KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 Tahun 2014
TENTANG
PETUNJUK PELAK3ANAAN PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbani
Mengingat
a.
bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 23 Tahun 2010 tentang Penatausahaan dan Pengelolaan Rumah Negara Di Lingkungan Kementerian Perhubungan telah mengatur mengenai kegiatan penatausahaan dan pengelolaan untuk Rumah Negara yang ada di lingkungan Kementerian Perhubungan;
b.
bahwa diperlukan petunjuk pelaksanaan untuk mengatur secara khusus pengelolaan Rumah Negara yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Rumah Negara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
1.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);
2.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2004
Nomor
5,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
-2-
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2005
Nomor
64,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515);
4.
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;
5.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
6.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
7.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;
8.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 23 Tahun 2010 tentang Penatausahaan dan Pengelolaan Rumah Negara Dilingkungan Kementerian Perhubungan;
9.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, sebagaimana telah
diubah
dengan
Peraturan
Menteri
Perhubungan
Nomor PM 68 Tahun 2013;
10.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
-3-
11.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN UDARA
DIREKTUR TENTANG
PENGELOLAAN
RUMAH
JENDERAL
PERHUBUNGAN
PETUNJUK
NEGARA
PELAKSANAAN
DI
LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.
Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
2.
Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memangku jabatan tertentu tersebut.
3.
Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh pegawai negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada negara.
4.
Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya.
5.
Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan atau proses administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6.
Penghunian adalah kegiatan untuk menghuni Rumah Negara sesuai fungsi dan statusnya.
-4-
7.
Pengalihan Status adalah perubahan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III atau perubahan status Rumah Negara Golongan I
menjadi Rumah Negara Golongan II atau sebaliknya yang berdiri sendiri dan/atau berupa satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya. 8.
Pengalihan hak rumah negara adalah penjualan Rumah Negara Golongan III yang berdiri sendiri dan/atau berupa satuan Rumah Susun beserta atau
tidak beserta tanahnya kepada penghuni dengan cara sewa beli. 9.
Kementerian adalah Kementerian Perhubungan.
10.
Menteri adalah Menteri Perhubungan.
11.
Sekretaris
Jenderal
adalah
Sekretaris
Jenderal
adalah
Direktorat
Jenderal
adalah
Direktur
Jenderal
adalah
Sekretaris
Kementerian Perhubungan. 12.
Direktorat
Jenderal
Perhubungan Udara. 13.
Direktur
Jenderal
Perhubungan Udara. 14.
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 15.
Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaran untuk bandar yang belum diusahakan secara komersial.
16.
udara
Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang
diangkat
oleh
Menteri
dan
memiliki
kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan,
keamanan,
dan
pelayanan
penerbangan. 17.
Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU), Kepala Balai-Balai dan Kepala Satuan Pelayanan (Satpel) di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
-5-
BAB II
PENGADAAN RUMAH NEGARA Pasal 2
(1)
Pengadaan Rumah Negara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dilakukan dengan cara :
(2)
a. b.
pembangunan; tukar menukar;
c.
hibah; dan
d.
perolehan lainnya yang sah.
Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b, dilakukan sesuai dengan rencana kebutuhan dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3)
Pembangunan Rumah Negara untuk pejabat dan/atau pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan di atas lahan bersertifikat atas
nama Pemerintah Republik Indonesia diperuntukkan bagi Direktorat Jenderal.
(4)
yang
Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibangun menurut tipe Rumah Negara dan kelas bangunan yang peruntukkannya disesuaikan dengan
jabatan, pangkat dan golongan pegawai negeri sipil calon
penghuni,
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran I Peraturan ini.
(5)
Pengadaan Rumah Negara dapat dilaksanakan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan negara melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
BAB III
PENETAPAN STATUS RUMAH NEGARA
Pasal 3
(1)
Pejabat Eselon II dan Kepala Kantor di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengadaan Rumah Negara, wajib mendaftarkan Rumah Negara kepada
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau pejabat yang ditunjuk yaitu sebagai berikut : a.
untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
kepada
Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
-6-
b.
untuk wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota
Jakarta melalui Dinas Pekerjaan Umum provinsi yang membidangi Rumah Negara.
(2)
Pengajuan pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beserta kelengkapannya tercantum pada Lampiran II Peraturan ini.
