PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN BANK PEMERINTAH DENGAN BANK SWASTA NASIONAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Septiana1) Alumni Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palembang Abstract The purpose of this research was to determine the difference between the healtf of banks of the Bank with the Government of National Private Bank listed on the Indonesia Stock Exchange. The data used in this research is secondary data such as financial ratios derived from the financial statements of banks listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2005 to 2014. While the variables used are the performance financial measured by CAMEL consisting of the CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, and LDR. The population in this research are all banking companies listed in Indonesia Stock Exchange with sample 3 government banks and 5 national private banks. The results of this research indicate that there is no difference in the health of banks of government banks and national private banks listed in the Indonesia Stock Exchange on indicators CAR, NPL, NIM. While indicators ROA, ROE, and LDR indicate there are differences in the health of banks of state banks and national private banks listed in the Indonesia Stock Exchange. The implications of this research are expected to be used as notes or corrections to maintain and improve the health of banks of both government banking and private banking Keywords: Government Bank, National Private Bank, Health of Banks
PENDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan (Sutriyani, 2007 dalam Anwar, 2012). Dalam sektor perbankan, kinerja yang baik diperlukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan investor sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Alat yang sering digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali (Kasmir, 2013). Keuntungan dengan membaca laporan keuangan pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Laporan keuangan juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja perbankan. Industri perbankan memiliki tingkat persaingan yang ketat ditunjukkan oleh persaingan bank persero (bank pemerintah) dan bank umum swasta nasional. Berikut ini pengelompokkan
1)
Koresponden Penulis :
[email protected]
1
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
bank berdasarkan perkembangan asset menurut data Statistik Perkembangan Indonesia (SPI) 2015.. Tabel 1. Perkembangan Asset Bank Umum Berdasarkan Jenis Bank Tahun Jenis Bank 2013 2014 Bank Persero 1.758.873 2.076.605 BUSN Devisa 1.962.539 2.200.142 BUSN Non Devisa 162.457 186.817 BPD 389.964 440.691 Bank Campuran 290.219 278.312 Bank Asing 390.415 432.582 Sumber : Statistik Perkembangan Indonesia, BI, 2014 Tabel 1 memperlihatkan terdapat dua perbankan yang memperoleh perkembangan asset tertinggi yakni bank pemerintah dan bank swasta nasional devisa yang dalam praktiknya kedua bank ini memiliki perbedaan pada kepemilikan saham. Perbedaan kepemilikan kedua bank tersebut memiliki tujuan yang berbeda pula dari segi operasional dan tanggung jawab kinerja untuk pengelolaan profit. Kinerja pemerintahan lebih berorientasi untuk meningkatkan penerimaan negara, sedangkan kinerja sektor swasta tujuan finansial diorientasikan pada maksimalisasi laba untuk mamkasimumkan kesejahteraan pemegang saham. Bank-bank pemerintah rata-rata memiliki permodalan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan bank-bank swasta. Namun demikian, keunggulan berkompetisi suatu bank tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya permodalan. Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap bank milik pemerintah relatif lebih tinggi daripada kepercayaan pada bank swasta. Masyarakat menganggap bahwa penyimpanan dana di bank pemerintah lebih aman daripada bank swasta. Hal inilah yang menyebabkan bank-bank pemerintah tidak kehilangan nasabah pada masa krisis tahun 1998, bahkan sejumlah dana di bank swasta dipindahkan pemiliknya ke bank pemerintah. Hasilnya tidak banyak bank pemerintah yang membutuhkan bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada masa itu. Namun, sejumlah penghargaan bagi pengelolaan perbankan juga diperoleh bank-bank swasta. Apabila pemberian penghargaan adalah pengakuan akan kualitas manajemen perbankan maka kenyataan tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan ekspektasi (persepsi) masyarakat akan keamanan dananya pada bank pemerintah (Tanggulungan, 2010). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka menarik mengkaji perbedaan tingkat kesehatan bank antara bank pemerintah dengan bank swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Kajian Pustaka Kinerja Keuangan Menurut Suad (2007:348) kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Menurut Fahmi (2015:123) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Menurut Sawir (2003:2) laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa.
