PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN BEBERAPA MODEL PLOT UBINAN PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 Ahmad Damiri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu
ABSTRAK Data produksi padi sangat berguna untuk membantu dalam perencanaan program swasembada beras baik secara lokal, regional, maupun nasional. Data produksi padi diperoleh dari perkalian antara luas panen dan produktivitas (produksi per hektar). Data produktivitas dikonversi dari data ubinan yang diambil di lapangan sebagai dasar perhitungan oleh BPS. Namun kenyataan di lapangan masih terdapat perbedaan persepsi antara pihak statistik, penyuluh pertanian, dan peneliti dalam penentuan luas ubinan. Selama ini ubinan padi yang biasanya dilakukan di lapangan oleh PPL berpatokan pada cara BPS yaitu plot ubinan 2,5 x 2,5 m, tanpa memperhatikan jarak dan sistem tanam yang digunakan. Padahal jika model ubinan yang digunakan tidak tepat, maka perkiraan produktivitas juga akan jauh dari yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan pada lokasi Pengkajian Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi (M-P3MI) di Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu pada panen padi musim gadu (bulan Juli 2011) dengan tujuan untuk membandingkan data hasil ubinan dengan data riil pada beberapa model ubinan padi sawah sistem tanam legowo 4:1. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 13. Model plot ubinan yang digunakan yaitu ukuran 2,5 x 2,5 m, 5 x 2 m, dan untuk 5 x 5 m, masing-masing plot diulang 6 kali. Data dianalisis secara deskriptif untuk membandingkan setiap plot ubinan terhadap data panen riil dilakukan untuk mengetahui plot ubinan mana yang paling mendekati hasil panen sebenarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata plot ubinan ukuran 2,5 x 2,5 m menghasilkan produktivitas 6,76 ton/ha, 5 x 2 m menghasilkan 5,96 ton/ha, dan 5 x 5 m produktivitasnya 5,88 ton/ha. Model plot ubinan 5 x 2 menunjukkan produktivitas yang paling mendekati data riil yaitu 6,00 ton/ha, sehingga ukuran plot ubinan ini direkomendasikan untuk digunakan pada pertanaman padi sawah legowo 4:1 daripada plot ubinan ukuran 5 x 5 m, sedangkan plot ubinan 2,5 x 2,5 m tidak direkomendasikan untuk digunakan pada sistem tanaman legowo 4:1 untuk mencegah bias produktivitas yang terlalu tinggi. Kata kunci: ubinan, padi sawah, legowo 4:1
I. PENDAHULUAN Swasembada beras berkelanjutan merupakan salah satu tujuan program pembangunan pertanian. Untuk itu diperlukan data yang akurat sebagai bahan perencanaan dan evaluasi program. Menurut Puslitbang Tanaman Pangan (2011), penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. 1
Sampai dengan saat ini sumber data produksi padi nasional yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik bertugas dan bertanggungjawab dalam penyediaan data statistik dasar. Angka produksi tanaman pangan yang dikeluarkan BPS sebenarnya dihasilkan dari dua data utama yaitu data luas panen dan produktivitas (hasil per hektar). Kedua data tersebut kemudian dikalikan dan menghasilkan angka produksi. Data luas panen yang digunakan dalam menghitung angka produksi tanaman pangan BPS merupakan data yang dikumpulkan oleh Dinas Pertanian di tingkat kabupaten/kota di bawah koordinasi Kementerian Pertanian. Data produktivitas atau hasil per hektar dikumpulkan oleh BPS melalui Survei Ubinan yang dilakukan setiap subround (empat bulanan). Data produktivitas dikumpulkan dengan pengukuran langsung pada petak sampel yang disebut plot ubinan dengan ukuran 2,5 x 2,5 m (Suhari, 2011). Permasalahannya adalah bahwa dalam penggunaan plot ubinan di lapangan, kerap terjadi perbedaan prinsip antara cara yang biasa dilakukan oleh peneliti/penyuluh BPTP dengan cara yang biasa dilakukan oleh aparat dinas pertanian/penyuluh pertanian lapangan yang mengikuti panduan BPS (2,5 x 2,5 m). Perbedaan cara pengukuran tersebut menghasilkan data yang berbeda pada areal yang sama (Subrata dan Kusmana, 2003). Untuk itu diperlukan pengujian plot ubinan untuk meyakinkan pengguna akan plot ubinan yang benar dalam memperkirakan produktivitas padi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan data hasil ubinan dengan data riil pada beberapa model plot ubinan padi sawah sistem tanam legowo 4:1.
