PERBEDAAN PENGETAHUAN, PRAKTIK PENCEGAHAN DAN KONDISI RUMAH PADA KONTAK SERUMAH DENGAN PENDERITA TB PARU ANTARA PERKOTAAN DAN PEDESAAN
Didi Setiyadi*), Suharyo**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No 5-11 Semarang email :
[email protected],
[email protected] ABSTRACT The province of Central Java province, is the 7th largest Tuberculosis cases with Indonesia. City of Semarang and Demak Regency is a region with a rank of CDR (case detection rate) ranked 13 and 16 in Central Java. Pulmonary TB disease is a disease that is chronic and can be transmitted very easily to those around the sufferer. The initial results of the survey conducted of pulmonary TB sufferers, family members able to answer < 60% of total questions. The purpose of doing research to find out the difference of knowledge, prevention practices, and condition of the home on contact with Pulmonary TB sufferers in the same House in urban areas (Semarang) and rural (Demak). This type of research is observational analytic with cross sectional design. The research subjects were taken from three clinics with the highest Pulmonary TB cases in the city of Semarang and Demak Regency. The sample of this research is one of the family members of pulmonary Tuberculosis patients were chosen at random simply, as many as 48 families of sufferers from the Semarang City area health centers (Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Bandarharjo, Puskesmas Gayamsari) and 48 families of sufferers from Demak Regency area health centers (Puskesmas Dempet, Puskesmas Kebonagung, Puskesmas Mranggen II). The results showed respondents by category of knowledge both in the city of Semarang by 73.5% and 38,2% of Demak. Respondents with good prevention practices by category in Semarang city of 76.5% and in Demak amounting to 32.4%. Additionally, on urban or rural found 100% of homes did not meet did not meet the criteria of the Home Health Department healthy RI. There is a difference in level of knowledge in contact with TB sufferers housemates between the urban and rural (p = 0.003). There is a difference of pulmonary TB prevention practices in contact with TB sufferers housemates between the urban and rural (p = 0.001). Outreach to the community in order to increase knowledge, especially in rural communities. The community to always do a practice to prevent transmission of TB sufferers of Lung. Then for the second community in the region to pay attention to the health aspects when setting up or renovate it. Keywords: Pulmonary TB, knowledge, Prevention Practices, the condition home.
ABSTRAK Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi ke-7 dengan kasus TBC terbesar di Indonesia. Kota Semarang dan Kabupaten Demak merupakan wilayah dengan peringkat CDR (case detection rate) di peringkat 13 dan 16 di Jawa Tengah. Penyakit TB Paru merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dapat menular dengan sangat mudah kepada orang di sekitar penderita. Hasil survei awal yang dilakukan anggota keluarga penderita TB Paru mampu menjawab <60% dari total pertanyaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, praktik pencegahan, dan kondisi rumah pada kontak serumah dengan penderita TB Paru di Perkotaan (Semarang) dan Pedesaan (Kabupaten Demak). Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Subyek penelitian diambil dari tiga puskesmas dengan kasus TB Paru tertinggi di wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sampel penelitian ini adalah salah satu anggota keluarga penderita TB Paru yang terpilih secara acak sederhana, sebanyak 48 keluarga penderita dari puskesmas wilayah Kota Semarang (Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Bandarharjo, Puskesmas Gayamsari) dan 48 keluarga penderita dari puskesmas wilayah Kabupaten Demak (Puskesmas Dempet, Puskesmas Kebonagung, Puskesmas Mranggen II). Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengetahuan berkategori baik di Kota Semarang sebesar 73,5% dan di Kabupaten Demak sebesar 38,2%. Responden dengan praktik pencegahan dengan kategori baik di Kota Semarang sebesar 76,5% dan di Kabupaten Demak sebesar 32,4%. Selain itu pada perkotaan maupun pedesaan ditemukan 100% rumah rumah tidak memenuhi tidak memenuhi kriteria rumah sehat Departemen Kesehatan RI. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pada kontak serumah dengan penderita TB antara Perkotaan dan Pedesaan (p = 0,003). Terdapat perbedaan praktik pencegahan TB Paru pada kontak serumah dengan penderita TB antara Perkotaan dan Pedesaan (p= 0,001). Penyuluhan terhadap masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, terutama pada masyarakat wilayah pedesaan. Masyarakat dikedua wilayah untuk selalu melakukan praktik untuk mencegah penularan TB Paru dari penderita. Kemudian untuk masyarakat di kedua wilayah untuk memperhatikan aspek kesehatan pada saat mendirikan atau merenovasi hunian. Kata Kunci: TB Paru, Pengetahuan, Praktik Pencegahan, Kondisi Rumah PENDAHULUAN
dengan insidensi Tuberkulosis terbanyak di
TB Paru merupakan penyakit infeksi
dunia. Prevalensi TB di Indonesia tahun
yang menyerang parenkim atau jaringan
2013 adalah 297 per 100.000 penduduk
paru
dengan
–paru
yang
disebabkan
oleh
kasus
baru
setiap
tahunnya
Mycobacterium tuberculosis mudah menular
mencapai 460.000 kasus.2 Jawa Tengah
melalui batuk, bersin, berbicara dengan
merupakan provinsi ke-7 dengan kasus
penderita. Penyakit ini dapat menyebar
Tuberkulosis
kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,
Berdasarkan data publikasi Dinas Kesehatan
tulang, dan nodus limfe.1
Kota
Menurut Kementerian Kesehatan Bidang Pengawasan Lingkungan
Penyakit (P2PL)
dan pada
Pengelolaan tahun
2013
Indonesia berada diurutan ke-4 negara
terbanyak
Semarang
Kabupaten menunjukan
dan
di
Indonesia.3
Dinas
Kesehatan
dari
2011-2013
Demak penurunan
CDR
Detection Rate) kasus TB baru. 4,5
(Case
Wilayah
umumnya
dengan penderita TB di wilayah kerja
dengan
Puskesmas Mranggen I (Kabupaten Demak)
kriteria perkotaan, sedangkan di wilayah
mendapatkan gambaran keluarga penderita
Kabupaten Demak umumnya kelurahan-
mampu menjawab dengan benar 60% dari
kelurahan yang ada termasuk pada kriteria
jumlah keseluruhan pertanyaan, keluarga
pedesaan. Perbedaan Kota Semarang dan
(responden) memiliki perilaku membuang
Kabupaten Demak terdapat pada geografis,
dahak sembarangan, sebanyak 3 rumah
kepadatan penduduk, administratif, jumlah
responden intensitas cahaya matahari yang
fasilitas
masuk
terdiri
Kota
dari
Semarang
kelurahan-kelurahan
pendidikan,
jumlah
sarana
kesehatan, status sosial, status ekonomi dan status
pendidikan
penduduk.
6
ke
rumah
kurang
(gelap),
2
responden tidak memiliki jendela rumah, dan
Keadaan
3 responden yang memiliki rumah dengan
tersebut secara tidak langsung memberikan
lantai yang terbuat dari tanah dan berjamur
pengaruh
(lembab).
terhadap
pengetahuan
dan
perilaku penduduk setempat. Perbedaan tersebut
terdapat
pada
Kontak serumah merupakan individu
pengetahuan
yang memiliki riwayat kontak lama dengan
kesehatan, perilaku dan khususnya yang
penderita memiliki risiko tertular penyakit TB
berkaitan penyakit TB Paru. Semakin baik
Paru. Perlu bagi kontak serumah untuk
tingkat pengetahuan individu maka perilaku
mengetahui
individu akan semakin baik.
7
penyakit
TB
Paru,
cara
pencegahan penularan, dan faktor faktor
Berdasarkan hasil survey awal dilakukan
risiko yang memudahkan penularan. Tujuan
pada 5 keluarga yang kontak serumah
penelitian ini adalah Mengetahui perbedaan
dengan penderita TB Paru yang ada di
tingkat pengetahuan, praktik pencegahan
wilayah
Bandarharjo
dan kondisi rumah pada kontak serumah
(Semarang) menunjukan anggota keluarga
dengan penderita TB antara Perkotaan
penderita mampu menjawab dengan dengan
(Semarang)
benar <50% dari jumlah 7 item pertanyaan,
Demak).
sebanyak
METODE
kerja
3
Puskesmas
keluarga
memiliki
perilau
dan
Pedesaan
(Kabupaten
membuang dahak sembarangan, sebanyak
Jenis penelitian ini adalah observasional
4 rumah memiliki intensitas cahaya matahari
analitik dengan jenis rancangan studi cross
yang masuk ke rumah dalam kondisi kurang
sectional, dimana pengukuran variabel dan
(gelap) dan 2 responden yang memiliki
variabel terikat dilakukan secara bersamaan.
rumah dengan lantai yang terbuat dari tanah
Penelitian ini dilaksanakan bulan November
dan
sampai
berjamur
(lembab).