2
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 6 No. 1 Des 2016
Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang, tidak akan terlihat dalam laporan keuangan. Karena itu, hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi, tidak tercatat dalam laporan keuangan. Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL Menurut Budisantoso (2014:73) kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan ini menjadi kepentingan banyak pihak (Darmawi, 2014: 200). Menurut Selamet (2003:185) tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan dengan memenuhi semua kewajiban sesuai dengan peraturan berlaku. Kegiatan tersebut antara lain menghimpun dana, mengelola dana, menyalurkan dana ke masyarakat, kemampuan memenuhi kewajiban kepada pihak lain dan pemenuhan peraturan yang berlaku (Ichsan, 2014:177). Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator, salah satu indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings dan Liquidity) berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan surat edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Berikut pasal-pasal tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum yaitu permodalan, kualitas asset produktif, manajemen, Earning atau rentabilitas dan likuiditas: a. Permodalan Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk membiayai kegiatan bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Modal minimum untuk mendirikan sebuah bank saat ini sebesar Rp 3 Triliun, didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank (Hendro, 2014:198). Standar kecukupan modal bank harus desuai dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), yakni rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping dana-dana yang berasal dari sumber-sumber di luar bank. Jika CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitasnya. CAR dihitung dengan rumus berikut:
b. Kualitas Asset Penilaian asset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia (Kasmir, 2013:45). Kualitas suatu aktiva dapat dilihat dari seberapa jauh kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Meskipun sebuah bank memiliki modal yang besar, namun jika kualitas aktiva produktifnya sangat buruk maka kondisi modalnya dapat menjadi buruk pula, dan menimbulkan berbagai permasalahan yang serius terkait dengan pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait dan sebagainya (Hendro, 2014:201). Aspek ini diukur menggunakan Non Performing Loan (NPL), yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. NPL dihitung dengan rumus:
3
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
c. Manajemen Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja menggunakan rasio-rasio efisiensi usaha. Menurut surat edaran BI No.6/23/DPNP Tahun 2004, penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen manajemen umum, penerapan sistem manajemen resiko, dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Menurut Manurung (2004:188) faktor manajemen yang mencakup dua komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Menurut Graciella (2013) penilaian terhadap kinerja manajemen bisa menggunakan rasio Net Interst Margin (NIM), untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. NIM dihitung dengan rumus:
d. Earnings/Rentabilitas Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen menghasilkan laba melalui penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta mengukur kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya. Aspek ini diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Analisis ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Total asset yang lazim digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah asset produktif. Untuk memperoleh ROA yang besar diperlukan aktiva produktif yang berkualitas dan manajemen yang solid. Semakin tinggi ROA, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Gatot, 2014). ROA dihitung dengan rumus:
ROE (Return On Equity) yaitu penilaian kemampuan bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba dan semakin besar nilainya maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank. Dengan kata lain ROE merupakan rasio yang merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden (Gatot, 2014). Semakin besar ROE semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
4
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 6 No. 1 Des 2016
