Jurnal Psikologi Agustus 2011, Vol. 1, No.12, hal 35-49
Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan
M. Jadid Khadavi Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan Estalita Kelly Dosen Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Abstract This research conducted to know whether or not the resilience difference between students who are active joining in organization and who are passive in organization at State Senior High School 1 Pandaan Pasuruan. The sampling technique used quantity sampling for students who are active and simple random sampling for students who are passive. Data collected used resilience scale, seconds data (document), and unstructured interviews to student who are active joining in organization and who are passive in organization. Resilience scale with coefficient of point-biserial correlation between 0,31 to 0,63, and coefficient of reliability by 0,98608779. The data when calculated with intergroups t-test. This result proof that there are difference between students who are active joining in organization and who are passive in organization, where t-test score by 3,67225 with db 78 is greater than t-tab 1%. Keywords: Difference, Resilience, Students, Active, Organization
Sedikit sekali diantara mereka yang
Pendahuluan
berusaha mengatasi sendiri hal terseSekarang ini banyak dijumpai
but dalam kehidupan mereka. Tam-
remaja, khususnya siswa sekolah
pak terlihat kesan ragu-ragu, bahkan
tingkat menengah atas yang kurang
takut ketika berhadapan dengan suatu
mempunyai daya juang atau bahkan
masalah yang melibatkan dirinya.
sama sekali tidak mempunyai ke-
Salah satu faktor yang dapat
mampuan untuk membangun karakter
membantu dalam menumbuh kem-
dan kekuatan diri, baik dari aspek
bangkan daya juang siswa dian-
fisik maupun psikologis. Banyak
taranya berlatih komunikasi, meme-
siswa sekolah tingkat menengah atas
cahkan masalah dan menjalin hu-
menunjukkan kecenderungan meng-
bungan-hubungan interpersonal de-
andalkan bantuan dari orang lain.
ngan lingkungan sekitarnya. Dari
35
sinilah, dibutuhkan suatu wadah atau
yang telah dikemukakan oleh Supardi
lembaga khusus yang bisa menam-
dan Anwar (2004), bahwa individu
pung dan memberikan kesempatan
yang tidak dapat menunjukkan sikap
bagi para siswa agar berupaya mem-
organisasi yang baik, akan sulit
bangun ketrampilan-ketrampilan so-
berkomunikasi dan mengaktualisasi-
sial yang akan berpengaruh terhadap
kan diri terhadap kondisi lingkungan.
daya juang (resiliensi) mereka, yaitu
Sehingga tidak sedikit juga siswa
organisasi. Salah satu manfaat dari
yang menyatakan ketidaksediaannya
sebuah
dapat
untuk berperan aktif dalam organisasi
meningkatkan kecakapan, kemandiri-
siswa intra sekolah. Bagi siswa yang
an dan rasa percaya diri (Anwar,
resilien, mereka cenderung mampu
2004). OSIS sebagai organisasi siswa
menye-suaikan diri ketika berhadapan
intra
memberikan
dengan dengan keadaan-keadaan yang
peluang bagi siswa untuk mempunyai
tidak menyenangkan, perkembangan
daya lentur (resiliensi) dan percaya
sosial, akademis, kompetensi vokasi-
diri yang tinggi. Walaupun demikian,
onal, dan bahkan dengan tekanan
ternyata sedikit sekali siswa yang
yang
mengikuti kegiatan keorganisasian di
2006).
organisasi
sekolah
adalah
akan
lingkungan sekolah. Rogers
dalam
hebat
sekalipun
(Desmita,
Fenomena yang terjadi saat ini, Suryabrata
menunjukkan betapa individu (anak-
(2005), menyatakan bahwa setiap
anak, remaja dan bahkan orang de-
individu mempunyai satu kecende-
wasa) semakin membutuhkan ke-
rungan dan dorongan dasar untuk
mampuan resiliensi untuk mengha-
mengaktualisasikan, mempertahankan
dapi kondisi-kondisi kehidupan abad
dan mengembangkan diri. Akan te-
21 yang penuh dengan perubahan-
tapi, kebanyakan siswa masih banyak
perubahan
yang mengalami kesulitan untuk me-
(Desmita, 2006).
yang
sangat
cepat
mahami ketiga dorongan tersebut.
Berdasarkan pernyataan dan fe-
Siswa yang memiliki kemampuan
nomena tersebut, maka penelitian
resiliensi rendah, akan sulit untuk
mengenai perbedaan resiliensi antara
menyadari hal itu. Sejalan dengan
siswa yang aktif berorganisasi dengan
36
siswa yang tidak aktif berorganisasi,
metode
merupakan hal yang penting dan
dengan memakai cara undian.
menarik.
simple
random
sampling
Data tentang resiliensi diperoleh dari alat ukur resiliensi yang disusun oleh peneliti, diturunkan dari konsep
Metode Penelitian
Grotberg (1995), mengenai faktorfaktor resiliensi yang diidentifikasi
Definisi Operasional Resiliensi yaitu sejauh mana ke-
berdasarkan
mampuan siswa dalam menghadapi
sumber-sumber
yang
ber-beda.
situasi yang tidak menyenangkan dan
Data tentang siswa yang aktif
berusaha untuk mengatasi sendiri ma-
berorganisasi diperoleh melalui data
salah yang sedang terjadi.
sekunder (dokumen) dan wawancara
Siswa yang aktif berorganisasi
tidak terstruktur kepada siswa yang
adalah siswa yang tercatat aktif se-
aktif di OSIS dengan siswa yang tidak
bagai pengurus OSIS di lingkungan
aktif di OSIS.
sekolah. Siswa yang tidak aktif berorganisasi adalah siswa yang tidak tercatat
dalam
struktur
Analisis Data
organisasi
Untuk mengetahui perbedaan re-
sekolah.
siliensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak
Subyek Penelitian dan Instrumen
aktif berorganisasi, data yang di-
Penelitian
peroleh
kemudian
diolah
dengan
Populasi dalam penelitian ini
menggunakan Uji-t antar kelompok
ialah siswa-siswi SMA Negeri 1 Pan-
yang membandingkan antara dua ke-
daan Pasuruan yang berjumlah sekitar
lompok yang berbeda.
960 siswa. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan siswa
Hasil Penelitian
yang aktif berorganisasi yaitu kuota
Hasil pengujian hipotesis menun-
sampling, sedangkan teknik sampling
jukkan bahwa terdapat perbedaan ra-
untuk menentukan sampel siswa yang
ta-rata resiliensi antara siswa yang
tidak aktif berorganisasi yaitu dengan
37
aktif berorganisasi dengan siswa yang
dak berperan aktif dalam kegiatan
tidak aktif berorganisasi.
organisasi di lingkungan sekolah. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Anwar (2004), bahwa salah satu
Pembahasan
manfaat dari sebuah organisasi adalah dapat
Dari perhitungan statistik dengan
meningkatkan
kecakapan,
kemandirian dan rasa percaya diri.
menggunakan Uji t-test antar ke-
Dengan berorganisasi, seorang
lompok diperoleh nilai 3,67225, lebih
siswa akan terlatih dengan kondisi
besar dari t-tab 1% sebesar 2,660.
lingkungan yang relatif baru dan
Dapat dikatakan jika ada perbedaan
membutuhkan sebuah usaha yang
rata-rata resiliensi antara siswa yang
cukup
aktif berorganisasi dengan siswa yang
keras
dari
dirinya
untuk
menghadapi situasi tersebut. Faktor
tidak aktif berorganisasi. Ini mem-
inilah yang dapat menjadikan siswa
buktikan bahwa peran dan manfaat
memiliki kemampuan sosial yang
organisasi siswa intra sekolah yang
lebih tinggi.
selama ini mungkin saja dianggap remeh oleh sebagian besar siswa, mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun kemampuan dasar individu.
Tabel 1. Hasil Uji-t Skala Tingkat Resiliensi Kelompok
Mean
Standard Deviasi
Varians
t-antar
Aktif Ber22,75 7,9875 0,20481 organisasi 3,67225** * Tidak Aktif 20,325 9,01938 0,23127 Berorganisasi Ket. : *) non signifikan **) signifikan ***) sangat signifikan Siswa
yang
mengikuti
t-tabel 1% t-tabel 5% 2,660 2,000
kegiatan
Sejalan dengan yang telah dikemuka-
berorganisasi, akan memiliki kemam-
kan oleh Grotberg dalam Desmita
puan resiliensi yang lebih tinggi jika
(2006), bahwa salah satu sumber
dibandingkan dengan siswa yang ti-
pembentukan resiliensi adalah faktor I 38
Can, yaitu sumber resiliensi yang
Siswa yang aktif dalam kegiatan
berkaitan dengan apa saja yang dapat
OSIS lebih mampu mengatasi perma-
dilakukan oleh remaja sehubungan
salahan tanpa harus mengandalkan
dengan ketrampilan-ketrampilan so-
pertolongan orang lain. Masalah-
sial dan interpersonal seperti berko-
masalah
munikasi dan menjalin hubungan
dirinya atau menyangkut orang lain
dengan orang lain. Lain halnya de-
akan segera dicarikan pemecahannya,
ngan siswa yang tidak aktif berorgan-
baik secara individu maupun ke-
isasi, mereka jarang sekali ber-
lompok. Bantuan dari guru atau pem-
interaksi dengan orang lain dalam
bina OSIS dibutuhkan ketika anggota
suatu forum tertentu yang sifatnya
OSIS tidak menemukan satu titik te-
membahas suatu persoalan serta men-
rang dalam mengatasi suatu permasa-
cari jalan keluarnya, sehingga hu-
lahan yang sifatnya internal maupun
bungan interpersonal yang terbentuk
eksternal. Siswa yang tidak aktif
hanya sebatas pertemananan yang
berorganisasi, kurang dapat menun-
mereka kenal.
jukkan kemampuan sosial mereka
apapun
yang
menimpa
Siswa yang aktif berorganisasi
ataupun kemampuan mengatasi masa-
cenderung memiliki sikap dan ke-
lah yang sedang menimpa dirinya.
percayaan terhadap diri yang tinggi.
Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan
Mereka bangga dengan kemampuan
sehari-harinya yang selalu menye-
diri sendiri dalam menyikapi situasi-
rahkan segala permasalahan kepada
situasi apapun yang dianggap tidak
guru, baik yang bersifat individu
menyenangkan dan mempunyai ke-
maupun kelompok.
mandirian dalam menyelesaikan suatu
Mereka yang aktif di OSIS,
persoalan serta tanggung jawab yang
cenderung mudah beradaptasi dengan
besar sebagai pengurus OSIS. Hal itu
siapa saja tanpa membeda-bedakan
juga merupakan sumber pembentuk
status tertentu. Semua teman diang-
resiliensi yang kuat. Dalam hal ini,
gap
Grotberg dalam Desmita (2006) me-
perlakuan khusus kepada satu pihak.
nyebutnya sebagai faktor I am.
Para anggota OSIS juga mempunyai
sama
tanpa
ada
perlakuan-
kemandirian sehingga dapat dengan
39
tegas dalam mengatakan sesuatu. Si-
Saran
kap mandiri yang dimiliki para ang-
a.
Guru BP/BK menyarankan serta
gota OSIS mengarahkan mereka pada
membimbing para muridnya un-
sikap optimistik terhadap segala per-
tuk membangun kemampuan diri,
masalahan yang sedang dihadapi.
salah satunya melalui aktivitas
Siswa yang bukan anggota OSIS,
berorganisasi di sekolah.
cenderung tampak kesulitan beradap-
b.
Turut
berperan
aktif
dalam
tasi dengan orang lain. Mereka ter-
kegiatan sekolah yang bersifat
lihat bergaul dengan komunitas mere-
positif.
ka sendiri, seperti yang dikemukakan
c.
Memberikan
dukungan
penuh
oleh Grotberg (dalam Desmita,2006),
jika putra-putrinya berperan aktif
bahwa karakteristik remaja yang resi-
di organisasi siswa intra sekolah
lien adalah remaja yang mengem-
(OSIS) dalam rangka pengem-
bangkan hubungan dan melibatkan
bangan dan peningkatan kemam-
diri dengan beberapa teman sebaya
puan resiliensinya.
yang suportif. Daftar Pustaka Kesimpulan dan Saran
Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian. Cetakan keduabelas. Jakarta: PT Rineka
Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat di-
Cipta
simpulkan bahwa ada perbedaan resi-
Azwar, S. 2007. Dasar-dasar psikometri. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
liensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak ak-
_______. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Cetakan VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
tif berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan. Di mana siswa
_______. 2007. Sikap, Teori dan Pengukurannya. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
yang aktif berorganisasi memiliki kemampuan resiliensi yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak aktif
_______. 2007. Tes Prestasi. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
berorganisasi.
Banaag, C. G. 2002. Resiliency, street Children, and substance abuse
40
prevention. Prevention Preventif, Nov. 2002, (Online), Vol 3.
Munandar, A.S. (2005). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Cetakan kedua. Bandung: Rosda
Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New york: Broadway Books (Online), (http:/epsychology/faktorresiliensi, diakses 5 Mei 2010).
Grothberg, E. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number8. The Hague : Benard van Leer Voundation, (Online). (http:/epsychology/jurnalresiliensi, diakses 5 Mei 2010).
Sarwono, S.W. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_________. (1999). Tapping Your Inner Strength, Oakland, CA : New Harbinger Publication, Inc. (Online). (http:/epsychology/jurnalresiliensi, diakses 5 Mei 2010).
Suryabrata, S. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hadi, S. 2008. Handout Wawancara dan Observasi. Pasuruan: UYP.
______. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kesebelas, Edisi revisi. Bandung: Rosda.
Syah, M. 2007. Psikologi Belajar. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartono, K. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi-12, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Supardi dan Anwar, S. 2004. Dasardasar Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Jogjakarta: UII Press.
Klohnen, E.C. (1996). Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, (Online), Volume. 70 No 5, p 1067-1079.
Tim FISIP & F.PSIKOLOGI. 2009. Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Edisi II Cetakan I. Pasuruan: UYP Press.
Liquanti, R. (1992). Using Community-wide Collaboration to Foster Resiliency in Kids: A Conceptual Framework Western Regional Center For Drugs-Free School and Communities, Far West Laboratory fo Educational Research and Development. San Fransisco. (Online). http://www.ncrel.org/sdrs/citysch ool/citu11bhtm (24/10/04).
Tugade M.M & B.L. Fredrickson. (2004). Resilient Individual Use Positive Emotions To Bounce Back From Negative Emotional Experiences. Journal of Personality and Social Psychology, (Online), Volume 24, no 2. 32033
41