Perbandingan Produktivitas Tenaga Kerja yang Berbeda Latar Belakang Kebudayaan Dengan Metode Time Study dalam Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Wisa Sudari Program Studi Teknik Sipil, Universitas Indonesia. Email:
[email protected]
Abstrak Latar belakang kebudayaan merupakan salah satu faktor yang sulit diukur dalam produktivitas, dimana mengetahui produktivitas sangat penting untuk mengetahui profitabilitas sebuah perusahaan. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan produktivitas pekerjaan pasangan bata ringan dan plesteran bata ringan antara tenaga kerja yang berbeda latar belakang kebudayaan suku dalam dua proyek konstruksi hotel yang berbeda dengan menggunakan metode time study. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja Suku X lebih produktif 17 % untuk kepala tukang dan mandor, 18 % untuk tukang, dan 10% untuk pekerja dalam produktivitas pemasangan bata ringan dibandngkan Suku Y. Suku X juga lebih produktif 15% untuk mandor dan kepala tukang dan 3% untuk tukang dan knek dalam produktivitas plesteran bata ringan dibandingkan dengan Suku Y. Kata Kunci: latar belakang kebudayaan; produktivitas tenaga kerja; proyek konstruksi; time study.
Labor Productivity Comparison of Different Culture Background With Time Study Method In Building Construction Projects Abstract Labor Productivity is really important in measuring the performance and to increase its profitability. One of the Culture background is one of a factor which is very difficult to be measured related to productivity, where knowing productivity is very important to determine the profitability of a company. The purpose of this research is to compare the productivity of the group of labor with different cultural background. the sample of this research are the labors who are working on light brick installation and light brick cement in two different hotel construction project. The method of this research is using Time Study. The results show that the labor with variable X is 17% more productive for chief labor and co-chief labor, 18% for labor and 10% for worker for light brick installation labor group in comparison to Group Y. However, for light brick cement labor group the results show that labor with variable X is 15% more productive for chief labor and co-chief labor, and 3% for labor and worker also in comparison to Group Y. Keywords : construction project ; culture background ; labor productivity ; time study
Pendahuluan Tenaga kerja adalah faktor penting di dalam mengukur kinerja perusahaan dalam industri konstruksi. Sifat pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan padat karya yang berarti banyak menyerap tenaga kerja yaitu sekitar 30% dari biaya konstruksi digunakan untuk upah
1 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
kerja. Performasi tenaga kerja menjadi penting untuk diketahui perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya [1]. Faktor pengaruh didalam produktivitas tenaga kerja secara umum dapat dikelompokkan menjadi variabel teknis dan non teknis. Hal ini dikarenakan sifat dari variabel tersebut (1) tidak tepat (imprecise), (2) subjektif, (3) kualitatif dan (4) multi kriteria. Faktor pengaruh dapat dikuantifikasi seperti manajemen pelaksanaan, manajemen sumber daya proyek, dll, tetapi ada faktor yang sulit diukur seperti, kemampuan managerial, motivasi, kebudayaan setempat, dan cuaca [2]. Metode time study digunakan dalam penelitian ini karena metode ini adalah teknik utama dalam work measurement. Time study terkait dengan pengumpulan data berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebagai hasil dari analisis data, perhitungan dibuat dari standard times dan standard production outputs dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Subjek yang diukur bisa perorangan maupun kelompok [3]. Dalam penelitian ini, proyek konstruksi dijadikan objek penelitian karena pembangunan struktur gedung (perumahan maupun non-perumahan) merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi yang memiliki konstribusi lebih dari 40% tiap tahunnya dari seluruh pekerjaan [4]. Proyek yang dijadikan objek penelitian skripsi ialah Proyek Hotel Amaroossa Bogor dan Proyek Hotel Horison Padjajaran Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk membandingan produktivitas antara dua kelompok tenaga kerja yang berbeda latar belakang kebudayaannya dalam mengerjakan pekerjaan pemasangan bata ringan dan plesteran bata ringan. Pemilihan pekerjaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. Setelah dilakukan diskusi dengan para pakar dan wawancara di lapangan, maka diasumsikan pekerjaan finishing yaitu pemasangan bata ringan dan plesteran bata ringan sangat membutuhkan keterampilan tenaga kerja. b. Pekerjaan pemasangan bata ringan dan plesteran bata ringan untuk kualitas, metode, dan lingkup kerjanya relatif sama antar proyek bangunan gedung bertingkat.
2 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Tinjauan Teoritis a.
Produktivitas dan Efektivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun
fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa. Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang [5]. b.
Pengertian Kebudayaan Dalam ilmu antropologi, hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan”
karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam gen-nya bersama kelahirannya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan [6]. c.
Pengertian Perilaku dan Kepribadian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar [7]. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu, adalah apa yang disebut “kepribadian” atau personality. Definisi kepribadian dalam hal ini masih kasar sifatnya dan tidak berbeda dengan kehidupan sehari-hari [8]. d.
Konsep Pekerjaan Finishing Dalam penelitian ini, digunakan definisi dan tahapan pekerjaan finishing yang sering
digunakan dengan memasukkan sumber dari Wika Learning Centre sebagain bahan rujukan. Pekerjaan finishing adalah suatu bagian dari pekerjaan sebuah bangunan gedung dimana lebih 3 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
tepatnya bisa dikatakan bahwa pekerjaan finishing adalah pekerjaan menutup, melapisi, dan memperindah sebuah bangunan setelah semua pekerjaan struktur dalam pembangunan itu dilaksanakan agar lebih menampakkan kesan eksotis dan dekoratif dari sebuah bangunan, artinya pekerjaan finishing adalah proses pekerjaan akhir dari suatu rangkaian membangun sebuah gedung [9]. e.
Konsep Time Study Tujuan utama dikembangkannya waktu standar adalah membantu penentuan waktu
yang terjadi terutama dalam proses operasi yang terjadi dalam siklus manajemen, yaitu proses penentuan tujuan, perencanaan program, menentukan beban kerja, menentukan sumbersumber yang dibutuhkan, menentukan otoritas penggunaan sumber daya yang dimiliki, melaksanakan aktivitas, membandingkan antara aktivitas dengan rencana semula, evaluasi aktual dan rencana, serta membandingkan tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas yang dilakukan.[10]. Perhitungan waktu standar merupakan salah satu cara yang efektif dalam menentukan waktu yang dibutuhkan pada suatu jenis pekerjaan. metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan/ pencatatan waktu dari suatu kegiatan yang tengah dilakukan dengan kinerja standar. Sebelum dilakukan pencatatan, pengukur harus menentukan terlebih dahulu kapan waktu awal dan akhir dari suatu siklus, dari pengamatan diperoleh waktu standar dari kegiatan tersebut. Dalam metode perhitungan waktu standar, kegiatan yang dilakukan adalah timing dan rating [11]. a.
Timing Merupakan kegiatan mengukur waktu dari suatu jenis pekerjaan. alat yang umumnya digunakan adalah stopwatch.
b.
Rating Merupakan kegiatan membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja dilapangan dengan kinerja standar Waktu standar yang baik harus didasarkan pada estimating (estimating), perencanaan
(planning), dan pengendalian (controlling) pekerjaan. pada umumnya waktu standar dilakukan berdasarkan angka. Range angka rating berada pada kisaran 50-125. Angka 100 merupakan angka patokan untuk kinerja normal. Sedangkan angka diatas 100 memiliki arti bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan cepat dan sebaliknya, angka di bawah 100 berarti
4 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
pekerjaan dilaksanakan dengan lambat. Jika angka 100 digunakan sebagai dasar penilaian standar, maka : a.
Angka 125 berarti pekerja bekerja dengan cepat, sangat ahli, dan motivasi tinggi
b.
Angka 75 berarti pekerja lambat, keahlian cukup, dan motivasi tinggi.
c.
Angka 50 berarti pekerja sangat lambat, tidak ahli, dan tidak memiliki motivasi. Hasil dari perhitungan rating ini selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui
besarnya basic time dengan perhitungan [12].
Basic time = Observed rating x (Assessed Rating/ Standard Rating)
Untuk relaxation allowences, didasarkan pada kondisi tenaga kerja saat dilakukan pengamatan. Untuk memudahkan, dilampirkan tabel berikut ini [13]. Tabel 1. Tabel Relaksasi
Deskripsi Kondisi/ Penyebab Standar
Posisi Kerja
Konsentrasi
Lingkungan
Tenaga yang Digunakan Monoton/ Kebosanan
kebutuhan pribasi (toilet, minum, cuci tangan, dll) dan kekelahan normal Berdiri Posisi cukup sulit posisi sulit (berbaring, tangan menjangkau maksimum,dll) Perhatian biasa, melihat gambar-gambar Perhatian ekstra, penjelasan yang rumit dan panjang Pencahayaan : cukup sampai remang-remang ventilasi : cukup sampai berdebu lalu kondisi ekstrem/ sangat berdebu Kebisingan : tenag sampai sangat bising panas : sejuk sampai 35 derajat celcius kelembabab 95% Ringan : bebean sampai 5 kg sedang : beban sampai dengan 20 kg berat : bebean sampai dengan 40 kg sangat berat : beban sampai dengan 50 kg Secara mental Secara fisik
Persen dari Basic Time 8 2 2-7 2-7 0-5 0-8 0-5 0-5-10 0-5 0-70 1 1-10 1-10 30-50 0-4 0-5
5 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Sedangkan waktu standar dapat dirumuskan sebagai [14]. Standard time = Basic Time + % Relaxation Allowance + % Contingency
Keterangan : a.
Relaxation allowance : tidak ada allowances index yang khusus digunakan dalam industri konstruksi, sehingga pendekatannya digunakan prosentase dari basic time
b.
Contingency : penambahan waktu pada waktu standar akan lebih baik jika dilakukan dan hal ini tidak dapat ditentukan secara tepat, akan tetapi pada kenyataannya selalu terjadi di lapangan.
Metode Penelitian Dalam pengolahan data, dilakukan dengan mencari nilai standard time untuk tukang dan knek yang bekerja dalam satu hari pengamatan. Pengamatan dilakukan di 2 proyek yang berbeda, Pertama adalah Proyek Hotel Amaroossa Bogor dan Proyek Hotel Horison Padjajaran Bogor. Pengamatan dilakukan di 2 tempat dengan memiliki latar belakang kebudayaan tukang dan knek yang berbeda. Para tenaga kerja yang ditinjau di Proyek Hotel Amaroossa adalah tenaga kerja Suku X karena hampir 85% tenaga kerja finishing di proyek ini berasal dari Suku X. Adapun dalam Proyek Hotel Horison Padjajaran yang diteliti adalah tenaga kerja Suku Y karena lebih kurang 90% berasal dari daerah tersebut. Pengamatan ini hanya melihat perbedaan kinerja untuk tukang dan knek, sehingga mandor yang memiliki latar belakang kebudayaan sama di 2 proyek tidak menjadi kendala dalam penelitian. Alur penelitian dimulai dengan survey lapangan dan studi literatur, penentuan sampel untuk kelompok kerja A dan kelompok kerja B. Dalam hal ini yang diamati ialah Suku X dan Suku Y. Pengamatan langsung dilapangan dan pengkajian laporan harian dilakukan selama pengamatan. Setelah itu, hasil yang ada diolah dengan SPSS v.20 kemudian dianalisis karakteristik metode kerja, kualitas kerja, dan lingkup kerja. Adapun alur penelitian yang akan dilakukan, dingkas dalam bagan dibawah ini.
6 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Bagan 1. Alur Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari video recorder, kamera, time study form, dan wawancara. Dalam time study, dilakukan pemisahan elemen kerja agar dapat ditinjau kinerja dari para tenaga kerja yang ditinjau. Adapun elemen yang ditinjau dari pekerjaan pemasangan bata ringan dan plesteran bata ringan, antara lain : a.
Membuat mortar instan pemasangan bata ringan (knek).
b.
Memasang bata ringan (tukang)
c.
Membuat mortar instan plesteran (knek)
d.
Plesteran bata ringan (tukang) Perhitungan konversi dilakukan dengan membagi upah dengan standar upah yang
dimasukkan dalam upah tukang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan dan pengkonversian. Diasumsikan konversi standar ialah konversi untuk tukang. Hal ini dimasukkan untuk menyamakan semua elemen dan standard time dapat diperoleh. Penggunaan tukang sebagai standar konversi upah juga dimaksudkan karena tukang 7 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
merupakan elemen utama dalam produktivitas sebuah pekerjaan sementara knek bersifat membantu pekerjaan tukang, Hal ini telah didiskusikan juga dengan para mandor yang ada. Basic time yang didapat telah dikonversikan dengan rating, seperti yang telah dijelaskan dalam Tinjauan Teoritis. Pembagian elemen tersebut akan dimasukkan dalam lembaran time study abstract sheet seperti dibawah ini Tabel 2. Time Study Abstract Sheet
Jam Kerja
Nama
Upah
Konversi
Time Study Abstract Sheet Date : BT/ Luasan R WR BT m2
S P A C E M
% Con
Total %
S.T.
Keterangan Jam kerja
: Pengamatan setiap jam dalam 7 jam kerja efektif
Nama
: Nama tukang/knek untuk sampel (S)
Upah
: Upah yang ditetapkan oleh mandor untuk masing-masing sampel
Konversi
: (Upah yang ditetapkan/ Upah standar tukang)
Luasan
: Luasan yang didapatkan dalam waktu tertentu (m2)
R
: Rating (jam)
WR
: Watch Reading, waktu pengamatan (jam)
BT
: Basic Time, WR x (R/100) (jam)
Basic time
: (waktu* konversi) / luasan (manhour)
S (Standard)
: Kebutuhan pribasi (toilet, minum, cuci tangan, dll) dan kekelahan normal (%)
P (Position)
: Posisi (%)
A (Attention)
: Perhatian (%)
C (Condition)
: Kondisi Umum (%)
E ( Effort)
: Beban/Usaha (%)
% Con
: 5%
S.T
: Basic Time + % Relaxation + % Contingency
8 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Perhitungan ini akan dihitung dan dicari rata-rata basic time dalam 1 hari pengerjaan, yang terdiri dari beberapa sampel pengamatan. Dalam pengamatan ini, terdapat sekitar 2 - 6 tenaga kerja untuk tukang dan sekitar 3 - 8 knek yang membantu pekerjaan pemasangan bata setiap harinya dalam total 37 hari pengamatan. Perhitungan ini kemudian ditambahkan relaksasi dari tenaga kerja. Perhitungan relaksasi ini ditentukan berdasarkan keadaan sekitar yang ada saat tenaga kerja melakukan pekerjaannya. Hal ini ditentukan oleh kondisi, cuaca, kelembaban, dll sesuai dengan yang terjadi saat dilakukan pengamatan. Waktu kontingensi ditetapkan sebesar 5 % dengan mengacu pada kemungkinan cuaca dan gangguan yang terjadi dalam melakukan pekerjaan finishing. Hasil dari perhitungan ini adalah standard time (manhour) yaitu waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja dalam mengerjakan 1 m2 pekerjaan tinjauan. Setelah didapat manhour untuk 1 orang sampel dalam tiap harinya, maka dibuatlah rekapitulasi standard time dalam 1 hari. Satu sampel menandakan standard time satu orang tenaga kerja, yaitu waktu yang dibutuhkan satu orang tenaga kerja untuk membuat produk 1 m2 pekerjaan dalam ratarata dari 7 jam kerja efektif/hari. Setelah didapat rata-rata produktivitas 1 sampel dalam satu hari, maka dibuatlah rekapitulasinya untuk 37 hari pengamatan sehingga didapatlah rata-rata untuk produktivitas pemasangan bata ringan dan plesteran bata ringan. Nilai rata-rata ini diambil dari pengujian dengan menggunakan uji normalitas dan uji deskriptif dengan SPSS v.20. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini dibuat dalam grafik-grafik untuk memudahkan dalam pembacaan. Adapun produktivitas yang diartikan dalam penelitian ini ialah waktu dibagi hasil, sehingga produktivitas yang lebih cepat ialah yang waktunya lebih kecil. Dalam grafik ini, Suku X memperoleh nilai waktu yang lebih kecil daripada Suku Y. Hal ini pum membuktikan bahwa Suku X lebih produktif dibandingkan Suku Y dalam pemasangan bata ringan, dimana untuk mengerjakan 1 m2 pekerjaan Suku X lebih cepat dari Suku Y.
9 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
0,65 0,60 0,55 0,50
Suku X
0,45
Suku Y
0,40 0,30
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30
0,35
Grafik 1. Koefisien Produktivitas Pembuatan Mortar Instan Bata Ringan (Waktu/Hasil(m2))
0,04 0,04 0,03 Suku X
0,03
Suku Y
0,02
0,01
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
0,02
Grafik 2. Koefisien Produktivitas Pemasangan Bata Ringan (Waktu/Hasil(m2))
Data-data tersebut kemudian diolah dan diuji menggunakan SPSS v.20 dengan uji deskriptif dan uji normalitas data, hasil tersebut diambil nilai rata-rata produktivitas dari 30 sampel yang ada untuk masing-masing suku, hasilnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 3. Perbandingan Produktivitas Time Study Suku X vs Suku Y No 1 2
Acuan
Koefisien
Time Study X Pemasangan Mandays Bata Ringan Manhours Time Study Y Pemasangan Mandays Bata Ringan Manhours Selisih Suku X vs Suku Y (%)
Mandor 0,006 0,043 0,007 0,052 17 %
Kepala Tukang 0,006 0,043 0,007 0,052 17 %
Tukang Batu 0,059 0,412 0,071 0,500 18 %
Pekerja 0,004 0,026 0,004 0,029 10 %
10 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata produktivitas Suku X lebih produktif dibandingkan dengan Suku Y. Hal ini terlihat baik dari perhitungan manhours maupun perhitungan mandays yang dilakukan dengan membagi manhours dengan 7 jam kerja efektif. Adapun untuk plesteran bata ringan didapatkan grafik dibawah ini dengan menampilkan produktivitas 30 sampel untuk masing-masing Suku X dan Suku Y. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam grafik dibawah ini. 0,09 0,08 0,07 0,06
Suku X
0,05
Suku Y
0,03
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30
0,04
Grafik 3. Koefisien Produktivitas Pembuatan Mortar Instan Plesteran Bata Ringan (Waktu/Hasil(m2))
0,65 0,60 0,55 0,50
Suku X
0,45
Suku Y
0,40 0,30
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30
0,35
Grafik 4. Koefisien Produktivitas Plesteran Bata Ringan (Waktu/Hasil(m2))
Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata produktivitas Suku X lebih produktif dibandingkan dengan Suku Y. Adapun untuk lebih memudahkan, dibuat dalam tabel dibawah ini.
11 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Tabel 4. Perbandingan Produktivitas Time Study Plesteran Bata Ringan Suku X vs Suku Y Tukang Batu
Acuan
Koefisien
2
Time Study X Pekerjaan Plesteran (10 mm)
Mandays
0,006
0,006
0,070
0,008
Manhours
0,045
0,045
0,487
0,057
Time Study Y Pekerjaan Plesteran (10 mm)
Mandays
0,008
0,008
0,071
0,008
Manhours
0,053
0,053
0,500
0,059
3
Selisih Koefisien Suku X vs Suku Y (%)
Mandor
Kepala Tukang
No
15 %
15 %
3%
Pekerja
3%
Pembahasan Dalam produktivitas, elemen yang yang tidak bisa dipisahakan dalam mengukur suatu produktivitas ialah metode kerja, kualitas kerja, dan lingkup kerja. Adapun dalam hal ini pekerjaan pemasangan bata ringan untuk Suku X dan Suku Y keduanya memiliki karakteristik yang sama produktivitas yang diukur baik dari segi metode kerja, kualitas kerja, dan lingkup kerja. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa latar belakang kebudayaan menjadi variabel yang dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan perbedaan produktivitas yang terjadi antara Suku X dan Suku Y. Setelah dilakukan analisis dengan para pakar, perbedaan ini diduga disebabkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan antara Suku X dan Suku Y. Dalam ilmu antropologi, hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan.[15]. Budaya disebabkan geografis alam dan juga pengaruh politik yang ada. Budaya menghasilkan prilaku yang akan membentuk sikap seseorang dan mendasari cara ia bekerja dan terus menerus dibangun menjadi nilai-nilai yang ada. Hal ini menjadi sebuah karakter tersendiri dan kemungkinan terdapat karakter dari Suku X yang mendukung pengerjaan pemasangan bata sehingga produktivitas Suku X lebih besar dari Suku Y. Namun, hal ini belum tentu berlaku dalam pekerjaan lain karena dimungkinkan karakter yang tidak cocok. Adapun dalam hal pekerjaan plesteran bata ringan untuk Suku X dan Suku Y keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal metode kerja. Adapun untuk kualitas kerja dan lingkup kerja antara kedua suku tidak ada perbedaan dan menjadi karakteristik produktivitas. Perbedaan metode tersebut dikarenakan perbedaan alat yang digunakan dalam melakukan pekerjaan plesteran bata ringan. Untuk suku X menggunakan jidar alumunium 12 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
untuk benchmarking plesteran sementara Suku Y menggunakan kepalaan plesteran untuk benchmarking plesteran.
Gambar 1. Suku X menggunakan jidar alumunium (kiri) dan Suku Y menggunakan kepalaan plesteran untuk benchmarking
Jika dikaitkan dengan latar belakang kebudayaan, perbedaan produktivitas yang terjadi dalam pemasangan bata ringan dan plesteran dapat dikaitkan dari perbedaan sistem nilai/etika dan sifat/karakter [16]., yaitu makna kerja yang dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup seseorang, menjembatani bagaimana seseorang memandang arti kerja , life-stylenya, serta cara-cara yang dipakai dalam memuaskan dirinya sendiri. Sistem nilai/ etika dan sifat karakter ini membentuk Suku X dan Suku Y menggunakan metode yang berbeda dalam mengerjakan pekerjaan plesteran pemasangan bata ringan. Perbedaan metode yang digunakan menyebabkan perbedaan alat yang digunakan dalam melakukan pekerjaan plesteran bata ringan. Perbedaan metode ini akan membuat perbedaan peralatan kerja yang digunakan dan pada akhirnya mempengaruhi produktivitas kerja, Adapun bagan penjelasannya dapat digambarkan sebagai berikut :
13 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
Kebudayaan
Kebiasaan, pola pikir, karakter, sistem nilai
Metode kerja
Peralatan Kerja
Produktivitas Kerja
Bagan 2. Alur keterkaitan Kebudayaan dengan Produktivitas
Menurut
rumusan
bagan
diatas,
maka
disimpulkan
bahwa
kebudayaan
mempengaruhi kebiasaan, pola pikir, karakter, dan sistem nilai dan menjadi dasar dalam pemilihan metode kerja. Metode kerja yang dipilih akan menentukan peralatan kerja yang dipilih. Dalam hal ini, diasumsikan penggunaan metode jidar alumunium yang dilakukan oleh Suku X telah tepat karena hasilnya lebih produktif. Namun belum diketahui bagaimana pengaruhnya jika metode kepalaan plesteran dilakukan oleh Suku X, begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan Setelah dilakukan perhitungan dan pengolahan data, mengkaji literatur, dan wawancara dengan para sumber untuk validasi, didapatlah kesimpulan sebagai berikut : a.
Tidak terdapat perbedaan karakteristik produktivitas antara pemasangan bata ringan yang dilakukan Suku X dalam Proyek Hotel Amaroossa Bogor dengan Suku Y dalam Proyek Hotel Horison Padjajaran. Produktivitas Suku X lebih tinggi dibandingkan Suku Y dimungkinkan karena latar belakang kebudayaan Suku X yang mempengaruhi karakter Suku X dan mendukung pekerjaan pemasangan bata ringan.
b.