Survei
juga
dilakukan di 5 keluarga yang serumah
dengan
Januari
2015
pada
3
puskesmas yang memiliki kasus terbesar TB
Paru
di
wilayah
Kota
Semarang
dan
Kabupaten Demak.
tahun sebesar 11,8% dan wilayah Demak didominasi oleh kelompok umur antara 36-40
Sampel penelitian ini adalah salah satu
tahun
sebesar
8,8%.
Selain
itu
juga
anggota keluarga penderita TB Paru yang
sebagian besar responden tidak tamat SD,
terpilih secara acak sederhana, sebanyak 48
yaitu sebesar 32,4% Kota Semarang dan
keluarga penderita dari puskesmas wilayah
sebesar 50% wilayah Kabupaten Demak.
Kota Semarang (Puskesmas Bangetayu, Puskesmas
Bandarharjo,
Puskesmas
Gayamsari) dan 48 keluarga penderita dari puskesmas
wilayah
(Puskesmas
Kabupaten
Dempet,
Demak
diolah
dengan
menggunakan
analisis univariat dan bivariat. univariat
untuk
memberi
Analisis gambaran
karakteristik responden. Selain itu untuk memberi
gambaran
frekuensi
variabel-
variabel yang diteliti berupa pengetahuan TB Paru,
praktik
rumah.
pencegahan,
dan
kondisi
Analisis bivariat digunakan untuk
mengetahui
perbedaan
Variabel
Kota Semarang Kab. Demak F % F %
Puskesmas
Kebonagung, Puskesmas Mranggen II). Data
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden di Kota Semarang dan Kabupaten Demak
variabel-variabel
penelitian dengan mengunakan uji beda chi square. Tingkat signifikansi yang digunakan
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 25-30 th 31-35 th 36-40 th 41-45 th 46-50 th 51-55 th 56-60 th 61-65 th 66-70 th 71-75 th Pendidikan Tidak Tamat Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT
8 26
23,5 76,5
16 18
47,1 52,9
5 8 5 5 4 4 0 2 1 0
7,4 11,8 7,4 7,4 5,9 5,9 0,0 2,9 1,5 0,0
5 4 6 5 5 3 3 0 2 1
7,4 5,9 8,8 7,4 7,4 4,4 4,4 0,0 2,9 1,5
11 5 10 7 1
32,4 14,7 29,4 20,6 2,9
17 9 4 3 1
50,0 26,5 11,8 8,8 2,9
adalah 95% (α = 5%). Ho ditolak jika nilai p value ≤ 0,05 dan penerimaan Ho jika nilai p
Hasil penelitian menunjukan sebesar 73,5% responden di Kota Semarang dan
value > 0,05.
sebesar
38,2
responden
di
Kabupaten
Demak memiliki pengetahuan yang baik.
HASIL Dari penelitian ini diketahui bahwa
Dapat diketahui juga responden di Kota
responden didominasi oleh jenis kelamin
Semarang di dominasi memiliki pengetahuan
perempuan
baik jumlahnya lebih banyak dibandingkan
sebesar
76,5%
di
Kota
Semarang dan sebesar 52,9 di Kabupaten
dengan
Demak.
berpengetahuan
Pada
wilayah
Kota
Semarang
didominasi kelompok umur antara 31-35
responden kurang.
yang Pada
memiliki wilayah
Kabupaten Demak jumlah responden yang
memiliki
pengetahuan
jumlahnya
lebih
yang
banyak
kurang
dibandingkan
kurang. Sedangkan pada kontak serumah di wilayah
Kabupaten
Demak
praktik
responden yang berpengetahuan baik. Hasil
pencegahan
uji beda dengan menggunakan Chi-Square
responden
menunjukan
perbedaan
responden (67,6%) praktik pencegahannya
tingkat pengetahuan pada kontak serumah
dalam kategori kurang. Selain itu dapat
dengan penderita TB antara Perkotaan dan
diketahui bahwa jumlah responden yang
Pedesaan karena p value kurang dari 0,05
memiliki praktik pencegahan persentase baik
yaitu sebesar 0,003.
lebih banyak di Kota Semarang sebesar
bahwa
terdapat
Tabel 2. Gambaran Hasil pengukuran terhadap variabel penelitian pada responden di Perkotaan dan Pedesaan Variabel
Pengetahuan TB Paru Baik Kurang Praktik Pencegahan Baik Kurang Kondisi Rumah (Depkes ) Sehat Tidak Sehat Kondisi Rumah (Uji Normalitas) Sehat Tidak Sehat
Kota Semarang F %
Kab. Demak F %
73,5 26,5
13 21
sebesar
76,5 23,5
11 23
sebanyak
11
(32,4%)
dan
sebanyak
23
32,4%.