e. Likuiditas Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, yakni berupa kemungkinan penarikan simpanan dan kewajiban lainnya dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit dan penempatan dana lain. Bank yang liquid menunjukkan bahwa bank mampu memenuhi komitmen kreditnya, sehingga memliki citra positif pada otoritas pengawas atau penguasa moneter karena tidak meminjam dana likuiditas dari bank sentral. Aspek ini diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap pihak ketiga. LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana yang masyarakat yang digunakan.. LDR dirumuskan sebagai berikut:
Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar Dendawijaya (dalam Sabra, 2015). Berikut ini disajikan rasio tingkat kesehatan perbankan untuk rasio CAR, NPL, NIM, ROA, ROE dan LDR, dapat terlihat pada tabel Tabel 2. Standar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank No
Rasio
1 2 3 4 5 6
CAR NPL NIM ROA ROE LDR
Sangat Sehat ≥ 12% 2% 3% 1.5% 15% 50% ≤ 75%
Sehat 9% - 12% 2% - 5% 2% - 3% 1.25% - 1.5% 12.5% - 15% 75% - 85%
Keterangan Cukup Sehat
Kurang Sehat
8% - 9% 5% - 8% 1.5% - 2% 0.5% - 1.25% 5% - 12.5% 85% - 100%
6% - 8% 8% - 12% 1% - 1.5% 0% - 0.5% 0% - 5% 100% - 120%
Tidak Sehat ≤ 6% ≥ 12% ≤ 1% ≤ 0% ≤ 0% 120%
Sumber : Bank Indonesia, 2004 Analisis CAMEL dan Pengaruhnya bagi Perbankan Kesehatan bank tidak hanya dinilai secara kualitatif namun juga bisa dinilai secara kuantitatif yaitu memberikan bobot nilai (Fahmi, 2015:187). Nilai kesehatan sebuah bank ada pada predikatnya. Apabila bank berada di posisi sehat maka para nasabah dan masyarakat akan semakin yakin untuk memergunakan bank tersebut. Penilaian dengan pendekatan CAMEL bisa dianggap sebuah solusi. Namun deteksi dini dapat dianggap sebagai tindakan yang jauh lebih baik. Sehingga konsep yang lebih realistis dalam mengetahui tingkat kesehatan bank semakin dibutuhkan. CAMEL merupakan sebuah solusi alternative (Fahmi, 2015:188).
5
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya tentang perbedaan kinerja keuangan perbankan dilakukan oleh perbankan dilakukan oleh beberapa orang peneliti antara lain: 1. Saleh (2010) melakakan penelitian dengan hasil bahwa rasio permodalan, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas antara bank pemerintah dan bank swasta terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan untuk rasio manajemen dan rentabilitas antara bank pemerintah dan bank swasta tidak terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan kinerja bank pemerintah dapat dikatakan lebih baik, karena dengan hanya modal dan asset perusahaan yang lebih sedikit daripada bank swasta namun dapat menghasilkan pendapatan yang sama dengan bank swasta. 2. Octifane (2014) melakukan penelitian dengan hasil penelitian ini berhasil menerima hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan kinerja perbankan Swasta dan perbankan Pemerintah pada rasio CAR, NPL, ROE, BOPO dan LDR. Sedangkan pada ROA tidak terdapat perbedaan antara bank Pemerintah dan bank Swasta. 3. Mewengkang (2013) melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan pada QR, ATLR, LDR, DAR, DER, CAR, ROA, ROE dan NPM antara bank pemerintah dan bank umum swasta nasional. 4. Gatot (2014) melakukan penelitian dengan hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang signifikan pada Bank devisa Bumn dan Bank devisa Swasta. Namun jika dilihat Return on Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terdapat perbedaan yang signifikan pada Bank devisa Bumn dan Bank devisa Swasta yang signifikan pada Bank devisa Bumn dan Bank devisa Swasta. 5. Haryanto (2012) melakukan penelitian dengan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 1) Bank-bank nasional, baik itu bank BUMN maupun BUSN menunjukkan kinerja yang semakin baik, 2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank BUMN dan BUSN untuk variabel ROA, ROE, LAR, LDR, dan BOPO sedangkan variabel NPL yang merupakan indikator risiko kredit menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara Bank BUMN dan BUSN. 6. Marsuki, Cepi Pahlevi dan Maat Pono (2012) melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa jika diukur dari rasio-rasio CAR, RORA, NPM, ROA dan OR, ternyata tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Namun jika dilihat dari LDR dan CM Ratio, ternyata terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. 7. Anggraini (2012) melakukan penelitian dengan hasil analisis yang diperoleh yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan cash ratio, return on asset, return on equity, dan net profit margin antara bank BUMN dengan bank swasta nasional; terdapat perbedaan yang signifikan debt to assets ratio, debt to equity ratio, dan price earning ratio antara bank BUMN dengan bank swasta nasional.
