PERBEDAAN STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI MAGANG DENGAN NON-MAGANG DI TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Kadek Suardani NPM : 10.8.03.81.41.1.5.070
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014
i
PERBEDAAN STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI MAGANG DENGAN NON-MAGANG DI TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : Kadek Suardani NPM :10.8.03.81.41.1.5.070
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
I Putu Indra Prihanjana,drg.,M.Kes NPK.828 207372
Pembimbing II
I Nyoman Panji Triadnya P., drg.,M.Kes NIK. 826 594 196
ii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul : “Perbedaan Stress Kerja Mahasiswa Program Profesi Kedokteran Gigi Magang dengan Non-magang di Tempat Praktek Dokter Gigi”. Identifikasi yang dilakukan saat Praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar yang telah dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 14 Februari 2014. Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan. Denpasar, 14 Februari 2014 Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,
I PutuIndraPrihanjana, drg.,M.Kes NPK. 828 207372 Anggota :
Tanda tangan
1. I Nyoman Panji Triadnya P., drg.,M.Kes. NIK. 826 594 196
1. ………………
2. YudhaRahina, drg., M.Kes, Sert. KGI NPK.826 693 189
2. ………………
Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg.,M.Kes, FISID NIP. 19590512 198903 2001
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Stress Kerja Mahasiswa Program Profesi Kedokteran Gigi Magang dan Non-magang di tempat Praktek Dokter Gigi. Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu, kemampuan, dan pengetahuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Terselesaikannya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. I Putu Indra Prihanjana, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing I atas segala bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. I Nyoman Panji Triadnya P., drg., M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan dalam mengarahkan, membimbing dan memberi petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iv
3. Yudha Rahina, drg., M.Kes., Sert. KGI. Selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, dalam mengarahkan, membimbing dan member petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan . 4. Responden yaitu mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi keluarga pada masa praktikum di klinik UNMAS Denpasar. 5. Seluruh keluarga besar terutama I Made Dadi dan Ni Wayan Gani selaku orang tua, yang telah memberikan restu, doa dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabat Gede Karianto, Messy, Prami, Awan, Dek ari, Etika, Karima, Opiek, Dwita, Indah dan semua teman angkatan Cranter 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Denpasar,
Februari 2014
Penulis
v
Perbedaan stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi
Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Abstrak Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dan nonmagang di tempat praktek dokter gigi masing-masing memiliki tingkat beban kerja yang berbeda-beda. Dimana beban kerja merupakan faktor pemicu stress kerja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan stress kerja antara mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di rumah sakit gigi dan mulut Universitas Mahasaraswati Denpasar. Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai hubungan mahasiswa program profesi kedoketeran gigi yang magang dan non-magang terhadap stress kerja, agar dapat melakukan pencegahan stress kerja secara dini. Peneliti menggunakan rancangan cross sectional terhadap 30 orang mahasiswa magang dan 30 orang mahasiswa non-magang. Analisis data menggunakan uji Independent T-Test, dengan hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan tingkat stress kerja yang signifikan antara mahasiswa magang dengan mahasiswa non-magang. Pada mahasiswa magang 66.7% yang mengalami stress kerja kategori sedang dan 33.3% stress kerja dengan kategori ringan dan mahasiswa non-magang 30% yang mengalami stress kerja kategori sedang dan 70% stress kerja dengan kategori ringan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan stress kerja antara mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan nonmagang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di rumah sakit gigi dan mulut Universitas Mahasaraswati Denpasar. Saran penelitian ini adalah tingkat stress kerja yang sedang perlu diminimalkan dan tingkat stress kerja yang ringan agar dipertahankan dengan melakukan manajemen stress kerja. Kata kunci : Beban kerja, Magang, Stress kerja.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ...
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
3
1.3Tujuan Penelitian.............................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
5
2.1 Stress Kerja ....................................................................................
5
2.1.1 Pengertian Stress .............................................................
5
2.1.2 Pengertian Stress Kerja....................................................
7
2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stress Kerja ..............................
9
2.1.4 Tahapan Stress Kerja .......................................................
16
2.1.5 Dampak Stress Kerja .......................................................
18
2.1.6 Strategi Manajemen Stress Kerja ....................................
19
2.2 Beban Kerja ....................................................................................
24
2.2.1 Pengertian Beban Kerja ...................................................
24
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja............
25
2.3 Hubungan Beban Kerja denga Stress Kerja ...................................
26
vii
2.4 Kerangka Konseptual .....................................................................
27
BAB III HIPOTESIS ......................................................................................
30
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................
32
4.1 Rancangan Peenelitian ...................................................................
32
4.2 Identifikasi Variabel .......................................................................
32
4.3 Definisi Operasional .......................................................................
32
4.4 Populasi dan Sampel ......................................................................
33
4.5 Instrumen Penelitian .......................................................................
34
4.6 Alat Penilitian .................................................................................
39
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................
39
4.8 Jalan Penelitian ...............................................................................
39
4.9 Analisis Data ..................................................................................
40
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................
42
5.1 Deskripsi Responden ......................................................................
42
5.2 Analisis Data ..................................................................................
43
5.2.1 Analisis Deskriptif...........................................................
43
5.2.1 Uji Independent T-Test ....................................................
44
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................
46
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
49
7.1 Simpulan.........................................................................................
49
7.2 Saran ...............................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
50
LAMPIRAN .....................................................................................................
54
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas .........................................................................
37
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas .....................................................................
38
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas .....................................................................
41
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ........................
42
Tabel 5.2 Kategori
Stress
Kerja
Mahasiswa
Program
Profesi
Kedokteran Gigi yang Magang ..................................................... Tabel 5.3 Kategori
Stress
Kerja
Mahasiswa
Program
43
Profesi
Kedokteran Gigi yang Non-magang .............................................
44
Tabel 5.4 Hasil Uji Independent T-Test ........................................................
45
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep ........................................................................
x
27
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Program
pendidikan
Fakultas
Kedokteran
Gigi
di
Universitas
Mahasaraswati Denpasar adalah pendidikan akademik profesi yang terdiri dari dua program berkesinambungan yaitu Program Pendidikan Sarjana (Sarjana Kedokteran Gigi / SKG) dan Program Pendidikan Profesi (Dokter Gigi / drg). Program Pendidikan
Profesi Dokter Gigi adalah pendidikan yang bersifat
akademik professional baru boleh di tempuh setelah mahasiswa lulus Sarjana Kedokteran Gigi. Program ini berbentuk pengalaman belajar klinik (kepanitraan klinik) yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP). Mahasiswa belajar sekaligus bekerja di bawah arahan dan bimbingan dosen atau dokter gigi senior rumah sakit pendidikan bersangkutan. Mahasiswa kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang menempuh Program Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi ada yang magang dan ada yang non-magang. Mahasiswa program profesi yang magang di tempat praktek dokter gigi, selain menuntut ilmu secara formal, mahasiswa memang harus memiliki salah satu bentuk persiapan karir seperti dengan berlatih bekerja (magang) atau bekerja sambilan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia magang secara umum merupakan calon pegawai yang belum diangkat secara tetap dan belum menerima gaji atau upah karena dianggap masih dalam tahap belajar. Bunyi pasal 8 tentang pemagang dalam Peraturan Perusahaan 2013-2014 yaitu peserta magang (trainee) diberi kesempatan oleh perusahaan untuk melakukan praktek kerja dengan jangka waktu tertentu dengan mengindahkan peraturan dan perundangan yang berlaku.
1
2
Pengertian magang secara khusus pada mahasiswa adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan di luar perkuliahan untuk melengkapi proses belajar yang di dapat di bangku kuliah dalam upaya menciptakan pengalaman bekerja bagi mahasiswa. Menurut Johnson dkk (2002 cit. Patriana 2007) menunjukkan bahwa bekerja magang pada remaja akan meningkatkan self-esteem dan perasaan efficacy, membantu dalam bidang akademik dan kemampuan kerja, meningkatkan keterlibatan dalam masyarakat, meningkatkan kesehatan mental, dan mengurangi permasalahan perilaku. Jadi magang yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa program profesi kedokteran gigi ini adalah suatu bentuk pengalaman kerja mahasiswa yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tambahan di luar perkuliahan dan untuk melatih keterampilan, sehingga karena alasan inilah, beberapa mahasiswa program profesi memilih untuk magang di tempat prkatek dokter gigi. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan magang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap mahasiswa program profesi kedokteran gigi di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Tetapi fakta baru menunjukan bahwa kebanyakan dari mahasiswa yang magang tersebut memilih untuk berhentin magang dengan alasan lelah, sulit membagi waktu dan ingin fokus di klinik. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat sebelumnya, bahwa magang memberikan pengaruh positif. Fakta tersebut menunjukan bahwa magang dapat memberikan pengaruh negatif, mungkin hal ini terjadi karena mahasiswa yang berhenti magang tersebut merasakan beban pekerjaanya terlalu banyak sehingga mereka mengalami stress dan memilih untuk berhenti. Tetapi jika di lihat dari manfaat dan tujuan magang, seharusnya mahasiswa yang tidak magang yang
3
memiliki stress, karena dari sisi pengalaman, kemampuan dan keterampilan dalam bekerja mahasiswa magang lebih unggul. Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan stress kerja antara mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
1.3 Rumusan Masalah Dari uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah ada perbedaan stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di RSGM UNMAS Denpasar ?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mengetahui perbedaan stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pembaca adalah: 1. Dapat memberikan informasi kepada peneliti dan mahasiswa kedokteran gigi UNMAS Denpasar mengenai hubungan mahasiswa program profesi kedoketeran gigi magang dan non-magang terhadap stress kerja, agar dapat melakukan pencegahan stress kerja secara dini.
