PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : SULASYI SETYANINGSIH J310111012
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul
: Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta
Nama Mahasiswa
: Sulasyi Setyaningsih
NIM
: J 310 111 012
Pembimbing I
Pembimbing II
Siti Zulaekah, A., M.Si. NIK. 751
Dwi Sarbini,SST,M.Kes. NIK. 747
Mengetahui, Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dwi Sarbini,SST,M.Kes. NIK. 747
PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA
The Difference In Blood Glucose Levels Based On The Nutritional Status Of Patients With Type 2 Diabetes Mellitus In Dr. Moewardi Surakarta Hospital
Nama: Sulasyi Setyaningsih/ NIM: J310 111 012 Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT Background Overweight and obesity is related with insulin resistance. Insulin resistance might cause hyperglycemia in patient with type 2 diabetes mellitus. Thus, effective weight management is crucial for glycaemic control in overweight and obese patients with type 2 diabetes. Objective This study aims to determine the difference in blood glucose levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus in Dr. Moewardi Surakarta hospital Research Method This study was an observation research with cross sectional design. Location of research in Dr. Moewardi Surakarta Hospital. Research subject were 124 patient with consideration of researcher. This research used secondary data which was defined from nutrition consultation book in research location. The kind of data is Postprandial blood glucose levels (PBG), patient identity, body weight, and body height. Data was analyzed by Kruskal Wallis Result Characteristics of research subject showed 50.8% are female with the largest percentage in the age range 41-65 years( 82.3%). PBG levels was highest in underweight diabetic patients. Kruskal Wallis test showed significant difference between PBG levels (p = 0.004) based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus. Conclusion Significant difference between PBG levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus Key Words: PBG, Nutritional status, Type 2 Diabetes Mellitus PENDAHULUAN
(Bustan, 2007). Data rekam medis RSUD Dr.
Permasalahan diabetes melitus (DM)
Moewardi mencatat jumlah pasien DM tipe 2
telah menjadi masalah kesehatan yang terjadi
yang menjalani rawat jalan pada tahun 2011
di berbagai negara, tidak terkecuali negara
mencapai 13.231 pasien. Pada tahun 2012
berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia
penyakit DM tipe 2 merupakan 20 penyebab
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
kematian di RSUD Dr. Moewardi.
(Riskesdas) 2007, DM dinyatakan sebagai
DM termasuk kategori penyakit yang
penyebab kematian ke- 6 untuk semua usia.
tidak
dapat
disembuhkan,
Berdasarkan data WHO, prevalensi DM di
dikontrol untuk mencegah komplikasi lebih
Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 pada
lanjut
tahun 2000 dan diproyeksikan mencapai
morbiditas dan mortalitas DM. Pencapaian
21.257.000 pada tahun 2030 artinya terjadi
tujuan
kenaikan 3 kali lipat dalam waktu 30 tahun
pengendalian DM dengan baik. DM terkendali
dengan
tujuan
tersebut
akhir
namun
dapat
menurunkan
dilakukan
dengan
dengan baik, apabila kadar glukosa darah
B. Tujuan Khusus
mencapai kadar yang diharapkan serta juga
1. Mendeskripsikan karakteristik pasien
kadar lipid. Demikian pula status gizi dan
DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi
tekanan darah (Perkeni, 2011 dan Soegondo,
Surakarta
2005).
2. Mendeskripsikan kadar glukosa darah DM tipe 2 umumnya mempunyai latar
pasien DM Tipe 2 di RSUD Dr.
