Perbedaan Keterampilan Sosial…(Afrian Budiarto) 512
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE ORGANIZATION SMP 2 BINANGUN Oleh: Afrian budiarto, universitas negeri yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial antara siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan di SMP Negeri 2 Binangun. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis komparasi. Subyek penelitian adalah siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan di SMP Negeri 2 Binangun yang berjumlah 30 siswa aktif dan 30 siswa pasif organisasi kesiswaan diambil menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala keterampilan sosial. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Reliabilitas skala keterampilan sosial dengan menggunakan Alpha Cronbach.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan keterampilan sosial antara siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan. Hal ini dibuktikan dari nilai lebih besar dari (13,325 > 2,000) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,000 < 0,05). Perbedaan keterampilan sosial juga terlihat dari hasil penghitungan nilai mean keterampilan sosial pada siswa aktif organisasi kesiswaan sebesar 125,67 sedangkan nilai mean pada siswa pasif organisasi kesiswaan sebesar 106,73. Kata kunci: keterampilan sosial, siswa aktif, siswa pasif, organisasi kesiswaan Abstract This study aims to determine the difference between students' social skills of active and passive in the organization of student in SMP N 2 Binangun. This study uses a quantitative research approach to the type of comparative. Subjects were students active and passive in the organization of student in SMP N 2 Binangun totaling 30 students active and passive student 30 student organizations were taken using purposive sampling technique. Data were collected by using a scale of social skills. Data analysis using quantitative data analysis. Social skills scale reliability by using Alpha Cronbach. The results showed that there were differences between students' social skills of active and passive in the organization of student. This is evidenced from a value greater than (13.325> 2,000) and a significant value of 0.000 less than the significance level of 5% (0.000 <0.05). Differences in social skills is also evident from the results of the calculation of the mean value of social skills in students active student organizations at 125.67 while the mean value in the passive student students organization at 106.73. Keywords: social skills, active students, passive students, the organization of student
513 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
sosialnya juga akan terganggu. Tentu saja
PENDAHULUAN Berdasarkan
kodratnya,
manusia
merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki kecenderungan untuk selalu
pengisian waktu
verbal, langsung maupun tidak langsung, secara lisan maupun tertulis.
Kaitanya
dengan
manusia
interaksi
sosial,
memerlukan kemampuan ketrampilan sosial (social skill) untuk memperlancar interaksi
sesuai dengan usia remaja. Sekolah
(Widyanti,
Matson
2008:
48)
dan
Ollendick
menerjemahkan
keterampilan sosial sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan lingkungannya dan menghindari
maupun verbal. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi waktu luang dengan berbagai bentuk kegiatan. Remaja yang melakukan positif,
menimbulkan
tentu
masalah
tidak dalam
akan tugas
perkembangan dirinya. Namun, jika waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka tidak hanya berdampak
instansi/lembaga
untuk mendidik anak-anak dan remaja dapat mengambil peran membantu remaja mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif. Sekolah
dapat
memfasilitasi
dengan
mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi siswa
yang ada di sekolah
terhindar dari aktivitas yang mengarah pada perilaku-perilaku menyimpang. Lingkungan sekolah, terutama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat beberapa organisasi untuk siswa. SMP Negeri 2 Binangun merupakan
konflik saat berkomunikasi baik secara fisik
kegiatan
sebagai
sehingga setelah jam sekolah selesai siswa
dengan sesamanya. Menurut
baik ini
sebaiknya diisi dengan kegiatan positif yang
berinteraksi sosial dengan sesama. Baik interaksi dalam bentuk verbal maupun non
luang yang
kurang
baik
dengan
perkembangan dirinya tetapi lingkungan
salah satu sekolah yang berada di Jawa Tengah. Tepatnya, sekolah ini beralamat di jalan Depok, Jepara Wetan, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Ada beberapa siswa yang ada di SMP Negeri 2 Binangun. Diantaranya yaitu organisasi kesiswaan atau OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PMR
(Palang
Merah
Remaja),
dan
PRAMUKA (Praja Muda Karana). Kegiatan organisasi tersebut dilakukan diluar jam pelajaran agar tidak mengganggu proses kegiatan
belajar
siswa.
Masing-masing
Perbedaan Keterampilan Sosial…(Afrian Budiarto) 514
organisasi didampingi dan dibimbing oleh
dilakukan siswa dalam kehidupan sosialnya
guru pembina
seperti tawuran, minum-minuman
yang
berbeda.