4
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dimana hasil ini dapat digunakan sebagai informasi bagi pembaca kajian ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan tentang stress kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stress Kerja 2.1.1 Pengertian Stress Dikalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stress. Setiap aktivitas normal akan menghasilkan stres, dan stres tak dapat dihindari. Stres dapat ditoleransi hanya dalam waktu yang terbatas. Tidak pernah ada dua orang yang identik, maka stres yang sama akan berpengaruh secara berbeda terhadap masing-masing individu, serta berat ringannya juga sangat bervariasi (Harrianto 2005 cit. Airmayanti 2009). Istilah „stres‟ sudah sejak lama kita gunakan dalam pembicaraan seharihari. Stres adalah suatu keadaan tidak nyaman pada seseorang karena adanya perubahan dalam diri atau lingkungan yang menuntut adanya penyesuaian. Seseorang dituntut untuk menyesuaikan diri karena keadaan stres membebani sumber daya orang tersebut dan mengganggu kesejahteraannya. Stres merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari perubahan yang terjadi di lingkungan maupun diri sendiri. Karenanya, setiap orang pasti pernah mengalami stress. stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan sehingga stress akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko 2008 cit. Anitawidanti 2010).
5
6
Menurut Yusianto (2008) stres sebagai suatu keadaan tegang secara biopsikososial karena aktivitas yang berlebih. Stres merupakan suatu kondisi yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental atau mengarah ke prilaku yang tidak wajar. Stres akan mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Menurut Hermita (2011) stress tidak selamanya bersifat negatif. Stress dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Stres sangat mungkin dialami atau tidak oleh seseorang tergantung pada karakteristik orang yang bersangkutan menanggapi kondisi tersebut. Dalam menentukan apakah stresor itu dapat berakibat positif atau negatif dibutuhkan penilaian kognitif terhadap individu. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul. Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu dan perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stresful. Sehingga respon terhadap stresor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu (Widyasari 2005 cit. Airmayanti 2009). Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita. Stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
7
mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress
dapat
saja positif (misalnya:
merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu (Fieldman 1989 cit. Fauziah dan Widury 2007).
2.1.2 Pengertian Stress Kerja Menurut Gibson (1987 cit. Hermita 2011) dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan, secara spesifik menjelaskan bahwa stress kerja dikonseptualisasikan dari beberapa titik pandang, yaitu : a. Stres sebagai stimulus Stres
sebagai
stimulus
merupakan
pendekatan
yang
menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. b. Stres sebagai tanggapan (respon) Stres sebagai tanggapan (respon) merupakan tanggapan fisiologis atau psikologis seseorang terhadap lingkungan penekan (stressor), di mana penekan adalah kejadian eksteren atau situasi yang secara potensial mengganggu.
8
c. Stres sebagai stimulus-respon Stres sebagai pendekatan stimulus-respon merupakan konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stress merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan. Gaffar (2012) juga berpendapat yang sama bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Banyak yang berpendapat bahwa stress sebagai keadaan yang negatif atau keadaan yang buruk. Tetapi stres tidak selamanya harus buruk, walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif. Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, akibatnya pada karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu kinerja mereka. Stres akan bernilai positif jika karyawan yang bersangkutan terpacu untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya dengan memperbaiki kinerjanya (Robbins 1996 cit. Noviandari 2007).
9
Stress kerja timbul karena adanya perasaan tertekan yang dirasakan karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja terbagi dua yaitu stres kerja negatif dan stres kerja positif. Stres negatif biasa disebut Distress dan seringkali menghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan. Di sisi lain, stress positif atau biasa disebut Eustress menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang kritis bagi banyak karyawan (Ventera 2001 cit. Noviandari 2007).
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stress Kerja Menurut Hurrell dkk (1988 cit. Munandar 2001) bahwa faktor-faktor di pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan atas lima kategori besar, yaitu : a. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan Faktor intrinsik dalam pekerjaan meliputi : 1) Beban kerja Dengan melakukan aktivitas pekerjaan, tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat berupa beban kerja fisik dan mental. 2) Shift kerja (kerja gilir) Penggunaan teknologi modern menuntut peningkatan aktifitas manusia sepanjang waktu sehingga dituntut adanya pembagian kerja dalam shift selama 24 jam. Akan tetapi perubahan irama biologi tubuh manusia tidak sama dengan tuntutan lingkungan kerja dengan shift,
10
karena manusia menggunakan waktunya di malam hari untuk istirahat atau tidur sehingga manusia harus beradaptasi dengan perubahan shift kerja. Efek shift kerja yang tidak teratur adalah menurunnya kesehatan pekerja karena ketidaksesuaian dan ketidakseimbangan penempatan jam kerja dengan pola sosial, fisiologi (perubahan irama sirkardian tubuh) dan psikologi individu. 3) Jam kerja Menurut standar yang ada, rata-rata jam kerja adalah 8 jam per hari.
Sehingga
meningkatkan
penambahan usaha
adaptasi
jam
kerja
pekerja,
diluar yang
standar
dapat
kemudian
dapat
meningkatkan ekskresi katokholamin yaitu hormon adrenalin dan nonadrenalin. Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi tanpa kontrol jumlah jam kerja yang berlebihan ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja. 4) Rutinitas Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan gerakan anggota badan yang berulang-ulang secara monoton, yang kadangkadang pula disertai posisi kerja yang sulit atau sambil membawa beban atau menahan beban seringkali sangat memberatkan individu pekerja.
11
5) Kompleksitas pekerjaan Semakin kompleks suatu pekerjaan, maka pekerja dituntut untuk bekerja semakin lama dan memiliki keahlian yang memadai. Selain itu, pekerjaan yang kompleks memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan rumit, sehingga apabila banyak pekerja yang
tidak mampu
menyelesaikan hal tersebut maka para pekerja akan mengalami frustasi dan stres. 6) Pembebanan tuntutan pekerjaan yang berat dengan keterampilan yang tidak memadai Apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang belum menjadi keahliannya, maka orang tersebut akan berpotensi terkena stres, karena pekerjaan akan selalu menuntut dan membebani pekerja. Sehingga pikirannya tidak pernah tenang dan selalu merasa dibayangi oleh pekerjaannya tersebut. 7) Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan Seseorang yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Namun, pekerja yang kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya akan selalu menunda pekerjaannya. Sehingga pekerjaan tidak pernah selesai tepat waktu, yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres. b. Peranan dalam Organisasi Sumber utama stres kerja lainnya adalah yang berhubungan dengan peranan seseorang di tempat kerja. Para peneliti di bidang ini bersepakat
12
untuk memfokuskan pada peranan
yang mempunyai dua makna (role
ambiguity) dan peranan yang mempunyai dua makna yang saling bertentangan (role conflict). 1) Role Ambiguity Hal ini terjadi ketika seseorang mempunyai informasi yang tidak selaras tentang peranan pekerjaannya, dimana terdapat kekurangjelasan tentang tujuan yang akan dihasilkan dari suatu pekerjaan yang dipengaruhi oleh peraturan, tentang ruang lingkup dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan dan tentang harapan rekan-rekan kerja dari peranan kerjanya. Kahn et al (1964 cit. Munandar 2001) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami role ambiguity yang berlebihan akan mengalami kepuasan
kerja
yang rendah, meningkatnya
ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan, kepercayaan terhadap diri sendiri yang semakin rendah dan kesia-siaan yang bertambah besar. Indikator stres kerja yang berhubungan dengan role ambiguity adalah mengalami keadaan yang tertekan, ketidakpuasan pada kehidupannya,
ketidakpuasan pada pekerjaan, rendahnya
motivasi kerja, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan dan rasa menghargai diri sendiri yang semakin rendah. 2) Role Conflict Hal ini terjadi ketika seseorang berada dalam situasi peranan kerja tertentu yang berlawanan dengan tuntutan pekerjaan / menghadapi masalah oleh keharusan melaksanakan suatu pekerjaan
yang
sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh orang tersebut. Sebagian besar
13
frekuensi manifestasi dari role conflict adalah ketika seseorang dihadapkan pada dua kelompok orang yang menginginkan perbedaan perilaku
atau
mengharapkan
bahwa
pekerjaan
seharusnya
menghasilkan fungsi yang berbeda-beda. Kahn et al (1964 cit. Munandar 2001) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami role conflict yang berlebihan akan mengalami kepuasan kerja yang rendah, meningkatnya ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan. c. Pengembangan Karir Banyak orang menganggap bahwa karir sama dengan kemajuan dalam suatu organisasi. Pengembangan karir merupakan gabungan dari kebutuhan pelatihan di masa akan datang dan perencanaan sumber daya manusia. Dari sudut pandang pegawai, pengembangan karir memberikan gambaran mengenai jalur-jalur karir di masa akan datang di dalam organisasi dan menandakan kepentingan jangka panjang dari organisasi terhadap para pegawainya. Pengembangan karir memacu kepada aktivitas pekerjaan yang terus-menerus, kelebihan jam kerja ketika melakukan berbagai pekerjaan dan berbagai macam pelatihan yang diberikan. Hal ini menyebabkan dalam usaha pencapaian karir akan menimbulkan stress. d. Hubungan Interpersonal dalam Pekerjaan Menurut Selye (1956 cit. Munandar 2001) bahwa hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan kerja yang tidak baik atau adanya konflik antaranggota terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf
14
pemberian support yang rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. e. Struktur dan Iklim Organisasi Bagaimana para tenaga kerja mempersepsikan kebudayaan, kebiasan dan iklim dari organisasi adalah penting dalam memahami sumber-sumber stres potensial sebagai hasil dari beradanya mereka dalam organisasi : kepuasan dan ketidakpuasan kerja berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dan pada support social. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang negatif seperti terlalu sedikit / tidak ada partisipasi (terlibat) dalam proses pengambilan keputusan, tidak mempunyai rasa memiliki, kurang efektifnya konsultasi dan komunikasi, pembatasan tingkah laku dan politik di kantor. Menurut Cooper (1983 cit. Prihatini 2007) sumber stress kerja terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut : a. Lingkungan kerja : kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekeja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas kerja. b. Overload (beban kerja berlebih) : dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja yang berlebih kuantitatif bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan akibatnya mudal lelah dan berada
15
dalam ketegangan tinggi. Beban kerja berlebih secara kualitatif bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. c. Deprivational stress : yaitu pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan lain sebagainya. d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.
