PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA HASIL BELAJAR EKONOMI MAHASISWA FE UNPAB Oleh : Marnoko Staf Pengajar Kopertis Wil-1 Dpk Fkip UMSU ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FE kelas pagi yang berjumlah 466 orang serta Sampel penelitian ini diambil keseluruhan kelas A401 dan kelas A402 sebanyak 100 orang, yaitu 50 orang dikelas A401 sebagai eksperimen dan 50 orang dikelas A402. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji beda. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional. Pendahuluan Dalam kehidupan manusia pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan seseorang bisa mengubah tingkah laku dan pola hidup dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tantangan dalam dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya mampu bersaing dalam era globalisasi yang menuntut keterampilan serta kreativitas tinggi. Oleh karena itu pendidikan memerlukan perhatian yang khusus dari segi mutu atau kualitasnya. Setiap Mahasiswa menginginkan hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar. Sehingga Dosen yang memiliki tugas utama untuk mengajar hendaknya lebih kreatif dalam memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana dia mengajar. Pemilihan dan penentuan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan diharapkan akan dapat memudahkan Mahasiswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu Mahasiswa dapat lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Belajar ekonomi memerlukan keterampilan dari seorang Dosen agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan Dosen. Jika Dosen kurang menguasai strategi mengajar maka Mahasiswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Dosen dituntut untuk mengadakan inovasi dan
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar Mahasiswa memuaskan. Berdasarkan pengamatan penulis di Universitas, bahwa pelaksanaan pembelajaran masih bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung berpusat kepada Dosen (teacher centered) dan Mahasiswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep yang dipelajari Mahasiswa cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang bahkan kadang-kadang Mahasiswa tidak memahami konsep yang sedang dipelajari. Begitu juga saat Dosen membuat kelompok diskusi, dimana Dosen tidak memperhatikan jalannya proses diskusi kelompok, Dosen hanya membagi Mahasiswa dalam kelompok lalu memberi tugas untuk diselesaikan tanpa pedoman mengenai pembagian tugas sehingga hasil yang dicapai tidak memuaskan, Mahasiswa yang memiliki kecerdasan tinggi akan mendominasi, sedangkan Mahasiswa yang memiliki kecerdasan rendah akan diam saja dan enggan untuk bertanya kepada Dosen atau temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalah dalam ekonomi. Dalam perkembangan seperti sekarang ini, Dosen dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), melainkan sebagai pendorong belajar agar Mahasiswa dapat mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat kepada Dosen melainkan berpusat kepada Mahasiswa (student centered). Hasil pegamatan peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Mahasiswa FE UNPAB Medan terlihat menurun dan terlihat kurang antusias dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa Mahasiswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan hasil belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa banyak Mahasiswa yang merasa kurang senang dengan cara pembelajaran yang diterapkan Dosen selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Sebagian besar Mahasiswa kurang senang dengan model pembelajaran yang diterapkan selama ini dan menginginkan adanya perubahan moodel pembelajaran yang lebih menyenangkan. Selain itu, Mahasiswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Mahasiswa menilai bahwa model pembelajaran yang selama ini diterapakn tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Mahasiswa. Dosen sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan model-model baru yang lebih disukai Mahasiswa dan mengingatkan keaktifannya. Salah satu peran Dosen yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning). Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah 613
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar Mahasiswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar Mahasiswa. Disamping itu Dosen harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab Dosen adalah memotivasi Mahasiswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Maka dari itu, agar Mahasiswa lebih bisa lagi mengasah kreativitasnya diperlukan sebuah model pembelajaran yang menekankan keaktifan Mahasiswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran diharapkan akan menumbuhkan motivasi Mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajarnya. Model pembelajaran kooperatif yang dapat memotivasi Mahasiswa untuk mempelajari bahan sebaik mungkin agar dapat membantu anggota kelompok lainnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yang disingkat dengan TGT. Rumusan masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar ekonomi Mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada Mahasiswa FE UNPAB Medan T.A 2010/2011? 2. Bagaimana hasil belajar ekonomi Mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensioanal pada Mahasiswa FE UNPAB Medan T.A 2010/2011? 3. Apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan T.A 2010/2011? LANDASAN TEORITIS Pengertian Model Pembelajaran Menurut Suprijono (2009: 45) “Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang Dosen untuk membelajarkan Mahasiswanya (mengarahkan interaksi Mahasiswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
614
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh Dosen atau diarahkan oleh Dosen. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh Dosen, dimana Dosen menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dosen biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Trianto (2009: 56) menjelaskan bahwa: Didalam kelas kooperatif Mahasiswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang Mahasiswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin , suku /ras, dan satu sama lain saling membantu . Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua Mahasiswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja dalam kelompok , tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh Dosen, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Menurut Wena (2009: 189) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi Mahasiswa bukan hanya Dosen dan buku ajar, tetapi juga sesama Mahasiswa. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan Dosen mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: 1. Memudahkan Mahasiswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. 2. Pengetahuaan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Menurut Suprijono (2009: 58) mengatakan: Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) 5. Group processing (pemprosesan kelompok)
615
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua unsur pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama, anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Unsur ketiga pembelajaran koperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah: a. Saling membantu secara efektif dan efisien. b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan. c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d. Saling mengingatkan, e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. f. Saling percaya. g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus: a. Saling mengenal dan mempercayai. b. Saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. c. Saling menerima dan saling mendukung. d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemprosesan kelompok. Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemprosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan dari pemprosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Suprijono (2009: 65) sebagai Dosen wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
616
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
TABEL : Sintak Model Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE
PERILAKU DOSEN
Fase 1: Present goals and set menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Fase 2: Present information Menyajikan informasi Fase 3: Organize students into learning teams mengoranisasikan peserta didik kedalam tim-tim belajar Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Fase 5: Teast on the materials Mengevaluasi
Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi secara efisien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan Mahasiswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidartas sosial yang kuat. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Belajar bersama dengan teman 2. Selama psoses belajar terjadi tatap muka dengan teman 3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok 4. Belajar dengan teman sendiri 5. Belajar dalam kelompok kecil 6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adaalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada Mahasiswa untuk berinteraksi dan bekerja bersama-sama dalam suatu kelampok kecil yang 617
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
dilakukan secara sistematik dan terencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Melalui kegiatan kelompok baik diskusi maupun kerja kelompok Mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan belajar dari pengalaman Mahasiswa lainnya. Dalam kegiatan kelompok pengalaman Mahasiswa merupakan sumber yang penting. Suyatno (2009: 54) menyatakan TGT merupakan model yang berkaitan dengan STAD, dimana Mahasiswa memainkan permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Dalam http://Fadilah Student.FKIP.uns.ac.id. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan Mahasiswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang Mahasiswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Menurut http://Fadilah Student.FKIP.uns.ac.id. Slavin mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil b. Games tournament c. Penghargaan kelompok Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut: Mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil adalah Mahasiswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi Mahasiswa untuk saling membantu antar Mahasiswa yang berkemampuan lebih dengan Mahasiswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri Mahasiswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Games tournament adalah Dalam permainan ini setiap Mahasiswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Mahasiswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dibagi dengan kartukartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh tebalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnament dilakukan dengan aturan sebagai berikut: 1. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. 2. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
618
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
3.
Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. 4. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai,maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. 5. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. 6. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab dan memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. 7. Setiap pemain kembali pada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. 8. Setiap pemain kembali pada kelompok asalnya dan melaporakan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria pengharagaan yang diterima oleh kelompoknya. Penghargaan kelompok adalah Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dalam penerapan model pembeajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu: 1. Mengajar (teach) Mempresentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas atau kegiatan yang harus dilakukan Mahasiswa, dan memberikan motivasi. 2. Belajar kelompok (team study) Mahasiswa bekeja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah Dosen menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. 3. Permainan(gametournament) Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua 619
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. 4. Penghargaan kelompok Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin. 5. Kriteria Pengahargaan Kelompok (Rerata Kelompok) Predikat 30 sampai 39 Tim Kurang baik, 40 sampai 44 Tim Baik, 45 sampai 49 Tim Baik Sekali, 50 ke atas Tim Istimewa. Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan Mahasiswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa pula bereda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games), yaitu dengan cara Dosen bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Model Pembelajaran Konvensional Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa dipergunakan Dosen dalam mengajar. Dosen dianggap sebagai sentral pendidikan, sedangkan Mahasiswa hanya pasif menerimanya tanpa berperan aktif mencari informasi sebagai perbandingan apa yang disampaikan Dosen dan juga sebagai bahan melengkapi referensi Dosen. Model pembelajaran ini sering diidentikkan dengan model ceramah, ini dikarenakan model pembelajaran konvensional pada umumnya terdiri dari penjelasan materi (ceramah), tanya jawab, dan pemberian tugas. Menurut Roestyah N.K dalam. (http:// xpresiria.com/-tulisan-pendidikan / pembelajaran konvesional) Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu Dosen dalam usaha menularkan pengetahuannya pada Mahasiswa ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para Dosen. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada Dosen. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari Dosen kepada peserta didik. Ceramah adalah penuturan lisan dari Dosen kepada peserta didik, ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata sering mengaburkan dan kadang-kadang ditafsirkan Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
620
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
salah. Peranan Mahasiswa dalam model ceramah adalah mendengarkan dengan teliti, mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh Dosen. Menurut Sagala (2005: 202) kekurangan model ceramah adalah: 1) Model ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuan kurang tajam. 2) Kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapat. 3) Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil. Agar ceramah menjadi model yang baik, perlu diperhatikan : 1) Model ceramah digunakan jika khalayak banyak. 2) Ceramah dipakai jika Dosen akan memperkenalkan materi baru. 3) Ceramah dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata-kata. Menurut Sabri (2007: 52) “model tanya jawab adalah model mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara Dosen dan Mahasiswa”. Dalam hal ini sifatnya Dosen bertanya dan Mahasiswa menjawab, disini terlihat adanya komunikasi timbal balik antara Dosen dan Mahasiswa. Menurut Sagala (2005: 204) bahwa model pembelajaran tanya jawab yang baik ditandai dengan : 1) Adanya respon dari pihak peserta didik untuk menjawabnya 2) Adanya rasa tidak puas atas pertanyaan yang diberikan 3) Pertanyaan yang jelas dan mudah dipahami Model pemberian tugas atau resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana Dosen memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar dan harus dipertanggungjawabkan. Menurut Sabri (2007: 56) “model tugas adalah model yang digunakan Dosen dalam pengerjaan sebuah materi”. Dimana model ini bisa dikerjakan di rumah, perpustakaan, atau di tempat lain yang bisa bersifat individu maupun kelompok. Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas Dosen lebih dominan menggunakan metode yang biasa, dimana Dosen lebih mendominasi sehingga tercipta situasi dan kondisi yang kaku dan terjadi komunikasi yang searah. Metode inilah yang dikenal dengan sebutan model pembelajaran konvensional Tabel Pebedaan kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar Konvesional
Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual 621
Kelompok Belajar Konvensional Dosen sering membiarkan adanya Mahasiswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
yang mengukur penguasaan materi - materi pelajaran tiap kelompok, dan kelompok diberikan umpan balik tentang hasil belajar pada anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen,baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi,mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung Dosen terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Dosen memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal ( hubungan antar pribadi yang saling menghargai ). Sumber : Trianto (2009: 59)
diabaikan sehingga tugas-tugas sering di borong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng”keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar biasanya homogen .
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh Dosen atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh Dosen pada saat belajar kelompok yang sedang berlangsung.
Dosen sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
622
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Hasil belajar ekonomi Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Belajar merupakan peristiwa seharihari di Universitas. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari Mahasiswa dan dari Dosen. Dari segi Mahasiswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Mahasiswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dari buku-buku pelajaran. Dari segi Dosen, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Aunurrahman (2009: 35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi, belajar di sini dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Suprijono (2009: 6-7) mengatakan: Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi Dosen, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi Mahasiswa, hasil belajar berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif. 623
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Djamarah (2002: 142) juga mengemukakan pendapatnya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu sebagai berikut: a. Faktor lingkungan 1. Lingkungan alami, yaitu lingkungan hidup (tempat tinggal anak didik) dan lingkungan Universitas. 2. Lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan di dalam Universitas dan di luar Universitas. b.
Faktor instrumental 1. Kurikulum, dapat dipakai oleh Dosen dalam merencanakan program pengajaran. 2. Program Universitas, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. 3. Sarana dan fasilitas mencakup gedung Universitas (ruang kelas, ruang kepala Universitas, ruang dewan Dosen, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, dan halaman Universitas yang memadai) buku-buku di perpustakaan, buku pegangan anak didik, buku pegangan Dosen dan buku penunjang, alat peraga.
c.
Faktor fisiologis 1. Kondisi fisiologis yaitu jasmani yang sehat dan tidak sehat. 2. Kondisi panca indra yaitu mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh.
d.
Faktor psikologis 1. Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. 2. Kecerdasan yaitu kecerdasan yang tinggi dan kecerdasan yang rendah. 3. Bakat yaitu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. 4. Motivasi yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 5. Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Belajar ekonomi adalah belajar yang membahas hubungan antar manusia dalam memenuhi kebutuhan materiil yang dinamik dengan sarana yang terbatas dan mempunyai kegunaan. Terlebih lagi ekonomi identik dengan ilmu yang terus mengalami perkembangan. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
624
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Menurut Jamal (2001: 18) mendefenisikan: Ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara mengunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi menyangkut halhal berikut: a. Ekonomi sangat erat kaitanya dengan prilaku masyarakat. b. Adanya sumber daya yang langka tetapi memiliki beberapa alternatif penggunaan. c. Kegiatan ekonomi terdiri dari produksi, distribusi, dan konsumsi. d. Konsumen bisa saja dalam bentuk kelompok atau individu. Dengan demikian hasil belajar ekonomi adalah perubahan kemampuan belajar Mahasiswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran dalam bidang studi ekonomi. METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam penelitian. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel (X1) : Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan. 2. Variabel (X2) : Model pembelajaran konvensional pada Hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan. Definisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasional dari penulisan ini yaitu : a. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas Mahasiswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini akan membantu Mahasiswa dalam mengembangkan pemahamannya dengan belajar dan bermain bersamasama dengan kelompoknya serta akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar yang optimal. 1. Langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: (1) Presentasi Dosen (sama dengan STAD); (2) Kelompok Belajar (sama dengan STAD); (3) Turnament; dan (4) Penghargaan kelompok. a. Dosen menyiapkan: - Kartu Soal - Lembar Kerja Mahasiswa 625
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
- Alat/Bahan b. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( tiap kelompok anggotanya 4-5 orang) c. Dosen mengarahkan aturan permainannya Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti pada model STAD, pada TGT Mahasiswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Dosen menyiapkan pelajaran, dan kemudian Mahasiswa bekeja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh Mahasiswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu. 2. Aturan (Skenario) Permainan Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. -
Kelompok pembaca, bertugas: 1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaaan pada lembar permainan; 2) Baca pertanyaan keras-keras; dan 3) Beri jawaban. - Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua: 1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. 2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran (games ruler). 3. Sistem perhitungan poin Turnamen Skor Mahasiswa dibandingkan dengan rerata skor yang lalui mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh Mahasiswa menyamai atau melampaui prestasi yang laluinya sendiri. Poin tiap anggota tim ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran (award) yang lain. b. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara Dosen dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. c. Hasil belajar ekonomi untuk Mahasiswa Semester II di FE UNPAB tahun ajaran 2010/2011, hasil belajar adalah perilaku yang diperoleh seseorang berkat pengalaman dan latihan yang apabila dihubungkan dengan tujuan belajar maka perilaku yang diperoleh seseorang karena pengalaman atau Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
626
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
latihan menunjukkan seberapa besar tujuan belajar yang telah dicapainya baik berupa angka maupun nilai. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam prosedur penelitian. Untuk memperoleh data dan gambaran yang sebenarnya mengenai topik penelitian ini, maka instrumen penelitian yang dipakai penulis berupa tes yang meliputi dua tahap yaitu pre tes berjumlah 22 soal dan post tes berjumlah 22 soal yang berbentuk pilihan berganda (multiple choice) sebanyak 44 soal. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pre Test No 1
2
Indikator
Aspek Kognitif C1 C2 C3 1,3 2,4,6,7,8, 5 9,10,11
Peran Bank Umum dan Bank Sentral Lembaga 12,13,15, 18,19,20, keuangan bukan 16,17 21,22 bank, kredit dan kebijakan moneter dalam perekonomian Jumlah 7 13
Jumlah soal 11
13
11
2
22
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Post Test No 1
2
Indikator
Aspek Kognitif C1 C2 C3 1,4,9,10 2,3,6,7,8, 5 11
Peran Bank Umum dan Bank Sentral Lembaga 12,16,17, keuangan bukan 18,20,21, bank, kredit dan 22 kebijakan moneter dalam perekonomian Jumlah 11
15,19
13,14
11
8
3
22
Keterangan : C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan 627
Jumlah soal 11
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Untuk mengetahui kebenaran tes, perlu pengujian validitas dan reliabilitas tes tersebut. Pengujian Validitas Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pada ruang A401 diperoleh tingkat validitas dan reliabilitas tes tersebut. Jumlah soal untuk masingmasing tes sebanyak 22 soal. Untuk soal 9 , 18 , 10 dan 12 tidak valid karena memiliki nilai sign > 0,05, oleh karena itu butir soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian selanjutnya. Pengujian Reliabilitas Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus cronbach alpha. Adapun hasil dari pengujian tersebut dengan menggunakan software bantuan SPSS v.12, yaitu mempunyai nilai di atas, 0,60 sehingga penelitian dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian hipotesis. PEMBAHASAN Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar Mahasiswa FE Unpab Medan. Pada pertemuan pertama, sebelum dimulainya pembelajaran, maka terlebih dahulu diberikan pre tes kepada Mahasiswa ruang A401 dan ruang A402. Pre tes ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat rata-rata hasil belajar Mahasiswa antara ruang A401 dan ruang A402. Apabila hasil dari pre tes tersebut terdapat perbedaan hasil belajar belajar, maka sampel yang diambil tidak dapat diteliti, karena tidak homogeny atau memiliki tingkat kecerdasan yang tidak sama. Namun apabila tidak terdapat perbedaan, maka kedua kelas tersebut bisa untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen (ruang A401) memiliki nilai rata-rata sebesar 67,2 untuk pre tes dan 87,5 untuk hasil pos tes atau memiliki tingkat perbedaan sebesar 23,2%. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar Mahasiswa untuk kelas eksperimen. Rata-rata hasil belajar kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 66,2 untuk pre tes dan 67,7 untuk hasil pos tes. Hal ini berarti hasil belajar Mahasiswa untuk kelas kontrol tidak terdapat peningkatan atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan. Hasil tersebut di atas juga diperjelas oleh analisis perbandingan (perbedaan) antara kelas kontrol (ruang A402) dengan kelas eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS Ver.12 yaitu sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
628
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
Tabel Rata-Rata Hasil Pre Tes Ruang A401 dan Ruang A402 Paired Samples Statistics
Pair 1
Kelas_401
Mean 67.20
Kelas_402
66.20
50
Std. Deviation 25.318
Std. Error Mean 3.580
50
26.060
3.685
N
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil pre tes untuk ruang A401 sebesar 67.20 dengan standar deviasi sebesar 25.318 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil pre tes untuk ruang A402 adalah sebesar 66,20 dengan standar deviasi sebesar 26.060. Tabel Hasil Pengujian Uji Beda (t-tes) untuk Pre Tes Ruang A401 dan Ruang A402 Paired Samples Test Pair 1 Kelas_401 - Kelas_402 Paired Differences
Mean
1.000
Std. Deviation
31.671
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
4.479 Lower
-8.001
Upper
10.001
t
.223
df
49
Sig. (2-tailed)
.824
Dari tabel di atas diketahui bahwa t tes sebesar 0,223 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,824. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada Pre Tes tidak ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Atau dapat juga hasil t tes dibandingkan dengan t tabel dengan asumsi jika t tes (t hitung) > t tabel maka ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402. Namun apabila t tes (t hitung) < t table maka tidak terdapat perbedaan hasil belajar ruang A401 dan ruang A402. Dari tabel t (lampiran) diketahui t hitung dengan df 50-1 = 49 pada taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh 2,01155 (perhitungan terlampir). Sehingga dapat dikatakan bahwa t tes (t hitung) < t tabel (0,223 < 2,01155). Artinya tidak ada perbedaan hasil pre tes ruang A401 dan ruang A402. Tidak terdapatnya perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut disebabkan oleh karena pada dasarnya FE UNPAB Medan menerapkan model pembelajaran konvensional pada
629
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
semua kelas. Dengan demikian ruang A401 dan ruang A402 dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Setelah diketahui tidak ada perbedaan hasil belajar antara kedua kelas tersebut, maka langkah selanjutnya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada ruang A401 sedangkan untuk ruang A402 tidak diterapkan. Ruang A402 tetap menggunakan model pembelajaran konvensional sebagaimana biasanya sampai pada pertemuan kedua. Pada akhir pembelajaran di pertemuan kedua dilakukan tes terakhir yaitu post tes untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan model pembelajaran konvensional. Adapun hasil tes tersebut adalah sebagai berikut: Tabel Rata-Rata Hasil Post Tes Ruang A401 dan Ruang A402 Paired Samples Statistics
Pair 1
Kelas_401
Mean 87.50
Kelas_402
67.70
50
Std. Deviation 8.467
Std. Error Mean 1.197
50
20.559
2.907
N
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil post tes untuk ruang A401 sebesar 87.50 dengan standar deviasi sebesar 8.467 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil post tes untuk ruang A402 adalah sebesar 67,70 dengan standar deviasi sebesar 20.559. Tabel Hasil Pengujian Uji Beda (t-tes) untuk Post Tes Ruang A401 dan Ruang A402 Paired Samples Test Pair 1 Kelas_401 - Kelas_402 Paired Differences
Mean
19.800
Std. Deviation
21.805
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
3.084 Lower
13.603
Upper
25.997
t
6.421
df
49
Sig. (2-tailed)
.000
Tabel di atas diketahui bahwa t tes sebesar 6,421 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Apabila dibandingkan Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
630
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
dengan t tabel diperoleh hasil yaitu 6,421 (t tes) > 2,01155 (t tabel) (hasil perhitungan t tabel dan perhitungannya terlampir). Rata-rata perbedaan hasil belajar tersebut sebesar 19.800 dengan standar deviasi sebesar 21.805. Perbedaan yang terjadi berkisar antara 13.603 sampai dengan 25.997. Sehingga dapat dikatakan ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan model konvensional pada hasil belajar Mahasiswa FE UNPAB Medan. Kesimpulan 1. Rata-rata hasil pre tes untuk ruang A401 sebesar 67.20 dengan standar deviasi sebesar 25.318 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil pre tes untuk ruang A402 adalah sebesar 66,20 dengan standar deviasi sebesar 26.060 2. Rata-rata hasil post tes untuk ruang A401 sebesar 87.50 dengan standar deviasi sebesar 8.467 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil post tes untuk ruang A402 adalah sebesar 67,70 dengan standar deviasi sebesar 20.559. 3. Dari hasil pre test diketahui bahwa t test sebesar 0,223 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,824. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Tidak terdapatnya perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut disebabkan oleh karena pada dasarnya FE UNPAB Medan menerapkan model pembelajaran konvensional pada semua kelas. 4. Pada hasil post test diperoleh 6,421 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata perbedaan hasil belajar tersebut sebesar 19.800 dengan standar deviasi sebesar 21.805. Perbedaan yang terjadi berkisar antara 13.603 sampai dengan 25.997. Sehingga dapat dikatakan ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar Mahasiswa kelas pagi di FE UNPAB Medan Saran 1. Diharapkan agar Dosen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada setiap pembelajarannya. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan hasil belajar Mahasiswa. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diharapkan dapat diterapkan secara kontinue kepada para Mahasiswanya karena model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari Mahasiswa, mendidik Mahasiswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang 631
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 4 No.2 Desember 2011
ISSN : 1979 - 5408
lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil belajar lebih baik, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 3. Diharapkan agar Dosen lebih memberikan kebebasan kepada Mahasiswanya untuk mengembangkan kemampuannya sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih dapat ditingkatkan. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Djamarah, S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP-Universitas Diponegoro Http://expresiria.com/artikel/tulisan-pendidikan/pembelajaran konvensional/.Pada tanggal 04-februari-2011 jam 15.45 WIB. Http://Fadilah,student.FKIP.UNS.ac.id/tugas-sbm/bu-uut/model pembelajaran. Diakses Pada tanggal 29- januari- 2011 jam 12 WIB. Http://www.scribd.com/doc/312535469/ Team- Game- Tournament. Diakses Pada tanggal 22 –februari-2011 jam 10 WIB. Jmal, Sudirman,dkk.2001.Ekonomi Untuk Kelas 1 SMU, Jakarta : Yudhistira Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching. Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher ______. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
632