PERBEDAAN NILAI STATUS KESEHATAN GINGIVA ANTARA PRAPUBERTAS DI SD DENGAN PUBERTAS DI SMP TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh: Luthfi Laukhatul Jannah J520100028
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PERBEDAAN NILAI STATUS KESEHATAN GINGIVA ANTARA PRAPUBERTAS DI SD DENGAN PUBERTAS DI SMP TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA Luthfi Laukhatul Jannah1, drg. Noor Hafida, Sp.KG2, drg. Suyadi3 INTISARI Latar Belakang: Tahap pubertas terdiri dari prapubertas, pubertas, dan pascapubertas. Pubertas adalah tahap matang yang terjadi antara masa kanakkanak dan masa remaja dengan ciri seks primer mulai muncul, yaitu menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Prapubertas adalah periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual dengan ciri seks sekunder mulai muncul. Usia pubertas mengalami aktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-gonad yang menyebabkan peningkatan hormon testosteron pada laki-laki dan hormon estrogen, progesteron pada perempuan. Peningkatan kadar hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga sirkulasi darah meningkat pada jaringan gingiva yang mengakibatkan gingivitis pubertas. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan suatu penelitian inferensial observasional dengan pendekatan cross-sectional jumlah total sampel sebanyak 30 prapubertas dan 30 pubertas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di SD dan SMP Ta’mirul Islam Surakarta, dengan memeriksa keadaan rongga mulut meliputi derajat keasaman, debris, plak dan kalkulus, khususnya memriksa derajat radang gingiva menggunakan Gingival Index (GI). Hasil: Data dianalisis dengan Mann Whitney-U didapatkan nilai probabilitas 0.000 (p<0.05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai status kesehatan gingiva (skor GI) siswa prapubertas dan pubertas. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD Ta’mirul Islam Surakarta dengan pubertas di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. Kata Kunci: Prapubertas, Pubertas, Gingivitis
1. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
DIFFERENCE OF GINGIVAL HEALTH STATUS VALUE BETWEEN THE PRE-PUBERTAL AND PUBERTAL STUDENTS IN TA’MIRUL ISLAM ELEMENTARY AND JUNIOR HIGH SCHOOL, SURAKARTA Luthfi Laukhatul Jannah1, drg. Noor Hafida, Sp.KG2, drg. Suyadi3 ABSTRACT Background: Puberty period consists of pre-pubertal, pubertal, and postpubertal. Pubertal is mature period that occurs between childhood and adolescence with primary sex characteristic began to emerge, for female is menarche and for male is wet dreams. Pre-pubertal period is approximately 2 years before puberty priod, when the child first experienced the physical changes that indicating sexual maturity with secondary sex characteristic began to emerge. Puberty undergoes the activation of hypothalamic-pituitary-gonad system that cause the increase of testosterone in boys, and estrogen and progesterone in girls. The increasing endocrine hormone levels during puberty can cause vasodilatation that increases blood circulation to the gingival tissue. It can result in puberty gingivitis. Methods: This research is an observational study using the inferential approach and cross-sectional design with a total number of 30 pre-pubertal samples and 30 pubertal samples. This study was conducted from February to April 2014 in the Ta’mirul Islam elementary and junior high school, Surakarta, by examining the state of oral cavity, including the degree of acidity, debris , plaque and calcullus, especially Gingival Index (GI). Results: The data of this research was analyzed using the Mann-Whitney U 0.000 (P<0.05) probability value obtained in this research showed that there is a significant difference in the health status of gingival (GI score) value between pre-pubertal and pubertal students. Conclusions: This research concluded that there is a significant difference in the health status og gingival (GI score) value between in pre-puberty (elementary school) students are higher than the GI scores of puberty (junior high school) students. Keywords: Pre-pubertal, Pubertal, Gingivitis
1.
Faculty of dentistry, Muhammadiyah University of Surakarta
PENDAHULUAN: Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.9 Peradangan pada jaringan gingiva disebut dengan gingivitis.8 Gingivitis merupakan inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva.10 Gambaran klinis gingivitis adalah kemerahan yang muncul pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi dari permukaan gingiva dan perdarahan pada saat probing. Pembengkakan dan hilangnya tekstur free gingiva mencerminkan hilangnya jaringan ikat fibrous.8 Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab sekunder atau predisposisi. Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva. Penyebab sekunder antara lain berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi kavitas karies, restorasi gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan obat-obatan.9 Faktor hormonal yang menjadi faktor sekunder atau predisposisi gingivitis tersebut salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia pubertas.6 Peningkatan kadar hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi lokal, seperti biofilm plak bakteri, yang mengakibatkan gingivitis pubertas.11 Menurut Jeffrey et al. (2011), gingivitis pubertas adalah jenis khas dari gingivitis yang kadang-kadang berkembang pada anak-anak dan pubertas dengan keadaan plak yang sedikit dan bahkan sangat sedikit. Wong, Donna L. (2009) menyatakan bahwa usia prapubertas adalah periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual, sedangkan usia pubertas adalah titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra terjadi mimpi basah pertama kali. Hadley, Mac E. (2000) menyatakan bahwa pada tahap prapubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat rendah, sedangkan pada tahap pubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat tinggi. Usia pubertas dimulai dengan aktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-gonad. Aktivasi sistem ini merupakan bagian utama dalam perkembangan dan regulasi berbagai sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Regulasi sistem neuro endokrin dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus di korteks serebri termasuk sistem limbik. Sel-sel hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang bersifat pulsatif dan episodik yang berfungsi untuk menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior.6 Hormon GnRH merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan hormonhormon gonadotropin, berupa Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) yang memproduksi hormon testosteron pada laki-laki dan hormon estrogen, progesteron pada perempuan. FSH berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi dan reproduksi. FSH menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, maka pengeluaran estrogen akan memicu munculnya reseptor untuk LH. LH berfungsi untuk memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan korpus luteum yang terbentuk akan menghasilkan progesteron.6 Tingginya prevalensi untuk gingivitis pada anak telah dilaporkan dari beberapa bagian dunia.7 Berdasarkan survei Sutcliffe dari kelompok anak yang berusia antara 12 sampai 17 tahun menunjukkan prevalensi gingivitis yang tinggi yang cenderung menurun dengan bertambahnya usia.4 Sampel pada penelitian ini yang digunakan adalah siswa SD dan SMP Ta’mirul Islam Surakarta karena letaknya dalam suatu lingkup wilayah yang sama dan berada di tengah kota Surakarta. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dijadikan dasar perlunya suatu penelitian mengenai perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. METODE PENELITIAN: Penelitian ini merupakan suatu penelitian inferensial observasional dengan pendekatan cross-sectional jumlah total sampel sebanyak 30 prapubertas dan 30 pubertas dengan teknik non-probability, yaitu quota sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di SD dan SMP Ta’mirul Islam Surakarta, dengan memeriksa keadaan rongga mulut meliputi derajat keasaman, debris, plak dan kalkulus, khususnya memeriksa derajat keparahan radang gingiva menggunakan Gingival Index (GI). Dua hari sebelum pemeriksaan diberikan kuisioner yang menunjukkan tanda-tanda prapubertas atau pubertas. Variabel independent pada penelitian ini adalah usia prapubertas dan usia pubertas, sedangkan variabel dependent adalah nilai status kesehatan gingiva. Variabel terkendali pada penelitian ini adalah pH yang netral, OHI-S yang baik, dan PHP-M yang baik, sedangkan variabel tak terkendalinya adalah cara gosok gigi yang salah. Analisis data menggunakan program pengolahan data dengan fasilitas SPSS versi 17.0 untuk mengetahui perbedaan digunakan uji Mann Whitney-U, untuk menguji signifikansi hipotesis komperatif dua sampel independent yang skala datanya berbentuk ordinal yang termasuk dalam uji non-parametrik.
HASIL DAN PEMBAHASAN: Penilaian status Gingival Index (GI) pada sampel didapatkan hasil rerata sebagai berikut: Hasil Penelitian Indeks Gingiva Siswa Prapubertas Dan Pubertas
0.8800
1.0000 0.8000 0.6000
0.3417
0.4000 0.2000 0.0000
PRAPUBERTAS
PUBERTAS
Hasil tersebut menunjukkan bahwa status kesehatan gingiva pada siswa prapubertas lebih baik dibandingkan dengan siswa pubertas, hal ini disebabkan karena kadar hormon endokrin tahap prapubertas lebih rendah dibandingkan dengan kadar hormon endokrin tahap pubertas. Seluruh siswa yang diperiksa pada penelitian ini diambil yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu: siswa yang sudah muncul ciri-ciri primer dan sekunder sehingga menunjukkan prapubertas atau pubertas, pH yang netral, OHI-S dalam kategori baik dan PHP-M dalam kategori baik. Jeffery et al. (2011) menyatakan bahwa gingivitis pubertas dapat terjadi dalam keadaan plak gigi dan kalkulus supragingiva yang kurang dan sangat sedikit. Hasil penelitian tersebut kemudian diuji menggunakan uji data Mann Whitney-U untuk mengetahui perbedaan rerata indeks gingiva antara siswa prapubertas dan pubertas. Hasil uji non parametrik Mann Whitney-U didapatkan nilai probabilitas 0.000. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor GI yang signifikan (p<0.05) antara prapubertas dengan pubertas di Ta’mirul Islam Surakarta. Salah satu penyebab utama gingivitis adalah plak, namun faktor presdisposisi pada pubertas adalah faktor hormonal.9 Faktor hormonal salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia pubertas.6 Usia pubertas tersebut mengalami aktivasi sistem hipotalamus-hipofisisgonad yang merupakan bagian utama dalam perkembangan dan regulasi berbagai sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Regulasi sistem neuroendokrin dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus di korteks serebri termasuk sistem limbik yang menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) untuk menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior.6
Hormon GnRH merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan hormonhormon gonadotropin, berupa Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesteron pada perempuan, sedangkan pada laki-laki, LH yang disebut juga Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosteron.1 Peningkatan hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi lokal, seperti biofilm plak bakteri, yang mengakibatkan gingivitis pubertas.11 Tahapan pubertas menurut Asmiani et al. (2013) dibagi menjadi 3, yaitu: prapubertas, pubertas dan pascapubertas. Prapubertas dan pubertas terjadi peningkatan hormon endokrin yang dapat menyebabkan gingivitis pubertas, sedangkan pascapubertas keadaan hormon endokrin sudah mulai stabil. Hadley, Mac E. (2000) menyatakan bahwa pada tahap prapubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat rendah, sedangkan tahap pubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat tinggi. Hagen et al. (2012) dan Jocelyne et al. (1991) juga menjelaskan bahwa kadar peningkatan hormon endokrin pada prapubertas adalah 21%, sedangkan kadar peningkatan hormon endokrin pada pubertas adalah 52%. Peningkatan hormon endokrin yang lebih tinggi menunjukkan resiko terjadinya gingivitis juga lebih besar. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5 bahwa pada siswa prapubertas dengan presentase peningkatan hormon endokrin 21% menunjukkan nilai skor GI lebih rendah dibandingkan dengan siswa pubertas dengan presentase peningkatan hormon endokrin 52%. KESIMPULAN: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. Status kesehatan gingiva pada prapubertas di SD Ta’mirul Islam Surakarta lebih baik dibandingkan dengan pubertas di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. SARAN: Adapun saran yang dapat diberikan secara akademik adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah bakteri gingivitis pada prapubertas dan pubertas, sedangkan secara praktis adalah dengan diketahui hasil nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas dan pubertas, maka siswa disarankan agar lebih menjaga kesehatan gingiva karena pada usia pubertas mengalami peningkatan hormon endokrin yang dapat mengakibatkan terjadinya gingivitis. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada drg. Noor Hafida, Sp.KG dan drg. Suyadi yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi serta para dosen dan teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Asmiani, F., Agriani, Bela I., Istianah., Radha, Nifitri A., Yohana. Linda P., 2013, Perkembangan Perilaku Remaja pada Masa Pubertas. Banjarbaru, Progdi Psikologi Fakultas Kedokteran, ULM
2.
Hadley, Mac A., 2000, Endocrinology Fifth Edition, Amerika, Supervision, h. 408-70
3.
Hagen, Casper P., Aksglaede, L., Sorensen, K., Mouritsen, A., Anna-Maria A., Peterssen, JH., Katharina, M. Main., and Anders, Juul., 2012, Individual Serum Levels of Anti-Mullerian Hormone in Healthy Girls Persist Through Childhood and Adolescence: a Longitudinal Cohort Study, Denmark, Human Reproduction, Vol.27, No.3 pp. 861-6
4.
Jeffrey A. Dean., Avery, David R., McDonald, Ralph E., 2011, Dentistry for the Child - Adolescent Ninth Edition, India, Mosby, h. 376 dan 380-3
5.
Jocelyne, Marson., Sylvain Meuris, Robert W. Cooper, and Pierre Jouannet., 1991, Puberty in the Male Chimpanzee: Time-Related Variations in Luteining Hormone, Follicle-Stimulating Hormone, and Testosterone, Perancis, Biology of Reproduction 44, 456-60
6.
Jurgen, Bramswig., Angelika, Dubbers., 2009, Disorders of Pubertal Development, Belanda, Deutsches Arztebl Int; 106(17): 295-304
7.
Khaled, Al Haddad., Ibrahim, Yahia T., Al-Hadad, Ahmed M., Al-Hebshi, Nezar N., 2013, Assessment of Gingival Health Status among 5- and 12Years- Old Childreen, Yemen, ISRN dentistry; 1-7
8.
Lang, NP., Schatzle, MA., Loe, H., 2009, Gingivitis as a risk factor in periodontal disease, Swedia, J Clin Periodontal; 36 (Suppl. 10): 3-8
9.
Manson, J.D., & Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti Edisi 2, Jakarta, Hipokrates, h. 1-240
10. Nevil, Brad W., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, London: Saunders Company, h. 136-9 11. Nield-Gehrig, Jill S., & Willman, Donald E., 2011, Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist Third Edition, Amerika Serikat, Wolters Kluwer Health, h. 269-272 12. Wong, Donna L., 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, Jakarta: EGC