Perencanaan Laba Berdasarkan Analisis Biaya Volume Laba Pada CV Jarwo Tirta Murni Di Samarinda
Dini Septiantoro (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Muawarman
Rande Samben Fakultas Ekonomi Universitas Muawarman
Set Asmapane Fakultas Ekonomi Universitas Muawarman
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa perencanaan laba yang dilakukan dengan menaikkan harga jual guna memenuhi target laba yang diinginkan oleh CV Jarwo Tirta Murni. Penelitian ini dilakukan menggunakan analisis biaya volume laba. Harga pada tahun 2011 untuk jenis kemasan gelas Rp 17.000 dan kemasan galon Rp 15.000.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dengan menaikkan harga jual produk sebesar 10% dari harga jual tahun 2011, CV Jarwo Tirta Murni dapat mencapai peningkatan laba sebesar 84,33% dari laba tahun 2011. Kata kunci:
Cost Volume Profit Analysis, Analisis Biaya Volume Laba, Biaya, Volume Penjualan, Laba.
Abstrak The purpose of this study is to investigate and analyze the profit planning is done by raising selling prices in order to meet earnings targets desired by CV Jarwo Tirta Murni. The research was conducted using Cost Volume Profit Analysis. Price in 2011 for the type of glass packaging Rp17,000 and gallons packaging Rp15,000. The results of this study indicate that by 2012 by increasing the selling price of 10% of the sale price in 2011, CV Jarwo Tirta Murni able to gain a profit of 84.33% of earnings in 2011. Keyword:
Cost Volume Profit Analysis, Cost, Volume Of Sale, Profit.
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terlepas dari kebutuhan Air minum. Air minum adalah kebutuhan yang tidak dapat digantikan karna air minum adalah penunjang kehidupan manusia. Tuntutan akan air minum terus meningkat karena kegiatan manusia yang selalu dinamis memerlukan sesuatu yang mudah dan instant serta cepat terpenuhi. Salah satu solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan air minum siap konsumsi adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Dewasa ini Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah banyak diperjual belikan dan tentunya dalam kemasan dan merek yang berbeda, sehingga bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sangat berkembang dan maju sesuai dengan perkembangan zaman. Ada berberapa perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang ada di Samarinda salah satunya adalah CV Jarwo Tirta Murni. Nama merk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang diproduksi CV. Jarwo Tirta Murni adalah “Ancless” dengan 2 jenis kemasanya yaitu kemasan gelas dan gallon. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) perusahaan perlu menambah jumlah persediaan barang yang diproduksi dan alatalat transportasi untuk mendistribusikan produk serta kebutuhan-kebutuhan lain untuk menjalankan perusahaan secara berkesinambungan. Oleh karena itu untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya perusahaan membutuhkan modal. Untuk memenuhi kebutuhan modal, salah satunya caranya adalah dengan meningkatkan pendapatan (laba). Pihak perusahaan berencana untuk menaikkan harga jual produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek “Ancless” sebesar 10% dari harga jual tahun 2011. Perencanaan laba yang dibuat perusahaan CV Jarwo Tirta Murni dengan menaikkan harga jual produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek “Ancless” sebesar 10% dari tahun 2011 diharapkan dapat mencapai target laba yang diinginkan dimasa yang akan datang, yaitu laba mengalami peningkatan laba sebesar 20% dari laba pada tahun 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah dengan menaikan harga jual produk sebesar 10% dari harga jual tahun 2011, CV Jarwo Tirta Murni dapat mencapai peningkatan laba sebesar 20% dari laba tahun 2011?”. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa perencanaan laba yang dilakukan dengan menaikkan harga jual guna memenuhi target laba yang diinginkan oleh CV Jarwo Tirta Murni.
2
II. Tinjauan Teoritis A. Dasar Teoritis Analisis Biaya Volume Laba Ada banyak pendapat para ahli-ahli akuntansi tentang analisis Biaya Volume Laba.berberapa diantaranya antara lain adalah sebagai berikut. Garisson, Noreen dan Brewer (2006:334) memberikan pendapat tentang Analisis BiayaVolume-Laba sebagai berikut: “Analisis Biaya Volume Laba (Cost Volume Provit ―CVP) adalah satu dari berberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah. Alat ini membantu mereka memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba dalam organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antar lima elemen, yaitu sebagai berikut: 1. Harga produk. 2. Volume atau tingkat aktivitas. 3. Biaya variabel per unit. 4. Total biaya tetap. 5. Bauran produk yang dijual”. Karena analisis Biaya Volume Laba membantu manajer mengerti hubungan timbal balik antar Biaya Volume Laba, alat ini sangat penting dalam berbagai keputusan bisnis. Sebagai contoh keputusan-keputusan ini mencakup produk apa yang harus diproduksi dan dijual, kebijakan apa yang harus dijalankan, strategi pemasaran apa yang harus digunakan, dan struktur biaya apa yang digunakan. Artinya analisis Biaya Volume Laba (BVL) adalah alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen perusahaan karena mencakup keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga.seperti yang dikemukakan oleh Garisson, Noreen dan Brewer (2006:334) sebagai berikut: “Analisis Biaya Volume Laba menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis Biaya Volume Laba dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya”. Hansen dan Mowen (2005:274) memberikan pendapat bahwa “Analisis Biaya Volume Laba bisa digunakan untuk mengatasi banyak isu, seperti jumlah yang harus dijual untuk mencapai titik impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba”. Analisis Biaya Volume Laba sering kali diartikan sebagai analisis titik impas (break even point). Hal ini sangat disayangkan karena analisis titik impas (break even point) hanyalah salah satu elemen dalam analisis Biaya Volume Laba. Analisis titik impas merupakan elemen yang cukup penting karena analisis titik impas ini adalah element yang paling mudah untuk diterapkan dan dimengerti pada perusahaan. Oleh karena itu analisis yang digunakan penulis dalam merencanakan laba perusahaan CV Jarwo Tirta Murni adalah dengan menggunakan analisis Break Event Point yang digunakan untuk mengetahui volume penjualan minimum agar tidak menderita kerugian bagi perusahaan terutama dalam hubungannya dengan naik turunnya omset penjualan. 3
