambax ceiba L. Phyllanthus emblica L. Tamarindus indica L. Anthocephalus cadamba Miq. Cordial myxa L. Moringa oleifera Lam. Morus alba L. Aegle marmelos Corres. Feronia elephamthum Correa. Madhuca indica J. F. Gmet. Butea frondosa Roxb. Delonix regia Rafin. Tectona grandis L. Dilbergia sissoo Roxb. Pohon evergreen Pithecellobium dulce Benth. Ficus Bengalensis L. Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. Polyalthea longifolia Benth. Ficus glomerata Roxb. Ficus infectoria Roxb. Nerium odorum Sol. Terminalia arjuna Bedd. Acacia arabica Willd. Eucalyptus citriodora Hook. Mangifera indica L. Alstonia acholaris R. Br. Annona squamosa L. Eugenia jambolana Lamk. Grewis tiliaefolia Vahl. Artocarpus heterophylla Lam. Nyctanthea arbor-tristis Forst. Casuarinas equisetifolia L. Litchi chinensis Sonner. Semak Bougainvillea spectabilis Willd. Calotropis gigantes Alt. Hort. Poinsettia pulcherrima R. Grah. Ricinus communis L. Calotropis procera Alt. Hort. Duranta plumieri Jacq. Citrus lemon (L.) Burm. F. Lantana indica Roxb. Murraya exotica L.
32 28 25 22 22 21 20 19 18 16 14 14 13 12 12 12 9 9 9 7 7 6 5 24 19 19 18 18 16 16 16 15 12 12 10 10 10 10 9 8 7 5 30 27 24 21 19 16 15 14 14
Lagerstroemia parviflora Roxb. Rosa indica L. Musa sapientum L. Carissa carandus L.
12 12 8 4 Herba
Catharanthus roseus G. Don. Argemone mexicana L. Croton sparsiflorus Morong. Ageratum conyzoides L. Clerodendron infortunatum L. Phyllanthus niruri L. Cyanodon dactylus L. Ipomoea fistulosa Mart. Leucas sapera Spr. Euphorbia hirta L. Ocimum basilicum L. Dichanthium annulatum Forsk. Ocimum sanctum L. Chrozophora rottleri A. Juss.
26 23 23 19 18 18 15 15 15 14 14 12 12 4