Hasil
uji
Chi-Square
diperoleh nilai p value <0,05 yaitu sebesar 2
Uji X
0,001 sehingga Ho ditolak
yang berarti
terdapat
pencegahan
perbedaan
praktik
penularan penyakit TB Paru pada
kontak
serumah dengan penderita TB Paru antara
38,2 61,8 *0.001
26 8
baik
76,5% dibandingkan di Kabupaten Demak
*0.003 25 9
yang
Perkotaan dan Pedesaan. Pengukuran serta observasi kondisi fisik
32,4 67,6
rumah
yang
merupakan
faktor
risiko
penularan TB Paru antara lain kepadatan 0 34
0,0 100,0
0 34
hunian, luas ventilasi, kelembapan, suhu,
0,0 100,0
pencahayaan alami dan jenis lantai. Hasil 0.287
26 8
76,5 23,5
22 12
64,7 35,3
pengukuran
kondisi
responden
di
Kota
fisik
rumah
pada
Semarang
dan
Kabupaten Demak dengan menggunakan
2
X = Chi-Square * = bermakna p< 0,05
kriteria rumah sehat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
829/Menkes/SK/VII/1999 menunjukan bahwa
bahwa praktik pencegahan penularan TB
secara
Paru pada kontak serumah di wilayah
responden tidak memenuhi kriteria rumah
Semarang yaitu sebanyak 26 responden
sehat.
(76,5%) memiliki praktik pencegahan yang baik praktik
dan sebanyak 8 responden (23,5%) pencegahannya
dalam
kategori
keseluruhan
kondisi
rumah
Kriteria rumah sehat juga di kategorikan berdasarkan uji Normalitas didapatkan hasil bahwa rumah responden di Kota Semarang
berkategori
sehat
sebanyak
rumah
Demak.
Responden
(76,5%) dan sebanyak 8 rumah (23,5)
memiliki
pengetahuan
berkategori
diasumsikan
tidak
sehat.
26
Sedangkan
di
bahwa
diperkotaan yang hal
baik
tersebut
wilayah Kabupaten Demak sebanyak 22
ditunjang oleh tersedianya informasi
rumah
cukup
(64,7%)
berkategori
sehat
dan
,
sarana
tranportasi
sarana
sebanyak 12 rumah (35,3%) berkategori
pendidikan,
sarana
dan
prasarana
tidak sehat. Hasil uji Chi Square yang
kesehatan
yang
lebih
memadai.
dilakukan , diperoleh nilai p value >0,05 yaitu
Masyarakat di perkotaan memiliki kontak
sebesar 0,287 yang berarti Ho diterima yang
sosial secara kuantitatif dan kualitatif
berarti tidak terdapat perbedaan kondisi
lebih tinggi dibandingkan masyarakat
rumah pada responden di Kota Semarang
pedesaan.
dan Kabupaten Demak.
berbeda
Keadaan terjadi
di
yang
sangat
pedesaan
yaitu
keadaan heterogen. Sifat dari penduduk PEMBAHASAN
pedesaan yang lebih tertutup terhadap
1. Pengetahuan TB paru Pengetahuan
informasi dibandingkan perkotaan juga
mengenai
penyakit,
mempengaruhi
banyaknya
informasi
gejala dan tanda, cara penularan, cara
yang diterima. Masyarakat di pedesaan
pencegahan dan cara penularan dan
secara jumlah lebih sedikit dengan
pengobatan sangat sebagai upaya untuk
tingkat mobilitas yang rendah sehingga
mencegah
frekuensi
penularan.
Pengetahuan
interaksi
sedikit
individu membantu seseorang dalam
dibandingkan
menentukan perilaku seseorang dalam
perkotaan. Hal itu juga terjadi pada
kehidupan sehari-hari.
8
Hasil penelitian
dengan
lebih
masyarakat
sumber informasi umum seperti televisi,
menunjukan bahwa jumlah responden
majalah,
yang memiliki pengetahuan yang baik
media lain yang lebih mutakhir. Kondisi
jumlahnya
Kota
yang demikian menunjang frekuensi
dengan
pertukaran informasi lebih banyak di
responden yang berada di Kabupaten
wilayah perkotaan di bandingkan di
Demak. Berdasarkan pengujian statistik
wilayah
Chi-
yang
menjelaskan bahwa sumber informasi
diperoleh menunjukkan bahwa terdapat
yang diperoleh dari berbagai macam
perbedaan tingkat pengetahuan pada
sumber, maka seseorang cenderung
kontak serumah dengan penderita TB
memiliki pengetahuan yang luas.9
lebih
Semarang
Square
banyak
di
dibandingkan
terhadap
data
Paru di Kota Semarang dan Kabupaten
poster, koran dan media-
pedesaan.