belakang kelainan berupa resistensi insulin,
Moewardi Surakarta
yaitu penurunan respon terhadap insulin oleh
3. Mendeskripsikan status gizi pasien
jaringan sasaran yang dapat menyebabkan
DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi
kadar glukosa dalam darah akan berada pada
Surakarta
kadar tinggi (hiperglikemi). Tipe ini sering
4. Menganalisis
perbedaan
kadar
(80% kasus) berkaitan dengan obesitas yang
glukosa darah berdasarkan status gizi
merupakan suatu faktor tambahan yang
pasien DM tipe 2
meningkatkan terjadinya resistensi insulin TINJAUAN PUSTAKA
(Stephen, dkk, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi (2012) menunjukkan
A. Tinjauan Teori
terdapat hubungan signifikan indeks massa
Diabetes
tipe
adalah
diabetes
penderita diabetes tipe 2. Status obesitas dan
dominan resisten insulin disertai defisiensi
overweight pada penderita DM tipe 2 dapat
insulin relatif sampai yang dominan defek
diketahui dengan cara menghitung indek
sekresi insulin disertai resisten insulin. DM
massa
(2006)
tipe ini adalah bentuk yang lebih sering
menyatakan DM yang terkontrol dengan baik
dijumpai, meliputi 90% pasien penyandang
yaitu salah satu kategorinya adalah IMT
diabetes (Perkeni, 2011). Resisten insulin
berada pada rentang 18,5 - <23 kg/m2.
merupakan keadaan yang ditandai dengan
(IMT).
Berbagai
Perkeni
masalah
yang
telah
disebabkan
2
tubuh dengan kadar glukosa puasa pada
tubuh
yang
mellitus
mulai
ketidakrentanan/ketidakmampuan
yang
organ
disampaikan oleh penulis menjadi alasan
menggunakan insulin, sehingga insulin tidak
untuk
bisa
melakukan
penelitian
mengenai
berfungsi
perbedaan kadar glukosa darah pasien DM
metabolisme
tipe 2 berdasarkan status gizi pasien DM tipe
glukosa
2 di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.
(Bustan, 2007).
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
glukosa.
darah
dalam
mengatur
Akibatnya,
meningkat
kadar
(hiperglikemi)
Patogenesis DM tipe 2 dijelaskan
berikut:
bahwa
A. Tujuan Umum
kekurangan
Mengetahui perbedaan kadar glukosa
optimal
kadar
pada keadaan DM tubuh relatif insulin
glukosa
sehingga
darah
pengaturan
menjadi
kacau.
darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe
Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi,
2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
pemecahan
lemak
dan
protein
menjadi
glukosa (glukoneogenesis) di hati tidak dapat
panjang ( Price dan Wilson, 2003 dan
dihambat
Stephen, dkk, 2011).
(karena
insulin
kurang/relatif
kurang) sehingga kadar glukosa semakin meningkat
(Soegondo,
Jika
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
peningkatan kadar glukosa melebihi ambang
penyandang diabetes. Penatalaksanaan DM
ginjal untuk reabsorpsi glukosa maka akan
yang baik akan mencegah dan menghambat
menyebabkan glukosuria (glukosa ditemukan
progresivitas komplikasi DM dan akhirnya
di urin). Hal ini menyebabkan diuresis osmotic
dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
yang secara klinis bermanifestasi sebagai
DM.
poliuria (banyak kencing). Timbul dehidrasi
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani,
yang dapat merangsang rasa haus dan
dan terapi farmakologi. Pengendalian DM
menyebabkan polidipsia (banyak minum).
yang baik merupakan sasaran terapi yang
Polifagia
bertujuan
(banyak
menurunnya
makan)
aktivitas
2005).
Penatalaksanaan DM secara umum
terjadi karena
pusat
kenyang
di
Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari
untuk
mencegah
terjadinya
komplikasi kronik. DM terkendali baik apabila
hipotalamus (Stephen, dkk, 2011).
kadar glukosa darah mencapai kadar yang
DM dapat menyerang hampir seluruh
diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga
sistem tubuh manusia, mulai dari kulit jantung.
mencapai kadar yang diharapkan. Demikian
Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat
pula status gizi dan tekanan darah (Perkeni,
dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi
2011).