Hal ini
keras,
dikarenakan organisasi siswa bersifat resmi
narkoba, kurang bisa dalam mengambil
dan dapat berjalan sesuai dengan tujuan
keputusan, kesulitan bergaul dengan teman
awal dibentuknya organisasi siswa tersebut.
sebaya dan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan komunikasi personal
Pengelolaan
diri
yang
dimiliki
antara peneliti dengan salah satu guru SMP
siswa yang kurang aktif dalam organisasi
Negeri 2 Binangun pada 15 Maret 2014,
juga masih belum bisa maksimal dan teratur
diperoleh informasi bahwa banyak prestasi
dengan baik. Orientasi siswa terhadap suatu
yang diperoleh siswa melalui kegiatan
kegiatan
hanya
organisasi tersebut. Diantaranya, siswa yang
kepuasan
diri
mengikuti PRAMUKA pernah mengikuti
keputusan atas masalah yang dihadapi siswa
jambore baik dalam tingkat kabupaten,
yang
provinsi, maupun jambore nasional. Selain
cenderung kurang tepat. Siswa terlihat
itu, siswa
yang mengikuti PMR pernah
bingung dalam menentukan pilihan solusi
mengikuti perlombaan yang diadakan oleh
yang tepat untuk permasalahan yang mereka
PMI unit Cilacap. OSIS yang ada di SMP
hadapi. Berdasarkan uraian di atas maka
Negeri 2 Binangun juga aktif mengadakan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
berbagai
tentang perbedaan keterampilan sosial antara
macam
kegiatan
di
sekolah.
kurang
pada
kesenangan
mereka.
aktif
dan
Pengambilan
dalam
organisasi
Berdasarkan hasil observasi dari peneliti di
siswa aktif dan pasif dalam organisasi
SMP Negeri 2 Binangun, pihak sekolah
kesiswaan yang terdapat di SMP Negeri 2
masih terlihat kurang dalam mendorong
Binangun. Oleh karena itu peneliti berminat
siswanya
mengambil judul penelitian
untuk
berperan
aktif
dalam
“Perbedaan
organisasi yang ada di sekolah tersebut,
Keterampilan Sosial antara Siswa Aktif dan
terutama untuk organisasi yang sifatnya
Pasif dalam Organisasi Kesiswaan di SMP
tidak wajib.
Negeri 2 Binangun”.
Belum
semua
siswa
memiliki
kesadaran tentang manfaat dan tujuan dari
METODE PENELITIAN
organisasi sekolah untuk mereka. Masih ada
Jenis Penelitian
kegiatan dan perilaku menyimpang yang
Penelitian
ini
menggunakan
515 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
pendekatan
kuantitatif
dengan
jenis
purposive
sampling
teknik
dengan
kriteria
komparasi. Sugiyono (2007: 13) pendekatan
menggunakan
kuantitatif adalah data atau informasi yang
tertentu. Kriteria tersebut meliputi siswa
dikumpulkan dalam bentuk angka sehingga
aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan
analisisnya
yang memiliki karakteristik sama yakni
berdasarkan
angka
tersebut
dengan menggunakan statistik.
sampel
merupakan
kelas VIII yang mayoritas anggota aktif dan telah memiliki pengalaman dalam organisasi kesiswaan.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Binangun di Jl. Depok, desa Jepara
Data,
Wetan, kecamatan Binangun,
Pengumpulan Data
kabupaten
Cilacap, provinsi Jawa Tengah 53281.
Instrumen,
dan
Teknik
Dalam penelitian ini teknik yang
Pemilihan lokasi SMP Negeri 2 Binangun
digunakan untuk mengumpulkan data adalah
sebagai
skala,
tempat
ditemukan
penelitian
dikarenakan
permasalahan
mengenai
dan
pengukurannya
melalui
modifikasi skala likert. Hal ini dikarenakan
keterampilan sosial siswa, terutama dalam
skala likert digunakan untuk mengukur
siswa aktif dan pasif dalam organisasi
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kesiswaan. Penelitian ini akan dilakukan
sekelompok orang tentang fenomena sosial
dalam jangka waktu 4 bulan yaitu bulan
(Sugiyono, 2007: 93). Melalui skala likert
Mei-Agustus 2015.
