Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
i Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Tim Penyusun Hendri C Wijaya Suhardi Wahyu Pristiawan Buntoro Endi Gunardi Yudistiro Dedy Firdaus Editor teks: Adiseno Editor- Layout: Suhardi Design Cover: Endi Gunardi Setting: Font Tahoma 7.5 , dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160. Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia. Jika mengutip isi buku ini mohon disebutkan pemegang hak cipta. Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin tertulis dari FPTI. File dalam bentuk pdf dapat diakses di website FPTI. Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke
[email protected].
iii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
iv
BAB 1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA
1
1.1
PENDAHULUAN
1
1.2
TUGAS FPTI
1
1.3
KOMPETISI/KEJUARAAN
1
1.4
OFISIAL KOMPETISI FPTI
2
ix
BAB 2 PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT , DAN TIM OFISIAL
7
2.1
PENDAHULUAN
7
2.2
TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT DAN OFISIAL
7
2.3
KUOTA TIM
8
2.4
PENDAFTARAN ATLIT
8
2.5
KARTU IDENTITAS ATLIT (KIAT)
BAB 3 PERATURAN UMUM
8
11
3.1
KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
11
3.2
DINDING PANJAT
19
3.3
KESELAMATAN/SAFETY
20
3.4
DAFTAR URUTAN PEMANJATAN
22
3.5
ISOLASI
23
3.6
OBSERVASI
24
3.7
PERSIAPAN SEBELUM PEMANJATAN
24
3.8
SERAGAM TIM DAN PERALATAN PEMANJATAN
25
3.9
PERAWATAN DINDING DAN JALUR PEMANJATAN
26
3.10 INSIDEN TEKNIS
26
3.11 PENGHENTIAN PEMANJATAN
27
3.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO UNTUK PENJURIAN
27
3.13 PENGUMUMAN HASIL KOMPETISI
28
3.14 PERINGKAT
29
3.15 TES ANTI DOPING
30
3.16 UPACARA
30
3.17 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)
30
iv Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.18 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI
31
3.19 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING)
32
BAB 4 LEAD
33
4.1
PENDAHULUAN
33
4.2
OBSERVASI JALUR
34
4.3
PERCOBAAN PEMANJATAN
34
4.4
BELAYING DAN KESELAMATAN
34
4.5
PROSEDUR PEMANJATAN
36
4.6
INSIDEN TEKNIS
37
4.7
PENILAIAN
38
4.8
PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI
39
4.9
KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI
39
4.10 PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SATU JALUR
40
4.11 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO
40
BAB 5 MULTIPITCH
41
5.1
UMUM
41
5.2
KESELAMATAN DAN BELAYING
41
5.3
PROSEDUR PEMANJATAN
42
5.4
JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI
43
5.5
PENILAIAN
43
5.6
PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI
43
5.7
PENGHENTIAN PEMANJATAN
44
5.8
ATURAN TAMBAHAN
44
BAB 6 BOULDER
45
6.1
UMUM
45
6.2
OBSERVASI
46
6.3
PROSEDUR PEMANJATAN
46
6.4
INSIDEN TEKNIS
47
6.5
PERINGKAT SETIAP BABAK
48
6.6
KUOTA MASING-MASING BABAK
49
6.7
PENGGUNAAN VIDEO REKAMAN
49
BAB 7 SPEED
51
7.1
UMUM
51
7.2
JALUR
51
7.3
KESELAMATAN/SAFETY
52
v Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.4
PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN
7.5
PENYELESAIAN JALUR PEMANJATAN
53 53
7.6
PENGUMUMAN HASIL
53
7.7
URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT KLASIK
54
7.8
URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT WORLD RECORD
57
7.9
DEMONSTRASI DAN OBSERVASI
61
7.10 PROSEDUR PEMANJATAN
61
7.11 INSIDEN TEKNIS
62
7.12 SPEED REKOR
63
BAB 8 SPEED – ESTAFET
65
8.1
UMUM
65
8.2
DEMONSTRASI DAN OBSERVASI
65
8.3
PROSEDUR PEMANJATAN
65
8.4
INSIDEN TEKNIS
66
8.5
JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI
67
8.6
PENILAIAN SPEED ESTAFET
67
8.7
PENGGANTIAN ATLIT
68
BAB 9 SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA
69
9.1
PENGERTIAN
69
9.2
UMUM
69
9.3
PENYELENGGARA SIRKUIT
70
9.4
KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
70
9.5
KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
70
9.6
BIAYA ADMINISTRASI PESERTA
71
9.7
PENGHARGAAN PADA SETIAP SIRKUIT
71
9.8
PERINGKAT SIRKUIT NASIONAL/DAERAH
71
9.9
LAIN-LAIN
72
BAB 10 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI
73
10.1 PENDAHULUAN
73
10.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI
73
10.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
73
10.4 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
74
10.5 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI
74
10.6 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI
75
vi Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
BAB 11 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR
79
11.1 PENDAHULUAN
79
11.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI
79
11.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
79
11.4 PENGELOMPOKAN UMUR
80
11.5 LEAD DAN SPEED
80
11.6 BOULDER
80
11.7 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
81
11.8 ALOKASI ATLIT PADA SETIAP KATEGORI
81
11.9 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA
81
BAB 12. KEJUARAAN ANTAR PELAJAR
83
12.1 PENDAHULUAN
83
12.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR
83
12.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI
84
12.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
84
12.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
85
12.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN
85
BAB 13. KEDISIPLINAN DALAM KOMPETISI
87
13.1 PENGERTIAN
87
13.2 KEDISIPLINAN ATLIT
87
13.3 KEDISIPLINAN TIM OFISIAL
89
13.4 KEDISIPLINAN OFISIAL KOMPETISI
90
13.5 KEDISIPLINAN PIHAK LAIN
90
BAB 14. PROSEDUR PROTES DALAM KOMPETISI
91
14.1 UMUM
91
14.2 JURI PROTES
91
14.3 PROTES ATAS KEPUTUSAN JURI MENGENAI PEMANJATAN SUATU JALUR
91
14.4 PROTES SETELAH HASIL SUATU BABAK KOMPETISI DIUMUMKAN
92
14.5 PROTES KEPADA FPTI DELEGATE
92
14.6 KOMISI DISIPLIN FPTI
92
14.7 BIAYA PROTES
92
vii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
LAMPIRAN
95
Lampiran 1 Tata Ruang Kompetisi
97
Lampiran 2 Spesifikasi Dinding Panjat
98
Lampiran 3 Fasilitas Zona Isolasi
100
Lampiran 4 Lembar Hasil Pemanjatan
102
Lampiran 5 Lembar Hasil Pemanjatan Boulder
103
Lampiran 6 Lembar Hasil Tiap Babak Provisional
104
Lampiran 7 Lembar Hasil Tiap Babak
105
Lampiran 8 Lembar Hasil Tiap Babak Provisional
106
Lampiran 9 Lembar Hasil Akhir Kompetisi
107
Lampiran 10 Topo jalur Speed Rekor
108
Lampiran 11 Struktur Organisasi Kompetisi
109
viii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
KATA PENGANTAR
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman Kompetisi FPTI versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC Hand Book Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta dokumen-dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan perubahan yang telah ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah sedikit penyesuaian-penyesuaian dari FPTI. Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi kemajuan dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat didalamnya (Pengda FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara kompetisi dan semua pihak). Jakarta, Februari 2010 FH.Mutter W.
Pristiawan Buntoro
Ketua Harian FPTI
Wk.Ka.Biro Kompetisi
ix Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
1
FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA
1.1
PENDAHULUAN
1.1.1
Federasi Panjat Tebing Indonesia ( selanjutnya disingkat FPTI ) bertanggung jawab terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan olahraga dan kompetisi panjat tebing nasional.
1.1.2
FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat tebing nasional, seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah sebagai berikut: a. b. c.
d.
Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang berhubungan dengan olahraga panjat tebing. Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir dan atau menyelenggarakan kompetisi /kejuaraan. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olah raga panjat tebing dan setelah melihat kemampuan pengorganisasian dan pendanaan. Seluruh kompetisi yang telah diakui FPTI harus diselenggarakan dan dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah ditetapkan.
1.2
TUGAS FPTI
1.2.1
Untuk urusan-urusan mengenai organisasi kompetisi panjat tebing nasional, tugas tugas FPTI sesuai tingkatan kepengurusan (pusat/daerah) adalah: a.
Menerima semua permohonan untuk menyelenggarakan kompetisi yang disetujui atau disetujui dan diakui FPTI.
b.
Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum maupun yang berhubungan dengan kompetisi yang akan diselenggarakan.
c.
Menyebarkan semua informasi mengenai kompetisi yang diakui dan atau diselenggarakan oleh FPTI.
d.
Menyebarkan aturan, peraturan dan informasi-informasi penting lainnya.
e.
Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil kompetisi, Peringkat Sirkuit Nasional dan Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.
1.3
KOMPETISI/KEJUARAAN
1.3.1
Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI yang diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diakui oleh FPTI.
1.3.2
Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui dan diakui FPTI adalah sebagai berikut: a.
Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari: 1. Terbuka.
1 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2. Militer. 3. Kelompok Umur. 4. Pelajar. b.
Tingkat Kejuaraan: 1. Nasional. 2. Regional (beberapa Provinsi yang berada dalam satu wilayah). 3. Provinsi/Daerah. 4. Kabupaten/Kota.
c.
Kejuaraan yang direkomendasi FPTI, yaitu: 1. Sirkuit Nasional. 2. Kejuaraan Nasional FPTI. 3. Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI. 4. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar. 5. Kompetisi Regional. 6. Kompetisi Regional Kelompok Umur. 7. Kejuaraan Daerah/Sirkuit Daerah. 8. Even Kompetisi Nasional dan Daerah.
1.3.3
Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat kejuaraan/kompetisi.
1.3.4
Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang berhak mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan atau disetujui dan diakui oleh FPTI yang menjadi dasar penghitungan Peringkat Nasional.
1.4
OFISIAL KOMPETISI FPTI
1.4.1
FPTI mempunyai hak untuk secara resmi menentukan Ofisial Kompetisi dalam setiap kejuaraan/kompetisi yang disetujui atau kompetisi yang disetjui dan diakui FPTI, sesuai ayat 1.4.2 Ofisial Kompetisi FPTI terdiri dari:
1.4.2
a. b.
FPTI Delegate dan, Juri Kompetisi, yang terdiri dari: 1. Jury President, 2. Category Judge, 3. Chief Routesetter, 4. Route Judge.
1.4.3
Hak dan wewenang Ofisial Kompetisi. a
FPTI Delegate: i.
Adalah pejabat FPTI yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan aspek teknis dan nonteknis dalam suatu kejuaraan/kompetisi.
2 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii.
Mempunyai kewenangan penuh untuk memastikan bahwa semua fasilitas dan pelayanan telah disediakan oleh penyelenggara kompetisi (seperti: pendaftaran atlit dan lainnya, pelayanan medis, media dan sebagainya) yang sesuai dengan peraturan FPTI.
iii.
FPTI Delegate mempunyai hak untuk menghadiri setiap pertemuan dengan penyelenggara kompetisi. Pada setiap rapat terkait dengan kompetisi dan penjurian, FPTI Delegate mempunyai kapasitas sebagai penasehat. Jika Jury President berhalangan atau belum tiba di area kompetisi, FPTI Delegate akan bertindak atas nama Jury President di dalam area kompetisi.
iv. v.
b
c
d
vi.
Mengkoordinir masalah teknis dan berlangsungnya kejuaraan/kompetisi.
non-
teknis
kompetisi
selama
vii.
FPTI Delegate harus membuat laporan kompetisi secara detil kepada FPTI.
Jury President: i.
Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai juri dalam kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
ii.
Jury President memiliki kewenangan penuh di dalam daerah kompetisi (lay out zona kompetisi lihat Lampiran 1), termasuk yang berkaitan dengan aktivitas media massa dan semua pihak lain yang telah ditunjuk oleh penyelenggara.
iii.
Jury President mempunyai kewenangan mencakup semua aspek dari jalannya kompetisi dan memimpin semua rapat dan pertemuan resmi lainnya.
iv.
Memimpin pertemuan teknis (technical meeting) atau pertemuan penyelenggaraan (organizational meeting) dengan penyelenggara kompetisi,ofisial tim, atlit dan pihak lain.
v.
Jury President diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai teknis jalannya kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh FPTI.
vi.
Memberi penilaian terhadap Calon Juri Kompetisi yang sedang menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.
Category Judge: i.
Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai Juri Kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
ii.
Category Judge adalah seorang Wasit Nasional yang ditunjuk oleh FPTI untuk membantu Jury President dalam menjalankan semua aspek penjurian dalam suatu kejuaraan/kompetisi.
iii.
Category Judge dibantu oleh Wasit Jalur (Route Judge) dan atau Wasit Boulder (Boulder Judge) untuk kategori Boulder.
Chief Routesetter: i.
Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai pembuat jalur (routesetter) dalam kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
3 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii.
Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari setiap jalur atau Boulder dalam suatu kompetisi.
iii. Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan semua aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan pengaturan jalur yang akan digunakan dalam kompetisi, termasuk desain dari setiap jalur, pemasangan pegangan dan peralatan lain yang berhubungan dengan peraturan kompetisi. iv. Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa pembuat jalur (tim routesetting). v.
Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area kompetisi.
vi. Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi masukan penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu pemanjatan untuk setiap jalur. vii. Memberi penilaian terhadap Calon Juri Kompetisi dan Calon Routesetter yang sedang menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional. viii. Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai semua jalur yang dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh FPTI. e
Route Judge (Juri Jalur): i.
Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab pada Category Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter dan Route Judge (Juri Jalur) bersama-sama tergabung dalam Juri Kompetisi FPTI (FPTI Judge)
1.4.4
Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.
1.4.5
Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan Chief Routesetter sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggung jawab penyelenggara. Struktur Organisasi Kompetisi lihat Lampiran 11.
1.4.6
1.4.7
Penerbitan Surat Tugas. a.
FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi yang akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.
b.
Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat tugas terdapat pada Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing: Lampiran 13.
c.
Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat berikut: •
Ketua Umum.
•
Ketua Harian/Wakil Ketua Umum.
•
Sekretaris Umum.
Mekanisme Penunjukkan Ofisial Kompetisi.
4 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah sebagai berikut: a.
FPTI Delegate. Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh peraturan yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman Kompetisi Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI, tapi tidak perlu mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI. i.
Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi, penerbitan Surat Tugas FPTI Delegate, menjadi kewenangan Pengurus Daerah FPTI.
ii.
Untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat Tugas FPTI Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.
iii.
Surat Tugas untuk FPTI delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk Juri Kompetisi.
b. Juri Kompetisi. i.
Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010, Pasal 2.1.), berkaitan dengan Juri Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan koordinasi dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial Kompetisi. Daftar nama dapat dilihat di website FPTI.
ii.
Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI, Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang akan menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.
iii.
Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.
iv.
Untuk Kompetisi tingkat kabupaten/kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas menjadi kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk kejuaraan/kompetisi tingkat regional dan nasional penerbitan Surat Tugas menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.
v.
Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi menjadi tanggung jawab penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur tersendiri.
1.4.8 Renumerasi Ofisial Kompetisi. a.
Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi, terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggungjawab Penyelenggara.
b. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi pulang, honor selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama kejuaraan/kompetisi berlangsung. c.
Standar honor (renumerasi) Ofisial Penyelenggaraan Kompetisi FPTI.
Kompetisi
diatur
dalam
Pedoman
5 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT, TIM OFISIAL 2.1 PENDAHULUAN 2.1.1 Penyelenggara Kompetisi adalah perorangan, lembaga dan atau organisasi anggota FPTI yang telah memenuhi syarat dan mendapat rekomendasi untuk menyelenggarakan suatu kompetisi/kejuaraan panjat tebing. 2.1.2 Atlit adalah semua individu yang terdaftar dan telah memenuhi syarat sebagai peserta kompetisi panjat tebing, baik secara perseorangan maupun utusan organisasi anggota FPTI. 2.1.3 Tim Ofisial adalah personil yang bertanggung jawab terhadap atlit baik sebagai perorangan maupun sebagai sebuah tim yang merupakan utusan Pengurus Daerah yang telah memenuhi syarat. 2.1.4 FPTI menghormati semua yang berkaitan dengan aktifitas tiap penyelenggara kompetisi, atlit, tim ofisial.
2.2 TANGGUNG OFISIAL
JAWAB
PENYELENGGARA
KOMPETISI,
ATLIT,
TIM
2.2.1 Menjadi kewajiban semua penyelenggara kompetisi, atlit, tim ofisial serta semua yang berhubungan dengan penyelenggaraan kompetisi yang disetujui atau, disetujui dan diakui FPTI, apakah bekerjasama langsung dengan FPTI atau dalam asosiasi dengan anggota federasi atau dengan penyelenggara kompetisi, untuk: a.
Secara sukarela menerima bahwa promosi, pengembangan dan administrasi yang berhubungan dengan olahraga dan kompetisi panjat tebing dikontrol sepenuhnya oleh FPTI. b. Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan diterima organisasi penyelenggara (misal: televisi, sponsor kompetisi, dll), yang dikhawatirkan akan menimbulkan konflik dengan perjanjian yang telah dibuat dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan permohonan tertulis kepada FPTI. c. Selalu meminta masukan dan persetujuan FPTI tentang berbagai hal yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama olahraga panjat tebing. 2.2.2 Menjadi tanggung jawab penyelenggara kompetisi untuk: a. Menjalankan, mempromosikan dan mengembangkan secara aktif olahraga panjat tebing, dan sungguh-sungguh menegakkan prinsip-prinsip Piagam Olimpiade (Olympic Charter), peraturan-peraturan dari IOC Medical Code, dan juga peraturan FPTI serta aturan yang telah ditetapkan untuk kompetisi olah raga panjat tebing nasional. b. Memahami dan mematuhi aturan dan peraturan dalam olah raga panjat tebing serta menjamin bahwa para atlit dan tim ofisial menjunjung tinggi sportivitas. c. Bersama-sama dengan para atlit dan tim ofisial berusaha dengan terus menerus dan aktif melawan penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan terlarang lainnya, serta berusaha mematuhi semua aturan dan pedoman yang ada untuk menjamin berlangsungnya test pemakaian doping setelah kompetisi ketika diperlukan. d. Melarang segala metode atau praktik yang dapat menyebabkan resiko yang tidak diinginkan terhadap kesehatan atau perkembangan fisik para atlit.
7 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
e.
Bersama-sama berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan setiap keinginan untuk memanipulasi aturan dan peraturan yang dapat menguntungkan atlit dan tim ofisial tertentu. f. Menyakinkan bahwa para atlit dan tim ofisial akan memperlakukan atlit, ofisial dan pihak lainnya yang terlibat dalam olah raga panjat tebing dengan penuh hormat setiap saat baik selama kompetisi berlangsung atau pada kegiatan lainnya. 2.2.3 Menjadi tanggung jawab semua tim ofisial dan atlit untuk memastikan bahwa mereka dibekali informasi yang memadai berkaitan dengan kompetisi.
2.3 KUOTA TIM 2.3.1 Kuota Tim untuk para atlit ditetapkan hanya untuk Seri Sirkuit Nasional, Kejuaraan Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI Kelompok Umur, Kejurnas Antar Pelajar, Pra PON dan PON. 2.3.2 Setiap tim diijinkan untuk mendaftarkan sampai maksimal lima (5) tim ofisial yang dijamin bebas bea masuk dalam area kompetisi (venues). Tim ofisial ini harus dicantumkan dalam formulir permohonan/pendaftaran dan secara khusus dijelaskan untuk masing-masing posisi dibawah ini: a.
Tim Manajer.
b. Tim Pelatih. c.
Tim Medis.
Tim ofisial ini diijinkan untuk memasuki dan meninggalkan zona isolasi dengan ketentuan yang sama seperti yang diberlakukan pada atlit.
2.4 PENDAFTARAN ATLIT 2.4.1 Batas waktu pendaftaran bagi atlit yang diberitahukan pada informasi kompetisi yang disebarkan FPTI harus dipatuhi. 2.4.2 Pendaftaran setelah batas waktu dikenakan biaya pendaftaran tambahan. 2.4.3 Berdasarkan kebijakan FPTI Delegate, perubahan nama-nama atlit dapat diterima. Perubahan ini harus diberitahukan kepada FPTI Delegate sebelum penutupan zona isolasi.
2.5 KARTU IDENTITAS ATLIT (KIAT) 2.5.1 Setiap atlit yang akan ikut atau diikutsertakan dalam kejuaraan/kompetisi yang disetujui atau kompetisi yang disetujui dan diakui yang diadakan oleh perorangan, lembaga atau federasi anggota FPTI harus mempunyai Kartu Identitas Atlit (selanjutnya disingkat KIAT) yang masih berlaku dari FPTI. 2.5.2 Setiap KIAT hanya berlaku untuk 1 tahun, misal: dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember. Setiap Pengda FPTI boleh, atas nama atlit, memperbaharui KIAT tersebut
8 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
setiap tahun dengan melengkapi formulir permohonan dan mengirimnya kepada PP FPTI. 2.5.3 Biaya penerbitan KIAT ditetapkan sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).
9 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.
PERATURAN UMUM KOMPETISI
3.1
KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI
3.1.1
3.1.2 3.1.3
FPTI mempertandingkan kategori kompetisi sebagai berikut: a.
Lead: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara merintis (leading), atlit diamankan (di-belay) dari bawah, setiap titik pengaman (quickdraw) dikaitkan secara berurutan, sesuai dengan arah jalur (sumbu jalur) pemanjatan, dan ketinggian yang dicapai; atau dalam kasus gerakan pemanjatan menyamping (traverse) dan atau tebing menggantung (roof section): secara horisontal dari satu tempat ketempat lain. Jarak yang paling lebar/jauh/dan atau tinggi yang dapat ditempuh pada sumbu jalur, yang menentukan peringkat atlit pada satu babak.
b.
Boulder: merupakan kompetisi yang terdiri dari sejumlah boulder. Setiap pemanjatan pada boulder dilakukan secara solo (solo climbing) dan diamankan dengan matras landasan jatuh. Jumlah keseluruhan total nilai yang diraih oleh atlit pada tiap-tiap boulder, yakni jumlah usaha yang digunakan untuk mencapai titik tertentu (tumpuan bonus atau tumpuan top) menentukan peringkat atlit. Boulder dapat dilaksanakan secara beregu.
c.
Speed: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan top-rope, atlit dibelay dari bawah. Waktu yang ditempuh seorang atlit dalam menyelesaikan jalur menentukan peringkat atlit dalam suatu babak kompetisi.
d.
Speed Estafet: Kompetisi kategori speed yang terdiri dari 4 (empat) jalur speed untuk setiap regu dan dipertandingkan secara berantai dengan 4 (empat) orang atlit setiap regu berhadapan dengan regu yang lain. Waktu yang ditempuh oleh suatu regu akan menentukan peringkat masing-masing regu.
e.
Multipitch: adalah kompetisi kategori Lead yang dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama dalam menyelesaikan suatu jalur pemanjatan. Jalur pemanjatan dibagi menjadi 2 (dua) pitch dan dalam melakukan pemanjatan kedua atlit saling mengamankan dan bergantian untuk menjadi leader (perintis) dan belayer (penambat).
Pada setiap kategori kompetisi harus dipertandingkan nomor putra dan putri, tidak direkomendasikan kejuaraan yang hanya ditujukan bagi putra saja atau putri saja. Pada setiap Kompetisi/Kejuaraan Tingkat Nasional (kecuali Kejurnas, Pra PON dan atau PON ) dapat terdiri dari minimal salah satu kategori: a. Lead. b.
Boulder.
c.
Speed.
Atau kombinasi dari ketiga kategori kompetisi tersebut. 3.1.4
Nomor Kompetisi. Pada suatu kejuaraan dapat dipertandingkan nomor: a.
Perorangan.
b.
Non-Perorangan.
11 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.1.5
Nomor Kompetisi Perorangan Tidak perlu diatur lebih lanjut karena sudah cukup jelas.
3.1.6 3.1.7
Nomor Kompetisi Non-Perorangan terdiri dari Nomor Beregu Kategori; Nomor Beregu Ganda Campuran; Nomor Beregu Estafet; Nomor Beregu Multi-pitch. Nomor Beregu – Kategori a.
Kategori kompetisi yang dapat dilakukan untuk nomor beregu-kategori adalah: i. Lead. ii. Speed format Klasik. iii. Boulder.
b c.
Suatu Nomor kompetisi beregu hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu. Jumlah atlit dan Babak Kompetisi i.