metabolik akut dan komplikasi kronik jangka Tabel 1 Kriteria pengendalian DM GDP (mg/dl) GD2JPP (mg/dl) A1C (%) Kolesterol Total (mg/dl) Kolesterol LDL (mg/dl) Kolesterol HDL (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) 2 IMT (kg/m ) Tekanan darah (mmHg)
Baik 80-<100 80 -144 < 6,5 < 200 < 100 Pria : > 40 Wanita : > 50 < 150 18,5 - < 23 < 130/80
Sedang 100-125 145-179 6,5 - 8 200 - 239 100 - 129
Buruk > 126 > 180 >8 > 240 > 130
150 - 199 23 -25 > 130-140/ >80-90
> 200 > 25 >140/90
Sumber : Perkeni 2006
Pemeriksaan
kadar
GD2JPP
bagi
75 gram. Kadar glukosa darah akan naik
pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari
sesudah makan, paling tinggi terjadi 1 jam
pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011).
setelah makan tetapi tidak melebihi 180
Pemeriksaan
kadar
GD2JPP
merupakan
mg/dl. Kadar glukosa darah selanjutnya akan
pemeriksaan
kadar
glukosa
seseorang
turun dan pada 2 jam sesudah makan,
setelah menggunakan beban glukosa setara
glukosa darah akan mendekati kadar sebelum
makan. Pada kasus DM, kadar glukosa darah
(dalam ukuran meter) : IMT = BB/TB2
2
( Arisman, 2009).
jam
setelah
makan
(GD2JPP)
akan
mengalami penurunan tetapi tidak mencapai
Price dan Wilson (2003) menyatakan
kadar glukosa darah awal atau melebihi dari
sekitar 80% penderita diabetes melitus tipe 2
nilai 180 mg/dl (Kariadi, 2009).
mengalami
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi
(2012)
resistensi
Obesitas insulin
berkaitan
yang
dapat
terdapat
menyebabkan kegagalan toleransi glukosa
hubungan signifikan indeks massa tubuh
dan menyebabkan DM tipe 2. Analisis Center
dengan kadar glukosa puasa pada penderita
for Disease Control and Prevention (CDC)
diabetes
(2011)
berdasarkan survey yang telah dilakukan
berpendapat bahwa pada obesitas akan
National Health and Nutrition Examination
terjadi peningkatan produksi resistin yang
Survey, (NHANES) tahun 1999-2002 pada
akan mendorong resistensi insulin dengan
warga United States, yaitu diantara prevalensi
mengganggu
Sebaliknya
obesitas sebesar 53% laki-laki dan 58%
adiponektin, adipokin lainnya meningkatkan
wanita didiagnosa DM. Hasil presentase lebih
sensitivitas
tinggi ditunjukkan pada kategori overweight
tipe
menunjukkan
dengan
obesitas.
2.
kerja
terhadap
Sherwood
insulin.
insulin
dengan
meningkatkan efek insulin, tapi pada obesitas
yaitu 86,3% laki-laki dan 84,2% wanita.
terjadi penurunan hormon ini. Selain itu asam-
Beberapa penelitian telah dilakukan
asam lemak yang dikeluarkan dari jaringan
mengenai pasien DM tipe 2 yang memiliki
lemak dapat menumpuk abnormal di otot dan
status gizi underweight. Chan, dkk (2009)
mengganggu kerja insulin otot. Pengendalian
menyatakan kejadian DM tipe 2 underweight
status gizi dengan cara penurunan berat
lebih
badan (pada pasien gemuk) biasanya akan
dibandingkan dengan wilayah Eropa bagian
memperbaiki kadar glikemik jangka pendek
timur dan wilayah Amerika latin. Das (2008)
dan mempunyai potensi meningkatkan kontrol
menyatakan pasien DM tipe 2 dengan staus
metabolik jangka lama (Soegondo, 2005).
gizi kurang mempunyai masalah hiperglikemi
Pada
penelitian
ini
banyak
terjadi
di
kawasan
Asia
menggunakan
sedang hingga parah. Pada pasien DM tipe 2
Indeks Massa Tubuh untuk menilai status gizi
dengan status gizi kurang dijelaskan memiliki
pasien DM tipe 2. Indeks massa tubuh (IMT)
level sirkulasi insulin lebih rendah baik pada
merupakan salah satu indeks antropometri
keadaan
yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dibandingkan DM tipe 2 yang bukan dalam
dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan
kategori status gizi kurang.
(dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan
puasa
maupun
setelah
makan
B. Kerangka Teori
Underweight
Kegemukan
Level sirkulasi insulin
Resistensi Insulin Jaringan Perifer
Kadar Glukosa darah Pasien DM
Edukasi
Terapi Gizi
Latihan Jasmani
Terapi farmakologis
Sumber: Modifikasi Kumar dan Robbis (2007), Das (2008), dan Perkeni (2011) C. Kerangka Konsep Kadar Glukosa Darah
Status Gizi D. Hipotesis
Ada perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2
METODE PENELITIAN
diperoleh melalui catatan buku konsultasi gizi
Jenis penelitian adalah observasional dengan
Pada
terdiri dari kadar glukosa darah 2 Jam post
penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
prandial (GD2JPP), identitas pasien, data
pasien DM tipe 2 underweight, normal,
berat badan dan tinggi badan. Analisisi data
overweight dan obesitas. Lokasi penelitian
menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji
adalah RSUD Dr Moewardi di Surakarta.
lanjutan yang dilakukan untuk mengetahui
Subjek penelitian sebanyak 124 pasien DM
perbedaan antar kelompok subjek penelitian
tipe 2 dengan kriteria yang ditentukan peneliti.
dilakukan uji Mann Whitney.
Jenis
desain
cross
sectional.
di lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan
data adalah data sekunder
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011).
A. Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian ini adalah
Hiperglikemi
yang
terjadi
postprandial
(setelah
saat
makan)
kondisi
merupakan
sebanyak 124 pasien DM tipe 2. Sebanyak
faktor langsung pada perkembangan penyakit
124 pasien yang diteliti sebesar 50,8%
kardiovaskular yang terjadi pada pasien DM
berjenis
tipe 2. Pengendalian kadar GD2JPP dengan
kelamin
wanita
dan
selebihnya
sebesar 49,2% berjenis kelamin laki-laki.
menjaga
Gambaran
mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular
distribusi
subjek
penelitian
dalam
dkk,
rentang
normal
2009).
dapat
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
(Manders,
Rata-rata
kadar
Gambar 1.
GD2JPP pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.
Laki-laki 49%
Wanita 51%
Distribusi Kadar GD2JPP Pasien DM Tipe 2 Kadar GD2JPP
Min. (mg/dl) 108
Maks. (mg/dl) 693
Rata-rata+SD (mg/dl) 306,76+122,56
Gambar 1. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Hasil rata-rata kadar GD2JPP pasien
Berdasarkan Jenis Kelamin
DM tipe 2 adalah 306,76 + 122,56 mg/dl. Berdasarkan usia subjek penelitian
Hasil kadar GD2JPP pada pasien DM tipe 2
menunjukkan pasien DM tipe 2 banyak
tersebut menunjukkan hasil melebihi batas
diderita pada rentang usia 41-65 tahun
kadar glukosa darah normal, yaitu kadar
dengan persentase sebesar 82,3%. Hasil ini
GD2JPP<180
dapat
menyatakan
dilihat
menunjukkan
pada
Gambar
distribusi
subjek
2
yang
penelitian
bahwa
sel,
(2011)
pasien
DM
glikogenolisis
oleh
glukosa dan
peningkatan
melalui
glukoneogenesis
proses yang
menghasilkan glukosa tanpa kendali karena
4%
11,30% 2,40%
tidak adanya insulin atau resistensi insulin sehingga
Usia (th) 18-40
pada
disertai
pengeluaran 82,30%
Sherwood
mengalami penurunan penyerapan glukosa oleh
berdasarkan usia.
mg/dl.