Terdapat perbedaan karakteristik produktivitas dimana terdapat perbedaan metode kerja antara Suku X dalam Proyek Hotel Amaroossa Bogor dengan Suku Y dalam Proyek Hotel Horison Padjajaran. Perbedaan metode ini dimungkinkan dipengaruhi oleh kebiasaan berbeda yang dilatarbelakangi perbedaan kebudayan Suku X dan Suku Y. Produktivitas Suku X lebih tinggi dari Suku Y akibat perbedaan metode dan latar belakang kebudayaan. Metode plesteran bata ringan yang digunakan oleh Suku 14 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
X lebih tepat dan efektif dibandingkan dengan Suku Y yang dimungkinkan karena kebiasaan yang didasari budaya. Namun, produktivitas Suku X belum tentu efektif jika menggunakan metode Suku Y dan berlaku kebalikannya.
Saran Peneliti menyadari bahwa masih banyak yang kurang dalam penelitian ini dan masih dapat dikembangkan lebih baik lagi. Adapun saran-saran untuk penelitian ini antara lain : a.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam penggunaan metode plesteran yang tepat untuk Suku X dan Suku Y. Perlu dikaji bagaimana Produktivitas Suku X jika melakukan plesteran bata ringan menggunakan metode yang dilakukan Suku Y dan produktivitas Suku Y jika menggunakan metode yang dilakukan Suku X.
b.
Pelaku konstruksi disarankan meninjau kebiasaan, pola pikir, karakter, dan sistem nilai tenaga kerja tukang dan knek yang terangkum dalam kebudayaan dan suku tertentu sebagai salah satu referensi dalam pemilihan tenaga kerja.
Daftar Referensi [1]
Wuryanti, W., Wibowo, A. (2010). Standardisasi Pedoman Pengukuran Produktivitas Tenaga kerja Untuk Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung. Prosiding Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. p.1
[2]
Wuryanti, W., Wibowo, A. (2010). Standardisasi Pedoman Pengukuran Produktivitas Tenaga kerja Untuk Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung. Prosiding Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. p.8
[3]
Pilcher, Roy. (1992). Principles of Construction Management, 3rd Edition, New York: McGraw-Hill Companies, p.242-243
[4]
Utami,S.Ngesti.(2008). Analisis Faktor Resiko yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja dengan Menggunakan Metode Fuzzy. Skripsi, Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia, Jakarta, p.1
[5]
Sinungan, Muchdarsyah.(1992). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta :Bumi Aksara, ,p. 12
[6]
Koentjaraningrat.(1971). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, p.23-24
[7]
Koentjaraningrat.(1986). Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, p.130-136
15 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013
[8]
Wika Learning Center. http://learningcenter.wika.co.id/FILES/eureka_page2f1e0a15815d5b34beaf731ad7284f 2a_5029b4cc103c8f676a3fa0ee519153c2.pdf ,diakses tanggal 12 Juni 2013, p.3
[9]
Pilcher, Roy. (1992). Principles of Construction Management, 3rd Edition, New York: McGraw-Hill Companies, p.242-250
[10] Mundel, Marvin, E. and David L.Dunner (1994), Motion & Time Study: Improving Productivity, Seventh edition, Prentice-Hall Publishing Company, USA. p.5 [11] Barnes, R.M. (1980). Motions and Time Study Design and Measurement of Work, Seventh Edition, Prentice Hall International,inc.p.268-288 [12] Olomolaye, Paul., Harris., et al. (1998). Construction Productivity Management. England : Edision Wesley Longman, Ltd. [13] Kangmartono, Sutawija. (2007). Admaja, Handoyo K. Perbandingan Produktivitas Pekerja Konstruksi Berdasarkan Perbedaan Waktu (Pagi Hari & Siang Hari). Skripsi Universitas Kristen Petra,p.9-10 [14] Koentjaraningrat.(1971). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, p.23-24 [15] Koentjaraningrat.(1986). Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, p.130-136 [16] Subiyanto, Eddy. (2013). Evaluasi Pekerjaan. Presentasi Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komunikasi, Teknik Sipil Universitas Indonesia, Depok, p.16
16 Perbandingan produktivitas..., Wisa Sudari, FT UI, 2013