Abraham dan Shanley (1997 cit. Dewe 1989) menyatakan bahwa beberapa analisa dihasilkan lima sumber stress pada perawat sesuai dengan tingkat kepentingannya : a. Beban kerja yang berlebih misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, dan merasa tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan teman sekerja. b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lainnya, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsi yang dilakukan dan gagal membentuk im kerja denga staf. c. Kesulitan dalam merawat pasien yang kritis, misalnya menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat. d. Berurusan dengan pengobatan atau perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan social dan emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa
16
tidak pasti sejauhmana harus memberikan informasi pada pasien atau keluarga dan merawat pasien yang sulit diajak kerjasama. e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat.
2.1.4 Tahapan Stress Kerja Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Menurut hasil penelitian Amberg (1979 cit. Hawari 2001) bahwa tahapan stress terbagi menjadi sebagai berikut : a. Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut : semangat bekerja besar, berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan dan merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. b. Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu
17
untuk beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II yaitu : merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai. c. Stres tahap III Stres tahap III akan menunjukkkan keluhan-keluhan yaitu : gangguan lambung dan usus semakin nyata ; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare), ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) dan koordinasi tubuh terganggu (badan serasa mau pingsan). d. Stres tahap IV Gejala stres tahap IV, yaitu : aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan
untuk
merespon
secara
memadai
(adequate),
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan, daya
18
konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. e. Stres tahap V Stres tahap V ditandai dengan hal-hal berikut : kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder) dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. f. Stres tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut : debaran jantung teramat keras, susah bernafas (sesak), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan dan pingsan atau kolaps (collapse).
2.1.5
Dampak Stress Kerja Menurut Lubis (2006 cit. Prihatini 2007) stress kerja dapat mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut : a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stress seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung, asma, dan gangguan menstruasi. b. Kecelakaan kerja terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, dan bekerja bergiliran. c. Absensi kerja
19
d. Lesu atau malas untuk bekerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja. e. Gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan sampai ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marahmarah, apatis dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi dang cemas.
Menurut Cox (1976 cit. Airmayanti 2009) ada lima efek stress mempengaruhi prilaku dan kesehatan adalah sebagai berikut : a. Efek subyektif seperti cemas, apatis, jenuh, depresi, kelelahan, frustasi, mudah tersinggung, nervous (gugup), dan rendahnya keseimbangan diri. b. Efek perilaku seperti penyalahgunaan obat, nafsu makan hilang atau berlebihan, merokok dan minum- minuman keras. c. Efek kognitif seperti tidak dapat mengambil keputusan, sulit konsentrasi, sering lupa dan mudah tersinggung. d. Efek fisiologis seperti peningkatan tekanan darah dan kadar glukosa darah, denyut jantung meningkat, mulut terasa kering, berkeringat, pupil melebar dan sukar bernafas. e. Efek organisasional seperti absenteisme, hubungan interpersonal yang buruk, penurunan produktifitas kerja, tingginya angka kecelakaan dan keterlambatan kerja, ketidakpuasan kerja, antagonisme pekerjaan dan iklim perusahaan yang buruk.
2.1.6 Strategi Manajemen Stress Kerja Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih dari pada sekedar
20
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan menjadi strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Munandar 2001) : a. Strategi Penanganan individual Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 1) Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif. Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudhu bagi orang Islam, dan sebagainya. 2) Melakukan relaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka
21
mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara meditasi yang bisa dilakukan
adalah
dengan
menutup
atau
memejamkan
mata,
menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa. 3) Melakukan diet dan fitness. Beberapa cara yang bisa ditmpuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi makanan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buahbuahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tennis, bulutangkis, dan sebagaianya. b. Strategi Penanganan Organisasional Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan: 1) Menciptakan
iklim
organisasional
yang
mendukung.
Banyak
organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iklim impersonal. Ini dapat membawa pada stres kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin
22
menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak control terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stress kerja mereka. 2) Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil. c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional. Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigi dari apa yang dia kerjakan. d. Strategi Dukungan Sosial Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga dukungan sosial dapat diperoleh.
23
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja menurut pendapat Davis dan Newstrom (cit. Munandar 2001), yaitu : a. Pendekatan Dukungan Sosial Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya : bermain game, dan bercanda. b. Pendekatan melalui meditasi Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi kealam pikiran, mengondorkan kerja otot, dan menenangkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masingmasing 15-20 menit. Meditasi bisa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama islam bisa melakukannya setelah Dzuhur melalui dzikir dan doa kepada Allah SWT. c. Pendekatan Biofeed Back Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya. d. Pendekatan kesehatan pribadi Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontiyu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
24
2.2 Beban Kerja 2.2.1
Pengertian Beban Kerja Menurut Manuaba (2000 cit. Prihatini 2007) tubuh manusia dirancang
untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomic setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa berat dan banyaknya pekerjaan. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat kemampuan yang dimiliki. Lebih lanjut menurut Munandar (2001) beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja berlebih merupakan pembangkit stres. Beban kerja dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualititif. Beban kerja kuantitatif yaitu beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Sedangkan beban kerja kualitatif yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja kuantitatif dan kualitatif yang berlebih dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stress.
25
2.2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Manuaba (2000 cit. Prihatini 2007) menyatakan bahwa beban kerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Faktor eksternal 1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti banyaknya tugas yang harus dikerjakan, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh dan tanggung jawab pekerjaan. 2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. 3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis. Ketiga aspek ini disebut wring stresor. b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatic (Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan. keinginan dan kepuasan).
26
2.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Menurut Anugrah (2009) beban kerja berlebih secara fisik maupun mental seperti harus melakukan aktivitas yang berlebih merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Berat atau ringannya beban kerja yang diterima seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan. Dimana semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Dalam bidang kesehatan beban kerja akan menjadi sumber stress bagi perawat bila beban kerja tidak sebanding dengan kemampuan fisik. Karena setiap perawat mempunyai kemampuan kerja yang normal menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman dan waktu yang dimiliki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stress kerja perawat. Stress kerja yang timbul akibat beban pekerjaan berbeda-beda tergantung ruangan perawatan dan kondisi pasien yang dirawat (Prihatini 2007).
27
2.4 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini meliputi :
Mahasiswa Kedokteran Gigi
Program Pendidikan Profesi
Magang
Beban kerja : -
Program Pendidikan Sarjana
Non-magang
Beban kerja di RSGM UNMAS
di RSGM UNMAS di tempat praktek dokter gigi Stres Kerja
Stres Kerja
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak titeliti : Pembagi : Faktor yang mempengaruhi Gambar 2.1 Gambaran hubungan mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang terhadap stress kerja.
28
Sesuai dengan definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 cit. Patriana 2007), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi adalah pendidikan yang bersifat akademik professional yang baru boleh ditempuh setelah lulus sarjana.