Perhitungan perencanaan laba dengan menggunakan analisis Break Even Point mempunyai hubungan erat dengan analisis Biaya, Volume,dan Laba. Analisis Break Event Point berperan dalam hal memberikan informasi pada pihak manjemen sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba dimasa yang akan datang.Perencanaan laba ini mencakup Break event point dan target laba yang diinginkan atau Contribution Margin. Karena target dari perusahaan meminimumkan biaya dan memaksimalkan laba. Aplikasi Dan Penerapan Analisis Biaya Volume Laba Ada berberapa aplikasi penerapan dari konsep Analisis Biaya Volume Laba menurut Garisson, Noreen dan Brewer (2006:335) yaitu : a. Perubahan dalam biaya tetap dan volume penjualan penjualan Penjualan peningkatan Persentase saat ini dengan penjualan anggaran tambahan iklan Penjualan Rp XXX Rp XXX Rp XXX 100% Dikurang beban (Rp XXX) (Rp XXX) (Rp XXX) (XXX%) variabel Margin kontribsi Rp XXX Rp XXX Rp XXX XXX% Dikurangi beban (Rp XXX) (Rp XXX) (Rp XXX) tetap Laba bersih Rp XXX Rp XXX Rp XXX Sumber : Garisson, Noreen dan Brewer, Modifikasi (2006:330) b. Perubahan dalam biaya variabel dan volume penjualan Total margin yang diharapkan : jumlah produk x harga Rp xxx Total margin kontribusi saat ini : Jumlah produk x harga (Rp xxx) Peningkatan marginkontribusi Rp xxx Sumber : Garisson, Noreen dan Brewer, Modifikasi (2006:331) c. Perubahan dalam biaya tetap, harga jual, dan volume penjualan Penjualan saat ini
Penjualan yang diharapkan total Per unit total Per unit Perbedaan Penjualan Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Beban variabel (Rp xxx) (Rp xxx) (Rp xxx) (Rp xxx) (Rp xxx) Margin kontribusi Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Beban tetap (Rp xxx) (Rp xxx) (Rp xxx) Laba bersih Rp xxx Rp xxx Rp xxx Sumber : Garisson, Noreen dan Brewer, Modifikasi (2006:332)
4
d. Perubahan dalam harga jual regular Biaya variabel per unit Rp xxx Laba yang diharapkan per unit : Laba yang diinginkan/unit Rp xxx Harga yang diberkan per unit Rp xxx Sumber : Garisson, Noreen dan Brewer, Modifikasi (2006:333) Break even point Analisa break even point merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Dengan analisis ini perusahaan dapat mengambil kebijakan atau langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka mencapai perolehan laba yang diharapkan. Analisa break even point adalah cara untuk mengetahui berapa volume penjualan yang harus dipertahankan, agar perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak memperoleh laba atau dengan kata lain, seluruh penghasilan yang diperoleh sama dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan didalam memproduksi barang dan jasa. Selanjutnya berberapa ahli memberikan pengertian analisis break even point yang dirangkai dengan berbagai asumsi di dalam penerapannya. Dwi Prastowo Darminto dan Aji Suryo (2002:96) mendefinisikan “Analisis Titik Impas (Break Even Point Analysis) adalah tehnik analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tertentu”. Untuk dapat menentukan tingkat Break even point, maka biaya yang terjadi harus dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.berdasarkan kombinasi produk (produk mix) tertentu maka menggunakan rumus yang dikembangkan oleh S. Munawir (2000:189) sebagai berikut :
Margin Kontribusi Hansen dan Mowen (2005:277) berpendapat “Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel”. Kamarudin Ahmad (2005:56) menjelaskan keputusan-keputusan atau masalah-masalah yang dapat diselesaikan dangan memperhatikan Cotribution Margin (CM), antara lain sebagai berikut : a. “Menutup atau meneruskan segmen atau bagian tertentu degan merumuskan melihat CM saja dapat diambil keputusan pertama, CM yang positif akan 5
menguntungkanperusahaan secara keseluruhan, jika fix costnya tanggungan bersama. b. Jika alternatif penutupan suatu segmen atau bagian itu dilakukan dan dilakukan alternatif lain, maka keputusannya pun hanya membandingkan CM saja. c. Dalam analisis joint cost dengan joint product, keputusannya hanya membandingkan harga jual baru dikurangihargajual lama dengan CM (yaitu biaya proses lanjutan) sudah dapat diambil keputusan. d. Tidak memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit dan lebih efisien terutama dalam analisis break even point”. Kamaruddin Ahmad (2005:57) menyebutkan bahwa ada dua jenis kontribusi yaitu: a. Margin kontribusi dalam unit : Margin Contribusi Per Unit = harga jual per unit – biaya variabel per unit b. Margin kontribusi dalam persen Margin Contribusi (persen) = harga jual (persen) – biaya variabel (persen) Atau Margin Contribusi = Forecast Penjualan Forecast (ramalan) penjualan merupakan alat untuk menentukan potensi penjualan dan luas pasar yang dikuasai mendatang. Forecast ini dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik forecasting, termasuk pengecekan apakah teknik yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Dengan mengumpulkan, menggunakan dan menganalisa data-data historis serta mengintepretasikan peristiwa-peristiwa dimasa mendatang maka forecast penjualan dapat dibuat Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri (2003:147) menyatakan bahwa “forecast penjualan adalah proyek teknik dari pada permintaan langganan potensial untuk suatu waktu tertentu dengan berbagai asumsi”. Untuk ramalan penjualan, menurut Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri (2003:159) dapat dihitung dengan metode Least Square dengan menggunakan persamaan regresi yaitu : Y = a + bX Dari persamaan diatas maka diperoleh formulasi persamaan: a =
N
b =
6
B. Kerangka Konsep Dalam hal ini, kerangka konsep yang dipakai penulis dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini : Teori 1. Akuntansi Manajemen 2. Akuntansi Biaya
CV. Jarwo Tirta Murni
Analisis Biaya, Volume, dan Laba
Perencanaan Laba
Rumusan Masalah “Apakah dengan menaikan harga jual produk sebesar 10% dari harga jual tahun 2011, CV Jarwo Tirta Murni dapat mencapai peningkatan laba sebesar 20% dari laba tahun 2011?”
