PERBANDINGAN STRATEGI PERANG UHUD DAN PERANG KHANDAQ DENGAN STRATEGI PERANG YOM KIPPUR Oleh: Runalan* Firman** Program Studi Pendidikan Sejarah-FKIP-UNIGAL ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan strategi secara kesatuan dari kedua perang (Uhud dan Khandaq), baik strategi perang yang digunakan oleh pihak Muslimin ataupun strategi yang digunakan oleh pihak musuh kemudian dibandingkan dengan strategi Perang Yom Kippur, baik strategi yang digunakan oleh Negara-negara Arab ataupun strategi perang yang digunakan oleh Negara Israel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah atau historis. Adapun langkah-langkah penelitian sejarah atau historis tersebut meliputi: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Uhud adalah peperangan yang dilakukan oleh pasukan Kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad melawan gabungan beberapa suku Arab yang dipimpin oleh Suku Quraisy. Dalam perang ini pasukan Muslimin menggunakan strategi perang Khamis dan penempatan lima puluh pasukan pemanah di lereng Gunung Uhud untuk menguasai medan pertempuran. Sedangkan pasukan Quraisy menggunakan taktik memutar balik dengan berputar arah mengelilingi Gunung Uhud untuk menyerang balik pasukan muslimin dari depan dan belakang. Selain perang Uhud terjadi juga perang Khandaq, dalam perang ini Pasukan gabungan Quraisy, Yahudi, dan beberapa sekutu lainnya menyerang kota madinah, namun Nabi Muhammad mempertahankan kota Madinah dengan menggunakan strategi pembuatan Parit dan benteng-benteng pertahanan sehingga pasukan gabungan Quraisy kembali ke Mekkah dengan kekalahan. Berbagai strategi perang yang digunakan dalam dua perang tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan strategi perang yang diterapkan dalam perang antara negara Israel dengan negara-negara Arab khususnya dalam perang Yom Kippur 1973. Diantara persamaan strategi antara perang Uhud dan Khandaq dengan perang Yom Kippur adalah strategi penguasaan dan pemanfaatan medan, penempatan pasukan Udara, memutar arah untuk menyerang musuh dari belakang, penggalian parit, pembuatan benteng dan lain-lain. Strategi perang yang baik adalah strategi perang yang dapat mengalahkan musuh dengan efektif dan efesien di medan pertempuran. Sedangkan strategi perang yang paling baik adalah menghindari pertempuran yang memakan banyak korban dengan berjalan seiringan menciptakan perdamaian. Dengan menganalisa perbandingan strategi dari ketiga perang diatas diharapkan memberi manfaat bagi pasukan tentara bangsa kita agar mampu mempertahankan keutuhan NKRI. Kata Kunci: Strategi Perang, Uhud & Khandaq, Yom Kippur PENDAHULUAN Perjalanan dunia ini sangatlah dinamis, penuh dinamika dan terkadang manusia tidak bisa mengelak dari sebuah peristiwa yang sebenarnya manusia itu sendiri sudah pernah mengalami, mengetahuinya ataupun karena sudah terjadi terhadap nenek moyang sebelumnya. Mungkin manusia bisa menepuk dada dan bertepuk tangan ketika peristiwa tersebut sudah terjadi dan menghasilkan serta membawa kemaslahatan terhadap umat manusia dan peradabanya. Namun apa jadinya bila peristiwa tersebut malah membawa manusia pada kejadian sebaliknya, penderitaan,
kesengsaraan, korban jiwa, memperburuk peradaban bahkan memusnahkan peradaban itu sendiri. Peperangan adalah salah satu peristiwa besar yang disadari atau tidak berpengaruh terhadap perjalanan peradaban suatu bangsa pada khususnya dan manusia pada umumnya. Mungkin kita masih ingat dan bisa membayangkan tegangnya Perang Dingin, dahsyatnya Bom Atom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, lelahnya Perang Salib, ngerinya invansi Jengis Khan, tragisnya Perang Teluk, Perang Etnis di beberapa wilayah, Perang Dunia Satu dan Dua, serta berbagai
Halaman | 173
peperangan di berbagai negara mulai dari perang klasik yang bersifat tradisonal sampai perang Modern diberbagai kawasan dan bangsa di dunia. Peperangan tentu membawa dampak, baik dampak positif maupun negatif, mungkin dengan peperangan Israel bisa mendirikan Negara dan mempertahankanya namun sebaliknya berbeda bagi palestina yang rakyatnya tidak bisa menjalani hidup dengan layak, mungkin dengan peperangan Jerman bisa bejaya dan berkuasa namun berbeda dengan negara tetangga seperti polandia dan penduduk minoritas seperti Etnis Yahudi yang menjadi korban kebiadan dari sebuah peperangan. Namun ada juga dari sebuah peperangan memiliki dampak yang begitu luar biasa, baik bagi yang melakukan penyerangan ataupun bagi yang diserang, mungkin kebanyakan peperangan hanya menguntungkan bagi yang melakukan eksvansi dan memenangkannya (tapi tidak semua) seperti beberapa penaklukan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan sahabatnya ke berbagai wilayah Jazirah Arab, Persia, Afrika dan Eropa, penyerangan tersebut menimbulkan kemajuan dalam hal peradaban dan kesejahtraan baik bagi pasukan Muhammad ataupun bagi daerah yang ditaklukannya, tidak banyak kerusakan dan penghancuran. Berbeda dengan peperangan lainnya, sebagai contoh penulis tidak bisa menjamin setelah perang teluk setengah dari bangunan dan fasilitas umum di wilayah perang tidak rusak atau hancur, berapa dollar kerugian dari Perang Dunia Satu dan Dua, berapa Poundsterling yang harus dibayar dari Perang Salib, penghancuran dan pemusnahan yang dilakukan Jengis Khan, atau diwilayah konflik yang tidak ada ujungnya antara Israel dan sebagian Negara Arab, banyak sekali fasilitas umum yang hancur. Pada akhirnya peperangan adalah sebuah cara atau metode untuk merebut, mempertahankan bahkan meluaskan kekuasaan oleh seorang penguasa. Karena dalam sebuah peperangan semua pihak pasti menggunakan strategi perang yang terbaik menurut pemahaman dan pendapat mereka masingmasing. Maka tidaklah heran bila Niccolo Machievelli dalam bukunya The Prince yang diterbitan tahun 1532 membuat sebuah pernyataan; “Oleh karena itu, seorang penguasa tidak memiliki tujuan atau pikiran lain atau mempelajari hal lain kecuali perang dan pengorganisasian serta disiplin yang diperlukannya, karena perang adalah satu
satunya seni yang diperlukan oleh seorang yang memegang kekuasaan”. Mungkinkah ada optimisme dunia tanpa peperangan dan senjata yang mematikan seperti harapan yang pernah muncul pada akhir abad ke sembilan belas. Pada akhirnya bahwa perang suatu saat tidak akan diperlukan tampaknya tidak beralasan, dan kita dipaksa untuk merenungkan kemungkinan bahwa setiap generasi harus berhadapan dengan kejahatannya sendiri (Samuel Wilard Crompton: 1997: 7). Dalam sebuah surat Benjamin Franklin yang ditugaskan kepada sahabatnya, Josiah Qumey, beberapa hari setelah ia menandatangani perjanjian yang mengakhiri Perang Revolusi berkata; “Sesungguhnya tidak pernah ada perang yang baik atau perdamaian yang buruk” (Samuel Wilard Cropton: 1997). Namun pada kenyataannya sekarang di berbagai negara dan kawasan khususnya kawasan dan negara yang sedang di landa konflik ataupun rawan terjadinya konflik pasti disana ada pasukan negara adikuasa dan sekutunya. Banyak sekali di jumpai, terdengar, dan terlihat berbagai perstiwa peperangan, namun perang bukanlah semata-mata berhadaphadapan, adu pedang dan tombak serta membidik musuh dengan busur panah (kalau perang klasik) dan juga bukan hanya menenteng senjata otomatis, mengendarai tank-tank tempur yang berisikan senapan serbu dan rudal darat ke udara misalnya, atau mengendarai pesawat jetjet canggih yang tinggal membidik sasaran dan menekan tombol (perang modern). Peperangan juga dibutuhkan strategi dan taktik bagaimana caranya agar bisa memenangkan peperangan tersebut. Selain profesionalisme pasukan, persenjataan lengkap dan canggih, namun juga diperlukan taktik yang efektif, penguasaan medan dan faktor teknis lainnya sangat diperlukan baik sedang dalam posisi bertahan (divensif) ataupun dalam keadaan menyerang (opensif). Tokoh-tokoh yang ahli dalam strategi perang, sebut saja Cyrus II (600-529 SM) dari Kerajaan Persia seorang pemimpin besar Dunia Kuno yang menaklukan Lidia (Turki sekarang), dan Babilonia (Irak sekarang), kemudian kita kenal juga Alexander Yang Agung (356-323 SM) putra Philip dari Makedonia dengan strateginya mampu menaklukan Asia kecil Kerajaan Persia dan berbagai daerah di Eropa dan Asia. Kemudian ada Jengis Khan (12061227), Sun Tzu, serta beberapa kaisar dan
Halaman | 174
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
Jendral dari Romawi, Britania Raya, Hongaria, dan di Dunia Arab kita kenal para strategi dan pracik perang yang muncul setelah lahirnya kekuatan besar Dunia (selain Romawi dan Persia) yaitu Islam yang dibawa dan disebarkan oleh Nabi yang bernama Muhammad serta para sahabat dan penerusnya seperti Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Salman Alfarizi (dengan strategi paritnya dalam Perang Khandak), dan banyak lagi para tokoh yang ahli dalam strategi perang baik dari zaman klasik sampai zaman modern, dibelahan dunia barat maupun dunia timur yang degan strategi perang mereka masing-masing mampu merubah situasi perang secara efektif dan efisien dan membawa perubahan yang signifikan bagi peradaban bangsa mereka masing-masing. Dengan taktik perang yang efektif dan efisien kita bisa melihat kenyataan bahwa pasukan Quraisy sudah tidak ada harapan lagi kelihatannya dalam perang Uhud, namun berkat kesigapan dan pemanfaatan peluang yang tepat oleh Khalid bin Walid mereka akhirnya bisa membalikan situasi, kemudian bagaimana bisa sepuluh ribu pasukan persekutuan Yahudi Madinah, Quraisy dan Suku-suku Arab lainnya tidak bisa menghancurkan Kota Madinah yang hanya di perkuat oleh seribu pasukan (dalam Perang Khandak). Inilah taktik dan strategi perang yang efektif dan efisien yang diterapkan oleh Muhammad dari ide sahabatnya Salman Alfarisi. Kemudian kitapun bisa menyaksikan kenyataan tank-tank Suriah dan negara-negara Arab lainnya seperti Mesir dan Yordania tidak mampu menghasilkan apa-apa menghadapi pasukan Israel dalam Perang Kemerdekaan negara tersebut baik dalam Perang Enam Hari, Perang Yom Kippur, perebutan Dataram Tinggi Golan dan perang-perang lainnya antara negaranegara Arab dengan Negara Israel sampai sekarang. Penulis sangat terkesan akan perstiwa perang pada masa Nabi Muhammad, khususnya Perang Khandak dan Perang Uhud serta perang antara gabungan Bangsa Arab menyerang Israel, khususnya dalam Perang Yom Kippur. Bagaimana jadinya Kota Madinah yang begitu kecil pada waktu itu dikepung oleh gabungan persekutuan Yahudi Bani Nadhir, Quraisy dan Suku-suku Arab lainya bisa mempertahankan diri, begitupun Negara Israel yang sangat kecil dan baru berdiri mampu bertahan dari serangan gabungan Bangsa-bangsa Arab bahkan mampu
membalikan keadaan. Tentu in bukanlah sebuah kebetulan atau semata-mata pertolongan dari Tuhan. Namun dibalik itu semua ada usaha manusia sebagai yang rasional dan dapat diukur secara logis, seperti penerapan strategi dalam berperang atau hal lainnya. Penulis menegaskan dalam kajian ini bukan untuk membandingkan antara Perang Uhud, Perang Khandaq dan Perang Yom Kippur secara terpisah antara ketiganya atau bukan pula untuk membandingkan kecerdikan dari para pemimpin, jendral dan perwira perang dari ketiga perang tersebut. Dalam hal ini penulis bermaksud membandingkan strategi secara kesatuan dari kedua perang (Uhud dan Khandaq), baik strategi perang yang digunakan oleh pihak Muslimin ataupun strategi yang digunakan oleh pihak musuh kemudian dibandingkan dengan strategi Perang Yom Kippur, baik strategi yang digunakan oleh Negara-negara Arab ataupun strategi perang yang digunakan oleh Negara Israel.
METODE PENELITIAN Untuk menguji hipotesis yang diajukan di atas serta pelaksanaan pengumpulan data dalam rangka penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Menurut Ernst Bernheim dalam bukunya “lehrbuch der histirischen methode und der geschitsphi losophie” (Ismaun, 1988: 37). Dengan teknik studi literatur kegiatan metode penelitian sejarah langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Heuristik Melakukan kegiatan dan menghimpun buku-buku sumber dari buku-buku sumber sejarah yang ada kaitannya dengan pokok masalah yang dibahas. 2. Kritik dan Verifikasi Melakukan kritik terhadap sumbersumber tadi, untuk menilai sampai sejauh mana kebenaran sumber tersebut, yaitu melalui kritik ekstern dan kritik intern 3. Interpretasi Menarik berbagai fakta yang didapatkan dari sumber-sumber itu untuk kemudian dirangkaikannya dengan cara dihubunghubungkan antara satu fakta dengan fakta yang lainnya, sehingga menjadi kesatuan yang selaras dan masuk akal.
Halaman | 175
4. Historiografi Memberi bentuk kepada sejarah dengan menyajikan cerita dan fungsi-fungsi tertentu terhadap fakta-fakta dalam rangkaian dan kombinasi hubungan antara fakta-fakta diatas, terutama yang berkaitan dengan judul Penelitian. PEMBAHASAN Perbandingan Strategi Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia Strategi Perang dapat diartikan kedalam empat pengertian sebagai berikut; (1). Ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya Bangsa (bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai, (2). Ilmu dan seni memimpin balatentara untuk mengahadapi musuh di perang, dikondisi yang menguntungkan, sebagai komandan ia memang menguasai betul seorang perwira di medan perang, (3). Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, (4). Tempat yang baik menurut siasat perang komunikasi sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi... nasional, seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan berbagai kekuatan nasional, baik dimasa damai maupun dimasa perang, untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh politisi Nasional. (KBBI, 1995: 964). Lembaga berwenang yang bertugas melakukan atau yang memiliki standar untuk penilaian strategi perang dari dua perang atau lebih, kemudian dipilih salah satu yang terbaik atau yang paling berhasil, tentunya belum ada. Kemudian bagaimana jika ingin membandingkan strategi perang yang paling baik dari dua atau lebih peperangan atau strategi perang? Beberapa kriteria atau indikator bisa dijadikan acuan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penilaian kemudian menemukan jawabannya. Diantara indikator atau kriteria untuk dijadikan standar penilaian strategi perang yang paling berhasil dan baik diantaranya harus memperhatikan beberapa hal dibawah ini; 1. Ajaran Agama 2. Hak Asasi Manusia 3. Adat istiadat atau kebudayaan di daerah itu sendiri 4. Hukum Humaniter Internasional 5. Konvensi Jenewa (1949) dan Konvensi Den Hag I-IV
6. Konvensi-konvensi lain yang disepakati bersama Sehingga bila dalam sebuah peperangan tidak mengindahkan poin-point diatas, walaupun memenangkan pertempuran maka strategi perang yang mereka gunakan tidaklah bisa dianggap baik atau berhasil. Sebetulnya setiap wilayah kebudayaan mempunyai budaya serta aturan masingmasing, begitupun dengan setiap ajaran agama di seluruh dunia memiliki aturan dan ajaran masing-masing. Namun semuanya memiliki pandangan yang sama mengecap peperangan dan penghormatan atas hak hidup orang lain, hanya mungkin caranya yang agak berbeda dan terkadang peperanganpun tidak terelakan. Prinsip utama dalam penggunaan senjata dalam peperangan sebagaimana diatur dalam hukum humaniter adalah bahwa selama perang nilai-nilai kemanusiaan harus dihormati. Tujuannya bukan untuk menolak hak negara untuk melakukan perang atau menggunakan kekuatan senjata untuk mempertahankan diri (self-defence), melainkan untuk membatasi penggunaan senjata oleh suatu negara dalam menggunakan hak berperang tersebut untuk mencegah penderitaan dan kerusakan yang berlebihan dan yang tidak sesuai dengan tujuan militer. Dengan demikian hukum humaniter ditujukan untuk melindungi beberapa kategori dari orang-orang yang tidak atau tidak lagi turut serta dalam pertempuran serta untuk membatasi alat dan cara berperang. Berdasarkan tujuan ini, hukum humaniter mengatur dua hal pokok yaitu: 1). memberikan alasan bahwa suatu perang dapat dijustifikasi yaitu bahwa perang adalah pilihan terakhir (the last resort), sebab atau alasan yang benar (just cause), didasarkan atas mandat politik (keputusan politik, political authority) yang demokratis, dan untuk tujuan yang benar (right intention); 2). Membatasi penggunaan kekuatan bersenjata dalam peperangan atas dasar prinsip proporsionalitas dan diskriminasi (proportionality dan discrimination). Dengan mempertimbangkan kriteria diatas, maka penulis bisa melakukan penilaian yang sifatnya objektif, walaupun waktu antara Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Perang Yom Kippur berbeda jauh. Hal tersebut bisa dilakukan mengingat keenam standar penilaian diatas sifatnya Universal.
Halaman | 176
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
Data dan fakta perbandingan seputar Perang Uhud, Perang Khandaq dengan Perang Yom Kippur bisa dilihat dalam tabel dibawah ini; Tabel 3.1 Perang Uhud dan Khandaq Perang Yom Kippur Yang terlibat Taktik dan Strategi Yang terlibat Taktik dan Strategi Kaum Muslimin - Bersekutu Mesir, Suriah, - Bersekutu (anshar Muhajirin) - Bad Information Irak, Yordania, - Intelejen/mata-mata - Perang Tanding Rakyat Palestina - Ranjau - Strategi Khamis dan lebanon - Penggunaan Senjata canggih - Pesawat tanpa awak Suku Quraisy, Bani - Strategi menyergap Israel dan musuh dari belakang - Strategi menyergap dari Musthaliq, B. sekutunya belakang Haun, B. Kinanah - Mata-mata - Ranjau - Benteng pertahanan dan tihamah, B. - Benteng pertahanan - Pengerahan tiga angkatan Nadir, Gathafan, Pasukan kavaleri perang Murah, B. Salim, - Strategi perang sampai akhir B. Wail, B. Asad, - Pemb. Parit - Pasukan pemanah - dll B. Asyja, B. - Dll Fazarah. Pertempuran dalam Perang Uhud, pasukan Muslimin yang dikomando langsung oleh Nabi Muhammad SAW menggunakan strategi perang yang pernah digunakan dan menjadi model baku dalam strategi perang di kalangan pasukan Muslimin dan bukan dari strategi Bizantium atau daerah lain namun strategi yang biasa digunakan di Jazirah Arab yaitu membagi pasukan kedalam lima bagian, ada pasukan sayap kiri, sayap kanan, pasukan depan, belakang, serta pasukan inti yang kemudian dikenal dengan strategi khamis. Philip K. Hitti dalam bukunya History of The Arabs menjelaskan strategi penempatan pasukan ummat Islam beserta simbolsimbolnya sebagai berikut; Pengelompokan pasukan menjadi pasukan inti, dengan dua sayap mengapit di depan dan belakang telah dikenal sejak masa nabi; bukan berasal dari tradisi bizantium atau sasaniyah. Khamis (yang lima) adalah istilah yang digunakan untuk satuan militer ini. Pasukan berkuda ditempatkan dikedua sayap. Dalam pengelompokan itu, kesatuan yang terdiri atas suku-suku arab dijadikan sebagai pasukan cadangan. Masing-masing suku memiliki ciri masing-masing, misalnya secarik kain yang dilekatkan diujung tombak yang dibawa oleh orang yang paling berani diantara mereka. Diriwayatkan bahwa panji-panji perang nabi bergambar uqub (burung elang). Pasukan infantri bersenjatakan busur, dan panah, ketepel, ada juga yang melengkapi Halaman | 177
diri dengan perisai dan pedang; pedang itu dimasukan kedalam sarungnya yang menjuntai di pundak sebelah kanan. Harbah (pelontar) diperkenalkan kemudian dari abisnia. Senjata utama pasukan berkuda adalah rumh (tombak panjang), yang gagangnya dikenal dalam literatur arab sebagai khaththi diilhami oleh alkhaththi yang berasal dari kawasan pesisir di bahrain, yang pertama menanam bambu yang didatangkan dari india. Disaming busur dan panah, tombak merupakan senjata nasional arab. Pedang yang terbaik adalah pedang buatan india, sehingga sering disebut “hindi”. Perlengkapan pelindung melputi baju zirah, dan perisai. Baju pelindung pasukan arab lebih rngan dibanding baju pelindung tentara bizantium. Formasi tempur yang digunakan oleh tentara arab-muslim masih primitif, yaitu dalam bentuk melintang atau membujur dan berkelompok. Pertempuran dimulai secara individu yang dilakukan oleh para kesatria yang maju keluar dari barisan dan menyampaikan tantangan. Prajurit arab menerima bayaran yang lebih tinggi daripada prajurit Bizantium atau Persia, dan menerima rampasan perang dalam jumlah tertentu keprajuritan bukan hanya profesi yang paling mulia dan membanggakan dimata Allah, tapi juga yang paling menguntungkan. Kekuatan pasukan Arab-Islam bukan terletak pada
keunggulan senjatanya atau kehebatan organisasinya tapi pada semangat moralnya yang lebih tinggi. Dalam hal ini agama bisa dipastikan telah memainkan peran penting untuk membentuk daya tahan mereka -ciri khas putra-putra padang pasir- dan mobilitas yang tinggi, terutama didukung oleh unta yang menjadi alat transfortasi (Philip K. Hitti, 2010: 850). Yang membedakan strategi dalam Perang Uhud adalah penempatan pasukan pemanah, dimana Nabi Muhammad Saw menempatkan pasukan pemanah ini di puncak Bukit Uhud. Pasukan pemanah memang sudah dikenal di daerah Hijaz dari dulu, selain pasukan pemanah ada juga pasukan lainnya seperti pasukan tombak, penunggang Kuda atau Kavaleri, penunggang Unta dan pasukan pejalan kaki, namun biasanya semua pasukan tersebut sejajar. Karena kondisi di Uhud terdiri dari bukit dan lembah maka Nabi Muhammad berinisiatif menguasai Bukit yang dianggapnya memiliki fungsi strategis dengan menempatkan lima puluh pasukan pemanahnya. Dan dengan strategi tersebut terbukti ampuh menghadang bahkan hampir membuat kocar kacir pasukan Quraisy. Namun dari pihak pasukan Quraisypun tidak kalah cerdik, sepasukan kavaleri dibawah komando Khalid bin Walid mampu memanfaatkan keteledoran lima puluh pasukan pemanah muslimin yang melanggar komando Nabi Muhammad untuk tetap tinggal di Bukit Uhud baik dalam keadaan menang ataupun kalah. Khalid bin Walid beserta pasukan kavalerinya berbalik arah memutari pesisir Gunung Uhud dan secara tiba-tiba datang dari belakang pasukan Muslimin. Hal ini mengakibatkan pasukan muslimin diserang dari depan dan belakang sehingga mengakibatkan pasukan muslimin terpojok dan lari kebukit Uhud untuk menyelamatkan diri. Peristiwa seperti halnya dalam perang Uhud terjadi lagi dalam perang antara Israel dan negara-negara Arab, tepatnya ketika perebutan dataran Tinggi Golan antara Israel dan Suriah. Namun dalam perang ini posisi pasukan Israellah yang menguasai Dataran tinggi Golan yang dianggap mereka strategis untuk menghadang pasukan musuh baik pasukan gerilya ataupun pasukan Pemerintah Suriah. Dalam pertempuran itu Israel mampu menguasai dataran Tinggi Golan dan menghancurkan puluhan Tank Suriah.
Strategi perang yang strateginya mirip sekali dengan strategi yang diterapkan Khalid bin Walid dalam perang Uhud terjad juga di Gurun Sinai. Tepatnya ketika Perang Yom Kippur dimana pasukan Mesir dalam pertempuran awalnya dengan pasukan Israel mampu merayakan kemenangan, namun belum berani terus maju melewati celah Milta dan Giddi. Selang beberapa hari Jenderal Israel, Arik Sharon membawa pasukan yang sedikit dan berani menelikung pasukan Mesir, berputar mengitari pasukan Mesir dan berhasil menyerang dari garis pertahanan pasukan Mesir, pasukan Mesirpun dikepung dari depan dan belakang sehingga mengalami kekalahan karena pasokan bantuan dari pusat terpotong oleh pasukan yang dipimpim oleh Jendral Aril Sharon, pasukan ketiga Mesirpun mengalami kekalahan. Kalau saja sepasukan Israel tersebut dapat melihat manuver tersebut pastilah pasukan Mesir mampu menghancurkannya. Pertempuran Khandaq dilihat dari jumlah personel yang terlibat lebih banyak jumlahnya daripada dalam Perang Uhud. Begitupun sekutu yang bergabung lebih banyak, berawal dari dendam sekelompok golongan Yahudi Bani Nadir yang merasa belum terima atas keputusan Nabi Muhammad mengusirnya dari Kota Madinah karena melanggar perjanjian dengan kaum Muslimin, maka mereka mengkonsolidasi pasukan serta mengajak berbagai suku di Arab untuk menyerang Kota Madinah, bak minyak bertemu api golongan Quraisypun menyambut inisiatif tersebut bersama beberapa kabilah lainnya seperti bani Ghatafan, Murah, Salim, Asad, Bani Wail, dan lainnya. Jumlah pasukan gabungan yang akan menyerang Kota Madinah tersebut begitu banyak. Pasukan Muslimin mendengar mengenai jumlah pasukan yang akan menyerang Kota Madinah, maka Nabi Muhammad pun bermusyawarah dan sepakat menggunakan strategi perang atas ide dari Salman Alfarisi dengan menggali parit dan membuat bentengbenteng pertahan disekeliling Kota Madinah yang tidak terhalangi oleh perbukitan. Strategi defensif ini ini memang belum dikenal dikalangan orang-orang Arab dulu. Strategi Parit tersebut terbukti ampuh menghadang berbagai serangan dari pihak musuh yang begitu banyak jumlahnya. Bahkan ratusan penduduk mekkah yang terdiri dari anak-anak, wanita dan lanjut usia dapat terselamatkan. Namun di tengah-tengah pertempuran ada kabar bahwa golongan Yahudi Madinah (Bani
Halaman | 178
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
Quraidzah yang sudah mengadakan perjanjian dengan pihak Muslimin) akan merusak perjanjian tersebut. Secara sigap Nabi Muhammad mengirim mata-mata dan menggunakan strategi adu domba dikalangana para kabilah sekutu. Dengan strategi tersebut Nabi Muhammad berhasil menyelamatkan Kota Madinah. Pihak sekutu kembali ke tempat kabilahnya masing-masing dan golongan Yahudi Madinah Bani Quraizdah mendapat hukuman yang setimpal atas penghianatan mereka dalam perjanjian (Piagam Madinah). Strategi yang diterapkan dalam Perang Khandaq menjadi gambaran dari berbagai strategi perang yang digunakan diwilayah lain dan dimasa setelah Perang Khandaq. Walaupun asal muasal strategi tersebut bukanlah dari Arab namun di negara-negara Arab Modern sering menggunakan strategi tersebut, seperti yang terjadi dalam perang Israel dengan negaranegara Arab khususnya Palestina dewasa ini. Israel membangun tembok pemisah diperbatasan negaranya dengan Palestina dengan alasan untuk melindungi penduduknya dari serangan gerilyawan palestina dan Bom
bunuh diri, begitupun ketegangan yang terjadi antara Iran dan Israel yang disokong oleh Amerika yang mengharap dunia Internasional menjatuhkan sanksi bahkan hukuman yang lebih berat bagi Iran. Iranpun bergeming dengan mengancam akan menutup Selat Hormuz. Persamaan lainnya adalah dengan menggunakan strategi perang bersekutu dengan suku-suku, kabilah-kabilah atau istilah sekarang dengan negara-negara yang sepaham baik sefaham dalam Idiologi, tujuan politik negara atau kepentingan ekonomi semata. Intelejen berperan penting dalam Perang Yom Kippur dimana lewat data Intelejenlah kenapa Aril Sharon dapat menelikung pasukan ketiga Mesir, dan berkat data dari intelejenlah Israel bernisiatif menyerang duluan dalam perang Enam Hari yang secara jumlah personil dan persenjataan tidak seimbang, namun Israel dapat memenangkan peperangan. Begitupun Nabi Muhammad, lewat kerja mata-mata atau Intelejenlah sehingga dapat memecah belah pasukan musuh dengan siasah adu domba.
Tabel dibawah ini adalah beberapa persamaan antara strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan strategi Perang Yom Kippur; Tabel 3.2 No Bentuk Strategi Persamaan 1 Penguasaan Strategi ini digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Perang Uhud dengan bukit tinggi menempatkan 50 pasukan pemanah dan juga digunakan oleh pasukan Israel untuk dalam perang di dataran tinggi golan untuk mengontrol serangan dari mengontrol pasukan suriah dan sparatis libanon (hizbuloh) pasukan lawan 2 Strategi Strategi ini digunakan oleh khalid bin walid dalam perang uhud, setelah menyergap melihat pasukan Quraisy terdesak dan melihat pasukan muslim mengejarnya musuh dari kemudian 50 pasukan strategis pemanah diatas bukit turun kebawah, belakang/balik pasukan khalid memutari gunung uhud dan seketika pasukan muslimin haluan terjepit diserang dari depan dan belakang. Jendral Arik Sharon melakukan hal yang mirip dalam pertempuran di Sinai dengan pasukan ketiga Mesir. 3 Bersekutu Bersekutu atau mencari teman untuk melakukan perlawanan merupakan strategi perang yang cukup sering. Dalam perang uhud dan khandak (Bani Nadhir, Gathafan, Quraisy, bani murah dll) pasukan musuh kaum muslimin melakukannya. Begitupun dalam perang yom kippur negara-negara arab (mesir, suriah, yordania) bergabung untuk menyerang Israel. 4. Strategi Dalam perang khandaq terjadi pembuatan parit dan benteng-benteng membuat parit pertahanan, begitupun dalam perang yom kippur penggalian parit dan benteng oleh kedua belah pasukan sering dilakukan. Fungsi parit dan benteng adalah untuk menangkal sementara ataupun permanen dari ancaman serangan musuh. Sampai sekarang israel membuat benteng yang tinggi utk menangkal serangan bom bunuh diri. 5 Penggunaan Seorang intelejen sangatlah berperan dalam pemerintahan Nabi muhammad. Halaman | 179
Intelejen
6
Sistem komando
7.
Sistem Komunikasi
8.
Strategi melarikan diri
Berkat jasa intelejen (mata-mata) nabi muhammad mengetahui kabilah/suku manasaja yang ingin menyerang kaum muslimin untuk itu tidak sedikit peperangan yang dalam hal ini pasukan nabi menyerang duluan setelah mendapat kabar dari mata-matanya bahwa suku/atau kabilah tersebut sedang mengkonsolidasikan pasukan untuk menyerang kaum muslimin atau fasilitas-fasilitas penting kaum muslimin. Salah satu kekalahan pasukan ahzab juga berkat mata-mata nabi muhammad, Nu’aim yang mampu mengadu domba pasukan Ahzab. Demikian halnya dengan perang antara israel dan negara-negara arab, bagaimana israel bisa mendahului menyerang Mesir, suriah dan yordania dalam perang enam hari dan menghancurkan fasilitas vital musuh adalah salah satunya berkat data dari intelejen yang sangat akurat. Dalam pemerintahan nabi sistem komando terpusat ada di Nabi Muhammad sebagai kepala negara dan seorang Nabi. Panglima yang akan memimpin pasukan juga berubah-ubah dalam tiap terjadi pertempuran dala arti tidak hanya orang itu saja serta jabatanya tidak tentu dibatasi oleh sebuah periode. Sistem komunikasi dalam perang berbeda dengan sistem kumunikasi dalam keseharian. Dalam perang menggunakan sistem sandi atau simbul atau juga sebuah isyarat. Pasukan quraisy melarikan diri ketika terdesak dalam perang uhud kemudian menyerang balik, begitupun israel ketika diawal perang yom kippur
Menurut hemat penulis memang antara Perang Uhud dan Perang Yom Kippur ada beberapa persamaan, begitupun antara Perang Khandaq dan Perang Yom Kippur, namun dari berbagai persamaan yang telah penulis kemukaan, banyak juga perbedaannya. Perang Uhud dan Perang Khandaq walaupun sangat menentukan namun tergolong perang yang bersifat Tradisional dalam artian peralatan dan senjata yang digunakan masih tradisional seperti tombak, panah, pedang dan tameng, alat-alat penunjangnyapun masih tergantung pada hewan seperti kuda dan unta, berbeda dengan Perang Yom Kippur yang sudah menggunakan senapan otomatis, Tank, pesawat terbang, roket, Rudal, dan sistem komunikasi dengan teknologi yang canggih. Bahkan menggunakan pesawat tanpa awak untuk memata-matai kondisi musuh serta medan peperangan. Perbedaan lainnya adalah personil yang terlibat dalam perang, namun situasi tersebut memang normal seiring pertambahan penduduk. Begitupun dengan medan pertempuran, pertempuran Uhud hanya berkisar disekitar bukit dan lembah Uhud, begitupun Perang Khandaq teradi disekitar pintu masuk Kota Madinah, sedangkan perang Israel dan Negara-negara Arab sangatlah luas meliputi seluruh wilayah Israel dan palestina sekarang, ditambah di daerah Gurun Sinai, Dataran Tinggi Golan (Suriah), Libanon dan Yordania. Perbedaan secara garis besar Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur dapat dilihat pada bagan dibawah ini; Tabel 3.3 No 1
Bentuk Strategi Penguasaan bukit tinggi untuk mengontrol pasukan lawan
2
Strategi menyergap musuh dari belakang/balik haluan
Perbedaan Jumlah pasukan yang ikut bertempur serta peralatan yang digunakan sangat jauh berbeda, dalam perang uhud masih menggunakan pasukan pemanah sedang dalam perang di Dataran tnggi Golan sudah melibatkan jet-jet tempur, tank, dan roket serta alat berat lainnya. Begitupun medan pertempuran, di uhud hanya terdiri satu gunung uhud dan lembah sebagai area pertempuran, sedangkan di dataran tinggi golan areanya sangat luas terdiri dari berbagai perbukitan, gunung, lembah dan daerah-daerah curam. Perbedaanya, kalau khalid bin walid melihat celah kelemahan musuh itu lewat insting perangnya yang sangat kuat untuk memanfaatkan kelengahan musuh, seang jendral arik sharon melakukanya lewat bantuan intelejen hasil dari pengamatan pesawat mata-mata tanpa awak USA. Namun keberanian jendral Arik sharon menelikung sampai ke garis belakang pertahanaan lawan dengan membawa sedikit pasukan boleh diacungi Halaman | 180
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
3
Bersekutu
4.
Strategi membuat parit
5
Penggunaan Intelejen
6
Sistem komando
7.
Sistem Komunikasi
jempol. Sebagai pihak yang diserang pasukan muslimin tidak memiliki sekutu yang cukup, sekutu bani Quraidhahpun malah berkhianat, berbeda dengan Israel yang disokong oleh negara adikuasa seperti inggris dan USA, namun pada akhirnya kaum muslimin mampu menghadang musuh begitun Israel. Masa nabi muhammad pembuatan parit bisa menangkal serangan musuh cukup lama bahkan tidak bisa menyerang sama sekali, namun sekarang (perang yom kippur) kondisinya berbeda karena pasukanya bukan hanya menunggah kuda lagi namun sudah ada jet-jet tempur yang siap bermanuver membombardir kamp-kamp persembunyian dan bentengbenteng pertahanan musuh. Namun walaupun begitu israel tetap menggunakan strategi primitif dengan pembuatan tembok pemisah di perbatasannya. Intelejen atau mata-mata di zaman peperangan nabi muhammad dengan peperangan antara israel dan negara arab sangatlah jauh berbeda. Kalu dimasa nabi muhammad intelejen atau mata-mata hanya bisa dilakukan oleh seorang manusia, sehingga situasa dan resikonya sangat jauh lebih banyak karena ditentukan oleh kecerdikan dan loyalitas seorang intelejen itu sendiri. Berbeda pada masa peranga israel-arab khususnya yom kippur dimana data yang diperlukan bukan hanya bisa dilakukan oleh seorang intelejen namun bisa juga menggunakan alat teknologi yang canggih seperti pesawat mata-mata tanfa awak, kamera digital, rekaman, dan alat-alat teknologi yang super canggih seperti penempatan chip dan lain-lain. Berbeda dengan yang terjadi dimasa perang Yom kippur dimana pusat komando ada di para petinggi negaranya masing-masing. Jabatan panglima perang juga sudah pasti dan tentu ada periodenya. Keputusan tertinggi untuk menyatakan status perang, damai atau gencatan senjata ada ditangan presiden atau perdana mentri dengan mendengarkan masukan dari parlemen. Perbedaan yang menunjol hanyalah alat yang digunakan serta keberagaman sandi, simbol yang sudah agak disempurnakan.
Pertempuran pasukan Israel yang jumlahnya sedikit kemudian posisi Negara Israel yang baru merdeka harus berhadapan dengan pasukan gabungan dari beberapa Negara Arab seperti Mesir, Suriah, dan Yordania boleh dianggap strategi yang terbaik dalam Perang Modern antara Negara-negara Arab dengan Israel. Begitu pula peperangan yang terjadi antara Pasukan Kota Madinah yang baru saja berdiri dengan gabungan pasukan dari beberapa suku di Arab tidaklah bisa dianggap sebelah mata, dengan strategi peperangan Nabi Muhammad dan para sahabatnya, kaum muslimin mampu mendirikan kekhalifahan yang secara geografis cukuplah luas, membentang dari Asia Tengah sampai ujung Afrika Utara, dari Eropa Timur sampai pesisir Samudra Hindia di Yaman. Sebagaimana tujuan dari penggunaan strategi adalah bagaimana caranya untuk mencapai tujuan dengan langkah-langkah yang
efektif dan efisien, maka tidaklah jauh berbeda dengan penggunaan strategi dalam pertempuran adalah bagaimana caranya bisa mengalahkan musuh secepat mungkin dan seefisien mungkin. Disamping itu semua, juga tidak melanggar hukum Humaniter International, Hak Asasi Manusia, tidak melanggar dalam penggunaan senjata yang dilarang, tidak melanggar aturan agama dan adat istiadat serta tradisi setempat mengenai peperangan, dan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama seperti Konvensi Jenewa, Konvensi Den Hag. Dilihat dari kriteria serta indikatorindikator yang sudah penulis kemukakan di atas kemudian beberapa persamaan dan perbedaannya, maka penulis berpendapat dan menyimpulkan bahwa strategi dalam Perang Uhud dan Perang Khandaqlah yang pantas dikedepankan dibanding strategi Perang Yom Kippur dengan alasan bahwa dalam perang
Halaman | 181
Uhud dan perang khandaq baik pasukan Muslimin maupun pasukan Quraisy serta sekutunya paling sedikit melanggar aturan perang dimasanya serta tidak melanggar hak asasi sebagai individu ataupun hak asasi sebagai sebuah bangsa. Berbeda dengan strategi dalam Perang Yom Kippur dimana banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik oleh pihak Israel, ataupun negara-negara Arab. Hasil dan Dampak dari Peperangan Hasil dari Perang Uhud adalah dapat dikatakan seimbang, dalam arti secara jumlah korban dan tidak berhasilnya pasukan Quraisy masuk ke Madinah dan mengejar pasukan muslimin ini menandakan pasukan Nabi Muhammad tidaklah kalah. Begitupun dalam hal penerapan taktik dan strategi cukup seimbang, babak pertama bisa dibilang pasukan muslimin mengalami kemenangan, namun pada babak kedua Khalid bin Walid membalik keadaan dan memaksa pasukan kaum muslimin naik Bukit Uhud. Namun kalau dilihat dari segi mental/psikhis dan politis setelah terjadinya Perang Uhud, musuh-musuh kaum Muslimin khususnya Bangsa Quraisy mulai menemukan kepercayaanya lagi setelah terpuruk dalam Perang Badar. Namun tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang tersebut. Hasil dari Perang Khandaq mutlak dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin, walau pada pertengahan perang kaum muslimin mengalami krisis kepercayaan terhadap sekutu, namun berhasil dihalau oleh taktik adu domba sehingga berbalik menjadi pasukan gabungan musuhlah yang saling curiga dan menyebabkan mereka mundur ke kampung halamanya masing-masing. Perang Yom Kippur dapat dikatakan sebagai perang yang mengembalikan kepercayaan diri negara-negara Arab kembali setelah dipermalukan dalam perang Enam Hari. Walaupun dari kedua belah pihak tidak ada yang tidak diperbolehkan untuk mengakui kemenangan namun dilihat dari situasi sebelumnya jelas Israel mampu mempertahankan negaranya dan negara-negara Arab bisa merebut sebagian wilayah negaranya yang pernah dicaplok oleh Israel dalam Perang Enam Hari, walau gabungan Bangsa Arab mengalami banyak kerugian secara materi dan peralatan perang namun Israelpun terpojok dan merasa malu secara politis yang menyebabkan
Perdana Menteri Israel Golda Meir dan Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan mengundurkan diri dari jabatannya. Kondisi Aktual Seputar Konflik Dunia Arab Keputusan Israel membunuh para pemimpin HAMAS dinilai sebagai upaya Israel membasmi gerakan perlawanan Palestina sampai keakar-akarnya, hingga mempengaruhi sikap politik HAMAS terhadap Israel. Israel mungkin tidak akan pernah bisa menghancurkan HAMAS secara militer, karena pada dasarnya HAMAS bukan organisasi, melainkan gerakan ideologi yang menjadi tumpuan harapan rakyat Palestina yang telah mengalami kekecewaan atas proses perdamaian selama ini menyusul gagalnya kesepakatan Oslo yang dicapai israel dan PLO. HAMAS sadar, sejak menjadi bagian otoritas Palestina, tidak bisa menghindari negosiasi dan kompromi politik yang bisa mempengaruhi alur kebijakan politiknya menjadi lebih moderat dan pragmatis. Namun sikap ini tampaknya tak berlaku dalam penyelesaian konflik dengan Israel. Memang ada upaya-upaya dialogis dan kompromis yakni dengan menyetujui inisiatif Damai Arab atau “Solusi Kompromi” tahun 2002 dan semua resolusi PBB yang mendukung kembalinya hak-hak rakyat Palestina. Serta bersedia menjalin hubungan diplomatik secara kolektif dengan Israel dengan syarat Israel harus mundur dari semua tanah Arab yang diduduki tahun 1967. Namun Israel sendiri tetap menganggap pemerintahan HAMAS adalah tidak sah dan tidak perlu diperhitungkan, karena Israel tetap melakukan hubungan diplomatik dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tanpa melibatkan HAMAS (Aguk Irawan, 2009: 134). Negara-negara Arab dewasa ini masih tetap jadi pusat konflik dunia, karena letaknya berada di perlintasan tiga benua memungkinkan terjadinya mata rantai konflik ke negara-negara tetangga bahkan negara-negara dunia sebab ditambah di wilayah gurun ini juga kaya akan sumber energi yang dibutuhkan oleh negaranegara maju. Belum lagi dikawasan ini sumber dari tiga Agama Dunia, salah satu pusat peradaban dunia pada masa lampau dan tentunya multikultural. Gerakan Reformasi Libiya, Mesir yang terus bergejolak sampai saat ini, konflik bersaudara di Suriah, akhir pendudukan Amerika Serikat di Irak dan Afganistan, Isu
Halaman | 182
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
Nuklir Iran dan Selat Hormuz, Isu teroris dan perkembangan konflik Israel-Palestina yang belum juga reda. Satu-satunya jalan agar perdamaian tercipta di Timur Tengah adalah mempunyai Pemerintahan yang sesuai dengan prinsipprinsip Al-Quran dan Taurat di kedua belah pihak, baik Muslim Maupun Yahudi. Pemerintahan seperti itu harus mampu menciptakan sebuah pedoman untuk orangorang dari seluruh Ras dan Agama untuk hidup bersama, bukan mengambil alih tanah dan mengusir penduduknya. Pendeknya pemerintahan itu harus bertindak sebagai pengawal tanah ini. Wilayah Palestina itu cukup luas untuk Muslimin, Yahudi dan Nasrani untuk hidup bersama dan tanahnya cukup subur bagi mereka untuk hidup dengan layak. Kelompok manapun yang menyatakan hak tunggal atas tanah palestina tidak hanya berlawanan dengan kenyataan Sejarah, tetapi juga mengarah kepada berlanjutnya perselisihan dan perang, seperti terlihat dalam sejarah terakhir ditanah ini yang dianggap suci oleh pengikut tiga agama yang percaya satu Tuhan. Setiap orang harus bisa beribadah sesuai dengan keyakinan mereka; Yahudi di Sinagog, Muslimin di Mesjid, dan Kristen di Gereja. Mereka harus mampu meninjau dan mengkaji tradsi mereka dan menciptakan kehdupan bersama berdasarkan sikap saling menghormati. Sumber ekonomi harus digunakan untuk sekolah, universitas, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya, bukan untuk senjata dan bom ( Yahya, 2005: 58-59). PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis simpulkan bahwa: Strategi Perang Uhud Nabi Muhammad yaitu menyusun pasukan menjadi lima atau dikenal dengan strategi khamis, pasukan sayap diisi oleh para penunggang kuda, pasukan depan, belakang dan tengah. Namun dalam Perang Uhud Nabi memodifikasi strategi dengan menempatkan lima puluh pasukan pemanah diatas lereng Bukit Uhud, dan terbukti strategi ini ampuh untuk memukul mundur pasukan musuh. Pasukan Quraisypun menggunakan strategi khamis namun tetap kalah karena setiap kali akan mengobrak abrik pasukan Muhammad, pasukan pemanah
menghujaninya dari lereng Bukit Uhud dengan anak panah. Baru setelah lima puluh pasuka tersebut turun kebawah tergoda oleh harta rampasan, Khalid bin Walid memutar arah mengelilingi Bukit Uhud dan menyerang pasukan Nabi Muhammad sehingga menyebabkan kaum muslimin terdesak dan memakan banyak korban. Pasukan Ahzab yang begitu besar bertujuan membumihanguskan kota madinah akhirnya kandas oleh strategi pembuatan parit dan benteng atas ide dari Salman Alfarisi. Strategi ini sangat ampuh dan belum dikenal sebelumnya dalam peperangan di Dunia Arab. Dalam Perang Yom Kippur, serangan mendadak dari Mesir dan Suriah mengujam Israel. Namun pasukan Israel segera dimobilisasi sehingga mampu menghadang serangan dari pasukan Mesir dan Suriah. Israel menerapkan strategi Sinai terlebih dahulu. Jendral Arik Sharon memimpin sedikit pasukan untuk bermanuver melewati Terusan Suez dan menghantam pasukan ketiga Mesir dari belakang. Strategi ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Khalid bin Walid dalam perang Uhud. Kemudian di Dataran Tingi Golan Israel berhasil memukul mundur pasukan Suriah, dimana posisi pasukan Israel berada diatas dataran tinggi tersebut sehingga mampu dimanfaatkan untuk menyerang pasukan Suriah. Perang berakhir dengan sebuah gencatan senjata pada tanggal 24 Oktober 1973. Perbandingan strategi perang yang diterapkan dalam Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur menghasilkan berbagai persamaan dan perbedaan. Yang menjadikan strategi dalam Perang Uhud ada kemiripan dengan Perang Yom Kippur adalah penguasaan pasukan udara (Uhud=Pasukan Pemanah, Yom Kippur=Angkatan Udara). Dalam perang Uhud Khalid bin Walid menerapkan strategi balik arah atau memutar haluan dengan mengelilingi Bukit Uhud untuk menyerang pasukan Muslimin dari belakang, strategi ini juga kembali dipakai dalam pertempuran di Sinai antara Jendral Arik Sharon dengan pasukan ketiga Mesir. Jendral Arik Sharon memutar haluan dan dalam waktu seketika berada dibelakang paskan ketiga Mesir dan berhasil mengepungnya. Begitupun antara strategi yang diterapkan dalam Perang Khandaq ada
Halaman | 183
persamaanya dengan strategi yang diterapkan dalam Perang Yom Kippur dengan persekutuan dan pembuatan parit serta benteng-benteng pertahanan. Perbedaan antara Perang Uhud-Khandaq dengan Perang Yom Kippur salah satunya adalah waktu terjadinya, Perang Uhud terjadi pada tahun 625 M, dan Perang Khandaq terjadi pada tahun 626 M, sedangkan Perang Yom Kippur terjadi pada tahun 1973 M. Beberapa strategi memang mirip sama namun kalau dilihat dari latar belakang masalah, tokoh yang terlibat, jumlah pasukan, teknologi yang digunakan, medan pertempuran, hasil peperangan dan pengaruh yang ditimbukan jelaslah banyak perbedaanya. Dilihat dari dampak yang ditimbulkan baik dari segi wilayah, penyebaran Budaya dan Agama sangatlah objektif bila memang strategi pasukan kaum Muslimin dibawah komando Nabi Muhammad dikedepankan sebagai peracik strategi yanng ulung. Hal tersebut didasarkan sisi historis bahwa memang penerapan strategi perang lebih dulu digunakan oleh oleh pasukan Muslimin. Namun disisi lain, jangan menyepelekan pengaruh Negara Israel dengan program Zionismenya di berbagai asfek kehidupan dewasa ini. Karena perang di era Milenium bukan hanya perang strategi di medan pertempuran, namun juga perang dalam berbagai sektor kehidupan, baik sosial, politik, budaya, pasar, teknologi dan lain sebagainya. Akhirnya penulis memilih dan menyimpulkan bahwasanya strategi perang yang baik adalah strategi perang yang dapat mengalahkan musuh dengan efektif dan efesien di medan pertempuran serta memenuhi kriteria dan indikator-indikator yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis berpendapat dan menyimpulkan bahwa strategi dalam Perang Uhud dan Perang Khandaqlah yang pantas dikedepankan dibanding strategi Perang Yom Kippur dengan alasan bahwa dalam perang Uhud dan perang khandaq baik pasukan Muslimin maupun pasukan Quraisy serta sekutunya paling sedikit melanggar aturan perang dimasanya serta tidak melanggar hak asasi sebagai individu ataupun hak asasi sebagai sebuah bangsa. Berbeda dengan strategi dalam Perang Yom Kippur dimana banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik oleh pihak Israel, ataupun negara-negara Arab. Kemudian sedkit sekali kebaikan dalam pertempuran dan strategi perang yang paling baik semestinya menghindari pertempuran yang
memakan banyak korban dengan berjalan seiringan menciptakan perdamaian. Saran-Saran. Perang Uhud, Perang Khandaq dan Perang Yom Kippur adalah salah satu fakta dan perstiwa sejarah yang dialami manusia pada masa lampau yang secara esensial memberikan pelajaran berharga kepada generasi setelahnya terlepas dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut, namun intinya bahwa semua bangsa memiliki leluhur dan nenek moyang masing-masing, semua bangsa juga memiliki persamaan dan perbedaan, baik Agama, Bahasa, Ras, Budaya, dan lainya. Namun perbedaan tersebut jangan dijadikan dasar panatisme yang akan menyebabkan pertumpahan darah. Semua Bangsa di dunia berhak mengambil pelajaran dari fakta sejarah tersebut termasuk bangsa indonesia. Saling menghargai dan menghormati adalah salah satu faktor untuk terciptanya sebuah perdamaian. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar dari sejarah leluhurnya serta belajar dari sejarah bangsa lainya di dunia. Oleh karena itu diharapkan makin tumbuh jiwa, semangat serta nilai-nilai kejuangan kepada generasi penerus bangsa melalui berbagai bidang, salah satunya melalui bidang pendidikan. Diharapkan generasi penerus bangsa makin meningkatkan usaha dan karya untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan belajar dari sejarah bangsa kita dan sejarah bangsa-bangsa di Dunia. Untuk memelihara warisan sejarah, diharapkan para pelajar, mahasiswa dan generasi muda lebih mendalami nilai-nilai perjuangan bangsa dengan cara menggali, meneladani dan meneruskan semangat perjuangan bangsa. Perdamaian yang harus diupayakan untuk menyelesaikan suatu konflik itu bukanlah perdamaian semata-mata, melainkan suatu perdamaian yang berkeadilan, karena hanya dengan suatu perdamaian yang berkeadilanlah, suatu perdamaian yang langgeng dan berkelanjutan bisa dicapai. Akhirnya tidak ada gading yang tidak retak, begitupun karya tulisan ini yang masih banyak kekurangan. Penulis berharap sekali berbagai masukan yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Halaman | 184
Perbandingan Strategi Perang Uhud dan Perang Khandaq dengan Strategi Perang Yom Kippur RUNALAN FIRMAN
DAFTAR PUSTAKA Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Bhuty, 2010, Sirah Nabawiyah (Analisis Ilmiah Manhajiah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw.), Robbani Press. Jakarta. Muhammad Khudari Bek, 2007, Nurul Yaqin (Fii Siirati Sayyidil Mursaliin), Sinar Baru Algensindo. Bandung. Ahmad Al-Usairy, 2003, Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX), Akbar Media Eka Sarana. Jakarta. Muhammad Husain Haekal, 2000, Sejarah Hidup Muhammad (terjemah), Pustaka Litera AntarNusa. Bogor. George Lenczowski, 2003, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia, Sinar Baru Algensindo. Bandung. Soebantardjo, 1960, Sari Sejarah Jilid I (AsiaAustralia), Bopkri. Yogyakarta Samuel Willard Crompton, 1997, 100 Peperangan yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia (terjemah), Karisma Publishing Group. Tanggerang. Samuel Willard Crompton, 1997, 100 Battles That Shaped World History, Bluewood Books. California, USA. Bill Yene, 1993, 100 Events That Shaped World History, Bluewood Books. California, USA. Miriam Raftery, 2002, 100 Books That Shaped World History, Bluewood Books. California, USA. Aguk Irawan MN, 2009, Rahasia Dendam Israel (Jejak Berdarah Israel di Palestina dan Dunia Arab), KinzaBooks. Jakarta Philip K. Hitti, 2010, History of the Arabs (terjemah), Serambi Ilmu Semesta. Jakarta Harun Yahya, 2005, Palestina (Intifadhah dan Muslihat Israel), Dzikra. Bandung. Trias Kuncahyono, 2006, Yom Kippur, Perang Hezbollah, KOMPAS. (Senin, 28 Agustus 2006. Hal : 48). Jewish Virtual Library - The Yom Kippur War. U.S. Department of State - OPEC Oil Embargo 1973–1974 . Buckwalter, David T.. "The 1973 Arab-Israeli War". (file PDF) -------- . 2006. "Edisi Koleksi Angkasa : Perang Hizbullah-Israel". PT Gramedia, Jakarta.
Halaman | 185
Halaman | 186