Program ini berbentuk pengalaman belajar klinik
(kepaniteraan klinik) yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) dan pengalaman belajar lapangan, khususnya pelayanan medik di rumah sakit pendidikan. Jadi mahasiswa program pendidikan profesi kedokteran gigi adalah mahasiswa sarjana kedokteran gigi (skg) yang belajar di klinik atau RSGM untuk memperoleh gelar dokter gigi. Tujuan Pendidikan Program Studi Profesi Dokter Gigi adalah mampu mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan gigi dan mulut dan meningkatkan usia harapan hidup. Mahasiswa kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang menempuh Program Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi ada yang magang dan ada yang non-magang. Mahasiswa program profesi kedokteran gigi di UNMAS Denpasar tersebut magang di tempat praktek dokter gigi. Magang yang diartikan sebagai pengalaman kerja. Dalam BPKB Jaya Giri (1990) Program magang adalah suatu kegiatan pembinaan yang dikelola secara terpusat dan merupakan suatu program nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seorang tenaga akademik dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang dikoordinasikan oleh Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi,
Kementerian
Pendidikan
Dan
Kebudayaan. Magang adalah proses belajar dimana seseorang memperoleh pengalaman dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam
29
proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam pekerjaan ini. Mahasiswa program profesi kedokteran gigi melakukan magang di tempat praktek dokter gigi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan diluar perkuliahan, sebagai pengalaman kerja dan melatih keterampilan. Mahasiswa yang magang memiliki beban kerja yaitu beban kerja di RSGM UNMAS dan beban kerja di tempat praktek dokter gigi. Adanya beban dalam bekerja sehingga memungkinkan timbul stress kerja. Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang non-magang merupakan mahasiswa yang tidak melakukan magang di tempat praktek dokter gigi. Beban kerja yang dimiliki oleh mahasiswa non-magang yaitu beban kerja di RSGM UNMAS. Beban yang dialami dapat memungkinkan timbulnya stress dalam kerja.
BAB III HIPOTESIS
Menurut Soewondo (1993 cit. Airmayanti 2009) stres kerja merupakan keadaan yang dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Stress kerja merupakan suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sedemikian rupa sehingga mengganggu keseimbangan fisiologik dan psikologik. Salah satu faktor penyebab stress tersebut adalah beban kerja yang terlalu berat. Beban kerja timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak diberikan untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Selain itu, beban kerja akan timbul jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tidak menggunakan keterampilan dan potensi untuk bekerja. Disamping itu beban kerja yang terlalu banyak atau berlebih dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stress (Anonymous 2008). Mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar pada saat di klinik, mereka dituntut untuk mampu mendiagnosa secara tepat suatu penyakit, mengindikasikan perawatannya, melakukan tindakan perawatan secara tepat, mengisi kartu status, mencatat perkembangan pasien dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Adanya hal tersebut, sehingga beberapa dari mahasiswa sarjana kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang pada saat menempuh Program Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi magang di tempat praktek dokter gigi keluarga. Magang yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan tambahan diluar perkuliahan, pengalaman kerja, melatih keterampilan dan
30
31
bermanfaat untuk masa depannya. Di tempat praktek dokter gigi, mahasiswa yang bertindak sebagai pemagang biasanya bertugas mempersiapkan alat-alat untuk praktek, ikut serta menangani pasien, mendampingi pasien selama perawatan, mencuci alat, dan membersihkan ruangan praktek. Adanya aktivitas pekerjaan yang berlebih ini, kemungkinan ini dapat menjadi beban kerja bagi mahasiswa tesebut. Beban kerja dapat dialami oleh mahasiswa yang magang dikarenakan aktivitas yang berlebih sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Hal ini dapat menimbulkan beban secara fisik, karena harus mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan, selain beban fisik juga dapat menimbulkan beban mental karena dibutuhkan kesiapan untuk menghadapi pasien dengan penyakitnya, melakukan tindakan perawatan secara langsung sehingga harus menghadapi resiko penularan penyakit dari pasien, dan menghadapi keluhan-keluhan pasien. Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Banyak atau sedikitnya beban kerja yang diterima dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan. Semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan (Tarwaka et al. 2004 cit. Airmayanti 2009). Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang memiliki aktivitas lebih banyak dibandingkan non-magang, karena adanya aktivitas pekerjaan yang bertambah dimana selain mengikuti perkuliahan mereka juga harus bekerja di tempat magang sehingga beban kerja yang timbul juga lebih besar. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa tingkat stress kerja yang dimiliki mahasiswa magang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non-magang.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian epidemiologik analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional digunakan pada penelitian ini karena data efek, faktor efek dan resiko stress kerja diukur pada saat yang bersamaan.
4.2 Identifikasi Variabel Ada dua macam variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 4.2.1 Variabel Pengaruh
: Magang dan Non-magang di tempat praktek dokter gigi
4.2.2 Variabel Terpengaruh
:
Stress kerja pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi
4.3 Definisi Operasional Definisi operasional dari tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut : 4.3.1 Magang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS yang bekerja di tempat praktek dokter gigi dimana magang yang dilakukan minimal 3 bulan. 4.3.2 Non-magang adalah mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS yang hanya belajar di klinik atau RSGM dan tidak bekerja di tempat praktek dokter gigi.
32
33
4.3.3 Stres kerja adalah suatu gejala-gejala yang timbul yang terdiri dari tiga aspek yaitu gejala psikologis seperti ada perasaan tegang saat melakukan
tindakan
perawatan
pada
pasien,
kehilangan
daya
konsentrasi, bingung, panik, dan takut, gejala fisik seperti pusing, jantung terasa berdebar-debar dan otot punggung terasa kaku setelah melakukan tindakan perawatan, gejala prilaku seperti menghindari pekerjaan atau tugas klinik, keinginan minum-minuman keras, kehilangan nafsu makan dan meningkatnya absensi di klinik, yang dialami oleh mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang di tempat praktek dokter gigi keluarga. 4.3.4 Mahasiswa program pendidikan profesi kedokteran gigi adalah mahasiswa yang belajar di klinik atau RSGM untuk memperoleh gelar dokter gigi.
4.4 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa program profesi kedokteran gigi di klinik UNMAS Denpasar. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 orang yaitu 30 mahasiswa yang magang dan 30 yang nonmagang. Digunakan sampel
sebanyak 60 orang karena dalam penelitian ini
terdapat dua kategori kelompok yaitu magang dan non-magang. Pada masingmasing kelompok jumlah sampel sebanyak 30 orang, jumlah ini merupakan jumlah minimal dalam satu kategori kelompok pada suatu penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling disebut juga judgment sampling. Digunakan tehnik purposive sampling karena pengambilan atau pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan
34
kriteria-kriteria yaitu mempunyai status gizi baik, tidak sedang sakit dan tidak sedang hamil.