Alat Analisis Analisis Biaya Volume Laba dengan Metode Break Even Hasil Analisis
Gambar 1. Kerangka Pikir III. Metode Penelitian A. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk membatasi studi sehingga dengan pembatasan tersebut akan mempermudah penulis dalam pengelolaan data yang kemudian menjadi kesimpulan. Dengan bertitik tolak dari rumusan masalah, maka diperlukan definisi operasional. Definisi operasional yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut : a.
b.
c.
Perencanaan laba yaitu rencana meningkatkan laba selama tahun 2012 sebesar 20% dari tahun 2011. Cara yang digunakan adalah dengan cara menaikkan harga jual poduk air minum dalam kemasan sebesar 10% dari tahun 2011. Biaya yang dibebankan oleh perusahaan CV Jarwo Tirta Murni pada penjualan produk yang terdiri dari : 1. Biaya tetap 2. Biaya variabel 3. Biaya semi variabel (semi variable cost) Volume adalah tingkat aktivitas perusahaan, baik produksi maupun penjualan yang dinyatakan dalam banyaknya satuan. Volume yang dihitung adalah volume yang dilakukan perusahaan CV Jarwo Tirta Murni yang terjadi sepanjang tahun 2011 serta volume yang diperkirakan terjadi pada tahun 2012. 7
d. e. f.
g. h.
Laba adalah laba sebelum pajak yaitu selisih lebih antara pendapatan dengan biaya yang berasal dari transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan CV Jarwo Tirta Murni. Penjualan adalah aktifitas penjualan barang dagang yang dilakukan perusahaan sebagai kegiatan utama perusahaan selama tahun 2011. Produk yang dihasilkan perusahaan dan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah air minum dalam kemasan yang terdiri dari dua jenis kemasan yaitu air minum dalam kemasan gelas dan air minum dalam kemasan galon. Analisis Biaya Volume Laba adalah analisis yang menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga jual. Forecast penjualan adalah ramalan penjualan produk yang akan terjadi pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2012.
B. Rincian Data Yang Diperlukan agar dapat membantu mendukung pembahasan-pembahasan pembahasan masalah yang akan dikemukakan, maka peneliti memerlukan data-data yang akan di ambil dari objek penelitian pada perusahaan CV Jarwo Tirta Murni di Samarinda yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Struktur organisasi dan gambaran umum perusahaan. Laporan jenis produk dan harga produk air minum dalam kemasan tahun 2011. Laporan Penjualan air minum dalam kemasan periode 2011. Biaya tetap dan biaya variabel produk air minum dalam kemasan tahun 2011. Laporan Laba Rugi produk air minum dalam kemasan tahun 2011. Serta data-data lain yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
C. Metode Pengumpulan Data Salah satu faktor pendukung yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada teknik pengumpulan data yang di perlukan, artinya apakah teknik yang dipakai telah tepat atau tidak didalam mengungkapkan atau mendapatkan data seperti yang diharapkan. Untuk mendapatkan data tersebut, maka diperlukan adanya metode tertentu dalam pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian lapangan ( field work research) Yaitu suatu metode dengan melakukan peninjauan ke objek yang diteliti, guna memperoleh data yang diperlukan yaitu data primer. Dalam penelitian data primer penulis menggunakan tiga metode yaitu : a. Pengamatan (observasi) Mengadakan pengamatan secara langsung, yang berkaitan dengan objek yang diteliti b. Wawancara ( interview) Mengadakan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan karyawan yang terlibat dalam objek penelitian. c. Dokumentasi Mengumpulkan data dari perusahaan yang dilakukan dengan melihat berbagai dokumen yang diperlukan untuk menunjang penelitian. 8
