Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PERBANDINGAN STANDAR MULTI ELEMEN DAN ELEMEN TUNGGAL UNTUK ANALISIS KADAR SENG (Zn) PADA DAGING AYAM DAN SAPI (Comparison of Multi and Single Element Standards Used to Analyze Zinc (Zn) In Chicken and Beef) HASIM MUNAWAR Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No.30, Bogor 16114
ABSTRACT Zinc (Zn) is an essential metal in animal feed because it affects physiological function and metabolism process. The purpose of this study was to test the accuracy of multi element standard with atomic absorption spectrophotometer (AAS), and compare it with the single element standard based on linearity, precision, and recovery test. Absorbance and concentration of single and multi element standards were measured, and then were made line regression equation and linearity regression. Furthermore digestion process, sample (chicken and beef) were dissolved in HNO3 65%, and heated to get clear solution. The digestion solution was measured with atomic absorption spectrophotometer (AAS) at wavelength of 213.9 nm. Precision and recovery were performed on a standard that had the best linearity by taking data from measured sample. The result of line equation of the standard multi element y = 0.1795x + 0.0129 was obtained with linear regression 0.9982. Precision calculated by determining coefficient of variance was 0.0015, and the recovery was 90.09. Based on these data, multi element standard can be determined using AAS including as a standard for the sample because the linearity resulted from multi element was better than that of single element. Key Word: Zn, Multi Element Standard, Liniearity, AAS ABSTRAK Zinc (Zn) atau seng merupakan logam yang esensial pada hewan karena Zn mempunyai fungsi fisiologi dan membantu dalam proses metabolisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar logam Zn dalam standar multi elemen dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA), dan membandingkannya dengan standar elemen tunggal berdasarkan linieritas, presisi, dan uji recovery (perolehan kembali). Standar elemen tunggal dan multi elemen diukur nilai absorbansi dan konsentrasinya, lalu dibuat persamaan garis dan regresi linieritas. Selanjutnya proses digesti, sampel, daging ayam dan sapi, dilarutkan dalam HNO3 65 %, dan dipanaskan hingga larutan jernih. Larutan hasil digesti diukur dengan spektofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 213,9 nm. Uji presisi dan recovery dilakukan pada standar yang memiliki linieritas terbaik dengan mengambil data dari hasil pengukuran sampel. Hasil persamaan garis dari standar multi elemen diperoleh y = 0,1795x + 0,0129 dengan regresi linier 0,9982. Presisi yang dihitung dengan cara menentukan koefisien varian yaitu sebesar 0,0015, sedangkan untuk recovery adalah 90,09. Berdasarkan data tersebut, standar multi elemen dapat ditentukan dengan SSA dan dapat digunakan sebagai pembanding untuk analisis sampel daging ayam dan sapi karena mempunyai linieritas yang lebih baik dibandingkan dengan standar elemen tunggal. Kata kunci: Zn, standar multi elemen, liniearitas, SSA
PENDAHULUAN Zinc (Zn) atau dikenal dengan seng adalah salah satu logam esensial pada hewan karena dapat ditemukan pada setiap jaringan hewan yang terlibat dalam mekanisme fisiologis dan
proses metabolisme. Beberapa fungsi fisiologi yang bergantung pada seng ialah pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan atau nafsu makan. Seng juga merupakan komponen metallo-
765
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
