Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERBASIS PANGAN LOKAL : PERSPEKTIF PEJABAT DAERAH DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA (Food Consumpt ion Diversif icat ion Accel erat ion based on Local Food : Local St akehol ders Perspect ives and St r at egies t o Achieve) Draj at Mart iant o1*, Dodik Briawan 1, Mewa Ariani 2, dan Nit a Yulianis3 1*
Alamat Korespondensi: Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: draj at _mart iant o@yahoo. com 1 Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor 16680. 2 Kepala Balai Pengkaj ian dan Penerapan Teknologi Propinsi Bant en 3 St af Badan Ket ahanan Pangan, Depart emen Pert anian RI
ABST RACT
Unt il t he year of 2008, Indonesia’ s f ood consumpt ion qual it y has not met it s ideal pat t er n yet as shown by DDP (Desir abl e Diet ar y Pat t er n) Scor e 81. 9 and t he dominat ion of r ice consumpt ion up t o 64.1%. The gover nment of Indonesia’ s ef f or t t o accel er at e f ood consumpt ion diver sif icat ion r equir es coor dinat ion and good pr epar at ion of al l r el at ed st akehol der s. Theref or e t he aims of t his st udy wer e t o assess t he per cept ions of t he key per sons at t he l ocal gover nment r egar ding t he f ood consumpt ion diversif icat ion pr ogr am and t o anal yze t he st r at egy pr ior it y in achieving t he accel er at ion pr ogr am. This r esear ch was car r ied out in March t o December 2008 and used a cr oss sect ional st udy. Survey was done in t hr ee pr ovinces which r epresent t he dif f erences of f ood consumpt ion pat t er n. In each pr ovince, t went y head of f icers at t he l ocal gover nment pur posivel y sel ect ed wer e assessed about t heir per cept ion. The per cept ion dat a was measur ed by Liker t scal e and anal yzed by t he t r ends using per cent s and mode score. The st r at egy pr ior it y was measur ed by AHP (Anal yt ical Hier ar chy Pr ocess) met hod. This r esear ch shows t hat t her e ar e var iat ions among st akehol der s in t he t hr ee pr ovinces r anging “ f rom poor t o good” in per ceivi ng t he concept and appl icat ion of f ood consumpt ion diver sif icat ion progr am. Never t hel ess, l ocal f ood is mainl y def ined as shoul d be l ocal l y pr oduced. Incr easing t he commit ment and par t icipat ion wit hin al l st akehol ders (29. 3%) are t he st rat egy pr ior it y besides pr omot ing l ocal f ood business t hr ough capit al and mar ket ing suppor t (25. 1%). Key words: per cept ion, st akehol ders, f ood consumpt ion diver sif icat ion, l ocal f ood
Konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam dan seimbang, dan peranan pangan import sepert i t erigu, susu, kedele meningkat , sement ara konsumsi pangan lokal sepert i sagu, j agung dan umbi-umbian cenderung menurun. Konsumsi pangan sumber prot ein, vit amin dan mineral berupa pangan hewani, sayuran dan buah masih rendah.
PENDAHULUAN
Dat a SUSENAS t ahun 2008 menunj ukkan bahwa skor keragaman konsumsi pangan di Indonesia baru mencapai 81. 9 dari t ot al skor Pola Pangan Harapan senilai 100 dengan t ingginya kont ribusi konsumsi padi - padian yang mencapai 64. 1% (anj uran 50%) (BPS 2009). Skor pola konsumsi pangan ini masih mencerminkan ket idakseimbangan pola konsumsi ant ara lain dicirikan oleh masih sangat t ingginya kont ribusi beras, rendahnya konsumsi sayuran, buah-buahan, pangan hewani dan kacang-kacangan dalam pola konsumsi pangan masyarakat . Kaj ian Rachman dan Ariani (2008) menunj ukkan bahwa sej ak t ahun 2005 mayorit as masyarakat Indonesia di kot a at au desa, kaya at au miskin memiliki sat u pola pangan pokok yait u beras dan mie.
