PERBANDINGAN KARAKTERISTIK IKAN PADA RUMPON DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN ATRAKTOR DAUN KELAPA DI PERAIRAN PULAU TUNDA BANTEN
LUTFI IMAM BAIHAQI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Karateristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Lutfi Imam Baihaqi NIM C44090018
ii
ABSTRAK LUTFI IMAM BAIHAQI. Perbandingan Karateristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten. Dibimbing oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan DANIEL R MONINTJA. Penulis tertarik menggunakan bahan ijuk karena telah banyak bahan lain yang diujicobakan untuk atraktor, seperti tali rafia dan ban. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan katrakteristik ikan pada atraktor ijuk dengan atraktor daun kelapa. Metode yang digunakan yaitu, analisis Tingkat Kematangan gonad (TKG), kelimpahan, keragaman, keseragaman, dan dominansi plankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tidak layak tangkap di sekitar rumpon ijuk dan daun kelapa masing-masing adalah 97% dan 96%. Komposisi plankton pada kedua rumpon didominasi oleh genus Rhizosolenia. Nilai indeks keragaman plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.18-1.35 dan pada rumpon daun kelapa 0.72-1.20. Nilai indeks keseragaman plankton pada ikan di rumpon ijuk berada pada kisaran 0.19-0.52 dan pada rumpon daun kelapa 0.330.52. Nilai indeks dominansi plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.39-0.91 dan pada rumpon daun kelapa 0.43-0.62. Kata kunci: daun kelapa, ijuk, rumpon
ABSTRACT LUTFI IMAM BAIHAQI. Comparison of The Characteristic of Fish of The Use of Rumpon with Palm Fiber Atractor and Coconut Leaves Atractor in Tunda Island, Banten. Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI and DANIEL R MONINTJA. Author is interested in using the material palm fiber because many materials have been used for attractor such as rope and tire. The purpose of this research was to compare the characteristic of fish rumpon with palm fiber atractor to coconut leaves atractor. Gonad Maturity Level, abundance, diversity, uniformity, and the dominance index of plankton were used as tool analysis. The results showed that 97% of the fish caught were immature on a rumpon with palm fiber atractor and 96% for rumpon with coconut leaves atractor. Mostly, plankton found in both rumpon was Rhizosolenia genus. Index value of diversity in rumpon with palm fiber ranged form 0.18 to 1.35 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.72 to 1.20. Index value of uniformity in rumpon with palm fiber atractor ranged from 0.19 to 0.52 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.33 to 0.52. Index value of dominance in rumpon with palm fiber atractor ranged from 0.39 to 0.91 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.43 to 0.62. Keywords: coconut leaves, palm fiber, rumpon
iv
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK IKAN PADA RUMPON DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN ATRAKTOR DAUN KELAPA DI PERAIRAN PULAU TUNDA BANTEN
LUTFI IMAM BAIHAQI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
v
vi
Judul Skripsi : Perbandingan Karakteristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten Nama : Lutfi Imam Baihaqi NIM : C44090018 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi
: Perbandingan Karakteristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda : Lutfi Imam Baihaqi : C44090018
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. Pembimbing I
Prof. Dr. Ir Daniel R. Monintja Pembimbing II
awan M. Sc.
Tanggal Lulus:
.3 0 JAN ?01
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2013 ini ialah Perbandingan Karaktreristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Atraktor Daun Kelapa di Perairan Pulau Tunda. Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi dan Dr. Ir. Daniel R. Monintja, selaku pembimbing yang telah memberikan nasihat dan arahan, serta Dr. Ir. Zulkarnain, M.Si selaku dosen penguji tamu. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada orang tua dan teman-teman penulis khususnya PSP 46 (Cacat, Aguy, Upeh, Eka, Gun, Tibet, Iin, Lia, Bagus, Tyas, Idem, Apoy, Surini, dan Dwi Safitri) yang telah memberikan semangat kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Lutfi Imam Baihaqi
viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat
2
METODE
4
Waktu dan Tempat
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Perbandingan Rumpon
11
Komposisi Hasil Tangkapan
11
Tingkat Kematangan Gonad
12
Nilai Kelimpahan Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan
14
Analisis Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan 16 Komposisi Plankton di Dalam Perut Ikan KESIMPULAN DAN SARAN
18 22
Kesimpulan
22
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
27
ix
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perbandingan kedua rumpon Komposisi TKG hasil tangkapan pada rumpon ijuk Komposisi tingkat kematangan gonad ikan pada rumpon daun kelapa Komposisi Tingkat Kematangan Gonad Ikan Komposisi Plankton pada isi perut ikan dan sampel air Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air
11 13 13 13 20 21
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pikir 2. Peta Pulau Tunda 3. Rumpon atraktor daun kelapa 4. Rumpon atraktor ijuk 5. Alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian. 6. Rumpon daun kelapa (a) dan rumpon ijuk (b) 7. Komposisi hasil tangkapan 8. Perbandingan tingkat kematangan gonad antar rumpon 9. Nilai kelimpahan plankton 10. Perbandingan nilai kelimpahan antar rumpon 11. Perbandingan nilai indeks keragaman plankton pada isi perut ikan 12. Perbandingan nilai indeks keragaman plankton 13. Perbandingan nilai indeks keseragaman plankton 14. Perbandingan indeks keseragaman plankton 15. Perbandingan nilai indeks dominansi plankton 16. Perbandingan nilai indeks dominansi plankton 17. Komposisi plankton dalam isi perut ikan di rumpon ijuk 18. Komposisi Planton pada Sampel Air Rumpon Ijuk 19. Komposisi plankton pada isi perut ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa 20. Komposisi Plankton pada sampel air rumpon daun kelapa 21. Komposisi plankton pada isi perut ikan hasil tangkapan dikedua rumpon
3 4 5 5 6 7 12 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 21 22
DAFTAR LAMPIRAN 1. Alat dan bahan yang digunakan 2. Rumpon yang digunakan 3. Ikan hasil tangkapan
24 24 25
x
4. 5. 6. 7.