6
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 6 No. 1 Des 2016
PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN BANK
BANK PEMERINTAH
BANK SWASTA NASIONAL
CAR-NPL-NIM-ROA-ROE-LDR
CAR-NPL-NIM-ROA-ROE-LDR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat dibuat hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah ada perbedaan yang signifikan antara Tingkat Kesehatan antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian komparatif, dengan melakukan perbandingan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Suliyanto, 2009:70). Adapun variabelnya secara terperinci ditampilkan dalam Tabel berikut; Tabel 3. Operasional Variabel Variabel Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Rasio CAMEL (Capital Asset Managemen Earnings Liquiditas)
Definisi Variabel Penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank. Penilaian ini dengan menggunakan rasio CAMEL
Indikator Capital (Permodalan) CAR (Capital Adequacy Ratio)
Asset (Kualitas Aktiva) NPL (Non Perfoming Loan)
Management (manajemen) NIM (Net Interest Margin)
Earning (Rentabiitas) ROA (Return On asset) ROE (Return On Equity) Liquidity (Likuiditas) LDR (Loan to Deposit Ratio)
Sumber : Bank Indonesia
7
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
Dalam penelitian digunakan analisis CAMEL, dengan variabel yang diamati meliputi: CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, dan LDR. Populasi penelitian adalah seluruh laporan keuangan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (Sugiyono, 2013:389). Sampel diambil secara purposive sampling (Suliyanto, 2009:125) didasarkan pada kriteriakriteria tertentu. Sampel terpilih adalah Bank BNI, Bank BRI dan Bank Mandiri. Sedangkan sampel Bank Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Bank Panin, Bank Danamon Indonesia dan Bank Permata. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersifat rasio dan bersumber dari laporan keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2014. Metode analisis data yang digunakan dalam pembuktian hipotesis adalah Independent sample t-Test (Santoso : 2010:253).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Statistik Deskriptif. Secara deskriptif diperoleh hasil bahwa, - Selama periode 2005 sampai 2014 perbankan swasta nasional memiliki CAR lebih baik dibandingkan dengan perbankan pemerintah, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin baik kinerjanya dilihat dari rata-rata rasio CAR. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah untuk kategori sangat sehat lebih dari 12%, maka rata-rata perbankan pemerintah dan rata-rata perbankan swasta nasional berada pada kondisi sangat sehat. - Selama periode 2005 sampai 2014 perbankan swasta nasional memiliki NPL lebih baik dibandingkan dengan perbankan pemerintah, karena semakin tinggi nilai NPL maka semakin buruk kinerjanya dilihat dari rata-rata rasio NPL. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI untuk rasio NPL maka perbankan pemerintah berada pada kondisi sehat dan perbankan swasta nasional berada pada kondisi sangat sehat. - Selama periode 2005 sampai 2014 perbankan pemerintah memiliki NIM lebih baik dibandingkan dengan perbankan swasta nasional, karena semakin tinggi nilai NIM maka semakin baik kinerjanya dilihat dari rata-rata rasio NIM. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI untuk rasio NIM maka perbankan pemerintah dan perbankan swasta nasional berada pada kondisi sangat sehat dengan nilai rata-rata diatas 3%. - Selama periode 2005 sampai 2014 perbankan pemerintah memiliki kualitas ROA lebih baik dibandingkan dengan perbankan swasta. Jika mengacu pada pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar sangat sehat ROA adalah diatas 1.5% maka rata-rata perbankan pemerintah dan perbankan swasta masih berada pada kondisi sangat sehat. - Selama periode 2005 sampai 2014 perbankan pemerintah memiliki ROE lebih baik dibandingkan dengan perbankan swasta nasional, karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin baik kinerjanya dilihat dari rata-rata rasio ROE. Jika mengacu ada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar cukup sehat ROE adalah diatas 15% maka rata-rata perbankan pemerintah dan perbankan swasta nasional dalam kondisi sangat sehat. - Selama periode 2005 sampai 2014 mengindikasikan bahwa bank pemerintah mempunyai kinerja keuangan yang diukur dengan LDR yang lebih baik dibandingkan dengan bank swasta nasional. Jika mengacu pada ketentuan BI,