4.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tentang stress kerja pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar. Proses pembuatan instrument penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a. Membuat item-item pernyataan kuesioner berdasarkan teori Beehr dan Newman (1978 cit. Prihatini 2007), yang membagi gejala stress kerja menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan gejala prilaku. (a) gejala psikologis terdiri dari ; kecemasan, ketegangan, bingung, marah, komunikasi tidak efektif, depresi, lelah mental, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan semangat hidup dan menurunnya rasa percaya diri. (b) Gejala fisik seperti meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, gangguan gastrointestinal misalnya gangguan lambung, kematian, mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, kepala pusing, migrain, ketegangan otot dan gangguan tidur. (c) Gejala prilaku seperti menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, meningkatnya frekuensi absensi, prilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, kecenderungan prilaku berisiko tinggi misalnya ngebut-ngebutan, berjudi dan kecendrungan untuk bunuh diri. Pernyataan stress kerja pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu pernyataan berupa stress positif dan pernyataan berupa stress negatif. Peneliti
35
membuat 20 item pernyataan stress kerja tediri dari 6 item tentang gejala psikologis, 9 item tentang gejala fisik dan 5 item tentang gejala prilaku. b. Pembuatan alat ukur stress kerja dengan cara menyusun item-item kuesioner dengan 4 alternatif jawaban berdasarkan skala likert yaitu tidak pernah, pernah, kadang-kadang dan selalu. Pemberian skor pada masingmasing alternatif jawaban pada pernyataan berupa stress positif berbeda dengan pernyataan berupa stress negatif. Untuk pernyataan yang berupa stress positif, skor untuk alternative jawabannya yaitu : tidak pernah (skor 4), pernah (skor 3), kadang-kadang (skor 2) dan selalu (skor 1). Dan untuk pernyataan yang berupa stress negatif, skor untuk alternative jawabannya yaitu : tidak pernah (skor 1), pernah (skor 2), kadang-kadang (skor 3) dan selalu (skor 4). c. Kemudian selanjutnya dilakukan uji coba kuesioner pada responden. Jumlah responden untuk try out atau uji coba adalah 15 orang mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar. Tujuan uji coba untuk meyakinkan peneliti bahwa pernyataan-pernyataaan mengenai stress kerja dapat di mengerti oleh responden. d. Setelah kuesioner diuji cobakan pada 15 responden, data hasil uji coba tersebut dibuat dalam bentuk data Microsoft office excel. e. Kemudian dilakukan uji validitas dengan tujuan untuk mengetahui kuesioner yang dipergunakan mampu untuk mengukur tingkat stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar. Uji validitas dengan menggunakan tehnik Pearson Correlation dengan ketentuan :
36
1. Jika hasil pada kolom total pearson Correlation terdapat * maka variabel tersebut valid dengan tariff signifikan 5%. 2. Jika hasil pada kolom total pearson Correlation terdapat ** maka variabel tersebut valid dengan tariff signifikan 1%. Untuk hasil lengkap dari uji validasi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
37 Tabel 4.1 Hasil uji validitas No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15
16
17
18
19
20
Pernyataan Saya merasa tegang ketika saya akan melakukan tindakan perawatan terhadap pasien Saya merasa kehilangan daya konsentrasi ketika mendengar banyak instruksi dokter gigi Saya dapat menenangkan diri walaupun menghadapi pasien yang sedang merintih atau mengeluh kesakitan Saya merasa bingung menghadapi pasien yang mengerang kesakitan Saya merasa panik dan bingung saat disuruh mengambil alat dan bahan untuk perawatan pasien Saya merasa takut ketika saya melakukan kesalahan dalam memberikan perawatan kepada pasien Saya dapat tidur nyenyak meskipun banyak pekerjaan yang sudah saya lakukan Saya merasakan otot punggung saya kaku saat atau setelah melakukan tindakan perawatan pada pasien Saya merasa keringatan saat memberikan tindakan perawatan kepada pasien Saya merasakan pusing atau sakit kepala saat atau selesai bekerja Ketika akan melakukan tindakan perawatan pada pasien, saya merasa jantung saya berdebar-debar Saya merasakan pegal-pegal saat atau selesai bekerja Jantung saya terasa berdebardebar ketika mendengar pasien tiba-tiba menjerit Saya merasakan sesak nafas saat atau selesai bekerja Setelah selesai bekerja diklinik, saya merasa lelah secara fisik Meskipun banyak aktivitas yang saya kerjakan, saya tidak ingin meminumminuman keras Meskipun banyak aktivitas yang saya kerjakan, saya makan seperti biasa Jika saya merasa lelah, saya memilih untuk tidak hadir di klinik Saya sering menunda-nunda tugas kuliah jika saya merasa kesulitan Saya tidak selera makan ketika banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan
37
Hasil Pearson Correlation
Sig.
Keterangan
0.631
0.012
Valid
0.706
0.003
Valid
0.586
0.022
Valid
0.573
0.026
Valid
0.864
0.000
Valid
0.533
0.041
Valid
0.733
0.002
Valid
0.646
0.009
Valid
0.570
0.027
Valid
0.887
0.000
Valid
0.659
0.008
Valid
0.709
0.003
Valid
0.789
0.000
Valid
0.907
0.000
Valid
0.608
0.016
Valid
0.522
0.046
Valid
0.492
0.062
Tidak Valid
0.623
0.013
Valid
0.744
0.001
Valid
0.701
0.004
Valid
38 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 19 item kuesioner yang valid dan hanya 1 item yang tidak valid. Maka hanya 19 item yang dapat digunakan sebagai alat ukur stress kerja. f. Item-item kuesioner yang telah valid, lalu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Uji realibilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh sebuah alat ukur stress kerja dapat diandalkan atau dipercaya. Pengujian realibilitas terhadap seluruh item / pernyataan stress kerja yang dipergunakan dalam penelitian ini akan menggunakan formula cronbach alpha (koefisien alpha cronbach), dimana secara umum yang dianggap reliabel apabila hasil koefisien alpha cronbach > 0.6 (Ghozali 2006 cit. Fadhilah 2010). Hasil lengkap uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas Variabel
Cronbach alpha
Keterangan
Stress kerja
0.936
Reliabel
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dari variabel yang diujikan nilainya di atas 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel dalam penelitian ini lolos dalam uji reliabilitas dan
dinyatakan reliabel. g. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka kuesioner siap untuk digunakan sebagai alat ukur stress kerja pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi.
38
39
4.6 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen dan papan alas tulis.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu diadakannya penelitian sebagai berikut : 4.6.1 Lokasi
: Universitas Mahasaraswati Denpasar
4.6.2 Waktu
: 15 November 2013 s.d. 29 Desember 2013
4.8 Jalannya Penelitian Jalannya penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Pelaksanaan penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap : 1) Peneliti memperkenalkan diri, serta mengajukan tujuan dilakukannya penelitian kepada mahasiswa program profesi. 2) Peneliti meminta kesediaan mahasiswa program profesi FKG UNMAS Denpasar untuk menjadi sampel. 3) Meminta kesediaan sampel untuk mengisi lembar persetujuan. 4) Kuesioner dibagikan kepada setiap sampel. 5) Peneliti menginstruksikan tatacara pengisian kuesioner kepada sampel b. Pemeriksaan data Setelah semua hasil kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tiap pernyataan stress kerja pada masing-masing kuesioner dan melihat apakah semua pernyataan telah diisi.
40
4.9 Analisis Data Menurut Polit dan Hungler (2006 cit. Purwati 2012) analisis data adalah sebuah metode yang dipakai untuk mengubah informasi menjadi memiliki arti dan dapat dimengerti. Data pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk meringkas data stress kerja kedalam beberapa kategori stress. Pemilihan uji analisa data berdasarkan jenis data dan uji normalitasnya. Data stress kerja adalah data jenis kuantitatif tipe interval. Hasil kuesioner dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Jika data berdistribusi normal maka menggunakan metode parametrik dan jika data yang ada tidak berdistribusi normal, maka menggunakan metode non-parametrik. Hasil data kuesioner stress kerja pada penelitian ini menunjukan bahwa data berdistribusi normal sehingga digunakan uji analitik parametrik. Ada 2 jenis kelompok sampel pada penelitian ini yaitu kelompok magang dengan kelompok non-magang yang merupakan dua jenis sampel yang tidak berhubungan (Two Independent Sampels), sehingga menggunakan uji statistik parametrik jenis Independent T-Test. Adapun proses analisis data sebagai berikut : a. Hasil kuesioner di buat dalam bentuk data Microsoft office excel. Ada 2 data yaitu data kelompok magang dan data kelompok non-magang. b. Peneliti membagi stress kedalam tiga kategori, dengan cara melihat jumlah skor terkecil = 19 dan jumlah skor terbesar = 76. Kategori stress terdiri dari ringan 19 – 38, sedang 39 – 57 dan berat 58 – 76. Data ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana tingkat stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS.
41
c. Kedua data pada Microsoft office excel tersebut dilakukan analisis deskriptif. d. Jumlah skor item setiap sampel pada 19 item kuesioner dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada alpha sebesar 5%. Jika nilai signifikansi dari pengujian KolmogorovSmirnov lebih besar dari 0.05 berarti data berdistribusi normal. Tabel 4.3 Hasil uji normalitas
Mean Asymp. Sig. (2-tailed)
Non-Magang
Magang
35.6667
39.8667
0.903
0.550
Berdasarkan uji statistik normalitas pada tabel 4.3 menunjukkan pvalue kategori Non-magang 0.903 lebih besar dari 0.05, maka data terdistrubusi normal dan pada kategori Magang p-value 0.550 lebih besar dari 0.05, ini menunjukan bahwa data terdistrubusi normal. e. Kemudian kedua data pada Microsoft office excel tersebut dilakukan uji Independent T-Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa magang dengan mahasiswa non-magang. Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa program profesi kedokteran gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang di bagi menjadi dua kelompok sampel yaitu mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang di tempat praktek dokter gigi dan mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang tidak magang di tempat praktek dokter gigi. Jumlah responden yang digunakan sebagai sampel penelitian sebanyak 60 mahasiswa, dimana 30 mahasiswa yang magang dan 30 mahasiswa non-magang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dimana dalam teknik ini hanya mahasiswa-mahasiswa yang sesuai dengan pertimbangan dan syarat khusus saja (mahasiswa program profesi kedokteran gigi) yang bisa dijadikan sampel. Dengan data karakteristik sampel sebagai berikut : Tabel 5.1 Karakreristik sampel berdasarkan jenis kelamin Kelompok Magang
Non-magang
Jenis Kelamin
Persentase (%)
L
13
43
P
17
57
L
14
47
P
16
53
Total (%) 100
100
Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa pada kelompok magang sampel terbanyak adalah sampel dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang sedangkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 orang. Dan pada kelompok
42
43
non-magang sampel terbanyak adalah dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 16 orang sedangkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang.