Komposisi hasil tangkapan Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon ijuk Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon daun kelapa Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon daun kelapa 8. Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon ijuk
25 25 26 26 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Tunda merupakan salah satu kawasan yang terdapat di Provinsi Banten. Pulau Tunda memiliki perairan dengan potensi perikanan yang baik, ini ditunjang dengan beranekaragamnya terumbu karang dan biota lautnya, serta masih banyak pohon mangrove. Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar penduduk Pulau Tunda memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan Pulau Tunda merupakan nelayan pancing. Alat tangkap pancing yang digunakan oleh nelayan Pulau Tunda adalah pancing ulur dan pancing layang-layang. Daerah penangkapan nelayan Pulau Tunda berjarak sekitar 2–3 mil dari Pulau Tunda. Hasil tangkapan dari alat tangkap ini beragam, mulai dari ikan karang sampai ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Nelayan Pulau Tunda sudah mengenal alat bantu penangkapan yang disebut rumpon. Alat bantu penangkapan ini sangat membantu nelayan untuk mengumpulkan ikan. Hal tersebut dapat memudahkan nelayan tanpa harus mengejar ikan untuk menangkapnya. Menurut Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa komponen utama terbentuknya rumpon yaitu, atraktor, tali temali, pelampung dan pemberat. Bagian atraktor merupakan bagian yang paling utama dari komponen rumpon, karena berfungsi sebagai pengumpul ikan. Ikan-ikan yang berkumpul di sekitar atraktor biasa ditangkap oleh nelayan. Menurut Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (1987), ada beberapa syarat umum dari terhadap atraktor, yaitu : 1) Mempunyai daya tahan yang baik; 2) Tahan lama; 3) Mempunyai bentuk posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah; 4) Melindungi ikan-ikan kecil; dan 5) Terbuat dari bahan yang kuat dan murah. Atraktor yang digunakan pada rumpon umumnya adalah daun kelapa, demikian juga yang digunakan oleh nelayan Pulau Tunda. Sejauh ini bahan-bahan lain yang telah diujicobakan sebagai atraktor yaitu tali rafia dan ban. Ramadan (2011), penggunaan ijuk sebagai penutup bubu tambun sebagai alternatif baru yang hasil tangkapannya tidak jauh berbeda dengan yang menggunakan tutupan dari terumbu karang. Selain itu, ijuk juga sering digunakan untuk tempat bertelurnya ikan pada kolam-kolam ikan. Hal tersebut yang menjadi alasan penulis tertarik menggunakan bahan ijuk. Kerangka pikir Gambar 1.
2
Perumusan Masalah Penggunaan ijuk untuk bidang perikanan telah sering digunakan, sehingga penulis tertarik ingin mengujicobakan ijuk yang berasal dari pohon aren yang dibandingkan dengan daun kelapa. Hal ini dilakukan untuk melihat karakteristik ikan hasil tangkapan dari kedua rumpon tersebut dengan beberapa parameter. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis tingkat kematangan gonad ikan yang berkumpul di sekitar rumpon ijuk dan daun kelapa; 2) Menganalisis isi perut ikan yang tertangkap di sekitar rumpon; dan 3) Menghitung indeks keragaman, keseragaman dan dominansi plankton yang terdapat pada isi perut dan sampel air di sekitar rumpon.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada nelayan setempat dan dinas terkait tentang penggunaan rumpon dengan atraktor ijuk, serta dapat memberikan pengetahuan tentang ikan yang layak tangkap sehingga pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat maksimal dan dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan.
3
Perikanan Rumpon Laut Dangkal
ar Belakang Ikan Sumberdaya Pelagis Kecil
Daerah Penangkapan Ikan
Alat Bantu Penangkapan
------------------------------------------------------------------------------------- Latar Belakang
Rumpon Atraktor Daun Kelapa
Rumpon Atraktor Serabut Ijuk
------------------------------------------------------------------------------------ Permasalahan Ukuran dan Tingkat Kelayakan Hasil Tangkapan ------------------------------------------------------------------------------------ Input Aspek Biologi
Analisis Tingkat Kematangan Gonad Analisis isi perut ikan
Pengamatan hasil tangkapan dan melihat panjang serta berat ikan
--------------------------------------------------------------------------------------------Proses Ikan yang layak tangkap
Ikan yang layak tangkap
--------------------------------------------------------------------------------------------Output Karakteristik Hasil Tangkapan --------------------------------------------------------------------------------------------- Tujuan Gambar 1 Kerangka Pikir
4
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei-Juli 2013. Penelitian ini meliputi pengambilan data (Gambar 2) dan analisis sampel di laboratorium. Analisis sampel dilakukan di laboratoriun Ekobiologi dan Konservasi Sumberdaya Perairan, Departeman Menejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
. Gambar 2 Peta Pulau Tunda Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian (lihat Lampiran 1) antara lain: 1) Alat tulis; 2) Kamera; 3) Alat bedah; 4) Timbangan; 5) Alat ukur; 6) Echosounder; 7) Botol film; 8) Mikroskop; 9) Kertas label; dan 10) Plankton net.
5
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Rumpon Rumpon terbagi 3 jenis berdasarkan pemasangan dan pemanfaatannya, yaitu rumpon perairan dasar, rumpon perairan dangkal, dan rumpon perairan dalam. Rumpon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rumpon perairan dasar yang dibuat sebanyak 2 buah (lihat Lampiran 2). Rumpon ini berukuran 3 x 3 x 2,5 meter yang terbuat dari kerangka berbahan kayu. Rumpon ini menggunakan kayu sebanyak 22 buah kayu untuk dijadikan kerangka sebelum atraktor dipasangkan. Tiap ujung-ujung bawah dipasangkan pemberat yang beratnya sekitar 10 kg sebanyak 9 buah. Masing-masing rumpon berukuran sama hanya dibedakan atraktornya, yaitu daun kelapa dan ijuk (Gambar 3 dan 4).
A
Keterangan : A : atraktor daun kelapa B : pemberat C : konstruksi rumpon
B
C
Keterangan : : atraktor ijuk Gambar 3 Rumpon atraktor daun A kelapa B : pemberat C : konstruksi rumpon A
B C Gambar 4 Rumpon atraktor ijuk 2. Pancing Ulur Alat tangkap ini akan dioperasikan untuk melihat hasil tangkapan yang ada pada tiap rumpon yang telah di pasang. Pancing ulur yang digunakan menggunakan
6
mata pancing yang berukuran no.16 dengan mata pancing berkisar 5 mata pancing pada tiap pancing yang digunakan. Benang yang digunakan berjenis Polyamide (PA) dengan no. 400 sebagai tali utama dan no.100 sebagai tali cabang serta pemberat berkisar 10-20 ons. Komponen-komponen tersebut sesuai dengan peryataan Subani dan Barus (1989), yang menyatakan bahwa pancing ulur terdiri atas komponen utama yaitu tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), swivel yang terbuat dari besi putih, mata pancing dan pemberat. Pancing ulur ini dalam pengoperasiannya tidak menggunakan umpan, hanya umpan buatan yang terbuat dari benang sutera yang terdapat pada mata pancing (Gambar 5). Keterangan : A : tali utama no. 400 B : tali cabang no. 100 C : mata pancing no. 16 D : benang sutera E : pemberat (2 – 10 ons)
A B C
D
E
Gambar 5 Alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian. 3. Formalin 15 % Formalin digunakan untuk mengawetkan sampel yang akan dibawa ke laboratorium. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing, yaitu dengan melakukan percobaan mengoperasikan alat tangkap pancing ulur dengan bahan yang diujicobakan yaitu rumpon. Ini dilakukan agar didapatkan data dan informasi. Tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut ini : 1) Persiapan Tahap persiapan ini dimulai dengan pembuatan rumpon. Hal pertama dalam pembuatan rumpon ini adalah pembuatan kerangka rumpon sebelum dipasangkan
7
atraktornya. Rangka rumpon membutuhkan sekitar 22 buah kayu yang dimaksudkan agar rumpon ini tetap kuat saat di dalam air. Rumpon ini berukuran 3 x 3 x 2,5 meter sehingga berbentuk bangun ruang terlihat seperti kubus. Pada tiap ujung-ujung rumpon diikatkan dengan batu yang berberat sekitar 10 kg sebanyak 9 buah batu ini agar rumpon tidak terbawa oleh arus. Tahap akhir dalam pembuatan rumpon ini dipasangkan atraktor. Rumpon sebanyak 2 unit yang digunakan, yaitu rumpon dengan atraktor ijuk sebagai uji coba dan rumpon dengan atraktor daun kelapa (Gambar 6).
(a) (b) Gambar 6 Rumpon daun kelapa (a) dan rumpon ijuk (b) Pemilihan Daerah Penempatan dan Pemasangan Rumpon Daerah penempatan rumpon dipilih terlebih dahulu tempat atau perairan yang sesuai untuk rumpon, yaitu perairan yang dasarnya pasir atau lumpur. Hal tersebut agar rumpon tidak mengenai terumbu karang yang dapat berakibat merusak ekosistem terumbu karang tersebut, setelah diperkirakan cocok untuk rumpon maka rumpon ditarik menggunakan kapal agar rumpon tersebut tenggelam. Rumpon ijuk dipasang pada posisi S 050 50.161’ dan E 1060 18.924’ dan untuk rumpon daun kelapa dipasang pada posisi E 050 49.502’ dan E 1060 18.196’. Rumpon ijuk dengan rumpon daun kelapa berjarak sekitar 1,2 mil. Rumpon ijuk berada pada kedalaman 37,9 meter, sedangkan rumpon daun kelapa berada pada kedalaman 43,3 meter. 2)
3)
Pengoperasian Alat Tangkap Rumpon yang telah terendam selama 1 bulan, dilakukan operasi penangkapan untuk mengetahui ikan yang terdapat pada rumpon tersebut. Pengambilan data ini dilakukan dengan perbedaan 2 jam tiap rumpon. Hal tersebut dilakukan karena hanya menggunakan sebuah kapal penangkapan. Sampel yang diambil sebanyak 6 untuk mendapatkan hasil tangkapan dan sampel air diambil sebanyak 2 kali. Pengamatan plankton dari isi perut dan sampel perairan dilakukan di Laboratorium Ekobiologi dan Konservasi Sumberdaya Perairan, Departeman Menejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk melakukan identifikasi plankton. Tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut :
8
1)
2) 3) 4) 5) 6)
Mempersiapkan sampel yang akan diindetifikasi. Sampel berupa usus ikan yang telah diambil dipisahkan dari ikannya dan telah diawetkan dengan formalin; Mencuci sampel atau usus ikan dengan air bersih, setalah itu buka usus ikan dan ambil isinya yang berupa kotoran ikan; Mengencerkan kotoran ikan tersebut dengan air sebanyak 3 ml, setelah itu haluskan sehingga dapat diambil untuk diamati; Mengambil kotoran ikan tersebut yang telah diencerkan dengan menggunakan pipet tetes; Meneteskan pada kaca obyek sebanyak 3 tetes, yang dimaksudkan untuk melakukan 3 kali pengulangan dalam pengamatan; dan Mengidentifikasi plankton yang terdapat pada plankton dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, dan lakukan 5 pengamatan setiap pengulangannya.
Pengamatan Jenis-Jenis ikan Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan yang tertangkap pada rumpon. Ini diperlukan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan yang diperoleh pada kedua rumpon. Analisis Tingkat Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad ini untuk menunjukkan kematangan seksual pada ikan. Tahapan kematangan gonad adalah akan memijah, baru memijah atau baru selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada saat pertumbuhan ikan itu sendiri dan tergantung pula pada lingkungannya. Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dalam dua cara, yaitu pengamatan secara langsung (visual) dan analisis laboratorium. Cara yang umum dilakukan adalah dilakukan secara pengamatan secara langsung (visual), ini dilakukan berdasarkan ukuran dan penampakan gonad, sebagai catatan metode ini bersifat subyektif. Untuk pengamatan secara langsung (visual) ada beberapa indikator pembagian tahapan kematangan gonad yang terdiri dari (Effendie 2002) : 1) Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, ¼ bag, ½ bag, ¾ bag atau penuh); 2) Berat gonad segar (ditimbang); 3) Penampakan warna gonad; 4) Penampakan butiran telur (ovarium) untuk ikan betina; dan 5) Ada tidaknya pembuluh darah dan lain-lain. Pengamatan yang dilakukan secara langsung ini bersifat subyektif maka sering terjadinya perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Acuan standar yang digunakan terdapat 5 tahap TKG (Tingkat Kematangan Gonad), yakni : 1) TKG I (immature, dara); 2) TKG II (developing, dara berkembang);
9
3) TKG III (maturing/ripening, pematangan); 4) TKG IV (mature/ripe/gravid, matang); dan 5) TKG V (spent, salin). Analisis Isi Perut Ikan Analisis isi perut ikan ini dilakukan guna mengetahui apa saja yang dimakan oleh ikan, serta mengidentifikasi apakah ikan yang tertangkap ini memakan makanan yang terdapat pada atraktor rumpon. Untuk melihat isi perut ikan, hal pertama yang dilakukan adalah pembedahan dengan cara menggunting bagian perut ikan dimulai dari anus sampai tutup insang. Usus diambil secara perlahan yang kemudian dilakukan pengukuran panjang usus ikan. Untuk menghindari keluarnya makanan yang terdapat pada usus ikan maka usus ikan diikat dengan benang, yang kemudian diawetkan dengan formalin 15% dan akan dibawa pada laboratorium untuk pengamatan lebih lanjut. Uji laboratorium akan dilakukan pengidentifikasian isi perut dari masingmasing jenis ikan dengan menggunakan buku identifikasi Fischer dan Whitehead (1974). Apabila terdapat organisme lainnya maka digunakan klasifikasi menurut Yamaji (1976). Metode yang digunakan dalam mengetahui makanan ikan yang meliputi penentuan secara kualitatif, kuantitatif dan frekuensi kejadian yaitu dengan cara mencatat jumlah ikan yang ususnya kosong, serta menghitung jumlah kelimpahannya dengan rumus berikut ini :
Keterangan : N = jumlah kelimpahan organism dalam usus ikan Vb = volume pengeceran Vi = volume satu tetes contoh n = banyaknya organisme dalam satu tetes contoh Analisis Indeks Keragaman Nilai indeks keragaman ini akan menunjukkan suatu ekosistem itu seimbang atau tidaknya suatu ekosistem. Keragaman itu sendiri merupakan general dari individu yang diambil secara acak dari suatu populasi (Yusfiandayani 2004). Besarnya suatu keragaman diformulasikan sebagai berikut ini Kreb (1972) diacu dalam Yusfiandayani (2004) : ∑ Keterangan : s = jumlah taksa H’ = Indeks keragaman Shannon-Weaner Pi = ni/N ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu Nilai indeks keragaman ini berkisar antara 0-∞, dengan kriteria sebagai berikut ini :
10
H’ < 3,2 3,2
9,9
: keragaman populasi kecil : keragaman populasi sedang : keragaman populasi tinggi
Analisis Indeks Keseragaman Indeks keseragaman (E’) diperlukan untuk mengetahui keseimbangan suatu komunitas, yaitu suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Untuk mengetahuinya maka diperlukan formulasi sebagai berikut ini :
Keterangan : E : Indeks Keseragaman; H’maks : Indeks keragaman komunitas (
);
Nilai indeks keseragaman antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini : 0 < E ≤ 0,5 : keseragaman kecil; 0,5 < E ≤0,75 : kesergaman sedang; 0 ,75< E ≤ 1 : keseragaman tinggi. Dengan kriteria yang terdapat di atas, apabila suatu nilai indeks keseragamannya kecil maka akan semakin kecil pula keseragaman populasi yang ada. Analisis Indeks Dominansi Apabila ingin melihat suatu dominansi suatu jenis maka diperlukan indeks dominansi untuk mengetahuinya. Dalam mengetahui indeks dominansi diperlukan formulasi sebagai berikut ini : ∑ Keterangan : C : Indeks Dominansi Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini : 0 < E ≤ 0,5 : dominansi kecil; 0,5 < E ≤0,75 : dominansi sedang; 0 ,75< E ≤ 1 : dominansi tinggi.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Rumpon Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang digunakan untuk memudahkan proses penangkapan. Rumpon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rumpon dasar. Penelitian ini membandingkan 2 buah rumpon dengan atraktor yang berbeda, yaitu atraktor ijuk dan atraktor daun kelapa. Rumpon ini dibandingkan untuk mendapatkan informasi tentang hasil tangkapan yang diperoleh. Rumpon ini memiliki beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan kedua rumpon Karakteristik
Rumpon ijuk
Rumpon daun kelapa
Ukuran konstruksi
3 m x 3 m x 2.5 m
3 m x 3 m x 2.5 m
Penampakan atraktor
Serabut
lembaran daun
Warna atraktor
hitam pekat
Hijau
Kedalaman rumpon
37.9 m
43.3 meter
Jarak dari pantai
2.5 mil
1.2 mil
Apabila melihat dari konstruksi yang dibuat rumpon ini berbentuk bangun ruang yang memiliki ukuran yang sama. Ada beberapa karakteristik dari kedua rumpon tersebut yang berbeda, yaitu penampakan atraktor, warna atraktor, kedalaman dan jarak rumpon dari bibir pantai. Komposisi Hasil Tangkapan Penangkapan dengan mengunakan pancing ulur yang dilakukan di sekitar rumpon didapatkan hasil tangkapan berjumlah 18 spesies ikan. Jenis hasil tangkapan terbagi atas, rumpon ijuk sebanyak 12 jenis spesies ikan dan rumpon daun kelapa sebanyak 13 spesies ekor ikan. Antar rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa ada beberapa hasil tangkapan yang berspesies sama antara lain selar hijau (Atule mate), tongkol (Auxis thazard), kuwe (Caranx sp.), kembung (Rastrelliger kanagurta), selar kuning (Selaroides leptolepis), kurisi (Nemipterus nemata), layang (Decapterus ruselli) dan buntal (Tetraodontidae) (Lihat Lampiran 3 dan 4). Jumlah hasil tangkapan keseluruhan mencapai 429 ekor ikan. Jumlah masing-masing dari setiap rumpon, yaitu rumpon ijuk berjumlah 224 ekor ikan dan rumpon daun kelapa berjumlah 195 ekor ikan. Komposisi hasil tangkapan ini pada rumpon ijuk didominasi oleh selar hijau (Atule mate) berjumlah 66 ekor ikan, sedangkan untuk rumpon daun kelapa didominasi oleh selar kuning (Selaroides leptolepis) berjumlah 50 ekor ikan (Gambar 7).
12
70
Rumpon Ijuk 60
Rumpon Daun Kelapa
Jumlah
50 40 30 20 10 0
Spesies
Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan Rumpon ijuk berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan rumpon daun kelapa. Beragam ikan yang didapatkan atau dihasilkan dari proses hasil tangkap ini, rumpon daun kelapa lebih beragam daripada rumpon ijuk. Ikan–ikan yang mendominasi hasil tangkapan adalah ikan-ikan yang mempunyai sifat bergerombol, yaitu selar hijau, kembung, layang, tongkol, selar kuning, tembang, dan barakuda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Telaumbanua (2004), yang menyatakan bahwa jenis ikan-ikan yang tertangkap umumnya merupakan ikan yang memiliki ciri-ciri ikan pelagis, perenang cepat dan bergerombol. Hasil tangkapan ikan yang diperoleh oleh kedua rumpon tak berbeda, ini disebabkan oleh jarak antar rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa tak jauh hanya sekitar 1,2 mil. Selain itu, kemungkinan terjadinya migrasi lokal yang terjadi dari ikan-ikan tersebut. Tingkat Kematangan Gonad Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu cara untuk menentukan layak atau tidak layaknya suatu tangkapan ikan yang dilihat dari gonad ikan. Tingkat kematangan gonad (TKG) dari hasil tangkapan pada rumpon dengan atraktor ijuk menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang merupakan ikan tidak layak tangkap. Ikan dengan TKG I, TKG II, TKG III lebih mendominasi hasil tangkapan yang nilainya berturut-turut adalah 19%, 34%, dan 44%. Ikan yang tertangkap dengan TKG IV dan TKG V hanya berjumlah 3%. Dapat dilihat pada Tabel 2.
13
Tabel 2 Komposisi TKG hasil tangkapan pada rumpon ijuk No
TKG
Persentase
1 2 3 4 5
I II III IV V
19% 34% 44% 3% 0%
Tingkat kematangan gonad pada rumpon daun kelapa yang digunakan sebagai kontrol, hasil untuk tingkat kematangan gonad tidak berbeda karena TKG I, TKG II, dan TKG III berturut-turut didapatkan bernilai 29%, 26%, dan 41% ini dapat dikatakan bahwa hampir 95% ikan yang berhasil tertangkap di rumpon daun kelapa tidak layak tangkap. Tabel 3 memperlihatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdapat pada ikan di rumpon daun kelapa.
Tabel 3 Komposisi tingkat kematangan gonad ikan pada rumpon daun kelapa No
TKG
Persentase
1 2 3 4 5
I II III IV V
29% 26% 41% 4% 0%
Perbandingan tingkat kematangan gonad dari ikan yang tertangkap antara rumpon ijuk dengan rumpon daun kelapa ini dapat dilihat di Tabel 4 dan Gambar 8. Tabel 4 Komposisi Tingkat Kematangan Gonad Ikan No
TKG
1 2 3 4 5
I II III IV V
Jumlah Kelapa 61 54 85 8 0
Ijuk 43 75 97 6 1
Persentase Kelapa Ijuk 29% 19% 26% 34% 41% 44% 4% 3% 0% 0%
14
97
100
85
75
80 Jumlah ikan
61
54
60 43
Kelapa
40
Ijuk 20
8 6
0 1
0 I
II
III TKG
IV
V
Gambar 8 Perbandingan tingkat kematangan gonad antar rumpon Jumlah ikan yang tertangkap paling banyak adalah untuk TKG III pada rumpon ijuk dengan jumlah ikan sebanyak 97 ekor dan daun kelapa dengan jumlah ikan sebanyak 85 ekor ikan (Gambar 8). TKG I dan TKG II untuk rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa tidak jauh berbeda jumlah yang tertangkap. Hasilnya dapat dilihat berturut-turut yaitu TKG I untuk rumpon dengan atraktor ijuk berjumlah 75 ekor dan rumpon dengan atraktor daun kelapa berjumlah 54 ekor ikan, sedangkan TKG II rumpon dengan atraktor ijuk berjumlah 43 ekor ikan dan rumpon dengan atraktor kelapa berjumlah 61 ekor ikan. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan hasil tangkapan dari kedua rumpon, yaitu rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa tidak jauh berbeda dilihat dari kelayakan hasil tangkapannya. Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap merupakan ikan yang tidak layak tangkap juga dipengaruhi oleh mata pancing yang digunakan, dalam hal ini mata pancing yang digunakan bernomor 16. Semakin panjang ukuran suatu ikan maka tingkat kematangan gonad akan ikut meningkat, hal ini berdasarkan data yang didapatkan. Panjang ikan hasil tangkapan pada rumpon ijuk dibagi menjadi 5 kelas, dengan panjang 7 cm – 13.5 cm merupakan TKG I dan 22.7 cm merupakan TKG V (lihat Lampiran 5). Untuk panjang ikan pada rumpon daun kelapa, yaitu panjang 6 cm – 12.5 cm merupakan TKG I, dan 27.6 cm – 41.4 cm merupakan TKG IV (lihat Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolysky (1996) bahwa tingkat kematangan gonad (TKG) berhubungan dengan panjang dan berat. Nilai Kelimpahan Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan Menghitung kelimpahan dilakukan untuk mengetahui kelimpahan plankton yang ada pada isi perut ikan. Kelimpahan plankton tertinggi pada ikan hasil tangkapan pada rumpon daun kelapa sampling ke-5 yang bernilai 8200 individu/ml, sedangkan untuk kelimpahan plankton tertinggi pada ikan hasil tangkapan pada rumpon ijuk sampling ke-2 yang bernilai 11900 individu/ml. pada isi perut ikan,
15
plankton yang mendominasi adalah genus Rhizosolenia. Genus Rhizosolenia ini selalu ada pada tiap pengamatan (Gambar 9).
Nilai Kelimapahan
12000 10000 8000
6000
Kelapa
4000
Ijuk
2000 0 1
2
3 4 5 Sampling Ke-
6
7
Gambar 9 Nilai kelimpahan plankton Nilai kelimpahan ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan plankton pada perairan di sekitar rumpon-rumpon tersebut. Hasil yang didapatkan adalah nilai kelimpahan plankton di sekitar rumpon ijuk berkisar antar 480-720 individu/ml sedangkan untuk nilai kelimpahan plankton di sekitar rumpon daun kelapa berkisar 340-440 individu/ml. Komunitas terbesarnya atau yang mendominasi merupakan komunitas dari genus Rhizosolenia (Gambar 10).
Nilai Kelimpahan
800 600 Sampling 1
400
Sampling 2
200 0
Rumpon Kelapa
Rumpon Ijuk
Rumpon sampling ke-
Gambar 10 Perbandingan nilai kelimpahan antar rumpon
16
Analisis Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan Nilai indeks keragaman plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.18-1.35, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.72-1.20 dapat dilihat pada Gambar 11. Hasil perhitungan plankton pada isi perut ikan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Hal ini dapat diasumsikan bahwa plankton yang terdapat pada isi perut ikan yang tertangkap pada rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa sama-sama memiliki keragaman populasi yang kecil. Hal tersebut dapat diasumsikan pula bahwa plankton yang menjadi makanan ikan pada tiap rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa tidak berbeda. Nilai indeks keragaman plankton pada sampel air rumpon ijuk berkisar antara 1.19-2.09, sedangkan rumpon daun kelapa berkisar antara 1.55-1.90 dapat dilihat pada Gambar 12. Hal ini menunjukkan bahwa di kedua sampel air tersebut memiliki keragaman yang populasi yang kecil.
Indeks Keragaman (H')
1.6 1.4 1.2 1 0.8
Kelapa
0.6
Ijuk
0.4 0.2
0 1
2
3
4
5
6
7
Sampling ke-
Indeks Keragaman (H')
Gambar 11 Perbandingan nilai indeks keragaman plankton pada isi perut ikan 2.5 2 1.5
Sampling 1
1
Sampling 2
0.5 0 Rumpon Kelapa
Rumpon Ijuk
Gambar 12 Perbandingan nilai indeks keragaman plankton
17
Indeks Keseragaman (E')
Nilai indeks keseragaman plankton pada ikan di rumpon ijuk berada pada kisaran 0.19-0.52, sedangkan di rumpon daun kelapa berada pada kisaran 0.33-0.52 (Gambar 13). Hal ini menunjukkan bahwa keseragaman di kedua rumpon sama-sama kecil, yang berarti ada suatu genus plankton yang mendominasi komunitas tersebut. Nilai keseragaman plankton untuk sampel air rumpon ijuk berkisar antara 0.85-0.93 (Gambar 14), sedangkan di rumpon daun kelapa berkisar antara 0.73-0.86. Hal tersebut mengasumsikan bahwa untuk sampel air rumpon ijuk memiliki keseragaman yang tinggi, sedangkan sampel air rumpon daun kelapa untuk sampling ke-1 yang memiliki keseragaman yang besar dan sampling ke-2 keseragamanya sedang.
0.6
0.4
Kelapa Ijuk
0.2
0 1
3
5
7
Sampling ke-
Gambar 13 Perbandingan nilai indeks keseragaman plankton
Indeks Keseragaman (E')
1 0.8 0.6
Sampling 1
0.4
Sampling 2
0.2 0 Rumpon Kelapa
Rumpon Ijuk
Gambar 14 Perbandingan indeks keseragaman plankton
18
Nilai indeks dominansi plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.39-0.91, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.43-0.62 (Gambar 15). Nilai indeks dominansi plankton untuk ikan yang tertangkap di rumpon ijuk diasumsikan merata karena dari penangkapan 1-6 mengalami penaikan yang cukup signifikan, sedangkan untuk indeks dominansi pada ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa diasumsikan dominansinya sedang. Nilai indeks dominansi plankton pada sampel air rumpon ijuk berkisar antara 0.1-0.28, sedangkan di rumpon daun kelapa berkisar antara 0.25-0.52 (Gambar 16). Hal tersebut diasumsikan bahwa untuk kedua sampel air dari rumpon-rumpon tersebut tingkat dominansinya rendah.
Indeks Dominansi
1 0.8 0.6
Kelapa
0.4
Ijuk
0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
Sampling ke-
Gambar 15 Perbandingan nilai indeks dominansi plankton
Indeks Dominansi
0.4 0.3 Sampling 1 0.2
Sampling 2
0.1 0 Rumpon Kelapa
Rumpon Ijuk
Gambar 16 Perbandingan nilai indeks dominansi plankton Komposisi Plankton di Dalam Perut Ikan Indentifikasi plankton dilakukan dengan pembedahan isi perut ikan. Selain itu, dilakukan pula pengamatan air yang diambil di sekitar rumpon. Hasil yang diperoleh komposisi isi perut ikan yang tertangkap di rumpon ijuk sebanyak 33 genus
19
dan ditemukan sebanyak 1543 total keseluruhan. Genus yang mendominasi adalah genus Rhizosolenia yang berkisar 72% dari keseluruhan genus yang dapat diidentifikasikan (Gambar 17). Genus Rhizosolenia ini hampir ditemukan disetiap pengamatan dalam isi perut ikan yang tertangkap. Untuk selanjutnya diikuti oleh Leptocylindricus 7%, Pluerosigma 6%, Coscinodiscus 4%, Nitszchia 3%, dan Guinardia 2%.
3%
4%
6%
Coscinodiscus
6%
Rhizosolenia
7% 2%
Guinardia Leptocylindricus Pleurogsima Nitzschia lain-lain 72%
Gambar 17 Komposisi plankton dalam isi perut ikan di rumpon ijuk Komposisi plankton yang terdapat pada sampel air di perairan sekitar rumpon ijuk ditemukan sebanyak 14 genus dan dapat diidentifikasi sebanyak 60 ekor plankton. Genus Rhizosolenia mendominasi dengan nilai 25 %, yang diikuti oleh Leptocylindricus 17%, Thalassionema 15% dan Thalasiossira 10% dari 14 genus yang ada pada perairan sekitar rumpon ijuk. Komposisi Genus yang lainnya berkisar antara 2%-5% (Gambar 18).
2% 2%
2% 8%
7%
10%
25%
2% 15% 17%
3% 2%
3% 3%
Coscinodiscus Rhizosolenia Guinardia Skeletonema Leptocylindricus Chaetoceros Biddulphia Thalassionema Ceratium Thalassiosira Petalotricha Asterionella Chromulina Phaeocystis
Gambar 18 Komposisi Planton pada Sampel Air Rumpon Ijuk
20
Komposisi plankton yang pada isi perut ikan di sekitar rumpon ijuk dibandingkan dengan komposisi plankton pada sampel air di sekitar rumpon ijuk yang telah diambil. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa plankton hampir sama atau tidak jauh berbeda genusnya. Hanya saja pada sampel air lebih ditemukan genus yang kurang beragam dibandingkan dengan plankton pada isi perut ikan. Analisis isi perut ikan dilakukan pada ikan dominan. Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air di sekitar rumpon ijuk dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi Plankton pada isi perut ikan dan sampel air Spesies Ikan
Genus Plankton
Sampel Air
Rhizosolenia
v
v
v
V
Guinardia
v
v
v
V
Skeletonema
v
v
v
V
Leptocylindricus
v
v
v
V
Chaetoceros
v
v
v
V
Selar Hijau
Selar Kuning
Kurisi
Tabel 5 menunjukkan ada beberapa ikan hasil tangkapan dominan, yaitu selar hijau (Atule mate), selar kuning (Selaroides leptolepis), dan kurisi (Nemiterus nemata), yang mana hasil dari isi perutnya sama dengan yang terdapat pada sampel air sekitar rumpon ijuk. Ini mengindikasikan bahwa ikan-ikan tersebut memakan plankton-plankton yang ada di sekitar rumpon Komposisi plankton yang terdapat pada isi perut ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa ditemukan sebanyak 34 genus dan berjumlah 1340 ekor plankton. Genus Rizosolenia mendominasi dengan persentase 70% dari keseluruhan. Genus ini ditemukan hampir di setiap sampel ikan yang tertangkap. Komposisi plankton pada sampel air yang diambil di sekitar rumpon daun kelapa ditemukan sebanyak 12 Genus dengan jumlah total 39 ekor plankton. Genus yang mendominasi sampel air dari rumpon daun kelapa ini yaitu Rizosolenia 49%, yang diikuti oleh Coscinodicus 13% dan Leptocylindricus 10%. Komposisi yang lainnya berkisar antara 2% hingga 5% (Gambar 19). . 7%
5%
6% 9%
2% 1%
70%
Coscinodiscus Rhizosolenia Guinardia Skeletonema Leptocylindricus Pleurogsima lain-lain
Gambar 19 Komposisi plankton pada isi perut ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa
21
Coscinodiscus 3% 3%
Rhizosolenia
3% 3%
5%
5%
Guinardia
13%
Leptocylindricus
3%
Thalassionema
3%
Pleurogsima
10%
Nitzschia
49%
Ceratium Tintinnopsis
3%
Helicostomella Tontonia Thalassiosira
Gambar 20 Komposisi Plankton pada sampel air rumpon daun kelapa Gambar 19 dan Gambar 20 memperlihatkan bahwa komposisi genus plankton pada isi perut ikan dan sampel air, dapat diasumsikan kemungkinan ikan-ikan memakan plankton yang berada di sekitar rumpon tersebut. Ini juga memperlihatkan bahwa rumpon tempat untuk mencari makan ikan-ikan tersebut. Tabel 6 Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air Genus Plankton
Sampel Air
Spesies Ikan Kembung Layang
Selar Kuning
Rhizosolenia
v
v
v
v
Guinardia
v
v
v
v
Leptocylindricus
v
v
v
v
Pleurogsima
v
v
v
v
Ceratium
v
v
v
v
Tabel 6 memperlihatkan bahwa ikan-ikan yang tertangkap dominan pada rumpon daun kelapa memakan plankton-plankton yang ada di sekitar rumpon daun kelapa. Ikan-ikan dominan tersebut adalah kembung, layang dan selar kuning, serta plankton yang ada pada isi perut ikan dan sampel air adalah Rhizosolenia, Guinardia, Leptocylindricus, Pleurosigma dan Ceratium.
22
1200
Rumpon Ijuk
Jumlah
1000
Rumpon Daun Kelapa
800 600 400 200 0
Genus
Gambar 21 Komposisi plankton pada isi perut ikan hasil tangkapan dikedua rumpon Gambar 21 memperlihatkan bahwa, ikan-ikan hasil tangkapan di kedua rumpon memakan plankton tersebut. Plankton-plankton yang dapat diidentifikasikan tersebut merupakan plankton-plankton yang dominan. Plankton yang mendominasi pada ikan hasil tangkapan di rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa adalah genus Rhizosolenia. Genus ini didapatkan sebanyak 1107 ekor pada rumpon ijuk dan sebanyak 935 ekor pada rumpon daun kelapa. Selain itu, plankton-plankton lainnya yaitu Leptocylindricus, Pleurosigma, Guinardia, Skeletonema, dan Coscinodicus.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
2. 3.
Rumpon dengan atraktor ijuk hasil tangkapan immature fish dengan TKG I 19%, TKG II 34%, dan TKG III 44% dan rumpon dengan atraktor daun kelapa TKG I 29%, TKG II 26% dan TKG III 41%. Komposisi plankton pada isi perut ikan didominasi oleh Genus Rhizosolenia. Genus ini hampir terdapat pada semua isi perut ikan yang tertangkap. Nilai indeks keragaman plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.18-1.35, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.721.20. Nilai indeks keseragaman plankton pada ikan di rumpon ijuk berada pada kisaran 0.19-0.52, sedangkan di rumpon daun kelapa berada dikisaran 0.330.52. Nilai indeks dominansi plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.39-0.91, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.43-0.62.
23
Saran 1. 2.
Diperlukannya penelitian untuk menentukan musim penangkapan, ini dimaksudkan agar didapatkannya hasil tangkapan yang layak tangkap. Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang komposisi plankton dan perifiton yang terdapat pada atraktor di kedua rumpon tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Effendi MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nustama. Nikolsky BJ. 1987. Environmental sciencie. Second edition. New Jersey (US): Department of Biology Catonsuile Community College Prentice Hall Inc. Pardede FM. 2012. Efektivitas Terumbu Buatan Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Sebagai Fish Aggregating Device Di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramadan ANS. 2011. Uji Coba Tutupan Ijuk dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Subani W, Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Jakarta. No. 50:7 Telaumbanua SB, Suardi ML dan Bukhari. 2004 . Studi Pemanfaatan Teknologi Rumpon dalam Pengoperasian Purse Seine di Perairan Sumatera Barat. Jurnal Mangrove dan Pesisir. 4(3):23-34. Tim Pengkaji Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan Akhir Survey Lokasi dan desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore, Bacan dan Sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yamaji L. 1976. Marine Plankton of Japan. Japan (JP): Hoikkusha Publishing Co. Ltd, 360p. Yusfiandayani R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran, Propinsi Banten [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Alat dan bahan yang digunakan
` Pancing Ulur
Botol film
Plankton Net
Echosounder
Lampiran 2 Rumpon yang digunakan
Rumpon atraktor ijuk
Rumpon atraktor daun kelapa
25 Lampiran 3 Ikan hasil tangkapan
Ikan selar hijau
Ikan kuwe
Lampiran 4 Komposisi hasil tangkapan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sifat
Jumlah Rumpon Ijuk Rumpon Daun Kelapa 39 17 66 12 33 23 5 30 2 8 63 50 5 0 0 22 1 5 1 0 1 0 0 1 0 1 0 2 0 13 7 11 1 0
Spesies
Pelagis
Dasar
Kurisi Selar Hijau Kembung Layang Tongkol Selar Kuning Tembang Barakuda Buntal Pecak kulit Pasir Kerapu Sulir Pepetek Kuniran Kue Ekor Kuning
Lampiran 5 Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon ijuk No
Kisaran Panjang (cm)
TKG
1
7 - 13.5
I
2
9.8 - 22.5
II
3
15 - 30.5
III
4
21.1 - 28.7
IV
5
22.7
V
26 Lampiran 6 Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon daun kelapa No
Kisaran Panjang (cm)
TKG
1
6 - 12.5
I
2
7.7 - 30
II
3
16.1 - 39
III
4
27.6 - 41.4
IV
5
-
V
Lampiran 7 Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon daun kelapa Sampel Nilai Kelimpahan Hmaks Indeks Keragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi
I 620 1.3979 0.7291 0.5215 0.6129
II
III 6460 2.7235 0.9234 0.3391 0.6244
IV 8020 2.7959 1.2089 0.4324 0.4862
V 8200 2.4609 1.1005 0.4472 0.4588
VI 3560 2.4082 1.1984 0.4976 0.4308
Lampiran 8 Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon ijuk Sampel Nilai Kelimpahan Hmaks Indeks Keragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi
I 1320 0.9542 0.1857 0.1946 0.9123
II 11900 2.7235 0.9617 0.3531 0.5673
III 3660 2.0828 0.6803 0.3266 0.6396
IV 6380 2.6021 1.3594 0.5224 0.3998
V 3540 2 0.9792 0.4896 0.5226
VI 4060 2.3522 1.1937 0.5075 0.448
27
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta tanggal 9 Agustus 1991. Penulis merupakan anak kedua pasangan Bapak Sofyan dan Ibu Nurhimla Ismayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Pagi Kalibata kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 227 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2009. Pada Tahun 2009 penulis diterima di kampus IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Selama di IPB penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai pengurus tahun 2010-2011 dan menjabat sebagai Ketua Himafarin pada tahun 2011-2012. Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Eksploratori Penangkapan Ikan (EPI) pada tahun 2010-2012 dan juga sebagai asisten mata kuliah Alat Penangkapan Ikan (API) tahun ajaran 2012-2013. Penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor dengan judul ” Perbandingan Karakteristik Ikan Rumpon Dengan Atraktor Ijuk Dan Atraktor Daun Kelapa di Perairan Pulau Tunda Banten”.