PGM 2007,30(1): 8-12
Perbedaan hadarzat besi AS/ pada ibu menyusui
Fitrah Ernawati, dkk
PERBEDAAN KADARZAT BESl AS1 PADA IBU MENYUSUI ANEMIA DAN TIDAK-ANEMIA Fitrah Emawati9,Dyah Santi Puspitasan" dan SusilowetiHennenf ABSTRACT THE DIFFERENCES OF BREAST MILK IRON CONCENTRATION BETWEEN ANEMIC AND NON-ANEMIC LACTATING MOTHER Background: National House Hold Health Survey reported In 2001, that prevalence of anemia among infants 0 6 month old is 61%. Anemia among young infants presumably Is caused by lack of breast milk iron since young infants got their nubient mostly from breast milk. Objectives: The objective of the study is to assess the difference of breast milk Iron concentration between anemic and non anemic of lactating mothers. Methods: The design of the study is cross-sectional. The study was done in Bogor District from April to December 2004. Samples of the study were lactating mothers who have 2-4 month old children. Results: The study found out that 34% samples had anemia. There was a significant difference (pc0.05), feritin concentration (33.24 pgldl vs 67.86 pgldl), and breast milk iron concentration (0.15 mgn vs 0.28 mgn) between anemic and non anemic samples. Conclusions: The concentration of feritin, breast milk iron of the non-anemic samples were higher than the anemic samples. [Penel Glzi Makan 2007,30(1): 8-12] Keywords: anemia status, breast milk imn, fenitin PENDAHULUAN revalensi anemia pada bayi usia 0 - 5 bulan di Indonesia ditemukan cukup tinggi yaitu antara 57%-71% (1, 2. 3, 4). Bayi-bayi muda ini belum mendapat makanan pendamping ASI, hanya mendapatkan segala kebutuhan nutrislnya dari ASI. Ditemukannya prevalensi anemia pada bayi yang cukup tinggi, kemungkinan besar disebabkan oleh sumber nulrisinya, dalam ha1 ini AS1 mungkin menoalami kekuranaan komoonen nutrien. Nutrien yang-paling penting di AS1 at& yang berkaitan sangat erat dengan anemia pada bayi adalah zat besi. Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa kadar zat besi dalam AS1 sangat bervariasi, antara lain Vaughan (5), mendaDalkan kadar besi dalam ASi sebesar 0.5 mall: dan el life 1979 menyebutkan kandungan besi ~ S I sebesar 0,5 mgll. Hasil penelitian di Kabupaten Bogor dan Bali memperlihatkan >60% kadar besi dalam AS1 yaitu <0,5 mgn (4). Walaupun kandungan besi dalarn AS1 relatif rendah, namun disebutkan bahwa absorpsinya cukup tinggi. Dengan ditemukannya angka
P
'Penelid pada Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes Ri
prevalensi anemi pada bayi < 6 bulan yang cukup tinggi, perlu diteliti apakah ada perbedaan kandungan besi AS1 pada ibu menyusui yang menderita anemia dengan ibu yang tldak menderita anemia, mengingat masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dan dlduga akan terus terbawa hingga pada masa menyusui. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perbedaan kadar besi AS1 pada ibu menyusui bayi 2-4 bulan yang menderita anemia dan tidak anemia. BAHANDANCARA Desain penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor pada bulan April Desember 2004.
-
PGM 2007,30(1): 8-12
Perbedean kadar zat besi AS1 pada ibu menyusui menggunakan Quesionaires).
Sampel adalah ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan, secara fisik sehat serla tidak menderita penyakit infeksi dan menahun, juga bersedia diikutserlakan dalam penelitian ini. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus (61 n=Z2 (1-a)P(l-P)/d2, dengan tingkat kepercayaan 9596, Pmporsi anemia WUS dari penelitian sebelumnya 40°h, presisi mutlak 10% diperoleh jumlah sampel92 dan dibulatkan menjadi 100 orang. Data identitas dan karakteristik subyek meliputi umur, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, paritas, pantangan makanan (food taboos) selama hamil dan menyusui, pengeluaran untuk membeli bahan makanan, dan lain-lain dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Status kesehatan sampel diukur dengan pemeriksaan klinis oleh dokter. Berat badan sampel diukur dengan timbangan berat badan Seca dengan ketelitian 0,l kg. Tinggi badan sampel diukur dengan alat ukur microtoise dengan ketelitian 0,l cm. Kadar Hb sampel diukur menggunakan metoda cyanmefhemoglobin dengan alat hernocue. Kadar feritin serum diukur dengan metoda turbidity test. Kadar zat besi ASi diukur dengan alat M S . Pola konsumsi zat gizi
Fitrah Ernawati, dkk
metoda
FFQ
(Food
Frequency
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Window 10.0 dan data konsumsi makanan dianalisis dengan program FOOD PROCESSOR II. Analisis univariate untuk mendapatkan gambaran rata-rata, standard deviasi, dan sebaran. Uji t-test untuk menganalisis perbedaan kadar besi AS1 pada sample yang anemia dan tidakanemia. HASlL DAN BAHASAN Pada tahap awal dllakukan registrasi ibu menyusui bayi usia 2.4 bulan oleh bidan desa dl desa yang terpilih secara random acak. Berdesarkan kriteria inklusi penelitian yaitu ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan yang sehat dan bersedla menglkuti penelitian, maka dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter untuk mendapatkan sampel sesual kriteria tersebut sampai didapatkan jumlah ibu menyusui 100 sampel.
Tabel 1 Gambaran Umum Sampel
I
Variabel Umur sampel: < 20 th 21-29 th 230 Status sizi (IMTI:
pengeluaran
pangan
I
9 69 22
/total
Tabel 1 menerangkan tentang gambaran umum sampei, dimana rata-rata umur sampel di bawah 30 tahun sebesar 69% namun 9,O % di bawah 20 tahun dan 22% di atas 30 tahun. Sementara itu tingkat
O h
9,O 69,O 22,O
97
s=ltl,s(gizi b a l q Pendidikan sam~el Tidak seko~ah Tamat SD Tamat SMA PT %
n
1
97,O
I
I
I
I
pendidikan sampel sebagian besar rendah yaitu 55% hanya lama! SD dan 36% tamat SLTA sedangkan 2% tamat perguruan tinggi dan masih ada yang tidak pernah sekolah sebesar 7.0%. Tingkat sosial ekonomi
Perbedaan kadar zat besi AS1 pada ibu menyusui
PGM 2007,30(1): 8-12
sampel dllihat dari prosentase pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran tiap bulan menunjukkan bahwa lebih dari 50% sampel dapat dikategorikan dalam kurang mampu karena lebih dari 70% dari
Fitrah Emawati, dkk
pendapatan keluarga digunakan untuk membeli bahan makanan (7). Sebagian besar sampel (70% ) pernah melahirkan tidak lebih dari 2 kali.
Tabel 2 Gambaran Pengetahuan Glzl Sampel Pengetahuan tentang makanan sumber zat besi: Ya Tidak
n 17 83
% 17,O 83,O
Pantang makan ikanibuah selama menyusui: Ya Tidak
41 59
41,O 59,O
Hanya 17% sampel yang mengetahui tentang makanan sumber zat besi dan sebanyak 41% sampel tidak mengkonsumsi ikan dan buah selama hamil dan menyusui. Dan gambaran di atas
kemungkinan sampel memantang makanan ikan dan buah karena ketidak tahuan sampel bahwa ikan dan buah merupakan makanan sumber zat besi.
Tabel 3 Rata-rata Kadar Hemoglobln, Feritln, 6-1 AS1 dan Konrumrl Zat 6-1 Varlabel
Range 5,6-14,7 4,O-318,O 0,04-0,86 2,3-61,l
N
Hb (grldl) Ferritin (pgldl) Besi AS1 (mgldl) Konsumsi besi
100 100 100 100
Tabel 3 menjelaskan rata-rata kadar Hemoglobin (Hb) sampel dalam kategori normal yaitu 12,l grldl, demikian pula dengan kadar feritin yang mencerminkan cadangan besi dalam tubuh masih dalam kategori normal. Sementara itu kadar zat besi ASi rala-rata 0,23 mgldl. Keadaan ini menunjukkan bahwa rata-rate kadar zat besi AS1 sampel hanya setengah dari kadar besi yang dianjurkan WHO yaitu 0,5 mgll. Rendahnya kadar besi AS1 sesuai dengan konsumsi zat besi dari makanan sampel yang rendah yaitu sekitar 3056 dari
Rata2 fSD 12,1* 1,s 56,1* 53,l 0.23 0,15 10,l 9,9
+
+
12,O 12.150 0,s 32
Nllal normal WHO2001(8) Gibson,l990 (9) Jellife 1978 (10) WKNPG 2004 (11)
angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Saiah satu penyebab rendahnya asupan zat besi karena pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya yang sebagian besar adalah makanan nabati di mana jenis makanan tersebut mengandung besi non-haem yang absorbsinya rendah sekltar 5-lo%, sementara itu jenis bahan makanan yang mengandung haem (hewani) harganya lebih mahal sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat kurang mampu seperti kebanyakan sampel pnelitian ini (Tabel 1).
Tabel 4 Sebaran Kadar Hemoglobln (Hb) Sampel Kadar Hb(grld1) Anemi berat (<7,0) Anemi sedang (7,O-9,9) Anemi ringan (10,O - 11,9) Tidak anemi (>= 12,O) Tolal
n 2 5
27 66 100
% 2,O 5,O 27,O 66,O 100,O
Perbedaan kadar zat besi AS1 pada ibu menyusui
PGM 2007,30(1): 8-12
Tabel 4 menunjukkan bahwa 34% sampel menderita anemi dan sebagian besar (27%) dikategorikan sebagai anemi ringan, 2% anemi berat dan 5,Ooh enemi sedang. Temuan ini hampir sama dengan temuan (12), bahwa anemi pada WUS di
Fitrah Ernawati, dkk
Cianjur sebesar 35%, namun sedikit lebih tinggi dari temuan SKRT 2001 yaitu 28%, hai ini kemungkinan karena jumlah sampel pada penelitian SKRT lebih banyak dan iokasi penelltian iebih luas.
Tabel 5 Sebaran Kadar Feritin Ibu
YO
n 10 87 3
Kadarferritin (pgldl) Kurang (<12,0) Normal (12,O-150) Tinggi (> 150) Sebagian besar sampel (87,0%) mempunyai cadangan zat besi normal, sementara itu 10% sampel menderita kekurangan cadangan zat basi dan hanya 3% yang mempunyai cadangan yang tinggi (Tabel 5). Bila dilihat dari sebaran anemia sampel, besarnya prosentase sampel yang menderita anemia berat dan
10,O 87,O 3,O
sedang (7%) hampir sama prosentase sampel yang mempunyai cadangan besi kurang (10%) sehingga dapat dikatakan bahwa karnungkinen sampel yang menderita anemi ringan belum menunjukkan adanya penurunan cadangan zat besi.
Tabs1 6 Sebamn Kadar Be81 dalam AS1 Ibu Kadar Besl dalam ASl(mg1l) Rendah (< 0,5) Normal (20,5) Tabel 6 menjelaskan tentang sebaran kadar basi AS1 dimana sebagian besar kandungan zat besi AS1 sampel di bawah 0,5 mgli sebanyak 93% dan hanya 7% sampel mempunyai kandungan zal besi AS1 di atas 0,5 mgn. Rendahnya kandungan zat besi AS1 perlu mendapat perhatian kita semua karena AS1 me~pakan makanan utama bayi muda sebelum mendapat MP-AS1 Perlu diingatkan kembali kepada ibu menyusui bahwa selama menyusui diperlukan makanan yang bergizi karena pada penelitian ini dijumpai beberapa sampel yang berpantang makanan terutama makanan hewani selama menyusui karena dipercaya dapat membuat bayi munfah disebabkan oleh bau amis dari makanan ikan yang disalurkan ke dalam ASI. Beberapa sampel juga berpantang makan
I
I
n 93 7
1 I
% Q3,O 7.0
buah dlmana diketahui bahwa buah-buahan merupakan sumber vitamln C yang merupakan enhancer untuk meningkatkan penyerapan besi dari bahan makanan nabati. Keadaan ini sangat mempengaruhi kadar besi dalam tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi kadar besi dalam ASI. Berpentang makanan selama menyusui disamping dikarenakan oleh kepercayaan orang tua juga karena ketidak tahuan sampel bahwa makanan hewani dan buah-buahan mengandung zal gizi yang sangat diperlukan. Hal ini mungkin karena pengetahuan yang melatarbelakangi sampel penelitian ini dimana sebagian besar sampel berpendidikan sampai SD, bahkan sekitar 9,0% tidak pernah sekolah.
Tabel 7 Hasll Uji Beda Bebempa Varlabel Menurut Kelompok Anemi dan Tldak Anemi Variabel Kadar feritin (ugldl) Kadar besi AS1 (mgll) Konsumsi zat besi (mghr)
1
n 34 34 34
Anemia Rata2 kSD 33,24t 30,O 0,15t 0,17 7,84?;4,8
Tldak anemla n Rata2 *SD 66 67,86t58,5 66 0,28*0,16 66 11,35+11,5
P (t.test) 0,001 0,002 0,094
-
PGM 2007,30(1): 8-12
Perbedean kadar zat besi AS1 pada ibu menyusu;
Tabel 7 menielaskan bahwa rata-rata kadar feritin kelompok anemie 33,24 ugldl dan kelompok tidak anemia 67,813 ugldl. Kadar zat besi AS1 sampel anemia 0,15 mgli juga iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok tidak anemia yaitu 0,28 mgll. Hal ini menunjukkan bahwa ibu menyusui yang menderita anemia rawan terhadap kekurangan zat besi baik pada tingkat cadangan yaitu feritin maupun yang di sekresi ke ASI. Oleh karena itu sangat tepat program pemerintah yang memberikan suplementasi pi! besi pada ibu menyusui selama 3 bulan. Pemberian pi1 besi ini diharapkan dapat memperbaiki status anemia ibu maupun bayi yang disusui, karena golden period perkembangan anak sangat ditentukan sejak dalam kandungan hingga anak b e ~ s i a2 tahun, pada masa tersebut perkembangan otak mencapai hingga 80% dan zat besi adalah salah satu mineral yang sangat penting peranannya(l3).
RUJUKAN 1.
2.
3.
4. 1.
2.
3.
Sebanyak 34% ibu menyusui bayi 2 4 bulan menderita anemi Rata-rata kadar ferilin ibu menyusul bulan yang menderita anemia lebih rendah dari pada ibu yang tidak menderita anemia (33,2 ugldl .- . . ... vs 67,8pgldl) Rata-rata kadar zat besi AS1 ibu menvusui bavl2, 4 bulan yang menderita anemia lebih ren,jah'di pada ibu yang tidak menderita anemia (0,15 mgn vs 0,28 mq1l.I
*'
~~
~~
5.
6.
7. SARAN 1. Perlu sosialisasi pentingnya makanan bergizi khususnya makanan sumber zat besi selama ibu menyusui bayi 2. Perlu digalakkan program supplementasi pi1 besi pada ibu menyusui yang sudah ada untuk memperbaiki status gizi ibu khususnya status anemia ibu menyusui. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Pembina RlSBlNKES 2004 dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, serta Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kepala dan Staf Puskesmas Parung, Puskesmas Kemang, Puskesmas Jayanti, Puskesmas Cisarua, Puskesmas Ciawi. Puskesmas Cihideung Udik Kabupaten Bogor. Kepada semua yang telah membantu terlaksananya penelitian ini dan tidak disebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Fitrah EmawaC, dkk
8. 9.
10. 11. 12.
13.
Badan Litbang Kesehatan. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, Depattemen Kesehatan RI. 2001. Dijkhuizen MW, Wieringa FT, West CE, Sri Martuti, and Muhilal, lron and zinc supplementation in Indonesia infants: Effects on micronutrient status and growth. Vitamin A, lmn and Zinc Deficiencies in Indonesia: Mimuhiant interactin and effects of supplementation. Doctoral Dissertation. Netherlands: Wageningen University, 2001 De Pee, et al. High prevalence of low hemoglobin concentration among Indonesian infants aged 55 months is related to maternal anemia. INACG Symposium 2003, Marrakech, Marocco, 6 February 2003. Susilowati, Herman. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia bayi usia 2-4 bulan. Laporan penelitian. Bcgor: Pusiitbang Gizi dan Makanan. 2004. Vaughan Victor. Nutrion and Nutritional Disorders. Nelson Textbook of Pediatrics. Berhrman and Vauqhan. ioaku- Shoin 1 Saunders International ~ditiin.1 9 6 : 1155156. Lemesh0w.S; et.al. Adequacy of sample size in Health studies. Geneva: John Wiley 8 Sons Chihester, 1990. BPS. Statistik Kesejahteraan Rakyat 1998. Jakarta: BPS, 1999. WHO. lron deficiency anemia assesment, prevention and control. Geneva: WHO, 2001. Gibson, R and Rosalind S, Gibson. Principles of nutritional assesment. Oxford University Press, 1990. Jellife. Human Milk in the Modem World. Oxford: University Press, 1979. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Jakarta, 2004 Sukati. S., Suwarti. Susi, Murdiana, A, C., Reviana, Martuti, Sri, Pambudi, Joko and Muhilal. Prevalensi anemia dan thalasemia karier pada kelompok wanita usia subur (WUS). Laporan Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi, 2001 Word Bank. Repositioning Nutrilion as Central to Development. A strategy for Iarge-Scale Action. Washington DC, USA: Word Bank, 2006