8
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 6 No. 1 Des 2016
maka rata-rata perbankan pemerintah dalam kondisi sangat sehat dan rata-rata perbankan swasta nasional dalam kondisi sehat. b. Pengujian Hipotesis Berikut ini disajikan hasil pengujian hipotesis; Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Mann-Whitney Test Rasio Asymp.Sig Kesimpulan (2-tailed) 0.750 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan CAR 0.585 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan NPL 0.404 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan NIM 0.004 Terdapat perbedaan yang signifikan ROA 0.003 Terdapat perbedaan yang signifikan ROE 0.001 Terdapat perbedaan yang signifikan LDR Sumber : Hasil olah data, 2016
2. Pembahasan a. Hasil pengujian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Hal tersebut berarti kesehatan bank untuk rasio CAR bank pemerintah dan bank swasta nasional tidak mempunyai perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbankan pemerintah dan perbankan swasta nasional memiliki rata-rata permodalan yang baik dan dapat memenuhi kecukupan modal untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping dana-dana yang berasal dari sumbersumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank yang menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Hendro, 2014:199). Hasil penelitian untuk rasio CAR ini sejalan dengan penelitian,Marwanto Marsuki, dkk, Gatot Nazir Ahmad, dan Yves Regini Mewengkang b. Hasil pengujian diperoleh tidak terdapat perbedaan untuk rasio NPL yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Hal tersebut kesehatan bank untuk rasio NPL bank pemerintah dan bank swasta tidak mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan pemerintah dan perbankan swasta mampu mengelola tingkat kredit yang bermasalah. Rasio NPL menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. c. Hasil pengujian diperoleh tidak terdapat perbedaan untuk yang signifikan untuk rasio NIM antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Hal tersebut berarti kesehatan bank untuk rasio NIM bank pemerintah dan bank swasta nasional tidak mempunyai perbedaan. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
9
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. d. Hasil pengujian diperoleh terdapat perbedaan kesehatan bank antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Hal tersebut berarti kesehatan bank untuk rasio ROA bank pemerintah dan bank swasta nasional mempunyai perbedaan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional dalam mengelola assetnya untuk menghasilkan laba bersih berbeda. Hal ini membuktikan bahwa tingkat efisiensi dan efektifitas Bank pemerintah dalam menghasilkan keuntungan dalam mengelola asset lebih tinggi dibanding dengan Bank swasta nasional. semakin tinggi ROA, semakin besar pula kemampuan tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Witra Octifane (2014). e. Hasil pengujian diperoleh terdapat perbedaan untuk yang signifikan untuk rasio ROE antara bank pemerintah dan bank swasta. Hal tersebut berarti kesehatan bank untuk rasio ROE bank pemerintah dan bank swasta mempunyai perbedaan. Hasil ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki rata-rata yang baik dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba di bandingkan bank swasta nasional. ROE (Return On Equity) yaitu penilaian kemampuan bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba dan semakin besar nilainya maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Witra Octifane (2014). f. Hasil pengujian diperoleh terdapat perbedaan untuk rasio LDR yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta. Hal tersebut berarti kesehatan bank untuk rasio LDR bank pemerintah dan bank swasta tidak mempunyai perbedaan. Hasil ini membuktikan bahwa kemampuan bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki bank atau dana yang dikumpulkan dari masyarakat berbeda antara Bank pemerintah dan Bank swasta nasional. Tingkat kemampuan Bank Pemerintah dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi lebih besar dibandingkan dengan Bank swasta nasional. Hal ini menunjukkan bahwa Bank pemerintah mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil, karena jumlah kredit yang disalurkan mempengaruhi keuntungan suatu bank. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Witra Octifane (2014).
SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik terbukti tidak terdapat perbedaan kesehatan bank antara bank pemerintah dan bank swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk indikator CAR, NPL, NIM. Sedangkan indikator ROA, ROE, dan LDR menunjukkan adanya terdapat perbedaan kesehatan bank antara bank pemerintah dan bank swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
10
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 6 No. 1 Des 2016
2. Rekomendasi Rekomendasi yang dapat disampaikan sebagai berikut: a. Bagi Bank Pemerintah maupun Bank Swasta Nasional agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kesehatan bank. b. Bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan perbandingan dan tambahan referensi yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian yang sama.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Tri Yenni. 2012. Perbedaan Kinerja Keuangan Bank BUMN dengan Bank Swasta Nasional yang Go Public di Bursa efek Indonesia (Tesis master yang tidak dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah Palembang, Indonesia. Anwar, Yuniarti. 2012. Perbedaan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional Menggunakan Metode CAMEL. (Tesis master yang tidak dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah Palembang, Indonesia. Bank Indonesia. Statistik Perkembangan Indonesia Desember 2015. Diunduh dari http://www.bi.go.id. Bank Indonesia. Surat Edaran No. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 Perihal Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Diunduh dari http://www.bi.go.id. Budisantoso, Totok & Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat. Darmawi, Herman. 2014. Manajemen Perbankan. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara. Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan Konvensional dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Mitra Wacana Media. Gatot, Ahamd Nazir, dkk. 2014. Analisis Kinerja Perbandingan Bank Devisa BUMN dan Bank Devisa Swasta Pada Tahun 2006-2011. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta, Indonesia. Graciella Angel, Christania. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja pada Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Diunduh dari http://ejournal.unsrat.ac.id. Haryanto, Sugeng. 2012. Kinerja dan Efisiensi Bank Pemerintah (BUMN) dan BUSN yang Go Publik di Indonesia. Diunduh dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/862686027a4afd60c888a9dc3e6f18f5.pdf. Hendro, Tri & Conny Tjandra Rahardja. 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non di Indonesia. Yogyakarta, Indonesia: UPP STIM YKPN.
11
Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………………………..………….Dwi Septiana
Ichsan Nurul, Hasan. 2014. Pengantar Perbankan. Jakarta, Indonesia: Referensi Gaung Persada Press Group. Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, Indonesia: Rajagrafindo Persada. Manurung, Mandala & Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta, Indonesia: FEUI. Marsuki, Marwanto, dkk. 2012. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional. Diunduh dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/862686027a4afd60c888a9dc3e6f18f5.pdf. Mewengkang, Yves Regina. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional yang Tercatat di BEI. Diunduh dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/2696/2249. Octifane, Witra. 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Indonesia. Diunduh dari http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/ viewFile/4471/4355. Sabra Qadrullah, Nanda. 2015. Studi Komparatif Kinerja Keuangan Metode CAMEL pada PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk. Dunduh dari http://eprints.unsri.ac.id/5970/1/Jurnal Orasi Bisnis Polsri. Saleh, Muhammad. 2010. Analisis perbedaan tingkat kesehatan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional (Studi kasus pada Bank yang Listing di BEI tahun 20062009 menggunakan metode Camel). Diunduh dari http://library.um.ac.id/freecontents/download/pub/pub.php/45647.pdf. Santoso, Singgih. 2010. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta, Indonesia : Gramedia Pustaka Indonesia. Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Selamet, Riyadi. 2003. Banking Assets And Liability Management. Jakarta, Indonesia: Lembaga Penerbit. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Indonesia: Alfabeta. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Suliyanto. 2009. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta, Indonesia: Andi Offset. Tanggulungan, Gustin. 2010. Komparasi Kinerja Bank Pemerintah Dan Bank Swasta. Diunduh dari http://eprints.unisbank.ac.id/162/1.
12