Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION 1)
Wahri Sunanda1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung Email:
[email protected]
Abstract - The reliability of the distribution system will give direct impact to power supply availability. By adding some DG to a distribution system increase the reliability of the distribution system. The research aims to analize the impact of installing DG in a distribution system to system reliability. There were fourth case studies in this research. The first one was the study of reliability of a distribution system without DG. The second and the rest ones were DG installing to system in different bus location. In order to be able to calculate parameters needed for the distribution reliability such as system reliability index, EDSA Technical 2005 software was used. The result of research show that by installing DG to each load bus always give improvement to system reliability in each load. The optimum reliability was obtained when DG was install at bus 4. Keywords: reliability, distribution system, DG and EDSA. I. Pendahuluan Penentuan keandalan suatu sistem tenaga listrik biasanya dilakukan dengan menentukan keandalan masing-masing sub sistem yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi. Hal itu disebabkan penentuan keandalan sistem tenaga listrik secara keseluruhan sangat sulit dilakukan karena sistem begitu kompleks terutama untuk sistem yang besar (bulk power system). Setelah indeks keandalan masing-masing sub sistem diperoleh maka nilai-nilai tersebut digabungkan untuk mendapatkan indeks keandalan sistem secara keseluruhan. Keandalan sistem distribusi merupakan topik yang mendapat perhatian lebih banyak dibandingkan keandalan subsistem lainnya. Hal ini disebabkan karena kinerja sistem distribusi akan berdampak secara langsung ke beban (pelanggan). Dalam era kompetisi saat ini, setiap pelanggan
menginginkan untuk mendapatkan layanan yang lebih terjamin baik dari sisi kontinuitas maupun kualitas daya yang diterima . Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki keandalan (kontinuitas suplai energi listrik ke pelanggan). Dari sisi pelanggan digunakan UPS (uninterruptible power supply) dan juga generator stand by (genset). Dari pihak perusahaan listrik (penyedia layanan energi listrik), salah satu cara dilakukan dengan melakukan perubahan konfigurasi bentuk jaringan distribusi misalnya dari bentuk radial menjadi loop dan sebagainya. Cara lain adalah dengan membangun pembangkitpembangkit skala kecil dan menengah pada sistem distribusi. Pembangkit-pembangkit jenis ini disebut dengan nama Distributed Generation (DG). Penggunaan DG ini sudah banyak dilakukan terutama di negara-negara maju sedangkan di Indonesia DG belum begitu banyak digunakan. Keandalan dapat disederhanakan dalam empat elemen yaitu: a. Probabilitas b. Kinerja (performanse) yang memadai c. Waktu d. Kondisi pengoperasian Probabilitas, yang merupakan komponen pokok pertama, merupakan input numerik bagi pengkajian keandalan suatu sistem yang juga merupakan indeks kuantitatif untuk menilai kelayakan suatu sistem. Pada beberapa kajian yang melibatkan disiplin ilmu keandalan, probabilitas bukan merupakan satu-satunya indeks, ada beberapa indeks lain yang dapat dipakai untuk menilai keandalan suatu sistem yang sedang dikaji. Tiga komponen lain yaitu kinerja, waktu dan kondisi pengoperasian, semuanya merupakan parameter-parameter teknik dan teori probabilitas tidak banyak membantu 308
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
untuk kajian ini. Seringkali teknisi yang bertanggung jawab langsung terhadap satu sistem tertentu yang cukup akurat untuk memberikan informasi yang cukup memuaskan berkaitan dengan kajian sistem yang sedang dilakukan. Waktu yang telah ditetapkan untuk pengoperasian sistem bisa saja kontinu atau bisa juga secara sporadis, sedangkan kondisi pengoperasian bisa kondisi pengoperasian yang uniform atau bisa juga bervariabel. Sedangkan kriteria tentang kinerja yang memadai dari sebuah sistem merupakan masalah yang melibatkan permasalahana manajerial. 1.1 Fungsi Probabilitas Keandalan Dalam menentukan keandalan suatu sistem, variabel random yang dipakai umumnya adalah waktu. Jika T adalah waktu dimana gangguan terjadi pada suatu unit atau komponen maka probabilitas bahwa komponen tersebut tidak akan terganggu sebelum waktu t (merupakan keandalan komponen tersebut) adalah: R(t) = P(T>t)
(1)
Jadi keandalan selalu merupakan fungsi waktu. Keandalan merupakan probabilitas, maka nilai numeriknya selalu diantara 0 dan 1 yaitu: R(0) = 1, R(∞) = 0 (2) R(0) adalah probabilitas sebuah komponen atau sistem berfungsi dengan baik pada waktu t = 0, sedangkan R(∞) adalah probabilitas komponen atau sistem berfungsi dengan baik pada t = ∞. Pada saat t = 0 komponen atau sistem berada dalam kondisi akan beroperasi, sehingga probabilitas komponen atau sistem itu untuk mengalami kegagalan pada saat t = 0 adalah 0. Pada saat t→∞, probabilitas untuk mengalami kegagalan dari suatu komponen atau sistem yang dioperasikan akan cenderung mendekati 1. Karakteristik ini sama dengan fungsi distribusi kumulatif. Fungsi distribusi kumulatif ini akan mengukur probabilitas kegagalan dari suatu sistem atau komponen sebagai fungsi dari waktu. Dalam terminologi keandalan, fungsi distribusi kumulatif ini dikenal sebagai fungsi distribusi kegagalan kumulatif (cumulative
failure distribution function) atau disingkat distribusi kegagalan kumulatif (cumulative failure distribution). Fungsi distribusi kegagalan kumulatif ini biasanya dilambangkan dengan Q(t). Jika R(t) menyatakan fungsi keandalan dari suatu komponen atau suatu sistem sebagai fungsi waktu, maka hubungan antara fungsi keandalan R(t) dan distribusi kegagalan kumulatif atau fungsi ketakandalan Q(t) dihubungkan oleh sebuah formula di bawah ini: R(t) = 1- Q(t) (3) Dalam terminologi keandalan, fungsi distribusi probabilitas disebut dengan fungsi densitas kegagalan (failure density function). Fungsi densitas kegagalan ini, yang dinotasikan dengan f(t), dapat diturunkan baik dari fungsi ketakandalan maupun fungsi keandalan seperti pada formula di bawah ini. f t
dQt dR t dt dt
(4)
Sebaliknya fungsi ketakandalan maupun fungsi keandalan dapat diperoleh dari fungsi densitas kegagalan seperti yang dituliskan dalam formulasi di bawah ini. t
Qt f t dt
(5)
0
(2.2)
dan t
Rt 1 f t dt f t dt 0
(6)
t
Gambar 1 menunjukkan sebuah tipikal kurva fungsi densitas kegagalan. Sesuai dengan formulasi fungsi ketakandalan dan keandalan yang ditunjukkan pada rumus (2.5) dan (2.6), maka luasan daerah di bawah kurva untuk interval mulai dari 0 sampai t mewakili fungsi ketakandalan sedangkan luasan daerah di bawah kurva untuk interval mulai dari t sampai tak hingga adalah mewakili fungsi keandalan.
309
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
Gambar 1. Kurva Fungsi Dentitas Keandalan Dan Kegagalan
Satu konsep lagi yang sering dipakai dalam mengevaluasi keandalan komponen atau sistem adalah laju kegagalan (failure rate). Penjelasan berikut ini akan menjelaskan bagaimana laju kegagalan dari suatu komponen atau siatem yang memiliki fungsi densitas kegagalan f(t). Misalkan pada saat t sebuah komponen sedang bekerja. Probabilitas dari komponen itu untuk mengalami kegagalan pada interval waktu antara t dan t+∆t jika komponen itu diketahui berfungsi pada saat t dapat diekspresikan oleh: P( t < T ≤ t + ∆t|T > t) = (7) Dengan membagi ekspresi probabilitas pada persamaan (7) dengan interval waktu ∆t dan membuat ∆t → 0, maka akan diperoleh laju kegagalan dari suatu komponen dan diekspresikan dengan notasi z(t). (8) karena = maka persamaan di disederhanakan menjadi:
= f(t) (9) atas dapat
Untuk kasus yang khusus dimana laju kegagalan suatu komponen adalah konstan, z(t) = λ (14) maka persamaan (2.13) akan berubah menjadi: (15) yang merupakan ekspresi fungsi keandalan dari suatu komponen atau sistem yang mengikuti distribusi eksponensial. 1.2 Distributed Generation (DG) Distributed Generation atau biasa disebut dengan DG adalah pembangkit skala kecil dan menengah dengan kisaran daya yang dihasilkan antara 15 kW sampai dengan 10 MW, yang disambungkan pada sistem distribusi (Mithulananthan, M dkk, 2004). Biasanya DG ini ditempatkan pada bus yang langsung menyuplai pusat beban dan atau pada gardu induk distribusi. Berdasarkan fungsinya, DG dibedakan atas dua macam yaitu sebagai unit yang difungsikan untuk mengantisipasi apabila terjadi pemutusan dari suplai daya grid (stand by unit) atau difungsikan (2.7)sebagai unit yang dipasang pada jam-jam beban puncak (peaking unit). Penggunaan DG sangat bermanfaat terutama pada konsumen-konsumen yang sangat jauh dari sumber pembangkit utama misalnya pada daerah-daerah terpencil. Pemasangan DG ini diharapkan membantu layanan listrik (2.8) pada daerah tersebut. Gambar 2 menunjukkan diagram satu garis dari sistem distribusi yang terpasang DG, (2.9)
(10)
(2.10)
dengan mensubsitusikan persamaan (4) ke persamaan (10), maka akan diperoleh: (11)
(2.11)
Dengan mengintegralkan kedua ruas dari 0 sampai t, dan mensubstitusikan nilai R(0) = 1, maka persamaan (11) akan menjadi: (12)
(2.12) Gambar 2. Diagram Satu Garis Sistem Distribusi dengan DG
Maka: (13)
Sumber energi primer DG terdiri dari (2.13) sumber terbarukan (renewable) ataupun 310
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
sumber tidak terbarukan (nonrenewable). Sumber-sumber energi terbarukan menurut Puttgen dkk (2003) adalah: a. Sinar matahari, photovoltaic b. Angin c. Geothermal d. Biomassa e. Energi laut. Sedangkan sumber energi tidak terbarukan adalah meliputi: a. Internal Combustion Engine (ICE) b. Combined cycle c. Combustion turbine d. Microturbines e. Fuel cell. Beberapa penelitian mengenai DG sudah banyak dilakukan. Pada umumnya, penelitian-penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan DG mempunyai banyak dampak positif bagi industri tenaga listrik. Mithulananthan dkk (2004) menjelaskan bahwa DG mempunyai dampak posistif dari sisi ekonomis, teknis maupun lingkungan. Dampak positif DG dari sisi ekonomis adalah : 1. Mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak 2. Mengurangi biaya investasi pada sistem transmisi maupun sistem distribusi 3. Mengurangi rugi-rugi Dampak positif dari sisi teknis adalah: 1. Memperbaiki kualitas tegangan 2. Memperbaiki kualitas daya 3. Mengurangi kapasitas beban transmisi maupun distribusi 4. Membantu penyediaan listrik untuk beban-beban yang jauh dari pusat pembangkit utama 5. Memperbaiki keandalan sistem distribusi. Sedangkan dampak positif dari sisi lingkungan adalah bahwa DG pada umumnya ramah lingkungan (polusi suara maupun emisi tergolong kecil) karena teknologi DG lebih banyak menggunakan sumber energi primer terbarukan. Dimasa depan, penggunaan DG ini diharapkan akan semakin banyak
digunakan untuk mengurangi biaya investasi. Di luar negeri penggunaan DG sudah banyak, akan tetapi di Indonesia masih tergolong sangat sedikit. Hal ini mungkin diakibatkan potensi daya yang dihasilkan sangat kecil sehingga tidak seimbang dengan biaya investasi. II. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh penempatan DG terhadap keandalan sistem distribusi dengan menggunakan software EDSA. Tahapan pelaksanaannya dapat diurutkan sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah 2. Mencari buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan judul thesis 3. Membuat model sistem distribusi untuk setiap kasus yang akan diteliti 4. Mengumpulkan data-data keandalan komponen sistem distribusi 5. Tentukan indeks keandalan sistem distribusi untuk setiap kasus dengan menggunakan EDSA fitur Distribution Reliability. 6. Melihat hasil program 7. Melakukan analisis untuk setiap kasus 8. Membuat laporan hasil penelitian. Tahapan penelitian diatas dapat dibuat dalam suatu diagram alur seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
311
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
III. Hasil dan Pembahasan Sebuah model sistem distribusi radial dengan 6 bus dan 11 beban seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 merupakan pemodelan awal. Sistem ini hanya disuplai oleh sebuah sumber grid.
Gambar 4. Model rangkaian sistem tanpa DG.
Ketika sistem distribusi belum terpasang DG, indeks keandalan sistem hasil eksekusi program EDSA ditunjukkan oleh tabel 1.
ketersediaan sistem menyuplai seluruh Pendahuluan beban adalah sebesar 99.85 %. 1. DG dipasang pada bus 1 Pemodelan rangkaian sistem ketika DG dipasang pada bus 1 ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Model rangkaian sistem ketika DG dipasang pada Bus 1
Indeks keandalan sistem setelah DG dipasang pada bus 1, ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 1. Indeks keandalan sistem tanpa DG
Tabel 2. Indeks keandalan sistem ketika DG dipasang pada Bus 1
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa ketika DG belum dipasang pada sistem, setiap beban rata-rata mengalami pemutusan sebanyak 7.9158 atau hampir 8 kali dalam setahun dengan durasi setiap pemutusan rata-rata selama 9.324 jam. Hal itu berarti setiap beban rata-rata mengalami ketidaktersediaan suplai daya selama 73.8076 atau 0.85 % selama satu tahun. Dari jumlah tersebut maka tingkat
Tabel 3. Perbandingan indeks keandalan system tanpa DG dan setelah DG dipasang pada Bus1
312
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah DG dipasang pada Bus1, keandalan sistem mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal itu ditunjukkan oleh penurunan nilai-nilai SAIFI, SAIDI, CAIDI, ASUI atau peningkatan nilai ASAI. Frekwensi pemutusan rata-rata sistem (SAIFI) berkurang sebanyak 3.9773 kali atau hampir 4 kali (sekitar 50 %), durasi setiap pemutusan (CAIDI) juga berkurang 1.6774 jam atau sekitar 17.96 % , total durasi pemutusan rata-rata untuk setiap pelanggan (SAIDI) berkurang 43.3823 jam atau sekitar 58,8 % sehingga ketersediaan suplai daya (ASAI) meningkat 0.5 % menjadi 99.65 % atau ketidaktersediaan suplai daya (ASUI) menurun 0.5 % dibandingkan pada saat sistem belum dipasang DG. 2. DG dipasang pada bus 2 Pemodelan rangkaian sistem ketika DG dipasang pada bus 2 ditunjukkan pada gambar 1.4
Indeks keandalan sistem setelah DG dipasang pada bus 2 ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Indeks keandalan sistem ketika DG dipasang pada Bus 2
Tabel 4 menunjukkan bahwa ketika DG dipasang pada Bus2, frekwensi pemutusan rata-rata yang dialami oleh setiap beban adalah 3.4786 setiap tahunnya dengan durasi rata-rata setiap pemutusan 7.5111 jam sehingga setiap pelanggan mengalami total durasi pemutusan rata-rata selama 26.1283 jam dalam 1 tahun. Oleh karena itu tingkat ketersediaan suplai daya sistem adalah 0.997 atau 99.7 %. Perbandingan indeks keandalan sistem ketika belum dipasang DG dan setelah DG dipasang pada Bus2 ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Perbandingan indeks keandalan system tanpa DG dan setelah DG dipasang pada Bus 2
Tabel 5 menunjukkan bahwa ketika DG dipasang pada Bus2, frekwensi pemutusan rata-rata untuk setiap beban berkurang sebanyak 4.1743 kali atau turun sebesar 52.73 % dibandingkan sebelum DG dipasang. Total durasi pemutusan rata-rata untuk setiap beban turun sebanyak 44.5986 jam atau sekitar 60.43 % sedangkan durasi rata-rata untuk setiap pemutusan berkurang 1.5173 jam atau 16.27 %. Ketersediaan suplai daya sistem meningkat menjadi 99.7 % atau naik sebesar 0.52 %.
Gambar 6. Model rangkaian sistem ketika DG dipasang pada Bus 2
3. DG dipasang pada bus 3 Model rangkaian sistem dengan memasang DG pada bus 3 ditunjukkan pada gambar 7. 313
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
berkurang selama 49.4811 jam/tahun atau turun sekitar 67 % . Durasi rata-rata setiap pemutusan juga berkurang selama 1.8843 jam/pemutusan atau turun 20.21 %. Ketersediaan suplai daya juga meningkat menjadi 99.72 % atau naik 0.57 % dibandingkan ketika DG belum dipasang. Tabel 7. Perbandingan indeks keandalan system tanpa DG dan setelah DG dipasang pada Bus 3
Gambar 7. Model Rangkaian Sistem ketika DG dipasang pada Bus 3
4. DG dipasang pada bus 4 Model rangkaian sistem dengan memasang DG pada bus 4 ditunjukkan pada gambar 8.
Indeks keandalan sistem setelah DG dipasang pada bus 3 ditunjukkan pada tabel 6. Tabel 6. Indeks keandalan sistem ketika DG dipasang pada Bus 3
Tabel 6. menunjukkan bahwa apabila DG dipasang pada Bus3, setiap pelanggan mengalami pemutusan rata-rata sebanyak 3.2698 pemutusan/tahun dengan durasi setiap pemutusan rata-rata sekitar 7.4397 jam. Dengan demikian total durasi pemutusan yang dialami setiap pelanggan adalah 24.3265 jam/tahun atau tingkat ketersediaan suplai daya untuk setiap pelanggan adalah 0.9972 atau 99.72 %. Tabel 1.9 menunjukkan bahwa apabila DG dipasang pada Bus3, frekwensi pemutusan rata-rata pada setiap pelanggan berkurang 4.646 pemutusan/tahun atau sekitar 58.69 % dibandingkan ketika sistem belum dipasang DG, sedangkan total durasi pemutusan untuk setiap pelanggan
Gambar 8. Model rangkaian sistem ketika DG dipasang pada Bus 4
314
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.3, No.2, September 2013
Indeks keandalan sistem setelah DG terpasang pada bus 4 ditunjukkan pada tabel 8. Tabel 8. Indeks Keandalan Sistem ketika DG dipasang pada Bus 4
Tabel 8 menunjukkan bahwa ketika DG dipasang pada Bus4, setiap pelanggan mengalami pemutusan rata-rata sebanyak 3.14 pemutusan/tahun dengan durasi ratarata setiap pemutusan adalah 7.39 jam. Sehingga total durasi pemutusan yang dialami setiap pelanggan adalah 23.2052 jam/tahun. Tingkat ketersediaan suplai daya sistem adalah 0.9974 atau 99.74 %. Tabel 9 menunjukkan bahwa apabila DG dipasang pada Bus4 maka frekwensi pemutusan rata-rata pada setiap pelanggan akan berkurang sebanyak 4.7758 pemutusan/tahun atau turun sebesar 60.33 % dibandingkan ketika DG belum dipasang. Total durasi pemutusan pada setiap pelanggan juga berkurang selama 50.6024 jam/tahun atau turun 68.56 % sedangkan durasi rata-rata untuk setiap pemutusan berkurang 1.934 jam atau turun 20.74 % dibandingkan sebelum dipasang DG. Tabel 9. Perbandingan indeks keandalan sistem tanpa DG dan setelah DG dipasang pada Bus 4
dilakukan, perbaikan indeks keandalan (indeks keandalan sistem maupun indeks keandalan setiap beban) yang paling optimum terjadi ketika DG dipasang pada bus4. Nilai indeks keandalan sistem pada kondisi tersebut adalah a. SAIFI = 3.14 pemutusan/pelanggan b. SAIDI = 23.2052 jam/pelanggan c. CAIDI = 7.39 jam/pemutusan d. ASAI = 0.9974 atau 99.74 % e. ASUI = 0.0026 atau 0.26 % Daftar Pustaka Brown, E, R., 2007, “Reliability Benefits of Distributed Generation On Heavily Loaded Feeders”, IEEE Trans IEEE, 2007, “IEEE Recommended Practice for The Design of Reliable Industrial and Commercial Power System, IEEE Std 49 Sunanda, Wahri., 2013, “Evaluasi Pengaruh Cuaca Terhadap Keandalan Sistem Distribusi”, Jurnal Foristek, Vol. 3, No. 1, Palu. Yang, F., 2007, “A Comprehensive Approach for Bulk Power System Reliability Assessment-Thesis”, Georgia Institute Of Technology.
IV. Kesimpulan Dari hasil dan analisis hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa dari semua studi kasus yang sudah 315