II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada lokasi Pengkajian Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi (M-P3MI) di Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu pada panen padi musim gadu (bulan Juli 2011). Lahan sawah petani kooperator seluas 1,2 ha ditanami dengan benih padi varietas Inpari 13 (kelas benih dasar). Sistem tanam yang digunakan adalah legowo 4:1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm, sehingga populasi tanaman per hektar sebanyak 300.000 rumpun per hektar. Pada saat panen, dibuat 3 model plot ubinan yaitu berukuran 2,5 x 2,5 m, 5 x 2 m, dan 5 x 5 m. Masing-masing plot diulang sebanyak 6 kali sehingga terdapat 18 hasil pengukuran. Analisis deskriptif digunakan untuk membandingkan data hasil ubinan rata-rata dengan data riil panen.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data produktivitas dari konversi masing-masing hasil ubinan disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa terdapat selisih angka rata-rata produktivitas padi dengan ketiga plot ubinan di atas. Pada plot ubinan 2,5 x 2,5 m, diperoleh hasil 6,76 ton/ha, merupakan hasil paling tinggi dibandingkan 2 plot ubinan lainnya. Plot ubinan 5 x 2 m dihasilkan rata-rata produktivitas 5,96 ton/ha, dan plot ubinan 5 x 5 m produktivitasnya 5,88 ton/ha. Pada Tabel 2 disajikan selisih produktivitas antara masing-masing plot ubinan dengan data riil panen. 2
Tabel 1. Produktivitas padi dari ketiga plot ubinan. Ulangan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
2,5 x 2,5 m = 6,25 m2 7,82 5,50 6,46 6,79 7,60 6,38 6,76
Produktivitas ubinan (ton/ha) 5 x 2 m = 10 m2 5,89 6,44 6,24 6,09 4,39 6,69 5,96
5 x 5 m = 25 m2 6,60 4,98 6,00 5,68 6,22 5,78 5,88
Tabel 2. Selisih produktivitas antara masing-masing plot ubinan dengan data riil panen. Plot ubinan 2,5 x 2,5 m 5x2m 5x5m
Produktivitas gabah kering panen (ton/ha) Produktivitas rata-rata Data riil panen Selisih produktivitas 6,76 6,00 +0,76 5,96 6,00 -0,04 5,88 6,00 -0,12
Terlihat pada Tabel 2 bahwa ubinan 2,5 x 2,5 m menghasilkan rata-rata produktivitas yang lebih tinggi yaitu 0,76 ton/ha dibandingkan dengan data riil. Dengan plot ubinan 5 x 2 m, produktivitas rata-rata lebih rendah 0,04 ton/ha dibandingkan data riil, sedangkan produktivitas rata-rata plot ubinan 5 x 5 m lebih rendah 0,12 ton/ha daripada data riil panen. Hal ini berarti bahwa jika dibandingkan dengan hasil riil gabah kering panen yang diperoleh petani yaitu 6,00 ton/ha maka plot ubinan 5 x 2 menunjukkan produktivitas yang paling mendekati data riil. Perbedaan cara pengukuran ubinan pada dasarnya menyangkut dua faktor, yaitu penentuan pengukuran ubinan dan penentuan posisi batas areal ubinan. Pada cara yang umum digunakan (2,5 x 2,5 m), luas bidang ubinan dibakukan sebesar 6,25 m2, sedangkan posisi batas ubinan tidak ditentukan. Hal ini didasarkan hanya pada asumsi bahwa secara statistik, ukuran petak ubinan dibuat agar tidak kurang dari standar minimal ukuran ubinan padi yaitu 5 m2 (Gomez, 1972). Pada cara peneliti/penyuluh BPTP, ukuran plot ubinan tidak dibakukan. Posisi batas ubinan harus pada pertengahan jarak antar tanaman. Oleh karena jarak tanam padi di lapangan bervariasi, maka otomatis ukuran ubinan juga disesuaikan, sejauh tidak kurang dari standar minimal yaitu 5 m2. Perbedaan cara pengukuran ubinan di atas bersumber dari perbedaan sudut pandang mengenai jarak tanam. Pengukuran cara peneliti/penyuluh BPTP didasarkan pada sudut pandang bahwa jarak tanam merupakan cerminan luas bidang lahan yang ditempati tiap tanaman. Pemahaman ini disebut sudut pandang matematis karena melihat korelasi antara luas bidang pertanaman dan populasi tanaman. Sebaliknya cara petugas statistik/PPL tidak mempersoalkan posisi batas areal ubinan karena tidak melihat makna jarak tanam sebagai luas bidang yang ditempati tanaman. Jarak tanam semata-mata berarti jarak antar tanaman. Pemahaman ini disebut sudut pandang praktis (Subrata dan Kusmana, 2003). Ubinan 2,5 x 2,5 m (cara pengubinan yang biasa dilakukan) Secara praktis (plot ubinan 2,5 x 2,5 m), jika diterapkan pada sistem tanam legowo 4:1, maka ketika menghitung tanaman pada satu bidang pertanaman padi, titik awal/titik nol terletak pada titik tumbuh tanaman. Bila jarak tanam padi 20 x 20 cm, di dalam baris 3
tanaman terdapat 13 rumpun tanaman (tidak termasuk tanaman sisipan pada baris pinggir), sedangkan jumlah tanam antar baris panjang 2,5 m sebanyak 11 rumpun. Sehingga pada luas areal 6,25 m2, jumlah tanaman adalah 13 x 11 = 143 rumpun. Jika ditambah dengan tanaman sisipan yaitu (5 x 13 = 65 rumpun), maka jumlah tanaman seluruhnya adalah 143 + 65 = 208 rumpun (Ubinan A). Dihitung dengan cara yang sama pada Ubinan B jumlah tanaman sebanyak 208 rumpun, sama dengan Ubinan A, namun apabila petak ubinannya diletakkan selanjutnya antar baris maka populasi tanaman akan berkurang 26 rumpun karena sudah termasuk ke dalam Ubinan B, sehingga populasi tanaman tinggal 182 rumpun. Pada Ubinan C jumlah tanaman sisipan berkurang sebanyak 5 rumpun yang sudah termasuk dalam Ubinan A, sehingga jumlah tanaman tinggal 203 rumpun. Demikian pula pada Ubinan D, jumlah tanaman sisipan berkurang sebanyak 6 rumpun karena sudah termasuk ke dalam Ubinan C sehingga jumlah tanaman tinggal 202 rumpun. Seharusnya jumlah rumpun pada setiap ubinan adalah sama. Ilustrasi penggunaan ubinan 2,5 x 2,5 m ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Bias populasi pada penggunaan plot ubinan 2,5 x 2,5 m (sudut pandang praktis). Keterangan:
= petak ubinan;
= rumpun tanaman;
= rumpun tanaman sisipan
Dari uraian di atas diketahui bahwa apabila menggunakan plot ubinan 2,5 x 2,5 m yang diukur dari tanaman pinggir legowo 4:1, maka jumlah rumpun tanaman menjadi 208 x 1.600 = 332.800 tanaman, sedangkan jumlah tanaman pada sistem tanam legowo 4:1 hanya 300.000 rumpun (Wibawa dan Miswarti, 2010). Angka 1.600 diperoleh dari hasil pembagian 10.000 m2 (1 ha) dengan luas ubinan 6,25 m2. Hal ini berarti ada 4
kelebihan 32.800 rumpun tanaman yang akan meningkatkan perkiraan jumlah produksi padi. Ubinan 5 x 2 m Jumlah tanaman pada plot ubinan 5 x 2 m sebanyak 300 rumpun (Gambar 2). Di dalam setiap baris tanaman terdapat 25 rumpun (tidak termasuk tanaman sisipan pada baris pinggir), sedangkan jumlah tanam antar baris sepanjang 2 m sebanyak 8 rumpun. Sehingga pada luas areal 10 m2, jumlah tanaman adalah 25 x 8 = 200 rumpun. Jika ditambah dengan tanaman sisipan yaitu (25 x 4 = 100 rumpun), maka jumlah tanaman seluruhnya adalah 200 + 100 = 300 rumpun (Ubinan A simetris dengan Ubinan B). Sehingga jumlah rumpun tanaman per hektar adalah 300.000 rumpun.
Gambar 2. Plot ubinan 5 x 2 m (jumlah tanaman setiap ubinan 300 rumpun).
5
Ubinan 5 x 5 m Jumlah tanaman pada plot ubinan 5 x 5 m sebanyak 750 rumpun (Gambar 2). Di dalam setiap baris tanaman terdapat 25 rumpun (tidak termasuk tanaman sisipan pada baris pinggir), sedangkan jumlah tanam antar baris sepanjang 5 m sebanyak 20 rumpun. Sehingga pada luas areal 25 m2 jumlah tanaman adalah 25 x 20 = 500 rumpun. Jika ditambah dengan tanaman sisipan yaitu (25 x 10 = 250 rumpun), maka jumlah tanaman seluruhnya adalah 500 + 250 = 750 rumpun. Sehingga jumlah rumpun tanaman per hektar adalah 300.000 rumpun.
Gambar 3. Plot ubinan 5 x 5 m (jumlah tanaman setiap ubinan 750 rumpun). Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa jumlah tanaman pada plot ubinan 5 x 2 m dan 5 x 5 m adalah 300.000 rumpun per hektar. Jumlah ini tepat dengan jumlah tanaman per hektar pada sistem tanam legowo 4:1. Dapat dikatakan bahwa pada posisi manapun ubinan 5 x 2 m dan 5 x 5 m ditempatkan, populasi tanaman akan tetap sama.
6
Pembuktian Ketepatan Ubinan Untuk menentukan ketepatan ubinan perlu suatu acuan berdasarkan aksioma yaitu kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi. Secara matematis populasi tanaman diperoleh dari hasil pembagian antara areal pertanaman dengan jarak tanam. Bagi petugas statistik/PPL dengan sudut pandang praktis, ketika menghitung populasi tanaman pada satu bidang pertanaman padi, “titik 0” terletak pada titik tempat tumbuh tanaman. Bila pada sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm, pada luas 1 m2 (A) terdapat 45 rumpun tanaman dan B terdapat 40 rumpun tanaman, sehingga luas 2 m2 terdapat 85 rumpun tanaman. Hasil perhitungan di lapangan tidak matematis karena setiap kelipatan luas bidang pertanaman tidak berarti kelipatan populasi. Seharusnya bila pada luas bidang tanam 1 m2 terdapat 45 rumpun tanaman, maka pada luas 2 m2 seharusnya terdapat 90 rumpun tanaman (Gambar 4).
Gambar 4. Perhitungan populasi tanaman berdasarkan sudut pandang praktis. Bagi peneliti/penyuluh BPTP yang menggunakan sudut pandang matematis, “titik 0 dan titik akhir” terletak pada pertengahan jarak antar tanaman. Dengan legowo 4:1 (jarak tanam 20 x 20 cm), pada luas 1 m2 terdapat 45 rumpun tanaman (jumlah rumpun tanaman A = B), sehingga pada luas 2 m2 terdapat 90 rumpun tanaman (Gambar 5). Setiap kelipatan luas lahan berarti juga kelipatan jumlah rumpun tanaman. 7
Gambar 5. Perhitungan populasi tanaman berdasarkan sudut pandang matematis. Bagi peneliti/penyuluh BPTP yang menggunakan sudut pandang matematis, “titik 0 dan titik akhir” terletak pada pertengahan jarak antar tanaman. Dengan legowo 4:1 (jarak tanam 20 x 20 cm), pada luas 1 m2 terdapat 45 rumpun tanaman (jumlah rumpun tanaman A = B), sehingga pada luas 2 m2 terdapat 90 rumpun tanaman (Gambar 5). Setiap kelipatan luas lahan berarti juga kelipatan jumlah rumpun tanaman. Hal ini sesuai dengan Aksioma Geometri Euklides yang berbunyi “benda-benda yang sama dengan benda lain, juga sama terhadap sesamanya”, setiap dalil atau perhitungan yang kontradiktif dengan aksioma tersebut dianggap tidak benar (Nasution, 1978). Dalam pembahasan mengenai sudut pandang penggunaan ubinan, terbukti bahwa sudut pandang matematis adalah sudut pandang yang tepat, sehingga dapat dirumuskan bahwa: (1) jarak tanam berarti luas bidang lahan yang ditempati tiap tanaman dimana batas lahan tersebut berada pada posisi pertengahan jarak antar tanaman, (2) luas areal pertanaman merupakan himpunan dari luas bidang yang ditempati tiap tanaman, dan (3) pada luas ubinan tertentu terdapat populasi tanaman dengan jumlah tertentu.
8
IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Plot ubinan ukuran 2,5 x 2,5 m menghasilkan produktivitas rata-rata 6,76 ton/ha, 5 x 2 m menghasilkan 5,96 ton/ha, dan 5 x 5 m produktivitasnya 5,88 ton/ha. 2. Model plot ubinan 5 x 2 menunjukkan produktivitas yang paling mendekati data riil yaitu 6,00 ton/ha, sehingga ukuran plot ubinan ini lebih direkomendasikan untuk digunakan pada pertanaman padi sawah legowo 4:1 daripada plot ubinan ukuran 5 x 5 m. 3. Plot ubinan 2,5 x 2,5 m tidak direkomendasikan untuk digunakan pada sistem tanaman legowo 4:1 untuk mencegah bias produktivitas yang terlalu tinggi.
Daftar Pustaka Gomez, K.A. 1972. Technoques for Field Experiments with Rice, IRRI. Los Banos. Philippines. Nasution, A.H. 1978. Landasan Matematika. Bharat Karya Aksara. Jakarta. Puslitbang Tanaman Pangan. 2011. Peningkatan Produksi Padi menuju 2020. http:// www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=download/download_detail&&id=35 Subrata dan R. Kusuma. 2003. Koreksi terhadap Cara Pengukuran Ubinan Tanaman Padi. Buletin Teknik Peertanian Vol. 8 Nomor 1, 2003. Pustaka. Bogor. Suhari. 2011. Mengenal Lebih Dekat Angka Ramalan Produksi Padi BPS. http:// ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/09/08/mengenal-lebih-dekat-angkaramalan-produksi-padi-bps/ Wibawa, W. dan Miswarti. 2010. Persiapan Lahan dan Sistem Tanam Padi dalam Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi. BPTP Bengkulu. Bengkulu.
9