Beberapa kaj ian menunj ukkan bahwa meskipun diversif ikasi konsumsi pangan t elah menj adi program sej ak lebih dari 45 t ahun yang lalu, namun t ingkat keberhasilan program t ersebut sampai saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan (Krisnamurt hi 2003, Mart iant o et al . 2008, Rachman dan Ariani 2008). Mempert imbangkan berbagai kondisi t ersebut , pemerint ah pusat dalam hal ini Badan
123
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
Ket ahanan Pangan, Depart emen Pert anian R. I mengupayakan suat u percepat an pencapaian diversif ikasi konsumsi pangan. Pada t ahun 2015, diharapkan pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang berbasis pada sumberdaya pangan lokal akan dapat t ercapai dengan indikasi skor PPH mendekat i 100, pangan yang t ersedia aman dikonsumsi dan penurunan kej adian keracunan pangan sampai level minimum (BKP 2007). Oleh karena it u pemerint ah daerah perlu mengakselerasi pelaksanaan program diversif ikasi konsumsi pangan 2015 yang dit et apkan oleh pemerint ah. Akselerasi t ersebut dapat diakt ualisasikan ke dalam kebij akan dan program daerah yang t erj abar dalam perencanaan, sosialisasi dan sinkronisasi pelaksanaan program. Unt uk mencapai t uj uan t ersebut maka kesesuaian persepsi para pemangku kepent ingan ( st akehol ders) mengenai konsepsi dan aplikasi kebij akan yang t elah digariskan menj adi salah sat u poin pent ing. Upaya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan menuj u t ahun 2015 memerlukan dukungan dan f asilit asi pej abat sebagai pemangku kepent ingan mulai dari t ingkat pusat , provinsi, kabupat en/ kot a hingga t ingkat desa (BKP 2007). Dengan adanya perubahan sist em ket at anegaraan yang memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerint ah daerah dalam perencanaan dan penganggaran berbagai program, t ermasuk diversif ikasi konsumsi pangan, maka menj adi sangat pent ing unt uk menget ahui beragam persepsi yang dimiliki pej abat daerah dalam merespon kebij akan t ersebut dan menggali pendapat para pej abat dan pakar mengenai st rat egi pencapaiannya. Tuj uan dari penelit ian ini adalah 1) mengkaj i beragam persepsi pemangku kepent ingan di masing-masing wilayah; dan 2) merumuskan priorit as st rat egi yang t epat menuj u percepat an diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal.
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Studi
Penelit ian ini menggunakan rancangan cr oss sect ional st udy yang dilakukan dengan met ode survei dan merupakan bagian dari penelit ian KKP3T (Kerj asama Kemit raan Penelit ian Pert anian dengan Perguruan Tinggi) Lit bang-Dept an dengan LPPM-IPB yang berj udul “ Kesiapan Pemerint ah Daerah dalam Percepat an Diversif ikasi Konsumsi Pangan Ber-
10 124
basis Pangan Lokal” (Mart iant o et al 2008). Penelit ian dilakukan di t iga wilayah yang dipilih secara purposif dengan dasar pert imbangan keragaman pola konsumsi pangan. Provinsi Sumat era Barat merupakan wilayah yang mewakili pola konsumsi pangan pokok t unggal (beras) dan konsumsi pangan hewani produk t ernak relat if menonj ol; Provinsi Jawa Tengah mewakili provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok relat if beragam, konsumsi pangan hewani relat if rendah, sumber prot ein nabat i relat if menonj ol; sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara mewakili wilayah dengan pola konsumsi pangan cenderung t unggal (beras), namun memiliki pot ensi sumber pangan pokok lainnya, sumber prot ein hewani lebih didominasi oleh produk perikanan. St udi dilaksanakan dari Maret hingga Desember 2008. Teknik Penarikan Contoh
Unit sampling unt uk t uj uan pert ama adalah pemangku kepent ingan yang t erdiri at as pej abat pemerint ah daerah yang set ingkat dengan kepala Badan at au kepala Dinas yang menangani masalah ket ahanan pangan, at au yang dinilai kompet en sesuai t ugas dan j abat annya, di Badan Ket ahanan Pangan, Dinas Pert anian dalam art i luas (Tanaman Pangan, Pet ernakan, Perikanan, Per-kebunan), Dinas Kehut anan, Dinas Kesehat an, Dinas Perindust rian, Dinas Perdagangan, dan Dinas Koperasi/ UKM. Pej abat t ersebut berj umlah 20 orang di masing - masing provinsi dan merupakan anggot a kelompok kerj a (pokj a) Dewan Ket ahanan Pangan yang dit et apkan berdasarkan Surat Keput usan (SK) Gubernur. Unit analisis unt uk t uj uan kedua adalah pakar yang menj adi anggot a Pokj a Ahli at au Pokj a Khusus Dewan Ket ahanan Pangan di pusat dan daerah. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dat a yang dikumpulkan adalah dat a primer dan sekunder. Dat a primer diperoleh dari pernyat aan para pej abat dan pakar (pusat dan daerah) melalui f ocus gr oup discussion (FGD) dan wawancara mendalam (indept h int er view) yang mengacu pada kuesioner t erst rukt ur. Pernyat aan para pej abat mengarah pada persepsi t erkait ist ilah diversif ikasi konsumsi pangan, kualit as konsumsi pangan masyarakat dan peran pangan lokal dalam pola konsumsi pangan masyarakat . Sedangkan dat a yang dikumpulkan dari pakar pusat dan daerah diperoleh dengan menggunakan met ode AHP (Anal yt ical Hier ar chy Pr ocess) yang mengarah pada
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
penilaian perbandingan berpasangan (pair wise compar ison) t erhadap susunan komponen f akt or, krit eria dan st rat egi pencapaian percepat an diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal . Jenis dat a sekunder yang dikumpulkan adalah dat a SUSENAS dan dat a at au laporan yang memuat kebij akan, program dan dokumen penunj ang lainnya.
Persepsi terhadap istilah diversifikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal
Hasil analisis t erhadap persepsi pej abat di Sumbar dan Jat eng mengenai ist ilah diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal sepert i disaj ikan pada Tabel 1 menunj ukkan bahwa sebanyak 25% pej abat masing - masing di Sumbar dan Jat eng t elah secara t epat menyat akan persepsinya dimana asal pangan yang dikonsumsi sebaiknya dari wilayah Indonesia dan meliput i semua j enis pangan, bahkan 50% pej abat di Sumbar dan 35% pej abat di Jat eng menekankan asal produksi dari wilayah administ rat if set empat dan meliput i semua j enis pangan dan sebanyak 5% pej abat di Sumbar dan Jat eng masih berorient asi pada keragaman konsumsi pangan pokok. Pej abat yang memiliki keraguan dalam mengekspresikan pendapat nya mengenai ist ilah t ersebut t erdapat sebanyak 20% di Sumbar dan 25% di Jat eng yang diindikasikan dengan dipilihnya dua at au lebih j awaban at as kat egori yang ada.
Pengolahan dan Analisis Data
Dat a persepsi diukur dengan menggunakan skala likert (5 skala dengan rent ang sangat kurang - sangat baik). Pendugaan proporsi pej abat menurut kat egori persepsi dilakukan dan disaj ikan dalam bent uk Tabel. Dat a priorit as st rat egi yang diperoleh berdasarkan met ode AHP diolah dan dianalisis dengan menggunakan sof t war e Exper t Choice 2000. HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Pej abat Daerah di Ketiga Wilayah
Diversif ikasi konsumsi pangan menurut Perat uran Pemerint ah RI No 68 Tahun 2002 Tent ang Ket ahanan Pangan Pasal 1 ayat 9 dij abarkan sebagai upaya peningkat an konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang (BBKP 2002). Pengert ian t ersebut meruj uk kepada proses pemilihan pangan yang t idak t ergant ung kepada sat u j enis bahan pangan. Selanj ut nya pada Pasal 9 ayat 1 dij elaskan bahwa diversif ikasi konsumsi pangan unt uk meningkat kan ket ahanan pangan diselenggarakan dengan memperhat ikan keragaan sumberdaya (lahan, iklim, air dan produkt ivit as), kelembagaan (kelompok t ani, kelompok usaha) dan budaya lokal (kebiasaan yang berlaku secara t urun t emurun di suat u daerah) (BBKP 2002). Hal ini t erkait erat dengan karakt erist ik, ciri khas dan kebiasaan yang melekat pada masyarakat set empat .
Hasil yang berbeda dit unj ukkan oleh pej abat di Provinsi Sulawesi Tenggara yang mengisyarat kan adanya keragu–raguan yang cukup dominan dalam mengident if ikasi ist ilah diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal sepert i disaj ikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat diungkap bahwa sebanyak 65% pej abat di Sult ra memilih kombinasi 2–4 j awaban. Kondisi ini menj adi indikasi bahwa sebagian besar pej abat di Sult ra masih belum dapat memaknai dengan t epat ist ilah diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal. Persepsi terhadap Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat
Persepsi pej abat di Sumbar, Jat eng dan Sult ra dalam menilai kualit as konsumsi pangan masyarakat nya masih bervariasi. Tabel 1 menunj ukkan set engah dari para pej abat t ersebut di Sumbar dan di Jat eng memiliki asumsi bahwa kualit as konsumsi pangan masyarakat nya masih belum beragam dan bergizi seimbang (Tabel 1). Pernyat aan di at as relevan j ika dikait kan dengan kondisi akt ual di wilayahnya masing - masing.
Berdasarkan hasil survei lapang di 3 (t iga) provinsi di Indonesia yait u Provinsi Sumat era Barat (Sumbar), Provinsi Jawa Tengah (Jat eng) dan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sult ra) dapat diket ahui variasi pemahaman para pej abat daerah mengenai upaya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal yang t ercermin dari persepsi dan aplikasi program yang dimiliki sepert i yang disaj ikan pada Tabel 1. Pej abat daerah yang t erlibat dalam proses penilaian persepsi ini mayorit as berada pada rent ang usia di at as 40 t ahun dengan j enj ang pendidikan minimal sarj ana (D2 - S3) dan bidang ilmu yang bervariasi diant aranya pert anian (dalam art i luas), kesehat an, manaj emen dan sosial polit ik.
Berdasarkan hasil analisis dat a SUSENAS Provinsi Sumat era Barat , skor keragaman konsumsi pangan masyarakat Sumbar baru mencapai 79. 6 dari t ot al skor PPH senilai 100 dengan kont ribusi konsumsi energi didominasi oleh kelompok padi-padian (66% dari 50% anj uran), buah/ bij i berminyak (7. 2% dari 3%
125
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
Tabel 1. Persepsi Pej abat Daerah Mengenai Ist ilah Diversif ikasi Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal, Kualit as Konsumsi Pangan Masyarakat dan Peran Pangan Lokal di Provinsi Sumbar, Jat eng dan Sult ra Tahun 2008 (n=20) Kat egori Persepsi Ist ilah diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal
Kualit as konsumsi pangan masyarakat
Peran pangan lokal dalam pola konsumsi
Penj abaran
Sumbar(%)
Jat eng (%)
Sult ra (%)
Asal Wilayah administ rat if set empat
j enis pangan pokok
5
10
-
semua j enis pangan
50
35
15
Asal Indonesia dan bukan pangan impor
j enis pangan pokok
-
5
5
semua j enis pangan
25
25
15
Kombinasi dua at au lebih pilihan diat as
20
25
65
Tot al
100
100
100
Sudah beragam dan bergizi seimbang
50
55
75
Belum beragam dan bergizi seimbang
50
45
25
Tot al
100
100
100 60
Tinggi
60
25
Rendah
40
75
40
Tot al
100
100
100
Persepsi terhadap Peran Pangan Lokal dalam Pola Konsumsi
anj uran) dan minyak/ lemak (13. 3% dari 10% anj uran). Tingginya konsumsi ket iga kelompok pangan ini berkait an dengan kult ur masyarakat Sumbar yang menj adikannya pr est ise ket ika dikonsumsi (B2KP Sumbar 2006). Begit u pula dengan kondisi akt ual di Jawa Tengah, hasil analisis dat a SUSENAS t ahun 2008 menunj ukkan bahwa skor keragaman konsumsi pangan Provinsi Jat eng sebesar 81. 0 dari t ot al skor PPH senilai 100 dengan pemenuhan kebut uhan konsumsi energi j uga masih bert umpu pada kelompok padi–padian (62. 9% dari 50% anj uran).
Sebanyak 60% pej abat di Sumbar memiliki persepsi bahwa pangan lokal di wilayahnya memiliki peranan yang t inggi t erhadap pola konsumsi pangan masyarakat meskipun sebanyak 40% lainnya masih menganggapnya rendah (Tabel 1). Peranan pangan lokal t ersebut dinilai rendah t erkait dengan sif at pangan lokal yang berf ungsi sebat as makanan pelengkap, rendahnya t ingkat subst it usi bahan pangan lokal t erhadap t erigu, dan semakin maraknya produk pangan impor yang beredar. Meskipun demikian di Provinsi Sumbar sudah t erdapat banyak aneka pangan olahan yang menggunakan bahan pangan lokal khususnya umbi - umbian dan berhasil diolah sesuai dengan selera pasar sepert i keripik balado, sanj ai, dakak-dakak, sarang balam dan lainnya.
Di sisi lain, pej abat daerah di Sult ra cenderung lebih opt imis dalam melihat kualit as konsumsi pangan masyarakat nya sepert i yang disaj ikan pada Tabel 1 dimana mayorit as pej abat Sult ra (75%) memiliki persepsi bahwa konsumsi pangan masyarakat di wilayahnya dinilai sudah beragam dan bergizi seimbang. Padahal j ika dilihat kondisi akt ual, skor keragaman konsumsi pangan Provinsi Sult ra baru mencapai 80. 3 dari t ot al skor PPH senilai 100 dengan pemenuhan kebut uhan konsumsi energi didominasi oleh kelompok padi–padian (63. 7% dari 50% anj uran) dan keberadaan sagu dalam pola konsumsi pangan pokok masyarakat Sulawesi Tenggara semakin t ergant ikan (konsumsi beras di t ahun 2008 mencapai 305 g/ kap/ hr sedangkan sagu sebesar 23. 8 g/ kap/ hr). Mengingat perkembangan sit uasi ini, kebij akan diversif ikasi konsumsi pangan sumber karbohidrat yang berdasarkan sumber daya lokal di wilayah ini perlu menj adi priorit as.
Peran pangan lokal di Provinsi Jawa Tengah yang semakin rendah dalam pola konsumsi pangan masyarakat sudah disadari oleh mayorit as pej abat (75%) (Tabel 1). Persepsi t ersebut didasarkan at as: 1) semakin berkurangnya pemanf aat an pangan lokal dalam menu keluarga sehari–hari, 2) kecederungan masyarakat dalam menerima dan mengonsumsi pangan lokal apa adanya (semat a digoreng dan direbus), 3) pangan pokok didominasi beras, 5) pangan lokal dan olahannya dianggap kurang bergengsi, 6) kemasan dan variasi olahan pangan lokal kurang menarik j ika dibandingkan dengan produk olahan impor. Meskipun demikian sebanyak 25% pej abat lainnya menyat akan bahwa peranan pangan lokal di Jat eng t erhadap pola konsumsi pangan masyarakat sudah t inggi (Tabel 1). Beberapa kelompok masya-
126
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
rakat di Jat eng masih mengkonsumsinya sebagai pangan pokok maupun pendamping (kudapan). Beragam pangan lokal j uga t elah diusahakan dalam bent uk t epung, berasan maupun mie (Tabel 2).
lit ian, komit men pucuk pimpinan daerah baik di level gubernur maupun bupat i/ walikot a sudah menunj ukkan apresiasi yang baik t erlihat dari dit andat anganinya kesepakat an bersama seluruh gubernur dan bupat i/ walikot a se Indonesia unt uk mempercepat t ercapainya diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal (DKP 2008a, b). Namun kont rak polit is ini belum diwadahi dengan maksimal t erlihat dari belum ada perda khusus di ket iga povinsi unt uk menaungi kegiat an percepat an secara ut uh dan menyeluruh lint as st akehol der s.
Pangan lokal menurut 60% pej abat Sult ra dipersepsikan memiliki peranan yang t inggi t erhadap pola konsumsi pangan masyarakat meskipun 40% pej abat lainnya menyat akan rendah (Tabel 1). Hal ini didasarkan at as rendahnya pemanf aat an sagu yait u dibawah 15% dari pot ensi yang ada. Olahan sagu yang dij adikan makanan pokok oleh masyarakat Sult ra khususnya suku Tolaki sepert i Sinonggi pun semakin t ergant ikan oleh beras (nasi) khususnya pada generasi kawula muda kini. Penurunan konsumsi sagu cenderung t erj adi di wilayah perkot aan dibanding pedesaan (Tabel 3).
Lebih lanj ut , t olak ukur kedua t erhadap komit men pemerint ah adalah besarnya alokasi anggaran. Komit men pemerint ah t erhadap indikat or ini cenderung lemah. Mayorit as pej abat di Provinsi Sumat era Barat dan Sulawesi Tenggara menyat akan alokasi anggaran di wilayahnya kurang meskipun sebagian pej abat di Jawa Tengah sudah mengkat egorikan alokasi anggaran di wilayahnya baik. Mason (2002) dalam World Bank (2003) menegaskan alokasi anggaran sebagai wuj ud invest asi t erhadap manf aat yang lebih besar sehingga perlu direncanakan secara spesif ik menurut sasaran ( cover age), t uj uan (t ar get ing), int ensit as (int ensit y) dan mat eri program (cont ent ).
Kekuatan, Kelemahan dan Peluang yang ada di Ketiga Provinsi
Kekuat an, kelemahan dan peluang yang ada di ket iga provinsi t ersebut dapat dirangkum melalui penilaian t erhadap komit men daerah menuj u percepat an diversif ikasi konsumsi pangan. Penilaian t ersebut dit inj au dari dua unsur yait u perundangan/ kebij akan dan dukungan anggaran. Di ket iga wilayah pene-
Tabel 2. Aneka Jenis Olahan Komodit as Pangan Lokal di Jawa Tengah No
Jenis Olahan
Komodit as
1
Tepung
Ubi Kayu
Berasan
Mie
Tepung Tapioka
Tiwul
Mie Bendo
Tepung MOCAL
Oyek
Mie Basah
-
Mie Telo
2
Ubi Jalar
Tepung Ubi
3
Ganyong
Tepung Ganyong
-
Mie Ganyong
4
Garut
Tepung Garut
-
-
Sumber : BKP Jawa Tengah
Tabel 3. Kont ribusi Pangan Lokal t erhadap Tingkat Konsumsi Energi (%TKE) di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 1996-2005 %TKE 1996
Perkot aan 1999 2002
2005
1996
Pedesaan 1999 2002
2005
Beras
51. 97
52. 16
48. 49
45. 96
52. 86
53. 84
49. 52
50. 12
Jagung
0. 29
0. 21
0. 71
0. 41
1. 54
1. 69
1. 96
1. 02
Sagu
1. 00
1. 98
1. 84
0. 54
3. 17
5. 55
4. 13
5. 11
Ubi kayu
0. 80
1. 72
2. 83
2. 47
4. 39
2. 97
5. 69
3. 66
Ubi j alar
0. 05
0. 18
0. 06
0. 06
0. 14
0. 23
0. 11
0. 20
Komodit as Padi-padian:
Umbi-umbian:
Sumber: Olah dat a Susenas (1996, 1999, 2002, 2005) (Mart iant o et al 2008)
127
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
Komit men pemerint ah yang secara umum dinilai belum kuat ini diduga t erkait erat dengan masih lemahnya persepsi para pemangku kepent ingan dalam memaknai konsepsi dan aplikasi diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal. Unt uk it u, sosialisasi dan advokasi yang mat ang, t erencana, dan sesuai dengan karakt erist ik dan kebut uhan daerah perlu menj adi perhat ian khusus pemerint ah pusat hingga j aj aran kebawahnya. Hal ini perlu disinergikan dengan pemangku kepent ingan lainnya. Tant angan t ersebut dapat dij awab dengan memanf aat kan peluang dit erbit kannya Perat uran Presiden No 22 Tahun 2009 t ent ang Kebij akan Percepat an Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Provinsi yang t elah merespon perat uran ini diant aranya adalah Provinsi Jawa Tengah, Sumat era Selat an, dan Bant en dengan dit et apkannya Perat uran Gubernur. Sebagai t indak lanj ut Perpres t ersebut , Depart emen Pert anian t elah menerbit kan Perat uran Ment eri Pert anian No. 43/ Perment an/ OT. 140/ 10/ 2009 t ent ang Gerakan Percepat an Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Kedepannya diharapkan depart emen t erkait lainnya j uga melakukan langkah serupa. Strategi Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan Prioritas Faktor Penentu
Penilaian pakar pangan dan gizi di t ingkat pusat dan daerah sepert i t ert uang pada Gambar 1 mengarah pada sebuah indikasi bahwa peran pemangku kepent ingan merupakan f akt or priorit as penent u ut ama t ercapainya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal dengan bobot kepent ingan mencapai 0. 40. Keberadaan inf rast rukt ur (0. 22) menj adi f akt or penent u lainnya disert ai dengan t ingkat part isipasi dan sinergisme program (0. 22) dan pot ensi pangan lokal daerah (0. 16). Pemangku kepent ingan t ermasuk di dalamnya pemerint ah bersama masyarakat memainkan peranan yang pent ing dalam mewuj udkan ket ahanan pangan sesuai dengan amanat UU No 7 Tahun 1996 t ent ang Pangan pasal 45 ayat 1. Prioritas Kriteria Pendukung
Dari keseluruhan krit eria yang t ercakup, peran pemerint ah merupakan krit eria pendukung ut ama t ercapainya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan dengan bobot priorit as mencapai 0. 17 (Gambar 1). Krit eria pendukung lain yang j uga dianggap vit al adalah kerj asama lint as sekt oral (0. 13) dan peran swast a/
10 128
indust ri (0. 11). Peran pemerint ah menj adi priorit as dikarenakan masih kuat nya ego sekt oral dalam kult ur birokrasi di Indonesia sehingga menj adi kendala koordinasi dan int egrasi program ant ar sat uan kerj a khususnya dalam membangun ket ahanan pangan (Hidayat 2006). Prioritas Strategi
Peningkat an komit men, peran dan kemit raan ant ar pemangku kepent ingan (29%) merupakan priorit as ut ama yang perlu dilakukan oleh pemerint ah daerah dalam mencapai percepat an diversif ikasi konsumsi pangan di samping melakukan penumbuhan bisnis pangan lokal melalui dukungan modal dan pemasaran (25%) (Gambar 1). Berkait an dengan st rat egi ini maka pemerint ah perlu mengopt imalkan f ungsinya sebagai f asilit at or dan bukan sebagai invest or. Fungsi sebagai invest or didorong kepada pihak indust ri/ swast a dengan mengarah kepada pengembangan t eknologi dan kulinari yang berorient asi pada kearif an dan keunggulan lokal yang dalam j angka panj ang bisa menumbuhkan bisnis pangan lokal spesif ik daerah (unggulan lokal). Unt uk merangsang hal t ersebut maka pemerint ah perlu mencipt akan suasana kondusif unt uk usaha ant ara lain meniadakan perda-perda yang cenderung ke arah pengumpulan ret ribusi dan menuj u ke arah yang dapat mendorong invest asi bagi pengembangan bisnis pangan lokal. Lebih lanj ut peran akademisi/ penelit i dapat disinergiskan melalui penyebarluasan inf ormasi pot ensi, mut u gizi dan aneka produk olahan pangan lokal. Upaya t ersebut dinilai sebagai priorit as ket iga dengan t ingkat kepent ingan mencapai 24%. Tidak luput upaya peningkat an kinerj a lembaga dan kapasit as SDM inst ansi dan pelaksana j uga perlu diakt ualisasikan (22%).
KESIMPULAN
Persepsi para pej abat daerah mengenai diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal masih bervariasi dan cenderung t erf okus pada pangan pokok sert a belum menekankan pent ingnya opt imalisasi pot ensi pangan lokal. Peran pangan lokal dalam pola konsumsi pangan masyarakat dipersepsikan semakin kurang. Kemauan polit is pimpinan daerah unt uk mewuj udkan percepat an diversif ikasi konsumsi pangan meskipun sudah dikat egorikan baik namun aplikasinya belum diiringi komit men yang kuat .
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERBASIS PANGAN LOKAL
Fokus
INFRASTRUKTUR (0.22)
Strategi
Faktor
Kriteria
Lembaga Ketahanan Pangan (0.07)
Kebijakan /Program Aksi (0.10)
PERAN STAKEHOLDER (0.40)
Angga‐ ran (0.05)
Peningkatan Kinerja Lembaga dan Kapasitas SDM (0.22)
Pemerin tah (0.17)
Swasta (0.11)
Akade‐ misi (0.07)
Peningkatan komitmen, peran dan kemitraan antar stakeholders (0,29)
POTENSI PANGAN LOKAL DAERAH (0.16)
Tokoh Masya‐ rakat (0.05)
Potensi Produk‐ si (0.04)
Potensi Industri (0.04)
Penyebarluasan informasi potensi, mutu gizi & aneka produk olahan pangan lokal (0.24)
Daya Terima Konsumen (0.08)
TK. PARTISIPASI & SINERGISME PROGRAM (0.22)
Kerja Sama Lintas Sektoral (0.13)
Partisipasi Masyara‐ kat (0.09)
Penumbuhan bisnis pangan lokal melalui dukungan modal dan pemasaran (0.25)
Gambar 1 Hasil Penet apan Priorit as St rat egi Kebij akan Percepat an Diversif ikasi Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal
129
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 123 – 131
Ket ahanan Pangan Kabupat en/ Kot a dalam Sidang Regional Dewan Ket ahanan Pangan di Empat Wilayah Tahun 2008. DKP, Jakart a.
Peningkat an komit men, peran dan kemit raan ant ar pemangku kepent ingan merupakan priorit as st rat egi pencapaian percepat an diversif ikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal. Penumbuhan bisnis pangan lokal melalui dukungan modal dan pemasaran; penyebarluasan inf ormasi pot ensi, mut u gizi dan aneka produk olahan pangan lokal; dan peningkat an kinerj a lembaga dan kapasit as SDM merupakan st rat egi penunj ang t ercapainya upaya percepat an.
[ FKPP] Forum Kerj a Penganekaragaman Pangan. 2004. Penganekaragaman Pangan: Konsep, Realit as dan Aplikasi. Hariyadi, P & Giriwono, PE (Edit or). Prosiding Seri Seminar “ Pemant apan Roadmap Penganekaragaman Pangan” . ISM, Jakart a. [ Gakopt ri] Gabungan Koperasi Tepung Rakyat Indonesia. 2009. Perkembangan indust ri MOCAL. ht t p: / / wordpr ess. gakopt r i. com [ 14 Mei 2009] .
DAFTAR PUSTAKA
Ariani M. 2008. Keberhasilan diversif ikasi pangan t anggung j awab bersama. Badak Pos. ht t p: / / bant en. l it bang. dept an. go. id [ 17 Februari 2009] .
Hidayat N. 2006. Sekt or pert anian set elah lima t ahun ot onomi daerah: banyak kebij akan yang berj alan di t empat . Jawa Pos Inst it ut e f or Pro-Ot onomy ht t p: / / www.j pip. or . id [ 26 Desember 2006] .
[ BPS] Badan Pusat St at ist ik. 2008. Sit uasi Konsumsi Pangan Penduduk Tahun 2007, Jakart a. [ BKP]
Badan Ket ahanan Pangan. 2007. Pedoman Umum Gerakan Percepat an Diversif ikasi Konsumsi Pangan 2007 – 2015. P2KP, Jakart a.
Krisnamurt hi B. 2003. Penganekaragaman pangan: pengalaman 40 t ahun dan t ant angan ke depan. Jurnal Ekonomi Rakyat 2(7).
[ B2KP Sumbar] Badan Bimas Ket ahanan Pangan Provinsi Sumat era Barat . 2006. Rencana St rat egis B2KP Provinsi Sumbar 2006 - 2010. B2KP, Padang.
Mart iant o D, Briawan D, Ariani M, Widiasih SCL, dan Yulianis N. 2008. Kesiapan Pemerint ah Daerah di dalam Percepat an Diversif ikasi Pangan Berbasis Pangan Lokal. Laporan Penelit ian KKP3T Dept an 2008, Jakart a.
[ Dept an] Depart emen Pert anian. 2005. Rencana St rat egis Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan. BKP Dept an, Jakart a. [ DKP]
Rachman HPS dan Ariani M. 2008. Penganekaragaman konsumsi pangan di Indonesia: permasalahan dan implikasi unt uk kebij akan dan program. Analisis Kebij akan Pert anian Volume 6(2), 140-154.
Dewan Ket ahanan Pangan. 2008a. Konf erensi DKP Tahun 2008: Penguat an Cadangan Pangan Menuj u Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. DKP, Jakart a.
______. 2008b. Kesepakat an Bersama Bupat i/ Walikot a Selaku Ket ua Dewan
130