2. Penelitian (library research) Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan membaca berbagai literatur, Laporan ilmiah serta karya tulis yang ada hubungannya dengan penelitian ini. IV. Analisis dan Pembahasan A. Analisis Data Analisis Biaya Volume Laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal (hanya satu produk). Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Untuk menjawab permasalahan dan menganalisis Biaya, Volume, dan Laba yang digunakan adalah analisis Biaya Volume Laba. CV Jarwo Tirta Murni menjual lebih dari satu produk air minum dalam kemasan yaitu kemasan gelas dan kemasan galon maka analisis Biaya Volume Laba menggunakan analisis multi produk. Untuk memudahkan analisis biaya-biaya yang telah dikeluarkan pada penjualan produk air minum dalam kemasan dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel kemudian terhadap biaya semi variabel kemudian terhadap biaya semi variabel dipisahkan menjadi dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan persamaan linier (garis lurus) yang dinyatakan oleh Abdul Halim dan Bambang Supomo (2005: 22-23) dengan vormulasi sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y = Biaya Total X = Volume Kegiatan a = Biaya Tetap Total b = Biaya Variabel per unit Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa alokasi biaya bersama pada tiap produk air minum dalam kemasan menggunakan metode nilai jual relatif yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Alokasi biaya bersama dengan metode jumlah produksi Relatif Jenis Kemasan
1
Volume Penjualan Produk (Unit) 2
Volume Air Per Produk (Rp)
Total Volume AMDK (2) X (3)
Persentase Nilai Jual (4) : Total
Alokasi Biaya Bersama (5) x By.Bersama
(Rp)
Nilai Jual 5
(Rp) 6
3
Total Sumber : Mulyadi, Modifikasi (2005:361) Skema yang digunakan dalam analisis Biaya Volume Laba adalah sebagai berikut :
9
Tabel 2. Skema Analisis CVP Multi Produk Uraian Penjualan Produk Biaya Variabel
Produk A Rp. XXX (Rp. XXX) Rp. XXX
Produk B Rp. XXX (Rp. XXX)
Total Rp. XXX (Rp. XXX)
Margin Kontribusi Rp. XXX Rp. XXX Biaya Tetap Rp. XXX Laba Sebelum Pajak Rp. XXX Sumber : Abdul Halim dan Bambang Supomo, Modifikasi (2005:22) Rumus yang digunakan penulis berdasarkan Abdul Halim & Bambang Supomo (2005:159) dalam menentukan Margin Kontribusi yaitu sebagai berikut :
Untuk dapat menentukan tingkat Break Even Point, maka biaya yang terjadi harus dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan kombinasi produk (produk mix) maka menggunakan rumus yang dikembangkan oleh S. Munawir (2004:189),sebagai berikut :
Sedangkan menurut Abdul Halim dan Bambang supomo (2005:51) untuk mencari Break Even Point dalam unit terlebih dahulu harus dihitung biaya variabel produk dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
Kemudian menghitung,
Untuk ramalan penjualan, menurut Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri (2003:159) dapat dihitung dengan metode Least Square dengan menggunakan persamaan regresi yaitu : Y = a + bX Dari persamaan diatas maka diperoleh formulasi persamaan: a =
N
b =
10
XY
Skema perbandingan yang digunakan dalam analisis Biaya, Volume dan Laba adalah sebagai berikut : Tabel 3. Skema perbandingan Analisis CVP Sebelum Setelah Uraian kenaikan kenaikan Selisih harga harga Penjualan Produk Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Biaya Variabel (Rp. XXX) (Rp. (Rp. XXX) XXX) Margin Kontribusi Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Biaya Tetap (Rp. XXX) (Rp. (Rp. XXX) XXX) Laba Sebelum Pajak Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Sumber : Garisson, Noreen dan Brewer, Modifikasi (2006:333) Persentase kenaikan laba dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
B. Pembahasan 4.3. Analisis Dari data yang diperoleh mengenai penjualan masing-masing produk AMDK merek Ancless pada CV Jarwo Tirta Murni dari awal Januari hingga akhir Desember 2011, dapat dilihat adanya variasi penjualan yang berbeda-beda selama periode tersebut. Adapun penjualan masing-masing produk selama tahun 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Penjualan masing-masing produk selama tahun 2011 Jenis Kemasan
Unit
Kemasan Gelas 47,427 Kemasan Galon 27,364 Total 74,791 Sumber : CV. Jarwo Tirta Murni 2011
Liter Kemasan 10.56 18
Total Liter 500,829 492,552 993,381
Adapun jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses produksi seperti yang terdapat dalam laporan laba rugi yang dipisahkan antara biaya tetap, biaya variable, dan biaya semivariabel.
