ANALISIS STRATEGI PERANG DALAM FILM RED CLIFF DAN RED CLIFF 2 MENGGUNAKAN STRATEGI PERANG SUN TZU Darsy Natalia, Widiati, Agustinus Sufianto BINUS University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Palmerah, Jakarta Barat/021-53276730
[email protected];
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT Strategy is needed in this life in order to achieve the goal and get the maximum results. In this paper, the authors using the film Red Cliff by John Woo to facilitate understanding Art of War that could applied in aspects of daily life. This is to find out which war strategy used by Cao Cao and Liu Bei - Sun Quan alliance in the movie. The author use literature study method. Results and discussion in the film shows that Cao Cao side applying 11chapters strategy, 2 chapters didn’t applied are strategic military power and fire attack chapter. Its because, Cao Cao’s plan had known by Liu Bei-Sun Quan side. So, Cao Cao are attacked before he could launched his plan. While the Liu Bei - Sun Quan alliance applying 12 chapter strategy, one chapter didn’t applied is waging war chapter. Its because, in that time, Liu Bei wants to save the people. Keywords: Red Cliff, Sun Tzu’s Art of War, War Strategy
ABSTRAK Strategi diperlukan dalam kehidupan ini supaya dapat mencapai tujuan dan mendapat hasil yang maksimal. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan film Red Cliff karya John Woo untuk mempermudah pemahaman Strategi Perang Sun Tzu yang diterapkan dalam aspek kehidupan seharihari. Hal ini untuk mengetahui strategi perang yang digunakan pihak Cao Cao dan pihak aliansi Liu BeiSun Quan di film Red Cliff. Penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka. Hasil dan pembahasan di film menunjukkan bahwa pihak Cao Cao menerapkan 11 kitab, 2 kitab yang tidak diterapkan adalah kitab keunggulan strategis dan serangan pembakaran. Alasannya, karena rencana Cao Cao telah diketahui oleh pihak Liu Bei-Sun Quan, sehingga Cao Cao diserang sebelum ia sempat melancarkan serangan. Sedangkan, pihak Liu Bei-Sun Quan menerapkan 12 kitab, yang tidak diterapkan adalah kitab melancarkan pertempuran. Alasannya adalah karena pada saat itu, Liu Bei ingin membantu rakyat mengungsi. Kata Kunci: Red Cliff, Strategi Perang Sun Tzu, Strategi Perang
1
2
PENDAHULUAN Strategi diperlukan dalam kehidupan ini, supaya dapat mencapai tujuan dan mendapat hasil yang maksimal. Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan film Red Cliff karya John Woo untuk mempermudah pemahaman Strategi Perang Sun Tzu yang dapat diterapkan dalam aspek kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk mengetahui strategi perang yang digunakan pihak Cao Cao dan pihak aliansi Liu Bei - Sun Quan di film Red Cliff. Strategi Perang Sun Tzu ditulis oleh Sun Zi, merupakan buku yang berisi tentang strategi perang dan merupakan buku yang terkenal baik di dalam maupun luar negeri. Buku ini mempunyai pengaruh yang luas, baik dibidang militer, pemerintahan, bisnis, dan lainnya. Hal yang lebih menarik adalah buku ini mempunyai perngaruh yang besar terhadap politisi, filsuf, penulis, dan sejarawan. Strategi Perang Sun Tzu atau Sun Tzu’s Art of War adalah salah satu strategi perang yang terkenal di dunia. Bahkan, belahan dunia lain seperti Amerika pun setuju, Strategi Perang Sun Tzu merupakan suatu karya yang hebat dan mereka menggunakan buku ini sebagai mata pelajaran wajib dalam bidang edukasi militer (Proceeding INSS, 2009:2). Mengenal Strategi Perang Sun Tzu merupakan hal yang menarik, karena selain sebagai strategi perang, strategi ini juga dapat dapat diaplikasikan di berbagai macam aspek kehidupan. Oleh karena itu, penulis tertarik membahas strategi perang dalam film Red Cliff menggunakan Strategi Perang Sun Tzu dan menerapkan teori itu di kehidupan kita. Red Cliff adalah film bertema perang, dibagi menjadi 2 bagian yang masih berhubungan satu sama lain. Bukan hanya sekedar film perang, tapi menyangkut seni dalam berperang, bagaimana menggunakan strategi dan rencana menyelesaikan masalah, dan memenangkan peperangan. Film ini berlatar belakang sejarah China, yaitu perang Tebing Merah yang terjadi pada zaman akhir Dinasti Han. Perang ini merupakan sejarah awal pembentukan Tiga Negara (Wang Ruohan, 2011:224). Pada saat itu, banyak negara yang terlibat dalam perang untuk mendapatkan kekuasaan. Red Cliff menceritakan Cao Cao sebagai perdana menteri Dinasti Han meminta izin kepada Kaisar Xiandi untuk menyerang Liu Bei dan Sun Quan, alasannya karena mereka pemberontak. Dalam waktu yang singkat, pasukan Cao Cao dapat menduduki wilayah Liu Bei dan melanjutkan invansi ke selatan, wilayah Sun Quan. Lalu, Liu Bei dan Sun Quan beraliansi. Red Cliff 2 menceritakan tentang bagaimana rencana dan strategi pihak Cao Cao dan pihak aliansi Liu Bei – Sun Quan di perang Tebing Merah. Dalam pertempuran ada rencana, perhitungan dan strategi (M Riyani, 2012:8). Supaya mendapatkan hasil yang memuaskan, perlu menggunakan strategi yang tepat, seperti yang terlihat di film ini. Berdasarkan tesis S3 yang ditulis Lu Yimin (2009:123) yang berjudul “Talons and Fangs of the Eastern Han Warlords”, kebanyakan jendral perang dan bawahan mereka mengenal strategi militer klasik yang mendahului mereka, seperti Sunzi, Wuzi, Sima Fa, dan lainnya. Hal ini diperjelas dalam jurnal yang ditulis Li Zhifu tahun 2008 yang berjudul “Pemikiran Psikologi Menejemen dalam Strategi Perang Sun Tzu Mempengaruhi Cara Perang Zaman Sekarang”, mengatakan bahwa panglima dan ahli strategi perang yang hidup di zaman sesudah Sunwu, juga terpengaruh oleh Strategi Perang