5.2 Analisis Data stress kerja antara mahasiswa magang dengan mahasiswa non-magang 5.2.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hasil data stress kerja berupa jumlah sampel yang mengalami stress dan tingkat stress yang dialami pada masing-masing kelompok sampel. Kategori stress kerja pada kelompok magang dan nonmagang yang lebih spesifik dapat dilihat pada table 5.2 dan tabel 5.3.
Table 5.2 Kategori stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang No
Stress Kerja
Jumlah
Persen
1
Ringan
9
30.0
2
Sedang
21
70.0
3
Berat
0
0.0
30
100.0
Jumlah
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa 30% mahasiswa magang yang mengalami stress kerja kategori ringan dan 70% stress kerja dengan kategori sedang.
44
Table 5.3 Kategori stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang non-magang No
Stress Kerja
Jumlah
Persen
1
Ringan
24
80.0
2
Sedang
6
20.0
3
Berat
0
0.0
30
100.0
Jumlah
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa 20% mahasiswa Nonmagang yang mengalami stress kerja kategori ringan dan 80% stress kerja dengan kategori sedang. Dari hasil uji diatas menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan yang non-magang.
5.2.2 Uji Independent T-Test Untuk mengetahui perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa magang dengan mahasiswa non-magang maka dilakukan uji Independent T-Test . Hipotesis pada penelitian ini yaitu : a. Ho = Tingkat stress kerja pada kelompok magang dan non-magang tidak berbeda secara signifikan. b. Hi = Tingkat stress kerja pada kelompok magang dan non-magang berbeda secara signifikan. Dasar pengambilan keputusan untuk menguji perbedaan tingkat stress kerja antara kelompok magang dengan kelompok non-magang pada uji Independent T-Test adalah : a. Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima. b. Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.
45
Hasil uji, dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut : Tabel 5.4 Uji Independent T-Test Kelompok
N
Mean
Sig. (2-tailed)
Magang
30
39.8667
0.004
Non-magang
30
35.6667
0.004
Berdasarkan hasil pada tabel 5.3 untuk stress kerja pada kelompok magang mempunyai stress rata-rata 39.8667, yang diatas rata-rata stress kerja kelompok non-magang, yaitu 35.6667. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai probabilitas pada kelompok magang dengan kelompok nonmagang didapatkan hasil sebesar 0.004 yang berarti bahwa probabilitas lebih kecil dari 0.05 (ρ < 0.05). Hasil pengujian ini menunjukan Ho ditolak, artinya ada perbedaan tingkat stress kerja yang signifikan antara kelompok magang dengan kelompok non-magang.
BAB VI PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar, hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa kelompok magang dan non-magang hanya mengalami stress kerja dengan kategori ringan dan sedang. Pada kedua kelompok tersebut tidak ada yang mengalami stress kerja dengan kategori berat, hal ini dikarenakan mereka hanya mengalami beberapa gejala dan tidak selalu mengalami gejala stress kerja tersebut. Pada hasil uji independent sampel t-test pada kedua kelompok tersebut menunjukan ada perbedaan tingkat stress kerja yang signifikan antara kelompok magang dengan kelompok non-magang. Stress yang di alami memberikan dampak pada diri seperti tegang, bingung, panik, takut, keringatan, otot punggung pegalpegal, jantung berdebar-debar dan dampak pada pekerjaan seperti : absensi di klinik meningkat, sering menunda-nunda tugas atau pekerjaaan dan beberapa mahasiswa yang magang memilih berhenti magang dengan alasan lelah dan tidak bisa membagi waktu. Dapat disimpulkan bahwa stress kerja yang timbul pada kelompok magang dengan non-magang adalah stress yang berdampak negatif. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa tingkat stress kerja yang lebih tinggi terdapat pada kelompok magang, berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa yang magang dan non-magang sama-sama memiliki beban kerja. Dimana beban kerja merupakan faktor pemicu stress kerja. Pada mahasiswa yang magang tingkat beban
46
47
kerjanya lebih besar dibandingkan mahasiswa yang non-magang. Karena pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang ditempat prakatek dokter gigi memiliki dua bentuk beban kerja yaitu beban kerja di klinik UNMAS dan beban kerja di tempat praktek dokter gigi. Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang tidak magang ditempat prkatek dokter gigi hanya memiliki beban kerja di klinik UNMAS Denpasar. Mahasiswa yang magang memiliki aktivitas yang lebih padat dan beban kerja yang lebih besar dibandingkan mahsiswa yang non-magang. Dimana selain melaksanakan aktivitas perkuliahan, mahasiswa yang magang juga harus melakukan pekerjaan-pekerjaan di tempat magang. Adanya beban kerja yang lebih besar pada mahasiswa magang, sehingga memungkinkan mahasiswa yang magang mengalami stress yang lebih tinggi saat bekerja dibandingkan mahasiswa non-magang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anugrah (2009) bahwa semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dimana beban kerja berlebih secara fisik maupun mental seperti harus melakukan aktivitas yang berlebih merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Lebih lanjut menurut Munandar (2001) beban kerja merupakan pemicu stress, baik beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan dalam waktu tertentu, atau beban yang timbul karena orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja, maupun beban kerja yang berlebih, hal ini dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stress.
48
Dari hasil analisa yang telah dijelaskan maka didapatkan hasil peneilitian bahwa terdapat perbedaan tingkat stress kerja antara mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi keluarga pada masa praktikum di klinik UNMAS Denpasar.
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat stress kerja antara mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rekomendasi solusi yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Tingkat stress kerja yang sedang perlu diminimalkan dan tingkat stress kerja yang ringan agar dipertahankan dengan melakukan manajemen stress kerja. b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor penyebab mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang mengalami stress kerja seperti dari lingkungan atau rekan kerja di tempat magang.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anitawidanti, H. 2010, Februari 2, Analisis Hubungan Antara Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Gender Studi pada PT Transindo Surya Sarana [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/22995/1/SKRIPSI_STRES_KERJA_VS_KEPUAS AN_KERJA.pdf [9 maret 2013] Alzahem AM, HT van der Molen, Alaijan AH, Achmidt HG, Zamakhshary MH. Stres Amongst Dental Students: A Systematic Review. European Journal of Dental Education 2011; 15: 8-18. Anggraeni D, Tjahajawati S, Wihardja R. Saliva Secretion Difference Before and After Rinsing With Baking Soda on Menopause Women. Padjadjaran Journal of Dentistry 2007; 18(1): 28-33. Airmayanti, D. 2009, Juni 10, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada Pekerja Bagian Produksi PT. ISM Bogasari Flour Mills TBK Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2009 [Homepage of perpus.fkik.uinjkt.ac.id], [Online]. Available:http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/DIAH%20AIRMAYAN TI.pdf [9maret 2013] Anitawidanti, H. 2010, Juni 2, Analisis Hubungan antara Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Gender [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/22995/1 /SKRIPSI_STRES_KERJA_VS_KEPUASAN_KERJA.pdf [9maret 2013] Anugrah, Dewi. 2009, September 12, Tinjauan Persepsi Bahaya Psikososial Karyawan Departemen Operational PT Repex Pondok Pinang Jakarta Selatan tahun 2009 [Homepage of lontar.ui.ac.id], [Online]. Available: http://lontar. ui.ac.id/file?file=digital/125452-S-5756-Tinjauan+persepsiHA.pdf [9maret 2013] BPKB Jaya Giri Lembang 1990, Mei 4, Magang Suatu Kegiatan Belajar PLS [Homepage of jurnal.upi.edu], [Online]. Available: http://jurnal.upi.edu /file/Hodijah.pdf [9maret 2013] Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013, Mei 27, Pelaksanaan Program Magang Tahun 2013 [Homepage of luk.staff.ugm.ac.id], [Online]. Available: http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/magang /2013/PedomanDosma2013v1.pdf [9maret 2013] Fausiah, F. dan Widury, J. 2007, Psikologi Abnormal, UI Press, Jakarta.
50
51
Fadhilah, M. F. 2010, Desember 15. Analisis Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kpuasan Kerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip. ac.id/23053/1/Analisis_Pengaruh_Stress_Kerja_Terhadap_Kepuasan_Kerja _Dengan_Dukungan_Sosial_Sebagai_Variabel_Mo.pdf [9 Juni 2013]. Gunarya, A. 2008, „Manajemen Stress‟, TOT Basic Study Skills Angk V&VI, Makassar, 7-18 Januari. Gaffar, 2012, Desember 7, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. BANK Mandiri (Persero) TBK Kantor Wilayah X Makassar [Homepage of repository.unhas.ac.id], [Online]. Available: http://repository.unhas.ac.id/ bitstream/handle/123456789/1531/SKRIPSI%20LENGKAP%20-FEBMANAJEMEN-%20HULAIFAH%20GAFFAR.pdf?sequence=1 [9 Juni 2013]. Hawari, D. 2001, Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Universitas Indonesia, Jakarta. Hermita, 2011, April 18, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Semen Tonasa (Persero) Pangkep [Homepage of repository.unhas.ac.id], [Online]. Available: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789 /430/buat% 20PDF,,,,,.pdf?sequence=1 [15 Juni 2013]. Ilmi, B. 2003, November 21, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja dan Identifikasi Manajemen Stress yang Digunakan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin [Homepage of repository.usu.ac.id], [Online]. Available: http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/17854 /2/Reference. pdf [15 Juni 2013]. Munandar, A. S. 2001, Psikologi Industri dan Organisasi, UI Press, Jakarta. Manuaba, A. 2000, Ergonomi, Kesehatan Keselamatan Kerja, Dalam Wygnyosoebroto.S. & Wiranto, S.E. Eds. Proceeing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya, Surabaya. Margiati, L. 1999, Februari 1, Stres Kerja: Penyebab dan Alternatif Pemecahannya [Homepage of journal.unair.ac.id], [Online]. Available: http://journal. unair.ac. id/filerPDF/08-Lulus.pdf [9 Juni 2013]. Muharomi, E. 2010, Maret 5, Stres Kerja Ditinjau dari Persepsi Terhadap Beban Kerja pada Guru yang Mengajar Mata Pelajaran Ujian Nasional Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta [Homepage of digilib.uin-suka.ac.id], [Online]. Available: http://digilib.uinsuka.ac.id/4296/ 1/BAB% 20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf [23 Agustus 2013].