variabel
yang
menjadi
indikator
diukur
dijabarkan
variabel,
kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai tolak
Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa aktif
akan
dan pasif dalam organisasi
ukur
dalam
penyusunan
item-item
instrumen. Proses pengolahan data pada
kesiswaan. Dari total 286 siswa di pilih 30
penelitian
siswa aktif organisasi kesiswaan dan 30
software program SPSS 16 for Windows.
siswa pasif organisasi kesiswaan
teknik
menggunakan
bantuan
untuk
diambil dalam penelitian. Dalam
ini
Teknik Analisis Data samplingnya
menggunakan teknik purposive sampling,
Analisis
data
digunakan
untuk
mengolah data dari hasil penelitian. Teknik
Perbedaan Keterampilan Sosial…(Afrian Budiarto) 516
analisis
data
yang
dalam
kesiswaan menggunakan statistik deskriptif.
penelitian ini menggunakan teknik analisis
Deskripsi data yang disajikan merupakan
statistik. Data dalam penelitian ini berbentuk
data secara umum dari keterampilan sosial
angka (kuantitatif), sehingga analisis data
siswa aktif dan pasif dalam organisasi
dalam penelitian ini menggunakan teknik
kesiswaan yang meliputi: nilai minimal,
analisis statistik. Sejalan dengan tujuan dan
nilai maksimal, mean, rentang, dan standard
hipotesis
deviasi. Adapun tabel distribusi frekuensi
penelitian
digunakan
ini
yaitu
mencari
perbedaan antar variabel, maka data yang
dari sampel siswa aktif dan pasif dalam
sudah
organisasi kesiswaan dapat dilihat dari apa
diperoleh
perlu
diuji
syarat
selanjutnya akan dianalisis untuk menguji
yang tersaji pada tabel dan grafik berikut:
hipotesis.
Tabel 1. Skor Keterampilan Sosial Siswa Aktif dan Pasif dalam Organisasi Kesiswaan
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Aspek
Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif
yang
menggunakan
metode
pengumpulan data berupa quesioner (skala) untuk
mengukur
variabel
keterampilan
sosial antara siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan. Pada penelitian ini diambil dua kelompok yaitu kelompok pertama
siswa
aktif
dalam
organisasi
kesiswaan dan kelompok kedua siswa pasif dalam organisasi kesiswaan untuk mencari tingkat perbedaan keterampilan sosial yang dimiliki responden. Sebagai
penggambaran
mengenai
variabel penelitian yaitu keterampilan sosial pada siswa aktif dan pasif dalam organisasi
Komuni kasi Pemeca han Masala h Pengelo laan Diri Berelasi dengan Orang Lain
Kelomp ok Aktif
1040
Persen tase 61,90
Pasif
887
52,80
Aktif
774 624
64,17 52,00
Sedang Sedang
Aktif
992
59,05
Sedang
Pasif
854
50,83
Sedang
Aktif
964
57,38
Sedang
Pasif
837
49,82
Sedang
Skor
Kategori Sedang Sedang
Pasif
517 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
diberikan seseorang terhadap perilaku orang GRAFIK SKOR KATEGORISASI KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN Aktif Or ganisasi
1040 887
774 624
lain (yang berwujud pembicaraan, gerakgerik atau sikap), serta perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
Pasif Or gan isasi
992 854
tersebut. Oleh sebab itu, komunikasi dengan
964 837
mampu dalam menafsirkan atau memahami
komunikator kepada siswa yang bertindak Komunikasi
sebagai komunikan.
Pengelo laan D iri
Indikator Gambar 1. Grafik Skor Keterampilan Sosial Siswa Aktif dan Pasif dalam Organisasi Kesiswaan
keterampilan
sosial
selanjutnya yang menjadi pembeda tingkat keterampilan sosial pada siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan
keterampilan
sosial
antara siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan di SMP Negeri 2 Binangun. Perbedaan juga dapat diketahui berdasarkan perhitungan dari masing-masing indikator keterampilan sosial. Indikator keterampilan sosial yang berupa komunikasi, pada siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan memiliki kategori yang sama-sama sedang. Hal ini berarti baik siswa aktif maupun pasif dalam
organisasi
keterampilan
sosial
kesiswaan yang
memiliki
sedang.