Sun Tzu, seperti Cao Cao dan Zhuge Liang. Walaupun seni perang ini dibuat bukan berdasarkan faktor psikologis, tapi dari politik, militer, dan manusia, tapi hasilnya lebih berdampak dalam psikologis. Dalam latar belakang perang dunia internasional saat ini, dampak psikologi dari buku ini dapat mencapai keuntungan politik yang lebih maksimal dan mengurangi resiko perang seminimum mungkin dalam menjaga keamanan nasional, dan hidup secara aman, damai serta, dapat memenangkan perang dalam hal informasi. Penelitian tentang Strategi Perang Sun Tzu pernah dilakukan Amrizal Mansyur, lulusan Pasca Sarjana Unhan, yang menulis jurnal berjudul “Menganalisis Perang Yom Kippur dengan Teori Sun Tzu” pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi kejelasan tentang berdirinya negara Israel dan bagaimana penggunaan Strategi Perang Sun Tzu pada perang Yom Kippur yang melibatkan Israel, Mesir, dan Suriah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara sengaja atau tidak sengaja, Israel pun menggunakan Strategi Perang Sun Tzu. Meskipun tidak menang, namun Israel berhasil memukul mundur serangan tentara Mesir dan Suriah. Kami menemukan semua kitab Strategi Perang Sun Tzu diterapkan di dalam kedua film ini. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan film Red Cliff karya John Woo dengan menganalisis strategi masing-masing pihak yang berperang, yaitu Cao Cao dan aliansi Liu Bei-Sun Quan. Melalui skripsi ini kami berharap agar pembaca dapat lebih mudah memahami Strategi Perang Sun Tzu, bukan untuk digunakan dalam perang militer, tapi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan. (Mestika, 2008:3) Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Media yang kami gunakan dalam penelitian adalah film Red Cliff dan Red Cliff 2, yang disutradarai oleh John Woo. Film Red Cliff dirilis pada tahun 2008 dan film Red Cliff 2 dirilis pada tahun 2009, oleh Lion Rock Entertainment dan China Film Group Corporation. Intrumen yang kami gunakan dalam penelitian adalah Strategi Perang Sun Tzu atau dalam bahasa Inggris terkenal Sun Tzu’s Art of War mengenai strategi perang. Melalui beberapa referensi dan menonton film Red Cliff dan Red Cliff 2, kami menganalisis bagaimana strategi perang Sun Tzu digunakan oleh kedua belah pihak yang berperang, yaitu Cao Cao dan aliansi Liu Bei-Sun Quan, serta membahas penerapan Strategi Perang Sun Tzu dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menggunakan film untuk membahas strategi karena film termasuk media audio visual. Proses belajar menggunakan audio visual merupakan media yang baik untuk menyampaikan info, dan proses belajar seseorang akan lebih maksimal lagi hasilnya dengan audio visual (Nur Hadi Waryanto, 2007:7).
HASIL DAN BAHASAN Analisis Strategi Perang Pihak Cao Cao dan Pihak Liu Bei - Sun Quan Serta Kaitannya Dengan Kehidupan Sehari-hari Dalam film Red Cliff dan Red Cliff 2 terdapat strategi perang, penulis akan membahas strategi perang kedua belah pihak yang berperang dengan menggunakan Strategi Perang Sun Tzu. Selain berguna untuk perang, strategi juga berguna untuk kehidupan, oleh karena itu penulis juga akan membahas kaitan antara strategi dengan kehidupan sehari-hari.
1. Analisis Strategi Perang Pihak Cao Cao Cao Cao yang pada saat itu menjabat sebagai perdana menteri Han, ingin menguasai seluruh daratan China. Oleh karena itu, salah satu caranya adalah dengan menaklukan Liu Bei di barat dan Sun Quan di selatan. 1.1 Tentang Penilaian Perang adalah urusan negara yang paling penting, oleh karena itu harus dipertimbangkan sebaik-baiknya karena merupakan masalah hidup dan mati (Ma Junying, 2009:49). Cao Cao juga memandang perang sebagai urusan negara yang paling penting. Oleh karena itu, dia harus minta izin terlebih dahulu kepada kaisar, karena perang adalah urusan negara. Saat menyerang Liu Bei di daerah Barat dan Sun Quan di daerah Selatan, Cao Cao melakukan persiapan dengan membawa 800.000 pasukan dari utara. Oleh karena itu, dia yakin akan memenangkan peperangan ini. 1.2 Melancarkan Pertempuran Dalam Strategi Perang Sun Tzu dikatakan bahwa, carilah kemenangan yang cepat, karena perang yang berkepanjangan tidak akan memberikan keuntungan pada negara. Seperti di film, Cao Cao dalam melancarkan perang selalu bergerak cepat. Pada saat perang di Xinye, ia membawa pasukan hanya dalam waktu tiga hari tiga malam, untuk menyerang Liu Bei dari utara ke Xinye di barat. Saat itu Liu Bei yang tidak memiliki persiapan serta kurangnya pasukan membuatnya tidak bisa menahan serangan Cao Cao. 1.3 Merencanakan Serangan Dalam Strategi Perang Sun Tzu dikatakan, kebijakan militer yang paling baik adalah menyerang strategi musuh. Cao Cao mengenal lawannya, sehingga ia dapat mengetahui strategi apa yang akan dipakai oleh lawan. Contohnya, Cao Cao mengetahui kalau pihak Liu Bei akan mengajukan permintaan untuk beraliansi dengan pihak Sun Quan. Jika Cao Cao dapat mengetahui strategi yang dipakai pihak lawan, maka ia dapat menentukan strategi selanjutnya. Dia bisa memperkirakan strategi Zhuge Liang yang akan beraliansi dengan Sun Quan, serta strategi Zhou Yu yang berperang di air. 1.4 Posisi Strategis Sun Zi mengatakan bahwa, tak terkalahkan terletak pada pertahanan (Ma Junying, 2009:49). Pada saat Cao Cao menyerang Liu Bei di Xinye, ia menggunakan wedge formation,
4
1.5
1.6
1.7
1.8