52
Noviandari, R.R. 2007, April 19, Analisis Perbedaan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Pos Indonesia Persero Jakarta Timur 130000) [Homepage of www.academia.edu], [Online]. Available: http://www. academia.edu/3203921/Analisis_pengaruh_stres_kerja_terhadap_kinerja_ karyawan_Studi_kasus_PT._Pos_Indonesia_Persero_Jakarta_Timur_ 13000_ [24 Agustus 2013]. Nugrahani, S. 2008, Januari 20, Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Stres Kerja pada Pekerja Bagian Operasional PT. Gunze Indonesia [Homepage of lontar.ui.ac.id], [Online]. Available: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital /122799-S-5368-Faktor-faktor-Pendahuluan.pdf [24 Agustus 2013]. Notoatmodjo, S. 2007, Februari 9, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku [Homepage of repository.ui.ac.id], [Online]. Available: http://repository.ui.ac.id/dokumen /lihat/5848.pdf [9 Juni 2013]. Prihatini, L.D. 2007, Maret 12, Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inao RSUD Sidikalang [Homepage of repository.usu.ac.id], [Online]. Available: http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/6899 [9 Juni 2013]. Polimpung, J.A.F. 2012, Pengaruh Stres, Depresi dan Kecemasan Terhadap Volume Saliva pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Patriana, P. 2007, September 27, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa di Semarang [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip. ac.id/10349/1 /SKRIPSI_PRADNYA_PATRIANA.pdf [24 Agustus 2013]. Samosir, Z.Z. dan Syahfitri, I. 2008, Maret 29, Faktor Penyebab Stres Kerja Pustakawan dalam Perpustakaan di Universitas Sumatra Utara [Homepage of repository.usu.ac.id], [Online]. Available: http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/16088/3/pus-des2008%20(7).pdf [27 Agustus 2013]. Septianto, D. 2010, Desember 3, Pengaruh Lingkukan Kerja Dengan Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/26382/1/Jurnal_Skripsi_Dwi_Septianto.pdf [15 Juli 2013]. Setiawan, N. 2005, Teknik Sampling, Diklat Metodelogi Penelitian Sosial, Universitas Padjadjaran, Parung Bogor.
53
Widodo, P. dan Pratiwi, A. 2008, „Hubungan Beban Kerja dengan Waktu Tanggap Perawat Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSU Pandan Arang Boyowali‟, Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1, no. 3, hlm. 125-130. Yusianto, R. 2008, Maret 10, Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Prestasi Kerja Staf Pengajar (Studi Kasus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang) [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2110 [28 Agustus 2013].
LAMPIRAN
54
55
Lampiran 1
KUESIONER STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI PADA MASA PRAKTIKUM Identitas Responden Nama
:
NPM
:
Magang / Non-magang Tujuan kuesioner Untuk mengetahui perbedaan tingkat stress kerja
antara mahasiswa
program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar. Petunjuk Pengisian a. Berilah tandai √ (cawang pada lembaran jawaban yang anda pilih). b. Apabila anda selesai, periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang terlewati dan kerahasian jawaban anda tetap kami jaga. Petunjuk untuk mengerjakan kuesioner Ada dua jenis pernyataan stress kerja pada kuesioner ini yaitu : 1. Pernyataan positif, dengan skor pada alternatif jawaban : a. Jika anda tidak pernah merasakan, berarti anda memilih tidak pernah dengan skor 4. b. Jika anda pernah atau sekali merasakan, berarti anda memilih Pernah dengan skor 3. c. Jika anda tidak setiap saat merasakannya, berarti anda memilih Kadang-kadang dengan skor 2.
56
d. Jika anda setiap saat atau selalu merasakan, berarti anda memilih Selalu dengan skor 1. 2. Pernyataan negatif, dengan skor pada alternatif jawaban : a. Jika anda tidak pernah merasakan, berarti anda memilih Tidak Pernah dengan skor 1. b. Jika anda pernah atau sekali merasakan, berarti anda memilih Pernah dengan skor 2. c. Jika anda tidak setiap saat merasakannya, berarti anda memilih Kadang-kadang dengan skor 3. d. Jika anda setiap saat atau selalu merasakan, berarti anda memilih Selalu dengan skor 4.
57
Gejala PrilakuV
No
1
PERNYATAAN
Saya merasa tegang ketika saya akan melakukan tindakan perawatan terhadap pasien
2
Saya merasa kehilangan daya konsentrasi ketika mendengar banyak instruksi dokter gigi
3
Saya dapat menenangkan diri walaupun menghadapi pasien yang sedang merintih atau mengeluh kesakitan
4
Saya merasa bingung menghadapi pasien yang mengerang kesakitan
5
Saya merasa panik dan bingung saat disuruh mengambil alat dan bahan untuk perawatan pasien
6
Saya merasa takut ketika saya melakukan kesalahan dalam memberikan perawatan kepada pasien
Tidak Pernah
Pernah
Kadangkadang
Selalu
58
Gejala Fisik No 1
PERNYATAAN Saya dapat tidur nyenyak meskipun banyak pekerjaan yang sudah saya lakukan
2
Saya merasakan otot punggung saya kaku saat atau setelah melakukan tindakan perawatan pada pasien
3
Saya merasa keringatan saat memberikan tindakan perawatan kepada pasien
4
Saya merasakan pusing atau sakit kepala saat atau selesai bekerja
5
Ketika akan melakukan tindakan perawatan pada pasien, saya merasa jantung saya berdebar-debar
6
Saya merasakan pegal-pegal saat atau selesai bekerja
7
Jantung saya terasa berdebar-debar ketika mendengar pasien tiba-tiba menjerit
8
Saya merasakan sesak nafas saat atau selesai bekerja
9
Setelah selesai bekerja diklinik, saya merasa lelah secara fisik
Tidak Pernah
Pernah
Kadangkadang
Selalu
59
Gejala Prilaku No 1
PERNYATAAN Meskipun banyak aktivitas yang saya kerjakan, saya tidak ingin meminum minuman keras
2
Jika saya merasa lelah, saya memilih untuk tidak hadir di klinik
3
Saya sering menunda-nunda tugas kuliah jika saya merasa kesulitan
4
Saya tidak selera makan ketika banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan
Tidak Pernah
Pernah
Kadangkadang
Selalu
60
Lampiran 2 DOKUMENTASI
Klinik FKG UNMAS Denpasar
Alat dan instrument penelitian
61
Peneliti memperkenalkan diri, serta menginformasikan tujuan dilakukannya penelitian kepada responden
Responden sedang mengisi kuesioner
62 Lampiran 3
Correlations Correlations p1 p1
Pearson Correlation
p2 1
Sig. (2-tailed)
.436
.000
.288
.403
.288
.242
.565
.231
.556
p12 **
.951
p13 *
p14 *
p15 *
p16
p17
p18
p19
p20
Total *
.597
.554
.628
.472
-.047
.245
.369
.254
.595
.631* .012
.299
.385
.028
.408
.031
.000
.019
.032
.012
.075
.869
.379
.175
.361
.019
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.436
1
.112
.360
.703**
.405
.369
.621*
.396
.616*
.405
.608*
.635*
.464
.433
.285
.204
.317
.635*
.528*
.706**
Sig. (2-tailed)
.104
.003
Pearson Correlation
.692
.187
.003
.134
.176
.013
.144
.015
.134
.016
.011
.081
.107
.304
.466
.249
.011
.043
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.000
.112
1
.403
.393
.227
.826**
.231
.443
.393
.113
.227
.355
.623*
.194
.637*
.456
.473
.591*
.197
.586*
1.000
.692
.137
.147
.417
.000
.407
.098
.147
.688
.417
.194
.013
.489
.011
.087
.075
.020
.482
.022
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.288
.360
.403
1
.451
.544*
.207
.207
.550*
.324
.300
.349
.263
.401
.555*
.388
.319
.415
.500
.099
.573*
Sig. (2-tailed)
.297
.187
.137
.092
.036
.459
.459
.034
.239
.277
.202
.344
.138
.032
.153
.247
.124
.058
.727
.026
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.403
.703**
.393
.451
1
.458
.530*
.485
.480
.830**
.458
.671**
.626*
.702**
.508
.492
.413
.459
.676**
.794**
.864**
Sig. (2-tailed)
.136
.003
.147
.092
.086
.042
.067
.070
.000
.086
.006
.012
.004
.053
.062
.126
.085
.006
.000
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.288
.405
.227
.544*
.458
1
.274
.560*
.500
.404
.178
.404
.379
.452
.673**
.091
-.021
-.093
.265
.309
.533*
Sig. (2-tailed)
.299
.134
.417
.036
.086
.322
.030
.058
.135
.525
.135
.164
.091
.006
.746
.942
.742
.341
.262
.041
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.242
.369
.826**
.207
.530*
.274
1
.319
.358
.660**
.274
.349
.599*
.789**
.213
.727**
.490
.443
.573*
.476
.733**
Sig. (2-tailed)
.385
.176
.000
.459
.042
.322
.247
.191
.007
.322
.202
.018
.000
.446
.002
.064
.098
.026
.073
.002
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.565*
.621*
.231
.207
.485
.560*
.319
1
.456
.485
.560*
.664**
.584*
.577*
.508
-.098
.000
.256
.511
.425
.646**
Sig. (2-tailed)
.028
.013
.407
.459
.067
.030
.247
.088
.067
.030
.007
.022
.024
.053
.728
1.000
.358
.052
.115
.009
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.231
.396
.443
.550
*
.480
.500
.358
.456
1
.294
.232
.259
.214
.343
.534
*
.307
.243
.158
.484
.403
.570
Sig. (2-tailed)
.408
.144
.098
.034
.070
.058
.191
.088
.287
.405
.352
.443
.210
.040
.266
.384
.573
.067
.137
.027
N
N p10
p11 *
.136
N
p9
p10
15
N
p8
p9 *
.297
N
p7
p8
15
N
p6
p7
1.000
N
p5
p6
15
Sig. (2-tailed)
p4
p5
.104
N p3
p4
15
N p2
p3
*
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.556*
.616*
.393
.324
.830**
.404
.660**
.485
.294
1
.582*
.636*
.831**
.849**
.584*
.467
.395
.626*
.564*
.701**
.887**
Sig. (2-tailed)
.031
.015
.147
.239
.000
.135
.007
.067
.287
.023
.011
.000
.000
.022
.079
.145
.012
.028
.004
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
N
15
63 p11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
p12
.232
.582
.000
.134
.688
.277
.086
.525
.322
.030
.405
.023
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
**
.404
.349
**
.259
.636
.610
*
*
.610
*
.593
*
.640
*
.497
.019
.290
.443
.265
.576
*
.016
.020
.010
.059
.946
.295
.098
.341
.025
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
*
1
.443
.583
.585
*
.005
.124
.379
.522
.612
.016
.417
.202
.006
.135
.202
.007
.352
.011
.016
.098
.022
.022
.986
.659
.164
.046
.015
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.593
*
.443
1
**
.428
.336
.475
.530
*
.455
.471
*
.671
*
.664
*
1
15
Pearson Correlation
.554
.635
*
.355
.263
.626
*
.379
.599
.584
*
.214
Sig. (2-tailed)
.032
.011
.194
.344
.012
.164
.018
.022
.443
.000
.020
.098
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
**
.452
.577
*
.343
Pearson Correlation
.628
*
.464
.623
*
.401
Sig. (2-tailed)
.012
.081
.013
.138
.004
.091
.000
.024
.210
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.472
.433
.194
.555*
.508
.673**
.213
.508
Sig. (2-tailed)
.075
.107
.489
.032
.053
.006
.446
.053
.702
**
.789
**
.831
**
.849
*
*
*
.825
*
*
.000
.112
.220
.073
.042
.088
.076
15
15
15
15
15
15
15
15
**
1
.402
.476
.531
.825
*
**
.648
**
.648
*
.620
**
.659
.008 15 **
.709
.003 15 **
.789
.000 15 **
.640
.583
.907
.000
.010
.022
.000
.137
.073
.042
.009
.009
.014
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.534*
.584*
.497
.585*
.428
.402
1
.021
-.088
.153
.214
.406
.608*
.040
.022
.059
.022
.112
.137
.942
.754
.587
.444
.133
.016
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
-.047
.285
.637*
.388
.492
.091
.727**
-.098
.307
.467
.019
.005
.336
.476
.021
1
.523*
.442
.492
.221
.522*
.869
.304
.011
.153
.062
.746
.002
.728
.266
.079
.946
.986
.220
.073
.942
.045
.099
.062
.428
.046
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.245
.204
.456
.319
.413
-.021
.490
.000
.243
.395
.290
.124
.475
.531*
-.088
.523*
1
.497
.281
.233
.492
Sig. (2-tailed)
.379
.466
.087
.247
.126
.942
.064
1.000
.384
.145
.295
.659
.073
.042
.754
.045
.060
.311
.403
.062
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.369
.317
.473
.415
.459
-.093
.443
.256
.158
.626*
.443
.379
.530*
.648**
.153
.442
.497
1
.701**
.211
.623*
Sig. (2-tailed)
.175
.249
.075
.124
.085
.742
.098
.358
.573
.012
.098
.164
.042
.009
.587
.099
.060
.004
.451
.013
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.254
.635*
.591*
.500
.676**
.265
.573*
.511
.484
.564*
.265
.522*
.455
.648**
.214
.492
.281
.701**
1
.459
.744**
Sig. (2-tailed)
.361
.011
.020
.058
.006
.341
.026
.052
.067
.028
.341
.046
.088
.009
.444
.062
.311
.004
.085
.001
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.595*
.528*
.197
.099
.794**
.309
.476
.425
.403
.701**
.576*
.612*
.471
.620*
.406
.221
.233
.211
.459
1
.701**
Sig. (2-tailed)
.019
.043
.482
.727
.000
.262
.073
.115
.137
.004
.025
.015
.076
.014
.133
.428
.403
.451
.085
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.631*
.706**
.586*
.573*
.864**
.533*
.733**
.646**
.570*
.887**
.659**
.709**
.789**
.907**
.608*
.522*
.492
.623*
.744**
.701**
1
Sig. (2-tailed)
.012
.003
.022
.026
.000
.041
.002
.009
.027
.000
.008
.003
.000
.000
.016
.046
.062
.013
.001
.004
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
N
N Total
*
.019
N
p20
.560
Sig. (2-tailed)
N
p19
.274
.349
N
p18
.178
.227
Sig. (2-tailed)
p17
.458
*
N p16
.300
.608
N p15
.113
.597
N p14
.405
Pearson Correlation
N p13
**
.951
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.004
15
64
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
% 15
100.0
0
.0
15
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.936
20 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20
Scale Variance if Item Deleted
38.67 38.87 38.87 38.60 38.93 38.73 39.33 38.53 38.73 39.13 38.73 38.33 39.13 39.27 38.20 39.00 39.27 38.93 38.60 38.60
Corrected ItemTotal Correlation
123.952 121.552 124.981 125.829 116.352 125.067 119.952 123.124 126.638 115.838 122.638 121.667 120.695 116.352 121.886 121.714 125.924 123.781 121.543 119.971
.588 .667 .541 .530 .840 .479 .693 .602 .531 .867 .615 .670 .761 .892 .550 .442 .435 .578 .711 .655
Scale Statistics Mean 40.87
Variance 134.695
Std. Deviation 11.606
N of Items 20
Cronbach's Alpha if Item Deleted .933 .932 .934 .934 .928 .935 .931 .933 .934 .928 .933 .932 .930 .928 .934 .938 .936 .934 .931 .932
65
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Magang N Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
Non_Magang 30
30
Mean
39.8667
35.6667
Std. Deviation
6.31765
4.54353
.145
.104
Absolute Positive
.099
.104
Negative
-.145
-.090
Kolmogorov-Smirnov Z
.797
.568
Asymp. Sig. (2-tailed)
.550
.903
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Frequencies Statistics Magang N
Valid Missing
Non_Magang 30
30
0
0
Frequency Table Magang Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ringan
9
30.0
30.0
30.0
Sedang
21
70.0
70.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Non_Magang Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ringan
24
80.0
80.0
80.0
Sedang
6
20.0
20.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
66
T-Test
Group Statistics Kelompok Stress
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Non Magang
30
35.6667
4.54353
.82953
Magang
30
39.8667
6.31765
1.15344
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
Stress
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F
Sig.
2.537
.117
t -2.956
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
Lower
Upper
58
.004
-4.20000
1.42075 -7.04395 -1.35605
-2.956 52.667
.005
-4.20000
1.42075 -7.05009 -1.34991