Notoatmojo
Penelitian yang dilakukan oleh Niniek DKK
tahun
2011
Kota
tentu memberikan hasil yang sama pada tiap-tiap orang.12
Pariaman
Sumatera Barat dengan menggunakan
Perlu
upaya
untuk
mengatasi
teknik FGD (Focus Group Discussion)
kesenjangan informasi pada wilayah
menunjukkan bahwa sebagian besar
perkotaan dan pedesaan.
responden menyatakan penyakit TB
kesehatan memiliki peran penting dalam
Paru merupakan penyakit asma yang
menyampaikan
disebabkan panas tinggi, keturunan,
meningkatkan
penyakit guna-guna dan tidak menular.10
pembinaan terhadap individu dengan
Berbeda dengan hasil penelitian yang
tujuan untuk meningkatkan kemampuan
dilakukan oleh Yulfira di Kabupaten
kemandirian masyarakat dalam menjaga
Tanah Datar Sumatera Barat tahun
kesehatan
2011 menunjukkan bahwa sebagian
sekitarnya.
besar responden mengetahui gambaran umum penyakit, gejala tanda TB Paru.
11
2.
informasi
Institusi
kesehatan,
pengetahuan
diri
dan
dan
lingkungan
di
Perbedaan Praktik Pencegahan Hasil
penelitian
ini
Jika diperbandingkan hasil penelitian
bahwa
yang telah dilakukan oleh Niniek dan
melakukan praktik pencegahan pada
Yulfira maka pengetahuan masyarakat
kategori baik jumlahnya lebih banyak di
yang tinggal di Kota Pariaman dan
Kota
Kabupaten
responden
Tanah
Datar
terdapat
persentase
menunjukkan
responden
Semarang yang
yang
dibandingkan berdomisili
di
perbedaan pengetahuan. Pengetahuan
Kabupaten Demak. Hasil uji Chi square
masyarakat
dan
diperoleh nilai p value sebesar 0,001
Kabupaten Tanah datar mengenai TB
sehingga dapat disimpulkan terdapat
Paru,
pengetahuan masyarakat lebih
perbedaan praktik pencegahan yang
baik di wilayah Kabupaten Tanah Datar
bermakna antara responden di Kota
sebab dapat menggambarkan secar
Semarang
umum
Sejalan dengan hasil uji beda terhadap
Kota
penyakit
menyebutkan
Pariaman
TB
gejala
Paru dan
dan tanda.
variabel
dan
Kabupaten
pengetahuan
dilakukan
dipengaruhi
seseorang
terdapat perbedaan pengetahuan dan
terhadap stimulus yang diberikan. Selain
persentase responden yang memiliki
itu juga karakteristik atau faktor-faktor
tingkat pengetahuan baik, lebih banyak
lain yang bersangkutan, yang memilki
di wilayah Kota Semarang dibandingkan
arti bahwa stimulus yang sama belum
dengan
respon
menyatakan
telah
Perbedaan pengetahuan juga dapat oleh
yang
yang
Demak.
responden
di
bahwa
wilayah
Kabupaten
Demak.
Notoatmojo
agama. Keadaan yang sangat berbeda
menyatakan pengetahuan yang baik
terjadi
akan berdampak pada sikap yang baik,
hemogen. Sifat dari penduduk pedesaan
dan pada akhirnya dapat terjadinya
yang lebih tertutup terhadap informasi
perubahan perilaku. Perilaku manusia
dibandingkan
merupakan
mempengaruhi
refleksi
dari
berbagai
di
pedesaan
yaitu
keadaan
perkotaan
juga
banyaknya
informasi
pengalaman yang dialami oleh panca
yang diterima. Masyarakat di pedesaan
indera seperti pengetahuan dan sikap.
secara jumlah lebih sedikit dengan
Perilaku atau praktik terbentuk melalui
tingkat mobilitas yang rendah sehingga
proses tertentu, dan berlangsung dalam
frekuensi
interaksi manusia dan lingkungannya.
dibandingkan
Perilaku manusia merupakan refleksi
perkotaan. Hal itu juga terjadi pada
dari berbagai pengalaman yang dialami
sumber informasi umum seperti televisi,
oleh panca indera seperti pengetahuan
majalah,
dan
media lain yang lebih mutakhir.9
sikap.
