ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DENPASAR SELATAN Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia yang kronis pada pasien DM dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan mengalami disfungsi maupun kegagalan organ. Banyaknya penderita DM tipe 2 yang terus berkembang begitu cepat, maka diperlukan cara yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penderita dan meminimalisir dampak komplikasi DM tipe 2. Aktivitas fisik dan berolahraga memperbaiki kontrol glukosa darah pada pasien DM tipe 2 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas 2 Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain study cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang datang ke Puskesmas 2 Denpasar Selatan pada April 2016 – Agustus 2016 yang melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dengan glukometer. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dengan total sampel 54 pasien. Hasil uji hubungan antara aktivitas fisik dengan glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh P-value yaitu 0,003 sehingga menurut statistik dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik berhubungan terhadap kadar glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 yang berada di Puskesmas II Denpasar Selatan. Dengan nilai korelasi r = -0,396 menunjukkan adanya korelasi negatif yang berkekuatan lemah antara aktivitas fisik dan glukosa darah puasa. Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, aktivitas fisik, glukosa darah puasa
ABSTRACT THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY WITH A FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS IN PATIENTS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN SOUTH DENPASAR Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough insulin or when the body can’t effectively use the insulin that is produced causing hyperglycaemia. Chronic hyperglycaemia in patients DM can cause long term damage and experiencing dysfunction or failure of the organ. The number of sufferers of DM type 2 that are growing so fast, then needed a way that aims to reduce the number of sufferers and to minimize the impact of complications of DM type 2. Physical activity and exercise improve blood glucose control in type 2 DM patients. The purpose of this research is to know the relationship between physical activity with fasting blood glucose in type 2 Diabetes mellitus patients in health centers 2 South of Denpasar. This research is a analytical research with cross sectional study design. The population in this research is diabetes mellitus type 2 patients who came to the health center 2 South of Denpasar on April 2016 – August 2016 who checked blood glucose levels fasting with glucometer. The sample selection method was using total sampling with a total of 54 samples of patients. The test results of the relationship between physical activity with a fasting blood glucose in type 2 DM patients in the health center II South Denpasar using spearman correlation test obtained P-value is 0.003 so that according to the statistics it can be concluded that physical activity is linked to the fasting blood glucose levels of patients with type 2 diabetes who were at the health center II South Denpasar. With the value of correlation r = -0.396 showed a weak negative correlation between of physical activity and fasting blood glucose. Keywords: Diabetes Mellitus type 2, physical activity, fasting blood glucose
RINGKASAN HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DENPASAR SELATAN I Gusti Agung Made Risma Ari Pertiwi, Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan hiperglikemia (WHO, 2014). Jumlah penderita DM di seluruh dunia meningkat lebih dari dua kali lipat selama tiga dekade terakhir. Tahun 2010, diperkirakan 285 juta orang di seluruh dunia menderita DM, 90% di antaranya memiliki DM tipe 2 (Chen dkk., 2012). Indonesia adalah Negara ke tujuh yang memiliki jumlah pasien DM terbanyak yaitu 7,6 juta orang dan prevalensi di Indonesia yaitu 4,8% pada individu berusia 20-79 tahun 2012 (Suewondo dkk., 2013). Prevalensi DM di Bali 5,9% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Hal yang sama ditemukan di puskesmas se-Kecamatan Denpasar Selatan, dimana proporsi kasus DM yang rawat jalan mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012, salah satunya di Puskesmas II Denpasar Selatan dari 0,6% menjadi 0,8% (Trisnawati dkk., 2013). Pengelolaan DM yang tidak dilakukkan dengan baik, terutama pengendalian kadar glukosa darah dapat menimbulkan komplikasi. Beberapa penyakit yang dikeluhkan akibat dari DM seperti gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, gangguan ginjal, impotensi seksual, luka yang sulit sembuh hingga dapat menyebabkan luka itu membusuk (gangren) dan infeksi paru. Melakukan aktivitas fisik dan berolahraga menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam kontrol glukosa darah pada orang dengan DM tipe 2 yaitu penurunan rata-rata kadar Hemoglobin A1c (HbA1c) antara 0,4%-0,6%. Upaya yang dilakukan dalam pengendalian kadar glukosa darah untuk mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi perlu dilakukan. Salah satu indikator pengendalian DM yang baik dengan menggunakan kadar glukosa darah puasa (Avery dkk., 2012). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 2 Denpasar Selatan dari April 2016Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode total sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh sampel yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 54 sampel. Hasil penelitian distribusi pasien DM tipe 2 di Puskesmas 2 Denpasar Selatan lebih dominan pada laki-laki yakni sebanyak 28 sampel (51,9%) dibandingkan perempuan dengan 26 sampel (48,1%). Karakteristik umur, sebanyak 29 sampel (53,7%) pada kelompok usia ≥60 tahun dan 25 sampel (46,3%) memiliki umur dibawah <60 tahun. Pada distribusi glukosa darah puasa ditemukan sejumlah 39 sampel (72,2%) yang tidak terkendali dan 15 sampel (27,8%) yang terkendali. Pada analisis deskriptif juga terlihat penderita DM tipe 2 sebanyak 41 orang (75,9%) beraktivitas fisik ringan, 10 orang (18,5%) beraktifitas fisik sedang, dan 3 orang (5,6%) yang beraktivitas fisik berat. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi spearman untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pusa pada
penderita DM tipe 2 diperoleh P-value yaitu 0,003, yang berarti nilai p kurang dari 0,05. Sehingga menurut statistik dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik berhubungan terhadap kadar glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 yang berada di Puskesmas 2 Denpasar Selatan. Dengan nilai korelasi r = -0,396 menunjukkan adanya korelasi negatif yang berkekuatan lemah antara aktivitas fisik dan glukosa darah puasa.
SUMMARY THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY WITH A FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS IN PATIENTS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN SOUTH DENPASAR I Gusti Agung Made Risma Ari Pertiwi, Faculty of Medicine, Medical Education Program Udayana University. Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough insulin or when the body cannot effectively use the insulin that is produced causing hyperglycaemia (WHO, 2014). The amount of DM sufferers around the world increased more than doubled over the past three decades. In 2010, an estimated 285 million people worldwide suffer from DM, 90% have type 2 DM (Chen dkk., 2012). Indonesia is the seventh country that have the most amount of DM patients that is 7.6 million people and prevalence in Indonesia namely 4.8% in individuals aged 20-70 year 2012 (Suewondo dkk., 2013). The prevalence of DM in Bali 5.9% and it is estimated that this number will continue to increase along with changes in lifestyle and diet of the community. The same thing is found in health centers throughout South Denpasar District, where proportion of cases of DM outpatients has increased from year 2008-2012, one of them at the health center II South Denpasar from 0.6% to 0.8% (Trisnawati dkk., 2013). DM management that isn’t done properly, especially the control of blood glucose levels can lead to complications. Some complained of illness resulting from DM like eyesight, cataracts, heart disease, kidney disorders, sexual impotence, wounds that do not heal until it cause the wound to rot (gangrene) and pulmonary infections. Doing physical activity and exercise produce a significant improvement in blood glucose control in people with type 2 DM, namely a decrease in average levels of Haemoglobin A1c (HbA1c) between 0.4%-0.6%. The efforts made in the control of blood glucose levels to prevent or inhibit the occurrence of complications need to be done. One of the indicators of a good DM control is using the fasting blood glucose levels (Avery et al., 2012). This research was conducted in the health center 2 South of Denpasar from April 2016-August 2016. This study uses primary data with total sampling method. The number of samples used in this study are all the sample that meets the criteria of inclusion and exclusion that is as much as 54 samples. The results of the research of the distribution of type 2 DM patients in the health center 2 South of Denpasar are more dominant in males namely 28 samples (51,9%) than women with 26 samples (48.1%). Characteristics of age, 29 samples (53.7%) in the age group of ≥ 60 years and 25 samples (46,3%) have an age under < 60 years. The youngest age is 37 years old and the oldest is 82 years old. On the distribution of fasting blood glucose was found a total of 39 samples (72,2%) were uncontrolled and 15 samples (27.8%) were controlled. The lowest blood glucose level is 7.4 and the highest value of 186.6. In the descriptive analysis was also seen patients with type 2 diabetes mellitus as many as 41 people (75.9%) who did light physical activity, 10 (18.5%) people did moderate physical activity, and 3 (5.6%) people did heavy physical activity. The bivariate analysis using spearman correlation test is to determine the relationship between physical activity with fasting blood glucose levels in patients
with type 2 diabetes mellitus obtained P-value is 0.003, which means that the pvalue less than 0.05. So that according to the statistics it can be concluded that physical activity is linked to the fasting blood glucose levels of patients with type 2 diabetes who were at the health center 2 South of Denpasar. With the value of correlation r = -0.396 showed a weak negative correlation between of physical activity and fasting blood glucose
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkt rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Denpasar Selatan” tepat pada waktu yang telah ditentukan Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral, arahan, kritik yang positif, saran serta doa dari semua pihak. Sebagai rasa syukur, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program S1 2. dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp. PK (K) selaku pembimbing yang telah membimbing, memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini 3. dr. Tjokorda Gede Oka, MS, Sp. PK selaku pembimbing usulan penelitian skripsi yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang membantu penyusunan usulan penelitian skripsi. 4. Dr. dr. I Nyoman Wande, Sp. PK selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik sehingga skripsi ini dapat terwujud dengan baik. 5. Orang tua penulis yang memberikan dukungan penuh secara moral dan material dan selalu membantu memberikan dukungan kepada penulis. 6. Kepala Puskesmas 2 Denpasar Selatan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data. 7. Para pegawai di Puskesmas 2 Denpasar Selatan yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis untuk ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, 23 Desember 2016 Penulis
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ............................. iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi RINGKASAN ................................................................................................. vii SUMMARY .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. . xv DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6 2.1 Gambaran Umum Diabetes Melitus Tipe 2 ................................... 6 2.2 Etiologi Diabetes Melitus Tipe 2 ................................................... 6 2.3 Manifestasi Klinis DM Tipe 2 ...................................................... 7 2.4 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 ............................................... 7 2.4.1 Pemeriksaan Glukosa Darah ........................................... 8 2.5 Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................... 12 2.5.1 Mekanisme Aktivitas Fisik Sebagai Terapi Diabetes Melitus tipe 2............................................................................................. 15 2.6 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 ............................................... 16 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 19 3.2 Kerangka Konsep ............................................................................. 22 3.3 Hipotesis ......................................................................................... 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 4.2.1 Variabilitas Populasi .............................................................. 4.2.2 Kriteria Sampel ...................................................................... 4.2.3 Besar Sampel ......................................................................... 4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 4.3 Variabel Penelitian .........................................................................
23 23 23 23 24 25 25
4.3.1 Klasifikasi Variabel ............................................................ 4.3.2 Definisi Operasional Variabel ............................................ 4.4 Bahan Penelitian ........................................................................... 4.5 Instrumen Penelitian ..................................................................... 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.6.1 Lokasi Penelitian................................................................. 4.6.2 Waktu Penelitian ................................................................. 4.7 Alur Penelitian ............................................................................. 4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 4.8.1 Pengolahan Data ................................................................. 4.8.2 Analisis Data ...................................................................... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 5.2 Pembahasan ................................................................................... 5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ....................................................................................... 6.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan Penelitian .......................................... Lampiran 2 Kuesioner IPAQ ................................................................. Lampiran 3 Sample Penelitian ….…..................................................... Lampiran 4 Hasil Analisis…………… ................................................. Lampiran 5 Jadwal Penelitian…………… ...........................................
25 25 27 27 27 27 27 28 29 29 29 31 28 37 38 39 40 43 44 47 49 52
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Kriteria Kadar Glukosa Plasma................................................ 9
Tabel 2.2
Kriteria Pengendalian DM ....................................................... 12
Tabel 5.1
Karakteristik Sampel Penelitian ….….. ................................... 31
Tabel 5.2
Hasil Uji Bivariat ……………… ............................................ 34
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1
Kerangka Berpikir Korelasi Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien DM Tipe 2 .............. 10
Gambar 3.2
Kerangka Konsep Korelasi Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien DM Tipe2 ………………………… 22
DAFTAR SINGKATAN
ADA AMPK CRIPE
: : :
CVD DM DPP-IV FPG GLUT4 HDL HbA1c HPLC IPAQ NGSP PERKENI SGLT-2 TTGO WHO
: : : : : : : : : : : : : :
American Diabetes Association Adenosine 5′-Monophospate-Activated Protein Kinase Continuous, Rhytmica, Interval, Progresive, Endurance Training Cardiovascular Diseases Diabetes Melitus Dipeptidyl Peptidase-IV Fasting Plasma Glucose Glucose transporter type 4 High Density Lipoproteins Hemoglobin A1c High Perfomance Liquid Chromatography International Physical Activity Questionnaire National Glycohaemoglobin Standarization Program Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Sodium Glucose Co-transporter 2 Tes Toleransi Glukosa Oral World Health Organization
>
:
menyatakan lebih dari
<
:
menyatakan kurang dari
≥
:
menyatakan lebih dari atau sama dengan
≤
:
menyatakan kurang dari atau sama dengan
TANDA
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Lembar Persetujuan Penelitian ................................................ 43
Lampiran 2
Kuesioner IPAQ ....................................................................... 44
Lampiran 3
Sample Penelitian ….…........................................................... 47
Lampiran 4
Hasil Analisis…………… ....................................................... 49
Lampiran 5
Jadwal Penelitian…………… ................................................. 52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa darah (WHO, 2014). Hiperglikemia atau tingginya glukosa darah adalah efek umum dari diabetes. Hiperglikemia yang kronis pada pasien DM dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan mengalami disfungsi maupun kegagalan organ terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2010). DM diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Dari beberapa tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak di temukan yaitu lebih dari 90-95% (ADA, 2015). DM dapat ditegakkan bila kadar glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol) atau glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L) pada keadaan puasa sedikitnya 8 jam atau glukosa 2 jam Post Prandial dinyatakan DM bila glukosa plasmanya ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol). Sedangkan pada saat tes toleransi gulosa oral menunjukkan DM apabila glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol) (ADA, 2015). Jumlah penderita DM di seluruh dunia meningkat lebih dari dua kali lipat selama tiga dekade terakhir. Tahun 2010, diperkirakan 285 juta orang di
seluruh dunia menderita DM, 90% di antaranya adalah DM tipe 2 (Chen dkk., 2012). Indonesia adalah Negara ke tujuh yang memiliki jumlah pasien DM terbanyak yaitu 7,6 juta orang dan prevalensi di Indonesia yaitu 4,8% pada individu berusia 20-79 tahun 2012 (Suewondo dkk., 2013). Prevalensi DM di Bali 5,9% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Hal yang sama ditemukan di puskesmas se-Kecamatan Denpasar Selatan, dimana proporsi kasus DM yang rawat jalan mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012, salah satunya di Puskesmas II Denpasar Selatan dari 0,6% menjadi 0,8% (Trisnawati dkk., 2013). Faktor risiko DM tipe 2 adalah ketidakseimbangan antara pengeluaran energi dengan asupan energi melalui konsumsi makanan (Avery dkk., 2012). Pembangunan ekonomi dan urbanisasi menyebabkan perubahan gaya hidup yang ditandai dengan berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya jumlah obesitas (Whiting dkk., 2011). Peningkatan obesitas dan kurangnya aktifitas fisik pada masyarakat akan meningkatkan risiko untuk terkena DM tipe 2. Diperkirakan DM tipe 2 akan meningkat lebih cepat (Priyadi dan Saraswati, 2015). Pengelolaan DM yang tidak dilakukkan dengan baik, terutama pengendalian kadar glukosa darah dapat menimbulkan komplikasi. Beberapa penyakit yang dikeluhkan akibat dari DM seperti gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, gangguan ginjal, impotensi seksual, luka yang sulit sembuh hingga dapat menyebabkan luka itu membusuk (gangren) dan infeksi paru. Tidak jarang penyakit DM dapat mengakibatkan kecacatan akibat terjadi pembusukan
pada organ tubuh (Kemkes RI, 2014). Selain komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat tidak terkendalinya glukosa darah, penderita DM tipe 2 dengan glukosa darah puasa yang tidak terkendali merupakan penyebab risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler tertinggi (Malandrino dkk., 2012). Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis (PERKENI, 2015). Intervensi dengan hanya berbasis obat tampaknya tidak memberikan solusi untuk masalah ini, namun diperlukan juga intervensi yang bertujuan meningkatkan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik dapat memberikan alternatif yang efektif, karena sebagian besar orang dengan diabetes tipe 2 yang tidak aktif dalam beraktivitas fisik (Avery dkk.,2012). Peningkatan
aktivitas
fisik
dan
berolahraga
menghasilkan
perbaikan yang signifikan dalam kontrol glukosa pada orang dengan DM tipe 2 yaitu penurunan rata-rata kadar Hemoglobin A1c (HbA1c) antara 0,4%-0,6%. Upaya yang dilakukan dalam pengendalian kadar glukosa darah untuk mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi perlu dilakukan. Salah satu indikator pengendalian DM yang baik dengan menggunakan kadar glukosa darah puasa. Banyaknya penderita DM terutama DM tipe 2 yang terus berkembang begitu cepat, maka diperlukan cara yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penderita dan meminimalisir dampak komplikasi DM tipe 2 dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan beraktivitas fisik yang merupakan salah satu dari empat pilar utama dalam penanganan DM tipe dengan indikator kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah puasa pada DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan? 1.3 Tujuan 1.3.1 Umum Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan. 1.3.2 Khusus 1. Mengetahui gambaran glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan. 2. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan. 3. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Selatan. 1.4 Manfaat 1.4.1
Aspek Teoritis Hasil penelitian untuk memberi informasi mengenai hubungan antara aktivitas fisik dengan glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2
sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan DM tipe 2. 1.4.2
Aspek Aplikatif Memberi informasi tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah puasa sehingga dapat dijadikan acuan program pengendalian glukosa pada pasien DM tipe 2.