Hal
tersebut sesuai dengan makna komunikasi yang dijelaskan oleh teori menurut Soekanto (2002: 67) yang mengemukakan bahwa komunikasi diartikan sebagai tafsiran yang
indikator pemecahan masalah.
Indikator
tersebut yang dimiliki kedua kelompok siswa itu sama-sama sedang. Namun dalam perhitungan kategorisasi, kelompok siswa aktif dalam organisasi kesiswaan lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa pasif dalam
organisasi
dibuktikan
dengan
kesiswaan. skor
774
Hal
ini
dengan
persentase 64,17% untuk kelompok siswa aktif dalam organisasi kesiswaan dan skor 624 dengan persentase 52% untuk kelompok siswa pasif dalam organisasi kesiswaan. Sementara
untuk
indikator
pengelolaan diri, pada kelompok siswa aktif dan pasif dalam organisasi kesiswaan juga memiliki kategori yang sama-sama pada
Perbedaan Keterampilan Sosial…(Afrian Budiarto) 518
taraf sedang dengan hasil kategorisasi yang
saling
menguntungkan.
Dengan
ditunjukkan bahwa siswa aktif organisasi
keterampilan sosial, seseorang dapat saling
kesiswaan lebih tinggi dengan skor 992 dan
berkomunikasi, berinteraksi, berkoordinasi,
59,05% dibandingkan siswa pasif dalam
dan bersosialisasi dengan orang lain dengan
organisasi kesiswaan dengan skor 854 dan
baik. Hasil penelitian ini membuktikan
50,83%. Indikator keterampilan sosial yang terakhir adalah berelasi dengan orang lain,
bahwa terdapat
pada kelompok siswa aktif dan pasif dalam
sosial antara siswa aktif dan pasif dalam
organisasi kesiswaan memiliki kategori yang
organisasi kesiswaan. Dengan siswa aktif
sama-sama pada taraf sedang. Namun dalam
dalam
perhitungan
keterampilan
kategorisasi,
keterampilan
perbedaan
organisasi
keterampilan
kesiswaan
sosial
lebih
memiliki tinggi
sosial siswa yang aktif dalam organisasi
dibandingkan siswa pasif dalam organisasi
kesiswaan lebih tinggi dibandingkan siswa
kesiswaan. Hal ini dikarenakan yang siswa
yang pasif
aktif organisasi kesiswaan yang ada di
dibuktikan
dalam organisasi. dengan
persentase 57,38%
skor
Hal ini
964
dengan
dalam kategori tinggi
sekolah
tersebut
mengaktualisasikan
siswa dirinya,
dapat
berinteraksi,
organisasi
dan bersosialisasi dengan individu maupun
kesiswaan dan skor 837 dengan persentase
kelompok. Oleh sebab itu sangat diharapkan
49,82% dalam kategori sedang untuk siswa
organisasi kesiswaan yang ada disekolah
pasif dalam organisasi kesiswaan.
untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik
untuk
siswa
aktif
dalam
Keterampilan sosial merupakan hal yang sangat
penting dalam
kehidupan
mungkin oleh siswa. Melihat fakta yang terjadi di sekolah,
yang
menunjukan bahwa siswa pasif organisasi
dikemukakan menurut Combs (Fajar, 2008:
kesiswaan dalam keterampilan sosialnya
12) menyatakan bahwa keterampilan sosial
memiliki hambatan yakni kurang memiliki
merupakan kemampuan untuk berinteraksi
keberanian untuk berpendapat/ berargument,
dengan orang lain dalam konteks sosial
kurangnya ruang untuk berlatih berpikir
dengan cara khusus yang dapat diterima oleh
kritis, terlalu bebas dalam bertindak/ tidak
lingkungan dan pada saat bersamaan dapat
perduli dengan norma dan aturan yang
menguntungkan
berlaku,
sehari-hari.