Nomor beregu hanya dipertandingkan dalam 2 babak untuk kategori Lead dan Boulder, yaitu babak semi final dan babak final. Untuk kategori Speed harus ada babak kualifikasi dan babak Putaran - Final.
ii.
Jumlah atlit untuk setiap regu pada masing-masing nomor kompetisi adalah 2 (dua); 3 (tiga) atlit; 4 (empat) dan 5 (lima).
iii. Setiap regu dapat mendaftarkan 2 (dua) atlit cadangan. iv. Daftar atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh) menit sebelum zona isolasi nomor beregu dibuka. d.
e.
Urutan pemanjatan: i.
Untuk kategori Speed, nomor urut pemanjatan untuk setiap regu disusun oleh manajer tim pada kertas tertutup.
ii.
Susunan nomor urut pemanjatan untuk setiap regu harus sudah diterima oleh Category Judge paling lambat 15 (lima belas) menit sebelum babak Kualifikasi atau suatu babak pada putaran-Final dimulai.
Penilaian Nomor Kompetisi Beregu Kategori ditentukan sebagai berikut: i. Kategori Lead dan Boulder. a) Penyusunan peringkat regu didasarkan pada nilai akumulasi yang diperoleh setiap regu pada setiap babak. b) Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi. c)
Jika terjadi akumulasi nilai sama pada beberapa regu, akan dilakukan penentuan peringkat dengan cara melihat akumulasi nilai pada babak sebelumnya.
e). Jika metode (c) tetap tidak dapat digunakan memisahkan peringkat regu tersebut, maka regu yang mempunyai pemanjat dengan nilai pemanjatan tertinggi pada babak terakhir berhak menempati peringkat lebih baik dari regu lainnya.
12 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
f)
Jika pemisahan peringkat tidak dapat dilakukan karena terjadi nilai sama menggunakan metode (c) atau (d), maka diadakan babak SuperFinal yang hanya diwakili oleh salah satu anggota regu.
g) Jika peringkat sama terjadi pada 2 (dua) regu teratas, maka akan diadakan SuperFinal untuk kedua regu. h) Pada kategori Lead, jika pada babak Super - Final masih terjadi peringkat sama akan dilihat catatan waktu dari masing-masing regu. i)
ii.
Pada kategori Boulder, jika pada babak Super- Final masih terjadi peringkat sama pada satu jalur, akan dilakukan pada jalur berikutnya sampai peringkat dapat dipisahkan. Kategori Speed. a)
b)
Pada babak Kualifikasi: 1
Penyusunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu tercepat yang diperoleh oleh setiap regu.
2
Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan salah satu jalur pemanjatan, maka regu tersebut didiskualifikasi. Anggota regu yang belum melakukan pemanjatan tidak diperkenankan melakukan pemanjatan.
Pada babak Putaran-Final: Pemanjatan pada babak putaran-Final dilakukan menggunakan skema Pasal 7.7.8 Peraturan Kompetisi ini. 1
Penentuan regu pemenang dalam setiap head pada putaran-Final dilakukan dengan sistem gugur (knock-out), yaitu berdasarkan total waktu yang ditempuh oleh masing-masing atlit anggota suatu regu pada kedua jalur pemanjatan.
2
Atlit ketiga dari masing-masing regu harus tetap melakukan pemanjatan walaupun regu pemenang telah dapat ditentukan dari pemanjatan yang telah dilakukan oleh dua atlit sebelumnya dari masing-masing regu.
3
Penentuan peringkat regu selain untuk peringkat 1, 2 dan 3 ditentukan dengan melihat total waktu pada setiap babak, yaitu babak putaran-Final dan babak Kualifikasi.
4
Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan: a) Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan salah satu jalur pemanjatan, maka anggota regu lawannya dinyatakan sebagai pemenang jika dapat menyelesaikan kedua jalur pemanjatan. b) Anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan pertamanya, tidak diperkenankan melakukan pemanjatan pada jalur kedua.
5
Penggantian atlit: a) Atlit yang mengikuti putaran-Final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan yang telah didaftarkan.
13 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
b) Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera atau sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang disediakan oleh penyelenggara. c)
Setiap regu hanya diijinkan melakukan paling banyak dua kali penggantian atlit.
d) Penggantian atlit dilakukan bersamaan dengan pemasukan urutan pemanjatan oleh manajer tim sebelum suatu babak putaran-Final dimulai. e) Atlit yang telah digantikan oleh atlit menggantikan kembali atlit lainnya. 3.1.8
cadangan tidak dapat
Nomor Beregu- Ganda Campuran. a.
Umum. i.
b.
Nomor Beregu Ganda Campuran dapat dipertandingkan dalam suatu kejuaraan/kompetisi.
Kategori kompetisi yang dapat dilakukan pertandingan nomor beregu ganda campuran adalah: i.
Lead.
ii.
Boulder.
iii. Speed Format A. iv. Multipitch. c d
f
Suatu nomor kompetisi beregu ganda campuran hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu. Jalur dan Urutan Pemanjatan i.
Jalur yang digunakan untuk nomor beregu ganda campuran adalah selalu sama untuk putra dan putri.
ii.
Chief Route harus dapat merancang suatu jalur yang memungkinkan untuk atlit putra dan putri.
iii.
Urutan Pemanjatan untuk ganda campuran adalah pada suatu babak, atlit putra melakukan pemanjatan terlebih dahulu baru selanjutnya atlit putri.
Jumlah Atlit dan Babak Kompetisi: i.
Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit dan harus terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri.
ii.
Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 1 (satu) atlit cadangan putra dan 1 (satu) atlit cadangan putri. Daftar atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh) menit sebelum zona isolasi untuk nomor beregu ganda campuran di buka.
iii. Nomor beregu hanya dipertandingkan dalam 2 babak untuk katagori Lead dan Boulder. Untuk kategori Speed harus ada babak Kualifikasi dan putaran-Final. iv. Untuk kategori Speed harus ada babak Kualifikasi dan putaran - Final, tanpa memandang jumlah regu yang terdaftar.
14 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
g
Penilaian Nomor Kompetisi Beregu Ganda Campuran ditentukan sebagai berikut: i.
Kategori Lead dan Boulders. a) Penyusunan peringkat regu didasarkan pada nilai akumulasi yang diperoleh setiap regu pada setiap babak. b) Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi. c)
Jika terjadi akumulasi nilai sama pada lebih dari satu regu, maka regu yang mempunyai pemanjat dengan nilai pemanjatan tertinggi berhak menempati peringkat lebih baik dari regu lainnya.
d) Jika nilai sama pada babak Final terjadi pada lebih dari satu regu, akan dilakukan Penentuan peringkat dengan: 1
Melihat hasil pada babak sebelumnya.
2
Jika penentuan peringkat tidak dapat dilakukan setelah melihat babak sebelumnya, maka regu yang mempunyai pemanjat dengan nilai pemanjatan lebih tinggi berhak menempati peringkat lebih baik dari regu lainnya.
e) Jika pemisahan peringkat tidak dapat dilakukan karena terjadi nilai sama menggunakan metode (c) atau (d), maka peringkat dibiarkan tetap sama. Jika peringkat sama terjadi pada 3 (tiga) regu teratas, maka penentuan peringkat akhir dilakukan dengan melihat hasil pemanjatan terbaik dari masing-masing anggota regu, jika cara ini tetap tidak dapat memisahkan peringkat, maka dilakukan babak super-final, dengan hanya melibatkan satu atlit dari tiap regu dengan prosedur yang sama untuk babak Super-Final kategori Lead (Pasal 4.8.5) dan Boulder (Pasal 5.6.5). f) Proses penghitungan waktu pada babak Super Final akan dilakukan point to point, yaitu pada saat atlit memegang tumpuan (hold), sampai atlit menyelesaikan pemanjatannya atau terjatuh (penghitungan waktu menggunakan stopwatch dengan minimal 50 memory). ii.
Kategori Speed a) Babak Kualifikasi: 1. Penyusunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu yang diperoleh oleh setiap regu. Jika salah satu regu gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut didiskualifikasi dan anggota regu yang belum melakukan pemanjatan tidak diperkenankan melakukan pemanjatan. 2. Jika terjadi peringkat sama, urutan pemanjatan heat pemanjatan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masingmasing regu, regu yang memiliki waktu terbaik akan menempati peringkat yang lebih baik. b).
Babak Putaran-Final: 1.
Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan skema sesuai ayat 7.8.13.
15 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2.
Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan sistem gugur, yaitu: a). Berdasarkan total waktu yang ditempuh kedua pemanjat dari masing masing regu pada kedua jalur pemanjatan. b). Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan untuk kedua regu diulang lagi. Jika setelah dilakukan sekali pemanjatan ulang tetap diperoleh total waktu sama, pemanjatan diulang lagi sampai maksimal 3 (tiga) kali, jika masih sama sampai dengan pemanjatan ulang ketiga, maka penentuan pemenang dilakukan dengan melihat waktu terbaik dari tiap regu, regu yang memiliki pemanjat dengan waktu terbaik akan menempati peringkat yang lebih baik. c). Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan: 1.
Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut dinyatakan kalah, apabila semua anggota regu lawannya dapat menyelesaikan jalur pemanjatan.
2.
Jika satu anggota regu dari masing-masing regu gagal menyelesaikan pemanjatan, maka pemanjatan untuk kedua regu diulang sekali lagi. Jika setelah diulang kegagalan serupa tetap terjadi, maka kedua regu didiskualifikasi dan calon lawan pada putaran berikutnya mendapat bye.
3.
Anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan pertamanya, tidak diperkenankan melakukan pemanjatan pada jalur kedua.
d) Penggantian Atlit:
3.1.9
1.
Atlit yang mengikuti putaran-final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan yang telah didaftarkan.
2.
Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera atau sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang disediakan oleh Penyelenggara.
3.
Selama putaran - Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
4.
Penggantian atlit dilakukan segera setelah suatu babak dalam putaran- Final berakhir.
Nomor Beregu-Estafet a.
Umum i.
Kategori kompetisi yang dapat dipertandingkan untuk nomor beregu estafet hanya Speed Estafet.
16 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii.
Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.
iii. Suatu nomor kompetisi beregu estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah regu yang mendaftar minimal 6 (enam) regu. iv. Beregu–estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran. v. b.
Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.
Prosedur pemanjatan nomor Beregu Estafet: i.
Beregu-estafet dilakukan pada 4 (empat) jalur untuk masing-masing regu: a) Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing sesuai dengan urutan pemanjatan yang dibuat oleh manajer tim. b) Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera melakukan pemanjatan setalah aba-aba start disampaikan. Jika terjadi kesalahan start pada atlit pertama maka atlit yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang diantara keduanya. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka akan didiskualifikasi. c)
Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan pemanjatan di jalur kedua.
d) Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 bh lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan pemanjatan di jalur ketiga. e) Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit keempat mulai melakukan pemanjatan di jalur keempat. f)
Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu sebagai tanda akhir dari pemanjatan beregu-estafet.
ii.
Suatu regu dinyatakan gugur apabila: a) Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan sementara atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya, belum menyelesaikan pemanjatan (mencuri start pada jalur berikutnya). Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan mengangkat tangan. b) Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
iii. Jika terjadi kesalahan teknis pada salah satu regu,maka pemanjatan regu tersebut akan diulang seluruhnya.
17 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c
d
3.1.10
Jumlah Atlit Babak Kompetisi. i.
Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.
ii
Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri dari 2 (dua) atlit putra dan 2 (dua) atlit putri.
iii.
Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan, untuk estafet-campuran atlit cadangan terdiri 1(satu) orang putra dan 1 (satu) orang putri.
iv.
Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh) menit sebelum ruang isolasi nomor beregu-estafet dibuka.
v.
Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu- estafet terdiri dari 8 (delapan) regu atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua) babak, yaitu Kualifikasi dan putaran -Final.
Penggantian Atlit: i.
Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan yang telah didaftarkan.
ii.
Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera atau sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang disediakan oleh penyelenggara.
iii.
Selama putaran - Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
iv.
Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.
Nomor Beregu-Multipitch. a
Umum. i.
Multipitch adalah kategori kompetisi yang merupakan bagian dari kategori lead dan mengadopsi sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan waktu dan prosedur yang telah ditentukan.
ii.
Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20 (dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi standar untuk digunakan nomor kompetisi ini.
iii.
Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
iv.
Beregu-multipitch terdiri dari 2 (dua) babak: a) Babak Semi Final. b) Babak Final, dan jika diperlukan kan diadakan babak Super-Final.
b
Keselamatan dan Belaying.
18 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
i.
Titik pengamanan (protection point) pada P1 disediakan 3 buah hanger dan pada P2 disediakan 4 buah hanger. a)
Posisi protection point (hanger) harus sejajar.
b) Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock. c)
Pada masing-masing pitch sudah ditentukan posisi dari cowtail, simpul clove hitch (pangkal) dan figure of eight knot (simpul 8).
d) Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.
c
d
ii.
Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan sumbu jalur pemanjatan.
iii.
Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailon Rapide (MR) 10mm.
iv.
Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan.
v.
Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah Stitch Plate atau ATC .
Jumlah Atlit dan Babak Kompetisi. i.
Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit.
ii.
Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori ini lebih dari atau sama dengan 8 (delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2 (dua) babak, yaitu Semi-Final dan Final.
Peringkat setiap babak Kompetisi. i.
Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang diperoleh kedua atlit pada setiap babak.
ii.
Regu dengan akumulasi nilai tertingi menempati peringkat tertinggi.
iii.
Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu yang mempunyai nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama.
iv.
Jika nilai sama terjadi pada babak Final terdapat lebih dari satu regu, maka penentuan peringkat ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya.
v.
Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak sebelumnya, maka penentuan peringkat dilakukan babak Super Final.Dan jika pada babak Super Final masih mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik.
3.2
DINDING PANJAT
3.2.1
Semua kompetisi yang direkomendasikan oleh FPTI harus dilakukan pada dinding buatan yang dirancang khusus untuk itu. Dimensi dan standar material diatur pada Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010 Pasal 2.5.
3.2.2
Seluruh permukaan dinding panjat dapat digunakan untuk pemanjatan dengan perkecualian sebagai berikut:
19 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.2.3
a.
Lubang-lubang yang dibuat pada dinding panjat untuk penempatan tumpuan tidak boleh digunakan sebagai pegangan tangan atlit waktu memanjat.
b.
Sisi atau tepi kiri atau kanan serta bagian atas dinding panjat tidak boleh digunakan untuk memanjat.
Jika diperlukan untuk membatasi area pemanjatan, garis, tumpuan atau features (bentang permukaan) pada bidang dinding panjat yang bukan merupakan bagian dari jalur pemanjatan, maka harus dibuat pembatas dengan menggunakan tanda yang jelas dan tidak terputus-putus dengan tanda warna hitam. a.
Pembatas area, pegangan/pijakan, features (bentang permukaan) yang tidak boleh dipegang harus diberi tanda warna merah.
b.
Pembatas area, tumpuan/pijakan, features (bentang permukaan ) yang tidak boleh digunakan untuk pemanjatan, tapi ada kemungkinan tersentuh harus diberi tanda warna hitam. Jika terdapat pembatasan area tumpuan atau bidang selain yang dijelaskan diatas, maka harus diinformasikan kepada semua atlit.
3.3
KESELAMATAN/SAFETY
3.3.1
Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh untuk menjaga dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona transit, zona kompetisi, area publik dan pada semua aktivitas lain yang terkait dengan jalannya kompetisi.
3.3.2
Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan keselamatan diseluruh area kompetisi, termasuk menolak untuk memberi ijin untuk memulai atau melanjutkan suatu babak dalam kompetisi. Ofisial Kompetisi atau personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur keselamatan, atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.
3.3.3
Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying (penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai wewenang untuk memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi berlangsung. Jika seorang belayer telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada kompetisi tersebut.
3.3.4
Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh prasarana dan sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan layak digunakan dalam kompetisi.
3.3.5
Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap jalur pemanjatan atau boulder harus dirancang untuk menghindari kemungkinan jatuhnya atlit:
3.3.6
a.
Dapat mencederai atlit.
b.
Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.
Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur atau boulder sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa
20 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
standar keselamatan telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur keselamatan sesuai dengan standar UIAA dan per aturan FPTI. 3.3.7
Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar UIAA atau peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI, atau terdapat keadaan luar biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi pada kategori Lead dan Speed harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi standar UIAA yang disediakan penyelenggara. Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan oleh Category Judge.
3.3.8
Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur pemanjatan: a.
Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi dengan quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang atlit dapat mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan titik pengamanan (protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon Rapide (MR) 10 mm, dimana kunci pengamannya dapat ditutup dan dikencangkan sesuai dengan spesifikasi.
b.
Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus menggunakan satu quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan quickdraw yang lebih pendek. •
Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih menggunakan screw-gate karabiner atau non screw-gate karabiner untuk memperoleh satu quickdraw yang lebih panjang.
•
Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan cara mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.
3.3.9
Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa tenaga medis dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan respon yang cepat jika terjadi kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.
3.3.10
Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi, karena berbagai sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki kewenangan untuk meminta pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter yang akan melakukan tes fisik yang diakui, sebagai berikut: •
Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scot-trush berturut-turut.
•
Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) push-up berturutturut. Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan tidak layak untuk mengikuti kompetisi, maka Jury President dapat melarang atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi. Namun jika pada babak berikutnya terbukti atlit bersangkutan telah pulih, maka ia bisa meminta kembali untuk menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.
21 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.3.11
Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada kompetisi Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder dengan melalui sebuah tangga.
3.4
DAFTAR URUTAN PEMANJATAN
3.4.1
Daftar urutan pemanjatan babak awal harus disusun dan diumumkan pada pertemuan teknis pada hari yang telah ditentukan sebelum pembukaan kompetisi. Daftar urutan pemanjatan harus diumumkan di papan pengumuman kompetisi dan di zona isolasi dan dikeluarkan untuk Juri Kompetisi, Manajer Tim, MC dan pers.
3.4.2
Daftar urutan pemanjatan untuk setiap babak berikutnya harus disusun dalam waktu tidak lebih dari 30 menit setelah berakhir babak sebelumnya. Urutan pemanjatan, harus diumumkan di papan pengumuman yang tepat, misal di hotel penginapan dimana Manajer Tim dan atlit menginap.
3.4.3
Daftar urutan pemanjatan akan berisi juga informasi tentang kompetisi babak berikutnya,termasuk: a.
3.4.4
Nama, No. ID FPTI (KIAT), dan asal (Nama Provinsi untuk tingkat nasional, nama Kabupaten/Kota untuk tingkat Provinsi, atau nama klub untuk tingkat Kabupaten/Kota).
b.
Waktu pembukaan dan penutupan zona isolasi untuk babak berikutnya.
c.
Waktu Pemanjatan suatu babak akan dimulai.
d.
Informasi lainnya yang sesuai standar pelaporan yang disetujui FPTI atau Jury President. Semua daftar urutan pemanjatan harus dibuat dalam format yang telah ditetapkan FPTI.
Metode penyusunan urutan pemanjatan: a.
Jika babak kualifikasi dilakukan pada jalur pemanjatan tunggal, urutan pemanjatan pada babak ini ditentukan berdasarkan undian (random), kecuali untuk atlit yang menempati peringkat FPTI disusun dengan urutan terbalik berdasarkan peringkatnya.
b.
Jika babak Kualifikasi dilakukan pada dua jalur pemanjatan atau lebih yang identik, atlit akan dialokasikan untuk setiap jalur pemanjatan pada babak tersebut berdasarkan pada: i.
Posisi masing-masing atlit pada Peringkat Nasional terakhir, yaitu mereka yang menempati Peringkat Sirkuit Nasional akan dialokasikan dengan urutan terbalik untuk setiap jalur pemanjatan, dengan ketentuan peringkat ganjil dijalur pertama, dan peringkat genap dijalur kedua.
ii.
Atlit yang tidak masuk dalam Peringkat Nasional akan dialokasikan disetiap jalur berdasarkan undian hingga berjumlah sebanding pada setiap jalur pemanjatan.
iii. Selanjutnya urutan pemanjatan pada masing-masing jalur pemanjatan ditentukan berdasarkan undian (random). Kecuali untuk atlit yang menempati Peringkat Nasional FPTI disusun berurut terbalik. iv. Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat provinsi akan digunakan Peringkat
22 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Daerah/Provinsi. v.
Posisi Atlit pada Daerah/Provinsi.
Peringkat
Nasional
lebih
tinggi
dari
Peringkat
c.
Urutan pemanjatan pada babak berikutnya, kecuali untuk babak Super-Final, urutan pemanjatan ditentukan oleh urutan terbalik dari peringkat pada babak sebelumnya. Jika terdapat dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama pada babak sebelumnya maka urutan pemanjatan untuk mereka ditentukan berdasarkan Peringkat FPTI.
d.
Pada babak Super - Final: urutan pemanjatan pada babak ini harus sama seperti pada babak Final.
e.
Daftar peringkat babak Kualifikasi dan putaran-final kategori Speed ditentukan berdasarkan aturan pada pasal 7.7
3.5
ISOLASI
3.5.1
Semua atlit yang hendak melakukan pemanjatan dalam satu babak disuatu kompetisi harus didaftar dan pada saat memasuki zona isolasi tidak melewati batas waktu yang telah ditentukan oleh Jury President yang diumumkan oleh penyelenggara. Adalah merupakan tanggung jawab dari tim ofisial/atlit untuk memastikan bahwa ia telah mendapatkan informasi lengkap mengenai detail suatu babak dalam suatu kompetisi.
3.5.2
Hanya orang-orang tersebut di bawah yang diijinkan masuk zona isolasi: a.
Ofisial Kompetisi FPTI.
b.
Panitia Penyelenggara yang mendapat ijin dari Jury President.
c.
Atlit yang ambil bagian pada babak kompetisi yang akan berlangsung.
d.
Tim Ofisial yang resmi yang mendapat ijin Jury President.
e.
Personil lain yang secara khusus diberi ijin oleh Jury President. Orang-orang ini selama berada didalam zona isolasi harus dikawal dan diawasi guna menjamin keamanan zona isolasi dan mencegah terjadinya gangguangangguan atau campur tangan pihak lain terhadap para atlit.
f.
Semua jenis binatang tidak diijinkan berada dalam zona isolasi.
3.5.3
Merokok diperbolehkan hanya di area yang telah disediakan, biasanya area ini berada di dekat pintu masuk zona isolasi. Saat di area ini, atlit atau orang lain masih tetap berlaku aturan dalam area zona isolasi.
3.5.4
Selama berada dalam zona isolasi di area kompetisi atlit tidak diijinkan untuk berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang yang berada di luar area kompetisi, kecuali secara khusus diberi wewenang/ijin untuk melakukan hal tersebut oleh Jury President. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan atlit terkena sanksi diskualifikasi.
3.5.5
Atlit atau Tim Ofisial tidak diijinkan membawa atau menggunakan telepon selular atau perlengkapan komunikasi elektronik yang sejenis, kamera, video kamera atau peralatan perekam sejenis saat di area isolasi, tanpa ijin Jury President.
23 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.5.6
Atlit tidak diperbolehkan untuk membawa atau menggunakan alat pemutar suara (audio listening equipment), selama observasi dan saat pemanjatan.
3.6
OBSERVASI
3.6.1
Sebelum kompetisi dimulai, atlit yang ambil bagian khususnya dalam babak kompetisi yang akan berlangsung diijinkan melakukan observasi dimana mereka diijinkan untuk mempelajari jalur atau boulder tersebut. Aturan lebih lanjut mengenai observasi tersebut diatur pada sub-bab tersendiri untuk masing-masing kategori kompetisi Lead, Multipitch, Boulder, Speed dan Speed Estafet.
3.6.2
Selama berada di area observasi, semua atlit tetap terikat aturan yang berlaku di isolasi. Ofisial Tim tidak diijinkan untuk menemani atlit selama masa observasi. Atlit harus berada di area observasi selama waktu observasi jalur. Atlit tidak diijinkan memanjat di papan panjat atau berdiri menggunakan alat penambah ketinggian. Atlit tidak diijinkan berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain yang berada di luar area observasi. Mereka hanya diijinkan meminta penjelasan dari wasit/Category Judge.
3.6.3
Selama waktu observasi, atlit dapat menggunakan binokuler untuk mengobservasi, dan membuat sketsa kasar dan catatan. Tidak diperkenankan menggunakan alat observasi lain atau alat perekam elektronik.
3.6.4
Atlit tidak boleh mendapat pengetahuan atau informasi jalur atau boulder selain dari apa yang didapatnya pada waktu observasi atau informasi yang disampaikan oleh Jury President atau Wasit.
3.6.5
Merupakan tanggung jawab pribadi tiap atlit banyaknya mengenai jalur atau boulder.
3.7
PERSIAPAN SEBELUM PEMANJATAN
3.7.1
Setelah menerima instruksi resmi untuk meninggalkan zona isolasi untuk menuju zona transit, atlit tidak boleh ditemani oleh siapapun selain petugas resmi.
3.7.2
Di dalam zona transit, setiap atlit dapat melakukan persiapan akhir, seperti memakai sepatu panjat, memasang tali dengan simpul yang telah ditetapkan, dan sebagainya, sesuai dengan yang biasa terjadi saat kompetisi .
3.7.3
Semua perlengkapan memanjatan yang digunakan termasuk simpul yang digunakan harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui oleh petugas resmi, baik menyangkut keselamatan dan maupun kesesuaian dengan peraturan FPTI, sebelum atlit diijinkan melakukan pemanjatan pada jalur pemanjatan atau boulder. Setiap atlit diperlakukan sama dan mempunyai tanggung jawab pribadi tentang perlengkapan/peralatan dan pakaian yang seharusnya digunakan selama per tandingan/kompetisi.
3.7.4
Penggunaan peralatan, simpul atau pakaian, atau modifikasi rompi pemanjatan yang tidak diijinkan, atau bentuk promosi yang tidak sesuai dengan peraturan, atau pelanggaran lain atas peraturan FPTI, maka atlit akan mendapatkan sanksi diskualifikasi. Atlit tidak diijinkan kembali ke zona isolasi setelah keluar menuju zona transit.
24 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
untuk mencari informasi sebanyak-
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.7.5
Setiap atlit harus siap meninggalkan zona transit dan masuk dalam zona kompetisi ketika diinstruksikan. Setiap keterlambatan untuk melaksanakan hal tersebut berakibat atlit akan mendapatkan kartu kuning, kelambatan selanjutnya akan membuat atlit didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian Kartu Merah) sesuai prosedur Kedisiplinan Dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
3.8
SERAGAM TIM DAN PERALATAN PEMANJATAN
3.8.1
Semua peralatan yang digunakan oleh atlit didalam suatu kejuaraan/kompetisi harus memenuhi standard UIAA, IFSC atau FPTI, kecuali jika ditetapkan lain oleh FPTI atau berdasarkan pertimbangan Jury President yang telah mendapat kewenangan dari FPTI. Penggunaan peralatan dan pakaian atau simpul yang tidak disetujui atau modifikasi yang tidak disetujui atau tidak memenuhi standard atau bertentangan dengan aturan dari pihak pemasang iklan atau setiap pelanggaran terhadap ketentuan peraturan FPTI terkait dengan pakaian dan peralatan pemanjatan, akan mengakibatkan atlit mendapat sanksi disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
3.8.2
Seragam tim dapat digunakan kapan saja, dan terutama sekali pada Upacara Penghormatan Pemenang (UPP), ofisial dan atlit dapat memakai suatu seragam tim yang berbeda.
3.8.3
Setiap atlit harus menggunakan seat-harness yang sesuai standar UIAA (penggunaan seat-harness wajib pada kompetisi Lead dan Speed), dan sepatu panjat. Setiap atlit bebas menggunakan kantong kapur (chalkbag), dan pakaian (tambahan untuk team top) yang mereka inginkan. Semua peralatan dan pakaian tersebut harus sesuai dengan aturan pemasangan iklan sebagai berikut: a.
Headwear: Hanya mencantumkan nama dan atau logo perusahaan.
b.
T-shirt: Jika disediakan oleh panitia kompetisi, maka setiap atlit memakai, tidak diijinkan memotong atau melakukan modifikasi.
c.
Nomor urut atlit harus dipasang dengan jelas dibagian belakang t- shirt.
d.
Team Top: Mencantumkan label sponsor, totalnya tidak lebih dari 300 m .
e.
Harness: Mencantumkan nama atau logo perusahaan dan label sponsor, totalnya tidak lebih dari 200 cm .
wajib
2
2
f.
Chalk Bag: mencantumkan nama atau logo perusahaan dan label sponsor, totalnya tidak lebih dari 100 cm .
g.
Penggunaan bahan kimia selain magnesium karbonat untuk menyerap keringat selama melakukan pemanjatan pada suatu jalur pemanjatan atau boulder harus mendapat ijin dari Jury President.
2
3.8.4
Pelanggaran dalam mematuhi peraturan tersebut akan menyebabkan atlit mendapat sanksi disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
25 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.9
PERAWATAN DINDING DAN JALUR PEMANJATAN
3.9.1
Chief Routesetter harus menjamin bahwa tim yang terlatih dan berpengalaman selalu ada pada setiap babak kompetisi untuk melakukan perawatan dan perbaikan yang diminta oleh Category Judge dengan cara yang aman dan efisien. Prosedur keselamatan harus secara tegas dilaksanakan.
3.9.2
Sesuai dengan instruksi Category Judge, Chief Routesetter akan segera menyiapkan perbaikan. Chief Routesetter yang akan memberi masukan kepada Jury President apakah hasil perbaikan tersebut terdapat keuntungan atau kerugian untuk atlit berikutnya. Keputusan Jury President apakah kompetisi dilanjutkan, dihentikan atau mengulang babak pertandingan berkaitan dengan hal tersebut adalah final yang tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada protes yang dapat merubah keputusan tersebut.
3.10
INSIDEN TEKNIS
3.10.1
Insiden teknis didefinisikan sebagai kejadian yang menimbulkan keuntungan atau kerugian yang tidak adil bagi atlit yang bukan merupakan hasil dari suatu tindakan yang dilakukan atlit. Jenis dari insiden teknis, dan prosedur yang dapat dilakukan saat hal tersebut terjadi akan dijelaskan secara lebih rinci dalam Bab yang membahas kategori kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
3.10.2
Belayer harus membiarkan tali agak kendor setiap saat. Setiap tegangan pada tali bisa dianggap merupakan bantuan tambahan atau panduan bagi atlit, dapat dinyatakan oleh Category Judge sebagai insiden teknis.
3.10.3
Secara umum insiden teknis dapat diuraikan sebagai berikut: a.
b.
Jika insiden teknis dinyatakan oleh Category Judge: i.
Jika atlit masih dalam posisi yang baik setelah terjadi insiden teknis, atlit dapat memilih melanjutkan pemanjatan atau menerima insiden teknis. Jika atlit memilih untuk melanjutkan pemanjatan maka tidak ada protes berkaitan dengan insiden teknis yang telah terjadi.
ii.
Jika atlit dalam posisi yang tidak baik karena terjadinya insiden teknis, Category Judge akan segera membuat keputusan apakah akan dinyatakan telah terjadi insiden teknis dan selanjutnya menghentikan pemanjatan pada jalur pemanjatan atau boulder, dan mengijinkan atlit melakukan pemanjatan ulang sesuai dengan peraturan mengenai insiden teknis.
Jika insiden teknis dinyatakan oleh atlit: i.
Jika atlit masih dalam posisi yang baik setelah terjadi insiden teknis, atlit harus menjelaskan kejadian yang terkait dengan insiden teknis, dan dengan persetujuan Category Judge dapat melanjutkan atau menghentikan pemanjatan. Jika atlit memilih melanjutkan pemanjatan, maka tidak ada protes berkaitan dengan insiden teknis yang dialaminya.
ii.
Jika atlit dalam posisi yang tidak baik karena terjadi insiden teknis, Category Judge akan segera membuat keputusan apakah akan dinyatakan telah terjadi insiden teknis atau tidak. Keputusan tersebut adalah final.
26 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c.
Konfirmasi tentang suatu insiden teknis adalah keputusan Jury President, Jika diperlukan akan melakukan konsultasi dengan Chief Routesetter. Keputusan yang diambil oleh Jury President bersifat final.
3.11
PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SUATU JALUR
3.11.1
Pemanjatan yang dilakukan atlit akan dihentikan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk masing-masing kategori kompetisi.
3.11.2
Atlit diperbolehkan memanjat turun (climb down) selama melakukan pemanjatan asalkan tidak melanggar peraturan berkaitan dengan penghentian pemanjatan pada suatu jalur pemanjatan.
3.12
PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO UNTUK PENJURIAN
3.12.1
Perekaman Video resmi harus dilakukan pada setiap pemanjatan yang dilakukan oleh seorang atlit pada kategori Lead, Speed dan Boulder.
3.12.2
Untuk setiap kompetisi Lead dan Speed dapat menggunakan setidaknya satu video kamera atau dua video kamera. Untuk kompetisi kategori Boulder minimal 2 (dua) kamera video yang akan ditempatkan untuk mengliput seluruh boulder yang digunakan dalam suatu babak kompetisi Boulder. Sebaiknya orang yang mengoperasikan kamera, yaitu orang yang berpengalaman dalam merekam kompetisi panjat tebing.
3.12.3
Sebelum kompetisi dimulai Category Judge atau Jury President akan memberi pengarahan kepada operator tentang teknik dan prosedur perekaman video yang tepat. Posisi kamera harus ditentukan oleh Jury President dengan berkonsultasi dengan Category Judge dan Chief Routesetter. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa operator kamera tidak terganggu selama mereka melakukan pekerjaan mereka dan tidak seorangpun yang diijinkan menghalangi pandangan kamera.
3.12.4
Suatu monitor televisi yang dihubungkan pada sistem pemutar ulang video (video playback sistem) harus disediakan untuk melihat kembali dan mengamati setiap kejadian untuk tujuan penjurian. Playback Monitor harus ditempatkan dengan tepat sehingga para juri dapat mengamati semua materi rekaman video yang diputar ulang dan mendiskusikan setiap kejadian tanpa dilihat orang lain, dan tidak terganggu selama melakukan diskusi, tetapi harus cukup dekat dengan meja penjurian.
3.12.5
Hanya hasil rekaman video resmi dan yang dapat digunakan untuk tujuan penjurian, dan untuk melihat hasil rekaman tersebut hanya terbatas untuk Jury President, Category Judge, Chief Routesetter, dan FPTI Delegate.
3.12.6
Pada akhir tiap babak kompetisi, kaset video harus diberikan kepada FPTI Delegate.Tidak boleh dilakukan pengandaan rekaman kaset video tersebut tanpa adanya ijin dari FPTI. Kaset video kompetisi hanya digunakan untuk tujuan penjurian kompetisi dan kursus. Dengan alasan apapun pita rekaman tersebut tidak boleh digunakan kecuali atas ijin dari FPTI.
27 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.13
PENGUMUMAN HASIL KOMPETISI
3.13.1
Penyelenggara harus memastikan, bahwa papan pengumuman atau cara lain yang sesuai akan menampilkan hasil yang dicapai dan peringkat semua atlit selama kejuaraan/kompetisi berlangsung.
3.13.2
Pada saat setiap atlit akan memulai pemanjatan, akan diinformasikan nama atlit serta klub atau daerah asalnya, dan setelah atlit menyelesaikan pemanjatan akan ditampilkan hasil yang dicapai atau diperoleh seorang atlit. Lembar Hasil Pemanjatan sesuai Lampiran 4 akan disampaikan ke operator display hasil pemanjatan.
3.13.3
Pada akhir setiap babak kompetisi, Category Judge segera menyampaikan daftar hasil lengkap yang menunjukkan peringkat dari seluruh atlit. Setelah diperiksa dan disetujui/ditandatangani oleh Category Judge dan Jury President, hasil setiap babak kompetisi diumumkan secara terbuka.
3.13.4
Hasil Pemanjatan sesuai ayat 3.13.2 dan 3.13.3 diatas merupakan hasil sementara (provisional) dan dianggap sebagai hasil belum resmi. Protes dapat dilakukan oleh manajer tim atau atlit atas hasil tersebut yang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan oleh Jury President.
3.13.5
Setelah Lembar Hasil diperiksa, atau diperbaiki, hasil sementara (provisional) yang resmi akan diumumkan dengan tanda tangan oleh Category Judge dan Jury President.
3.13.6
Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi Provisional harus dicetak dengan format sesuai Lampiran 4 - 9 dan akan memuat informasi berikut: a.
3.13.7
Nama Kejuaraan/Kompetisi.
c.
Tempat Kejuaraan/Kompetisi.
d.
Tanggal Kejuaraan/kompetisi.
e.
Jenis Kejuaraan/Kompetisi.
f.
Kategori Kejuaraan/Kompetisi.
g.
Babak Kompetisi.
h.
Jika Babak Kompetisi pada satu atau lebih jalur paralel, hasil setiap jalur harus secara jelas ditampilkan.
i.
Nama dan Jabatan Ofisial Kompetisi.
j.
Waktu saat peringkat diumumkan.
k.
Batas waktu pengajuan protes (10 menit setelah waktu diumumkan).
Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi Resmi akan meliputi informasi berikut (contoh format Lembar Hasil Setiap Babak sesuai Lampiran 7) yaitu berisi: a.
3.13.8
Logo FPTI dan Logo Kejuaraan/Kompetisi.
b.
Posisi peringkat setiap atlit dengan urutan menurun.
b.
No. ID FPTI (KIAT).
c.
Nama Lengkap Atlit.
d.
Nama daerah atau klub asal atlit. (sesuai tingkat kejuaraan/kompetisi).
e.
Nilai atau catatan waktu yang dicapai atlit.
Lembar Hasil Akhir akan meliputi semua informasi yang akan diterangkan diatas
28 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ditambah informasi berikut (contoh format Lembar Hasil Akhir Kompetisi sesuai Lampiran 9)
3.13.9
a.
Untuk setiap nama atlit, ketinggian, nilai atau catatan, nilai atau catatan waktu pada setiap babak sebelumnya.
b.
Khusus untuk kategori Speed ditambah waktu yang ditempuh untuk setiap babak dalam kompetisi.
Untuk kategori Speed wajib diumumkan rekor total waktu tercepat yang dicapai oleh atlit putra maupun putri untuk masing-masing kelas yang dipertandingkan. Catatan rekor ini ditampilkan pada Lembar Hasil Akhir Kompetisi.
3.13.10
Tembusan Lembar Hasil Kompetisi Resmi untuk setiap babak (termasuk Final dan Super-Final) disampaikan kepada: a.
Jury President.
b.
Category Judge.
c.
FPTI Delegate.
d.
Manajer Tim, dalam hal tidak ada Manajer Tim, bisa disampaikan kepada atlit yang dianggap sebagai Manajer Tim.
e.
Ruang Pers.
f.
Media informasi umum.
3.13.11
Semua daftar hasil pertandingan yang resmi harus dicetak dalam format yang sesuai dengan aturan FPTI, dipublikasikan dalam papan pengumuman resmi, dan menyebarkan hasilnya kepada para anggota juri kompetisi, manajer tim, juru bicara kompetisi,dan pers.
3.14
PERINGKAT
3.14.1
Prosedur untuk peringkat individual atlit selama kompetisi dijelaskan dalam bagian kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
3.14.2
Peringkat Nasional adalah susunan peringkat atlit secara perorangan yang disusun secara akumulatif berdasarkan kejuaraan/kompetisi dibawah ini: a.
3.14.3 3.14.4
Sirkuit Nasional.
b.
Kejuaraan Nasional FPTI.
c.
Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.
Pemeringkatan atlit nasional dilakukan untuk semua kategori dan nomor kompetisi perorangan serta kelompok umur. FPTI mempublikasikan Peringkat Nasional berikut: a. b.
Prosedur untuk menghitung Peringkat Nasional dijelaskan dalam Pasal 10.5. Peringkat Nasional Berjalan disusun dengan dasar dari hasil yang dicapai atlit pada semua kompetisi yang diadakan FPTI 12 bulan sebelumnya.
c.
Peringkat Nasional dipublikasikan melalui media resmi FPTI.
29 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.15 3.15.1
TES ANTI DOPING
3.15.2
Semua Pemenang Kompetisi tingkat nasional dapat dikenakan tes Anti- Doping.
FPTI mengatur/mengadakan tes anti doping kepada atlit sesuai dengan peraturan World Anti Doping Code, dan UIAA Anti Doping Policy. Aturan dan Prosedur Kedisplinan dalam Kompetisi, dan Peraturan Anti Doping Komite Olahraga Nasional (KON) Komite Olahraga Internasional (KOI).
3.16 UPACARA 3.16.1
Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua atlit wajib mengikuti Upacara Pembukaan. Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit dikenakan sanksi disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
3.16.2
Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh KON/KOI.
3.16.3
Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua finalis harus menghadiri Upacara Penghormatan Pemenang (UPP). Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit dikenakan sanksi disiplin sesuai Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
3.17
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)
3.17.1
Keadaan kahar (force majeure) adalah situasi luar biasa yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya dan jika terjadi dapat membuat pelaksanaan kompetisi tidak dapat berjalan sesuai rencana.
3.17.2
Pernyataan telah terjadi force majeure hanya dapat dilakukan oleh: a.
Kepala pemerintahan yang sah (Presiden, Gubernur, Walikota atau Bupati).
b.
FPTI Delegate.
3.17.3
Force majeure yang perlu pernyataan dari pemerintah adalah situasi yang melibatkan kepentingan publik, antar lain dan tidak terbatas pada: bencana alam, huru-hara, penjarahan masal, kerusuhan politik, penyerbuan musuh asing, atau terjadi kudeta kekuasaan yang sah.
3.17.4
Force majeure yang perlu dinyatakan oleh FPTI Delegate adalah situasi yang secara teknis sangat mengganggu jalannya kompetisi yang sedang atau akan dilaksanakan, antara lain dan tidak terbatas pada: hujan yang terus menerus, robohnya konstruksi dinding panjat, atau terjadinya kecelakaan dalam kompetisi yang melibatkan banyak korban.
3.17.5
Pernyataan force majeure wajib segera diumumkan melalui media yang paling efektif yang ada dilokasi kompetisi.
3.17.6
3.17.7
Jika force majeure telah dinyatakan terjadi, maka kompetisi dapat: a.
Ditunda hingga waktu tertentu.
b.
Segera dihentikan (tidak dilanjutkan).
Jika kompetisi dihentikan akibat terjadinya force majeure, maka hasil kompetisi ditentukan berdasarkan babak kompetisi yang telah diselesaikan. Jika belum ada babak kompetisi yang diselesaikan, FPTI Delegate mempunyai kewenangan untuk menyatakan bahwa tidak ada hasil kompetisi.
30 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.17.8
Pernyataan force majeure yang dikeluarkan atau diterima setelah kompetisi dinyatakan selesai, yang ditandai dengan selesainya pemanjatan terakhir, tidak dapat merubah hasil kompetisi. Hasil kompetisi dapat diumumkan pada waktu dan kesempatan lain setelah force majeure berlalu.
3.18
PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI
3.18.1
Pengundian dilakukan untuk berbagai keperluan dalam suatu kompetisi.
3.18.2
Tidak diijinkan melakukan protes terhadap proses pengundian dan hasil undian yang telah dilakukan.
3.18.3
Penggunaan prosedur pengundian merupakan kewenangan dari Jury President.
3.18.4
Proses pengundian dilakukan oleh Jury President atau Category Judge yang bertanggung jawab pada kejuaraan/kompetisi atau suatu babak kompetisi yang sedang dilaksanakan.
3.18.5
Peserta undian dapat merupakan atlit atau regu. Peserta undian harus menguasakan pelaksanaan undian kepada manajer tim.
3.18.6
Pemilihan prosedur pengundian ditentukan berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pengundian: a.
Jika peserta undian adalah 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan sekeping mata uang logam, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1.
Pengundi (Jury President atau Category Judge) menentukan masingmasing satu sisi mata uang untuk setiap peserta yang terlibat pengundian. Pengundi dan kedua peserta wajib mengingat hal ini.
2.
Disaksikan kedua peserta, pengundi akan menempatkan sekeping mata uang logam diantara kuku ibu-jari dan telunjuk yang dilingkarkan, dimana salah satu sisi mata uang menghadap ke langit. Perlu diperhatikan bahwa penempatan ini harus dilakukan secara random, peserta undian tidak diijinkan mengatur penempatan ini.
3.
Pengundi menyentil mata uang tersebut membiarkannya jatuh ke tanah atau lantai.
4.
Pengundi dan peserta yang terlibat undian melihat sisi mata uang yang menghadap ke langit, berdasarkan hasil ini dapat ditentukan siapa yang memenangkan undian.
ke
atas
langit,
dan
b. Jika peserta undian lebih dari 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan kertas tergulung, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1.
Pengundi membuat gulungan kertas yang berukuran dan berwarna sama. Jumlah gulungan kertas adalah sesuai dengan jumlah peserta undian. Setiap gulungan kertas diberi nomor terurut.
2.
Kemudian kertas bernomor yang telah tergulung dimasukkan kedalam wadah.
3.
Masing-masing peserta mengambil kertas tergulung tersebut. Peserta dengan abjad awal namanya mengambil gulungan kertas lebih dulu. Tidak boleh ada kertas gulungan tersisa setelah semua peserta mengambil bagiannya. Setelah membuka gulungan kertas dan membaca angka yang tertera, sebagai bukti peserta undian wajib menandatangani gulungan kertas tersebut.
31 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.
Pemenang dari undian ditentukan berdasarkan urutan nomor yang diperoleh oleh setiap peserta undian. Nomor yang paling kecil adalah pemenang undian.
3.19
PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING)
3.19.1
Technical meeting wajib dilaksanakan oleh penyelenggara. Untuk itu harus disediakan minimal ruang dengan penerangan memadai untuk menampung seluruh jumlah Tim Ofisial semua peserta kejuaraan/kompetisi, peralatan pengeras suara, papan tulis dan alat tulisnya, dan konsumsi untuk pimpinan Technical Meeting dan pendampingnya. Konsumsi untuk peserta selama Technical Meeting bukan menjadi tanggung jawab penyelenggara.
3.19.2
Technical Meeting harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat 12 (dua belas) jam sebelum Kejuaraan/Kompetisi di buka. Tanggal dan waktu pelaksanaan Technical Meeting wajib diinformasikan kepada seluruh calon peserta Kejuaraan/kompetisi. Pelaksanaan Technical Meeting dilakukan tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) jam.
3.19.3
Technical Meeting dibuka secara resmi oleh penyelenggara, selanjutnya Jury President harus memimpin pelaksanaan Technical Meeting didampingi oleh Category Judge dan Chief Routesetter. Sebelum technical meeting dimulai Penyelenggara dapat melakukan registrasi akhir kepada seluruh atlit peserta.
3.19.4
Seluruh Manajer Tim atau atlit yang tidak mempunyai manajer tim wajib mengikuti Technical Meeting. Jury President berwenang mendiskualifikasi atlit atau atlit yang tim Manjernya tidak mengikuti technical meeting.
3.19.5
Selain Manajer tim atau atlit yang tidak memiliki manajer tim tidak diijinkan mengikuti Technical Meeting.
3.19.6
Materi dalam Technical Meeting adalah: a.
Penjelasan umum tentang permasalahan teknis kompetisi dan kategori yang dipertandingkan. Pendistribusian jadwal kompetisi, Denah Layout Kompetisi, dan daftar Ofisial Kompetisi yang akan bertugas.
b.
Penjelasan alokasi hadiah untuk setiap nomor Kompetisi.
c.
Pendistribusian daftar atlit yang akan berkompetisi dan kategori kompetisi yang akan diikuti oleh masing-masing atlit. Jury President wajib menandatangani daftar tersebut, perubahan nama dan kategori kompetisi tidak diijinkan setelah daftar tersebut ditanda tangani.
d.
Perubahan nama dan kategori setelah daftar resmi ditandatangani oleh Jury President, akan dikenakan biaya perubahan yang besarnya akan ditentukan oleh Jury President.
e.
Pengundian urutan pemanjatan untuk nomor-nomor kompetisi yang akan dilaksanakan setelah upacara pembukaan. Demi alasan teknis, Jury President berhak melakukan proses pengundian urutan pemanjatan tanpa melibatkan peserta Technical Meeting. Urutan pemanjatan hasil pengundian wajib ditempel pada tempat pengumuman yang telah ditentukan.
f.
Hal-hal lain yang menurut Jury President perlu untuk diketahui oleh semua peserta kejuaraan/kompetisi.
32 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4
LEAD
4.1
PENDAHULUAN
4.1.1
Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.
4.1.2
Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding panjat buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk masing-masing jalur, tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan dibuatnya jalur-jalur dengan panjang minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima, hanya untuk bagian-bagian tertentu pada dinding.
4.1.3
Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah. Kecuali untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat dilakukan secara top-rope.
4.1.4
4.1.5
4.1.6
Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara: a.
On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode tertentu.
b.
Flash: Setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau setelah melihat pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.
c.
After work: Sebelum pertandingan di mulai peserta di ijinkan untuk melakukan percobaan pemanjatan pada jalur yang akan digunakan dalam pertandingan.
Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman telah dikaitkan dengan karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan yang benar dari posisi yang sah. Kompetisi Kategori Lead terdiri dari: a.
Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang identik atau dua jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang tidak identik, jalur-jalur tesebut haruslah mempunyai grade dan karakter yang sama.
b.
Semi Final, Final, dan jika diperlukan babak Super Final, yang harus dilakukan pada satu jalur pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang lain akan digunakan dan akan ditetapkan oleh FPTI. Dalam kondisi tertentu Jury President dapat memutuskan membatalkan salah satu babak dan untuk menentukan peringkat pemanjatan dapat di gunakan babak sebelumnya.
4.1.7
Untuk perhitungan pada babak kualifikasi dengan dua jalur berbeda yang tidak identik dan keduanya di panjat oleh seluruh peserta, hasil babak tersebut akan di hitung berdasarkan : Tp = √ pj1 x pj2 TP:
total peringkat
Pj1:
peringkat kualifikasi jalur 1
33 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Pj2: peringkat kualifikasi jalur 2 Nilai terkecil dari hasil penjumlahan merupakan peringkat terbaik, jika terjadi peringkat yang sama maka tiap peserta dengan peringkat yang sama akan mendapatkan nilai rata-rata dari penjumlahan yang kemudian di bagi berdasarkan banyaknya jumlah peserta yang memiliki peringkat yang sama ( selalu dimulai dengan angka pada saat terjadi peringkat yang sama ) Contoh: - Jika terjadi peringkat yang sama pada posisi pertama dengan 6 peserta di jalur satu, maka mereka akan mendapatkan nilai rata-rata 3,5; (1+2+3+4+5+6=21:6=3,5) Jika terjadi peringkat yang sama pada posisi ke dua dengan 4 peserta di jalur dua, maka mereka akan mendapatkan nilai rata-rata 3,5; (2+3+4+5=14:4=3,5) 4.1.8
Fomat alternatif lainnya dapat diambil dari kompetisi yang spesifik yang ditetapkanc oleh IFSC.
4.2
OBSERVASI JALUR
4.2.1
Sesuai dengan Peraturan Umum, atlit atau (sebagai satu group) diijinkan untuk melakukan observasi jalur pemanjatan on-sight yang akan dipanjatnya.
4.2.2
Waktu observasi jalur ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan tidak lebih dari 6 (enam) menit untuk setiap jalur pemanjatan. Jika jalur pemanjatan cukup panjang, waktu observasi dapat lebih dari 6 (enam) menit.
4.2.3
Pada kasus Super Final, Jury President dapat memutuskan meniadakan waktu observasi jalur.
4.2.4
Atlit diijinkan/diperbolehkan menyentuh tumpuan (hold) pertama, tanpa kedua kaki meninggalkan/beranjak dari dasar atau lantai.
4.2.5
Setelah waktu observasi jalur berakhir, atlit harus segera kembali ke zona isolasi. Setiap keterlambatan melaksanakan instruksi ini dapat membuat atlit menerima peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning), keterlambatan lebih lanjut dapat menyebabkan atlit didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian kartu merah) dari kompetisi sesuai dengan Bab 13. Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
4.3
PERCOBAAN PEMANJATAN
4.3.1
Jika percobaan jalur pemanjatan (after work) merupakan bagian dari kompetisi, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter (kepala pembuat jalur) akan menentukan jadwal pemanjatan, prosedur pemanjatan, dan berapa lama periode percobaan jalur untuk setiap atlit.
4.4
BELAYING DAN KESELAMATAN
4.4.1
Tali yang digunakan untuk memanjat harus dikontrol oleh 2 (dua) orang Belayer. Selama atlit melakukan pemanjatan Belayer harus benar-benar memperhatikan gerakan dari atlit selama proses pemanjatan untuk memastikan bahwa: a.
Gerakan atlit tidak terbantu/terhalangi oleh regangan tali yang terlalu tegang.
34 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.4.2
4.4.3
b.
Ketika atlit berusaha mengaitkan tali dengan protection point (titik pengaman) dia tidak terhalang atau terbantu sedemikian rupa, jika atlit gagal dalam mengaitkan tali ke protection point, maka belayer harus mengendorkan tegangan tali (slack) dengan segera.
c.
Jika atlit aman.
d.
Kemungkinan jatuh yang berlebihan tidak terjadi pada atlit yang sedang dibelay.
e.
Perhatian yang lebih besar harus diberikan untuk menjamin bahwa jatuhnya atlit tidak akan menimbulkan cedera yang disebabkan karena pinggir atau features (bentangan) serta bagian lain dari dinding panjat.
terjatuh harus segera dihentikan dengan cara yang dinamis dan
Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan persetujuan Jury President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah terpasang pada protection point (pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan, rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa dengan memperhitungkan keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut. Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan: a.
Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai peralatan pemanjatan
b.
Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit menggunakan simpul ”figure of eight”.
c.
Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa apakah perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah diikatkan ke harness atlit sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup kencang.
d.
Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastikan bahwa gulungan tali telah diurai sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan baik selama proses pemanjatan.
e.
Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat memutuskan apakah belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal jalur pemanjatan untuk memberikan pengamanan tambahan pada atlit di bagian bawah jalur pemanjatan.
dengan
4.4.4
Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses pemanjatan. Setiap usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai bantuan tambahan atau halangan terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden teknis oleh Category Judge.
4.4.5
Setelah dapat menghubungkan tali dengan protection point (quickdraw) yang terakhir atau setelah atlit terjatuh, atlit harus diturunkan secara perlahan untuk menghindari benturan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.
4.4.6
Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah secepat mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman
35 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
(quickdraw). Menjadi tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar dari Zona Kompetisi secepat mungkin.
4.5
PROSEDUR PEMANJATAN
4.5.1
Setiap jalur pemanjatan harus dialokasikan waktu untuk setiap atlit melakukan pemanjatan. Waktu pemanjatan untuk babak Kualifikasi seharusnya selama 6 menit, dan 8 menit untuk babak Semi Final dan babak Final. Waktu ini harus juga termasuk waktu persiapan selama 40 (empat puluh) detik sebagai persiapan akhir di depan jalur pemanjatan, sesuai dengan Pasal 4.5.2 dibawah ini. Periode waktu pemanjatan ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan diinformasikan kepada atlit pada saat pengarahan teknis (technical briefing) di Zona Isolasi sebelum pengamatan jalur atau ditulis pada daftar urutan pemanjatan (starting list) yang ditempel di Zona Isolasi.
4.5.2
Pada saat masuk Zona Kompetisi di depan dinding panjat, atlit diminta untuk segera melewati garis start. Pada saat tersebut, Category Judge akan memulai menghitung waktu yang diambil oleh atlit dalam menyelesaikan pemanjatan. Setiap atlit diperbolehkan selama 40 detik pertama untuk melakukan pemanasan, 40 detik ini merupakan bagian dari seluruh waktu pemanjatan yang telah ditentukan. Jika atlit tidak melakukan pemanjatan setelah berakhir detik ke-40, atlit akan diperintahkan dengan segera melakukan pemanjatan. Pelanggaran atas perintah akan menyebabkan akan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi. Untuk pemanjatan dengan prosedur flash aturan ini tidak dapat di terapkan
4.5.3
Pemanjatan yang dilakukan dianggap telah dimulai jika kedua ujung kaki atlit telah meninggalkan dasar (lantai atau tanah)
4.5.4
Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan pemanjatan mengenai waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge segera menginformasikan waktu yang masih tersisa. Category Judge tanpa diminta akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu masih tersisa 60 (enam puluh) detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan menghentikan pemanjatan dan prosedur pengukuran akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi perintah dari Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
4.5.5
Selama pemanjatan dilakukan: a.
Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus dikaitkan sebelum bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan karabiner terbawah dari quickdraw yang belum dikaitkan [dalam hal jalur menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati quickdraw yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh pembuat jalur]. Peserta tersebut dapat memasang quickdraw tanpa melakukan back climb (back climb yang artinya pada saat peserta melepaskan kedua tangannya dari posisi awal) sesaat setelah seluruh tubuhnya meninggalkan carabiner terbawah dari quickdraw yang belum terpasang. Setiap pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang sedang dilakukan dihentikan dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal 4.7 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh atlit atas instruksi Category
36 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan atlit mendapat peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning) sesuai Bab 13. Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi. b.
Demi faktor keamanan president juri dapat merubah pasal 4.5.5.a dengan titik pegangan untuk memasangan quickdraw lebih awal. Informasi ini harus diberitahukan kepada peserta pada saat briefing teknis di zona isolasi. Titik pegangan serta quickdraw tersebut harus diberi tanda dengan jelas, sebaiknya mengunakan tanda silang warna biru, dan harus di tunjukan pada saat observasi jalur. Gerakan apapun yang dilakukan peserta setelah melewati pegangan yang diberi tanda silang biru tanpa memasang quickdraw yang bertanda silang biru akan tidak di perhitungkan dan peserta dianggap telah menyelesaikan pemanjatan.
c.
Ketika atlit mengaitkan tali ke quickdraw sesuai dengan pasal 4.5.5 (a) tapi terjadi kesalahan teknis (technical error) pada tali yang dikaitkan, atlit diijinkan untuk mengaitkan quickdraw berikutnya secara berurutan kemudian melepaskan kaitan pada quickdraw yang mengalami kesalahan teknis dan mengaitkan ulang (jika perlu dengan pemanjatan menurun). Pada akhirnya semua titik pengaman harus dikaitkan secara berurutan.
d.
Category Judge dapat memerintahkan pemanjatan dihentikan dan mengukur ketinggian maksimum (jarak maksimum, dalam hal jalur pemanjatan menyamping atau roof) jika ia menganggap bahwa pemanjatan selanjutnya akan membahayakan keselamatan atlit.
4.5.6
Tumpuan-tumpuan (pegangan atau pijakan) pada jalur harus selalu dibersihkan secara teratur dengan metode yang diputuskan oleh Category Judge setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter sebelum suatu babak dimulai. Sangat dianjurkan jalur pemanjatan dibersihkan setiap maksimum 20 atlit telah melakukan pemanjatan. Periode pembersihan harus diumumkan kepada atlit selama mengikuti technical meeting tentang observasi suatu jalur dan/atau dicantumkan pada daftar urutan pemanjatan (starting list) di zona isolasi. Atlit tidak diijinkan membersihkan tumpuan/pegangan manapun selama melakukan pemanjatan.
4.6
INSIDEN TEKNIS
4.6.1
Insiden teknis pada kategori Lead didefinisikan sebagai: a.
Pegangan yang pecah atau berputar.
b.
Posisi quickdraw atau karabiner yang tidak semestinya.
c.
Tali pemanjatan yang terlalu tegang, dimana dapat membantu atau menghalangi pemanjatan atlit.
d.
Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan seorang atlit yang tidak fair bagi atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.
4.6.2
Jika atlit gagal dan menyatakan bahwa penyebab kegagalannya adalah karena insiden teknis, maka atlit tersebut harus diarahkan ke Zona Isolasi yang terpisah untuk menunggu hasil penyelidikan atas klaim yang diajukan.
4.6.3
Atlit yang mengalami insiden teknis diberikan waktu pemulihan (recuperation) dalam zona isolasi yang terpisah, dan diberi kesempatan untuk memakai fasilitas
37 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
pemanasan, tetapi atlit yang bersangkutan tidak diijinkan untuk berkomunikasi dengan orang lain kecuali dengan Ofisial Kompetisi. 4.6.4
Maksimum waktu jeda sebelum atlit melakukan usaha pemanjatan ulang adalah sekitar 2 (dua) menit untuk setiap tumpuan yang telah dicapai sebelum atlit mengalami insiden teknis. Atlit berhak mendapatkan waktu jeda minimal 20 menit. Category Judge akan menentukan urutan pemanjatan ulang untuk atlit tersebut, berdasarkan permintaan waktu jeda yang diajukan atlit asalkan belum melewati waktu maksimalnya. Semua atlit yang mengalami insiden teknis akan diinformasikan urutan pemanjatan ulangnya.
4.6.5
Jika insiden teknis terjadi pada babak final, waktu jeda tidak boleh lebih dari 20 (dua puluh) menit setelah atlit terakhir menyelesaikan pemanjatan.
4.6.6
Jika pemanjatan ulang dilakukan setelah atlit terakhir, atlit yang mengalami insiden teknis ternyata menempati peringkat pertama pada babak yang sedang berlangsung, maka atlit tersebut tidak diijinkan melakukan pemanjatan ulang. Ketentuan ini tidak berlaku jika yang mengalami insiden teknis lebih dari 1 (satu) atlit.
4.6.7
Hasil akhir pemanjatan atlit yang mengalami insiden teknis, adalah merupakan hasil terbaik dari usaha pemanjatan yang telah dilakukannya.
4.7 PENILAIAN 4.7.1
Berdasarkan pasal 4.10 dibawah, dalam hal atlit jatuh atau Category Judge memerintahkan pemanjatan dihentikan, tumpuan tertinggi yang dipegang atau disentuh (atau dalam kasus traverse atau pada roof, tumpuan (hold) terjauh yang dipegang atau disentuh) pada sumbu jalur, akan menentukan hasil yang dicapai oleh atlit.
4.7.2
Nilai suatu tumpuan (hold) akan ditentukan oleh oleh Chief Routesetter sebelum suatu babak kompetisi dimulai, yang diberi tanda pada sketsa topo jalur pemanjatan yang digunakan oleh Category Judge.
4.7.3
Hanya tumpuan yang menggunakan tangan yang akan diberikan nilai. Sesuai dengan yang ditentukan oleh Category Judge, Tumpuan yang dipegang mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada tumpuan yang disentuh: a.
Tumpuan yang dipegang akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut tanpa tanda.
b.
Tumpuan yang disentuh akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut dengan tanda minus (-)
c.
Tumpuan yang dipegang dan kemudian suatu gerakan pemanjatan dilakukan dengan tujuan untuk menambah ketinggian tumpuan yang dipegang dan satu tanda plus (+).
d.
Adalah kewenangan Category Judge untuk menentukan nilai tumpuan yang dicapai oleh seorang atlit.
4.7.4
Jika atlit menyentuh tumpuan selain dari yang telah ditentukan oleh Chief Routesetter, tumpuan ini tidak dianggap sebagai ketinggian maksimum (dalam kasus bagian traverse atau roof pada jalur, jarak terjauh) yang dicapai oleh atlit.
4.7.5
Hanya bagian yang bisa digunakan untuk pemanjatan yang akan dinilai untuk menentukan hasil yang dicapai oleh atlit.
38 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.7.6
Jika atlit memegang quickdraw terakhir sebelum tali dikaitkan secara aman ke karabiner pada titik pengamanan terakhir, hal ini akan dianggap sebagai bantuan tambahan dan pemanjatan akan dihentikan serta diukur sesuai dengan bagian 4.7.1 dan 4.7.3
4.8
PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI
4.8.1
Setelah babak kompetisi berakhir, semua atlit atau regu akan di peringkat berdasarkan tumpuan tertinggi yang dipegang atau disentuh sesuai dengan Pasal 4.7.3 diatas.
4.8.2
Dalam hal terdapat peringkat sama, perhitungan mundur akan digunakan, yaitu hasil babak sebelumnya dipakai untuk memisahkan peringkat yang sama ini. Jika masih sama, babak sebelumnya akan digunakan. Proses prosedur ini tidak digunakan jika atlit tidak menggunakan jalur yang sama pada suatu babak atau untuk pertandingan dengan sistim after works.
4.8.3
Jury President boleh memutuskan bahwa Bagian 4.8.2 dapat ditangguhkan dan prosedur hitung mundur (countback) tidak boleh digunakan untuk menentukan peringkat pada akhir babak Final. Keputusan ini harus diinformasikan.
4.8.4
Jika tidak dinyatakan lain dalam format kompetisi, jika suatu babak Kualifikasi mengharuskan para atlit di bagi menjadi dua atau lebih jalur yang tidak sama tapi mempunyai tingkat kesulitan yang sama, para atlit yang tidak berhak ke babak selanjutnya, peringkat akhir akan ditentukan berdasarkan akumulasi nilai yang diperolehnya dari peringkat pada jalur-jalur tersebut.
4.8.5
Jika prosedur hitung mundur digunakan terdapat peringkat sama untuk tempat pertama setelah akhir babak Final, Super Final akan dilakukan. Jika peringkat sama masih tetap terjadi setelah Super Final, jika tetap diperoleh hasil yang sama, maka peringkat ditentukan berdasarkan catatan yang ditempuh, atlit yang mempunyai catatan waktu lebih baik mempunyai peringkat lebih baik. Cara penilaian ini harus di beritahukan kepada peserta Super Final, manager tim dan kepada seluruh pihak yang berkepentingan.
4.9
KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI
4.9.1
Pasal ini harus dibaca bersamaan dengan pasal 4.8 diatas yaitu prosedur Peringkat Setiap Babak Kompetisi harus diselesaikan dulu sebelum pasal 4.9 ini diterapkan.
4.9.2
Jika terdapat kekurangan jumlah atlit atau regu yang dapat menyelesaikan jalur pada babak sebelumnya, sisa tempat dari kuota yang telah ditentukan akan diisi oleh peringkat terbaik berikutnya.
4.9.3
Kuota pasti atlit kualifikasi untuk babak Semi Final dan Final adalah 26 (dua puluh enam) dan 8 (delapan) atlit.
4.9.4
Jika kuota pasti untuk Semi Final dan Final berlebih setelah prosedur hitung mundur digunakan, jumlah terbanyak dari atlit atau regu akan mengikuti babak selanjutnya dalam kompetisi.
4.9.5
Jika terdapat dua kelompok dalam babak kualifikasi, kuota tetap untuk babak selanjutnya harus dibagi sama untuk kedua group tersebut.
39 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.10 4.10.1
PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SATU JALUR Keberhasilan pemanjatan pada suatu jalur: Atlit dianggap telah berhasil menyelesaikan suatu pemanjatan pada satu jalur pemanjatan jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan pasal 4.1.5 diatas.
4.10.2
Ketidak berhasilan pemanjatan pada suatu jalur: Atlit dianggap tidak berhasil menyelesaikan pemanjatan pada suatu jalur jika: a.
4.10.3
Jatuh.
b.
Melebihi batas waktu yang telah ditentukan pada satu jalur.
c.
Menggunakan bagian dari dinding yang dapat membantu pemanjatan, tumpuan atau features yang telah ditandai agar tidak digunakan saat memanjat.
d.
Menggunakan lubang atau sesuatu pada dinding panjat yang disediakan utuk menempatkan tumpuan atau pengaman.
e.
Menggunakan sisi kiri-kanan atau bagian atas dari dinding panjat.
f.
Gagal mengaitkan tali pada titik quickdraw sesuai dengan peraturan kompetisi.
g.
Menggunakan bolt, hanger atau quickdraw untuk memanjat.
h.
Setelah melakukan start, menyentuh dasar/lantai dengan bagian tubuh manapun.
i.
Menggunakan alat bantu.
Jika terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan pasal 4.10.2, b-i, Category Judge dapat menghentikan pemanjatan yang sedang dilakukan atlit, dan akan dilakukan pengukuran ketinggian yang dicapai oleh atlit sebelum melakukan pelanggaran b- i. Atlit atau manager tim dapat segera mengajukan protes berkaitan hal tersebut, apabila tidak setuju dengan keputusan yang telah dibuat. Jika permohonan protes dibuat, maka atlit akan disuruh ke Zona Isolasi yang terpisah. Protes harus dilakukan sesuai Prosedur Protes dalam Kompetisi. Jika protes diterima, maka atlit akan diberi kesempatan untuk melakukan pemanjatan ulang. Atlit berhak atas waktu jeda istirahat sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam pasal 4.6.3. yaitu bagi atlit yang mengalami insiden teknis. Nilai dari pemanjatan atlit akan diambil hasil terbaik dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.
4.11
PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO
4.11.1
Jika menurut Category Judge perlu menggunakan rekaman video untuk memeriksa usaha pemanjatan yang dilakukan atlit sebelum Category Judge mengambil keputusan, maka usaha pemanjatan seluruh atlit akan direkam. Jika pemanjatan telah selesai dilakukan oleh seorang atlit, Category Judge akan segera mengumumkan ketinggian yang dicapai oleh atlit, tapi hasil ini masih provisional (sementara) dan masih harus dikonfirmasikan dahulu berdasarkan rekaman video, jika seluruh atlit telah menyelesaikan suatu babak kompetisi.
4.11.2
Hanya video rekaman resmi yang dapat digunakan oleh para juri untuk memperkuat kualitas aturan pegang sentuh (hold - touch) dalam pengukuran ketinggian dan peringkat atlit pada akhir tiap babak suatu kompetisi.
40 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5
MULTIPITCH (Lead berantai)
5.1 UMUM. 5.1.1 Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi 5.1.2 Multipitch adalah kategori yang merupakan bagian dari kategori Lead dan mengadopsi sistem prosedur pemanjatan dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang selanjutnya dinyatakan dengan P1 untuk pitch 1 dan P2 untuk pitch 2, yang dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan waktu dan prosedur yang telah ditentukan. 5.1.3 Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20 (dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi standar untuk digunakan nomor kompetisi ini. 5.1.4 Kategori Multipitch terdiri dari: a.
Beregu putra dan beregu putri.
b. Beregu campuran. 5.1.5 Suatu nomor kompetisi Beregu-Multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu. 5.1.6 Nomor Beregu Multipitch terdiri dari 2 (dua) babak: a.
Babak Semi Final
b. Babak Final
5.2 KESELAMATAN DAN BELAYING 5.2.1 Titik pengamanan (protection point) pada akhir P1 disediakan 3 buah hanger, dan pada akhir P2 disediakan 4 buah hanger. a.
Posisi protection point (hanger) harus sejajar.
b. Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock. c.
Pada masing-masing pitch sudah ditentukan posisi dari cowtail, simpul clove hitch (pangkal) dan figure of eight knot (simpul delapan).
d. Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang telah ditentukan. 5.2.2 Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan sumbu jalur pemanjatan. 5.2.3 Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailon Rapide (MR) 10mm. 5.2.4 Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan. 5.2.5 Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah Stich Plate atau ATC.
41 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5.3 PROSEDUR PEMANJATAN 5.3.1 Sebelum melewati garis Start, kedua pemanjat telah mengaitkan kedua ujung tali ke harness masing–masing dengan simpul figure of eight sebelum melakukan pemanjatan. 5.3.2 Waktu pemanjatan dihitung ketika pemanjat perintis (lead climber) telah melewati garis Start. 5.3.3 Pemanjat pertama (C1), melakukan pemanjatan secara sepengamatan (on-sight) menuju akhir pitch (P1) di belay oleh pemanjat kedua (C2) dengan System Body Belay. 5.3.4 Pemanjat pertama mengaitkan tali ke quickdraw (runner) yang sudah terpasang, secara berurutan sampai di akhir P1. 5.3.5 Pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di P1, apabila telah memasang pengaman dengan urutan sebagai berikut: a.
Mengaitkan tali pemanjatan ke quickdraw (runner) yang di tandai khusus, memasang cowtail pada hanger yang telah ditandai.
b. Memasang pengaman untuk melakukan Hanging Belay (penambatan sambil bergantung) dengan menggunakan simpul clove hitch pada pengaman (protection point)/hanger, dan simpul tersebut diupayakan sedekat mungkin dengan harness. c.
Selanjutnya pemanjat tersebut memasang simpul 8 yang akan dihubungkan pada pengaman (protection point) terakhir, pembuatan simpul dimaksud harus rapi dan sesuai standar pembuatan simpul, jarak antara simpul masing-masing pengaman tidak terlalu kendur dengan tetap memperhatikan fall factor.
d. Pemanjat kedua (C2) dapat membuka belay device setelah mendapat bendera kuning dari Juri kemudian C1 menarik tali sisa dan menjulurkan ke bawah. e.
Pada proses pemasangan (point 5.3.5 a – d) pada P1 atau P2, pemanjat tidak diperkenankan menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.
5.3.6 Pemanjat pertama menyiapkan peralatan belaying untuk C2 dengan sistem hanging body belay. 5.3.7 Pemanjat kedua (C2) melakukan pemanjatan setelah mendapat tanda dari juri yang berupa bendera berwarna hijau, dengan melepaskan tali dari quickdraw (runner) secara berurutan, dan melanjutkan pemanjatan sampai P2 atau TOP. 5.3.8 Pemanjat kedua (C2) melakukan prosedur pengamanan yang sama seperti yang dilakukan C1 pada P1, sesuai dengan point 5.3.5 a – e. 5.3.9 Pemanjat kedua (C2) menyiapkan belaying untuk C1 untuk mencapai P2 atau TOP. 5.3.10 Pemanjat pertama (C1) dapat membuka belay device setelah mendapat tanda dari Juri berupa bendera kuning, dan pemanjat kedua dapat menarik tali pemanjatan dan menjulurkannya kebawah. 5.3.11 Pemanjat pertama (C1) dapat membuka semua pengaman di P1 setelah mendapat tanda dari Juri berupa bendera hijau dengan urutan terbalik pada saat pemasangan pengaman, kemudian melakukan pemanjatan menuju P2 (TOP) dengan melepas tali dari quickdraw (runner) secara berurutan. Pada proses membuka pengaman pada P1 pemanjat tidak diperkenankan menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan. 5.3.12 Pemanjat Pertama (C1) dinyatakan telah sampai di P2 (TOP) apabila telah memasang pengaman dengan urutan sebagai berikut:
42 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a.
Memegang tumpuan terakhir,
b. Memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai. c.
Selanjutnya C1 memegang tanda/bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
d. Prosedur diatas dilakukan tanpa melepas runner top di P2. 5.3.13 Pemanjatan dinyatakan selesai dan kedua pemanjat diturunkan melalui fixrope oleh petugas.
5.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI. 5.4.1 Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit. 5.4.2 Untuk nomor beregu Campuran, terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri. 5.4.3 Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori Multipitch lebih dari atau sama dengan 8 (delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2 (dua) babak, yaitu Semi-Final dan babak Final.
5.5 PENILAIAN 5.5.1 Nilai Max 2 Top. Jika C1 telah melakukan pemanjatan sesuai dengan aturan dan memegang tumpuan terakhir, kemudian memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai, dan memegang tanda/bel sebagai tanda akhir pemanjatan. 5.5.2 Top 1 + Nilai. Jika C2 melakukan prosedur pengamanan pada P2 yang sama seperti yang dilakukan pemanjat pertama di P1 dan C1 tidak sampai P2. 5.5.3 Pitch 1 + Nilai. Jika C1 dinyatakan telah sampai di akhir P1, dan sudah memasang pengaman sesuai dengan prosedur. Selanjutnya C2 telah melakukan pemanjatan dan tidak sampai di akhir P2. 5.5.4 Minimal Nilai Pemanjatan. Jika C1 jatuh dan tidak sampai ke akhir P1.
5.6 PERINGKAT SETIAP BABAK. 5.6.1 Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang diperoleh kedua atlit pada setiap babak. 5.6.2 Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi. 5.6.3 Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu yang mempunyai nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama. 5.6.4 Jika nilai sama terjadi pada babak Final terdapat lebih dari satu regu, maka penentuan peringkat ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya. 5.6.5 Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak sebelumnya, maka penentuan peringkat dilakukan babak Super Final. Dan jika pada babak Super Final
43 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
masih mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik.
5.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN 5.7.1 Jika salah satu pemanjat terjatuh, maka pemanjatan dianggap selesai, dan dinilai berdasarkan pegangan (hold) yang terakhir di pegang. 5.7.2 Jika salah satu pemanjat melakukan kesalahan pada pembuatan dan penempatan simpul, akan mendapatkan peringatan pertama. Dan jika melakukan kesalahan yang sama kedua kalinya (untuk masing-masing pemanjat), maka pemanjatan tersebut akan diberhentikan. 5.7.3 Apabila gerakan yang dilakukan oleh belaying membantu pemanjat untuk menambah ketinggian, maka Juri berhak memberhentikan pemanjatan yang dilakukan oleh suatu regu. 5.7.4 Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan atau belay device sebelum juri memberikan tanda berupa bendera hijau, pemanjatan akan dihentikan. 5.7.5 Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan belay device tidak secara berurutan. 5.7.6 Apabila pemanjat melepas runners dengan tidak berurutan. 5.7.7 Untuk ketentuan penghentian pemanjatan lainnya mengikuti peraturan umum kategori Lead.
5.8 ATURAN TAMBAHAN 5.8.1 Tegangan tali diperbolehkan selama tidak membantu pemanjat menambah ketinggian. 5.8.2 Limit waktu pemanjatan ditentukan oleh Chief Routte dan di umumkan oleh Jury President. 5.8.3 Apabila pemanjat melakukan kesalahan memasang urutan pengaman pada P1 dan P2, juri lintasan akan memberi peringatan dengan menyampaikan urutan yang benar. 5.8.4 Jika salah satu pemanjat melakukan pembuatan dan penempatan simpul tanpa terlebih dahulu mengaitkan tali ke runner top (yang ditandai khusus), maka pemanjatan dihentikan.
44 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6 6.1
BOULDER UMUM
6.1.1
Aturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Aturan Umum Kompetisi.
6.1.2
Kompetisi Boulders terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek yang disebut boulder. Semua boulder harus dipanjat tanpa tali pengaman. Jumlah tumpuan pada tiap boulder harus paling banyak 12 (dua belas) dan jumlah rata-rata tumpuan untuk semua boulder rata-rata antara 4 (empat) sampai 8 (delapan) dalam satu babak.
6.1.3
Seluruh boulder pada kompetisi Boulder harus diamankan dengan matras landasan jatuh. Menjadi tanggung jawab pembuat jalur untuk menentukan jumlah dan karakter dari boulder sesuai dengan ukuran dan posisi matras, jika beberapa matras/landasan jatuh digabungkan, maka harus ditutup sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan atlit jatuh diantaranya.
6.1.4
Kompetisi Boulder terdiri atas 3 (tiga) babak, yaitu babak Kualifikasi, Semi-Final dan babak Final. Jika kejadian kahar (force majeur), jumlah babak dalam kompetisi dapat dikurangi menjadi hanya 2 (dua) babak. Jika suatu babak dibatalkan, maka hasil dari babak sebelumnya akan diperhitungkan sebagai nilai akhir untuk menentukan rangking atlit .
6.1.5
Babak Semi-Final dan Final harus dilakukan pada hari yang sama. Harus ada jeda waktu minimal 2 (dua) jam antara akhir babak Semi-Final dan awal babak Final. Ruang isolasi ditutup paling lambat 1 (satu) jam sebelum babak Final dimulai.
6.1.6
Jumlah boulder dalam babak Kualifikasi 5 (lima) dan jumlah boulder pada babak SemiFinal dan babak Final 4 (empat). Jika kejadian kahar (force majeur). Jumlah boulder dapat dikurangi atas kebijakan Jury President.
6.1.7
Demi alasan keselamatan, boulder harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian tubuh atlit yang terbawah harus tidak lebih tinggi dari 3 (tiga) meter di atas matras landasan jatuh.
6.1.8
Juga demi alasan keselamatan, boulder tidak dirancang untuk memungkinkan atlit meloncat ke kebawah (downward jumps).
6.1.9
Wasit pada setiap boulder terdiri dari seorang juri dan satu orang asisten, salah satunya harus pemegang kualifikasi nasional.
6.1.10 Setiap boulder harus mempunyai posisi start yang sudah ditentukan dimana semua usaha pemanjatan harus dimulai. Posisi untuk start ini setidaknya posisi yang tetap dan diberi tanda untuk kedua tangan, serta posisi yang tetap dan ditandai untuk salah satu atau kedua kaki. Posisi start ini harus ditandai dengan jelas, dan tanda tersebut harus dibuat sama untuk setiap boulder. Warna yang digunakan harus berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai tumpuan bonus serta pembatas yang dimaksud dalam Pasal 3.2.3. Atas keputusan Chief Routesetter, tumpuan start yang sudah ditentukan diberi label/tulisan kiri dan kanan. 6.1.11 Nilai bonus diberikan untuk penggunaan tumpuan tertentu pada boulder. Penempatan tumpuan bonus ditentukan oleh Chief Routesetter. Tumpuan ini harus ditandai dengan jelas, dan digunakan warna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai tumpuan start dan finish (top). Nilai bonus akan diberikan kepada pemanjat yang dapat menyelesaikan pemanjatan (top) walau tanpa memegang point bonus.
45 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6.1.12
Tumpuan akhir (top point) harus diberi tanda dengan warna yang sama dengan tumpuan start.
6.1.13
Pemanjatan boulder dinyatakan berhasil jika atlit berhasil memegang tumpuan akhir (top) dengan kedua tangan dengan sempurna.
6.1.14
Tanda yang dimaksud dalam ayat 6.1.10, 6.1.11 dan 6.1.12 akan selalu sama selama kejuaraan/kompetisi berlangsung. Suatu contoh penandaan yang digunakan harus ditempatkan pada dinding pemanasan di zona isolasi.
6.1.15
Agar penonton dapat melihat dengan jelas, sebaiknya konstruksi boulder di letakkan pada posisi yang lebih tinggi dari lantai dan dapat terlihat dari berbagai posisi dengan jelas.
6.1.16
Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.
6.2
OBSERVASI
6.2.1
Tidak ada waktu observasi tersendiri untuk kompetisi Boulder karena waktu observasi merupakan bagian dari waktu yang disediakan untuk melakukan pemanjatan pada boulder.
6.2.2
Atlit harus tetap berada pada zona observasi yang telah ditentukan selama periode observasi.
6.2.3
Atlit tidak diijinkan untuk melakukan pemanjatan atau berdiri menggunakan alat bantu. Atlit tidak boleh berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain diluar area observasi. Atlit hanya boleh meminta penjelasan kepada Jury President, Category Judge, Juri atau asisten Juri pada masing-masing boulder. Menyentuh tumpuan dengan tangan atau kaki, atau bagian lain dari dinding (termasuk chalking hold - menambah ketebalan bubuk magnesium pada tumpuan) atau memberi tanda tambahan selama observasi dapat dihitung sebagai 1 (satu) kali usaha pemanjatan pada boulder.
6.2.4
Pada babak Final waktu observasi adalah 2 menit.
6.3
PROSEDUR PEMANJATAN
6.3.1
Pada babak Kualifikasi dan Semi-Final, atlit melakukan pemanjatan pada beberapa boulder dengan urutan yang telah ditentukan. Setelah menyelesaikan setiap boulder, atlit mendapat masa istirahat yang waktunya sama dengan waktu pemanjatan yang disebut waktu rotasi (rotation period) yaitu 5 (lima) menit untuk babak Kualifikasi dan 6 (enam) menit untuk babak Semi-Final, serta 4 (empat) menit untuk babak Final. Setiap boulder terdiri dari suatu daerah yang ditandai dengan jelas agar atlit dapat melihat route dan termasuk matras landasan jatuh.
6.3.2
Pada setiap akhir waktu rotasi, atlit harus segera menghentikan pemanjatan dan masuk ketempat istirahat (resting area). Tempat tersebut harus tidak memungkinkan atlit mengamati boulder manapun. Atlit yang telah menyelesaikan waktu istirahatnya harus segera menghadap ke boulder selanjutnya bersamaan dengan terdengarnya tanda waktu rotasi.
6.3.3
Harus dipastikan bahwa atlit telah menandatangani Lembar Hasil Pemanjatan Boulders sesuai Lampiran 5 sebelum meninggalkan suatu boulder.
46 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6.3.4
Pada babak Final setiap boulder harus dipanjat oleh semua atlit sesuai dengan urutan start masing-masing sebelum melanjutkan ke boulder berikutnya.
6.3.5
Waktu rotasi untuk babak final adalah 4 (empat) menit. Jika sebelum 4 (empat) menit atlit telah menyelesaikan pemanjatannya, atlit tersebut akan segera ke Zona Isolasi terpisah dari atlit yang belum menyelesaikan pemanjatan, dan atlit berikutnya segera melakukan pemanjatan pada boulder tersebut. Fasilitas pemanasan harus disediakan di ruang isolasi terpisah.
6.3.6
Jika semua atlit telah menyelesaikan boulder pertama pada babak Final, mereka semua bergerak menuju boulder kedua. Prosedur yang sama dilakukan untuk dua boulder lainnya.
6.3.7
Suatu pemanjatan pada boulder dianggap telah mulai dilakukan ketika semua anggota tubuh atlit telah meninggalkan matras landasan jatuh.
6.3.8
Awal dan akhir setiap waktu rotasi diumumkan dengan jelas dan tegas. Satu menit tersisa dari waktu rotasi akan diinformasikan dengan tanda yang lain. Tanda yang dipakai akan disepakati pada Technical Meeting dan akan diinformasikan kepada atlit sebelum suatu babak dimulai.
6.3.9
Semua tumpuan harus dibersihkan oleh juri atau asisten juri sebelum atlit memulai usaha pemanjatan pertamanya pada suatu boulder. Atlit boleh meminta tumpuan untuk dibersihkan sebelum melakukan pemanjatan pada boulder, pembersihan atas permintaan atlit tidak mengubah kuota waktu pemanjatan yang dimilikinya. Sikat atau alat lainnya dapat digunakan oleh atlit untuk membersihkan tumpuan yang dapat diraih dari lantai/dasar. Hanya sikat atau bahan lain yang disediakan penyelenggara pada setiap boulder yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
6.3.10
Penggunaan bahan lain selain chalk (bubuk magnesium) hanya dapat dilakukan bila mendapat ijin dari Jury President.
6.3.11
Suatu usaha pemanjatan (attempt) dinilai berhasil jika tumpuan akhir (top) dipegang kedua tangan dan Juri/wasit menyatakan “OK” ( dengan suara atau tanda lainnya).
6.3.12
Suatu usaha pemanjatan dianggap selesai ketika atlit kembali menyentuh lantai dasar/matras, atau telah berakhirnya waktu rotasi (rotation time).
6.3.13
Atlit akan dihentikan jika ia melampaui batas boulder atau menggunakan tumpuan yang dilarang untuk digunakan. Jika rotasi waktu masih tersisa, atlit dapat melakukan usaha pemanjatan boulder lagi.
6.4
INSIDEN TEKNIS
6.4.1
6.4.2
Insiden teknis pada kompetisi Boulders didefinisikan sebagai berikut : a.
Pecah atau longgarnya tumpuan.
b.
Kejadian lain yang dapat merugikan atau keuntungan yang tidak-fair untuk seorang atlit yang terjadi karena tindakan yang tidak dilakukan oleh atlit tersebut.
Pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, jika insiden teknis terjadi karena pecah atau longgarnya tumpuan yang dapat diperbaiki sebelum akhir dari periode pemanjatan yang sedang berjalan, atlit yang mengalami technical incident akan ditawarkan kesempatan untuk melanjutkan pemanjatannya.
47 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a.
Jika atlit memilih untuk melanjutkan maka insiden teknis diakhiri dan tidak ada protes untuk itu.
b.
Jika atlit memilih untuk tidak melanjutkan pemanjatannya dalam periode pemanjatan (rotation period) yang berjalan, maka atlit dapat melakukan pemanjatan setelah suatu babak kompetisi berakhir. Dalam hal ini Jury President akan memutuskan kapan waktu lowong yang tersedia, sehingga atlit yang mengalami insiden melanjutkan pemanjatan pada boulder dimana insiden teknis terjadi. Atlit mempunyai waktu sesuai sisa waktu saat insiden teknis terjadi, dengan minimum 2 (dua) menit.
6.4.3
Pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, jika insiden teknis tidak dapat diperbaiki sebelum rotasi waktu berakhir. Pada saat tanda diumumkan akhir rotasi waktu, babak dihentikan untuk atlit yang mengalami insiden teknis, juga bagi seluruh atlit boulder sebelumnya. Bagi atlit lainnya, babak dilanjutkan. Setelah perbaikan selesai, atlit yang mengalami insiden teknis diijinkan untuk melanjutkan pemanjatan dengan waktu sisa saat terjadi insiden, dengan minimum 2 (dua) menit dalam waktu rotasi. Setelah waktu ini, kompetisi dimulai lagi dengan tanda waktu rotasi bersamaan untuk semua atlit .
6.4.4
Jika insiden teknis terjadi pada babak Final, atlit yang mengalami insiden teknis harus kembali masuk ke Zona Isolasi sambil menunggu perbaikan. Jika perbaikan telah selesai dilakukan, atlit tersebut kembali melakukan pemanjatan. Atlit mempunyai waktu tersisa setelah mengalami insiden teknis minimal 2 (dua) menit.
6.4.5
Jika insiden teknis terjadi, usaha pemanjatan pertama yang dilakukan oleh atlit yang mengalami insiden teknis pada boulder yang sama setelah pemanjatan yang mengakibatkan insiden teknis, dihitung sebagai kelanjutan dari usaha pemanjatan sebelumnya.
6.5
PERINGKAT SETIAP BABAK
6.5.1
Setelah setiap babak kompetisi para atlit berikut ini:
6.5.2
diberi peringkat berdasarkan kriteria
a.
Jumlah total boulder yang berhasil diselesaikan (memegang tumpuan top).
b.
Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) yang menyelesaikan boulder (memegang tumpuan top).
c.
Jumlah total tumpuan bonus yang berhasil di pegang dengan sempurna.
d.
Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) untuk memegang tumpuan bonus.
dilakukan
untuk
Jika terjadi peringkat sama, hasil dari babak sebelumnya diperhitungkan melalui cara perhitungan mundur. Penghitungan mundur tidak dapat diterapkan jika atlit - atlit yang telah pemanjatan dibagi menjadi 2 (dua) grup atau lebih.
6.5.3
Jika setelah dilakukan penghitungan mundur masih terjadi peringkat sama pada peringkat pertama pada akhir babak Final, suatu Super Final diadakan pada satu jalur-masalah.
6.5.4
Semua atlit yang mempunyai peringkat-sama akan mencoba memanjat hanya satu kali dengan urutan pemanjatan yang sama pada saat final, waktu pemanjatan ditentukan oleh Juri Kepala setelah berkonsultasi dengan Pembuat Jalur dan
48 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
pemanjatan harus dilakukan 40 (empatpuluh) detik setelah tanda start. Hasil dari masing-masing atlit akan dinilai menurut Pasal 4.7 Peraturan Kompetisi Lead. 6.5.5
Setelah atlit melakukan pemanjatan, dilakukan pemeringkatan, jika beberapa atlit berhasil mencapai tumpuan top, maka diputuskan mempunyai peringkat - sama dan peringkat akhir diumumkan.
6.5.6
Jika tidak seorangpun mencapai tumpuan top, dan jika masih ada peringkat - sama pada urutan pertama, para atlit ini harus melakukan pemanjatan lagi dengan cara yang sama hingga para atlit tersebut dapat dipisahkan rangkingnya, pemanjatan untuk memisahkan peringkat- sama ini boleh dilakukan paling banyak 6 (enam) kali pemanjatan pada jalur-masalah yang berbeda. Jika peringkat-sama masih tetap terjadi pada akhir Super Final, maka para atlit tersebut dibiarkan mempunyai peringkat-sama.
6.6
KUOTA MASING-MASING BABAK
6.6.1
Pasal ini harus dibaca dengan merujuk Pasal 6.5, diatas, yaitu Peringkat Babak Kompetisi, artinya penentuan peringkat harus diselesaikan sebelum pasal ini diterapkan.
6.6.2
Jika jumlah atlit yang berhasil menyelesaikan boulder pada babak sebelumnya tidak mencukupi, kuota atlit pada babak Final diisi oleh terbaik berikutnya.
6.6.3
Kuota untuk babak Semi- Final adalah 20 (dua puluh) atlit, dan untuk babak final 6 (enam) atlit. Jika kuota ini terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah atlit yang lebih banyak berhak mengikuti babak final.
6.6.4
Kuota untuk nomor beregu untuk babak Final 6 (enam) regu. Jika kuota ini terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah regu yang lebih banyak berhak mengikuti babak final.
6.6.5
Jika babak kualifikasi dilakukan pada dua kelompok, kuota pasti untuk babak berikutnya dibagi sama untuk kedua kelompok tersebut.
6.7
PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO
6.7.1
Rekaman video resmi tentang usaha pemanjatan yang dilakukan seorang atlit, dapat digunakan Juri untuk tujuan memeriksa/meneliti atas permohonan protes resmi.
49 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
50 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7
SPEED
7.1
UMUM
7.1.1
Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
7.1.2
Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak Kualifikasi dan babak Final.
7.1.3
Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada: a.
b. 7.1.4
Format klasik yang terdiri atas: i.
2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (bentang penampang) dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip (Format A).
ii.
4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan dan tingkat kesulitan (grade) yang identik (Format B).
Format World Record dengan 2 (dua) jalur pemanjatan atau lebih dengan panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta grade yang tetap.
Untuk format Klasik setiap peserta melakukan pemanjatan di dua jalur untuk setiap heat-nya, dan untuk format World Record setiap peserta hanya memanjat sekali untuk setiap heat-nya, Untuk format World Record biasanya menggunakan sistim flash
7.1.5
Ketinggian yang direkomendasikan antara 15 – 21 meter dengan panjang overhang maksimal 5 meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih dari 1 meter.
7.2
JALUR
7.2.1
Jalur pemanjatan kategori speed untuk semua babak harus dibuat dengan tingkat kesulitan (grade) yang hampir sama untuk semua jalur yang dipakai pada suatu babak kompetisi, tidak dibenarkan jalur yang memiliki tingkat kesulitan yang jauh antara jalur satu dengan jalur lainnya pada suatu babak kompetisi.
7.2.2
Jika babak Kualifikasi dan babak putaran-Final dilaksanakan: a.
Pada hari yang sama: jalur-jalur untuk kedua babak sama.
b.
Pada hari yang berbeda: jalur-jalur untuk masing-masing babak harus berbeda. Para atlit akan diberitahu mengenai hal tersebut.
7.2.3
Ketinggian sebuah jalur antara 15 - 21 meter, dengan panjang total overhang tidak lebih dari 5 (lima) meter. Apabila jalur mempunyai roof, panjang roof tidak lebih dari 1 meter.
7.2.4
Ketinggian dan konstruksi Jalur Rekor Dunia Speed, panjang lintasan 15 (lima belas) meter dengan kemiringan (overhang) 5º (lima) derajat. Untuk Ketentuan mengenai dimensi dan material dinding panjat speed rekor sesuai Pasal 7.12. Jalur format World Record terdiri dari : a)
10 meter untuk laki - laki dan wanita.
b)
15 meter untuk laki-laki dan wanita.
51 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c)
10 dan 15 meter untuk kelompok umur.
7.3
KESELAMATAN/SAFETY
7.3.1
Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah dengan body-belay.
7.3.2
Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana masing-masing protection point terdiri dari satu cincin kait berkunci (Screwgate Carabiner) ke titik pengaman (protection point) dengan quickdraw sling dan Maillon Rapide 8 mm atau 10mm, yang sesuai dengan spesifikasi pabrik.
7.3.3
Konstruksi Pengaman: Titik pengaman (protection point) top-rope harus dipasang pada batang kontruksi besi yang dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding panjat dengan pengamanan back up yang memadai.
7.3.4
Posisi dari protection point terakhir sebaiknya diatas tombol finish (tombol alat pengatur tanda selesai pemanjatan) pada suatu jalur.
7.3.5
Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu, menghalangi maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu jalur.
7.3.6
7.3.7
7.3.8
Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan: a.
Simpul figure of eight atau,
b.
screwgate karabiner yang telah tersimpul dengan baik, atau dengan menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).
Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di bawah dinding panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kejatuhan tumpuan (hold) atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha pemanjatan suatu jalur, belayer harus memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk menjamin:
a.
Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang terlalu ketat atau yang terlalu longgar.
b.
Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.
c. d.
Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya cedera karena menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.
Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan atau setelah terjatuh, atlit diturunkan ke dasar/lantai. Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.
harus
tidak akan
7.3.9
Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus disingkirkan dari jalur pemanjatan.
7.3.10
Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa saling menganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur tidak tegak lurus, maka harus dibuat dengan arah berlawanan.
52 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.4
PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN
7.4.1
Penghitungan waktu pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan harus dilakukan dengan menggunakan sistem pencatat waktu elektrik (electric timer device).
7.4.2
Jika menggunakan pencatatan waktu elektrik (electric timer device). Tombol yang mengatur waktu harus mempunyai tingkat ketepatan 0,01 detik. Jika sistem pengatur waktu ini mengalami kegagalan pada suatu pemanjatan, maka akan dinyatakan sebagai insiden teknis pada kedua atau semua atlit yang ada di heat pemanjatan. Sistem penghitungan waktu manual tidak akan digunakan dalam kasus ini.
7.4.3
Jika terpaksa menggunakan sistem penghitungan waktu secara manual, setiap jalur harus dilengkapi dengan tombol yang dengan indikator lampu warna merah, dan/atau signal yang dapat didengar. Setiap jalur harus dicatat waktunya oleh wasit dan dua asisten, yang masing-masing mengoperasikan stopwatch. Waktu yang ditempuh atlit ditentukan oleh Category Judge dengan menghitung rata-rata dari ketiga stopwatch, dengan mengabaikan kesalahan pencatatan waktu yang terjadi. Stopwatch yang digunakan memiliki tingkat ketepatan 0,01 detik dengan merk dan spesifikasi yang sama.
7.4.4
Untuk kategori Speed Beregu dan Speed Estafet akan diatur tersendiri.
7.5
PENYELESAIAN JALUR PEMANJATAN
7.5.1
Suatu jalur pemanjatan dikatakan berhasil diselesaikan, apabila atlit sudah melakukan pemanjatan sesuai dengan peraturan, dan atlit telah menekan tombol pengatur waktu (finish) dengan tangannya.
7.5.2
Seorang atlit dianggap tidak menyelesaikan pemanjatan pada suatu jalur, jika: a.
Terjatuh.
b.
Melebihi batas waktu yang ditetapkan untuk tiap jalur.
c.
Menyentuh atau menggunakan bagian-bagian tertentu dari area yang telah diberi pembatasan agar tidak disentuh sesuai dengan Ayat 3.2.2.
d.
Menggunakan pinggir kiri/kanan atau pinggir atas dari dinding panjat.
e.
Setelah melakukan start, menyentuh dasar/lantai dengan bagian tubuh yang manapun.
f.
Menggunakan alat bantu.
7.6
PENGUMUMAN HASIL
7.6.1
Informasi mengenai peringkat dan catatan waktu pemanjatan untuk tiap atlit dalam setiap babak kompetisi dapat ditunjukkan kepada penonton dan manajer, segera setelah pemanjatan selesai setelah hasil diputuskan.
7.6.2
a.
Dengan pengumuman elektronik (pada papan atau layar) atau,
b.
Dengan sebarkan informasi melalui poster atau papan tulis jika butir a tidak tersedia.
Hasil Keseluruhan pertandingan harus menunjukkan catatan waktu yang ditempuh atlit pada setiap jalur dan tiap babak.
53 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.6.3
Laporan hasil kompetisi pada setiap babak dan akhir kompetisi pada semua jalur dan babak kompetisi sesuai format pada Lampiran 7 - 9.
7.7
URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT – FORMAT KLASIK
7.7.1
Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi merupakan kebalikan dari Peringkat Nasional terbaru. Atlit yang tidak masuk peringkat nasional mendapat urutan awal pada babak kompetisi dengan urutan acak (random) sesuai pasal 3.4.4.a.
7.7.2
Jika babak Kualifikasi dan babak Putaran-Final diadakan pada hari yang sama, maka jalur untuk kedua babak tersebut adalah sama. Jika babak Kualifikasi dan babak Final dilakukan pada hari yang berbeda, maka jalur untuk tiap babak harus berbeda. Atlit harus diinformasikan mengenai hal tersebut pada saat Technical Meeting.
7.7.3
Atlit melakukan pemanjatan pada jalur pertama. Apabila berhasil melakukan pemanjatan di jalur pertama, maka dilanjutkan memanjat pada jalur kedua.
7.7.4
Setiap atlit harus dirangking berdasarkan total waktu yang diperoleh dari kedua jalur yang berhasil diselesaikan.
7.7.5
Jika atlit gagal menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan pada babak Kualifikasi, maka atlit tersebut tersisih dan menempati peringkat terakhir.
7.7.6
Jumlah atlit pada babak Final adalah:
a.
Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi adalah 16 (enam belas) atlit atau lebih, maka 16 jumlah atlit yang berhak mengikuti babak Final adalah 16 (enam belas) atlit.
b.
Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 16 (enam belas) atlit, maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak Final adalah 8 (delapan) atlit.
c.
Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 8 (delapan) atlit, maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak Final adalah 4 (empat) atlit.
d.
Jika jumlah atlit yang dapat menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 4 (empat) atlit, maka babak Kualifikasi akan diulang hingga mencapai jumlah atlit yang berhak mengikuti babak putaran Final adalah 4 (empat) atlit. Babak putaran-Final terdiri dari: Per-delapan Final, Per-empat Final, dan Semi-Final serta Final.
7.7.7
Pemanjatan pada babak Putaran-Final dilakukan dengan menggunakan sistem gugur, yaitu ditentukan dari total waktu yang ditempuh atlit pada kedua jalur pemanjatan.
7.7.8
Urutan pemanjatan pada babak Final didasarkan pada rangking akhir babak Kualifikasi, sebagai berikut:
54 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Skema 1: Jika babak final melibatkan 16 atlit Nomor Heat
Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1
1
16
2
8
9
3
4
13
4
5
12
5
2
15
6
7
10
7
3
14
8
6
11
Skema 2: Jika babak final melibatkan 8 atlit Nomor Heat
Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1
1
8
2
4
5
3
2
7
4
3
6
Skema 3: Jika babak final melibatkan 4 atlit Nomor Heat
Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1
1
4
2
2
3
Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1 dibawah: (lihat halaman selanjutnya) Gambar 1: Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit
55 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Gambar 1 Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit . (Huruf Roman tertulis menunjukkan rangking akhir dari atlit).
56 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.7.9
7.7.10
Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak Final:
a.
Jika seorang atlit dalam babak Semi-Final atau Final gagal untuk menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan, maka atlit tersebut gugur dan atlit lawannya dinyatakan sebagai pemenang heat pemanjatan tersebut, apabila atlit lawannya dapat menyelesaikan kedua jalur pemanjatan. Jika kedua atlit gagal untuk menyelesaikan salah satu jalur, maka heat pemanjatan tersebut akan diulang untuk mendapatkan pemenang pada heat pemanjatan tersebut.
b.
Heat pemanjatan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat harus tetap dilakukan dan harus menghasilkan pemenang.
c.
Jika kedua atlit dalam heat pemanjatan Final gagal untuk menyelesaikan jalur mereka, maka heat pemanjatan harus diulang lagi sampai diperoleh pemenangnya.
Peringkat sama (tied competitor):
a.
b.
Pada babak Kualifikasi: i.
Jika terdapat dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama pada babak Kualifikasi untuk ranking terakhir yang berhak mengikuti babak putaran Final, maka semua atlit tersebut tidak berhak mengikuti babak putaran-Final. dan mereka semua diberi peringkat sama.
ii.
Jika dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama dalam babak Kualifikasi, tapi bukan pada peringkat terakhir, maka mereka akan dipisahkan secara acak untuk menentukan peringkatnya dalam babak Final, mereka harus dibagi secara acak untuk penempatan urutan pemanjatan.
Pada babak putaran Final.
i.
Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan babak Semi-Final dan Final, pemenang akan ditentukan dengan melakukan heat pemanjatan tambahan antara kedua atlit.
ii.
Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan selain babak Semi-Final dan Final, maka pemenang akan ditentukan dengan melihat hasil pada heat pemanjatan sebelumnya pada babak Final, atau hasil pemanjatan pada babak Kualifikasi untuk heat pertama dalam babak Final.
7.7.11
Tentang jalur rekor akan ada penambahan setelah peraturan IFSC dikeluarkan.
7.8
URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT WORLD RECORD
7.8.1
Babak Kualifikasi dan babak Putaran- Final dilaksanakan dalam sistem heat pemanjatan pemanjatan, jumlah heat pemanjatan ditentukan oleh jumlah atlit seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
57 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Jumlah Atlit
Jumlah Heat
pemanjatan 1-4
1
5-8
2
9-12
3
13-16
4
17-20
5
21-24
6
25 – 28
7
29 -32
8
dst
dst
Jumlah atlit pada setiap heat pemanjatan ditentukan sedemikian rupa, sehingga jumlah pemanjatan relatif sama antara heat pemanjatan yang satu dengan heat pemanjatan lainnya. Jika hanya terdapat 4 (empat) atlit atau kurang yang terdaftar pada kategori tersebut, maka tidak ada babak kualifikasi. 7.8.2
7.8.3
Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi harus dipersiapkan sesuai dengan prosedur berikut: a.
Urutan pemanjatan (seeding list) atlit ditentukan berdasarkan Peringkat Nasional FPTI terbaru, atlit yang terdaftar tapi mempunyai peringkat paling rendah di beri nomor urutan pertama, demikian seterusnya. Atlit yang tidak masuk dalam Peringkat Nasional FPTI akan ditambahkan ke dalam setiap heat pemanjatan secara acak (random).
b.
Atlit kemudian ditempatkan pada heat pemanjatan dengan urutan pemisahan/pemanjatan secara zig–zag.
c.
Proses pemanjatan antar-Heat pemanjatan pemanjatan harus di gambar dalam bentuk bagan.
d.
Pada saat pemanjatan, atlit dalam.
dengan peringkat lebih baik berada di bagian
Jumlah atlit yang berhak masuk ke putaran Final: a.
Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 16 (enam belas) atau lebih, maka 16 atlit berhak ikut dalam putaran Final.
b.
Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 8 (delapan) dan 15 (lima belas), maka 8 (delapan) atlit berhak ikut dalam putaran Final.
c.
Jika jumlah atlit yang terdaftar antara 5 (lima) dan 7 (tujuh), maka 4 atlit berhak ikut dalam putaran Final.
58 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.8.4
Semua pemenang pada setiap heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi berhak maju ke babak putaran Final. Sisa tempat babak Final akan diisi oleh atlit yang mempunyai catatan waktu tercepat diantara atlit yang masih ada. Jika dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama atau berhak maju ke babak putaran Final, maka akan diadakan heat pemanjatan antara atlit tersebut sampai diantara mereka sampai memperoleh hasil berbeda. Jika terdapat lebih dari 16 heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi, maka 16 atlit dengan catatan waktu terbaik yang berhak maju ke babak putaran Final.
7.8.5
Jika atlit gagal menyelesaikan pemanjatannya pada suatu jalur dalam babak Kualifikasi, maka atlit tersebut tersisih dan ditempatkan pada posisi yang terakhir.
7.8.6
Babak putaran Final terdiri dari: babak per-empat Final, Semi Final, dan babak Final. Setiap babak terdiri atas satu atau beberapa heat pemanjatan tergantung jumlah atlit yang berhak ikut babak putaran Final seperti yang ditunjukkan ayat 7.8.1. diatas.
7.8.7
Urutan pemanjatan pada babak pertama dalam babak putaran Final harus disiapkan sesuai dengan prosedur sebagai berikut: a.
Daftar urutan pemanjatan (seeding list) untuk setiap atlit terbaik pada babak kualifikasi dan diatur sesuai dengan hasil yang dicapai masing-masing atlit pada babak Kualifikasi, atlit yang lolos Kualifikasi dengan catatan waktu paling lambat diberi urutan pemanjatan pertama, diikuti oleh atlit terbaik berikutnya sesuai dengan catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi.
b.
Semua atlit ditempatkan dalam heat pemanjatan dengan urutan pemisahan (seeding list) secara zig –zag dengan cara seperti dibawah ini: Bagan 16 Atlit – Babak Per-empat Final Heat Pemanjatan A
Jumlah Atlit yang Ditempatkan Berdasarkan Peringkat dan Random 1 10 11
B
2
9
12
19
C
3
13
D
4 5
8 7
18 17
E
6
14 15
16
c.
Jika ada beberapa atlit yang gagal menyelesaikan pemanjatannya pada babak Kualifikasi, babak putaran Final akan diikuti jumlah atlit yang lebih sedikit. Namun urutan pemanjatan untuk atlit yang berhak mengikuti babak putaran Final tidak berubah.
d.
Pada saat pemanjatan, atlit dengan peringkat lebih baik berada di bagian dalam.
59 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.8.8
Pada babak putaran Final, dua atlit yang dapat menyelesaikan pemanjatannya dengan waktu tercepat dalam setiap heat pemanjatan berhak maju ke babak berikutnya pada babak putaran Final. Atlit lainnya akan dirangking sesuai dengan catatan waktu yang diperoleh dalam babak putaran Final yang telah diikutinya.
7.8.9
Atlit yang berhak masuk ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan A pada babak per-empat Final akan ditempatkan dalam heat pemanjatan sama pada babak SemiFinal dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan D, dan atlit yang berhak masuk ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan B di babak per-empat Final akan ditempatkan pada tempat yang sama dalam heat pemanjatan babak Semi-Final dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan C.
7.8.10
Atlit pada heat pemanjatan terakhir (final heat) dalam babak putaran Final akan diperingkatkan sesuai dengan catatan waktu yang diperolehnya pada heat pemanjatan Babak Final.
7.8.11
Jika atlit gagal untuk menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak putaran Final, maka atlit tersebut akan diperingkatkan pada posisi terakhir pada babak putaran Final, dan tersisih dari semua heat pemanjatan yang berikutnya.
7.8.12
Jika dua atlit atau lebih mempunyai catatan waktu yang sama pada heat pemanjatan terakhir (final heat) pada babak Final, pemenang akan ditentukan dengan dengan melakukan satu atau beberapa heat pemanjatan tambahan diantara atlit yang mempunyai catatan waktu sama sampai diperoleh hasil yang berbeda diantara mereka.
7.8.13
Jika dua atau lebih atlit mempunyai catatan waktu yang sama pada heat pemanjatan lainnya dalam babak putaran Final, maka peringkat atlit-atlit tersebut ditentukan berdasarkan hasil yang mereka raih pada pemanjatan sebelumnya dalam babak putaran Final, atau jika pada babak pertama dalam babak putaran Final ditentukan oleh catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi. Jika tetap sama, digunakan babak sebelumnya secara berturut-turut akan dihitung dengan prosedur countback. Bagan 16 Atlit – Babak Per-empat Final Heat Pemanjatan A
Peringkat Kualifikasi 1
10
11
B
2
9
12
19 18 17
C
3
8
13
D
4
7
14
E
5
6
15
60 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
16
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Bagan 8 Atlit – Babak Semi Final Heat Peringkat Kualifikasi Pemanjatan 1 4 A 2 3 B
5 6
8 7
3
4
Bagan 4 Atlit – Babak Final Heat Peringkat Kualifikasi Pemanjatan A
1
2
7.9
DEMONSTRASI DAN OBSERVASI
7.9.1
Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus melakukan demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan yang ada.
7.9.2
Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama dengan kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh. Hal ini akan diikuti dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan, Waktu yang dipergunakan untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6 (enam) menit, yang mana Jury President. dapat menentukan berapa waktu observasinya.
7.9.3
Jika digunakan Format-B, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dapat menentukan hanya satu jalur yang dilakukan demonstrasi pemanjatan.
7.9.4
Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau dengan tidak meninggalkan dasar/lantai.
7.10
PROSEDUR PEMANJATAN
7.10.1
Pada saat diinstruksikan untuk memulai/start pemanjatan suatu jalur oleh Category Judge, masing-masing atlit harus mengambil posisi start.
7.10.2
Posisi Start yang benar adalah satu kaki harus di dasar/lantai dan kaki lainnya pada (foothold yang pertama), dan dengan satu atau kedua tangan pada tumpuan pertama (first handhold). Posisi tangan tidak boleh melewati garis start, dan atlit tidak boleh melakukan gerakan sebelum Jury meneriakan ’’Ya’’ atau tanda start yang lain.
7.10.3
Jika kedua atlit sudah pada posisi start, maka Category Judge akan berteriak ”Bersedia” . Kecuali bila ada atlit yang belum siap, selanjutnya Category Judge akan mengatakan ”Siap” dan setelah jeda sebentar (short pause) (<2 detik) Category Judge akan memberikan aba-aba dengan singkat (< 2detik) dan keras, tanda/signal untuk start yang jelas terdengar, atau meneriakkan ”Ya”. jika penghitung waktu yang digunakan adalah manual.
61 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Semua instruksi lisan yang diberikan harus diberikan dengan keras dan dapat didengar dengan jelas. 7.10.4
Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua atlit yang akan melakukan pemanjatan.
7.10.5
Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan tidak ada keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit untuk mendengar tanda untuk start.
7.10.6
Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan pemanjatan kedua atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan jelas terdengar. Atlit yang melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan tersisih.
7.10.7
Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya dengan menekan tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.
7.10.8
Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak kualifikasi, atlit harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge memerintahkan mereka untuk meninggalkan zona tersebut.
7.10.9
Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran Final sudah diselesaikan, harus diperhatikan beberapa prosedur berikut:
7.11 7.11.1
a.
Ketika format Klasik yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat pemanjatan berikutnya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
b.
Ketika format World Record yang diterapkan, semua atlit yang dapat menyelesaikan jalur pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
INSIDEN TEKNIS Insiden teknis dalam kompetisi speed didefinisikan sebagai: a.
Tumpuan (hold) yang pecah atau berputar.
b.
Tali pemanjatan yang terlalu tegang, mengarahkan pemanjatan seorang atlit.
c.
Kegagalan alat pengukur waktu (electric timer device)
d.
Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair bagi seorang atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.
yang
dapat
membantu
atau
7.11.2
Jika seorang atlit mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit yang bersangkutan dapat mengulang pemanjatannya dengan segera setelah perbaikan selesai dilakukan.
7.11.3
Jika seorang atlit mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam babak putaran Final ketika format Klasik diterapkan, dan atlit menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit yang menjadi lawan tersebut akan meneruskan untuk memanjat. Jika insiden teknis dinyatakan benar terjadi, maka kedua atau semua atlit harus mengulang heat pemanjatan tersebut.
7.11.4
Atlit yang terkena insiden teknis harus menunggu di zona isolasi terpisah sampai perbaikan dilakukan. Hal ini juga berlaku pada semua atlit pada babak kualifikasi speed format Klasik, yang telah menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur
62 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
yang tidak terjadi insiden teknis, dan pada atlit yang tetap harus menyelesaikan usaha pemanjatan pada jalur pemanjatan lainnya. 7.11.5
Diberikan waktu jeda minimal 5 (lima) menit untuk atlit yang mengalami technical incident.
7.12
SPEED REKOR
7.12.1
Aturan dan prosedur pemanjatan speed rekor sama dengan speed Format-A.
7.12.2
Jalur dan panjang lintasan dan ketinggian speed rekor adalah identik dan bersifat tetap (topo jalur dan tinggi dinding panjat sesuai Lampiran 10).
7.12.3
Penghitungan waktu Speed Rekor menggunakan Electronic Timer Device dengan merk dan standar yang sesuai dengan ketentuan IFSC.
7.12.4
Speed rekor hanya dipertandingkan pada Kejurnas, Pra-PON/PON dan pada nomor perorangan.
7.12.5
Penghitungan waktu Speed Rekor menggunakan Electronic Timer Device dengan merk dan standar yang sesuai dengan ketentuan IFSC.
7.12.6
Ketentuan dan aturan lebih lanjut akan mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh IFSC.
63 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
64 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8
SPEED – ESTAFET
8.1
UMUM
8.1.1
Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
8.1.2
Speed Estafet adalah sebuah kompetisi kecepatan yang dilakukan oleh 4 (empat) atlit yang tergabung dalam sebuah regu yang melakukan pemanjatan secara estafet atau berantai dimana suatu akan berhadapan dengan regu lain dalam suatu babak.
8.1.3
Speed Estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran. a.
Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.
b.
Suatu nomor kompetisi beregu estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah regu yang mendaftar minimal adalah 6 (enam) regu .
c.
Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.
8.1.4
Speed Estafet dapat dipertandingkan jika jumlah regu yang terdaftar adalah paling sedikit 6 (enam) regu.
8.1.5
Speed Estafet terdiri dari dua kelompok jalur, yang terbagi menjadi Kelompok jalur dan kelompok jalur B dimana masing-masing kelompok jalur terdiri dari 4 (empat) jalur. Kelompok jalur A akan identik dengan kelompok Jalur B.
8.1.6
Masing-masing regu akan melakukan pemanjatan pada kedua kelompok jalur tersebut, catatan waktu pemanjatan masing-masing regu akan diambil waktu pemanjatan terbaik terbaik diantara kedua kelompok jalur tersebut.
8.2
DEMONSTRASI DAN OBSERVASI
8.2.1
Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus melakukan demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan dalam Kelompok jalur–A atau Kelompok jalur–B.
8.2.2
Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama dengan kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh. Hal ini akan diikuti dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan, Waktu yang dipergunakan untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6 (enam) menit, yang mana Jury President. dapat menentukan berapa waktu observasinya.
8.2.3
Jika ke-empat jalur pada tiap Kelompok Jalur adalah identik, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dapat menentukan hanya satu jalur yang dilakukan demonstrasi pemanjatan.
8.2.4
Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau dengan tidak meninggalkan dasar/lantai.
8.3
PROSEDUR PEMANJATAN
8.3.1
Kompetisi Speed-Estafet dilakukan dengan menggunakan 8 (delapan) jalur terbagi menjadi 2 Kelompok Jalur Pemanjatan yang mana setiap Kelompok Jalur terdiri dari 4 (empat) jalur untuk masing-masing regu, sesuai poin 8.1.3 diatas.
65 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8.3.2 8.3.3
8.3.4
Setiap Regu akan melakukan 2 (dua) kali usaha pemanjatan, yaitu pemanjatan pada Kelompok Jalur–A dan Kelompok Jalur–B. Prosedur Pemanjat Speed – Estafet adalah sebagai berikut: a.
Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing-masing pada Kelompok Jalur–A dan regu yang lain pada Kelompok Jalur–B, urutan pemanjatan masing-masing regu pada tiap Kelompok Jalur sesuai dengan urutan yang dibuat oleh manajer tim.
b.
Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera melakukan pemanjatan setelah aba-aba start disampaikan.
c.
Jika terjadi kesalahan start pada atlit pertama pada suatu regu, maka atlit yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang diantara kedua regu. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka suatu regu akan didiskualifikasi.
d.
Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda akhir (finish) jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan pemanjatan di jalur kedua.
e.
Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan pemanjatan di jalur ketiga.
f.
Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit keempat mulai melakukan pemanjatan di jalur keempat.
g.
Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu sebagai tanda akhir dari pemanjatan beregu-estafet.
h.
Setelah masing-masing regu menyelesaikan pemanjatan pada suatu kelompok jalur (A atau B), maka kedua regu akan bertukar tempat, dan prosedur yang sama akan diterapkan pada usaha pemanjatan pada kelompok jalur yang lain.
Suatu regu dinyatakan gugur apabila: a.
Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan sementara atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya belum menyelesaikan pemanjatan (mencuri start pada jalur berikutnya). Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan mengangkat tangan.
b.
Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
8.3.5
Jika terjadi insiden teknis pada salah satu regu, maka pemanjatan regu tersebut akan diulang seluruhnya.
8.4
INSIDEN TEKNIS
8.4.1
Insiden teknis dalam kompetisi Speed - Estafet didefinisikan sebagai:
66 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a.
Tumpuan (hold ) yang pecah atau berputar.
b.
Tali pemanjatan yang terlalu tegang, mengarahkan pemanjatan seorang atlit.
c.
Kegagalan alat pengukur waktu elektrik (electric timer device).
d.
Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair bagi seorang atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.
yang
dapat
membantu
atau
8.4.2
Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha pemanjatannya, maka pemanjatan suatu regu akan diulang semuanya.
8.4.3
Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam babak putaran-final dan atlit menghentikan usaha pemanjatannya, maka regu yang menjadi lawan nya akan meneruskan untuk memanjat.
8.4.4
Regu yang atlit nya mengalami insiden teknis harus menunggu di zona isolasi terpisah sampai perbaikan dilakukan.
8.4.5
Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha pemanjatannya, maka pemanjatan suatu regu akan diulang semuanya.
8.5
JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI
8.5.1
Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.
8.5.2
Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri dari 2 (dua) atlit putra dan 2 (dua) atlit putri.
8.5.3
Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan, untuk estafet-campuran atlit cadangan terdiri 1 (satu) orang putra dan 1 (satu) orang putri.
8.5.4
Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh) menit sebelum ruang isolasi nomor beregu-estafet dibuka.
8.5.5
Daftar urutan pemanjatan harus sudah diterima Category Judge 10 menit sebelum suatu babak dimulai.
8.5.6
Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu-estafet terdiri dari 8 (delapan) regu atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua) babak, yaitu Kualifikasi dan putaran-Final.
8.6
PENILAIAN SPEED ESTAFET
8.6.1
Babak Kualifikasi: a.
Penyususunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu terbaik yang diperoleh setiap regu pada kedua Kelompok Jalur. Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut mendapat penalti tambahan waktu 200 detik untuk pemanjat pertama, 180 detik untuk pemanjat kedua, 160 detik untuk pemanjat ketiga, 140 detik untuk pemanjat keempat.
67 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8.6.2
8.7
b.
Jika terjadi peringkat sama, peringkat ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masing-masing regu, regu yang memiliki atlit dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
c.
Jika peringkat atlit tidak bisa dipisahkan dengan mekanisme 8.6.1. b, maka akan diadakan kualifikasi ulang dengan hanya melibatkan satu pemanjat dari masing-masing regu. Regu dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
Babak Putaran – Final. a.
Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan bagan 7.7.8.
b.
Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan sistem gugur, yaitu: i.
Berdasarkan total waktu terbaik yang ditempuh semua atlit dari masingmasing regu diantara kedua Kelompok Jalur.
ii.
Waktu pemanjatan yang digunakan untuk menentukan peringkat suatu adalah waktu tempuh terbaik yang diperoleh masing-masing regu pada kedua Kelompok Jalur Pemanjatan.
iii.
Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan kedua regu diulang sampai pemisahan peringkat dapat dilakukan, maksimal 4 (empat) kali. jika sampai dengan pemanjatan yang keempat nilai masih sama, maka penentuan pemenang akan dilakukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masing-masing regu, regu yang memiliki catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
iv.
Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut dinyatakan gugur.
PENGGANTIAN ATLIT a.
Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan yang telah didaftarkan.
b.
Apabila atlit yang bersangkutan diganti dikarenakan cedera atau sakit, harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis serta memiliki kualifikasi yang disediakan panitia.
c.
Selama putaran-Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
d.
Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.
68 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9
SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA
9.1
PENGERTIAN
9.1.1
Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) merupakan serangkaian kejuaraan resmi FPTI skala nasional yang terjadwal selama satu tahun.
9.1.2
Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri atas: a.
Sirkuit Nasional.
b.
Sirkuit Provinsi/Daerah.
9.1.3
Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang sah dengan status domisili tetap di suatu provinsi yang direkomendasikan oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut terdaftar.
9.1.4
Badan Sirkuit Nasional adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan Kompetisi dan Sirkuit Panjat tebing Indonesia ditingkat nasional.
9.1.5
Badan Sirkuit Daerah adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan Kompetisi dan Sirkuit Panjat Tebing Indonesia ditingkat provinsi.
9.1.6
Tugas Badan Sirkuit antara lain: a.
Mempromosikan kegiatan Sirkuit kepada masyarakat.
b.
Mengkoordinasikan bidang-bidang teknis dalam FPTI untuk memperlancar setiap seri Sirkuit.
c.
Memastikan bahwa setiap seri Sirkuit dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
d.
Menyusun dan mempublikasikan daftar peringkat berjalan serta Peringkat Akhir Nasional pada saat akhir musim Kompetisi.
9.1.7
Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Kejuaraan serta Sirkuit dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
9.1.8
Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu terdiri dari FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.
9.2
UMUM
9.2.1
Sirkuit Nasional maksimal digelar sebanyak 6 (enam) seri dalam setahun yang dapat disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu) seri Grand Final.
9.2.2
Sirkuit Provinsi maksimal digelar sebanyak 4 (empat) seri dalam setahun yang dapat disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu) seri Grand Final.
9.2.3
Seri Sirkuit merupakan Kompetisi resmi bersifat profesional, maka 3 atlit menempati posisi teratas berhak atas hadiah uang dan medali.
yang
69 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9.2.4
Seri Sirkuit merupakan kejuaraan resmi yang dijadikan dasar penghitungan Peringkat Nasional, atlit yang berada pada peringkat 1- 30 akan memperoleh nilai yang akan dijadikan dasar penghitungan peringkat nasional.
9.2.5
Nilai tersebut akan diakumulasi dan pada saat musim kompetisi berakhir akan diumumkan daftar Peringkat Nasional.
9.2.6
Setiap Sirkuit Nasional yang diadakan FPTI harus meliputi nomor-nomor untuk pria dan perempuan. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan untuk mengikuti Sirkuit Nasional.
9.3
PENYELENGGARA SIRKUIT
9.3.1
Setiap seri Sirkuit diselenggarakan oleh suatu organisasi.
9.3.2
Organisasi atau penyelenggara yang akan menyelenggarakan suatu seri Sirkuit harus mengajukan permohonan kepada Badan Sirkuit Nasional/Daerah sebelum pelaksanaan Rakernas/Rakerda.
9.3.3
Penyelenggara setiap seri Sirkuit harus sudah diagendakan pada Rapat Kerja Nasional/Daerah FPTI.
9.3.4
Jadwal setiap seri Sirkuit paling lambat sudah diumumkan setiap akhir tahun.
9.3.5
Penyelenggara wajib menanggung setiap kerugian yang timbul karena perubahan jadwal yang dilakukannya. Penyelenggara yang tidak bertanggung jawab dimasukkan kedalam daftar hitam (blacklist organiser) yang hanya bisa dibatalkan atas kebijakan Ketua Umum FPTI.
9.4 9.4.1
KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI Setiap seri Sirkuit wajib mempertandingkan ketiga kategori kompetisi, yaitu: a.
Lead.
b.
Speed.
c.
Boulder.
Jika tidak mungkin menggelar ketiga kategori kompetisi, maka diperbolehkan mempertandingkan minimal 2 kategori kompetisi, yaitu: Lead dan Speed, atau Speed dan Boulder, atau Lead dan Boulder. 9.4.2
Hanya nomor perorangan yang wajib dilaksanakan pada setiap kategori.
9.4.3
Waktu Pelaksanaan Sirkuit Nasional maksimum 4 hari jika menyelenggarakan semua katagori (Lead, Boulder dan Speed ). Dan maksimal 3 hari jika menyelengarakan 2 kategori (misal Lead dan Speed).
9.5
KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
9.5.1
Kuota atlit dan ofisial: a.
Setiap Pengurus Daerah FPTI berhak mengirimkan/merekomendasikan maksimal 12 (dua belas) atlit putra dan 12 (dua belas) atlit putri.
b.
Pengda FPTI tuan rumah berhak mengirimkan/merekomendasikan maksimal 20 (dua puluh) atlit putra dan 20 (dua puluh) atlit putri.
70 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c.
Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan/merekomendasikan maksimal 1 (satu) orang manajer tim, 2 (dua) orang pelatih dan 2 (dua) orang ofisial.
d.
Daftar nama atlit, manajer dan ofisial harus sudah diterima Badan Sirkuit Nasional/Daerah paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan suatu seri Sirkuit. (Lihat Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010)
9.6
BIAYA ADMINISTRASI PESERTA
9.6.1
Setiap peserta yang berpartisipasi dalam setiap seri Sirkuit dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 75.000 (Sirkuit Nasional) dan Rp. 30.000 (Sirkuit Daerah) untuk setiap atlit pada setiap seri Sirkuit yang diikutinya.
9.6.2
Uang administrasi diatas dialokasikan 40% sebagai uang kas FPTI ( PP FPTI untuk Sirkuit Nasional dan Pengda tuan rumah Sirkuit Daerah) dan 60% menjadi hak Panitia Penyelenggara.
9.6.3
Biaya tersebut sudah termasuk kaos Kompetisi peserta Sirkuit.
9.6.4
Uang yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan dengan alasan apapun.
9.7
PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT
9.7.1
Minimal tiga atlit terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali dan hadiah uang yang disediakan oleh penyelenggara dalam setiap seri Sirkuit Nasional/Daerah.
9.7.2
Tiga puluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai seperti diatur pada pasal 9.8 dibawah.
9.7.3
Penyelenggara wajib menyediakan hadiah berupa uang dengan total hadiah minimal sebesar Rp. 20 juta (Sirkuit Nasional) dan Rp. 10 juta (Sirkuit Daerah) untuk setiap seri. Hadiah dalam bentuk barang tidak dapat dianggap sebagai hadiah berupa uang.
9.7.4
Setiap seri Sirkuit ditetapkan sebagai kejuaraan kelas utama dengan bobot kompetisi adalah 4 (empat).
9.8
PERINGKAT SIRKUIT NASIONAL/DAERAH
9.8.1
Pada tiap akhir Sirkuit Nasional/Daerah, 30 atlit terbaik suatu kategori, baik pria dan perempuan akan diberi nilai:
71 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 100 80 65 55 51 47 43 40 37 34
Peringkat 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nilai 31 28 26 24 22 20 18 16 14 12
Peringkat 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
9.8.2
Nilai yang diperoleh atlit setiap selesainya Sirkuit Nasional/Daerah akan dijumlahkan. Kumpulan nilai akan dihitung ulang setiap selesainya Sirkuit Nasional/Daerah dan atlit yang mempunyai nilai akan dirangking dari nilai tertinggi sampai terendah berdasar akumulasi nilai yang diperoleh. Peringkat Sirkuit Nasional/Daerah untuk Lead, Boulder dan Speed akan dipublikasikan setiap akhir dari tiap babak pada Sirkuit Nasional/Daerah.
9.9
LAIN-LAIN
9.9.1
Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh kartu ID dari suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti seri Sirkuit.
9.9.2
Rentang waktu antar seri Sirkuit dalam satu musim (nasional atau daerah) tidak boleh kurang dari 14 (empat belas hari), kecuali jika dua seri atau lebih dilaksanakan dalam jarak tidak lebih dari 100 (seratus) kilometer atau 2 (dua) jam perjalanan darat.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Sirkuit Nasional diatur tersendiri dalam ’Manual Sirkuit Panjat Tebing Indonesia’
72 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10
KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI
10.1
PENDAHULUAN
10.1.1
Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Tebing FPTI adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja Nasional/Rapat Kerja Daerah FPTI.
10.1.2
Atlit adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI atau Pengurus Cabang FPTI dimana atlit tersebut adalah pemegang Kartu Identitas Atlit (KIAT) yang syah di provinsi/kabupaten tersebut. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan untuk mengikuti Kejurnas/Kejurda FPTI.
10.1.3
Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI untuk Kejuaraan Nasional, dan terdiri dari unsur-unsur Pengurus Cabang FPTI tuan rumah dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuaraan Daerah.
10.1.4
Juara umum adalah Pengda FPTI atau Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak medali terbaik.
10.2
OFISIAL KOMPETISI FPTI
10.2.1
Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda Panjat Tebing FPTI, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.
10.2.2
Semua biaya yang timbul akibat penunjukkan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan menjadi tanggung jawab Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
10.2.3
Jika dianggap perlu, Tim Routesetting dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat penambahan ini menjadi tanggungjawab Pengda/Pengcab FPTI tuan rumah.
10.3
KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
10.3.1
Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi: a.
Kompetisi Lead.
b.
Kompetisi Speed.
c.
Kompetisi Boulder.
d.
Multipitch.
e.
Speed Rekor.
f.
Speed Estafet.
73 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10.3.2
Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor: a.
Perorangan putra (pa) dan putri (pi).
b. Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit . c.
Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).
10.3.3
Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak mendaftarkan satu regu, kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
10.3.4
Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan di Kejurnas FPTI jika jumlah atlit atau regu yang akan berpartisipasi minimal 20 atlit untuk nomor perorangan dan atau 6 regu untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran.
10.3.5
Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan berdasarkan: a.
Lead-Boulder beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan pada nilai akumulasi yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
b.
Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu tercepat yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
10.3.6
Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulders terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu Kualifikasi, Semi-Final dan Final. Kuota regu pada babak Semi Final untuk nomor beregu ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua belas) regu dan babak Final adalah 6 (enam) regu.
10.4
KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
10.4.1
Kuota atlit dan ofisial: a.
Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 10 (sepuluh) putra dan 10 (sepuluh) putri.
b.
Pengda FPTI tuan rumah penyelenggara Kejurnas berhak mengirimkan 15 (lima belas) putra dan 15 (lima belas) putri.
c.
Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
d.
Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/Kejurda. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas/Kejurda.
10.5
PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI
10.5.1
Tiga terbaik untuk setiap nomor kompetisi berhak atas medali yang disediakan oleh PP FPTI/Pengda FPTI. Untuk peringkat 1, 2, dan 3 tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu atlit atau regu.
10.5.2
Tigapuluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai berikut:
74 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 100 80 65 55 51 47 43 40 37 34
Peringkat 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nilai 31 28 26 24 22 20 18 16 14 12
Peringkat 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
10.5.3
Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan berdasarkan Kelompok Umur masing-masing.
10.5.4
Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan Kelas Umum, pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak lagi mengikuti kejuaraan/Kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah Kelompok Umur FPTI sesuai dengan Kelompok Umurnya dan peringkat Kelompok Umurnya akan dicabut.
10.6
NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI
10.6.1
Dari kuota atlit pada 10.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi dengan aturan sebagai berikut:
75 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
No
Alokasi Atlit
Nomor Kompetisi
Atlit Inti Semua Pengda
Tuan Rumah
Atlit Cadangan
A
Nomor perorangan
A.1 1
Nomor Peorangan Putra Lead
2
4
2
2
Speed
2
4
2
3
Boulder
2
4
2
4
Speed Rekor
2
4
2
A.2
Nomor Perorangan Putri
1
Lead
2
4
2
2
Speed
2
4
2
3
Boulder
2
4
2
4
Speed Rekor
2
4
2
B
Nomor Non Perorangan
B.1
Beregu Putra
1
Lead
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
2
Speed
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
3
Boulder
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
4
Multipitch
2 ( 1 Tim )
4 ( 2 Tim)
2
5
Speed Estafet
4 ( 1 Tim )
8 ( 2 Tim )
2
B.2
Beregu Putri
1
Lead
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
2
Speed
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
3
Boulder
3 ( 1 Tim )
6 ( 2 Tim)
2
4
Multipitch
2 ( 1 Tim )
4 ( 2 Tim)
2
5
Speed Estafet
4 ( 1 Tim )
8 ( 2 Tim )
2
B.3
Beregu ganda-campuran
1
Lead
1 pa+1 pi (1 Tim )
2 pa+2 pi (2 Tim )
1 pa + 1 pi
2
Speed
1 pa+1 pi (1 Tim )
2 pa+2 pi (2 Tim )
1 pa + 1 pi
3
1 pa+1 pi (1 Tim )
2 pa+2 pi (2 Tim )
1 pa + 1 pi
4
Boulder Multipitch Berantai)
5
Speed Estafet
(Lead 1 pa+1 pi (1 Tim )
2 pa+2 pi (2 Tim )
1 pa + 1 pi
2 pa+2 pi (1 Tim )
4 pa+4 pi (2 Tim )
1 pa + 1 pi
76 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10.6.2
Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya tidak akan ada pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam’PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI’
77 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
78 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11
KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR
11.1
PENDAHULUAN
11.1.1
Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah (Kejurda) FPTI Kelompok Umur adalah kompetisi panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.
11.1.2
Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut berdomisili. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit domisili tetap di provinsi tersebut.
(KIAT) yang syah dengan status
11.1.3
Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI dan untuk Kejurda terdiri dari unsur Pengurus Daerah FPTI dan Pengurus Cabang FPTI.
11.1.4
Juara umum adalah Pengda/Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak medali terbaik.
11.2
OFISIAL KOMPETISI FPTI
11.2.1
Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda Panjat Tebing FPTI, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.
11.2.2
11.2.3
Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab Pengurus PusatFPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda, antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergipulang, akomodasi, konsumsi, dan honor. Jika dianggap perlu, Tim Routesetting dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat penambahan ini menjadi tanggung jawab Pengda FPTI tuan rumah.
11.3
KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
11.3.1
Kategori kompetisi yang dipertandingkan dalam Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur ini meliputi: a.
Kompetisi Lead.
b. Kompetisi Speed. c.
Kompetisi Boulder.
79 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
d. Speed Rekor. 11.3.2
Setiap kategori kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan perorangan putri.
11.3.3
Suatu nomor kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan secara tersendiri, jika jumlah peserta minimal 6 (enam) atlit. Jika tidak memenuhi kuota tersebut, maka pelaksanaan kompetisi nomor tersebut digabung dengan nomor kompetisi kelompok umur lainnya, namun penyusunan peringkat tetap dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.
11.4
PENGELOMPOKAN UMUR
11.4.1
Kejurnas FPTI Kelompok Umur memasukkan kategori Lead dan Speed untuk kelompok umur sebagai berikut:
Tahun Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014
Spider C 2003 2001 2004 2002 2005 2003 2006 2004 2007 2005
Spider B 2000 1999 2001 2000 2002 2001 2003 2002 2004 2003
Tahun Kelahiran Spider A Youth B 1998 1997 1996 1995 1999 1998 1997 1996 2000 1999 1998 1997 2001 2000 1999 1998 2002 2001 2000 1999
Youth A 1994 1993 1995 1994 1996 1995 1997 1996 1998 1997
11.5
LEAD DAN SPEED
11.5.1
Kompetisi kategori Lead dan Speed diadakan sesuai dengan format yang disetujui FPTI dengan pengecualian sesuai dengan Pasal 3.1.
11.5.2
Kompetisi kategori Lead terdiri dari 3 babak, disebut: a.
Babak Kualifikasi terdiri atas 2 jalur yang berbeda.
b.
Babak Semi Final dan Final. Babak kualifikasi diadakan sesuai dengan aturan European Youth Cup. Babak Semi Final dan Final diadakan sesuai dengan aturan pada Bab 4 dari Peraturan Kompetisi FPTI.
11.5.3
Dalam kompetisi Speed, semua heat pemanjatan pada babak awal dalam babak Final (Perdelapan Final, Perempat Final, Semi Final dan heat pemanjatan yang digunakan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat) harus sudah lengkap dilaksanakan untuk semua kelompok umur, sebelum heat pemanjatan pada babak berikutnya dimulai.
11.6
BOULDER
11.6.1
Kompetisi Boulder, hanya dipertandingkan untuk kelompok umur : a.
Youth B.
b. Youth A. c. 11.6.2
Junior.
Semua kompetisi Boulders dijalankan sesuai dengan Bab 6 Boulder.
80 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Junior 1992 1993 1994 1995 1996
1991 1992 1993 1994 1995
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11.7
KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
11.7.1
Kuota atlit dan ofisial:
a.
Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 3 (tiga) putra dan 3 (tiga) putri, untuk setiap kelompok umur, kecuali tuan rumah berhak mengirimkan paling banyak 6 (enam) putra dan 6 (enam) putri, untuk setiap kelompok umur.
b.
Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
c.
Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/kejurda. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas. Formulir pendaftaran Kejurnas sesuai Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010.
d).
Jury President berhak menolak daftar atlit yang diterima terlambat atau meminta perubahan kategori kompetisi.
11.8
ALOKASI ATLIT PADA SETIAP KATEGORI
11.8.1
Dari kuota atlit pada Pasal 6.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi pada masing-masing kelompok umur dengan aturan sebagai berikut:
11.8.2
Setiap Atlit diijinkan mengikuti lebih dari satu Kategori kompetisi. No 01 02 03 04 05 06
11.9
Nomor Kompetisi Lead perorangan putra Lead perorangan putri Speed perorangan putra Speed perorangan putri Boulder perorangan putra Boulder perorangan putri
Alokasi Atlit 2 2 2 2 2 2
Tuan Rumah 4 4 4 4 4 4
BIAYA ADMINISTRASI PESERTA a.
Setiap FPTI peserta yang berpartisipasi dalam Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.500.000.
b.
Pelunasan biaya administrasi dan denda administrasi dilakukan sebelum dilaksanakan Kejurnas Kelompok Umur FPTI. Peserta yang tidak melunasi biaya dan denda administrasi tidak akan diijinkan berpartisipasi pada Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur berikutnya.
c.
Uang administrasi dan denda administrasi pada Pasal 11.9.a-b diatas disetorkan ke rekening resmi FPTI selanjutnya dialokasikan dengan aturan sebagai berikut:
81 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
•
40% untuk FPTI.
•
60% untuk FPTI Tuan Rumah.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam ’PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI’
82 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12
KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR
12.1
PENDAHULUAN
12.1.1
Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional (Diknas), Komite Olahraga Nasional (KON) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang Pembinan Olahraga Departemen Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja FPTI
12.1.2
Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.
12.1.3
Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu: a.
Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS)
b.
Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL)
c.
Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR)
d.
Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten
12.1.4
Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan Diknas Propvinsi yang merupakan wakil /atau juara dari setiap jenjang atau tingkat Kejuaraan antar Pelajar.
12.1.5
Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus FPTI dan Diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat kejuaraan, yaitu Kejurnas Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR yang diselenggarakan.
12.1.6
Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi memperoleh medali terbaik.
12.2
PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR
12.2.1
Peserta Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, dikelompokkan sesuai dengan tingkat pendidikan siswa atau pelajar, sebagai berikut: a.
12.2.2
yang
Sekolah Dasar (SD)/Sederajat
b.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat
c.
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat
Untuk Pekan Olahraga Pelajar: POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR, dikelompokkan sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan siswa/pelajar, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai kelompok umur, yaitu: a.
Sekolah Dasar (SD): i)
Spider Kid – C: 7 – 9 tahun.
ii)
Spider Kid – B: 10 – 12 tahun.
83 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
b.
c.
Sekolah Menengah Pertama (SMP): i)
Spider Kid – A: 12 – 13 tahun.
ii)
Youth B: 14 – 15 tahun.
Sekolah Menengah Atas (SMA): i)
Youth A: 16 – 17 tahun.
ii)
Junior: 18 – 19 tahun.
12.3
OFISIAL KOMPETISI FPTI
12.3.1
Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar; POPNAS dan POPWIL dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuraan Antar Pelajar Daerah dan PORJAR/PORSENIJAR provinsi, atas Permintaan Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan tingkatan Kejuaraan yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar.
12.3.2
Ofisial Kompetisi tersebut, terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.
12.3.3
Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan tingkatan Kejuaraan antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
12.4
KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
12.4.1
Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi: a.
12.4.2
Lead.
b.
Boulder.
c.
Speed.
d.
Speed Rekor.
Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor: a.
Perorangan putra (pa) dan putri (pi).
b.
Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit.
c.
Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).
12.4.3
Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak mendaftarkan satu regu, kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
12.4.4
Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan, jika jumlah atlit atau regu yang akan berpartisipasi minimal 12 atlit untuk nomor perorangan dan atau 6 regu untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran.
12.4.5
Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan berdasarkan:
84 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a.
Lead-Boulder beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
pada
nilai
b.
Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu tercepat yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
12.4.6
Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulder terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu Kualifikasi, Semi-Final dan Final. Kuota regu pada babak semi-final untuk nomor beregu ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua belas) regu dan babak final adalah 6 (enam) regu.
12.5
KUOTA ATLIT DAN OFISIAL
12.5.1
Kuota atlit dan ofisial: a.
Setiap Diknas Kabupaten/Pengcab FPTI, Diknas Provinsi/Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 5 (lima) putra dan 5 (lima) putri, untuk masingmasing kelompok, sesuai poin 12.2.1 diatas.
b.
Setiap Diknas/Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
c.
Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejuaraan. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran.
d.
Ketentuan mengenai Kuota mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.
12.6
ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN
12.6.1
Ketentuan mengenai administarasi dan pendafataran tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.
12.6.2
Ketentuan yang belum diatur disini akan diatur antara FPTI dengan Dinas Pendidikan.
85 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
86 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13
KEDISIPLINAN DALAM KOMPETISI
13.1
PENGERTIAN
13.1.1
Kedisiplinan adalah ketaatan atau kepatuhan pada Peraturan Kompetisi ini yang wajib dilaksanakan oleh atlit, ofisial atau manajer tim, Ofisial Kompetisi, dan penyelenggara Kompetisi.
13.1.2
Zona Kompetisi merupakan bagian dari arena kompetisi yaitu antara lain terdiri dari: a.
Zona Isolasi.
b.
Zona Transit (Call Zone).
c.
Zona disekitar sarana kompetisi.
d.
Dinding Panjat.
Denah lay out zona kompetisi sesuai Lampiran 1. Tata Ruang Kompetisi. 13.1.3
Kompetisi adalah kejuaraan panjat tebing yang mempertandingkan beberapa kategori dan nomor kompetisi.
13.1.4
Tim Ofisial adalah personal yang mewakili atlit untuk mengurus dan menangani administrasi dan keperluan atlit selama kejuaraan/kompetisi, tim ofisial bisa terdiri dari manajer tim, pelatih dan ofisial medis.
13.1.5
Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia PP FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu terdiri dari FPTI delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.
13.2
KEDISIPLINAN ATLIT
13.2.1
Jury President mempunyai kewenangan menyeluruh terhadap aktivitas dan keputusan mengenai kompetisi dalam area pertandingan, Pasal 1.4.3.2.b.
13.2.2
Jury President dan Category Judge mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi terhadap pelanggaran aturan kompetisi dan ketidakdisiplinan seorang atlit selama dalam zona kompetisi:
13.2.3
13.2.4
a.
Informal, peringatan secara lisan.
b.
Peringatan resmi yang ditandai dengan pemberian Kartu Kuning
Jury President mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan sebagai berikut: a.
Mendiskualifikasi dari kompetisi yang disertai dengan menunjukkan Kartu Merah.
b.
Atlit yang telah menerima kartu merah tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan/kompetisi yang direkomendasi FPTI berikutnya.
Peringatan dengan Kartu Kuning sesuai dengan Pasal 13.2.2.b. di atas dapat diberikan untuk pelanggaran terhadap aturan sebagai berikut: a.
Pelanggaran terhadap instruksi Category Judge atau Jury President yang menyebabkan:
87 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13.2.5
i)
Keterlambatan untuk masuk ke zona isolasi pada waktu yang telah ditentukan.
ii)
Keterlambatan untuk meninggalkan zona transit dan masuk ke zona kompetisi ketika diinstruksikan.
iii)
Gagal untuk memulai start sesuai dengan instruksi Category Judge.
b.
Tidak mematuhi aturan dan peraturan FPTI mengenai perlengkapan dan pakaian.
c.
Kesalahan karena tidak memakai nomer start yang dipasang di dada yang sudah disediakan.
d.
Ketidakhadiran peserta dalam upacara pembukaan.
e.
Ketidakhadiran finalis dalam upacara penghormatan pemenang/penyerahan hadiah (UPP).
f.
Tidak mematuhi instruksi Category Judge dan/atau Jury President.
g.
Mengucapkan kata-kata kotor atau mengumpatdan berbuat tidak sopan.
Pemberian Kartu Kuning kedua dalam satu Kejuaraan/kompetisi dapat membuat atlit didiskualifikasi dari kejuaraan/kompetisi. Pemberian Kartu Kuning ketiga dalam waktu yang sama akan menyebabkan:
13.2.6
a.
Jika atlit sudah terdaftar untuk mengikuti kompetisi yang akan diadakan FPTI berikutnya, maka atlit tersebut tidak dapat mengikuti kompetisi tersebut.
b.
Jika atlit belum terdaftar, maka atlit tidak diijinkan untuk mendaftar dalam kejuaraan/kompetisi yang akan diadakan FPTI berikutnya, ini sama dengan sanksi pemberian kartu kuning ketiga.
Diskualifikasi tanpa Sanksi lebih lanjut: Pelanggaran-pelanggaran atas peraturan berikut dapat menyebabkan atlit diberikan sanksi Kartu Merah dan segera didiskualifikasi dari kompetisi tanpa sanksi lebih lanjut, antara lain akibat: a.
13.2.7
Melakukan observasi jalur dari luar zona observasi yang diijinkan.
b.
Menggunakan peralatan yang tidak diijinkan.
c.
Atlit belum mempersiapkan peralatan pada saat akan mulai pemanjatan.
d.
Atlit melakukan modifikasi pada kostum pertandingan dan atau tidak menggunakan kostum atau nomor punggung resmi kompetisi yang dierikan penyelenggara.
e.
Menggunakan peralatan komunikasi tertentu yang dilarang selama dalam zona isolasi atau area lain yang terlarang.
f.
Atlit melakukan komunikasi dengan cara apapun dengan orang yang berada diluar zona isolasi.
Pelanggaran-pelanggaran atas peraturan berikut akan membuat atlit diberikan Kartu Merah dan dengan segera didiskualifikasi dari kejuaraan/kompetisi dan kasusnya dibawah kepada Komisi Disiplin FPTI. Dengan sanksi skorsing tidak boleh mengikuti Sirkuit Nasional dan Kejurnas atau, dalam kasus pelanggaran aturan dalam kompetisi yang bukan Sirkuit atau Kejurnas tidak boleh mengikuti satu kejuaraan/kompetisi yang diadakan FPTI:
88 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a.
Pelanggaran -pelanggaran peraturan yang disengaja dalam zona kompetisi, zona isolasi dan zona transit,antara lain:
i.
Mengumpulkan informasi mengenai jalur pemanjatan yang akan ditempuh atlit diluar dari yang seharusnya.
ii. Mengumpulkan dan/atau memberikan informasi kepada atlit lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan.
iii. Menganggu atlit lain yang sedang bersiap-siap, atau sedang melakukan pemanjatan suatu jalur.
iv. Tidak mematuhi instruksi yang diberikan para wasit dan/atau ofisial kompetisi.
v. Perilaku tidak sportif atau melakukan gangguan serius selama kompetisi. vi. Menghina, mengancam atau berperilaku kasar terhadap ofisial FPTI, penyelenggara, anggota tim (termasuk para atlit ) atau pihak lain.
vii. Menolak untuk mematuhi aturan mengenai promosi yang berhubungan dengan pakaian atau perlengkapan lain.
viii. Tidak berpartisipasi pada acara resmi atau kegiatan resmi lainnya. b.
13.2.8
13.2.9
Pelanggaran yang dilakukan di luar zona kompetisi tetapi dalam arena publik/penonton, antara lain: i.
Perilaku tidak sportif atau melakukan gangguan serius lain terhadap jalannya kompetisi.
ii.
Menghina, mengancam atau berperilaku kasar dan tidak sopan terhadap Ofisial Kompetisi FPTI, penyelenggara, anggota tim (termasuk para atlit ) atau pihak lain.
Dalam waktu secepatnya setelah dikeluarkannya Kartu Kuning atau Kartu Merah, Jury President akan: a.
Menyampaikan pernyataan tertulis kepada tim manajer atlit , atau jika tidak ada tim manajer, langsung kepada atlit yang bersangkutan, mengenai pelanggaran yang dilakukan dan apakah Jury President akan membawa kasus tersebut ke Komisi Disiplin FPTI untuk pemberian sanksi lebih lanjut.
b.
Jury President akan mengirimkan copy pernyataan tersebut lengkap dengan laporan detail termasuk bukti-bukti dan rekomendasi mengenai pemberian sanksi lebih lanjut ke Komisi Disiplin FPTI.
Protes atas keputusan Jury President berkaitan dengan pemberian Kartu Kuning dan kartu Merah, harus mengikuti aturan sesuai Bab 14. Prosedur Protes Dalam Kompetisi.
13.3
KEDISIPLINAN TIM OFISIAL
13.3.1
Tim Ofisial akan diberlakukan sama seperti atlit dan akan diperlakukan sebagaimana layaknya.
89 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13.4
KEDISIPLINAN OFISIAL KOMPETISI
13.4.1
Pelanggaran Kedisiplinan yang dilakukan oleh Ofisial Kompetisi FPTI (Jury President, Category Judge, Chief Routesetter Route Judge) harus dilaporkan kepada FPTI Delegate.
13.4.2
FPTI delegate mempunyai kewenangan untuk menilai tindakan tidak-disiplin yang dilakukan oleh Ofisial Kompetisi.
13.4.3
Jika FPTI Delegate menganggap bahwa tindakan tidak - disiplin telah dilakukan oleh Ofisial Kompetisi, maka FPTI Delegate akan melaporkan tindakan ketidak-disiplinan tersebut. Laporan ini dapat menjadi dasar pemberian sanksi kepada pelaku ketidakdisiplinan.
13.4.4
Sanksi atas setiap tindakan tidak-disiplin yang dilakukan Ofisial Kompetisi akan ditetapkan oleh FPTI, dan hal ini tidak membatalkan atau mengubah keputusan mengenai hasil suatu Kejuaraa/kompetisi yang telah diambil.
13.5
KEDISIPLINAN PIHAK LAIN
13.5.1
Jury President mempunyai wewenang untuk mengusir dengan segera dari area kompetisi, siapapun yang melanggar peraturan kompetisi, jika perlu menunda semua aktifitas kompetisi sampai permintaannya dipenuhi.
90 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14
PROSEDUR PROTES DALAM KOMPETISI
14.1
UMUM
14.1.1
Semua protes dan jawaban atas protes dilakukan secara tertulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
14.1.2
Suatu permohonan protes hanya akan diterima jika disertai dengan uang protes yang telah ditetapkan tersendiri.
14.2
JURI PROTES
14.2.1
Pada setiap permohonan protes tertulis yang diajukan, Jury President akan membentuk Juri Protes yang terdiri dari: •
Jury President,
•
FPTI Delegate FPTI,
•
Category Judge yang tidak terlibat dalam kasus bersangkutan.
14.2.2
Satu keputusan akan dibuat secepatnya dan keputusan Jury Protes akan dibuat dalam bentuk tertulis dan disampaikan oleh Jury President kepada manajer tim dan atau atlit yang secara resmi mengajukan protes.
14.2.3
Keputusan yang dibuat Juri Protes, jika berkaitan dengan Pasal 14.3. dan 14.4. dibawah adalah merupakan keputusan final dan tidak bisa diajukan protes lebih lanjut.
14.3
PROTES ATAS KEPUTUSAN JURI MENGENAI PEMANJATAN SUATU JALUR
14.3.1
Protes yang dilakukan berkaitan dengan Bab 3, Peraturan Umum Kompetisi, ayat 3.10.3., dari Peraturan Kompetisi ini:
14.3.2
14.3.3
a.
Dalam kasus dimana Category Judge, telah melihat dengan seksama rekaman video sebelum mengambil keputusan, Category Judge akan mengijinkan atlit untuk menyelesaikan pemanjatan sesuai dengan Peraturan Kompetisi.
b.
Jika pemanjatan telah selesai dilakukan, peringkat atlit segera diinformasikan oleh Jury President, pada suatu babak kompetisi setelah melihat hasil rekaman video pada akhir babak kompetisi tersebut.
Pengukuran ketinggian untuk kategori Lead dan Boulder: rekaman video resmi dapat digunakan oleh Jury President atau Category Judge untuk mengkonfirmasi aturan ”pegang/sentuh” berkaitan dengan pengukuran ketinggian dan peringkat atlit pada akhir suatu babak kompetisi. Rekaman video untuk tujuan penjurian: a.
Hanya rekaman video resmi yang bisa digunakan oleh Jury President dan Category Judge sebagai dasar penjurian.
b.
Rekaman video hanya digunakan untuk masalah yang timbul dari Pasal 3.2.2. dan 3.2.3 diatas.
91 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c.
Melihat rekaman video resmi terbatas hanya untuk Jury President , Category Judge, Chief Routesetter, FPTI Delegate.
14.4
PROTES SETELAH HASIL SUATU BABAK KOMPETISI DIUMUMKAN
14.4.1
Protes atas peringkat atlit setelah menyelesaikan suatu babak dalam kompetisi, dan setelah hasil resmi diumumkan, harus dibuat tidak lebih dari 10 (sepuluh) menit setelah hasil diumumkan. Permohonan protes ini harus dibuat hanya berdasarkan hasil yang diumumkan pada akhir setiap babak kompetisi.
14.4.2
Protes harus dibuat tertulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ditujukan kepada Jury President oleh manajer tim atau (jika manajer tim resmi tidak ada, oleh atlit). Protes harus disertai dengan biaya yang telah ditetapkan.
14.4.3
14.5
Kompetisi Speed: a.
Dalam kasus protes atas peringkat atlit yang diumumkan, permohonan protes dibuat sesuai dengan ayat 14.4.1 di atas.
b.
Dalam babak putaran Final , pernyataan protes harus segera dilakukan setelah pengumuman hasil yang diperoleh atlit dalam pemanjatan. Pernyataan protes harus diikuti dengan pengajuan protes secara tertulis. Category Judge akan segera mengajukan masalah tersebut kepada Jury President. Pada heat pemanjatan yang selanjutnya, jika terkait dengan atlit yang mengajukan protes akan ditunda sampai Jury President mengumumkan keputusannya. Tidak ada biaya yang dibayarkan dalam protes jenis ini.
PROTES KEPADA FPTI DELEGATE
14.5.1
Protes atas laporan FPTI Delegate harus diajukan oleh Ofisial Kompetisi ke FPTI.
14.5.2
Ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh FPTI Delegate hanya dapat dilaporkan oleh penyelenggara. Laporan harus ditujukan kepada FPTI paling lambat 3 x 24 jam setelah kompetisi dinyatakan ditutup.
14.5.3
FPTI berhak memberikan sanksi kepada FPTI Delegate. Sanksi yang diberikan bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
14.5.4
Untuk protes jenis ini tidak dikenakan biaya.
14.6
KOMISI DISIPLIN FPTI
14.6.1
Komposisi dan prosedur Komisi Disiplin FPTI dijelaskan dalam dokumen FPTI yang berhubungan dengan hal tersebut.
14.7
BIAYA PROTES
14.7.1
Besarnya biaya protes ditetapkan dalam Technical Meeting untuk setiap kasus, tidak ada protes kolektif.
14.7.2
Biaya protes dibayarkan kepada Jury President dan atas pembayaran ini akan diberikan tanda terima pembayaran.
92 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14.7.3
Jika protes diterima, maka biaya tersebut akan dikembalikan kepada manajer tim (jika tidak ada manajer tim, kepada atlit) yang mengajukan protes. Jika protes ditolak maka biaya tersebut tidak dikembalikan dan pengelolaan atas biaya protes tersebut menjadi wewenang Jury President.
93 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
94 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
LAMPIRAN-LAMPIRAN
95 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
96 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 1
97 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 2 SPESIFIKASI DINDING PANJAT Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur wajib •
Tinggi dinding minimal = 12m.
•
Tinggi dinding maksimal = 20 m.
•
Lebar masing-masing bagian dari dinding minimal = 5m (keadaan khusus akan berlaku).
• •
Panjang jalur minimal = 15m. Dinding harus mampu menampung setidak -tidaknya 2 jalur yang dijalankan secara serentak.
•
Dinding harus cukup miring untuk memungkinkan dibuatnya jalur-jalur 8b style-kompetisi.
•
Dinding panjat memiliki overhang minimal 200 dan memiliki roof minimal 2 m.
• •
Karakter dinding harus mempunyai variasi yang signifikan dalam tinggi dan lebar dinding Disain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional yang relevan, di Eropa standar ini adalah EN 12572. Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3Dimensi dan variasi bentuk harus dibuat.
•
Dinding harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya semua sisi dinding panjat dengan kata lain bagian-bagian samping dinding harus ditambahkan.
•
Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas • Karakter dinding boleh dirubah pada malam hari atau bahkan di antara babak-babak kompetisi. Untuk kompetisi BOULDER, unsur-unsur wajib • Harus ada cukup bagian-bagian dari dinding boulder yang berlainan untuk memungkinkan 6 problem dipanjat dengan serempak, masing-masing dinding boulder harus diantara dinding memiliki sebuah kadar perbedaan yang signifikan dari boulder yang lain. •
Setidak-tidaknya untuk babak Final, semua problem harus bisa dilihat dari satu arah, dengan kata lain bahwa semua problem harus menghadap kearah yang sama.
• •
Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal 30 cm. Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan terpisah harus di cover, sehingga tidak ada kemungkinan atlit jatuh diantara sambungan matras. Tinggi maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terendah pada tubuh atlit Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3Dimensi harus dibikin. Boulder seharusnya tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong pemanjat untuk memanjat bagian atas boulder kecuali jika aturan tinggi maksimal tidak terlewati. Dinding harus didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya sisi lain dinding panjat, dengan kata lain bagian -bagian samping harus ditambahkan.
• • • •
98 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
SPESIFIKASI DINDING PANJAT (lanjutan) Untuk kompetisi BOULDER, unsur-unsur bebas • Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk harus diatur untuk memberi sebanyak mungkin penonton dapat memperoleh sudut pandang yang bagus dari semua boulder . • Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan serentak maka harus ada cukup bagianbagian yang berlainan dari boulder untuk memungkinkan 12 problem dipanjat dengan serentak. Untuk kompetisi SPEED, unsur -unsur wajib •
Tinggi jalur harus 15-20m
•
Total overhang pada dinding maksimal 5 m
•
Lebar dinding speed harus 3 m
•
Dinding tidak boleh mempunyai roof yang lebih panjang dari 1m
• •
Dinding harus didisain untuk menampung 2 jalur dengan panjang/kesulitan/style yang sama Masing-masing jalur harus diamankan dengan 2 titik belay, dan diatur sedemikian rupa sehingga tali tidak mengganggu pemanjat Jalur-jalur dan titik belay harus diatur sehingga para pemanjat jatuh menjauh satu sama lain
• •
Untuk Speed Rekor:
- Tinggi jalur 15 m, lebar 3m dan overhang 50 - Topo jalur dan jenis tumpuan (hold), mengikuti ketentuan IFSC
Untuk Speed Estafet, Unsur wajib • Harus tersedia 8 papan speed yang bentuk dan kemiringannya identik • Kemiringan yang dianjurkan adalah 100 • Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet. Untuk kompetisi Speed, unsur-unsur bebas • Variasi Jalur dan tumpuan selalu berubah pada setiap kompetisi.
99 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 3
FASILITAS ZONA ISOLASI Dinding pemanasan isolasi – wajib Dinding pemanasan isolasi – bebas Toilet
Lokasi
Ukuran zona dan fasilitas umum – wajib
Dinding pemanasan harus dilengkapi dengan matras, yang harus bersambungan. Dinding pemanasan harus mempunyai Hold-hold pilihan yang jenis dan pembuatnya sama dengan yang dipakai dalam kompetisi. Ketinggian maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3 m. (meter), ini diukur dari titik terbawah dari badan. Sebuah dinding pendinginan yang terpisah, yang bisa digunakan oleh pemanjat setelah mereka selesai melakukan pemanjatan (yaitu, tidak di dalam zona isolasi) bisa disediakan. Area ini seharusnya dilengkapi dengan makanan dan minuman dan tidak boleh dimasuki oleh publik/orang umum. Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan minimal 2 untuk putra dan 2 untuk putri.
Zona isolasi harus ditempatkan di dalam jarak tempuh 5 menit dengan jalan kaki dari arena pemanjatan utama. Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan transport dari zona isolasi terutama jika jaraknya melebihi 300m. Berbagai sarana untuk menjaga pemanjat tetap hangat dan kering harus disediakan jika perjalanannya termasuk keluar ruangan.
Zona isolasi harus memiliki dinding pemanasan. Zona isolasi harus memiliki sebuah area dengan tempat duduk untuk semua pemanjat. Zona isolasi harus memiliki sebuah area untuk aktivitas aerobik. Zona isolasi tidak boleh memiliki telepon umum. Sebuah area untuk merokok harus disediakan, ini harus di luar tetapi harus dijaga. Zona isolasi seharusnya berada di tempat yang tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang sedang terjadi di arena kompetisi.
Ukuran zona dan fasilitas umum –
Sebuah area untuk stretching harus disediakan. Sebuah area terpisah seharusnya disediakan untuk katering. Koran, majalah panjat dan video panjat seharusnya disediakan begitu juga dengan suatu ‘hiburan’ lainnya.
bebas
100 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
FASILITAS ZONA ISOLASI (lanjutan) Zona isolasi harus benar-benar tertutup dari area publik. Hanya pemanjat, ofisial tim dan ofisial resmi yang diperbolehkan berada di dalam area. Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi jika ada ijin dari Jury President. Keselamatan
Catering
Pemanjat dan ofisial tim tidak diperbolehkan memiliki (membawa) telepon genggam dan alat-alat perekam atau transmisi elektronik di dalam zona isolasi. Penyelenggara harus mempunyai sarana untuk mengumpulkan, memberi label, menyimpan dengan aman dan mengembalikannya kepada pemilik setelah pemanjat bertanding dalam babak tersebut atau bagi Ofisial Tim ketika mereka meninggalkan zona isolasi. Minuman dingin: Penyelenggara harus menyediakan cukup air untuk pemanjat dalam setiap babak. Harus ada air mineral dan air bersoda. Akan lebih baik jika ada jus buah dan soft-drink lainnya. Minuman hangat: Penyelenggara harus menyediakan kopi dan teh untuk pemanjat dalam setiap babak. Makanan: Penyelenggara harus menyediakan buah, kue-kue, sport bar, roti dan roti isi seperti; keju dan yang lain untuk pemanjat dalam setiap babak. Makanan hangat dapat juga disediakan di antara babak-babak.
101 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 4 LEMBAR HASIL PEMANJATAN
[Kop surat kompetisi]
Nama kompetisi: Tanggal kompetisi:
…………………………………………[isi dg nama kompetisi] …………………………………………[isi dg tgl kompetisi]
LEMBAR HASIL PEMANJATAN BABAK: [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super - final] NOMOR: [Putra/Putri] NAMA ATLET: ………………………………………… NO. ID CARD: ………………………………………… KATEGORI: Lead LEAD WAKTU PEMANJATAN: ……………………….. NILAI DICAPAI: ………………………..
KATEGORI: BOULDER NOMOR JALUR: TOP: BONUS:
Boulder ………………. YA/TIDAK JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: ………………… YA/TIDAK JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..
KATEGORI : Kecepatan SPEED - FORMAT A CATATAN WAKTU: JALUR-A: ……………………. JALUR-B: ……………………. SPEED RECORD CATATAN WAKTU: JALUR-A: JALUR-B: SPEED – FORMAT B CATATAN WAKTU:
…………………………. ………………………….
………………………..
Category Judge:
102 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 5 Lembar Hasil Pemanjatan Boulders Lihat tabulasi pada Jalur-Masalah 2. Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis tabulasinya. Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh JalurMasalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5. Nama kompetisi: Tanggal: Babak:
………………………………………….. ………………………………………….. [Kualifikasi/Semi-final/Final]
Nama Atlit : NoID:
………………………………………….. …………………………………………..
Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T pada attemp yang dilakukannya. Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang tersedia. Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan. Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada operator display untuk diumumkan kepada penonton.
103 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 6 LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL [Kop surat kompetisi]
Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi] Jenis kompetisi: …………………………………………………………………… [isi dengan jenis kompetisi] LEMBAR HASIL
BABAK: ……….....………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final] KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders] No.
No. ID
Nama Lengkap
Klub
Daerah
NOMOR: …....………………………………………………………………. [Putra/Putri]
Tempat kompetisi: …………………………………………... Tanggal: …………………………………………... Waktu diumumkan: …………………………………………... Batas waktu protes: …………………………………………...
Category Judge
…………………………………………...
104 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Nilai/Waktu
Rangking
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 7 LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK [Kop surat kompetisi]
Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi] Jenis kompetisi: …………………………………………………………………..… [isi dengan jenis kompetisi]
LEMBAR HASIL BABAK: ………………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final] KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders] NOMOR: …………………………………………………………………. [Putra/Putri]
No. ID
Nama Lengkap
Klub
Daerah
Nilai/Waktu
Rangking
No.
Tempat kompetisi: Tanggal: Waktu diumumkan: Batas waktu protes:
…………………………………………... …………………………………………... …………………………………………... …………………………………………...
Category Judge
Jury President
…………………………………………...
………………………………
105 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 8 Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek
LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL [Kop surat kompetisi] Nama kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dg nama kompetisi] Jenis kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dengan jenis kompetisi]
LEMBAR HASIL BABAK: KATEGORI: NOMOR:
Kualifikasi Boulders Putri
Tempat kompetisi: …………………………………………………… Tanggal: …………………………………………………… Waktu diumumkan: …………………………………………………… Batas waktu protes: …………………………………………………… Category Judge
…………………………………………………… KETERANGAN Pada kolom Jalur-1 sampai Jalur -4 TOP=1, artinya atlit berhasil menyelesaikan jalur-masalah AT=1, artinya atlit berhasil meraih TOP pada usaha pemanjatan (attemp) ke-1. B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama. Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14). AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha pemanjatan. Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis mempunyai nilai TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan. Pada kolom total TOP=3, artinya atlit berhasil menyelesaikan 3 jalur-masalah AT=3, artinya untuk 3 TOP tersebut atlit melakukan dalam 3 kali attemp. B=4, artinya atlit berhasil meraih 4 Tumpuan Bonus. AB=6, artinya untuk meraih 4 Tumpuan bonus tersebut, atlit melakukan 6 kali usaha pemanjatan (attemp). Peringkat 6 dan 7 seharusnya mempunyai peringkat sama yaitu 6. Peringkat 8 dan 9 harus mempunyai peringkat sama yaitu 8.
106 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 9
LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI [Kop Surat Kompetisi]
Nama kompetisi : ………………………………………………………….…. [isi dengan nama kompetisi] Jenis kompetisi : ……………………………………………………………….[isi dengan jenis kompetisi]
LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI KATEGORI: …………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders] NOMOR: ……………………………………………................. [Putra/Putri]
No.
No. ID
Nama Lengkap
Klub
Daerah
Nilai/Waktu Kualifikasi Semi-final Final Rangking
Tempat kompetisi: ……………………………………………………………… Tanggal: ……………………………………………………………… Waktu diumumkan: ……………………………………………………………… Batas waktu protes: ……………………………………………………………….
Category Judge
Jury President
……………………...
…………………………
107 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 10 TOPO JALUR SPEED REKOR
108 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 11
109 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010