Perilaku
atau
praktik
terbentuk melalui proses tertentu, dan
interaksi
lebih
dengan
sedikit
masyarakat
poster, koran dan media-
Berbeda
hasil
penelitian
yang
berlangsung dalam interaksi manusia
dilakukan oleh Yulfira tahun 2011 di
dan lingkungannya.8
Kota Padang Panjang dan di Kabupaten
Keadaan
pada
Sungai Tarab Sumatera Barat dengan
menyebabkan
pendekatan kualitatif pada tokoh-tokoh
diferensiasi sosial. Fasilitas-fasiltas yang
masyarakat menunjukkan pengetahuan
tersedia seperti pendidikan, rekreasi,
masyarakat dikedua wilayah mengenai
agama, bisnis, dan sifat dari wilayah
penyakit TB Paru, gejala dan tanda
penduduk
sudah
wilayah
yang
heterogen
perkotaan
perkotaan
yang
terbuka
cukup
baik
tetapi
perilaku
terhadap segala informasi yang tersedia
masyarakat untuk memeriksakan dahak
di wilayahnya perumahan menyebabkan
dan menggunakan fasilitas pelayanan
terorganisasinya
kesehatan masih kurang disebabkan
berbagai
keperluan.
Masyarakat di perkotaan memiliki kontak
malu (divonis) menderita TB Paru.11,
sosial secara kuantitatif dan kualitatif
Menunjukkan bahwa masyarakat di Kota
lebih tinggi dibandingkan masyarakat
Padang Panjang dan Kabupaten Sungai
pedesaan. Kontak sosial masyarakat
Tarab memiliki hasil yang sama yaitu
perkotaan yang tersebar secara luas
tidak terdapat perbedaan pengetahuan
melalui
dan
perdagangan,
perusahaan,
industri, pemerintahan, pendidikan dan
perilaku
dalam
13
mencegah
penularan. Menurut Green mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan
merupakan faktor risiko penularan TB
persepsi, berkenaan dengan motivasi
Paru, secara keseluruhan semua rumah
mengadopsi perilaku dipengaruhi faktor
responden pada penelitian ini tidak
demografis seperti umur, jenis kelamin,
memenuhi kriteria rumah sehat.
tingkat
pendidikan
sebagai
faktor
predisposisi.14 Perilaku
Peneltian yang dilakukan Bambang di Kota
atau
tahun
2010
merupakan
menunjukkan bahwa >50% (sebagian
salah satu penyebab penularan TB
besar) responden pada kelompok kasus
Paru.
memiliki kondisi rumah yang memiliki
Hasil
praktik
Pekalongan
penelitian
yang
telah
faktor
tindakan pencegahan yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan Fatimah di
oleh individu memiliki hubungan yang
Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa
bermakna dengan kejadian TB Paru dan
>50% (sebagian besar) responden pada
berisiko tertular 5,4 kali tertular TB Paru
kelompok kasus memiliki kondisi rumah
pada responden yang tidak melakukan
yang memiliki faktor risiko penularan.18
pencegahan.15
praktik
risiko
penularan
TB
Paru.17
dilakukan Niko di Kota Solok bahwa
Pendidikan
Jika diperbandingkan kedua penelitian di
kesehatan berfungsi sebagai media atau
atas menunjukkan bahwa pada kedua
sarana
kondisi
wilayah yang berbeda memiliki kondisi
rupa
rumah yang sama yaitu kondisi rumah
sehingga masyarakat dapat berperilaku
yang memiliki faktor risiko penularan
sesuai
dengan
pada pada sebagian besar responden
sehat.
Dengan
untuk
sosio-psikologis
menyediakan sedemikian
norma-norma kata
lain
hidup bahwa
pendidikan kesehatan bertujuan untuk
pada kelompok kasus. Faktor
risiko
pada
rumah
merubah perilaku masyarakat sehingga
menyebabkan penularan penyakit TB
sesuai dengan norma-norma hidup.
Paru memudahkan dalam penularan
3. Kondisi Rumah
kepada anggota keluarga dan dengan
Lingkungan fisik rumah merupakan
adanya penderita TB Paru maka risiko
salah satu faktor risiko penularan TB
tertular akan semakin besar. Usaha
Paru.
untuk
Lingkungan
mempengaruhi TBC.
16
rumah
yang
buruk
keberadaan
kuman
mengurangi
lingkungan
faktor
dilakukan
risiko dengan
Berdasarkan beberapa syarat
manajemen wilayah yang berfokus pada
sehat
dua hal yaitu program pengobatan dan
Kesehatan
Keputusan
Republik
Menteri
Indonesia
829/Menkes/SK/VII/1999
No.
penanggulangan faktor risiko. Penting
yang
bagi institusi kesehatan dan pemerintah
untuk
melakukan
manajemen
faktor
risiko TB Paru, yaitu pengendalian berbagai
variabel
yang
berperan
Semarang
dan
kabupaten
Demak
(0,003). 6. Terdapat
perbedaan
praktik
timbulnya kejadian penyakit TB Paru,
pencegahan penularan penyakit TB
khususnya di sekitar penderita.19
Paru
SIMPULAN
pada kontak serumah dengan
penderita
1. Persentase kategori
pengetahuan
baik
pada
dengan
responden
di
wilayah Kota Semarang lebih banyak
TB
Semarang
Paru
dan
antara
kabupaten
Kota Demak
(0,001). 7. Tidak terdapat kondisi rumah
pada
sebesar 73,5% dibandingkan dengan
kontak serumah dengan penderita TB
wilayah Kabupaten Demak sebesar
Paru
38,2%.
kabupaten Demak (0,287).
2. Persentase
praktik
pencegahan
antara
Kota
Semarang
dan
SARAN
penularan dengan kategori baik pada responden di wilayah Kota Semarang lebih
banyak
dibandingkan
sebesar dengan
76,5% wilayah
1. Bagi Masyarakat di wilayah Kota Semarang a. Praktik pencegahan penularan
Kabupaten Demak sebesar 32,4%.
TB Paru seperti memakai masker
3. Berdasarkan kategori rumah sehat
ketika batuk, pengelolaan dahak
seluruh responden dikedua wilayah
yang
tidak memenuhi kriteria rumah sehat
kesehatan tubuh.
berdasarkan syarat-syarat rumah sehat
baik,
dan
menjaga
b. Memperhatikan aspek sanitasi rumah yang memenuhi kriteria
Depkes RI. 4. Persentase
kondisi
rumah
dengan
rumah
sehat
pada
saat
kategori sehat pada responden di
merenovasi
wilayah
hampir
rumah
76,5%
jendela rumah serta ventilasi,
Kota
sebanding
Semarang sebesar
dibandingkan
dengan
wilayah
Kabupaten Demak sebesar 64,7%. 5. Terdapat
perbedaan
tingkat
dan
atau
membangun
meliputi
kepadatan,
pencahayaan
sehingga
dapat mengurangi faktor risiko penularan
penyakit
yang
pengetahuan mengenai penyakit TB
bersebab dari lingkungan atau
Paru
yang
pada kontak serumah dengan
penderita
TB
Paru
antara
Kota
lingkungan
dipengaruhi
oleh
2. Bagi
Masyarakat
di
wilayah
mengenai
Kabupaten Demak
penyakit
Tuberkulosis,
a. Untuk
meningkatkan
gejala,
penularan, dan cara mencegah
pengetahuan mengenai TB Paru
penularan pada orang lain.
meliputi cara penularan TB Paru,
b. Memberikan
pendidikan
tanda dan gejala penyakit TB
kesehatan
Paru,
perilaku-perilaku
perilaku
terhadap
pencegahan
penularan
cara
terhadap
yang
meliputi
yang
dapat
mengurangi resiko penularan
orang lain.
TB Paru seperti perilaku batuk
b. Melakukan praktik pencegahan
baik.
terhadap penularan TB Paru dari
c. Meningkatkan
penderita kepada orang di sekitar
rumah
antara lain tindakan pencegahan
intensif
saat penderita batuk, tindakan
komunikasi yang sesuai dengan
anda
kondisi
ketika
melakukan
penderita
batuk,
kegiatan
yang
secara
dan
sosial
lebih
kemampuan
budaya
yang
berkembang di masyarakat.
berdampak pada kondisi rumah
4. Bagi Peneliti Lain
yang sehat. c. Untuk
sehat
penyuluhan
Untuk peneliti lain melakukan
memperhatikan
aspek
penelitian
lanjutan
mengenai
kriteria rumah sehat pada saat
perbedaan pengetahuan, praktik
merenovasi
pencegahan dan kondisi rumah
rumah
membangun
rumah
atau meliputi
pada
kontak
serumah
ventilasi (jendela maupun lubang
penderita
angin), sumber cahaya alami dan
variabel-variabel
jenis
tingkat pendapatan, sikap, dan
lantai
yang
dapat
mempengaruhi dengan kejadian
TB
dengan
Paru
dengan
lain
seperti
sumber informasi kesehatan.
TB Paru. 3. Bagi
Dinas
Semarang
Kesehatan
dan
Dinas
Kota
Kabupaten
Kesehatan Kabupaten Demak a. Meningkatkan
UCAPAN TERIMAKASIH Terima
kasih
penulis
sampaikan
kepada bapak ibu dosen bapak Suharyo
program
M.Kes , ibu DR. dr. Sri Andarini Indreswari,
penyuluhan kesehatan sebagai
M.Kes bapak dr Zaenal Sugiyanto M.Kes ,
upaya
dan
untuk
pengetahuan
meningkatkan masyarakat
yang
selalu
membantu
dan
memberikan masukan - masukan dalam
proses
penyusunan
artikel
ilmiah
ini.
8. Soekidjo, N. Pendidikan dan Perilaku
Terima kasih kepada semua pihak terkait
Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
yang telah memberikan bantuan sehingga
2003
tersusunnya artikel ilmiah ini
9. Annonymous, Masyarakat Perkotaan dan
DAFTAR PUSTAKA 1. Widoyono,
dr.
Penyakit
Epidemiologi,
Tropis
Penularan,
Pencegahan, dan Pemberantasannya Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 2011 2. Peringkat TB Paru indonesia diantara Negara-negara
di
dunia
http://health.kompas.com/read/2014/0 3/03/1415171/Indonesia.Peringkat.4.
Riset
Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes.
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Kesehatan
Kota
Semarang
Tahun 2013 .Dinkes Kota Semarang
modul/mkdu_isd/bab7masyarakat_pe desaan_dan_masyarakat_perkotaan. pdf diakses 4 Pebruari 2015 10. Niniek,
Faktor Determinan Budaya
Kesehatan
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Profil Kesehatan KabupatenDemak Tahun 2013. Dinkes
Kabupaten
Penularan
Kesehatan . Vol 15, No 1 Jan (2012)
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten datar
Propinsi
Sumatera
Barat. Kementerian Kesehatan RI. 2011:49-95 12. Djatmoko, Riyan Analisis Keselitan dan
Belajar
https://www.academia.edu/7127533/a nalisis_kesulitan_belajar diakses 10 pebruari 2015 13. Media, Yulfira Pengetahuan, Sikap
Demak 2013 Pusat
Perkotaan
Dalam
Penyakit TB Paru. Buletin Penelitian
Perkembangan
2013
6. Badan
http://elearning.gunadarma.ac.id/doc
Tanah
Jakarta. 2013
Profil
.
Dan Perilaku Masyarakat Tentang
diakses tanggal 25 oktober 2014 Kesehatan.
Pedesaan
11. Media, Yulfira Pengetahuan, Sikap
Pasien.TB.Terbanyak.di.Dunia.html
3. Kementerian
Masyarakat
Statistik.
dan
Klasifikasi
Pedesaan
di
Indonesia Buku Dua Jawa Cetakan Kedua. BPS. Jakarta. 2010 7. Soekidjo, N. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta. Jakarta . 2007
Dan
Perilaku
Berkaitan
Masyarakat dengan
yang
Penyakit
Tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Koto Katik Kota Padang Panjang (Sumatera
Barat)
Jurnal
Pembangunan Manusia. Vol 3 No. 5 . 2011
14. Soekidjo,
N.
Promosi
Kesehatan
http://eprints.undip.ac.id/23875/1/BA
Teori dan Aplikasi. PT. Rineka Cipta.
MBANG_RUSWANTO.pdf
Jakarta . 2005
diakses 20 November 2014
15. Putra
Niko
Rianda.
Hubungan
18. Fatimah, Siti Faktor.
Kesehatan
Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah
Lingkungan
dengan Kejadian TB Paru di Kota
Berhubungan dengan Kejadian TB
Solok
Paru
Tahun
2011.
Universitas
di
Rumah
Kabupaten
(Kecamatan
http://www.scribd.com/doc/11756248
Kedungreja,
0/Skripsi-Lengkap-Niko#scribd
Gandrungmangu, Bantarsari ) Tahun
diakses 24 Januari 2015.
2008.
RI.Pedoman
Nasional
_FATIMAH.pdf
Cetakan II
2015 Bambang.
Cipari, Patimun,
(Thesis)
2008
http://eprints.undip.ac.id/24695/1/SITI
Penanggulangan Tuberkulosis, 2008
17. Rusmanto,
Sidareja,
Cilacap
Andalas. Padang . 2011
16. Depkes
:
yang
diakses 1 Januari
Analisis
19. Achmadi, UM. Manajemen Penyakit
Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis
Berbasis Wilayah. PT Kompas Media
Paru ditinjau dari Faktor Lingkungan
Nusantara. Jakarta. 2005
Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten Pekalongan.
(Disertasi).
2010