enzymes dalam proses metabolisme dan stabilitas membran sel. Adapun fungsi seng dalam metallo-enzyme antara lain: katalitik, pengaturan struktural dan non-katalitik. Beberapa contoh enzim yang memerlukan seng antara lain karbonik-anhidrase, pankreatikkarboksipeptidase, laktat-dehidrogenasi, alkalin-fosfatase, dan timidin kinase (HIDAYAT, 1999; HIJOVA, 2004; PARKIN, 2004). Penentuan kadar logam Zn dapat ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). Perangkat ini merupakan alat ukur analisis secara kuantitatif yang umumnya digunakan untuk menganalisis kadar logam. Metode SSA relatif lebih sederhana, murah, cepat, dan dapat diaplikasikan untuk berbagai jenis sampel (SHALTOUT et al., 2007). Prinsip kerja dari SSA, yaitu mengukur besarnya energi yang diabsorpsi oleh atom berdasarkan panjang gelombang yang spesifik. Sehingga, SSA mempunyai selektivitas cukup tinggi karena mempunyai kemampuan untuk mengukur logam dengan ketepatan (akurasi) cukup tinggi (ACAR et al., 2008). Analisis kadar logam Zn tergantung pada penggunaan standar yang baik, karena berfungsi sebagai pembanding untuk sampel yang akan dianalisis. Umumnya, analisis logam dengan SSA menggunakan standar elemen tunggal, seperti yang telah dilakukan untuk analisis Zn pada jaringan ikan (TAGHIPOUR et al., 2010; AARDT et al., 2004), dan ternak (MUKESH et al., 2008). Pada beberapa penelitian lain, standar yang digunakan adalah multi elemen dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) (HARAGUCHI, 1999; MUNIZ et al., 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar logam Zn dalam standar multielemen dengan SSA, dan membandingkannya dengan standar elemen tunggal berdasarkan linieritas, presisi dan uji recovery (perolehan kembali) dari pengukuran sampel daging ayam dan sapi. MATERI DAN METODE Sampel Sampel yang digunakan adalah daging ayam dan sapi dari pasar tradisional kota Bogor yang diambil secara acak dan digiling halus.
766
Pembuatan larutan standar elemen tunggal Sebanyak 0.1 gram serbuk Seng Asetat dihidrat (C4H6O4Zn2H2O) Zn dilarutkan dengan HNO3 10% dalam labu ukur 100 ml. Konsentrasi larutan tersebut adalah 1000 ppm. Larutan Standar Zn 1000 ppm diencerkan dengan HNO3 10% sampai konsentrasi menjadi 10 ppm. Kemudian larutan diencerkan kembali dengan HNO3 10% dalam labu ukur 50 ml dengan variasi konsentrasi 0,2; 0,4; 0,8; 1,6; dan 3,2 ppm. Selanjutnya, larutan tersebut diukur dengan SSA (Shimadzu AA6300) pada panjang gelombang Zn (213,9 nm). Pembuatan larutan standar multi elemen Sebanyak 1 ml standar multi elemen 1000 ppm diencerkan dengan HNO3 10% hingga 100 ml sehingga terbentuk larutan baku 10 ppm. Kemudian, larutan diencerkan dengan HNO3 10% dengan menggunakan labu ukur 50 ml hingga tanda batas dengan variasi konsentrasi 0,2; 0,4; 0,8; 1,6 dan 3,2 ppm. Selanjutnya, larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang Zn (213,9 nm). Pembuatan sampel Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dalam Erlenmeyer, ditambahkan 10 ml HNO3 65%, ditutup dan dibiarkan di ruang asam selama 24 jam. Kemudian, sampel dipanaskan dengan hot plate pada suhu 100°C secara bertahap hingga terbentuk larutan jernih. Larutan disaring dengan kertas Whatmann 42 ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan dengan HNO3 10% hingga tanda batas. Selanjutnya, larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang Zn (213,9 nm). Presisi Sebanyak lima sampel diperlakukan seperti prosedur sebelumnya. Kemudian dari hasil pengukuran dihitung koefisien varian sebagai KV hitung dan dibandingkan dengan koefisien varian Horwitz (BOROSOVA et al., 2002) serta uji-T. Perhitungan KV hitung dan KV Horwitz dapat menggunakan persamaan seperti berikut:
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
(x – x )2 KVhitung = n–1 KVHorwitz = 2 KVhitung KVHorwitz x x, C
1 - 0,5 Log C
: koefisien varian hitung : koefisien varian Horwitz : konsentrasi sampel : konsentrasi rata-rata
Perolehan kembali (Recovery) Sebanyak enam sampel ditambahkan larutan standar 10 ppm dengan volume 1 ml untuk tiga sampel dan sisanya 1,5 ml. Kemudian, sampel diperlakukan seperti pada prosedur sebelumnya. Selanjutnya data yang dihasilkan dihitung recovery-nya dengan persamaan berikut (ACAR et al., 2008; STAVRAKAKIS et al., 2008): C3 – C2 Recovery =
× 100% C1 C1: Konsentrasi standar yang ditambahkan C2: Konsentrasi sampel C3: Konsentrasi sampel dan standar Konsentrasi logam Zn pada daging diukur SSA dengan panjang gelombang 213,9 nm. Panjang gelombang tersebut adalah panjang gelombang yang diabsorbsi maksimal oleh logam Zn. Analisis kadar Zn dimulai dengan pengukuran standar elemen tunggal dan multi
elemen sebanyak dua kali pengukuran, seperti pada Tabel 1. Absorbansi dari elemen tunggal dan multi elemen menunjukkan data dengan pola kelipatan dua. Hal ini terbentuk mengikuti konsentrasi yang dibuat sehingga sesuai dengan Hukum Lambert-Beer, yaitu nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi (PRAKASH et al., 2008). Perbedaan absorbansi ini dipengaruhi proses pembuatan standar, karena semakin baik absorbansi yang terukur menunjukkan proses pembuatan yang baik. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan absorbansi ini adalah dari bahan standar yang digunakan sehingga perlu diperhatikan tanggal kadarluarsanya karena akan mempengaruhi proses pengukuran. Selain absorbansi, hasil pengukuran dari SSA diketahui konsentrasinya (Ct). Konsentrasi standar multi elemen cukup signifikan dari konsentrasi standar elemen tunggal. Pernyataan ini dapat dilihat dari data Ct standar multi elemen lebih mendekati Cs sedangkan pada standar elemen tunggal, Cs dengan besar 0,2 ppm terukur menjadi 0,0285 dan 0,0600 ppm. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan tingkat kualitas dari kedua standar tersebut sehingga akan mempengaruhi linieritas. Linieritas ini dapat ditunjukkan dengan regresi liniernya, semakin baik regresi liniernya maka kualitas standar semakin baik. Pengamatan pada linieritas ini dapat dilihat pada grafik dari masing-masing standar. Grafik pada standar elemen tunggal dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Tabel 1. Pengukuran absorbansi dan konsentrasi logam Zn pada standar elemen tunggal dan multi elemen, n = 2 Elemen tunggal Cs
Sample 1 A
Multi elemen
Sample 2 Ct
A
Sample 1 Ct
A
Sample 2 Ct
A
Ct
0,2
0,0797
0,0285
0,0896
0,0600
0,0341
0,1501
0,0358
0,1465
0,4
0,1547
0,4304
0,1547
0,4121
0,0737
0,3676
0,0792
0,3794
0,8
0,2447
0,9125
0,2447
0,8988
0,1568
0,8240
0,1589
0,8071
1,6
0,3916
1,6996
0,3916
1,6932
0,3189
1,7143
0,3301
1,7257
3,2
0,6584
3,1290
0,6584
3,1360
0,5792
3,1440
0,5939
3,1413
Cs : konsentrasi sebenarnya (ppm) Ct: konsentrasi terukur (ppm) A: Absorbansi
767
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
0,7
0,7 y = 0,1866x + 0,0744 R2 = 0,9952
0,6
Absorbansi
Absorbansi
0,5 0,4 0,3
0,5 0,4 0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
0
0 0
y = 0,849x + 0,0785 R2 = 0,9965
0,6
1 2 3 Konsentrasi Zn (ppm)
4
0
1
2
3
4
Konsentrasi Zn (ppm)
Gambar 1. Grafik linieritas dari larutan standar elemen tunggal untuk logam Zn pada pengukuran pertama
Gambar 2. Grafik linieritas larutan standar elemen tunggal untuk logam Zn pada pengukuran kedua
Gambar 1 menunjukkan grafik standar elemen tunggal dengan regresi linier 0,9952. Pada pengukuran kedua, grafik pada gambar 2 memiliki regresi linier 0,9965. Hasil pengukuran pertama dan ke dua menunjukkan tingkat akurasi dan sensitivitas dari alat sehingga menunjukkan kualitas alat cukup baik karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran pertama dan ke dua. Sementara itu, grafik standar multi elemen dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. Gambar 3 dan 4, grafik mempunyai regresi linier beturutturut 0.9981 dan 0.9982. Berdasarkan data
tersebut, linieritas standar multi elemen dan standar elemen tunggal ternyata menunjukkan regresi linier yang berbeda. Regresi linier pada standar multi elemen lebih besar dibandingkan dengan standar elemen tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa standar multi elemen mempunyai tingkat kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan standar elemen tunggal. Perbedaan kualitas dari standar sangat mempengaruhi proses pengukuran sampel karena akan mempengaruhi akurasi pada pengukuran.
0,7
0,7 y = 0,1864x + 0,0085 R2 = 0,9981
0,5 0,4 0,3
0,5 0,4 0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
0
0
0
1 2 Konsentrasi (ppm)
3 Zn
4
Gambar 3. Grafik linieritas standar multi elemen untuk logam Zn pada pengukuran pertama
768
y = 0,1795x + 0,0129 R2 = 0,9982
0,6
Absorbansi
Absorbansi
0,6
0
1 2 3 Konsentrasi Zn (ppm)
4
Gambar 4. Grafik linieritas standar multi elemen untuk logam Zn pada pengukuran kedua
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 2. Konsentrasi sampel dengan menggunakan standar elemen tunggal dan multielemen, n = 5 A
CRSE
CRME
S
0,4212
3,6553
4,4865
18,53
0,4240
3,6852
4,5173
18,42
0,4276
3,7236
4,5568
18,28
0,4270
3,7172
4,5502
18,31
0,4195
3,6372
4,4678
18,59
0,5252
23,8254
28,1463
15,35
0,5265
23,8948
28,2178
15,32
0,5308
24,1241
28,4540
15,22
0,5288
24,0175
28,3441
15,26
0,5208
23,5908
27,9046
15,46
R
Ayam
18,43
Sapi
15,32
A : absorbansi CRSE : konsentrasi Zn pada sampel yang dikonversi dengan menggunakan regresi linier standar elemen tunggal dengan R = 0,9965 (ppm) CRME : konsentrasi Zn pada sampel yang dikonversi dengan menggunakan regresi linier standar multi elemen dengan R = 0,9982 (ppm) S : simpangan (%) R : rata-rata (%)
Pengamatan dari kualitas kedua standar dapat ditunjukan dari hasil pengukuran sampel pada Tabel 2. Pada pengukuran sampel daging ayam, konsentrasi yang dibandingkan dengan standar elemen tunggal (CRSE) menunjukkan adanya perbedaan jika pengukuran konsentrasi sampel dibandingkan dengan multi elemen (CRME). Konsentrasi yang terukur untuk CRSE sekitar 3 ppm sedangkan CRME menunjukkan konsentrasi sekitar 4 ppm. Selain itu, pada sampel daging sapi dengan perlakuan yang sama dengan sampel ayam, menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan juga. Konsentrasi yang terukur berkisar 28 ppm untuk CRME dan berkisar 23 ppm untuk CRSE. Perbedaan hasil ini dikarenakan standar yang digunakan mempuyai linieritas yang berbeda. Jika linieritas standar baik, maka dapat dipastikan pegukuran sampel akan baik. Perbedaan pengukuran ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan (sampingan) yang cukup besar yaitu 18,43% pada sampel ayam dan 15,32% pada sampel sapi. Hal ini akan memacu kesalahan dalam pemeriksaan sampel Tabel 2.
Selanjutnya untuk melihat tingkat kesamaan antara CRSE dan CRME pada masing-masing sampel digunakan uji-T sebagai uji statistiknya. Hasil perhitungannya dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis uji statistik tingkat kesamaan CRSE dan CRME pada ayam dan sapi dengan menggunakan uji-t Variabel
t
P
Kesamaan CRSE dan CRME pada ayam
34,38
< 0,5
Kesamaan CRSE dan CRME pada sapi
33,17
< 0,5
CRSE: konsentrasi Zn pada sampel yang dikonversi dengan menggunakan regresi linier standar elemen tunggal dengan R= 0,9965 (ppm) CRME: konsentrasi Zn pada sampel yang dikonversi dengan menggunakan regresi linier standar multi elemen dengan R= 0,9982 (ppm)
Pada tabel di atas ditunjukkan bahwa hipotesis untuk tingkat kesamaan CRSE dan CRME pada masing-masing sampel ditolak
769
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
karena nilai probabilitasnya kurang dari 0,5. Hal ini membuktikan bahwa pengukuran dengan menggunakan standar elemen tunggal dan multi elemen mempunyai perbedaan yang cukup signifikan (KIYATNO. 2009). Data pada Tabel 2 dapat dihitung presisinya untuk mengetahui kualitas metode yang digunakan. Data konsentrasi yang diambil untuk perhitungan presisi adalah CRME pada ayam yaitu 4,4862; 4,5173; 4,5568; 4,5502 dan 4,4678. Pengambilan data ini diambil secara acak karena keempat data konsentrasi tersebut dihasilkan dari metode yang sama. Hasil perhitungannya menunjukkan koefisien varian (KV hitung) yang dihasilkan sebesar 0,0015 dan KV Horwitz sebesar 1,5940. Kualitas metode dapat diketahui dengan cara membandingkan KV hitung dengan KV Horwitz. KV hitung lebih kecil daripada KV Horwitz sehingga membuktikan bahwa metode yang digunakan cukup signifikan (ATMAWIDJAJA et al., 2004) untuk diaplikasikan pada sampel. Selanjutnya, penelitian dilanjutkan dengan penentuan nilai recovery (perolehan kembali) untuk melihat akurasi metode yang digunakan. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada recovery pertama dengan penambahan standar 1 ppm Tabel 4. Pengukuran recovery logam Zn pada sampel daging ayam dengan Spektrofotometer Serapan Atom, n = 3 P
C1
1
4,5157
C2 1
C3 5,2292 5,4381 5,4632
Rataan 2
Rataan P C1 C2 C3
1,5
8,5107 8,5171 8,7387
76,14% 97,03% 99,54% 90,06% 90,49% 105,26% 95,27%
Perlakuan Konsentrasi standar yang ditambahkan (ppm) konsentrasi sampel (ppm) Konsentrasi sampel dan standar yang ditambahkan (ppm) R : Recovery (%)
: : : :
pada sampel meghasilkan 76,14; 97,03 dan 99,54%, dengan rata-rata 90,09%. Pada
770
KESIMPULAN Nilai linieritas standar multi elemen lebih baik dibandingkan dengan standar elemen tunggal sehingga standar multi elemen sangat signifikan jika dijadikan sebagai pembanding untuk sampel. DAFTAR PUSTAKA
R
90,90% 7,1598
recovery kedua dengan penambahan standar 1,5 ppm pada sampel hasilnya cukup signifikan yaitu 90,06; 90,49 dan 105,26% dengan nilai rata-rata 95,27%. Hal ini menunjukkan bahwa akurasi metode cukup baik sehingga sangat signifikan untuk digunakan dalam pengujian logam. data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Apabila pengukuran standar multi elemen dilakukan dengan ICP-MS, hasil analisis logam Zn dengan SSA menunjukkan data yang cukup signifikan. Pada pengukuran dengan ICP-MS dihasilkan recovery sebesar 99% (HARAGUCHI, 1999) sedangkan pada SSA 95%. Perbedaan ini sangat jelas karena kualitas alat yang digunakan cukup jauh. Sensitivitas ICP-MS jauh lebih baik dibandingkan dengan SSA sehingga sangat wajar jika hasilnya lebih baik, tetapi pada dasarnya standar multi elemen dapat digunakan dalam pemeriksaan Zn dengan ICP-MS ataupun dengan SSA.
AARDT, W.J. VAN and R. ERDMANN. 2004. Heavy metals (Cd, Pb, Cu, Zn) in mudfish and sediments from three hard-water dams of the Mooi River catchment, South Africa. Water SA 30(2): 211 – 213. ACAR, O., R.T. ALI and K. ZIYA. 2008. Flame Atomic Absorption Spectrometric Determination of Iron, Magnesium, Strontium, and Zinc in Human Teeth Using La + K Mixture. Acta Chim. Slov.55: 462 – 467. ATMAWIDJAJA, S., H.T. DARYONO, RUDIYANTO. 2004. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Residu Pestisida Meditation pada Tomat. Acta Pharmaceutica Indonesia (29)2. BOROSOVA, D., J. MOCAK, E. BEINROHR and P. MISKOVIC. 2002. Validation and Quality Assurance of Arsenic Determination in Urine by GFAAS after Toluene Extraction. Polish J. Env. Studies. (11) 6: 617 – 623.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
HARAGUCHI, H. 1999. Multielement determination of trace elements in coastal seawater by inductively coupled plasma mass spectrometry with aid of chelating resin preconcentration. Bull. Chem. Soc. Jpn.72: 2253 – 2260. HIDAYAT, A. 1999. Seng (Zinc): Esensial bagi kesehatan. J. Kedokteran Trisakti. 1(18): 19 – 27. HIJOVA, E. 2004. Metallothioneins and zinc: Their functions and interactions. Bratisl. Lek. Listy. 105(5 – 6): 230 – 234. KIYATNO. 2009. Antioksidan Vitamin dan Kerusakan Otot pada Aktivitas Fisik Studi Eksperimen pada Mahasiswa JPOK-FKIP UNS Surakarta. Media Medika Indonesiana. 43(6). MUKESH, K. RAIKWAR, K. PUNEET, S. MANOJ and S. ANAND. 2008. Toxic effect of heavy metals in livestock health. Vet. World 1(1): 28 – 30. MUÑIZ,C.S., M. JUAN, G. MARCHANTE J.I.G.A. and S.M. ALFREDO. 1999. Accurate determination of iron, copper and zinc in human serum by isotope dilution analysis using double focusing ICP-MS. J. Anal. At. Spectrom.14: 1505 – 1510.
PARKIN, G. 2004. Synthetic analogues relevant to the structure and function of zinc enzymes. Chem. Rev. 104(2): 699 – 767. PRAKASH, K., P.N.R AJU., K.S. KUMAR., and M.L. NARASU. 2008. Spectrophotometric estimation of amoxicillin trihydrate in bulk and pharmaceutical dosage form. E-J. Chemistry. 5(S2): 1114 – 1116. TAGHIPOUR, V. and S.N. AZIZI. 2010. Determination of trace element in canned Kilka fish marketed in Islamic Republic of Iran. World Applied Sci. J. 9(6): 704 – 707. SHALTOUT, A.A. and M.A. IBRAHIM. 2007. Detection limit enhancement of Cd, Ni, Pb and Zn determined by flame atomic absorption spectroscopy. Canadian J. Analytical Sci. and Spectroscopy 52(5). STAVRAKAKIS,C., R. COLIN., V. HEQUET., C. FAUR and P.L. CLOIREC. 2008. Development and statistical validation of quantitative methods for the determination of steroids hormones in enviromental water by Column Liquid Chromatography/Tandem Mass Spectrometry. J. AOAC International 90(1): 237 – 246.
DISKUSI
Pertanyaan: 1. Apakah pada penelitian ini diuji juga sensitivitas relatifnya seperti halnya pada uji biologis? 2. Berapa standar deviasi yang diterima? Jawaban: 1. Perbandingan relatif tidak dihitung tetapi hanya dari linearitasnya saja 2. SD yang dipakai: ± 0,5
771