Hal ini
sebagaimana
individu,
atau
bersifat
kurangnya
kesadaran
untuk
519 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
bersosialisasi. Sementara itu siswa yang
siswa. Oleh karena itu, guru bimbingan dan
aktif dalam organisasi kesiswaan di sekolah
konseling diharapkan dapat memberikan
berbanding terbalik dengan siswa pasif
layanan untuk memfasilitasi siswa dalam
organisasi kesiswaan dalam berinteraksi dan
melatih
bersosialisasi.
aktif dalam
salah satunya dengan mengarahkan siswa
kehidupan
untuk tergerak aktif dalam organisasi di
Siswa
yang
organisasi
kesiswaan
sosialnya
sangatlah
mudahnya
siswa dalam
berinteraksi,
dalam baik
dilihat
dari
sosialnya,
dimana
sekolah.
berkomunikasi,
bersosialisasi dengan teman,
keterampilan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan
guru, dan lingkungan sosial. Hal tersebut
keterampilan sosial antara siswa aktif dan
terjadi karena adanya faktor organisasi
pasif dalam organisasi kesiswaan, dimana
kesiswaan yang didalamnya memberikan
siswa aktif organisasi kesiswaan memiliki
fasilitis
keterampilan
untuk
berlatih
bersosialisasi,
sosial
lebih
tinggi
berpendapat, dan menjunjung tinggi nilai
dibandingkan siswa pasif dalam organisasi
dan norma yang berlaku. Sehingga mereka
kesiswaan.
memiliki keterampilan sosial yang baik untuk bisa berinteraksi
dan bersosialisasi
dengan orang lain disekitarnya baik itu
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
teman sebaya, guru maupun orang lain. Peran guru bimbingan dan konseling sangatlah
penting
pembahasan
yang
dikemukakan
dapat
menangani
diambil kesimpulan yaitu terdapat perbedaan
keterampilan sosial pada siswa aktif dan
keterampilan sosial antara siswa aktif dan
pasif dalam organisasi kesiswaan. Hal ini
pasif dalam organisasi kesiswaan di SMP
dikarenakan
Negeri
guru
memiliki tugas
dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan
bimbingan dalam
konseling
layanan
2
Binangun.
Penelitian
ini
bidang
membuktikan bahwa terdapat perbedaan
pribadi dan sosial. Layanan dan bimbingan
keterampilan sosial antara siswa aktif dan
konseling pribadi dan sosial merupakan
pasif dalam organisasi kesiswaan. Dengan
bimbingan untuk membantu para individu
siswa aktif dalam organisasi kesiswaan
dalam memecahkan masalah-masalah sosial
memiliki keterampilan sosial lebih tinggi
pribadi termasuk keterampilan sosial pada
dibandingkan siswa pasif dalam organisasi
Perbedaan Keterampilan Sosial…(Afrian Budiarto) 520
kesiswaan. Hal ini dikarenakan yang siswa
siswa dengan siswa maupun
aktif organisasi kesiswaan yang ada di
dengan
sekolah
tinggal.
tersebut
mengaktualisasikan
siswa dirinya,
dapat
kelompok
disekitar
siswa tempat
berinteraksi,
3. Bagi siswa aktif organisasi kesiswaan
dan bersosialisasi dengan individu maupun
diharapkan dapat memberikan contoh
kelompok. Oleh sebab itu sangat diharapkan
dan
organisasi kesiswaan yang ada disekolah
keterampilan sosial dengan siswa pasif
untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik
organisasi kesiswaan agar siswa yang
mungkin oleh siswa.
pasif juga mampu bersosialisasi dengan
bersikap
persuasive
baik dilingkungan
lingkungan tempat tinggal.
Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, ada
beberapa
saran
yang
dapat
disampaikan yaitu sebagai berikut: 1. Bagi guru bimbingan dan konseling, disarankan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling secara intensif kepada
siswa
yang
pasif
dalam
organisasi kesiswaan, berupa bimbingan klasikal
dengan
cara
melatih
komunikasi verbal maupun non verbal, sehingga keterampilan sosial pada siswa pasif
sekolah
organisasi
dapat
berkembang
secara optimal. 2. Bagi siswa pasif organisasi kesiswaan diharapkan
dapat
memahami
akan
pentingnya keterampilan sosial dengan orang di lingkungan sekitar maupun lingkungan
sekolah
agar
terjalin
hubungan sosial yang baik dikalangan
tentang
maupun
521 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
DAFTAR PUSTAKA Fajar. (2007). Keterampilan Sosial pada Anak Menengah Akhir. [Online]. Tersedia: http://f4jar.multiply.com/journal/ite m/191/Keterampilan-Sosial-PadaAnak-Menengah-Akhir [10 September 2014]. Saifuddin Azwar. (2013). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta. Soekanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Press. Widyanti, F. (2008). Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Terisolir di Sekolah Dasar dengan Permainan Tradisional. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia