PERBEDAAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK 4 MINGGU DAN 12 MINGGU DI PUSKESMAS TEGUHAN KECAMATAN PARON TAHUN 2013 DHITA KRIS PRASETYANTI Program Studi Kebidanan (D III) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri ABSTRACT Earthling increase very fast especially at developing countries and be estimated that in 2009 world populations will achieve number 7115 million human. Family planning one of the effort to achieve welfare by give marriage advice, barrenness therapy and regulating birth. Contraception that very popular in indonesia are injects contraception. Injects contraception has effects increasing of weight at 127 person, menstruation disturbance 106 person, headache 43 person. From 127 person has experience weight change, 5 person of injects acceptors 4 weeks and 122 person of injects acceptors 12 weeks. Therefore researcher wants to detect the difference of weight change in injects acceptor of 4 weeks and 12 weeks. Population in this research are all injects acceptors of 4 weeks at Puskesmas Teguhan in 2013 as much as 69 person and injects acceptors of 12 weeks at Puskesmas Teguhan in 2013 as much as 609 person. The sample taking manner with technique inklusi and eksklusi. The minimal respondent of this research are 30 person. The independent variables are injects acceptor of 4 weeks and 12 weeks, and dependent variables are weight change in injects acceptor of 12 weeks while variable ikatnya body heavy change in injects acceptor 4 weeks and 12 weeks. The analyze uses Wilcoxon unpair t-test got result that value asymp. sig(2-tailed) 0,002 with standard signifikansi = 0,05. Based on the result Ho aversed to mean that there is the difference of weight change in injects acceptor 4 weeks and 12 weeks at Puskesmas Teguhan in 2013. So that have to give counceling to acceptor12 weeks about use effects of this contraception are increasing of weight. Keywords : Weight, injects acceptors of 4 weeks, injects acceptors of 12 weeks PENDAHULUAN Pertambahan penduduk dunia sangat pesat terutama di negara berkembang, pertumbuhan penduduk dunia sebanyak 90 juta pertahun dan diperkirakan bahwa pada tahun 2009 populasi dunia akan mencapai angka 7115 juta manusia. Penduduk Indonesia merupakan 3,5% dari jumlah penduduk dunia, 6% dari jumlah penduduk Asia dan 42% dari jumlah penduduk Asia Tenggara dan Indonesia juga mengambil alih posisi Jepang dalam hal jumlah penduduk dengan menempati urutan nomor lima di dunia (Tan dan Kirana, 2002). Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran. Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) salah satunya adalah setiap wanita mempunyai akses untuk pencegahan kehamilan. Program Keluarga Berencana adalah bagian yang terpadu dalam program Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spriritual dan sosial budaya penduduk Indonesia. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan terdiri dari 2 macam yaitu metode sederhana (kondom, spermiside, koitus interuptus, pantang berkala) dan metode efektif (hormonal, mekanis dan kontrasepsi darurat) (Saifudin, 2003).
1
Kontrasepsi yang sangat populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi hormonal jenis kontrasepsi suntik di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakainnya praktis, harganya relatif murah dan aman, cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntik untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem (Prawirohardjo, 2003). Menurut d”Arcagenus (2002) tahun 1991, united national population found memperkirakan kontrasepsi suntik digunakan oleh hampir 13 juta wanita didunia, yang mencakup 1 juta kontrasepsi suntik 4 minggu dan 10 juta kontrasepsi suntik 12 minggu. Tabel 1.1. Peserta Kontrasepsi Aktif Kabupaten Ngawi Tahun 2007 dan 2008 Suntik IUD No Tahun Jumlah 1 2
2007 2008
127.954 126.720
±54%
±24 %
Sumber : Data Sekunder, 2009
Berdasarkan tabel 1.1 di Kabupaten Ngawi Peserta kontrasepsi aktif turun 1% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 berjumlah 127.954 orang sedangkan tahun 2008 turun menjadi 126.720 orang. Hasil studi pendahuluan pada bulan Maret 2009 di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron disajikan pada tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Pemakai kontrasepsi di Puskesmas Teguhan pada bulan Maret tahun 2009. Jenis Jumlah Persentase No kontrasepsi pemakai 60,6 % 1 Suntik 809 28,4 % 2 IUD 379 4,5 % 3 Pil 60 2,8 % 4 Implan 38 3,4 % 5 MOW 45 0,15 % 6 MOP 2 0,15 % 7 Kondom 2 100 % Total 1335
Berdasarkan tabel 1.2 jumlah seluruh akseptor di Puskesmas Teguhan adalah 1335 orang meliputi pengguna IUD sebanyak 379 orang, MOP sebanyak 2 orang, MOW sebanyak 45 orang, implan 38 orang, suntik 809 orang, pil 60 orang dan kondom 2 orang. Pelayanan kasus efek samping tertinggi pada kontrasepsi suntik menurut data LB3 KB kec. Paron 2009 tersaji pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Efek Samping Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Teguhan Tahun 2009 No Jenis keluhan ∑ (orang) % 40 1 perubahan BB 127 33,04 2 gangguan haid 106 13,48 3 sakit kepala 43 13,48 4 lain-lain 43 100 Total 319 Sumber : Data Sekunder, 2009
Berdasarkan tabel 1.3 Kontrasepsi suntik menimbulkan efek samping tertinggi berupa perubahan Berat Badan (BB) 127 orang, gangguan haid 106 orang, sakit kepala 43 orang. Dari 127 orang yang mengalami efek samping perubahan berat badan tersebut, 5 orang adalah akseptor suntik 4 minggu dan 122 orang adalah akseptor suntik 12 minggu. Perubahan berat badan yang mengarah pada peningkatan berat badan akan mempengaruhi body image seseorang. Selain itu juga berdampak pada munculnya penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung, darah tinggi, juga berpengaruh pada aktivitas keseharian. Orang gemuk biasanya mudah lelah, mudah mengantuk, dan lamban dalam beraktivitas. Melihat uraian di atas maka peran konseling pada akseptor sangatlah penting diberikan baik itu sebelum akseptor menggunakan kontrasepsi atau saat akseptor telah menjadi pengguna kontrasepsi. Jika ternyata efek samping perubahan berat badan semakin bertambah bisa diambil solusi untuk melakukan diet rendah kalori, dan olahraga yang proporsional. Bila cara tersebut tidak menolong dan kenaikan berat badan terus bertambah bisa dipertimbangkan untuk ganti kontrasepsi yang lain. 2
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua akseptor suntik 4 minggu di Puskesmas Teguhan tahun 2013 yang berjumlah 69 orang dan akseptor suntik 12 minggu di Puskesmas Teguhan tahun 2013 yang berjumlah 609 orang. Sampel yang digunakan adalah 30 orang dari akseptor suntik 4 minggu dan 30 orang dari akseptor suntik 12 minggu, sehingga total responden adalah 60 orang. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu mengambil sampel sesuai kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Pertimbangan karakteristik dari populasi agar dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah dengan kriteria inklusi Akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu yang datang bulan Nopember 2013, akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu yang mempunyai rekam medis yang lengkap dan kriteria eksklusi ibu yang mempunyai penyakit kronis, Ibu yang tidak melakukan suntikan secara rutin. Dari pertimbangan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 60 orang Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu, sedangkan Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah berat badan. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis korelasi variabel X dengan variabel Y adalah Wilcoxon Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik akseptor suntik 4 minggu menurut umur di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 No Umur ∑ % 1. < 20 th 0 0 2. 21 – 30 th 17 56,7 3. 31 – 40 th 13 43,3 Jumlah 30 100
sebagian besar akseptor suntik 4 minggu berusia 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 17 akseptor (56,7 %) Tabel 2. Karakteristik akseptor suntik 12 minggu menurut umur di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013. No Umur ∑ % (th) 1. < 20 0 0 2. 21 – 30 15 50 3. 31 – 40 15 50 Jumlah 30 100 Sumber : Data primer 2013
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa setengahnya akseptor suntik 12 minggu adalah berusia antara 20 – 30 tahun sebanyak 50% dan usia antara 31 – 40 tahun juga sebanyak 50%. Tabel 3. Karakteristik akseptor suntik 4 minggu menurut pekerjaan di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 No Pekerjaan ∑ % 1. IRT 15 50 2. Dagang 5 16,7 3. Swasta 6 20 4. Wiraswasta 1 3,3 5. PNS 1 3,3 6. Petani 2 6,7 Jumlah 30 100 Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa akseptor suntik 4 minggu sebagian besar terdiri dari ibu rumah tangga sebanyak 15 ( 50%). Tabel 4. Karakteristik akseptor suntik 12 minggu menurut pekerjaan di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 No Pekerjaan ∑ % 1. Ibu Rumah Tangga 17 56,7 2. Dagang 3 10 3. Swasta 5 16,7 4. PNS 1 3,3 5. Petani 4 13,3 Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2013
3
Table 4 menyatakan bahwa akseptor suntik 12 minggu sebagian besar terdiri dari ibu rumah tangga sebanyak 17 ( 56,7 %). Tabel 5. Data perubahan berat badan pada akseptor suntik 4 minggu di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Kategori Naik Tetap Turun
Jumlah 5 7 18
Persentase 16,7 % 23,3 % 60 %
Jumlah
30
100 %
Hasil penelitian mengenai perubahan berat badan pada akseptor suntik 4 minggu di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 sebagian besar mengalami penurunan berat badan sebanyak 18 responden (60%). Tabel 6. Data perubahan berat badan pada akseptor suntik 12 minggu d Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Kategori Naik Tetap Turun
Jumlah 19 3 8
Persentase 63,3 % 10 % 26,7 %
Jumlah
30
100 %
Sumber : Data primer 2013
Hasil penelitian mengenai perubahan berat badan pada akseptor suntik 12 minggu di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 sebagian besar mengalami kenaikan berat badan yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) Tabel 7.Tabulasi Silang Perbedaan Perubahan Berat Badan Pada Akseptor Suntik 4 Minggu Dan 12 Minggu di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013. Perubahan Berat Badan
Naik
Tetap
Turun
f
f
f
%
%
%
∑ f
%
Jenis KB
4 minggu
5 16,7 7 23,3 18 60 30 100
26, 30 100 7 16,6 43, 24 40 10 26 60 100 Jumlah 7 33 z hitung = -3,130, α = 0,05, P Value = 0,002
12 minggu
19 63,3 3
10
8
PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai perbedaan perubahan berat badan pada akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu di Puskesmas Teguhan Kecamatan Paron Tahun 2013 menunjukkan bahwa akseptor suntik 4 minggu cenderung mengalami penurunan berat badan sedangkan akseptor suntik 12 minggu cenderung mengalami peningkatan berat badan. Hasil analisis data menggunakan wilcoxon didapatkan hasil bahwa nilai Asymp.Sig(2-tailed) adalah 0,002 dengan taraf signifikansi = 0,05. Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak artinya bahwa ada perbedaan perubahan berat badan pada akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu di puskesmas Teguhan kecamatan Paron tahun 2013. Pada akseptor suntik 4 minggu perubahan berat badan terjadi karena kandungan hormon progesteron (Depo Medroxy Progesteron Acetat / DMPA) 25 mg dan estradiol sipinat 5 mg mempunyai pengaruh terhadap perubahan berat badan yang diantaranya akan terjadi kenaikan sekitar 0,84 kg / tahun. Efek samping kenaikan berat badan ini lebih rendah daripada akseptor yang menggunakan Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) karena pada suntikan 4 minggu hormone progesteron tidak terlalu kuat namun estrogenlah yang kuat sehingga efek samping lain yang timbul, sedangkan pada akseptor suntik 12 minggu yang mengandung Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) 150 mg mempunyai pengaruh terhadap perubahan berat badan yang diantaranya akan terjadi kenaikan sekitar 1 – 5 kg / tahun. Hal ini dikarenakan efek progesteron yang cukup kuat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan bertambahnya nafsu makan sehingga akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Selain itu Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) juga mempermudah metabolime perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit bertambah dan juga menurunkan aktivitas fisik. 4
KESIMPULAN Besar sampel 30 responden untuk akseptor suntik 4 minggu sebagian besar mengalami penurunan berat badan ( 60%), sedangkan akseptor suntik 12 minggu sebagian besar mengalami kenaikan berat badan (63,3%). Hasil analisis data menggunakan wilcoxon didapatkan hasil bahwa nilai Asymp.Sig(2-tailed) adalah 0,002 dengan taraf signifikansi = 0,05. Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak artinya bahwa ada perbedaan perubahan berat badan pada akseptor suntik 4 minggu dan 12 minggu di puskesmas Teguhan kecamatan Paron tahun 2013. SARAN Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini sehingga menjadi lebih sempurna dengan mengkaji juga pola makan akseptor, bagi institusi diharapkan dapat meningkatkan pembekalan tentang metode kontrasepsi suntik kepada peserta didiknya sebagai bekal untuk menjadi bidan, dan bagi tempat penelitian diharapkan dapat meningkatkan konseling pada calon akseptor suntik tentang kontrasepsi suntik secara lengkap sehingga akseptor dapat memilih dan mempertimbangkan kontrasepsi yang sesuai. KEPUSTAKAAN Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta BKKBN. (2003). Alat Kontrasepsi Hormonal. Jakarta. D’ Arcangeus. (2002). Long Acting Hormonal Contraseptive Methods For Women. (http://matweb.heuge.ch/endo/repr oductive healt longakting hormonal contraceptive methods.html) [diakses tanggal 23 desember 2009] Gumelar, G. (2009). Perbedaan Peningkatan Berat Badan Pada
Kontrasepsi DMPA, Oral (desogetrol) dan Non Hormonal (kondom). Universitas Of Texas Medical Branch (UTMB). Hariningsih. (2008). Perbedaan Kenaikan Berat Badan Pada KB Suntik 3 Bulanan dan Implan. Prodi D3 Kebidanan Magetan. Harnawati. (2008). Kontrasepsi Hormonal.(Http://harnawatiaj.wor dpress.com/kb-suntik) [diakses tanggal 16 Maret 2013] Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. (2006). Kontrasespsi Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Peralta. (2002). Injectable Hormonal Contraceptive, Gynaecology Forum. (http://www.medforum.nl/gynfo/le ading-article.html) [diakses tangal 5 Januari 2013] Saifuddin, A. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Supariasa, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Tan, H dan Kirana, R. (2002). Obat-obatan Penting Khasiat Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia. 5
Utojo S, Sidartawan S, Maryantoro O. (2000). Obesitas, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi Ketiga. hal: 706-713. Jakarta: Balai Penerbit
6