11
Berikut adalah tabel rekapitulasi biaya-biaya yang dikeluarkan selama tahun 2011. Tabel 5. Biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap penjualan produk selama tahun 2011 No Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total 1 Biaya gaji karyawan Rp108,000,000 Rp108,000,000 2 Biaya penyusutan bangunan Rp 60,000,000 Rp 60,000,000 3 biaya peny. peralatan kantor Rp 6,250,000 Rp 6,250,000 4 Biaya peny. mesin kemas Rp 8,900,000 Rp 8,900,000 5 Biaya penyusutan mesin air Rp 28,500,000 Rp 28,500,000 6 Biaya penyusutan kendaraan Rp 32,700,000 Rp 32,700,000 7 Biaya lain-lain Rp 2,690,000 Rp 2,690,000 8 Biaya transportasi Rp 10,378,000 Rp 10,378,000 Biaya perawatan mesin kemas 9 Rp 2,600,000 Rp 2,600,000 10 Biaya perawatan mesin air Rp 11,700,000 Rp 11,700,000 11 Biaya perawatan kendaraan Rp 7,111,500 Rp 7,111,500 12 Biaya bahan penolong gelas Rp419,445,000 Rp419,445,000 13 Biaya bahan penolong gallon Rp 19,155,000 Rp 19,155,000 14 Biaya listrik Rp 1,976,400 Rp 2,315,470 Rp 4,291,870 15 Biaya air Rp 4,890,017 Rp 4,890,017 16 Biaya telepon Rp 780,000 Rp 457,312 Rp 1,237,312 Jumlah Rp249,796,400 Rp478,052,299 Rp727,848,699 Sumber :Data Diolah 2012 Alokasi Biaya Bersama Per Jenis Kemasan Untuk mengetahui alokasi biaya per jenis Kemasan, maka digunakan rumus alokasi biaya bersama dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Biaya bersama untuk biaya gaji karyawan Diketahui bahwa biaya gaji karyawan selama tahun 2011 sebelum dialokasikan adalah sebesar Rp 108,000,000 Tabel 6. Tabel penghitungan Alokasi biaya bersama Jenis
Volume
Volume Air
Kemasan
Penjualan Produk (Unit) 2 47,427 27,364 74,791
Per Produk (Rp)
1 Gelas Galon Total
3 10.56 18
Total Volume AMDK (2) X (3) (Rp) 4 500,829 492,552 993,381
Persentase
Alokasi
Nilai Jual (4) : Total Nilai Jual 5 50.42% 49.58% 100%
Biaya Bersama (5)X By. Bersama (Rp) 6 xxx xxx xxx
Sumber :Data Diolah Pada penghitungan menurut table di atas, maka dapat diketahui alokasi biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan, baik biaya variabel maupun biaya tetap penjualan produk AMDK merek Ancless selama tahun 2011 sebagai berikut : 12
Tabel 7. Alokasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Per Jenis Kemasan Tahun 2011 Keterangan Biaya Tetap: a. Biaya gaji karyawan b. Biaya penyusutan bangunan c. Biaya peny. peralatan kantor d. Biaya penyusutan mesin kemas e. Biaya penyusutan mesin air f. Biaya penyusutan kendaraan g. Biaya lain-lain h. Biaya listrik i. Biaya telepon Jumlah Biaya Tetap Biaya Variabel : a. Biaya transportasi b. Biaya perawatan mesin kemas c. Biaya perawatan mesin air d. Biaya perawatan kendaraan e. Biaya bahan penolong gelas f. Biaya bahan penolong gallon g. Biaya listrik h. Biaya air i. Biaya telepon Jumlah Biaya Variabel Sumber :Data Diolah
Kemasan Gelas
Kemasan Galon
Total
Rp 54,449,943 Rp 30,249,968 Rp 3,151,038
Rp 53,550,057 Rp 29,750,032 Rp 3,098,962
Rp 108,000,000 Rp 60,000,000 Rp 6,250,000
Rp
Rp
Rp
4,487,079
4,412,921
8,900,000
Rp 4,368,735 Rp 6,486,233 Rp 1,356,207 Rp 996,434 Rp 393,250 Rp125,938,886
Rp 14,131,265 Rp 16,213,767 Rp 1,333,793 Rp 979,966 Rp 386,750 Rp123,857,514
Rp 28,500,000 Rp 32,700,000 Rp 2,690,000 Rp 1,976,400 Rp 780,000 Rp 249,796,400
Rp 5,232,236 Rp 1,338,057 Rp 5,898,744 Rp 3,585,377 Rp419,445,000
Rp Rp Rp Rp
5,145,764 1,289,168 5,801,256 3,526,123
Rp Rp Rp Rp Rp
19,155,000 1,148,088 2,424,636 226,751 38,716,786
Rp 10,378,000 Rp 2,600,000 Rp 11,700,000 Rp 7,111,500 Rp 419,445,000 Rp 19,155,000 Rp 2,315,470 Rp 4,890,017 Rp 457,312 Rp 478,052,299
Rp 1,167,382 Rp 2,465,381 Rp 230,561 Rp439,362,738
Perhitungan Break Even Point Pada Tahun 2011 Dengan diadakan pemisahan biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi yang terjadi selama tahun 2011 ke dalam biaya tetap dan biaya variabel sebagai berikut : a. Biaya Tetap ........................ Rp 249,796,400 b. Biaya Variabel .................... Rp 478,106,299 Perhitungan penjualan produk per jenis kemasan adalah hasil perkalian dari jumlah volume penjualanproduk yang terjual dengan tarif penjualan masing-masing jenis kemasan. Tabel 8.Perhitungan Penjualan Produk Per Jenis Kemasan Tahun 2011 Tarif Produk Yang Penghasilan Jenis Kemasan Penjualan Terjual (Unit) Penjualan Produk Produk Kemasan Gelas
47,427
Rp 17000
Rp
806,259,000
Kemasan Galon
27,364
Rp15000
Rp
410,460,000
Rp
1,216,719,000
Jumlah Penghasilan Penjualan Produk Sumber :Data Diolah 13
Sehingga untuk melakukan perhitungan Analisis Biaya Volume Laba, maka penulis menggunakan metode margin kontribusi dengan analisa multi produk sebagai berikut : Tabel 9.Tabel Analisis Multi Produk Tahun 2011 Uraian Penjualan Produk Biaya Variabel Margin Kontribusi Biaya Tetap Laba Sebelum Pajak Sumber :Data Diolah
Kemasan Gelas Rp 806,259,000 Rp 439,335,513 Rp 366,923,487 Rp 125,938,886 Rp 240,984,601
Kemasan Galon Rp 410,460,000 Rp 38,716,786 Rp 371,743,214 Rp 123,857,514 Rp 247,885,700
Total Rp 1,216,719,000 Rp 478,052,299 Rp 738,666,701 Rp 249,796,400 Rp 488,870,301
orecast Volume Penjualan AMDK Merek “Ancless” Pada Tahun 2012 Forecast Volume Penjualan AMDK merek “Ancless” untuk masing masing jenis produk pada tahun 2012 dapat dihitunng dengan menggunakan metode least square seperti tabel dibawah ini : Tabel 10. Perhitungan Forecast Volume Penjualan AMDK Merek “Ancless” Jenis Kemasan Gelas Tahun 2012 Bulan
Y
X
YX
X2
Januari Februari
3,435 2,392
-11 -9
-37785 -21528
121 81
Maret
2,193
-7
-15351
49
April
3,070
-5
-15350
25
Mei
3,270
-3
-9810
9
Juni
4,006
-1
-4006
1
Juli
4,409
1
4,409
1
Agustus
3,716
3
11,148
9
September
4,673
5
23,365
25
Oktober
4,999
7
34,993
49
November
5,646
9
50,814
81
Desember
5,618
11
61,798
121
Jumlah 47,427 Sumber :Data Diolah
0
82,697
572
Y = a + bX a =
b =
N
=
47.427 12
=
3.952
=
82.697 572
=
145
14
Jadi persamaan garis trend untuk peramalan volume penjualan AMDK merek “Ancless” jenis kemasan gelas adalah : Y = 3.952 + 145X Dengan adanya persamaan diatas maka dapat diketahui volume penjualan AMDK merek “Ancless” jenis kemasan gelas untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 11. Perhitungan Forecast Volume Penjualan AMDK Merek “Ancless” Jenis Kemasan Galon Tahun 2012 Bulan
Y
X
YX
X
Januari
1,844
-11
-20284
121
Februari
1,778
-9
-16002
81
Maret
2,187
-7
-15309
49
April
2,114
-5
-10570
25
Mei
2,398
-3
-7194
9
Juni
2,161
-1
-2161
1
Juli
2,278
1
2,278
1
Agustus
2,383
3
7,149
9
September
2,532
5
12,660
25
Oktober
2,619
7
18,333
49
November
2,670
9
24,030
81
Desember
2,720
11
29,920
121
27,684
-
22,850
572
Jumlah Sumber :Data Diolah Y = a + bX a =
b =
N
=
27.684 12
=
2.307
=
22.580 572
=
0,825
Jadi persamaan garis trend untuk peramalan volume penjualan AMDK merek “Ancless” jenis kemasan galon adalah : Y = 2.307+ 0,825X
15
Tabel 12. Forecast Volume Penjualan AMDK Merek “Ancless” Tahun 2012 Bulan Januari Februari Maret
Gelas 5,832 6,121 6,410
Galon 2,318 2,319 2,321
April
6,699
2,323
Mei
6,988
2,324
Juni
7,277
2,326
Juli
7,567
2,328
Agustus
7,856
2,329
September
8,145
2,331
Oktober
8,434
2,333
November
8,723
2,334
Desember
9,012
2,336
89,065
27,922
Jumlah Sumber :Data Diolah
Selanjutnya dengan Forecast volume penjualan AMDK merek “Ancless” yang didapat untuk tahun 2012 (selama 12 bulan), dilakukan peningkatan harga jual AMDK merek “Ancless” untuk masing-masing jenis kemasan sebesar 10% sebagai berikut : Tabel 13. Peningkatan Harga AMDK Merek “Ancless” Tahun 2012 Jenis Kemasan Harga Jual 2011 Gelas Rp17.000 Galon Rp15.000 Sumber :Data Diolah
Harga Jual 2012 Rp18.700 Rp16.500
Dengan demikian dapat dihitung penghasilan penjualan AMDK merek “Ancless” per jenis kemasan selama tahun 2012 sebagai berikut : Tabel 14. Peningkatan Penjualan AMDK Merek “Ancless” Tahun 2012 Produk Yang Terjual Tarif Penjualan Jenis Kemasan (Unit) Produk Kemasan Gelas 89,065 Rp 18,700.00 Kemasan Galon 27,922 Rp 16,500.00 Jumlah Penghasilan Penjualan Produk Sumber :Data Diolah
16
Penghasilan Penjualan Produk Rp1,665,508,962 Rp 460,708,237 Rp2,126,217,198
Perhitungan Laba Untuk Tahun 2012 Setelah menghitung peramalan volume penjualan, maka dapat diketahui pada tabel 4.32 bahwa volume penjualan AMDK merek “Ancless” per jenis kemasan pada tahun mengalami peningkatan dengan perhitungan sebagai berikut : Volume penjualan =
Penjualan tahun 2012- Penjualan tahun 2011 Penjualan tahun 2011
Gelas =
Rp1,665,508,962 - Rp806,259,000 Rp 806,259,000
X 100% =107%
Galon =
Rp 460,708,237 - Rp 410,460,000 Rp 410,460,000
X 100% = 12%
X 100%
Dengan adanya peningkatan volume penjualan kamar pada tahun 2012, maka biaya variabelnya pun akan meningkat dari tahun sebelumnya dan biaya tetapnya akan selalu sama dengan tahun sebelumnya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbandingan biaya variabel tahun 2011 dari tahun 2012 terhadap AMDK merek “Ancless” per jenis kemasan. Tabel 15. Peningkatan Biaya Variabel AMDK Merek “Ancless” Tahun 2012 Jenis Kemasan Gelas Galon Jumlah Sumber :Data Diolah
Biaya Variabel Tahun 2011 Rp 439,335,513 Rp 38,716,786 Rp 478,052,299
Biaya Variabel Tahun 2012 Rp 907,546,129 Rp 43,456,469 Rp 951,002,597
Karena akan dilakukan peningkatan mutu air minum berupa penambahan oksigen plus perusahaan berencana membeli ozone generator (alat untuk mengikat oksigen pada air) seharga Rp 190.000.000 dengan perkiraan masa pemakaian 10 tahun maka biaya penyusutan selama tahun 2012 adalah Rp 19.000.000 dengan biaya perawatan sebesar Rp 3.200.000 per tahun. Perhitungan biaya variabel tambahan dan biaya tetap tambahan berupa biaya penyusutan ozone generator, biaya perawatan ozone generator dan biaya listrik ozone generator dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Biaya bersama untuk biaya penyusutan ozone generator Diketahui bahwa biaya penyusutan ozone generator sebelum dialokasikan adalah sebesar Rp 19,000,000
17
Tabel 16. Alokasi biaya bersama untuk biaya penyusutan ozone generator Jenis
Volume
Volume Air
Kemasan
Penjualan Per Produk Produk (Rp) (Unit) 1 2 3 Gelas 89,065 10.56 Galon 27,922 18 Total 116,986 Sumber : Data Diolah
Total Volume AMDK (2) X (3) (Rp) 4 940,523 502,591 1,443,114
Persentase
Alokasi
Nilai Jual (4) : Total Nilai Jual 5 65.17% 34.83% 100%
Biaya Bersama (5)X By. Bersama (Rp) 6 12,382,901 6,617,099 19,000,000
2. Biaya bersama untuk biaya perawatan ozone generator Diketahui bahwa biaya perawatan ozone generator sebelum dialokasikan adalah sebesar Rp 3,200,000 Tabel 17. Alokasi biaya bersama untuk biaya perawatan ozone generator Jenis
Volume
Kemasan Penjualan Produk 1 Gelas Galon Total
Per Produk
Total Volume AMDK (2) X (3)
(Rp)
(Rp)
(4) : Total
4 940,523 502,591 1,443,114
Nilai Jual 5 65.17% 34.83% 100%
Volume Air
(Unit) 2 3 89,065 10.56 27,922 18 116,986 Sumber : Data Diolah
Persentase
Alokasi
Nilai Jual
Biaya Bersama (5)X By. Bersama (Rp) 6 Rp 2,085,541 Rp 1,114,459 Rp 3,200,000
3. Biaya bersama untuk biaya listrik ozone generator Diketahui bahwa biaya listrik ozone generator sebelum dialokasikan adalah sebesar Rp 2.106.288 Tabel 18. Alokasi biaya bersama untuk biaya listrik ozone generator Jenis Kemasan
Volume
Volume Air
Penjualan Per Produk Produk (Rp) (Unit) 1 2 3 Gelas 89,065 10.56 Galon 27,922 18 Total 116,986 Sumber : Data Diolah
Total Volume AMDK (2) X (3) (Rp) 4 940,523 502,591 1,443,114
18
Persentase
Alokasi
Nilai Jual (4) : Total Nilai Jual 5 65.17% 34.83% 100%
Biaya Bersama (5)X By. Bersama (Rp) 6 1,372,734 733,554 2,106,288
Setelah dilakukan perhitungan biaya bersama untuk biaya penyusutan mesin ozone generator, biaya perawatan mesin ozone generator dan biaya listrik ozone generator, maka dapat dihitung jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk tahun 2012. Untuk melakukan perhitungan Analisis Biaya Volume Laba 2012, maka penulis menggunakan metode Margin Kontribusi dengan Analisis Multi Produk sebagai berikut : Tabel 19. Perbandingan Analisis Biaya Volume Laba (BVL) sebelum dan setelah adanya kenaikan Uraian Penjualan Produk Biaya Variabel Margin Kontribusi Biaya Tetap Laba Sebelum Pajak Sumber : Data Diolah
Sebelum Setelah kenaikan kenaikan harga harga Rp1,216,719,000 Rp2,126,217,198 Rp 478,052,299 Rp 956,308,885 Rp 738,666,701 Rp1,169,908,313 Rp 249,796,400 Rp 268,796,400 Rp 488,870,301 Rp 901,111,913
Selisih Rp 909,498,198 Rp 478,256,586 Rp 431,241,612 Rp 19,000,000 Rp 412,241,612
Persentase kenaikan laba dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
=84,33%
4.4. Pembahasan Dari hasil analisis dan penelitian yang didapat pada perusahaan CV Jarwo Tirta Murni Samarinda,maka dapat diketahui bahwa sebelum melakukan perhitungan analisis Biaya Volume Laba, terlebih dahulu harus mengklasifikasikan seluruh biaya yang dikeluarkan kedalam 2 unsur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian biaya tersebut dialokasikan ke masing-masing kamar dengan menggunakan metode alokasi biaya bersama yaitu metode jumlah produksi relative. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV Jarwo Tirta Murni Samarinda selama tahun 2011 untuk produksi dan penjualan AMDK merek “Ancless” adalah sebesar Rp 249.796.400 yaitu terdiri dari biaya gaji karyawan sebesar Rp108.000.000, biaya penyusutan bangunan Rp60.000.000, biaya penyusutan peralatan kantor Rp6.250.000, biaya penyusutan mesin kemas sebesar Rp8.900.000, biaya penyusutan mesin air sebesar Rp28.500.000, biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp32.700.000, biaya lain-lain sebesar Rp570.000, biaya listrik tetap sebesar Rp1.976.400, dan biaya telepon tetap sebesar Rp780.000 serta biaya variabelnya sebesar Rp478.052.299 dengan rincian biaya transportasi sebesar Rp10.378.000, biaya perawatan mesin kemas sebesar Rp2.600.000, biaya perawatan mesin air sebesar 19
Rp11.700.000, biaya perawatan kendaraan sebesar Rp7.111.500, biaya bahan penolong gelas sebesar Rp419.445.000, biaya bahan penolong galon sebesar Rp19.115.000, biaya listrik variabel sebesar Rp2.315.470, biaya air variabel sebesar Rp4.890.017, dan biaya telepon variabel sebesar Rp457.312. Hasil penjualan unit selama tahun 2011 untuk AMDK merek “Ancless” jenis kemasan gelas sebanyak 47.427 dus dan untuk AMDK merek “Ancless” kemasan galon sebanyak 27.364 galon. Hasil penjualan total selama tahun 2011 untuk jenis kemasan gelas sebesar Rp806.259.000 dan untuk jenis kemasan galon sebesar Rp410.460.000. Break Even Point pada tahun 2011 untuk AMDK merek “Ancless” jenis kemasan gelas berada pada Rp276.731.699 atau 16.278 dus, sedangkan untuk AMDK merek “Ancless” jenis kemasan galon berada pada Rp136.757.185 atau 9.117 galon. Perencanaan laba yang dilakukan perusahaan CV Jarwo Tirta Murni adalah dengan menaikan harga jual produk AMDK merek “Ancless” sebesar 10% yaitu untuk jenis kemasan gelas dari harga Rp17.000 menjadi Rp18.700 dan untuk jenis kemasan gallon dari harga Rp15.000 menjadi Rp16.500. Berdasarkan analisis perhitungan penghasilan penjualan tahun 2012 dengan menaikan harga jual adalah sebesar Rp901.111.913 dengan persentase kenaikan laba sebesar 84,33% Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya,maka penulis mengemukakan bahwa CV Jarwo Tirta Murni dapat mencapai target laba yang diinginkan yaitu laba mengalami peningkatan sebesar 20% dari laba tahun sebelumnya dengan menaikan harga jual AMDK merek “Ancless” per jenis kemasan sebesar 10% dapat diterima. V. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan menggunakan Analisis Biaya Volume Laba, dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 penjualan produk berada pada total penjualan sebesar Rp1.216.719.000. Hal ini menunjukkan bahwa posisi CV Jarwo Tirta Murni dalam keadaan aman diatas Break Even Point. 2. Perubahan yang terjadi pada harga jual produk AMDK merek “ancless” per jenis kemasan untuk tahun 2012 menyebabkan perubahan pada besarnya laba yang diperoleh dan tingkat Break Even Pointnya. CV Jarwo Tirta Murni menaikkan harga jual produk AMDK merek “ancless” per jenis kemasan sebesar 10% yaitu untuk jenis kemasan gelas dari harga Rp17.000 menjadi Rp18.700, untuk jenis kemasan galon dari harga Rp15.000 menjadi Rp16.500 dan menetapkan target laba yang diinginkan mencapai peningkatan laba sebesar 20% dari laba tahun 2011. Dengan menaikan harga jual tersebut menyebabkan besarnya laba yang akan diperoleh untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp901.111.913 yaitu kenaikannya adalah sebesar 84,33% dari laba tahun 2011.
20
B. Saran Berikut ini penulis memaparkan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan bersifat membangun bagi pihak manajemen CV Jarwo Tirta Murni Samarinda maupun bagi pihak manajemen perusahaan yang lain, yaitu : 1. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan Analisis Biaya Volume Laba dapat diketahui hasil Break Even Point maka hendaknya pihak manajemen CV Jarwo Tirta Murni Samarinda dapat mengimbangi peningkatan penjualan dengan meningkatkan kapasitas pelayanan terhadap konsumen, serta melakukan efisiensi biaya-biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi kualitas produk untuk melindungi posisi laba agar tidak menderita kerugian. 2. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan Analisis Biaya Volume Laba dapat diketahui bahwa dengan meningkatkan harga jual produk AMDK merek “Ancless” per jenis kemasan, maka CV Jarwo Tirta Murni dapat memperoleh laba lebih tinggi dari laba tahun sebelumnya. Sehingga pihak manajemen CV Jarwo Tirta Murni dapat mempertimbangkan untuk mengambil keputusan yang tepat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Bamang Supomo. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi 1. Cetak Kesebelas. BPFE. Yogyakarta. Ahmad,Kamarudin. 2005. Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Managerial, Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. Darminto, Dwi Prastowo, dan Aji Suryo. 2002. Analisis Keuangan Hotel, ANDI. Yogyakarta. Garison, Noreen, Brewer. 2006. Managerial Accounting, Edisi Kesebelas. Salemba Empat. Jakarta. Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri. 2003. Anggaran Perusahaan, BPFE. Yogyakarta. Hansen dan Mowen. 2005. Management Accounting, Edisi Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta. Jusup, Al Haryono. 2003. Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Keenam. Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi, YKPN. Yogyakarta. LM Samryn. 2002. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetak Pertama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Sadeli, Lili M. dan Bedjo Siswanto. 2004. Akuntansi Manajemen Sistem, Proses dan Pemecahan Soal. Bumi Aksara. Jakarta.
22