41-65
66-75
mengalami
>75
kadar
glukosa
peningkatan
darah atau
akan disebut
hiperglikemi yang merupakan salah satu Gambar 2. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia B. Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2
tanda khas pada pasien DM. C. Status Gizi Pasien DM tipe 2 Penilaian status gizi dapat dilakukan
bagi
dengan menggunakan IMT. IMT merupakan
pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari
alat yang sederhana untuk memantau status
Pemeriksaan
kadar
GD2JPP
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
sehingga pada penelitian ini status gizi pasien
dengan kekurangan dan kelebihan berat
DM tipe 2 dibedakan berdasarkan jenis
badan (Supariasa, dkk, 2001). Status gizi laki-
kelamin. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3.
laki
dengan
wanita
cenderung
berbeda,
100% 80%
51,6
41,9
48,4
51,6
58,1
58,1
48,4
41,9
Laki-laki
Wanita
60% 40% 20% 0%
Gambar 3. Grafik Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien DM tipe 2 Status gizi berdasarkan jenis kelamin
overweight wanita sebesar 11,4% dan laki-laki
menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight,
sebesar
overweight
obesitas wanita sebesar 15,5% dan laki-laki
dan
obesitas
masing-masing
8,5%,
persentase lebih besar pada wanita dan pada
sebesar 7,8%.
pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase
D. Perbedaan
sedangkan
Kadar
persentase
Glukosa
Darah
lebih besar pada laki-laki. Hasil Rikesdas
Berdasarkan Status Gizi
(2010) menunjukkan angka overweight dan
Distribusi kadar glukosa darah pasien DM
obesitas
wanita
cenderung
lebih
tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Persentase
tipe 2 berdasarkan status gizi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Kadar GD2JPP Pasien DM Tipe 2 (mg/dl) Underweight Normal Overweight Obesitas Nilai Min. 108 136 145 112 Nilai Maks. 693 402 593 582 Rata-rata 379,55 257,55 307 282,94 SD 153,24 73,79 107,38 112,10 *
p
0,004*
uji Kruskal wallis
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pasien
normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian
DM tipe 2 yang memiliki kadar GD2JPP
yang dilakukan oleh Patnaik, dkk (1999)
tertinggi adalah pada pasien DM tipe 2
dalam Das (2008) yang menunjukkan pasien
underweight dan kadar GD2JPP terendah
DM tipe 2 underweight memiliki kadar GDP
adalah pasien DM tipe 2 dengan status gizi
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien DM
E. Uji Beda Antar Kelompok Penelitian
tipe 2 yang bukan underweight.
Uji yang digunakan untuk analisis Post
Hasil uji beda kadar GD2JPP antar
Hoc untuk uji Kruskal Walis adalah uji Mann
kelompok pasien DM tipe 2 berdasarkan
Whitney. Uji Mann Whitney digunakan untuk
status
mengetahui kelompok mana yang mempunyai
gizi
menunjukkan
nilai
p<0,05,
sehingga terdapat perbedaan kadar GD2JPP
perbedaan (Dahlan, 2009).
berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2.
Whitney kadar GD2JPP antara pasien DM
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
tipe
dilakukan oleh Dudekula, dkk (2012), bahwa
overweight, dan obesitas dapat dilihat pada
terdapat hubungan antara kadar GD2JPP
Tabel 4.
2
undeweight,
Hasil uji Mann
status
gizi
normal,
dengan berbagai tingkat status gizi pasien DM tipe 2. Tabel 4. Uji Mann Whitney Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Underweight Overweight Status Gizi Normal Obesitas Underweight 0,000* 0,041* 0,015* Normal 0,000* 0,91 0,390 Nilai p Overweight 0,041* 0,91 0,430 Obesitas 0,015* 0,390 0,430 -
* uji Mann whitney Hasil uji Mann Whitney kadar GD2JPP
perbedaan kadar glukosa darah antara pasien
antar kelompok penelitian menunjukkan ada
DM underweight dengan pasien DM yang
perbedaan
antara
bukan underweight. Das (2008) menyatakan
pasien DM tipe 2 underweight dengan pasien
pasien DM tipe 2 underweight mempunyai
DM tipe 2 status gizi normal, overweight, dan
masalah hiperglikemi sedang hingga parah.
obesitas.
rerata
Penelitian yang dilakukan oleh Barma dkk
GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi
(2010) menunjukkan pasien DM tipe 2 dengan
normal dengan pasien DM tipe 2 overweight
status gizi underweight juga mempunyai
dan obesitas. Tidak ada perbedaan rerata
kontrol glukosa darah yang buruk. Pada
GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi
pasien DM tipe 2 underweight dijelaskan
overweight dengan pasien DM tipe 2 status
sebenarnya memiliki cadangan insulin yang
gizi obesitas.
baik dalam sel beta dan mungkin ekstraksi
rerata
Tidak
kada
ada
GD2JPP
perbedaan
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kadar
GD2JPP
pasien
insulin di peredaran porta hepatis berlebih.
DM
Namun, level sirkulasi insulin lebih rendah
underweight
dengan pasien DM bukan
baik pada keadaan puasa maupun setelah
underweight
(normal,
dan
makan dibandingkan DM tipe 2 yang bukan
obesitas). Hasil ini sejalan dengan penelitian
underweight. (Das, 2008). Penatalaksanaan
yang dilakukan Patnaik dkk (1999) dalam Das
yang tepat pada pasien DM tipe 2 status gizi
(2008) yang menunjukkan bahwa terdapat
kurang dapat mengurangi angka morbiditas.
overweight
Hasil
uji
beda
penelitian
ini
menunjukkan bahwa kadar GD2JPP pasien DM overweight yang menunjukkan signifikan berbeda
hanya
1. Karakteristik
subjek
penelitian
menunjukkan sebesar 50,8% berjenis
underweight, sedangkan pada pasien DM
kelamin wanita, sedangkan rentang
obesitas juga menunjukkan hasil signifikan
usia subjek penelitian terbanyak pada
berbeda
DM
usia 41-65 tahun, yaitu sebesar 82,3%
sejalan
2. Kadar GD2JPP tertinggi pada pasien
underweight. dengan Kamath,
dengan
Hasil
penelitian dkk
pasien
A. Kesimpulan
DM
hanya
dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
pasien
penelitian yang
(2011)
ini
dilakukan
bahwa
tidak
oleh
DM tipe 2 underweight, yaitu sebesar
ada
379,55+153,24
mg/dl
dan
kadar
perbedaan kadar glukosa darah antara pasien
GD2JPP terendah adalah pasien DM
DM tipe 2 yang obesitas dan non obes.
tipe 2 normal, yaitu sebesar 257,55
Berbagai faktor dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Soegondo (2005)
mg/dl. 3. Status gizi berdasarkan jenis kelamin
menyatakan glukosa darah pasien DM tipe 2
menunjukkan
dapat dikendalikan melalui diet, intervensi
underweight, overweight dan obesitas
farmakologis, dan latihan jasmani. Perlu
masing-masing persentase lebih besar
kajian yang menyeluruh berbagai faktor yang
pada wanita dan pada pasien DM tipe
berdampak secara langsung maupun tidak
2 staus gizi normal persentase lebih
langsung kadar glukosa dalam darah. Pada
besar pada laki-laki
penelitian ini tidak melakukan pengambilan
4. Ada
pasien
perbedaan
DM
tipe
rata-rata
2
kadar
data diet, penggunaan obat dan latihan
GD2JPP berdasarkan dari status gizi
jasmani pada pasien DM tipe 2. Hal ini
pasien DM tipe 2
kemungkinan yang dapat berdampak pada hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada
B. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan
tiap pasien DM tipe 2.
menambah variabel penelitian seperti
F. Keterbatasan Penelitian
diet, penggunaan obat, latihan jasmani
Keterbatasan faktor-faktor
penelitian
ini
adalah
dan lama diagnosa. Variabel-variabel
status
gizi
yang
tersebut dapat berpengaruh terhadap
selain
berdampak pada kadar glukosa pasien DM
glukosa
tipe
sehingga kadar glukosa darah dapat
2 tidak
diambil,
seperti diet
yang
dijalankan, lama diagnosa, dan obat yang digunakan. kemungkinan
Faktor-faktor juga
tersebut
berdampak
yang pada
darah
pasien
DM
tipe2,
dianalisis dari berbagai faktor 2. Bagi penderita DM sebaiknya selalu mengendalikan
pengendalian kadar glukosa darah pada
rentang
normal
pasien DM tipe 2.
glukosa
darah
dengan baik
status
gizi
dalam
sehingga
kadar
dapat
terkendali
3. Bagi ahli gizi di rumah sakit dapat lebih menekankan kembali pentingnya
Pressure Among The Type Diabetic Adults. Asian J. EXP. Biol, SCI. Vol 3(2) 2012: 378-383
pengaturan berat badan bagi pasien DM tipe 2 pada setiap penyuluhan dan konsultasi pasien DM rawat jalan maupun rawat inap.
DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2009.Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta : 193-195 Barma, D.P., Ranabir, S., Prasad, L., Singh, P.T.2010. Clinical and Biochemical Profile of Lean Type 2 Diabetes Mellitus. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta : 110-119 Centers for Disease Control and Prevention. Prevalence of overweight and obesity among adults with diagnosed diabetes United States, 1988 – 1994 and 1999 – 2002. MMWR Morb Mortal Weekly Rep 2004;53(45):1066-1068 Chan JC, Malik V, Jia W, et al. Diabetes in Asia: epidemiology, risk factors, and pathophysiology. JAMA 2009; Vol. 301: 2129–2140. Dahlan, M. S., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta: 96-101 Das, S. 2008. Lean Type 2 Diabetes Mellitus: Profile, Peculiarities and Paradox. Medicine Update Vol. 18, 97-104 Departemen Kesehatan, RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: 276-277 Dudekula, B. A, Naik, L.J., Reddy, KSN. 2012. Correlation Between Blood Sugars and Body Mass Index With Blood
Fathmi, A. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Di RSUD Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Kamath, A., Shivaprakash, G., Adhikari, P. 2011. Body Mass Index And Waist Circumference in Type 2 Diabetes Mellitus Patients Attending A Diabetes Clinic. Int J Biol Med Res. 2011; 2(3): 636-638 Kariadi, S.H. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan Lengkap Untuk Diabetesi, Keluarganya, dan Profrsional Medis. PT Mizan Pustaka Bandung: 30-34, 101-106 Kumar, C. dan Robbis. 2007. Buku Ajar Patologi, ed. 7, vol. 2. EGC. Jakarta: 719-733 Manaf A. 2006. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W (e.d.), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, ed 4th. FK UI. Jakarta: 1857-1917 Manders, R. JF., Pennings, B., Beckers, C. PG., Aipassa, T. I., and Loon L. JC. 2009. Prevalence of Daily Hyperglycemia in Obese Type 2 Diabetic Men Compared With that In Lean And Obese Normoglycemic Men: Effect of Consumption of A SucroseContaining Beverage. Am J Clin Nutr 2009;90:511-518 PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta ________. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta Price, L. M., Wilson. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6, vol.12. EGC. Jakarta: 1259-1273
Sherwood, L. 2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. EGC. Jakarta: 776-778
Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. EGC. Jakarta: 557-58
Soegonda, S., dkk. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Cetakan kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Supariasa, I. D. N., Bacyar, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta: 56-59 WHO. 2011. Diabetes. Diakses : 16 April 2012. Http:// www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs312/
Stephen, J., Mc Phee dan Willian F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit: