PENGARUH ATRAKTOR RUMPON TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BAGAN (LIFT NET) DI PERAIRAN DEMAK Effect of Rumpon for Liftnet Fishing Production at Demak Seawaters Bogi B Jayanto; Asriyanto; A. Rosyid; H. Boesono PS. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan, FPIK-UNDIP, Jl. Prof. Soedarto, S.H., Kampus FPIK-UNDIP, Tembalang Email :
[email protected] Abstract One kind of fishing gear that use to captured phototaxis positif fish is Lift Net. Lamp was no longer used as fish aggregating device for lift net because it was uneffective and unefficient to gathered fish target. If the problem still continued it can raised fuels consumption for lamp attractor. Another fish aggregating device “rumpon” was a solution for lift net operation. Research objectives were to increase effectivity, efficiency and fishing production, and hopefully it can raise fisheries income. Keyword : Liftnet, Rumpon, Demak Seawaters
Alat
Kabupaten Demak memiliki sepanjang
membentang
58
dari
Karangtengah,
hingga
Kecamatan Demak
Kabupaten Demak terdapat sekitar 180
Kecamatan
jumlah unit alat tangkap bagan. Alat
Bonang
tangkap Bagan di Demak terdiri dari
wedung.
Bagan perahu 69 unit dan Bagan tancap
memiliki
2
tempat pelelangan ikan (TPI) yang masih aktif yaitu TPI Morodemak dan TPI Wedung. Selain produksi ikan laut, dihasilkan pula ikan darat yang brasal dari perikanan tambak, kolam dan perairan umum (Dinas Kelautan
dan
Demak, 2012).
tangkap ikan yang ada di Demak, di
yang
km
Sayung,
Kabupaten
Bagan
merupakan salah satu dari alat
PENDAHULUAN
pantai
tangkap
Perikanan
Kab.
111 unit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Demak, 2012). Alat tangkap
Bagan dalam klasifikasi alat tangkap termasuk dalam golongan jaring angkat
(lift
net).
Metode
pengoperasian bagan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara
vertikal.
Waktu
pengoperasiannya hanya pada malam hari (light fishing) terutama pada hari 119
gelap bulan dengan menggunakan
yang menggunakan lampu, yaitu
lampu
bantu
apabila ikan yang berada disekitar
Barus
alat tangkap bagan tidak terlalu
1989). Alat bantu lampu umumnya
banyak, maka ikan-ikan yang akan
digunakan saat operasi penangkapan
berkumpul setelah lampu dinyalakan
Bagan, dengan tujuan ikan yang
juga tidak akan banyak. Oleh karena
menjadi
itu di sekitar alat tangkap bagan
sebagai
penangkapan
memiliki cahaya
alat
(Subani
target sifat
&
penangkapan
tertarik
(fototaksis
terhadap positif)
(Suherman dan Fitri, 2005).
perlu
diberi
tambahan
alat
pengumpul ikan (Fish Aggregating Device) yang lain pada siang hari,
Cahaya merangsang ikan dan
supaya jumlah ikan yang berada di
menarik ikan untuk berkumpul pada
sekitar alat tangkap bagan bisa
sumber cahaya tersebut atau juga
bertambah
disebutkan
pengumpul ikan itu adalah rumpon.
karena
adanya
banyak
alat
rangsangan cahaya, ikan kemudian
Menurut
memberikan responnya. Peristiwa ini
Menteri Kelautan dan Perikanan
dimanfaatkan dalam penangkapan
Republik Indonesia Nomor 2 pasai
ikan yang umumnya disebut light
19 tahun 2011 rumpon merupakan
fishing atau dari segi lain dapat juga
alat bantu untuk mengumpulkan ikan
dikatakan memanfaatkan salah satu
dengan
tingkah laku ikan untuk menangkap
bentuk dan jenis pemikat/atraktor
ikan itu sendiri. Fungsi cahaya dalam
dari benda padat yang berfungsi
penangkapan ikan ini adalah untuk
untuk memikat ikan agar berkumpul.
mengumpulkan ikan sampai pada
Peraturan
bantu
Keputusan
menggunakan
Rumpon
berbagai
mempunyai
suatu catchable area tertentu, lalu
konstruksi menyerupai pepohonan
penangkapan dilakukan dengan alat
yang
jaring ataupun pancing dan alat-alat
kedalaman tertentu di suatau tempat
lainnya (Sudirman dan Mallawa,
di perairan laut
2004).
sebagai tempat berlindung, mencari
dipasang/ditanam
pada
yang berfungsi
Ada kelemahan dari operasi
makan, memijah & berkumpulnya
penangkapan alat tangkap Bagan
ikan. Sehingga rumpon ini dapat 120
diartikan tempat berkumpulnya ikan
Aggregating
di laut untuk mengefisienkan operasi
tangkap Bagan perlu diperkenalkan
penangkapan bagi para nelayan.
dan
Rumpon
bantu
nelayan khususnya yang melakukan
penangkapan ikan yang fungsinya
usaha penangkapan ikan dengan alat
sebagai pembantu untuk menarik
tangkap
perhatian ikan agar berkumpul di
Terlebih lagi peran alat tangkap
suatu
Bagan sebagai alat tangkap ikan
merupakan
tempat
alat
yang
selanjutnya
diadakan penangkapan. penelitian
pada
didemonstrasikan
Bagan
tradisional
Berdasarkan
Device)
mendukung
agar
dapat
cukup
alat
para
meyakini.
penting
guna
kebutuhan
ikan
Baskoro, et al (2006) rata-rata ikan
komersial (teri, teri nasi,dan cumi-
yang berkumpul di sekitar alat
cumi) di Indonesia.
tangkap
Bagan
motor
yang
Tujuan dari diadakannya
menggunakan alat bantu lampu dan
pene;itian
rumpon setiap harinya adalah 959
mengetahui
kg. Pengambilan hasil tangkapan
pengaruh
dalam penelitian ini menggunakan
terhadap Bagan tancap (lift net )
Bagan motor dengan dipadukan alat
diperairan Demak serta menganalisis
tangkap
Purse
dioperasikan
ini
adalah
dan
untuk
menganalisis
penggunaan
rumpon
seine
yang
jumlah hasil tangkapan Bagan tancap
mengelilingi
Bagan
(lift net) yang menggunakan rumpon
penelitian
dengan Bagan tancap (lift net ) yang
motor.
Berdasarkan
tersebut
maka
penambahan
alat
tidak
menggunakan
perairan
alat tangkap Bagan terbukti mampu
penelitian ini adalah nelayan Bagan
mengumpulkan ikan lebih banyak
yang ada di daerah Morodemak dan
apabila dibandingkan dengan alat
sekitarnya agar dalam pengoperasian
tangkap
alat
menggunakan
yang
hanya
alat bantu
lampu.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka
tangkap
Sasaran
di
bantu rumpon dalam pengoperasian
Bagan
Demak.
rumpon
Bagan
dari
nantinya
menggunakan alat bantu pengumpul ikan lampu dan rumpon.
penambahan rumpon sebagai alat bantu
pengumpul
ikan
(Fish 121
x 9 x 3,5 m; dengan kedalaman
METODE PENELITIAN Metode dalam
yang
penelitian
digunakan
sebagai
fishing
ground
adalah
sebesar 4,8 m. Penempatan rumpon
eksperimental fishing, yaitu metode
ditempatkan pada setiap sisi bagan
eksperimen yang dilakukan dengan
tancap.
operasi penangkapan Bagan.
sebanyak 16 kali trip penangkapan.
Penelitian
mengenai
Gambaran rumpon yang digunakan
penggunaan atraktor rumpon pada
dalam penelitian dan penempatannya
alat tangkap Bagan ini dilaksanakan
pada Bagan, dapat dilihat pada
pada bulan Juni sampai Juli 2013
Gambar 1 dan 2.
dengan
lokasi
Morodemak,
ini
perairan
di
Kecamatan
perairan Bonang,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bagan
Atraktor
ini
rumpon
dilakukan
yang
digunakan pada penelitian ini terbuat daun kelapa, kantong plastik dan pita
yang
plastik sebagai atraktornya. Serta tali
ini
temali, pelampung (styrofoam) dan
berjumlah 2 (dua) buah, meliputi
pemberat dari cor beton. Komponen
Bagan tanpa adanya atraktor rumpon
konstruksi rumpon yang digunakan
(kontrol)
pada penelitian tercantum pada Tabel
digunakan
dalam
dan
tancap
Peneltian
penelitian
Bagan
dengan
penambahan rumpon. Ukuran dari
1.
kedua Bagan tancap tersebut yaitu 9
122
Tabel 1. Komponen Konstruksi Rumpon No 1
Bahan a. Tali utama (PE) b. Tali pelampung (PE) c. Tali pemberat (PE) d. Tali plastik (PE)
2
Daun kelapa
3
Pemberat (cor beton)
4
Pelampung (Styrofoam)
5 6.
Kantong plastik Pita Plastik
Ukuran Ø 10 mm Ø 2 mm Ø 4 mm Ø 1 mm
Jumlah 16 m 8m 8m 20 m
Panjang pelepah 2,5 m T : 20 cm Ø : 18 cm @ : 15 kg P : 20 cm l : 20 cm T : 25 cm 30 X 45 cm P: 30 cm L : 2 cm
44 buah
Kegunaan Pengikat dan penghubung antar pelampung, atraktor, pemberat dengan tali utama Atraktor utama
8 buah
Pemberat rumpon
4 buah
Pelampung rumpon
200 buah 50 buah
Atraktor tambahan Atraktor tambahan
Gambar 1. Gambaran Penempatan Rumpon pada Bagan
Gambar 2. Konstruksi Rumpon yang Digunakan dalam Penelitian 123
Analisis
data
tangkapan,
meliputi
normalitas,
homoginitas
hasil
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
analisis
Morodemak
dan
beragam
t-
sendiri jenis
memilki
alat
tangkap
student. Diduga bahwa penggunaan
diantaranya purse seine, trammel net,
rumpon berpengaruh nyata terhadap
gill net, payang, bagan, cantrang,
hasil tangkapan pada bagan tancap
dogol, bubu, garuk kerang, arad dan
tancap
sebagainya (Dinas Kelautan dan
(lift
net)
dengan
taraf
signifikasi lebih kecil dari 0,05.
Perikanan Kabupaten Demak, 2012). Bagan tancap dalam pengoperasian-
HASIL DAN PEMBAHASAN
nya rata–rata mendapatkan hasil
Kegiatan perikanan bagan
tangkapan Udang putih (Litopenaeus
di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
vannamei Boone), Belanak (Mugil
Morodemak ada dua jenis yaitu
dossumieri),
Bagan
spp),
tancap
dan
Bagan
apung/perahu. Alat tangkap Bagan di
masih tradisional, teknologi
pengoperasiannya gunakan
masih
teknologi
yang
Kepiting
(Loligo
bakau
(Scylla
serrata), dan sebagainya.
Morodemak termasuk alat tangkap yang
Cumi-cumi
Nelayan bagan tancap PPP Morodemak umunya melaut dalam
meng-
waktu semalam (one day fishing).
sangat
Secara
umum
bagian
dari
alat
sederhana. Bagan tancap adalah alat
tangkap Bagan tancap yaitu plataran,
tangkap yang dioperasikan di daerah
Pomahan atau rumah bagan, roller,
pantai, sehingga hasil tangkapan
jaring bagan (waring), lampu dan
nelayan
serok.
Bagan
Morodemak
tancap
masih
di
PPP
tergantung
Dalam
penelitian
yang
dilakukan ada dua bagan tancap yang
adanya migrasi ikan serta keadaan
digunakan
alam di sekitar pantai.
menggunakan rumpon dan Bagan
yaitu
Bagan
tancap
Potensi perikanan tangkap di
tancap tidak menggunakan rumpon,
kabupaten Demak masih tergolong
penambahan rumpon pada Bagan
besar, tercatat ada 1.605 alat tangkap
tancap merupakan suatu aplikasi dari
dengan
teknologi penangkapan ikan dengan
berbagai
dioperasikan,
jenis
khususnya
yang di
menggunakan
rumpon
sebagai 124
atraktor untuk mengumpulkan ikan
mendapatkan
agar
proses
tangkapan lain. Akan tetapi jumlah
dapat
hasil tangkapannya sangat sedikit,
mempermudah
penangkapan
serta
meningkatkan hasil tangkapan.
bebrapa
hasil
hasil tangkapan tersebut diantaranya bandeng (Chanos chanos), belut (Ophichtys apicalis), dan kakap putih
Hasil Tangkapan Hasil tancap
tangkapan
yang
berbagai
Bagan
diperoleh
jenis
terdiri
ikan,
secara
(Lates Calcarifer). Perbandingan jumlah hasil tangkapan
antara
Bagan
yang
keseluruhan pada penelitian yang
menggunakan rumpon dan Bagan
dilakukan
selama
tidak menggunakan rumpon dapat
pengulangan
baik
16
kali
Bagan
tancap
dilihat pada gambar 3 berikut ini.
menggunakan rumpon atau Bagan tancap yang tidak menggunakan rumpon
adalah
(Litopenaeus
Udang
vannamei
putih Boone),
Belanak (Mugil dossumieri), Cumicumi (Loligo spp), Kepiting bakau (Scylla serrata). Hal ini didukung oleh
Mulyono
(1989),
yang
menyatakan bahwa dalam proses pengoperasian Bagan tancap jarang sekali ditangkap satu jenis spesies ikan melainkan beberapa ikan pelagis kecil yang banyak tertangkap oleh Bagan
tancap
seperti
teri
(Stolephorus sp), petek (Leiognathus sp),
kembung
(Ratrelliger
spp),
Belanak (Mugil dossumieri), dan lain-lain. Selain hasil tangkapan di atas, nelayan Bagan tancap juga 125
.
Hasil Tangkapan (kg)
Perbandingan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Dengan Rumpon dan Bagan Tancap Tanpa Rumpon
Gambar 3. Perbandingan hasil tangkapan ikan bagan tancap dengan rumpon dan bagan tancap yang tidak menggunakan rumpon
Gambar 5. Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Tanpa Rumpon
Jumlah Bagan
hasil
tancap
tangkapan
yang
tidak
Gambar 6. Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Dengan Rumpon Udang
(46,62
kg)
dengan
presentasenya 50%, Belanak (40,82
menggunakan rumpon adalah Udang
kg)
(38,55 kg) dengan presentasenya
Kepiting bakau (4,5 kg) dengan
59%,
presentasenya 5% dan Cumi–cumi
ikan
Belanak
(22,55
kg)
dengan presentasenya 34%, Kepiting
dengan
presentasenya
44%,
(1,2 kg) dengan presentasenya 1%
bakau (2,3 kg) dengan presentasenya
Berdasarkan hasil tangkapan
4% dan Cumi–cumi (2,03 kg) dengan
Bagan pada bulan Juni – Juli 2013,
presentasenya 3%. Sedangkan pada
Udang merupakan hasil tangkapan
Bagan tancap yang menggunakan
utama Bagan tancap menggunakan
rumpon hasil tangkapannya adalah
rumpon di Morodemak, hal ini 126
dikarenakan daerah fishing ground
sehingga terjadi rantai makanan. Ikan
Bagan tancap berada dekat dengan
belanak sebenarnya termasuk jenis
ekosistem mangrove. Hal ini juga
ikan laut (daerah pantai), namun
dikemukakan oleh Fitri et al (2012),
sering juga tertangkap di daerah air
bahwa
payau dan kadang sampai ke daerah
udang
golongan
putih
udang
termasuk
penaeid.
Maka
aliran sungai. Hidupnya lebih banyak
sifatnya antara lain bersifat nokturnal
di dasar (demersal) perairan yang
artinya aktif mencari makan pada
berlumpur.
malam hari atau apabila intensitas
fitoplankton (diatom) dan detritus
cahaya berkurang. Sedangkan pada
pada sedimen dasar.
siang hari yang cerah lebih banyak
Jenis
Kepiting
makanannya
bakau
hidup
di
pasif, diam pada rumpon yang
daerah sekitar ekosistem mangrove.
terdapat
Secara
dalam
perairan
atau
sekilas
keberadaan
jenis
membenamkan diri dalam lumpur di
tangkapan ini pada bagan tancap
dalam tambak.
adalah sesuatu yang jarang, namun
Ikan belanak merupakan hasil tangkapan
kedua
yang
menjadi
keberadaan kepiting bakau sangat wajar, karena berdasarkan kondisi
dominan Bagan tancap menggunakan
geografis
rumpon dan Bagan tancap tanpa
bagan
menggunakan rumpon. Berdasarkan
posisinya
dengan
diagram tabel diatas bahwa ikan
mangrove.
Berdasarkan
belanak banyak tertangkap pada
wawancara dengan nelayan setempat,
Bagan tancap yang menggunakan
lokasi tempat didirikannya Bagan
rumpon, hal ini dikarenakan terdapat
tancap
makanan
yaitu
kepiting bakau, lokasi didirikannya
fitoplankton yang dihasilkan dari
Bagan tancap berjarak kurang lebih 1
adanya
Menurut
km dari pantai atau fishing base, jadi
Yusfiandayani (2003), berdasarkan
tertangkapnya kepiting bakau pada
fungsinya, rumpon bertujuan untuk
Bagan
mengumpulkan
yang
sebagai kepiting bakau saat beruaya
ikan
ke
kemudian
ikan
belanak
rumpon.
fitoplankton
untuk
dimakan
lokasi
tancap
fishing
sangat
merupakan
tancap
pantai
berdekatan ekosistem
lokasi
dapat
untuk
ground
hasil
ruaya
dikatakan
melakukan 127
pemijahan. Menurut Kasry (1996)
tidak menggunakan rumpon dengan
dalam Catur (2004), kepiting bakau
Ftabel
menghabiskan
besar
menunjukan bahwa nilai sig>α =
waktunya di estuaria dan rawa-rawa
0,05 (5%), sehingga dari kedua
bakau,
perlakuan tesebut terima H0 yaitu
sebagian
setelah
berlangsung,
perkawinan
kepiting
betina
barangsur-angsur akan beruaya ke
0,327.
Data
tersebut
data berdistribusi normal. 2. Uji homogenitas
arah laut untuk mencari tempat
Berdasarka hasil analisa data
memijah. Tempat pemijahan kepiting
menggunakan SPSS 16 pada uji
betina umumnya kurang lebih 1 km
normalitas
dari pantai.
Smirnov
dengan
Kolmogorov-
didapatkan
berdistribusi
bahwa
normal,
menganilisis
data
selanjutnya
Analisis Data
sebelum
data,
data
1. Uji normalitas
terlebih dahulu di uji homogenitas
Uji normalitas data dengan
dengan Levene test. Hasil dari uji
menggunakan statistik parametrik uji
homogenitas dengan Levene test
Kolomogrov-Smirnov
didapatkan
didapatkan pada hipotesis bagan
bahwa data penelitian berdistribusi
tancap menggunakan rumpon dan
normal. Hal ini diperoleh dari uji
bagan tancap tidak menggunakan
normalitas
Kolomogrov-Smirnov
rumpon didapatkan nilai sig 0,119.
dengan SPSS 16 didapatkan dari 16
Sedangkan uji Levene test dengan
kali pengulangan pada perlakuan
perhitungan
bagan tancap menggunakan rumpon
didapatkan nilai W < F(0,05;1,30) =
dan kontrol bagan tancap tidak
2,398434
menggunakan rumpon masing adalah
menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05
0,200 dan 0,051. Sedangkan dengan
sehingga terima H0 yaitu varian
menggunakan
menunjukkan homogen.
uji
Kolmogorov-
Smirnov perhitungan menggunakan rumus adalah 0,0173 pada perlakuan
menggunakan
<
4,17.
rumus
Nilai
ini
3. Uji t Berdasarkan
hasil
analisis
bagan tancap dengan rumpon dan
menggunakan uji t menggunakan
0,0679 pada kontrol bagan tancap
SPSS 16 didapatkan nilai signifikasi 128
sebesar 0.022 untuk perbandingan hasil
tangkapan
bagan
tancap
Setiap
bagian
rumpon
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan rumpon dan bagan
memiliki beberapa kegunaan pada
tancap tidak menggunakan rumpon
setiap bagian konstruksinya, yaitu :
dengan Tingkat kepercayaan yang
1.
Atraktor
daun
kelapa
yang
digunakan 95% dan taraf signifikansi
terdapat pada konstruksi rumpon
5%. Nilai tersebut lebih besar dari
berfungsi
0,05.
dengan
persinggahan ikan, apabila daun
rumus
kelapa mulai membusuk secara
didapatkan nilai thitung = 7,886 > ttabel
tidak langsung rantai makanan
= 2,13145. sehingga hipotesis terima
akan
H1 dan tolak H0. Kesimpulan yang
menjadikan
dapat diambil adalah penggunaan
tempat bagi ikan untuk mencari
rumpon
makan
Sedangkan
perhitungan
uji
t
menggunakan
pada
bagan
tancap
berpengaruh nyata terhadap hasil
2.
tangkapan bagan tancap.
Atraktor
sebagai
terbentuk,
tempat
hal
rumpon
ini
sebagai
tambahan
yang
bahannya dari kantong plastik ukuran 35 X45 (5 kg) berfungsi
Pembahasan
sebagi penarik perhatian ikan
Rumpon
dengan asumsi bahwa kantong
Rumpon
yang
digunakan
plastik
dengan
warna
putih
dalam penelitian ini adalah jenis
apabila didalam perairan saat
rumpon
yang
malam hari dapat menghasilkan
dioperasikan pada kedalaman 0 – 12
pancaran cahaya apabila terkena
m secara vertikal. Dalam penelitian
hempasan gelombang, dengan
ini menggunakan dua variabel yaitu
pancaran cahaya dari kantong
bagan tancap menggunakan rumpon
plastik tersebut dapat menarik
dan bagan tancap tidak menggunakan
perhatian ikan yang mendatangi
rumpon
cahaya (phototaxis positif)
permukaan
yang
akan
dianalisa
pengaruhnya terhadap jumlah hasil tangkapan.
3.
Pelampung pada rumpon yang terbuat dari Styrofoam berfungsi sebagai penarik badan rumpon 129
sehinnga badan rumpon dapat
spesies
berdiri dalam perairan. Pemberat
dikarenakan lokasi
yang digunakan terbuat dari cor
tancap berdekatan dan dalam satu
beton dengan bobot 15 kg, setiap
wilayah,
satu unit rumpon terdapat dua
membedakan adalah jumlah hasil
buah pemberat, maka pemberat
tangkapannya.
yang digunakan dalam satu unit
menggunakan rumpon total hasil
rumpon berbobot total 30 kg.
tangkapan
Setiap ikatan sambungan simpul
pengulangan (melaut) sebesar 93,14
pada tali utama ke pemberat atau
kg, sedangkan Bagan tancap tanpa
pelampung
menggunakan rumpon total hasil
ditambah
dengan
dan
jenisnya
sama
kedua bagan
akan
tetapi
Bagan
selama
tancap
16
selama
yang
lapisan ikatan kawat steinlis
tangkapan
dengan tujuan agar ikatan pada
pengulangan (melaut) sebesar 65,55
konstruksi rumpon tidak mudah
kg. Rumpon pada alat tangkap Bagan
lepas.
dijadikan
sebagai
16
kali
alat
kali
bantu
rumpon
penangkapan karena alat ini hanya
terahadap hasil tangkapan bagan
dijadikan sebagai alat tambahan yang
tancap
digunakan sebagai pengumpul ikan
Pengaruh
penggunaan
Rumpon
alat
pada suatu tempat atau titik pada
bantu yang mempunyai fungsi untuk
siang hari untuk kemudian dilakukan
menarik dan juga mengumpulkan
operasi penangkapan pada malam
ikan agar tetap berada pada daerah
harinya. Sedangkan bagan tancap
sekitar rumpon sebelum kegiatan
yang tidak menggunakan rumpon
operasi penangkapan dilakukan baik
hasil tangkapannya lebih sedikit, hal
secara sementara maupun menetap
ini mungkin dikarenakan pada siang
(Monintja 1990 dalam Zulkarnain
hari ikan tidak berkumpul di sekitar
2002). Dalam penelitian ini hasil
lokasi alat tangkap bagan.
tangkapan
merupakan
Bagan
tancap
Total hasil tangkapan dari
menggunakan rumpon dan Bagan
kedua
bagan
tancap yang tidak menggunakan
diperoleh setiap hauling dan di
rumpon jenis ikan yang tertangkap
timbang
menurut
tancap
jenis
tersebut
masing– 130
masing tangkapan, dalam setiap kali
terima H1, hal ini berarti penggunaan
melaut dilakukan pada pukul 17.30 –
rumpon berpengaruh nyata pada hasil
05.00
WIB,
semalam
kedua
tersebut
rata–rata
dalam
tangkapan bagan tancap. Perbedaan
bagan
tancap
hasil tangkapan pada kedua bagan
melakukan
hauling
tancap
ini
dengan
pengaruh
sebanyak 8 - 11 kali. Hasil analisa
penggunaan rumpon sesuai dengan
data
kedua
menghasilkan penggunaan
bagan
tancap
dugaan Tirtowiyadi (2005), bahwa
kesimpulan
bahwa
ikan berkumpul di sekitar rumpon
berpengaruh
adalah untuk berlindung dan mencari
rumpon
nyata terhadap hasil tangkapan. Hal ini
dikarenakan
dengan
rumpon
yang
banyaknya
makanan
rumpon
adanya
menyebabkan di
(fitoplankton)
makan.
sekitar
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
sehingga
Kesimpulan yang didapat dari
dapat menarik perhatian ikan-ikan
penelitian
kecil untuk lebih mendekat pada
Rumpon Terhadap Hasil Tangkapan
bagan tancap. Menurut Tirtowiyadi
Bagan Tancap (Lift Net) di Perairan
(2005), ikan pelagis kecil berlindung
Morodemak adalah sebagi berikut:
dan
1. Penggunaan
mencari
makan
di
sekitar
rumpon.
Analisis
penelitian
Penggunaan
rumpon ini
dalam
mempunyai
Berdasarkan pada hasil uji t
pengaruh nyata terhadap hasil
dengan SPSS 16 didapatkan bahwa
tangkapan Bagan tancap (Lift
penggunaan rumpon diperoleh nilai
Net); dan
t-test sebesar 2,413 dengan nilai signifikasi
0,022.
Dengan
taraf
2. Hasil tangkapan Bagan tancap menggunakan rumpon dalam 16
signifikasi 95%. Dan menggunakan
kali
pengulangan
uji t dengan menggunakan rumus
jumlah hasil tangkapan terbesar
didapatkan nilai thitung = 7,886 > ttabel
9,65 kg dan hasil tangkapan
= 2,13145. Sesuai dengan kaidah
terkecil 2 kg. Pada Bagan tancap
pengambilan keputusan bahwa nilai
yang tidak menngunakan rumpon
thitung > ttabel, maka diputuskan untuk
dalam
16
kali
mempunyai
pengulanagan 131
mempunyai
jumlah
hasil
tangkapan terbesar 7,2 kg dan
menggunakan
rumpon
lebih
efektif.
hasil tangkapan terkecil 1,15 kg. Sedangkan pada hasil tangkapan –
rata
rata
bagan
tancap
menggunakan rumpon dalam 16 kali pengulangan yaitu 5,82 kg. Hasil rata-rata pada Bagan tancap yang tidak menggunakan rumpon dalam
16
kali
pengulangan
sebesar 4,09 kg.
Saran Saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Perlu penyempurnaan data hasil perikanan terutama jumlah alat tangkap Bagan tancap maupun hasil tangkapan Bagan tancap yang dilaporkan secara rutin ke kantor PPP Morodemak maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Demak
sehingga
perkembangan perikanan Bagan tancap selalu terpantau. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai
rumpon
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP melalui dana BOPTN Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Sesuai Surat Perjanjian Kontrak No. 3543/UN7.3.10/PM/2013 tanggal 6 Mei 2013. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara M Ulin Nuha; Afina Fatharani dan Stephani atas bantuannya dalam melakukan pengumpulan data. DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kab Demak. 2011. Selayang pandang Kabupaten Demak. BAPPEDA. Demak Baskoro, MS. Telussa, RF dan Purwangka F. 2006. Efektivitas Bagan Motor di Perairan Waai, Pulau Ambon. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap “ menuju Paradigma Teknologi Perikanan Tangkap yang Bartanggungjawab Dalam Mendukung Revitalisasi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. hal 157 – 165.
pengaruh
kedalaman Bagan tancap yang menggunakan
UCAPAN TERIMA KASIH
dengan
tujuan penangkapan Bagan tancap
Catur,
C.R. 2004. Waktu Perendaman dan Periode Bulan Pengaruhnya Terhadap Kepiting Bakau Hasil Tangkapan Bubu Di Muara Sungai Radak Pontianak. 132
[Skripsi] . Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 83 Hal. Dinas
Kelautan dan Perikanan demak. 2012. Buku Saku. Pemerintah Kabupaten Demak, Dinas Kelautan Dan Perikanan. Demak
Fitri, Aristi D P. Boesono H. Pramonowibowo. Khuliah .A, dan Bogi B Jayanto.2012. Modifikasi Garuk Udang (Dredged Net) untuk Peningkatan Efektivitas Penangkapan Penaeus Merguiensis. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 7. No 2. Februari 2012. Semarang. Hal 53 – 60. Mulyono, M.. 1989. Alat-Alat Penangkapan Ikan, Alat yang Dijatuhkan, Pukat Cincin. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Semarang.
Suherman, A dan Fitri, Aristi D P. 2005. Penggunaan Lampu Merkury dalam Perikanan Mini Purse Seine di Jepara. [Laporan Kegiatan No. 31/2005] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 67 hal. Tirtowiyadi, A. 2005. Kajian Teknis Rumpon Dasar Semi Permanen. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. Yusfiandayani, R. 2003. Studi Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Model Pengembangan Perikanannya. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 229 hal. Zulkarnain. 2002. Studi Penggunaan Rumpon Pada Bagan Apung di Teluk Pelabuhanratu, Jawa Barat. [Thesis] . Program Pascasarjana. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 116 Hal.
Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
133