karena pasukan Liu Bei sedikit dan kurang lihai serta formasi pasukan Liu Bei yang samarsamar. Department Of The Army Washington di Tactical Employment Of Antiarmor Platoons And Companies menyatakan bahwa “wedge formation digunakan saat keadaan musuh tidak jelas dan ketika komunikasi antar pasukan memungkinkan.” Pada saat itu, Cao Cao memiliki pasukan garda depan yang hebat untuk menyerang, kedua sisi yang hebat untuk bertahan dan mendukung pasukan garda depan serta mempertahankan formasi. Pada saat invasi ke selatan, Cao Cao sudah merencanakan rencana dengan matang serta telah menghitung 5 kriteria dasar dalam berperang, yaitu: kalkulasi, kuantitas, kekuatan logistik, keseimbangan kekuatan, dan kemungkinan menang. Kalkulasi didasarkan pada medan; perkiraan tentang kuantitas barang yang tersedia didasarkan pada kalkulasi; kekuatan logistik didasarkan pada perkiraan kuantitas barang yang tersedia; keseimbangan kekuatan didasarkan pada kekuatan logistic; dan kemungkinan menang didasarkan pada keseimbangan kekuatan. Cao Cao telah menghitung kelima kriteria ini, ia mengetahui jarak yang ditempuh sehingga membawa persediaan makanan yang cukup untuk sampai ke selatan; serta prajurit yang banyak jumlahnya. Jika kriteria satu sampai tiga sudah dihitung dengan baik, maka kekuatan akan seimbang, dan kesempatan untuk memenangkan peperangan menjadi besar. Cao Cao telah mengantisipasi kemenangannya, tapi hasil akhir dari sebuah peperangan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Seperti yang dikemukakan Ma Junying (2009:49) bahwa, kemenangan dapat diantisipasi, tapi tak dapat dipaksakan. Oleh karena itu, dalam melakukan peperangan tidak hanya bergantung pada kelima kriteria ini, tapi juga harus mempertimbangkan faktor lainnya. Keunggulan strategis Pada saat melaksanakan penyerangan Cao Cao ingin pasukannya menyeberang sampai Red Cliff dalam 2 hari dan melakukan penyerangan. Seperti dikatakan oleh Sun Zi, dalam pertempuran, gunakanlah yang 'seketika' untuk menghadapi musuh dan yang 'kejutan' untuk meraih kemenangan (Ma Junying, 2009:64). Namun, Cao Cao gagal menggunakan serangan ini karena diserang terlebih dulu oleh aliansi Liu Bei-Sun Quan. Kelemahan dan Kekuatan Lakukan perang kecil-kecilan untuk mengetahui keunggulan serta kelemahan pihak lawan (Ma Junying,2009:49). Cao Cao menggunakan dua ribu pasukan berkuda untuk mengalihkan perhatian dan membuat perang kecil-kecilan untuk mencari tahu keunggulan serta kelemahan pihak lawan. Pada saat perang kita harus mengenal kelebihan dan kelemahan diri sendiri serta lawan. Keunggulan dari pihak Cao Cao adalah jumlah prajurit yang banyak, perang yang cepat, dan juga jenderal perang yang berpengalaman. Sedangkan, kelemahannya adalah tidak mengenal medan peperangan karena mereka orang utara, tidak terbiasa dengan perang di air; sebagian dari prajurit Cao Cao merupakan prajurit musuh yang menyerah padanya, sehingga tidak dapat dipercaya; dan perjalanan panjang yang membuat prajurit kelelahan dan jatuh sakit. Manuver Perubahan lingkungan dan cuaca yang berbeda antara utara dan selatan serta perjalanan panjang membuat prajurit Cao Cao terkena penyakit tipus, karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Wabah terus menyebar dan sudah ada seratus orang lebih yang meninggal. Cao Cao mengirim setengah dari mayat prajurit yang meninggal tersebut ke daerah Sun Quan untuk menyebarkan wabah dan menjatuhkan moral lawan. Ma Junying (2009:100) mengemukakan orang yang paham berperang menghindari menyerang musuh ketika moralnya tinggi, tapi menunggu sampai moralnya jatuh baru menyerangnya. Disini kita bisa melihat kalau Cao Cao menjatuhkan moral lawan dan mencari kesempatan untuk menyerang ketika moral lawan jatuh. Xia Houjun dan Wei Ben membawa dua ribu pasukan berkuda untuk menyerang Liu Bei-Sun Quan. Namun, ditengah perjalanan, Sun Shangxiang, adik Sun Quan mengalihkan perhatian mereka. Mereka masuk perangkap karena mengejar Sun Shangxiang sampai ke medan pertempuran yang telah disiapkan oleh pihak Liu Bei dan Sun Quan. Dalam Strategi Perang Sun Tzu dikatakan, jika musuh pura-pura mundur jangan mengikutinya, jangan masuk ke dalam jebakan musuh. Sembilan Kemungkinan Disaat Cao Cao akan menyerang Tebing Merah, angin berubah arah, dan pihak lawan melakukan serangan tiba-tiba. Cao Cao diserang dari semua arah oleh pihak Sun Quan maupun Liu Bei. Dikatakan dalam Strategi Perang Sun Tzu, jangan yakin musuh tidak akan datang, jadi bersiap-siaplah. Di saat itu Cao Cao tidak menyangka kalau ia akan diserang oleh pihak Sun
5
Quan-Liu Bei sehingga ia tidak memiliki persiapan ketika diserang. Karena serangan ini, ia kehilangan banyak prajurit dan akhirnya mundur dari peperangan dan kembali ke utara. 1.9 Mengerahkan Pasukan Kalau prajurit berada di dekat air, tunggulah musuh menyeberang sampai setengah baru menyerang (Ma Junying,2009:123). Kemah Cao Cao dekat dengan air, sehingga disaat prajurit Liu Bei dan Sun Quan menyerang, prajurit Cao Cao bersiaga di gerbang depan dan menunggu sampai prajurit musuh setengah menyeberang kemudian menyerangnya. Karena pasukan Liu Bei dan Sun Quan jalan di air maka pasukan mereka terhambat jalannya lalu terpanah oleh pasukan Cao Cao dan mati. 1.10. Medan Kemah Cao Cao termasuk dalam medan yang semrawut. Medan semrawut adalah medan yang memungkinkan untuk maju tapi susah untuk keluar. Jangan menyerang musuh yang mempunyai pertahanan di medan semwarut, karena kalau musuh musuh siap dan kita gagal menyerang maka akan sulit keluar. Awalnya, Cao Cao memiliki pertahanan yang baik tapi ia tidak siap diserang, sedangkan musuh mempunyai pertahanan yang baik. Hal ini membuat Cao Cao gagal, karena kapalnya telah banyak terbakar dan sulit untuk keluar karena kapal-kapal yang dikaitkan. 1.11. Sembilan Jenis Medan Perang di air termasuk medan yang diperebutkan, karena memberikan keunggulan kepada kedua belah pihak. Pihak Cao Cao diuntungkan karena memiliki jenderal Cai Mao dan Zhangyun. Cai Mao dan Zhang Yun adalah orang selatan yang datang membawa tiga puluh ribu pasukan air dan dua ribu kapal. Mereka menyerah dan bergabung dengan Cao Cao. Mereka tentu mengenal medan karena orang selatan, ini menjadi keunggulan bagi pihak Cao Cao. Seperti yang dikatakan Sun Zi (Ma Junying, 2009:161) yaitu, jika tidak mengenal medan maka gunakanlah pemandu setempat. Medan ini berubah menjadi medan rentan penyergapan, yaitu medan yang jalan keluar susah, dikarenakan Cao Cao membunuh Cai Mao dan Zhang Yun yang member keuntungan pada Cao Cao. Dalam Strategi Perang Sun Tzu dikatakan bahwa, atasan harus memperhatikan kesehatan prajurit dan menjaga moral serta kekuatan prajurit. Disaat banyak prajurit Cao Cao sakit terkena wabah dan sedang berobat, Cao Cao datang dan menceritakan tentang anaknya walaupun sakit-sakitan namun bersikap kuat di depannya. Cerita Cao Cao ini membuat para prajuritnya bersemangat lagi untuk berperang. Seperti yang dikatakan Ma Junying (2009:162) berikan imbalan yang setimpal, maka memerintah seluruh pasukan akan sama seperti memerintah satu orang. Cao Cao juga tahu bagaimana cara mengelola moral dan membangkitkan semangat para prajurit, yaitu dengan memberikan imbalan bebas pajak selama 3 tahun jika menang dalam perang ini. 1.12. Serangan Pembakaran Pada awalnya angin berpihak pada Cao Cao, sehingga ia ingin menggunakan serangan api. Dia membawa bahan bakar untuk membakar Tebing Merah. Tapi dia terlambat menyerang dan angin telah berubah arah, sehingga dia diserang oleh aliansi Liu Bei-Sun Quan. 1.13. Menggunakan Mata-Mata Cao Cao mempekerjakan Jiang Gan, teman masa kecil Zhou Yu untuk menjadi matamatanya. Disini Jiang Gan termasuk mata-mata setempat, yaitu orang setempat yang menjadi mata-mata (Ma Junying, 2009:206).
2. Analisis Strategi Perang Pihak Liu Bei-Sun Quan Liu Bei yang diserang dan ditaklukkan oleh Cao Cao di Xinye, kemudian, berkoalisi dengan Sun Quan untuk melawan Cao Cao. 2.1. Tentang Penilaian Perang adalah urusan negara yang paling penting. Karena itu, saat perang di Xinye Liu Bei mengganggap rakyat adalah hal yang paling penting untuk negara. Jika tidak dapat menyelamatkan rakyat, maka perang ini akan menjadi sia-sia. Begitu pula untuk Sun Quan, karena perang merupakan hal penentu keselamatan atau kehancuran sebuah negara, maka ketika Zhuge Liang datang mengajak beraliansi, ia tidak dapat memutuskannya dalam waktu singkat. Sun Quan perlu waktu untuk memikirkannya lagi.
6
2.2 Melancarkan Pertempuran Pada saat Liubei diserang Cao Cao di Xinye, mereka tidak dapat menerapkan strategi ini. Karena pada saat itu, ia menggerahkan sebagian pasukannya untuk membantu rakyatnya mengungsi, sehingga kekurangan pasukan untuk melawan Cao Cao. 2.3. Merencanakan Serangan Saat perang di Xinye, Liu Bei membagi pasukannya menjadi dua, sebagian untuk membantu rakyat mengungsi dan sebagian di medan perang untuk melawan Cao Cao. Seperti dikatakan dalam Strategi Perang Sun Tzu, jika kekuatan kita lebih sedikit dibanding lawan maka harus mengambil posisi bertahan, dan kalau bukan tandingan musuh maka hindarilah. Awalnya, mereka mengambil posisi bertahan untuk mengulur waktu membantu rakyat mengungsi. Namun, karena prajurit Cao Cao yang datang semakin lama semakin banyak, akhirnya mereka memutuskan untuk mundur dan menghindar. Saat aliansi Liu Bei-Sun Quan merencakan serangan terhadap Cao Cao, mereka ingin menggunakan Formasi Bagua, namun formasi tersebut tidak efektif kalau digunakan untuk serangan di air. Kemudian, Sun Shanxiang datang dan dengan heran berkata, mengapa menaruh kura-kura darat di air. Perkataan ini menyadarkan Zhou Yu dan Zhuge Liang, kalau Cao Cao adalah orang utara yang tidak mengenal medan selatan. (Ma Junying, 2009:35) Sun Zi mengatakan, jika mengenal diri sendiri dan musuh, maka tidak akan berisiko dalam seratus pertempuran. Mereka tahu Cao Cao orang yang tidak sabaran, tidak mudah mempercayai orang, dan juga suka bertindak cepat. 2.4 Posisi Strategis Dalam berperang, kita harus mengambil atau membuat posisi yang tak dapat diserang, tapi juga tidak melewatkan kesempatan untuk menyerang musuh. Sama seperti saat perang Tebing Merah, ketika pihak Liu Bei-Sun Quan menyerang Cao Cao, mereka membuat posisi yang tidak dapat diserang dengan berada dalam formasi dan pertahanannya; pada kesempatan yang sama, mereka juga menyerang prajurit Cao Cao. Salah satu kriteria dasar dalam berperang adalah jumlah persediaan yang cukup untuk berperang, seperti persediaan peralatan perang. Sebelum menyerang Cao Cao, pihak Sun Quan kekurangan anak panah. Zhuge Liang mengajukan diri untuk mendapatkan anak panah tersebut. Dengan memanfaatkan kekuatan alam seperti kabut, ia membawa sepuluh buah kapal yang dikelilingi orang-orangan dari jerami dan berlayar menuju ke kemah Cao Cao. Karena kabut tebal saat itu, Cai Mao dan Zhan Yun mengira pihak Sun Quan datang menyerang, sehingga mereka menyerang balik dengan anak panah. Pada saat perang, persediaan peralatan perang tidak boleh kurang, oleh karena itu mereka memikirkan cara untuk mendapatkan anak panah dengan bantuan dari Zhuge Liang. 2.5. Keunggulan Strategis Dalam Strategi Perang Sun Tzu dikatakan, kalau kita dapat membuat musuh menunjukkan dirinya, maka musuh pasti akan mengikutinya, pancing musuh dan musuh pasti akan terpancing, dengan demikian maka musuh akan masuk perangkap dari rencana yang sudah kita siapkan. Pada saat memasuki perang, Sun Shangxiang mengalihkan perhatian dua ribu pasukan Cao Cao dan memancing mereka pergi ke medan pertempuran yang sudah disiapkan pihaknya. Di sana sudah ada Jenderal Zhao yang membuat debu untuk menyamarkan formasi prajurit Liu Bei-Sun Quan yang siap menyerang dengan seketika dan membuat serangan kejutan untuk prajurit Cao Cao. (Ma Junying, 2009:64) Orang yang ahli berperang dapat menggunakan orang-orang yang tepat dan mampu mengeksploitasi keunggulan strategisnya. Seperti Liu Bei yang memiliki Guan Yu, Zhang Fei, Zhao Zilong dan Zhuge Liang sebagai ahli strategi; dan Sun Quan yang memiliki Sun Shangxiang, Gan Xing serta Zhou Yu yang menjadi jendral perang sekaligus ahli strategi. 2.6 Kelemahan dan Kekuatan Dalam Strategi Perang Sun Tzu tertulis, analisalah rencana pertempuran musuh untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Cao Cao dalam perang di air bergantung pada jendral Cai Mao dan Zhang Yun. Oleh karena itu, pihak Sun Quan menyiapkan rencana untuk mengeksekusi mereka berdua supaya pasukan air Cao Cao hancur berantakan. Mereka menganalisa rencana Cao Cao yang akan melakukan pertempuran di air, dan menyadari kalau kekuatan musuh terletak pada Jenderal Cai Mao dan Zhang Yun. Kalau mereka dapat mengeliminasi kedua jendral tersebut, maka tidak ada yang memimpin pasukan air Cao Cao dan ini akan menjadi kelemahan musuh. Setelah peperangan kecil yang terjadi di Tebing Merah,
7
Zhou Yu dan Zhuge Liang menganalisa rencana Cao Cao. Saat ini arah angin maupun air mendukung Cao Cao, sehingga dapat dipastikan kalau Cao Cao akan melakukan penyerangan di air. Melalui pertempuran kecil yang dilakukan Cao Cao, mereka juga dapat mengetahui bahwa Cao Cao akan melakukan serangan dari air juga. Melalui analisa ini mereka menilai apa yang akan dilakukan Cao Cao, dan dari pergerakan Cao Cao akan diketahui apa kelemahan serta kelebihan Cao Cao. 2.7 Manuver Dalam berperang, andalkan manuver-manuver menipu untuk memantapkan posisi dan konsolidasikan kekuatan untuk membuat perubahan-perubahan strategis maupun rencana. Seperti ketika menghadapi pasukan Cao Cao menggunakan formasi Bagua, semua pasukan Liu Bei-Sun Quan sudah berbaris dalam formasi menunggu pasukan musuh, dan menunggu bunyi gong perintah untuk mengganti posisi dan menutup akses masuk-keluar musuh. Prajurit Cao Cao pun mengambil posisi bertahan sekaligus menyerang, tapi pertahanan itu dapat dihancurkan dengan rantai gerigi. (Ma Junying, 2009:99) Karena komando tidak dapat didengar karena kebisingan dalam pertempuran, maka gong maupun bendera digunakan; dan dalam pertempuran di malam hari menggunakan obor. Ketika akan berperang di air, Zhou Yu menggunakan lampion untuk memberi tanda bahwa, ia mengikuti kata-kata Zhuge Liang untuk menunggu waktu yang tepat dalam melancarkan serangan, seperti ramalan Zhuge Liang bahwa angin akan berubah di malam hari. 2.8 Sembilan Kemungkinan Walaupun Liu Bei dikalahkan oleh Cao Cao pada saat perang di Xinye, dia tidak ingin menyerah begitu saja. Seperti yang tertulis dalam Strategi Perang Sun Tzu, hendaknya bergabung dengan sekutu di persimpangan-persimpangan strategis. Pihak Liu Bei mengetahui jika Cao Cao akan melakukan invasi ke Selatan, sehingga Zhuge Liang pergi ke wilayah Sun Quan untuk mengajukan aliansi. Aliansi ini akan memperkuat kekuatan Liu Bei dan Sun Quan untuk melawan Cao Cao bersama. Kalau aliansi ini berhasil maka akan membentuk Triangle Power, Cao Cao akan kembali ke utara; Sun Quan tetap memerintah di selatan; dan Liu Bei yang akan kembali memerintah barat. Dengan demikian, masing-masing pihak akan mendapatkan keuntungan. 2.9 Mengerahkan Pasukan Ketika sedang melatih pasukan di Tebing Merah, Zhou Yu mendapat kabar kalau prajuritnya mencuri kerbau. Dia sudah mengetahui siapa yang mencuri kerbau tersebut, menurut hukum yang berlaku pencuri tersebut harus dihukum mati. Tapi Zhou Yu memberikan kesempatan kedua untuk pasukan yang mencuri kerbau itu. Dalam mengerahkan pasukan, perlakukanlah mereka secara manusiawi dan jagalah dengan disiplin militer yang ketat maka mereka akan menghormati kita. Di film kita dapat melihat kalau Zhou Yu memperlakukan prajuritnya secara manusiawi dan melatih disiplin mereka dengan tidak menghukum mati dan memberikan pasukan itu kesempatan kedua. 2.10 Medan Zhou Yu melihat peluang untuk menyerang Cao Cao ketika mengetahui kalau Cao Cao berkemah di medan semrawut. Medan semrawut adalah medan yang memungkinkan untuk maju tapi susah untuk mundur. Dimana kalau serangan dilakukan dan berhasil, maka pasukan Cao Cao akan sulit untuk keluar. Dikatakan dalam Strategi Perang Sun Tzu, kita harus menilai situasi musuh dan menciptakan kondisi-kondisi yang membawa kita pada kemenangan. Pihak Liu Bei-Sun Quan mengenal karakter Cao Cao, sehingga mereka membuat penilaian tentang situasi dan pergerakan yang akan dilakukan musuh. Dari penilaian tersebut, maka akan dapat membuat kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk menang bagi pihak Liu Bei-Sun Quan. Mereka tahu Cao Cao tidak mudah percaya pada orang, sehingga ia menempatkan prajurit yang tidak dipercaya di depan dan yang dipercaya didekatnya. 2.11 Sembilan Jenis Medan Perang di Xinye termasuk medan tersebar, dimana Liu Bei bertempur dalam wilayahnya sendiri dan dapat menyebar pasukannya. Pada saat Sun Shangxiang menjelaskan peta perkemahan Cao Cao, dia melihat kesempatan untuk menyerang di bagian belakang perkemahan yang pertahanannya lemah. Seperti yang dikatakan Sun Zi (Ma Junying, 2009:160) tempuh rute-rute yang tidak disangka dan serang di mana musuh tidak siap. Ketika perang di kemah Cao Cao, pihak Liu Bei yang telah memutuskan aliansi dengan Sun Quan ikut menyerang. Hal ini membuat Cao Cao kaget.
8
Ternyata pemutusan aliansi ini hanyalah tipuan, sehingga membuat Cao Cao tidak memiliki persiapan menghadapi Liu Bei. Di sini, pihak Liu Bei dan Sun Quan menempuh rute yang tidak disangka Cao Cao dan menyerang ditempat dimana pertahanan Cao Cao lemah. Dalam kitab ini juga dikatakan kalau moral adalah hal penting, terutama dalam menjaga moral pasukan dan juga kekuatannya. Untuk meningkatkan moral prajurit dan juga rasa persekutuan, pihak Liu Bei membuat onde untuk diberikan pada prajurit. Sun Quan sebagai pemimpin juga mengatakan bahwa, ketika festival dongjie adalah saat di mana seharusnya prajurit berkumpul dengan keluarga mereka di rumah; tapi karena ada pencuri yang ingin mengambil negara mereka, maka mereka harus bertempur untuk memperjuangkan negara mereka dan pulang membawa kemenangan serta bisa berkumpul dengan keluarga. Pencuri yang dimaksud disini adalah Cao Cao. Baik pihak Liu Bei maupun Sun Quan tahu bagaimana cara untuk meningkatkan moral dan rasa persekutuan prajuritnya, mereka tidak hanya memperhatikan kesehatan prajuritnya tapi juga memperhatikan moral prajuritnya. 2.12 Serangan Pembakaran Pihak Sun Quan ingin melakukan serangan pembakaran, namun menyadari kalau angin tidak berpihak pada mereka. Kalau ingin melakukan serangan pembakaran harus pada waktu dan hari yang tepat. Zhuge Liang yang bisa meramal cuaca mengatakan kalau angin akan berubah arah, tapi mereka harus mengulur waktu agar supaya Cao Cao menunda serangan ke Tebing Merah. Karena harus menunggu angin berubah arah baru bisa menyerang Cao Cao maka Xiao Qiao, istri Zhou Yu pergi ke kemah Cao Cao dan mencoba untuk mengulur waktu sampai angin berubah arah dan member keuntungan bagi pihak Sun Quan. Lalu angin berubah dan Sun Quan menyerang barisan depan armada kapal Cao Cao, saat penyerangan disini sama dengan apa yang ada dalam kitab Strategi Perang Sun Tzu yaitu membakar kendaraan dan peralatan perang. 2.13 Menggunakan Mata-mata Pihak Liu Bei-Sun Quan mengetahui kalau mereka dapat mengeliminasi Cai Mao dan Zhang Yun, maka itu akan menjadi kelemahan Cao Cao. Untuk meyukseskan rencana mengeliminasi kedua jenderal ini, mereka memanfaatkan mata-mata musuh, yaitu Jiang Gan. Zhou Yu sengaja menjatuhkan surat yang berisi informasi palsu di depan Jiang Gan. Jiang Gan tertipu dan membawa surat ini kepada Cao Cao. Disini Jiang Gan termasuk mata-mata yang dapat diganti. Mata-mata yang dapat diganti adalah agen kita sendiri yang mendapat informasi palsu yang sengaja kita bocorkan, kemudian meneruskannya kepada musuh. Ada pula Sun Shangxiang yang pergi ke perkemahan Cao Cao untuk melihat keadaan di sana. Sun Shanxiang termasuk mata-mata yang tak dapat diganti, yaitu mereka yang kembali dari perkemahan musuh untuk melapor.
3. Kaitan Strategi dengan Kehidupan Sehari-hari Di subbab ini akan dibahas strategi yang digunakan dalam film Red Cliff yang juga dapat diaplikasikan dalam hidup kita sehari-hari. 3.1 Tentang Penilaian Perang adalah masalah negara yang paling penting, jalan menuju kepada kelangsungan hidup atau kebinasaan, maka harus diselidiki dan di rencanakan dengan matang. Seperti dalam film Red Cliff dimana kedua belah pihak juga sebelum perang melakukan penilaian dan rencana terlebih dulu. Antoine de Saint-Exupery dalam artikel A Guide to Creating your Life Plan mengatakan “Sebuah tujuan tanpa rencana hanyalah sebuah harapan.” Dalam hidup, membuat rencana itu penting, berada di zona bagaimana kita sekarang, hal apa yang ingin ditingkatkan, dan ingin meenjadi orang yang bagaimana nantinya di masa depan harus kita perhatikan. 3.2 Melancarkan Pertempuran Sunzi berkata, “carilah kemenangan yang cepat” karena tidak ada yang diuntungkan dari perang yang berkepanjangan. Cao Cao juga mencari kemenangan yang cepat, karena dalam perang berlarut-larut hanya akan menguras sumber daya, bahan, dan moral pasukan. Sama seperti menyelesaikan masalah atau pekerjaan, lakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang juga, jangan menunda-nunda dan berlarut-larut. Jika kita terus menunda-nunda, maka nanti kita akan dikejar masalah dan tanggung jawab. 3.3 Merencanakan Serangan Kebijakan militer terbaik adalah menyerang strategi dan berikutnya menyerang persekutuan, karena strategi merupakan hal yang paling penting. Dalam perang di Tebing Merah, pihak Liu Bei-Sun Quan pun menyerang strategi musuh, karena mereka tahu strategi itu penting.
9
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
Kita ibaratkan masalah sebagai perang dalam hidup kita. Kita harus selesaikan inti masalah itu terlebih dahulu baru kita dapat menyelesaikan masalah-masalah lainnya. Posisi Strategis Orang yang ahli dalam pertempuran mengambil posisi yang tak dapat diserang, dan tidak melewatkan kesempatan untuk menyerang. Seperti di dalam film, pihak Liu Bei-Sun Quan membagi pasukan menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok menggunakan tameng untuk bertahan, karena berada dalam tameng sehingga musuh sulit menyerang mereka, mereka pun tidak melewatkan kesempatan untuk menyerang musuh. Dalam hidup, kita menghadapi perubahan yang tidak ada habisnya. Kita harus mempertahankan prinsip hidup kita, tapi juga tidak menutup kemungkinan untuk berubah menjadi lebih baik. Kita juga harus pandai-pandai menempatkan diri dan melihat perubahan lingkungan. Dalam film kita juga dapat melihat sebelum berperang, kedua belah pihak mempertimbangkan beberapa hal, misalnya makanan dan peralatan perang. Sama seperti hidup kita, untuk mencapai tujuan kita juga harus mempertimbangkan faktor di sekitar kita. Keunggulan Strategis Perubahan strategi akan menciptakan keunggulan. Liu Bei-Sun Quan ingin menggunakan formasi Bagua saat perang di air, tapi formasi tersebut tidak cocok digunakan di air, sehingga merekan mengubah rencana menggunakannya di darat. Walau kita memiliki strategi sejitu apapun tetap saja kita harus melihat situasi dan kondisi, karena walau strateginya jitu kalau digunakan pada situasi dan kondisi yang tidak tepat, hasilnya juga tidak akan maksimal. Oleh karena itu kita juga harus membuat perubahan strategi sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kelemahan dan Kekuatan Analisalah rencana pertempuran musuh untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Sama seperti di film ketika pihak Liu Bei-Sun Quan menganalisa rencana pertempuran Cao Cao untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya dan memanfaatkannya menjadi keunggulan bagi mereka. Seperti dalam menjalankan usaha, kita harus menganalisa produk saingan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya, dan belajar dari kelemahan orang lain untuk memperbaiki produk kita. Tapi jangan pula menjadi sombong dengan kelebihan yang kita miliki. Manuver Gunakanlah manuver-manuver menipu untuk memantapkan posisi. Seperti pihak Cao Cao maupun Liu Bei-Sun Quan tahu bagaimana caranya untuk memantapkan posisi, baik itu posisi bertahan maupun menyerang; mengkoordinasi pasukannya pada saat perang, yaitu: dengan menggunakan tanda-tanda seperti gong, bendera dan lampion untuk mengidentifikasi masing-masing pihak; membangkitkan moral pasukannya seperti memotivasi rekan seperjuangan. Manuver dalam perang dapat kita ibaratkan sebagai ‘cara’ dalam hidup. Kita harus menggunakan cara-cara tertentu untuk memantapkan posisi kita di dalam lingkungan masyarakat. Karena kita adalah makhluk sosial jadi kita harus berbaur dan bersosialisasi dengan orang di sekitar kita. Di kitab ini, Sun Zi juga juga berbicara tentang mengelola moral pasukan, menyemangati pasukan, memberi motivasi. Dalam film Red Cliff, Cao Cao menggoyahkan moral musuh karena ia tahu bahwa moral itu penting. Dalam hidup, kita juga harus menyemangati dan memotivasi keluarga, teman atau rekan sekerja dan bawahan. “Motivasi menuntun kita menggunakan pengetahuan dan keterampilan kita secara efektif.” Clark Richard (2003:22). Menyemangati rekan sekerja dan bawahan dapat membuat mereka semangat untuk bekerja. Mereka jadi ingin lebih bekerja keras demi mendapatkan hasil yang terbaik. Sembilan Kemungkinan Dalam kitab ini, Sun Zi menjabarkan 9 kemungkinan dalam pengerahan pasukan. Seperti Cao Cao yang merencanakan invansi ke selatan, dia optimis akan memenangkan pertempuran ini, tapi tiba-tiba ada perubahan situasi ketika dia secara tidak sengaja membunuh Cai Mao dan Zhang Yun. Karena Cao Cao tidak membuat rencana cadangan, jadi dia tidak bisa memenangkan pertempuran ini, dan malah mendapatkan kerugian besar. Kemungkinankemungkinan itu pun bisa terjadi dalam hidup kita. Memiliki sifat optimis memang baik, tapi karena dalam kehidupan ini banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, jadi ada baiknya jika membuat rencana cadangan. Tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan rencana dan prediksi kita.
10
3.9 Mengerahkan Pasukan Dalam medan dan situasi yang berbeda, berbeda pula cara mengerahkan pasukan. Seperti dalam film ketika perang di kemah Cao Cao, pasukannya tidak turun menyebrang sungai tapi memanah pasukan musuh yang sedang menyebrang. Sama seperti dalam hidup kita, dalam menyelesaikan masalah kita juga harus melihat medan, situasi, dan kondisi. Contoh sederhana, seorang pemimpin dalam mengajari bawahannya di kantor memiliki cara yang berbeda untuk mengajari anaknya di rumah; begitu pula seorang ibu sekaligus guru bagi anaknya di sekolah, berbeda pula cara dalam mengajari anaknya di rumah. Jadi kita harus menyesuaikan diri dengan medan dan kondisi yang dihadapi. 3.10 Medan dan Sembilan Jenis Medan Secara garis besar, kedua kitab ini membahas mengenai medan ketika melakukan pertempuran, bagaimana mobilitas dan bagaimana kita bersikap dalam medan-medan yang ada dan berbeda. Kita lihat dalam film, perang di air awalnya merupakan medan diperebutkan, tapi Cao Cao membunuh Cai Mao dan Zhang Yun sehingga berubah menjadi medan rentan penyergapan. Sama seperti masalah di hidup kita, dalam lingkungan dan keadaan yang berbeda, kita harus pandai menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut, supaya tidak merugikan kita. 3.11 Serangan Pembakaran Menggunakan serangan pembakaran memiliki syarat tertentu, seperti peralatan dan bahan bakar, dan bahan bakar tersebut harus selalu siap. Ada masa-masa dan hari yang tepat untuk menggunakan serangan pembakaran. Seperti pihak Cao Cao dan Liu Bei-Sun Quan yang menggunakan serangan pembakaran karena mereka tahu angin berpihak pada mereka. Dalam menggunakan kemampuan kita pun harus seperti menggunakan serangan pembakaran. Kita harus bisa melihat adanya peluang dan dapat memanfaatkan peluang itu dengan baik, maka kita bisa jadi seorang yang sukses. 3.12 Menggunakan Mata-mata Qu Jian (2010:236) mengatakan bahwa “Mata-mata harus memiliki pengetahuan yang luas, wawasan yang kuat, kemampuan berpikir kritis yang luar biasa, kemampuan analisis yang terampil, dan sikap kerja yang teliti.” Sikap itu selain harus dimiliki oleh mata-mata, ada baiknya kalau sikap-sikap atau kemampuan tersebut kita miliki juga. Dengan memiliki memiliki sikap atau kemampuan tersebut maka kita tidak akan mudah dibohongi karena bisa berpikir kritis dan bisa menganalisa informasi atau kebenaran dari masalah tersebut. Di dalam film Jiang Gan tertipu dengan informasi palsu yang sengaja dibocorkan Zhou Yu dan akhirnya merugikan Cao Cao.
SIMPULAN DAN SARAN Dalam film Red Cliff dan Red Cliff 2, pihak Cao Cao menerapkan 11 kitab, 2 kitab yang tidak diterapkan yaitu kitab keunggulan strategis dan serangan pembakaran. Karena rencana Cao Cao telah diketahui oleh pihak Liu Bei-Sun Quan, sehingga Cao Cao diserang sebelum ia sempat melancarkan serangan. Kelebihannya adalah perang cepat, jumlah pasukan yang banyak, dan rencana yang matang. Ia juga memanfaatkan Cai Mao dan Zhang Yun untuk membantunya perang di air. Tapi karena ia menggunakan mata-mata yang tidak professional, jadi membuatnya mengeksekusi Cai Mao dan Zhang Yun, dan hal ini menjadi kelemahannya. Sedangkan pihak Liu Bei-Sun Quan menerapkan 12 kitab, yang tidak diterapkan adalah kitab melancarkan pertempuran karena saat itu Liu Bei ingin membantu rakyat mengungsi. Kelebihan dari pihak Liu Bei-Sun Quan adalah mengenal medan, memiliki rencana yang matang, dan memiliki Zhuge Liang dan Zhou Yu yang menjadi ahli strategi. Sedangkan kelemahan mereka adalah jumlah prajurit yang lebih sedikit dibanding Cao Cao, peralatan perang yang tidak memadai, oleh karena itu mereka beraliansi untuk saling memperkuat. 13 kitab Strategi Perang Sun Tzu dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan, tapi kita harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang sering berubah-ubah, karena efektivitas atau efisiensi dari penggunaan strategi tergantung pada situasi dan kondisi pada saat itu. Melalui penelitian ini, penulis dapat mengerti bagaimana penerapan strategi perang Sun Tzu melalui media film Red Cliff. Penulis berharap pembaca dapat lebih mudah memahami strategi perang Sun Tzu, terlebih lagi melalui media film dapat meningkatkan efektivitas dalam proses belajar seseorang. Pembaca dapat memahami karya klasik China, seperti strategi perang Sun Tzu. Strategi perang Sun Tzu bukan hanya sekedar buku strategi perang, tapi juga masuk ke dalam salah satu karya klasik China. Selain
11
itu, pembaca juga dapat memahami sejarah perang Tebing Merah, yang merupakan salah satu perang yang paling terkenal dalam sejarah China dan juga merupakan awal dari sejarah pembentukan Tiga Negara. Penulis menyadari, penulisan penelitian tentang strategi perang menggunakan teori Strategi Perang Sun Tzu ini belum sempurna, tapi penulis berharap dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
REFERENSI Daftar Pustaka Mandarin (2008)
陈景群. . 孙子兵法. 西安:三秦出版社. 李治富. (2008). 《孙子兵法》中管理心理学思想对当代战争的影响. 跨世纪. 16(11):26-27 马俊英.(2009). 孙子兵法. 北京: 华文出版社. 屈健. (2010). 浅谈 孙子兵法 (用间篇)对军事情报工作的启示. 中国城市经济. (9):236. 王若菡 .(2011).荆州局势与三国鼎立格局的形成.科技信息.(19):224 Daftar Pustaka Indonesia Hadi, N. (2007). Media Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran. Di akses 3 Juli 2013 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Penggunaan%20Media%20Audio%20Visual%20dalam %20Menunjang%20Pembelajaran.pdf Mansur, A. (2011). Menganalisis Perang Yom Kippur dengan Teori Sun Tzu. Jurnal Pertahanan. 1 (2): 29-38 Riyani, M. (2012). Peran Jenderal Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa Tahun 1945. Tugas Akhir. Salatiga: Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana. Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daftar Pustaka Inggris C.C.Low & Associates. (2002). Sunzi’s Art of War (Vol.1). (C.C. Associates, Trans.) Thomson, Singapore: canfonian PTE Ltd. Clark, R. (2003). Fostering the Work Motivation of Individuals and Teams. Performance Improvement. 42 (3): 21-29 Institute for National Strategic Studies (INSS). (2009). Sun Zi’s Art of War and U.S. Joint Professional Military Education. Sun Zi’s Art of War and U.S. Joint Professional Military Education (p. 2). Washington: Institute for National Strategic Studies (INSS). Saint-Exupery, A. d. (2009, 04 07). A Guide to Creating Your Life Plan. Retrieved 07 19, 2013, from Life Optimizer: http://www.lifeoptimizer.org/2009/04/07/create-your-life-plan/ Washington's Department of the Army.(2002).Tactical Employment Of Antiarmor Platoons And Companies. Army Field Manuals, diakses 12 Juni 2013 dari http://www.globalsecurity.org/military/library/policy/army/fm/3-21-91/c03.htm Yimin, L. (2009). Talons and Fangs of the Eastern HanWarlords. Disertasi tidak diterbitkan. Toronto: Department of East Asian Studies University of Toronto.
RIWAYAT PENULIS Darsy Natalia lahir di kota Sungai Liat, Bangka pada 10 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Sungai Liat pada 2009. Widiati lahir di kota Tembilahan, Riau pada 9 Juli 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Budi Mulia Bogor pada 2009. Agustinus Sufianto lahir di kota Surabaya, 3 Agustus 1978. Beliau menamatkan pendidikan perguruan tinggi di University of International Bussiness and Economics, Beijing pada 2003. Saat ini menjadi dosen tetap di jurusan Sastra China, Universitas Bina Nusantara.