Jurnal Psikologi Udayana 2014, Vol. 1, No. 2, 213-226
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354-5607
Perbedaan Agresivitas pada Anak Usia Dini yang Dibacakan Dongeng Dengan yang Tidak Dibacakan Dongeng Sebelum Tidur Oleh Ibu Dian Jayantari Putri K Hedo dan Hilda Sudhana Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. Agresivitas merupakan masalah yang banyak dibahas oleh masyarakat, mulai dari penyebabnya, hingga upaya pengendaliannya. Agresivitas dimiliki setiap individu, termasuk anak usia dini. Agresivitas anak usia dini seringkali dianggap tidak berbahaya, sehingga masyarakat cenderung membiarkannya dan fokus pada pengendalian agresivitas orang dewasa atau remaja. Sebenarnya upaya pengendalian agresivitas dapat dilakukan sejak dini untuk mencegah dampak negatif jangka panjang. Salah satu upaya tersebut adalah membacakan dongeng kepada anak. Pembacaan dongeng merupakan cara yang familiar di masyarakat Indonesia, dan memiliki dampak positif terkait pengendalian agresivitas. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah apakah terdapat perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. Subyek penelitian adalah 92 Ibu anak usia dini di TK Denpasar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian komparasi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner (skala agresivitas dan penggolongan status pembacaan dongeng). Uji kesahihan skala agresivitas menemukan 6 item gugur dan 68 item sahih dari 74 item, dengan koefisien reliabilitas 0,989. Data penelitian dianalisis dengan independent sample t test. Hasilnya menunjukkan sifat data normal dan homogen. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 (p=0,05). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu dapat diterima. Dari pengkategorian skor agresivitas, ditemukan skor yang lebih rendah pada anak yang dibacakan dongeng dibandingkan anak yang tidak dibacakan dongeng. Kata kunci: Agresivitas, dongeng, anak usia dini, ibu
Abstract Aim of this research is to know about difference of aggression in young children that get fairytales reading and in young children that don’t get fairytales reading before sleep from their mother. Aggression has been a problem many people talk about, especially about its cause, or its intervention. Every people has aggression, including young children. People believe that young children’s aggression isn’t dangerous, so they only focus doing interventions in adult or adolescence aggression and disregard interventions in childhood aggression. Actually, it’s better to do intervention in young children, for it prevents long term negative impact of aggression. One of the interventions in controlling aggression is read fairytales to children. Fairytales give children good impacts that related to the aggression’s causes. Fairytales-reading is familiar thing in Indonesian culture. According to that, researcher formulates a research’s problem, that is, is there difference of aggression in young children that get fairytales reading and in young children that don’t get fairytales reading before sleep from their mother. Research’s subjects are 92 mothers of young children from kindergartens in Denpasar. Research’s method is comparation research. Data are collected by questionnaire (aggression scale and fairytale reading’s categorization). Validity test of aggression scale find 6 invalid items and 68 valid items from 74 items, with reliability coefficient’s score is 0,989. Data are analyzed with independent sample t-test. Data analysis’s result shows that data are normal and homogen. Score of significant in t-test is 0,000 (p=0,05). It means that research’s hypothesis who state there is difference of aggression in young children that get fairytales reading and in young children that don’t get fairytales reading before sleep from their mother, is accepted. Categorization of aggression’s score shows that children who receive fairytales reading have lower score than children who don’t receive fairytales reading. Keywords: aggression, fairytales, early childhood, mother
213
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA dan berbohong (Ostrov, 2006). Secara lebih sistematis, dalam penelitian ini jenis atau bentuk agresivitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agresivitas fisik (sikap kebencian yang menyebabkan kerusakan atau luka secara fisik terhadap orang, obyek, atau binatang, diwujudkan melalui perilaku memukul, menendang, mencubit, merampas, dan sejenisnya), agresivitas verbal (sikap kebencian yang menyebabkan kerusakan atau penderitaan kepada pihak lain secara verbal, diwujudkan melalui perilaku menghina, mengejek, melecehkan, dan sejenisnya), dan agresivitas relasional (agresivitas secara halus yang mengandung manipulasi dan ancaman untuk menghancurkan hubungan dan ketentraman psikologis, diwujudkan melalui perilaku mempermalukan, berbohong, mengejek, dan memutuskan hubungan pertemanan) (Ostrov, Gentile, & Crick, 2006; Grotpeter & Crick, 1996). Agresivitas yang ditunjukkan anak usia dini tersebut memiliki beberapa dimensi seperti berikut, yaitu penyerangan, agresi tidak langsung, irritability (kesiapan untuk marah, temper yang cepat dan kekasaran), negativisme (sikap menantang, menolak bekerjasama, tidak patuh, dan membangkang), resentment (iri dan benci), kecurigaan pada pihak lain, dan agresi verbal (berdebat, berteriak, dan mengancam). Dimensi ini dinyatakan oleh Buss dan Durkee, seperti yang tertera pada Garcia-Leon et. al. (2002); Bushman, Cooper, dan Lemke (1991). Anak usia dini memang merupakan kelompok anak yang sering menunjukkan perilaku agresif, namun tidak berarti perilaku agresif itu dapat dibiarkan tanpa adanya usaha untuk mengendalikannya. Pengendalian agresivitas anak perlu dilakukan agar tidak muncul dampak negatif pada anak yang dapat berlanjut hingga usia dewasa (Kotch dkk., 2008). Dalam melakukan upaya pengendalian agresivitas, perlu dipahami mengenai faktor penyebab agresivitas. Agresivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor normatif perkembangan (Cummings, Iannoti, & Zahn-Waxler, 1989; Haditono, 2006), belajar dari lingkungan (Ostrov, Gentile, & Crick, 2006), frustrasi (Myers, 2012; Taylor, Peplau, & Sears, 2009; Burger, 2008; Kalat, 2005), dominasi emosi negatif (marah) dan kurangnya emosi positif (Calkins & Fox, 2002), kurangnya kontrol diri dan emosi (Hughes, 2002), kurangnya kemampuan verbal (Hayes, 2003), kurangnya hubungan yang aman, berkualitas, dan hangat dengan Ibu (Taylor, Peplau, & Sears, 2009; Tremblay dkk., 2004), kurangnya kemampuan pemecahan masalah (Kutner, 1991), kurangnya kemampuan komunikasi sosial (Mashar, 2011), dan kurangnya penanaman nilai moral (Danandjaja, 2003; Papalia, Old, & Feldman, 2008). Meninjau faktor-faktor penyebab agresivitas anak di atas, Ibu dapat melakukan perannya dalam melakukan upaya pengendalian agresivitas. Upaya tersebut dilakukan oleh Ibu, karena Ibu merupakan pihak yang terdekat secara fisik dan psikologis dengan anak usia dini (Abtokhi, 2012). Dengan demikian, Ibu menjadi lebih terlibat dan lebih berpengaruh
LATAR BELAKANG Sikap agresif dapat ditunjukkan oleh setiap individu, termasuk anak-anak usia dini, seperti yang dinyatakan oleh Tim Redaksi Kompasiana (2011); Feist dan Feist (2009). Pada umumnya, masyarakat sering memandang anak-anak yang berada pada rentang usia dini sebagai anak-anak yang menggemaskan dan sering bersikap lucu (Istiqomah, 2005). Sikap tersebut terlihat jauh dari kesan agresif. Namun pada kenyataannya, seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2002); Tremblay (2008), anak-anak pada usia dini juga dapat memiliki sikap agresif. Agresivitas itu sendiri merupakan suatu keagresifan. Keagresifan merupakan hal (sifat, tindak) agresif. Sedangkan agresif merupakan perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan, yang dapat diarahkan kepada orang atau benda; perbuatan bermusuhan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda; sifat atau nafsu menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat. Definisi tersebut sesuai dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011). Applefield, yang pernyataannya tertera pada Setiawan (2009) menyatakan bahwa agresivitas merupakan sikap yang mengandung unsur kesengajaan yang mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaan fisik atau psikis pada orang lain atau mengakibatkan kerusakan pada barang dan benda lainnya. Agresivitas juga dinyatakan oleh Tremblay (2008) sebagai sikap yang cenderung menggunakan perwujudan perilaku dalam cara atau interaksi yang bersifat antagonis kepada orang lain. Sedangkan Berkowitz (1993) menyatakan bahwa agresivitas merupakan sikap menyerang yang menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang sering memiliki dan menampakkan masalah-masalah yang berkaitan dengan agresivitas. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut, emosi anak sering meluap-luap dan cenderung disertai dengan pemunculan perilaku agresif. Selain itu, keadaan perkembangan normatif anak juga sedang berada pada keadaan yang sering memicu timbulnya agresivitas (Susanto, 2011). Namun tidak semua anak menunjukkan agresivitasnya secara konsisten dan berlebihan. Anak yang memiliki perkembangan dan keadaan emosi yang positif cenderung jarang menampilkan agresivitas tersebut (Mashar, 2011). Agresivitas yang ditunjukkan anak usia dini diwujudkan dalam perilaku memukul, mendorong, menendang, melempar, mencubit, meninju, merampas, menginjak, mengejek, membantah, memaksa, membentak, mengancam, menakuti, mempermalukan, menghina, menyebarkan berita buruk tentang orang lain (Ostrov, 2007; Tremblay, 2008), mengancam memutuskan pertemanan (Ostrov, 2007), mendominasi, tidak bersedia membantu orang lain, cemburu, membalas dendam (Grotpeter & Crick, 1996), 214
DONGENG SEBELUM TIDUR
pada kehidupan dan perilaku anak sehari-hari. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penerimaan secara optimal oleh anak terhadap pengaruh stimulasi atau intervensi pengendalian agresivitas yang diberikan Ibu (Santrock, 2002). Terkait dengan peran Ibu dalam mengendalikan agresivitas, Ibu dapat melakukan suatu metode yang cukup familiar di masayarakat, yaitu membacakan dongeng kepada anak. Pembacaan dongeng sebelum tidur kepada anak merupakan ritual yang awam dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak koleksi dongeng, bahkan di setiap daerah di Indonesia memiliki dongengnya masing-masing. Namun saat ini, semakin sedikit Ibu yang melakukan pembacaan dongeng sebelum tidur kepada anak karena faktor kesibukan (Febriana & Sarwono, 2008). Dongeng itu sendiri merupakan cerita yang tidak dianggap benar-benar telah terjadi, bersifat imajinatif, tidak terikat oleh waktu dan tempat, yang dapat berfungsi sebagai sarana hiburan, komunikasi, penanaman nilai, pembangunan emosi positif, peningkatan kognitif, dan pembelajaran hidup pada anak, serta terdiri dari beberapa jenis dongeng, yaitu dongeng pendidikan, dongeng futuristik, dongeng tradisional, fabel, dongeng humor, dan dongeng mancanegara. Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), dongeng didefinisikan sebagai cerita yang tidak benarbenar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Dongeng biasanya diberikan kepada anak dengan cara dibacakan oleh pihak yang membacakan dongeng. Lebih lengkapnya, pembacaan dongeng tersebut dapat didefinisikan sebagai penuturan secara lisan yang berupa interaksi verbal dalam penyampaian berbagai macam cerita yang tidak dianggap benar-benar telah terjadi dan bersifat imajinatif, yang biasanya dilakukan oleh pengasuh atau Ibu kepada anak saat sebelum tidur dengan cara yang hangat serta menyenangkan dan dilakukan dengan teknik membacakan dari buku. Pembacaan dongeng juga didefinisikan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional yang tertera pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) sebagai penceritaan dongeng kepada seseorang atau pihak lain. Pembacaan dongeng sebelum tidur oleh Ibu kepada anak dikenal dan diakui dapat memberikan banyak dampak positif yang berkaitan dengan pengendalian agresivitas anak. Dampak positif tersebut antara lain yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial (Hayes, 2003), menanamkan nilai dan moral (Tim Redaksi Kompasiana, 2011; Bascom, 1954), menumbuhkan rasa aman (Prakoso, 2007), mengendalikan atau mengurangi emosi negatif, meningkatkan pengalaman emosi positif dan rasa menyenangkan (Bodkin, 2012; Bascom, 1954), meningkatkan kemampuan verbal (Susanto, 2011), meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Santoso, Harpawati, & Prihartanti, 2009), serta meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan
komunikasi yang hangat dan dekat antara anak dengan Ibu (Bimo, 2012; Tim Redaksi Erlangga for Kids, 2012). Pembacaan dongeng oleh Ibu kepada anak memang dapat menghasilkan dampak positif seperti yang telah disebutkan di atas, namun dampak positif tersebut dapat diterima oleh anak secara lebih optimal jika pelaksanaan pembacaan dongeng dilakukan sebelum anak tidur. Hal ini disebabkan karena pada saat sebelum tidur merupakan saat santai dan tenang bagi anak, yang akan mempermudah penyerapan dan penerimaan anak terhadap dampak positif yang dihasilkan pembacaan dongeng (Bodkin, 2012; Bascom, 1954). Pada penelitian ini dilibatkan dua pihak yang menjadi fokus penelitian, yaitu anak usia dini dan Ibu. Alasan pelibatan dua pihak dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Anak usia dini yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah anak yang berusia antara 4 sampai dengan 6 tahun. Batasan usia ini sesuai dengan batasan usia pada definisi anak usia dini yang diungkapkan oleh Santrock (2002); Susanto (2011). Pelibatan anak usia dini dikarenakan anak usia dini merupakan kelompok anak yang telah memiliki kemampuan-kemampuan yang sesuai seperti yang dibutuhkan untuk melihat kedua variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu agresivitas dan pembacaan dongeng. Dalam kaitannya dengan variabel agresivitas, anak yang berada dalam rentang usia 4 sampai dengan 6 tahun merupakan anak yang rentan mengalami kondisi tidak pernah bersedia untuk dikalahkan, tidak suka menerima penghinaan atau kritik, dan sering merasa iri (Istiqomah, 2005). Anak juga mampu mengenali penyebab internal dan menunjukkan perasaan-perasaan yang lebih rumit selain rasa senang dan sedih, misalnya kecewa dan marah (Susanto, 2011). Pada usia ini, anak mengalami peningkatan kemampuan kognitif, sehingga anak mampu menyalahkan orang lain jika orang tersebut melakukan kesalahan kepada dirinya (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Anak yang berada dalam rentang usia ini memiliki kebutuhan untuk menyalurkan emosi yang kuat dan meluap-luap di dalam dirinya (Hayes, 2003). Selain itu, anak usia dini juga sering mengalami konflik dengan orang di sekitarnya karena munculnya otonomi dan kesadaran diri pada anak yang menyebabkan anak menimbulkan perilaku-perilaku baru yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya (Alink dkk., 2006). Susanto (2011) juga menambahkan bahwa pada saat itu anak memiliki keinginan untuk selalu melebihi atau menguasai orang lain, dan selalu mementingkan diri sendiri (egois). Dalam kaitannya dengan agresivitas, hal-hal yang ditunjukkan oleh anak usia dini tersebut berperan sebagai beberapa bentuk rangsangan yang dapat merangsang anak untuk menampakkan agresivitasnya yang diwujudkan dalam pemunculan perilaku agresif. Anak usia dini mampu menunjukkan tiga jenis perilaku agresif (fisik, verbal, dan relasional) (Ostrov, Gentile, & Crick, 2006; Grotpeter & Crick, 1996). Dalam kehidupan sehari-hari, anak
215
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA menunjukkan perilaku agresif tersebut dalam bentuk bertengkar, mengejek, berteriak, memukul, menakuti, mengancam, dan mempermalukan orang lain (Lein & O’Donnell, 1994). Selain itu, anak mampu menunjukkan sifat kejam, nafsu atau keinginan untuk merusak barang di sekitarnya (Soerjabrata, 1981), sering mengamuk jika keinginannya tidak dipenuhi, sering merebut mainan (Cummings, Iannoti, & Zahn-Waxler, 1989), sering mendominasi, menentang, dan membangkang (Haditono, 2006). Dalam menunjukkan perilaku agresifnya tersebut, anak telah memiliki tujuan, niat, dan maksud tertentu dalam dirinya (Tremblay, 2008; Dodge, 1980). Dalam kaitannya dengan agresivitas, hal-hal yang telah diungkapkan di atas merupakan beberapa bentuk agresivitas yang dimunculkan oleh anak usia dini. Selain menunjukkan sikap agresif, anak pada rentang usia 4 sampai dengan 6 tahun juga mampu menunjukkan beberapa keterampilan dan perilaku sosial yang dapat mengendalikan atau mengurangi agresivitas dalam dirinya. Anak pada usia ini mampu melakukan pengendalian emosi (Bigner, 1979), khususnya pengendalian amarah dan agresivitas (Hariastuti & Saman, 2007). Anak juga mampu mengetahui mana hal yang baik dan buruk (walaupun anak belum terlalu memahami alasannya) (Kutner, 1991), memahami konsekuensi dari suatu peristiwa yang dialaminya, menerima pengajaran dari orangtuanya untuk menghindari sikap negatif (Slavin, 2009), bersedia berbagi dengan orang lain (Ostrov, 2007), dan memiliki empati dalam dirinya (Kadarharutami, 2011). Selain itu, anak mampu mengerti sebab dan akibat pengalaman emosi oleh dirinya dan orang lain, serta menghubungkan emosinya dengan perasaan orang lain (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Anak yang berada pada rentang usia tersebut juga memiliki tugas perkembangan untuk dapat mempelajari hal-hal di lingkungan sosialnya, belajar mematuhi peraturan, belajar menyelesaikan perselisihan dengan baik (Papalia, Old, & Feldman, 2008), belajar menyesuaikan perilaku dengan lingkungan, menilai perilaku diri, bekerja sama, saling menolong, dan menunjukkan kasih sayang (Munandar, 1999). Dalam kaitannya dengan variabel pembacaan dongeng, anak 4 sampai dengan 6 tahun dijadikan fokus dalam penelitian ini karena pada usia ini anak mampu memahami isi dongeng, menginterpretasikan gambar pada dongeng, memahami alur cerita dalam dongeng (Slavin, 2009; Santoso, Harpawati, & Prihartanti, 2009; Bascom, 1954), merespon dongeng, mengingat dan menceritakan kembali detail dan hal penting pada dongeng, memahami pesan moral yang ada dalam dongeng, mengembangkan imajinasi seperti yang ada di dalam dongeng, bersedia mendengarkan dengan kesadaran, dan mampu memberikan fokus atau perhatian yang cukup tinggi pada suatu dongeng (Gamayanti, 2003; Papalia, Old, & Feldman, 2008; Buvala, 2012). Anak juga memiliki kemampuan tertingginya dalam berfantasi, yang memudahkan dirinya dalam menangkap dan memahami unsur-unsur fantasi
pada dongeng (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Selain itu pada usia ini, anak sering melakukan imitasi (peniruan) atas nilai-nilai luhur dan contoh-contoh perilaku prososial tokoh di dalam dongeng (Nuraeni, 2010; Papalia, Old, & Feldman, 2008). Meninjau kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut, maka subyek penelitian yang ditentukan agar dapat sesuai dengan penelitian ini dalam kaitannya untuk mengoptimalkan pengalaman dampak positif pembacaan dongeng terkait pengendalian agresivitas, adalah anak usia dini yang berada dalam rentang 4 sampai dengan 6 tahun. Selain melibatkan anak usia dini, penelitian ini juga melibatkan Ibu yang mengasuh anak usia dini. Hal ini dikarenakan adanya peran Ibu yang sesuai dengan aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini. Ibu merupakan seorang wanita, baik yang telah memiliki suami maupun yang belum memiliki suami, yang berperan sebagai pengasuh, pembimbing, dan pendidik bagi anak (baik anak dalam hubungan biologis maupun sosial) dalam melakukan tugas perkembangan anak serta dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan fisik anak. Definisi Ibu tersebut sesuai dengan definisi yang dinyatakan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang menyebutkan bahwa Ibu merupakan wanita yang telah melahirkan seseorang; panggilan yang umum diberikan kepada wanita, baik yang telah bersuami atau yang belum bersuami; yang memiliki sifat-sifat keibuan, misalnya lemah lembut, penuh kasih sayang, dan sebagainya. Sama seperti anak usia dini, Ibu juga memiliki peran yang berkaitan dengan variabel pembacaan dongeng dan agresivitas. Dalam kaitannya dengan pembacaan dongeng, Ibu berperan sebagai orang yang membacakan dongeng kepada anak, serta memberi penjelasan tentang isi dan nilai moral dalam dongeng (Nuraeni, 2010). Dalam kaitannya dengan agresivitas, Ibu berperan sebagai pihak yang membantu melakukan upaya pengendalian agresivitas pada anak usia dini. Hal ini dikarenakan Ibu merupakan pihak yang terdekat secara fisik dan psikologis dengan anak usia dini (Santrock, 2002). Pada umumnya, Ibu juga melakukan tugas pengasuhan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pengasuh anak usia dini lainnya, misalnya Ayah (Alink dkk., 2006). Ayah tidak dilibatkan dalam penelitian ini karena pada umumnya Ayah tidak mampu menunjukkan ekspresi emosi kepada anak melebihi yang mampu dilakukan oleh Ibu, sehingga Ayah tidak memiliki hubungan ikatan (bonding) dengan anak seerat hubungan ikatan (bonding) antara Ibu dengan anak (Bigner, 1979). Selain itu, Ayah memiliki peran yang berbeda dengan Ibu dalam pengasuhan anak usia dini, yaitu sebagai pelindung, pembuat keputusan, mengupayakan ketersediaan makanan dan ekonomi, serta mengajari anak untuk bersikap agresif (jika diperlukan), sehingga Ayah lebih sering menganggap bahwa sikap tersebut adalah hal yang wajar (Alink dkk., 2006). Pelibatan Ibu dalam penelitian juga disebabkan oleh adanya peran Ibu yang menekankan fungsi dan aspek afiliasi (kasih
216
DONGENG SEBELUM TIDUR
sayang) pada anak, di mana hal tersebut merupakan salah satu hal yang dapat mengendalikan atau mengurangi timbulnya agresivitas pada diri anak (Cohen, 2006; Hughes, 2002). Dengan adanya fungsi tersebut, secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa Ibu dapat membantu anak mengelola emosi dengan baik (Calkins & Fox, 2002), menanamkan nilai moral dan emosional pada anak (Lein & O’Donnell, 1994), memberikan kelekatan yang positif dan hubungan yang hangat pada anak (Papalia, Old, Feldman, 2008). Dalam penelitian ini, peran Ibu dalam mengendalikan agresivitas anak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembacaan dongeng sebelum tidur kepada anak. Pembacaan dongeng sebelum tidur yang dilakukan oleh Ibu dapat menjadi sarana yang memfasilitasi terwujudnya peran Ibu dalam mengendalikan agresivitas anak, karena saat berlangsungnya aktivitas bersama (dalam hal ini adalah melakukan pembacaan dongeng sebelum tidur), akan tercipta hubungan yang dekat antara Ibu dan anak, yang memunculkan rasa nyaman dan aman pada anak, serta membuat anak menjadi lebih cepat dan mudah menyerap pesan moral yang disampaikan Ibu (Shelov & Kelly, 1991). Selain terkait dengan kedua variabel dalam penelitian ini, peran Ibu juga terkait dengan pengisian kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Anak yang berusia 4 sampai dengan 6 tahun merupakan anak yang belum mampu membaca, menulis, dan merespon suatu sistem penilaian seperti kuesioner (Grotpeter & Crick, 1996). Meninjau hal ini, maka Ibu berperan sebagai pengisi kuesioner yang menilai perilaku anak yang diasuhnya. Ibu dianggap lebih efektif dalam melakukan penilaian dan pelaporan atas perilaku anak dalam kuesioner karena Ibu sebagai pihak yang terdekat dengan anak, lebih mampu menyadari dan memahami perilaku dan masalah yang dihadapi anak sehari-hari (Briawan & Herawati, 2008; Crick & Dodge, 1996). Dengan adanya peran Ibu yang terkait dan sesuai dengan kedua variabel penelitian seperti yang telah dijelaskan di atas, maka kaitan antara agresivitas dengan pembacaan dongeng sebelum tidur kepada anak usia dini, yang nantinya akan menunjukkan perbedaan agresivitas antara anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur, akan dapat dilihat secara lebih jelas dan efektif. Dari seluruh penjelasan mengenai agresivitas dan pembacaan dongeng beserta dampak positif yang dihasilkannya seperti tertera di atas, dapat ditarik adanya suatu keterkaitan antara dampak positif yang ditimbulkan oleh pembacaan dongeng dengan agresivitas pada anak usia dini. Jadi, dapat diasumsikan bahwa pembacaan dongeng dapat berkaitan dengan pengendalian agresivitas pada anak usia dini. Selanjutnya terkait dengan hal tersebut, juga diasumsikan bahwa terdapat perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng (karena menerima dampak positif pembacaan dongeng) dengan anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu (karena tidak
menerima dampak positif pembacaan dongeng). Hal ini ditinjau dari dampak positif pembacaan dongeng yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu dapat menimbulkan emosi positif dalam diri anak, menanamkan nilai moral pada anak, dan meningkatkan hubungan interpersonal yang kondusif antara Ibu dengan anak. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rubin, Chen, dan Hymel (1993); Hertinjung dan Partini (2010), dampak positif pembacaan dongeng yang disebutkan di atas merupakan salah satu faktor penghambat dan pengendali munculnya agresivitas yang tinggi dalam diri anak. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam mengambil judul skripsi ini, karena jika asumsi peneliti bahwa terdapat perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu dapat terbukti pada hasil penelitian skripsi ini, maka hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi Ibu atau pihak lain yang berhubungan dengan pengasuhan anak usia dini, terkait dengan perlunya dilakukan aktivitas pembacaan dongeng kepada anak. Pembacaan dongeng tersebut perlu dilakukan karena dapat mengendalikan agresivitas anak dengan baik, yang akan menunjang perkembangan aspek kehidupan psikologis anak usia dini secara optimal ke depannya. METODE Variabel dan definisi operasional 1. Identifikasi variabel penelitian Terdapat variabel tertentu yang ditetapkan untuk diteliti dalam suatu penelitian. Setiap variabel dalam penelitian akan diidentifikasi dan didefinisikan secara operasional (Suryabrata, 2000). Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas yang dimaksud adalah pembacaan dongeng, yang mana hal ini dilakukan oleh Ibu terhadap anak usia dini sebelum anak tidur. Sedangkan variabel tergantung yang dimaksud adalah agresivitas. 2. Definisi operasional Menurut Suryabrata (2000), definisi operasional atas variabel dalam penelitian disusun melalui tiga cara, yaitu berdasarkan kegiatan yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan tersebut dapat terjadi (definisi pola I), berdasarkan bagaimana hal yang didefinisikan tersebut beroperasi (definisi pola II), dan berdasarkan bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya, yaitu berdasarkan sifat statis hal yang didefinisikan (definisi pola III). Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan pedoman penyusunan definisi pola II dan definisi pola III. Dalam penelitian ini disusun dua definisi operasional, yaitu definisi operasional atas pembacaan dongeng (sebagai variabel bebas), yaitu suatu penuturan secara lisan yang 217
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA berupa interaksi verbal dalam penyampaian berbagai macam cerita yang tidak dianggap benar-benar telah terjadi dan bersifat imajinatif, yang biasanya dilakukan oleh pengasuh atau Ibu kepada anak saat sebelum tidur dengan cara yang hangat serta menyenangkan dan dilakukan dengan teknik membacakan dari buku. Dalam penelitian ini, pembacaan dongeng yang dilakukan oleh Ibu kepada anak usia dini merupakan pembacaan terhadap dongeng yang bertema non kekerasan, yang telah dilakukan secara berulang-ulang atau beberapa kali (Cutspec, 2006), yaitu minimal sebanyak lima kali (Ratnawati, 2010; Fadhilah, 2012) dan selama 5-15 menit setiap pembacaan (Bimo, 2012; Buvala, 2012). Waktu pembacaan dongeng tersebut juga dapat disesuaikan sendiri oleh Ibu yang membacakan dongeng dengan melihat bagaimana anak dapat menerima dongeng tersebut dan dengan memperhatikan respon yang ditunjukkan oleh anak yang dibacakan dongeng saat ia mendengarkan dongeng (Bimo, 2012). Pengukuran terhadap variabel pembacaan dongeng dilakukan melalui pengkategorian status pembacaan dongeng yang dicantumkan pada lembar kuesioner. Pengkategorian yang dimaksud adalah berupa pertanyaan yang ditujukan kepada Ibu anak usia dini, yaitu apakah dilakukan pembacaan dongeng (dengan tema non kekerasan) sebelum tidur oleh Ibu kepada anak usia dini atau tidak, yang mana pelaksanaan pembacaan dongeng tersebut dilakukan secara berulang-ulang atau minimal selama lima kali pembacaan. Sedangkan definisi operasional agresivitas (sebagai variabel tergantung) adalah suatu sikap permusuhan, penghancuran, perusakan secara sengaja, baik fisik maupun psikis yang ditunjukkan oleh seorang individu dan ditujukan kepada individu lain atau obyek lain, yang terdiri dari tiga jenis agresivitas (fisik, verbal, relasional) dan diwujudkan dalam berbagai jenis perilaku kekerasan yang dapat mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaan fisik atau psikis pada individu lain atau kerusakan pada obyek lain tersebut, namun kesemuanya itu tidak berhubungan dengan keterbatasan fisik atau kemampuan eksplorasi dan bermain individu tersebut pada tahap perkembangan usia tertentu, di mana agresivitas tersebut ditunjukkan oleh terdapatnya dimensi-dimensi sebagai berikut, yaitu adanya pengalaman yang intens terhadap perasaan negatif, sikap melawan atau menyerang pihak atau obyek lain, sikap egoistis, dan sikap negativisme. Agresivitas diukur dengan menggunakan skala agresivitas berupa kuesioner yang disusun dalam bentuk skala likert.
sampel dari Kleinbaum dan Miller (1985); Pocock (1983), yaitu sebagai berikut: n = 〖(Zα + Zβ)〗^2 Sampel tersebut berasal dari populasi Ibu anak usia dini di seluruh taman kanak-kanak (TK) di wilayah Denpasar. Dalam penelitian ini, sampel penelitian yang diambil adalah Ibu anak usia dini di beberapa TK di Denpasar yang telah terpilih secara acak melalui metode pengambilan sampel area probability random sampling. Metode area probability random sampling merupakan metode pengambilan sampel yang memiliki kerangka sampel berdasarkan suatu wilayah tertentu, yang prosedurnya dilakukan dengan cara melakukan pengambilan sampel yang lebih besar atau luas di tingkat pertama (PSU, Primary Sampling Unit), kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengambilan sampel di tingkat kedua (SSU, Secondary Sampling Unit), yang mana SSU tersebut terdapat di dalam lingkup sampel tingkat pertama (PSU), dan kemudian dilanjutkan dengan cara yang sama hingga menemukan sampel akhir penelitian, yaitu misalnya individuindividu tertentu. Hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut, yaitu setelah ditentukannya suatu wilayah tertentu yang menjadi lokasi tempat sampel berada, kemudian terhadap wilayah yang luas tersebut dibagi menjadi beberapa wilayahwilayah yang lebih kecil di dalamnya (sub wilayah), yang mana dari dalamnya dipilih (secara random) unit sampel wilayah selanjutnya yang lebih kecil, kemudian dari dalamnya dilanjutkan kembali memilih (secara random) unit sampel wilayah yang lebih kecil lagi, begitu seterusnya hingga menemukan sampel akhir yang akan digunakan dalam penelitian (Crawford, 1990; Montaquila, Brick, & Curtin, 2010). Jumlah sampel individu yang harus diambil di masingmasing TK yang telah terpilih dengan metode area probability random sampling tersebut ditentukan dengan rumus berikut.
Ibu anak usia dini yang dilibatkan untuk menjadi responden dalam penelitian ini adalah Ibu yang mengasuh anak berusia antara 4 sampai dengan 6 tahun. Dalam penelitian ini, hanya Ibu yang mengasuh anak berusia 4 sampai dengan 6 tahun saja yang dilibatkan karena menurut Soekamta (2003); Seefeldt dan Wasik (2008), pada rentang usia ini, anak telah memahami, merespon, dan menghubungkan informasi atau peristiwa di dalam dongeng dengan kehidupan nyata, serta telah menunjukkan sikap dan perilaku agresif (Santrock, 2002).
Responden Dalam penelitian ini, dilibatkan 92 orang responden penelitian yang merupakan Ibu anak usia dini. Penentuan jumlah responden sejumlah 92 orang ini diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus penentuan jumlah
Tempat penelitian
218
DONGENG SEBELUM TIDUR
Penelitian dilakukan dengan menyebarkan skala kepada sampel penelitan yang merupakan Ibu pengasuh anak usia dini yang bersekolah di beberapa TK di wilayah Denpasar. Sampel yang dilibatkan untuk mengisi skala penelitian ini terpilih atau terambil secara acak dari seluruh TK yang berlokasi di Denpasar. Karena sampel yang dilibatkan untuk mengisi skala penelitian berasal dari beberapa TK di wilayah Denpasar yang terpilih secara acak, maka pelaksanaan penelitian juga bertempat atau berlokasi di beberapa TK di wilayah Denpasar yang telah terpilih secara acak tersebut. Pemilihan secara acak yang dimaksud adalah pemilihan yang dilakukan dengan metode area probability random sampling. Dengan menggunakan metode ini, peneliti menentukan tempat pengambilan sampel dan tempat pelaksanaan penelitian yang berlokasi di kota Denpasar, kemudian dilanjutkan dengan menentukan tempat pengambilan sampel dan tempat pelaksanaan penelitian yang berlokasi di kecamatan di wilayah kota Denpasar (dari hasil simple random menggunakan cara undian, didapatkan kecamatan Denpasar Barat), lalu menentukan tempat pengambilan sampel dan tempat pelaksanaan penelitian yang berlokasi di kelurahan (dari hasil simple random, didapatkan kelurahan Pemecutan Kelod), lalu menentukan tempat pengambilan sampel dan tempat pelaksanaan penelitian di TK yang berlokasi di kelurahan tersebut (dari hasil simple random, didapatkan TK Kertiloka). Karena dari hasil penjajakan di lapangan, ditemukan bahwa jumlah sampel di TK tersebut belum cukup untuk memenuhi seluruh jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian, maka proses pengambilan sampel diulangi kembali seperti sebelumnya, yang dimulai dari melakukan pemilihan secara random terhadap kelurahan lain yang berlokasi di Denpasar Barat (dari hasil simple random, didapatkan kelurahan Tegal Kerta), kemudian menentukan TK yang berlokasi di kelurahan tersebut (dari hasil simple random, didapatkan TK Widya Mandala). Karena dari hasil penjajakan di lapangan kembali ditemukan bahwa jumlah sampel di TK tersebut masih belum cukup untuk memenuhi seluruh jumlah sampel dalam penelitian, maka proses pengambilan sampel diulangi kembali seperti sebelumnya. Dimulai dari melakukan pemilihan secara random terhadap kelurahan lain yang berlokasi di Denpasar Barat (dari hasil simple random, didapatkan kelurahan Dauh Puri), kemudian menentukan TK yang berlokasi di kelurahan tersebut (dari hasil simple random, didapatkan TK Eka Sila). Hasil penjajakan di lapangan menunjukkan hal yang sama seperti sebelumnya, yaitu jumlah sampel di TK Eka Sila juga belum cukup untuk memenuhi seluruh jumlah sampel dalam penelitian, sehingga proses pengambilan sampel diulangi kembali seperti sebelumnya. Dimulai dari melakukan pemilihan secara random terhadap kelurahan lain yang berlokasi di Denpasar Barat (dari hasil simple random, didapatkan kelurahan Pemecutan), kemudian menentukan TK
yang berlokasi di kelurahan tersebut (dari hasil simple random, didapatkan TK Sila Darma). Dari hasil penjajakan di lapangan, ditemukan bahwa jumlah sampel di beberapa TK yang terpilih tersebut telah memenuhi seluruh jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian. Selain dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel penelitian, beberapa TK yang telah terpilih melalui proses di atas juga dijadikan sebagai tempat pelaksanaan penelitian, yaitu pelaksanaan penyebaran skala kepada sampel penelitian yang berada di tempat tersebut. Alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, di mana di dalamnya berisi pertanyaan tentang hal yang akan diukur dalam penelitian untuk diisi oleh responden (Boediono & Koster, 2004). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian, yaitu pengantar, lembar identitas subyek dan pengkategorian status pembacaan dongeng, lembar petunjuk pengisian kuesioner, dan skala agresivitas. Kuesioner penelitian tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran yang telah disertakan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel pembacaan dongeng adalah kuesioner yang berisi pengkategorian status pembacaan dongeng oleh Ibu anak usia dini, yaitu apakah Ibu melakukan pembacaan dongeng dengan tema non kekerasan selama beberapa kali sebelum tidur terhadap anak usia dini atau tidak. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur agresivitas adalah skala agresivitas yang berbentuk kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari item-item pertanyaan tentang agresivitas anak usia dini, yang terdiri dari dua jenis item, yaitu item favorable dan unfavorable. Skala ini disusun oleh peneliti dalam bentuk skala likert (4 alternatif jawaban) untuk mengukur agresivitas anak usia dini dengan mengacu pada beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya, yaitu misalnya teori dari Buss dan Durke (dalam Garcia-Leon, 2008). Blue print penyusunan skala agresivitas disertakan pada halaman lampiran. Sebelum diterapkan pada responden penelitian yang sebenarnya, alat ukur ini diujicobakan terlebih dahulu kepada 90 orang responden (Ibu anak usia dini) untuk mengetahui kesahihannya. Diperlukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas alat ukur untuk mengetahui kesahihannya. Uji coba kesahihan alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji validitas isi, validitas konstruk, dan reliabilitas konsistensi internal. Pengujian validitas isi dilakukan dengan menggunakan teknik professional adjustment yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Pengujian validitas konstruk dan reliabilitas konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach’s alpha yang terdapat pada program SPSS versi 16.0 for windows. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 7 sampai dengan 20 November 2012.
219
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. Program SPSS versi 16.0 for windows digunakan untuk membantu melakukan analisis uji beda. Dalam penelitian ini juga akan dihitung dan ditentukan mengenai kategori skor agresivitas anak usia dini, untuk kemudian ditentukan rentangnya dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Perhitungannya dilakukan dengan rumus pengkategorian skor dari Azwar (2000), yaitu:
Metode pengumpulan data Pengumpulan data perlu dilakukan dengan baik dalam suatu penelitian, karena kualitas data dalam penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengumpul data atau alat ukurnya (Suryabrata, 2000). Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap dua variabel penelitian, yaitu pembacaan dongeng dan agresivitas. Data dikumpulkan dari 92 orang responden (Ibu anak usia dini) di beberapa TK di Denpasar yang terpilih secara acak. Data mengenai pembacaan dongeng diperoleh melalui pengukuran atau pengkategorian status pembacaan dongeng oleh Ibu anak usia dini, yaitu apakah Ibu melakukan pembacaan dongeng dengan tema non kekerasan selama beberapa kali sebelum tidur terhadap anak usia dini atau tidak. Pengukuran atau pengkategorian ini dilakukan dengan meminta Ibu untuk memberi tanda centang (√) pada salah satu kotak pilihan status pembacaan dongeng pada anak yang disediakan di lembar kuesioner. Data mengenai agresivitas diperoleh melalui pengukuran agresivitas dengan menggunakan skala agresivitas yang berbentuk kuesioner. Kuesioner agresivitas disusun dalam bentuk skala likert (dengan empat alternatif jawaban) yang berisi item-item favorable dan unfavorable yang digunakan untuk mengukur agresivitas anak usia dini. Penggunaan skala likert dengan empat alternatif jawaban tersebut (dari rentang angka 1 sampai dengan angka 4) dilakukan untuk menghindari adanya angka jawaban yang terletak di tengah rentangan yang dapat memunculkan kecenderungan responden dalam menjawab angka yang berada di tengah rentangan (Widhiarso, 2010). Skala agresivitas diisi oleh responden penelitian sesuai dengan keadaannya dan keadaan anak usia dini yang diasuhnya.
2.
Uji asumsi data penelitian Uji asumsi data penelitian merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi dan dilakukan jika peneliti ingin menganalisis data penelitiannya secara parametrik (Gunung, 2000). Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas (untuk membandingkan persebaran data dalam suatu penelitian dengan kurva distribusi normal) dan uji homogenitas (untuk mengetahui keadaan varians skor sebuah variabel dalam penelitian yang diukur pada tiap kelompok yang diuji, yaitu apakah keadaannya tersebut relatif sama atau tidak sama) (Boediono & Koster, 2004; Widhiarso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan KolmogorovSmirnov, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test of Equality of Error Variances. HASIL PENELITIAN Hasil analisis terhadap data yang telah terkumpul dalam penelitian dilampirkan pada halaman lampiran dan juga dijabarkan pada pembahasan sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil uji coba alat ukur penelitian Aspek yang diuji dari alat ukur yang digunakan pada penelitian adalah validitas isi, validitas konstruk, dan reliabilitas alat ukur. Dari pengujian validitas isi, ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa item di kuesioner skala agresivitas yang disusun dengan menggunakan tata bahasa yang kurang efektif, yaitu terlalu panjang dan kurang baku, sehingga cukup sulit untuk dimengerti. Meninjau hasil ini, peneliti memperbaiki kuesioner dengan menyusun kembali tatanan bahasa beberapa item yang dinyatakan cukup sulit untuk dimengerti. Dari hasil pengujian validitas konstruk melalui program SPSS versi 16.0 for windows, ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa berdasarkan pada pedoman nilai toleransi koefisien korelasi item total minimal sebesar 0,3, maka diperoleh 6 item gugur dan 68 item valid dari 74 item pada skala agresivitas. Nilai korelasi antara skor-skor item dengan skor total pada skala agresivitas tersebut berada dalam rentang antara 0,317-0,983. Dari hasil pengujian reliabilitas dengan metode cronbach’s alpha di program SPSS versi 16.0 for windows, ditemukan hasil yang menyatakan
Teknik analisis data 1. Metode analisis data Menurut Suryabrata (2000) dan Hasan, yang tertera pada Susilowati (2010), aktivitas yang dilakukan dalam mengolah data yang terkumpul dalam penelitian menjadi urutan atau kategori disebut proses analisis data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian perlu dianalisis untuk memberikan makna kepadanya, sehingga mampu menjawab masalah yang ditetapkan dalam penelitian. Analisis yang diterapkan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah analisis uji beda (uji independent samples t test). Uji beda berfungsi untuk menguji rerata pada dua kelompok sampel yang saling berbeda satu sama lain, apakah terdapat perbedaan rerata di antara kedua kelompok tersebut (Riduwan & Sunarto, 2009). Analisis ini digunakan untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif (ha) penelitian, yaitu mengenai perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak
220
DONGENG SEBELUM TIDUR
bahwa nilai koefisien alfa (α) skala agresivitas adalah 0,989. Berdasarkan pedoman nilai toleransi koefisien reliabilitas yang dapat diterima, nilai koefisien alfa yang mendekati angka 1 tersebut menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang sangat baik, dan layak digunakan dalam penelitian yang sebenarnya. 2. Hasil uji asumsi Hasil uji normalitas data yang dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS versi 16.0 for windows menunjukkan nilai signifikansi dengan probabilitas (p) sebesar 0,200 pada kedua kelompok subyek penelitian. Meninjau hasil tersebut, maka berdasarkan pedoman penentuan normalitas data (data dianggap normal jika nilai signifikansi >0,05), dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas data yang dilakukan dengan menggunakan Levene test pada program SPSS versi 16.0 for windows menunjukkan nilai signifikansi dengan probabilitas (p) sebesar 0,086. Meninjau hasil tersebut, maka berdasarkan pedoman penentuan homogenitas data (data dianggap homogen jika nilai signifikansi p >0,05), dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini bersifat homogen. 3. Hasil uji perbedaan Hasil uji perbedaan rerata skor agresivitas pada dua kelompok anak usia dini, yaitu anak usia dini yang dibacakan dongeng dan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu, dilakukan dengan menggunakan metode analisis independent samples t test pada program SPSS versi 16.0 for windows. Hasil uji perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi p sebesar 0,000 (p < 0,05) pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji beda ini digunakan untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif (ha) yang diajukan dalam penelitian. Pedoman penentuan penerimaan atau penolakan ha menyatakan bahwa jika nilai signifikansi p <0,05, maka ha diterima, dan jika nilai signifikansi p >0,05, maka ha ditolak. Berdasarkan pedoman tersebut, maka disimpulkan bahwa nilai signifikansi p sebesar 0,000 yang dihasilkan oleh uji beda independent samples t test mengindikasikan adanya penerimaan terhadap hipotesis alternatif penelitian, yang menyatakan bahwa “ada perbedaan agresivitas pada anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu”. Lebih jelasnya, pada halaman lampiran telah disertakan penggambaran perbedaan agresivitas pada kedua kelompok anak usia dini secara statistik. Terkait dengan hal itu, untuk memperjelas perbedaan agresivitas yang ditemukan pada dua kelompok subyek penelitian, maka dapat diketahui mengenai keterangan atas perbedaan yang muncul tersebut, yaitu keterangan tentang kategori kelompok yang memiliki skor agresivitas dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi. Hasil pengkategorian yang dilakukan dengan menggunakan
rumus yang telah disebutkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dari pengkategorian di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan, kelompok anak usia dini yang dibacakan dongeng memiliki skor agresivitas yang lebih rendah dibandingkan anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng. Distribusi skor agresivitas di masing-masing kategori nilai pada kedua kelompok dan masing-masing kelompok anak usia dini dapat dilihat dalam bentuk grafik yang telah disertakan pada halaman lampiran. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji beda terhadap agresivitas pada dua kelompok anak usia dini yang berbeda dengan menggunakan metode independent samples t test, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi p adalah sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil ini mendukung ha yang diajukan dalam penelitian, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan agresivitas secara signifikan antara anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. Terkait dengan perbedaan tersebut, dari hasil perhitungan rumus kategorisasi skor agresivitas kedua kelompok anak usia dini, diketahui bahwa anak usia dini yang dibacakan dongeng memiliki skor agresivitas yang lebih rendah daripada anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng. Secara umum, perbedaan itu muncul karena terdapatnya beberapa dampak positif yang dihasilkan oleh pembacaan dongeng sebelum tidur, yang berhubungan dengan agresivitas pada anak usia dini (Hayes, 2003; Aprianawati, 2011). Dengan berlandaskan pada keterkaitan tersebut, ditemukan adanya perbedaan agresivitas pada anak yang menerima dampak positif pembacaan dongeng dan pada anak yang tidak menerima dampak positif pembacaan dongeng. Agresivitas merupakan salah satu masalah yang seringkali dialami oleh anak yang berada dalam rentang usia dini (Kadarharutami, 2011; Ostrov, 2006). Hal ini disebabkan karena pada saat anak berusia 4 sampai dengan 6 tahun, anak sering menunjukkan perilaku agresif (Dukes & Smith, 2009; Cummings, Iannoti, & Zahn-Waxler, 1989; Tremblay, 2008; Soerjabrata, 1981). Anak menampilkan perilaku agresifnya karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor normatif perkembangan (Alink dkk., 2006; Dukes & Smith, 2009; Cummings, Iannoti, & Zahn-Waxler, 1989; Haditono, 2006), frustrasi (Papalia, Old, & Feldman, 2008), dominasi emosi negatif (marah) dan kurangnya emosi positif, kurangnya kontrol diri dan emosi (Berkowitz, 2003; Alink dkk., 2006), kurangnya kemampuan verbal (Hayes, 2003), kurangnya 221
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA hubungan yang aman, berkualitas, dan hangat dengan Ibu (Slavin, 2009; Kotch dkk., 2008), kurangnya kemampuan pemecahan masalah (Susanto, 2011), kurangnya kemampuan komunikasi sosial (Mashar, 2011), dan kurangnya penanaman nilai moral (Danandjaja, 2003; Taro, 2008; Aprianawati, 2011; Tim Redaksi Erlangga for Kids, 2012). Menurut Piaget (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008), anak akan menyimpan informasi-informasi tentang perilaku agresif tersebut di skema kognitifnya tentang perilaku agresif. Skema ini akan menuntun anak untuk menampilkan perilaku agresif dalam menyikapi suatu perisitiwa. Agresivitas anak dapat menghasilkan dampak buruk yang berlanjut hingga usia dewasa jika tidak dikendalikan dengan baik (Grotpeter & Crick, 2006; Tremblay dkk., 2004; Hayes, 2003; Nagin & Tremblay, 2001). Pada penelitian ini, agresivitas anak akan dikendalikan oleh dampak positif yang dihasilkan dari suatu upaya pembacaan dongeng sebelum tidur yang dilakukan oleh Ibu kepada anak. Pembacaan dongeng sebagai hal yang dapat mengendalikan agresivitas dilakukan oleh Ibu karena pada umumnya Ibu merupakan pihak yang terdekat secara fisik dan psikologis dengan anak (Abtokhi, 2012; Alink dkk., 2006). Dengan adanya kedekatan tersebut, Ibu memiliki peran yang penting dalam membantu anak mengendalikan agresivitasnya. Dampak positif pembacaan dongeng yang berkaitan dengan pengendalian agresivitas adalah meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial (Buvala, 2012), menanamkan nilai dan moral (Karpman, 1968; Santoso, Harpawati, & Prihartanti, 2009; Bascom, 1954), menumbuhkan rasa aman (Bimo, 2012), mengendalikan atau mengurangi emosi negatif, meningkatkan pengalaman emosi positif dan rasa menyenangkan (Bodkin, 2012; Bascom, 1954), meningkatkan kemampuan verbal (Susanto, 2011), meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Santoso, Harpawati, & Prihartanti, 2009), serta meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan komunikasi yang hangat dan dekat antara anak dengan Ibu (Bimo, 2012). Dalam penelitian ini, dampak positif pembacaan dongeng yang berkaitan dengan pengendalian agresivitas dilihat secara lebih jelas melalui pembatasan fokus penelitian berupa pembacaan dongeng yang dilakukan sebelum tidur. Hal ini disebabkan oleh, pada saat sebelum tidur, keadaan gelombang otak anak berada dalam keadaan alfa, yaitu aktivitas otak dalam keadaan santai tetapi masih terjaga (Wardhana, 2010). Keadaan ini menyebabkan anak mampu menerima dan menyerap hal positif yang terdapat dalam dongeng yang dibacakan secara optimal (Shelov & Kelly, 1991). Dampak positif pembacaan dongeng dapat mengendalikan agresivitas anak usia dini karena dampak positif pembacaan dongeng seperti yang telah disebutkan si atas, memiliki keadaan yang berkebalikan atau berlawanan dengan faktor penyebab munculnya agresivitas. Dengan demikian, dampak positif pembacaan dongeng bertindak
sebagai pelawan, penghalang, atau pengendali keterpaparan anak pada faktor penyebab agresivitas dan pada pemunculan agresivitas itu sendiri. Pernyataan di atas dapat dijelaskan dengan tabel berikut.
Jadi dapat dinyatakan kembali bahwa anak yang dibacakan dongeng, akan menerima dampak positif pembacaan dongeng, di mana dampak tersebut berfungsi sebagai pengendali agresivitas. Hasilnya, anak ini akan memunculkan agresivitas yang rendah. Sedangkan pada anak yang tidak dibacakan dongeng, tidak akan menerima dampak positif pembacaan dongeng, di mana dampak tersebut berfungsi sebagai pengendali agresivitas. Hasilnya, anak ini akan lebih sering memunculkan agresivitas dibanding anak yang dibacakan dongeng dan menerima dampak positif pembacaan dongeng. Berikut ini dijelaskan secara khusus terkait perbedaan tersebut. Tidak seperti anak yang dibacakan dongeng, pada anak yang yang tidak dibacakan dongeng, tidak banyak menerima dampak positif pembacaan dongeng berupa penerimaan emosi positif dan rasa menyenangkan dari dongeng. Anak yang tidak banyak mengalami emosi positif dan menyenangkan tersebut akan lebih rentan terpapar pada emosi marah, frustrasi, dan emosi negatif lainnya yang berkontribusi terhadap munculnya agresivitas (Friedman & Schustack, 2008). Selain itu, pada anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng, juga tidak mengalami dampak positif pembacaan dongeng berupa terjalinnya hubungan yang dekat dan hangat secara lebih intens dengan Ibu. Jika anak usia dini tidak mengalami keadaan tersebut secara mencukupi, maka anak lebih sering mengalami konflik dengan orang di sekitarnya. Hal itu akan meningkatkan kemunculan sikap agresif dan menghambat kemunculan sikap prososial pada anak (Slavin, 2009). Anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng juga tidak menerima dampak positif dongeng berupa penanaman nilai moral luhur yang diperoleh dari peniruan terhadap teladan yang disampaikan oleh penokohan, peristiwa, dan cerita dalam dongeng. Anak yang tidak menerima penanaman nilai moral cenderung tidak memiliki contoh yang menampilkan sikap yang pantas diteladani atau ditirunya dalam berperilaku, serta tidak banyak memiliki pedoman nilai luhur yang menuntunnya untuk menjauhi perilaku agresif. Dengan demikian, dalam menghadapi sesuatu di hidupnya, anak cenderung memilih untuk menampilkan sikap agresif (Berkowitz, 1993; Crick & Dodge, 1996). Selain beberapa dampak positif yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat 222
DONGENG SEBELUM TIDUR
dampak positif lain yang juga dihasilkan oleh pembacaan dongeng sebelum tidur oleh Ibu, yang mana dampak positif tersebut tidak diterima atau diterima dalam jumlah dan intensitas yang lebih sedikit oleh anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng. Dari pembahasan di atas, berikut ini dapat dijelaskan secara umum mengenai perbedaan keadaan yang menyebabkan munculnya perbedaan agresivitas antara dua kelompok anak usia dini dalam penelitian ini. Menurut teori dari Piaget (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008), keadaan skema kognitif anak yang tidak dibacakan dongeng (yang tidak menerima dampak positif pembacaan dongeng) berbeda dengan skema kognitif anak yang dibacakan dongeng (yang menerima dampak positif pembacaan dongeng). Anak yang dibacakan dongeng, yaitu yang menerima dampak positif pembacaan dongeng terkait pengendalian agresivitas, mampu menerima informasi-informasi tentang nilai moral dan contoh perilaku sosial, cara berkomunikasi yang baik, serta sistem kontrol diri dan emosi yang baik. Informasi-informasi ini diperlukan untuk membentuk suatu skema kognitif yang menuntun anak untuk memilih dan memunculkan perilaku sosial atau perilaku non agresif. Selain itu anak juga mampu mengasimilasi atau mengakomodasi informasi-informasi tentang dampak positif dongeng tersebut ke dalam skema perilaku agresif yang telah dimilikinya (skema yang terbentuk akibat meniru contoh perilaku agresif di media dan lingkungan atau akibat faktor perkembangan normatif anak usia dini, dan berfungsi untuk menuntun anak menampilkan perilaku agresif). Adanya informasi-informasi tentang nilai moral dan contoh perilaku sosial, cara berkomunikasi yang baik, serta sistem kontrol diri dan emosi yang baik dalam skema agresifnya tersebut dapat menghambat atau mengendalikan anak dalam memilih dan memunculkan perilaku agresif dari skema itu. Anak yang memiliki penghambat atau pengendali pemunculan perilaku agresif dari skemanya tersebut akan lebih sedikit menunjukkan perilaku agresif dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak yang tidak dibacakan dongeng, yaitu yang tidak menerima dampak positif pembacaan dongeng terkait agresivitas, tidak menerima informasi-informasi tentang nilai moral dan contoh perilaku sosial, cara berkomunikasi yang baik, serta sistem kontrol diri dan emosi yang baik yang dihasilkan dari pembacaan dongeng. Yang mana informasi tentang hal-hal tersebut diperlukan untuk membentuk suatu skema kognitif yang menuntun anak untuk memilih dan memunculkan perilaku sosial atau perilaku non agresif. Akibatnya, anak tidak memiliki skema kognitif yang berisi informasi tentang dampak positif pembacaan dongeng tersebut. Karena ketiadaan skema tentang nilai moral dan contoh perilaku sosial, cara berkomunikasi yang baik, serta sistem kontrol diri dan emosi yang baik, tidak ada yang dapat menuntun anak untuk menampilkan perilaku sosial atau perilaku non agresif.
Dengan demikian, anak menjadi lebih sedikit menampilkan perilaku tersebut. Selain itu, anak yang tidak memperoleh informasi-informasi dampak positif dongeng tentang nilai moral dan contoh perilaku sosial, cara berkomunikasi yang baik, serta sistem kontrol diri dan emosi yang baik, juga tidak mampu mengasimilasi atau mengakomodasi informasiinformasi itu ke dalam skema perilaku agresif yang telah dimilikinya (skema yang terbentuk akibat meniru contoh perilaku agresif di media dan lingkungan atau akibat faktor perkembangan normatif anak usia dini, dan berfungsi sebagai penuntun anak dalam menampilkan perilaku agresif). Akibatnya, skema perilaku agresif anak tetap tidak berkembang dan tidak bertambah dengan contoh perilaku sosial atau perilaku non agresif. Keadaan tersebut menyebabkan anak tidak memiliki hal yang dapat menghambat atau mengendalikan pemilihan dan pemunculan perilaku agresif dari skema perilaku agresifnya. Anak yang tidak memiliki pengendali atau penghambat pemunculan perilaku agresif tersebut akan lebih leluasa dan lebih sering melakukan perilaku agresif dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, agresivitas yang dimunculkan oleh anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng menjadi berbeda dengan yang ditunjukkan oleh anak usia dini yang dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. Secara keseluruhan kembali ditegaskan bahwa, jika dibandingkan dengan kelompok anak usia dini yang dibacakan dongeng, kelompok anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng memiliki skor agresivitas yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan penerimaan dampak positif dongeng terkait pengendalian agresivitas yang diterima oleh kedua kelompok anak, sehingga menimbulkan perbedaan keterpaparan anak terhadap faktor penyebab agresivitas. Dengan demikian, setelah melalui prosedur penelitian seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah mampu mencapai tujuan penelitian seperti yang ditetapkan, yaitu mampu mengetahui bahwa terdapat perbedaan agresivitas antara anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu. KESIMPULAN 1.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis data penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu ada perbedaan yang signifikan pada agresivitas anak usia dini yang dibacakan dongeng dengan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu (dengan nilai signifikansi p = 0,000). Setelah dilakukan perhitungan skor terhadap kedua kelompok anak usia dini, dapat disimpulkan juga bahwa anak usia dini yang dibacakan dongeng memiliki skor agresivitas
223
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA yang lebih rendah dibanding anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng. Kesimpulan di atas dapat dinyatakan karena pada anak usia dini yang dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu, menerima dampak positif yang dihasilkan oleh pembacaan dongeng sebelum tidur yang dilakukan oleh Ibu. Dampak positif tersebut misalnya penanaman nilai moral pada anak, peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada anak, peningkatan kemampuan interaksi anak dengan lingkungannya, peningkatan kualitas hubungan dan interaksi antara anak dengan Ibu, pengendalian emosi negatif dan pemunculan emosi positif dalam diri anak, serta memberikan teladan kepada anak mengenai hal-hal positif untuk mengendalikan anak dari pemunculan perilaku agresif dan menghindarkan anak dari keterpaparan terhadap faktor penyebab munculnya agresivitas. Sebaliknya, pada anak usia dini yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu, tidak menerima dampak positif seperti yang diterima oleh kelompok anak usia dini yang dibacakan dongeng. Dengan demikian, berarti anak tidak memiliki hal yang dapat mengendalikan agresivitasnya dan lebih rentan terpapar pada faktor yang dapat menyebabkan munculnya agresivitas. Hasilnya, anak lebih sering memunculkan agresivitas tersebut dalam perilakunya. Jadi, dengan adanya perbedaan penerimaan dampak positif dongeng yang berkaitan dengan pengendalian agresivitas pada kedua kelompok anak usia dini, yaitu pada anak usia dini yang dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu dan yang tidak dibacakan dongeng sebelum tidur oleh Ibu, maka akan memunculkan perbedaan agresivitas pula di antara kedua kelompok tersebut. 2. Saran Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis saran, yaitu saran praktis yang ditujukan kepada beberapa pihak terkait, dan saran bagi peneliti selanjutnya. Saran praktis ditujukan kepada Ibu anak usia dini, guru TK, dan masyarakat umum. Ibu anak usia dini disarankan untuk melakukan dan meningkatkan pembacaan dongeng kepada anak, serta memperbanyak jenis buku dongeng yang dibacakan kepada anak. Guru TK disarankan untuk menghimbau dan menginformasikan kepada orangtua dari murid TK yang bersekolah di tempatnya mengajar untuk melakukan pembacaan dongeng sebelum tidur kepada anak. Masyarakat umum disarankan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembacaan dongeng kepada anak, yaitu dengan cara menyelenggarakan acara-acara yang melestarikan dongeng di Indonesia. Penelitian ini telah mampu mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan menjawab rumusan masalah seperti yang diungkapkan di awal penelitian, namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melibatkan subyek penelitian dalam jumlah yang lebih banyak dari jumlah subyek
yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk meneliti faktor lain yang terkait dengan agresivitas anak usia dini. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang serupa atau terkait dengan penelitian ini dengan menggunakan metode yang berbeda dan pembatasan yang lebih detail mengenai aspek dongeng. Saran terakhir yang dapat ditujukan kepada peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan responden yang berbeda, yaitu pengasuh anak usia dini selain Ibu. DAFTAR PUSTAKA Abtokhi, A. (2009). Peran ibu dalam kegiatan pendampingan belajar anak melalui prinsip individual learning-centered. Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 4, 2-5. Alink, L. R. A., Mesman, J., Zeijl, J., Stolk, M. N., Juffer F., Koot H. M., et. al. (2006). The early childhood aggression curve: Development of physical aggression in 10-to-50-month-old children. Jurnal Child Development JSTOR, 77, 954-966. Aprianawati, R. B. (2011). Pengaruh dongeng terhadap kecerdasan emosi anak prasekolah. Tesis psikologi yang tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bascom, W. (1954). Four functions of folklore. Jurnal American Folklore, 67, 333-349. Berkowitz, L. (1993). Motivation and emotion: Pain and aggression some findings and implication. Jurnal Springer, 17, 277-293. Bigner, J. J. (1979). Parent-child relations: An introduction to parenting. New York: Macmillan Publishing Co. Bimo. (2012). Teknik bercerita untuk anak usia dini [Electronic version]. 1-4, dari http://kakbimo.wordpress.com/makalahringkas/ Bodkin, O. (2012). Telling stories to your kids, part three [Electronic version]. Storyteller, 181, 1-2, dari http://www.storyteller.net/tellers/obodkin Boediono, & Koster W. (2004). Teori dan aplikasi statistika dan probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Briawan D., & Herawati T. (2008). Peran stimulasi orangtua terhadap perkembangan anak balita keluarga miskin. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 1, 64-74. Burger, J. M. (2008). Personality (7th ed.). Belmont: Wadsworth. Bushman, B. J., Cooper, H. M., & Lemke, K. M. (1991). Metaanalysis of factor analyses: an ilustration using the bussdurkee hostility inventory. Jurnal Society for Personality and Social Psychology University of Missouri, 17, 1-4. Buvala, K. S. (2012). What are the benefits of storytelling [Electronic version]. Storyteller, 312, 1-2, dari http://www.storyteller.net/articles/312
224
DONGENG SEBELUM TIDUR
Calkins, S. D., & Fox, N. A. (2002). Self-regulatory processes in early personality development: A multilevel approach to the study of childhood social withdrawal and aggression. Jurnal Development and Psychopathology Cambridge University, 14, 2-10.
Hariastuti, R. T., & Saman, A. (2007). Mengembangkan kecerdasan emosional anak. Jurnal Pendidikan Dasar Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Makassar, 8, 2-8. Hayes, E. (2003). Tantrum: Panduan memahami dan mengatasi ledakan emosi anak (Wahyuni R. K., pen.). Jakarta: Erlangga.
Cohen, D. (2006). The development of play (3rd ed.). New York: Routledge. Crawford, I. M. (1990). Area sampling [Electronic version]. 3-5, dari http://www.fao.org/docrep/W3241E/w3241e08.htm
Hertinjung, W. S., & Partini. (2010). Gangguan perilaku pada anak sd ditinjau dari ekspresi emosi ibu. Jurnal Sosial Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 6, 9-10.
Crick, N. R., & Dodge, K. A. (1996). Social information processing mechanisms in rective and proactive aggression. Jurnal Child Development JSTOR, 67, 993-1002.
Hughes, L. (2002). Paving pathways: Child and adolescent development. Belmont: Wadsworth. Istiqomah, U. (2005). Panduan praktis berdasarkan penelitian selama 6 tahun: Merawat dan mendidik anak. Surakarta: Widya Duta Grafika.
Cummings, E. M., Iannoti R. J., & Zahn-Waxler, C. (1989). Aggression between peers in early childhood: Individual continuity and development change. Jurnal Child Development JSTOR, 60, 887-895.
Kadarharutami, A. (2011). Sukses mengasuh anak usia 3-6 tahun. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional.
Cutspec, P. A. (2006). Oral storytelling within the context of the parent-child relationship. Jurnal Perkembangan East Tennessee State University, 1, 1-7.
Kalat, J. W. (2005). Introduction psychology (7th ed.). Belmont: Thomson Learning.
Danandjaja, J. (2003). Folklor america: Cermin multikultural yang manunggal. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Dodge, K. A. (1980). Social cognition and children aggressive behavior. Jurnal Child Development JSTOR, 51, 162-170.
Karpman, S. B. (1968). Fairy tales and script drama analysis [Electronic version]. DramaTriangle, 1, dari http://karpmandramatriangle.com/pdf/DramaTriangle.pdf
Dukes, C., & Smith, M. (2009). Cara mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa pada anak prasekolah (Wasi Dewanto, pen.). London: Asage.
Kleinbaum, H. J. E., & Miller, P. (1985). Design methodology to randomized clinical trials: Family health international. North Carolina: Research Triangel Park.
Fadhilah, R. N. (2012). Pengaruh dongeng bertema sosial terhadap tingkat empati anak di tk kusuma harapan pabrik gula (pg) krembung sidoarjo. Skripsi psikologi yang tidak diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kotch, J. B., Lewis, T. Hussey, J. M., English D., Thompson R., & Litrownik, A. J. (2008). Importance of early neglect for childhood aggression. Jurnal Pediatrics, 121, 7-10. Kutner, L. (1991). Parent and child: Getting through to each other. New York: Avon Books.
Febriana, & Sarwono, S. W. (2008). Pengalaman dan pemahaman dongeng siswa kelas IV sd dari golongan sosial-ekonomi berbeda. Jurnal Psikologi Universitas Indonesia, 14, 2-3.
Lein, L., & O’Donnell, L. (1994). Anak: Bagaimana mengasuh anak dan pengaruh anak bagi kehidupan orangtuanya (Tim Kanisius, pen.). Yogyakarta: Kanisius.
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7th ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Gamayanti, I. L. (2003). Si pembuat onar. Familia: Perilaku anak usia dini kasus dan pemecahannya (pp. 134). Yogyakarta: Kanisius.
Montaquila, J. M., Brick, J. M., & Curtin, L. R. (2010). Statistical and practical issues in the design of a national probability sample of births for the vanguard study of the national children's study. Artikel Stat Med, 1-5.
Garcia-Leon, A., Reyes, G. A., Vila J., Perez, N., Robles H., & Ramos, M. M. (2002). The aggression questionnaire: A validation study in student samples. Jurnal Psikologi Spanyol, 5, 45-53.
Munandar, S. C. U. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah petunjuk bagi para guru dan orangtua. Jakarta: Gramedia.
Grotpeter, J. K., & Crick, N. R. (1996). Relational aggression, overt aggression, and friendship. Jurnal Child Development JSTOR, 67, 2328-2338.
Myers, D. G. (2012). Exploring social psychology sixth edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Gunung, I. K. (2000). Handout-2 pedoman spss v:11.5 (3rd ed.). Denpasar: Fakultas Kedokteran UNUD.
Nuraeni, I. (2010). Dongeng dalam persepsi orangtua dan anak. Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tadulako Palu, 10, 2-11.
Haditono, S. R. (2006). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ostrov, J. M. (2006). Deception and subtypes of aggression during early childhood. Jurnal Experimental Child Psychology Elsevier, 22, 2-4. 225
D. J. P. K. HEDO DAN H. SUDHANA 68 mondokan. Skripsi pendidikan anak usia dini yang tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ostrov, J. M. (2007). Forms of aggression and peer victimization during early childhood: A short-term longitudinal study. Jurnal Abnormal Child Psychology Springer, 3, 2-4.
Taro, M. (2008). Dongeng-dongeng sepanjang abad. Denpasar: Sanggar Kukuruyuk dan Arti Foundation.
Ostrov, J. M., Gentile, D. A., & Crick, N. R. (2006). Media exposure, aggression and prosocial behavior during early childhood: A longitudinal study. Jurnal Social Development, 4-8.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial (12th ed.). (Tri Wibowo, pen.). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Pocock. (1983). Clinical trials: A practical approach. New York: John Wiley and Sons.
Tim Redaksi Erlangga for Kids. (2012). 12 manfaat membacakan cerita untuk anak [Electronic version]. 1, 1-6, dari http://erlanggaforkids.com/read-a-story/manfaat-read-astory.html
Prakoso, A. (2007). Mulailah mendongeng, sekarang juga [Electronic version], 10, 1-2, dari http://wongawam.blogspot.com/2003/10/aa.html Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus besar bahasa Indonesia (4th ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tim Redaksi Kompasiana (2011). Perilaku agresif: Penyebab dan penanganannya [Electronic version]. 1-2, dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dananak/2011/11/16/perilaku-agresif-penyebab-danpenanganannya/
Ratnawati, E. (2010). Peningkatan kemampuan berbicara melalui dongeng dalam pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas 1 sekolah dasar negeri 2 bendosari kecamatan sawit kabupaten boyolali. Skripsi ilmu pendidikan yang tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tim Redaksi Kompasiana. (2011). Trik and tips dalam mendongeng untuk anak [Electronic version]. 1, 1-7, dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dananak/2011/04/12/trik-and-tips-dalam-mendongeng-untukanak/
Riduwan, & Sunarto. (2009). Pengantar statistika untuk penelitian: Pendidikan, sosial, komunikasi, ekonomi, dan bisnis (2nd ed.). Bandung: Alfabeta.
Tremblay, R. E. (2008). Understanding development and prevention of chronic physical aggression: Towards experimental epigenetic studies. Jurnal The Neurobiology of Violence: Implication for Prevention and Treatment, 2613-2622.
Rubin, K. H., Chen, X., & Hymel, S. (1993). Socioemotional characteristic of withdrawn and aggressive children. Jurnal Merrill-Palmer Quarterly, 39, 518-534.
Tremblay, R. E., Nagin, D. S., Seguin, J. R., Zoccolillo, M., Zelazo, P. D., Boivin M., et. al. (2004). Physical aggression during childhood: Trajectories and predictors. Jurnal American Academy of Pediatrics, 114, 44-48.
Santoso, T., Harpawati, T., & Prihartanti, N. (2009). Mendidik tanpa menggurui melalui dongeng anak. Jurnal Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta dan Fakultas Psikologi UMS Surakarta, 7, 1-2.
Wardhana, M. (2010). Pengantar psikoneuroimunologi. Denpasar: Yayasan Institut Bhaktivedanta Indonesia.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup (Juda Damanik, pen.). Jakarta: Erlangga.
Widhiarso, W. (2010). Pengembangan skala psikologi: Lima kategori respons atau empat kategori respons. Artikel Psikologi UGM, 1, 1-3.
Seefeldt, C., & Wasik, B. (2008). Pendidikan anak usia dini (Pius Nasar, pen.). New Jersey: Pearson. Setiawan, A. (2009). Mengatasi prilaku agresif pada siswa. Artikel Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia, 25. Shelov, S., & Kelly, J. (1991). Raising your type a child. New York: Pocket Books. Slavin, R. E. (2009). Educational psychology: Theory and practice (9th ed.). New Jersey: Pearson. Soekamta, K. H. (2003). Melatih kepekaan anak. Familia: Perilaku anak usia dini kasus dan pemecahannya (pp. 82-84). Yogyakarta: Kanisius. Soerjabrata, S. (1981). Psikologi Yogyakarta: Rake Press.
perkembangan
(3rd
ed.).
Suryabrata, S. (2000). Metodologi penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Susilowati. (2010). Peningkatan kreativitas anak usia dini melalui cerita bergambar pada anak didik kelompok b tk bhayangkari 226