(3)
Pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan/ ditembuskan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal. Pasal 4
(1)
Pejabat Eselon II dan Kepala Kantor mengusulkan penetapan status Rumah Negara kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal paling lambat 3 (tiga) bulan, sejak didaftarkan kepada Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2)
Usulan penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II pada Kantor Otoritas Bandar Udara, Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU), Balai-Balai dan Satuan Pelayanan (Satpel) di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dilakukan secara berjenjang, dengan melampirkan beberapa dokumen sebagai berikut : a. kartu inventarisasi Rumah Negara; b. kartu legger;
(3)
c.
gambar legger;
d.
bukti pendaftaran Rumah Negara.
Sekretaris Jenderal untuk dan atas nama Menteri
menetapkan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II .
BAB IV
PENGHUNIAN
Pasal 5
(1)
Sekretaris Jenderal untuk dan atas nama Menteri
menerbitkan
keputusan
izin
penghunian
atau
keputusan pencabutan penghunian Rumah Negara Golongan I atas dasar usul Sekretaris Direktorat
Jenderal dan Kepala Kantor terkait.
(2)
Rumah Negara Golongan I dihuni oleh pejabat Direktorat Jenderal sepanjang masih memangku jabatannya.
-7-
(3)
Pejabat Direktorat Jenderal yang menghuni Rumah Negara Golongan I wajib menandatangani Surat Ketentuan Penghunian Rumah Negara Golongan I dan menaati ketentuan kewajiban dan larangan penghunian Rumah Negara yang ada dalam surat tersebut, sebagaimana tercantum pada Lampiran III.3 Peraturan ini
(4)
Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak lagi memangku jabatannya wajib mengosongkan dan menyerahkan Rumah Negara Golongan I kepada Direktorat Jenderal dalam waktu
paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya jabatan tersebut, melalui : a.
Sekretaris
b.
Pusat Direktorat Jenderal; Kepala Kantor untuk Kantor Otoritas Bandar
Direktorat
Jenderal
untuk
Kantor
Udara, UPBU, Balai-Balai dan Satpel. Pasal 6
(1)
Keputusan Penunjukkan Penghunian Rumah Negara Golongan II diterbitkan oleh : a.
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
untuk
Kantor
Pusat Direktorat Jenderal;
b.
Kepala Kantor untuk Kantor Otoritas Bandar Udara, UPBU, Balai-Balai dan Satpel.
(2)
Keputusan penunjukkan penghunian Rumah Negara Golongan II berpedoman pada kriteria kedinasan dan faktor sosial pegawai negeri sipil yang bersangkutan.
(3)
Kriteria kedinasan dan faktor sosial pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi antara lain :
a. b. c. d. e. f. g.
(4)
masa kerja; pangkat dan golongan; jabatan/ eselon; pendidikan; daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3); keterangan tidak memiliki rumah;dan susunan keluarga.
Kriteria kedinasan dan faktor sosial pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran III.l Peraturan ini.
-8-
(5)
Penilaian penghunian yang berdasarkan kriteria kedinasan dan faktor sosial pejabat dan/atau pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan ambang batas nilai sebagai berikut :
a. b. c. d.
Tipe Tipe Tipe Tipe
B, C, D, E,
ambang batas ambang batas ambang batas ambang batas
penilaian penilaian penilaian penilaian
82,50; 72; 59,50; 51.
(6)
Bentuk penilaian penghunian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.2 Peraturan ini.
(7)
Calon penghuni Rumah Negara Golongan II sebelum menempati rumah wajib menandatangani Surat Ketentuan Penghunian Rumah Negara Golongan II dan menaati ketentuan kewajiban dan larangan penghunian Rumah Negara yang ada dalam surat tersebut, sebagaimana tercantum pada Lampiran III.4 Peraturan ini.
(8)
Kewajiban penghunian Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (6), sebagai berikut : a. membayar sewa;
(9)
b.
memelihara;
c. d. e.
memanfaatkan rumah sesuai fungsinya; membayar Pajak Bumi dan Bangunan;dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan/atau gas.
Larangan penghunian Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , sebagai berikut : a. mengubah sebagian atau seluruh bentuk Rumah Negara;
b. c. d.
e.
(10)
menyewakan sebagian atau seluruh bagian Rumah Negara; memanfaatkan Rumah Negara tidak sesuai dengan fungsinya; menyerahkan hak penghunian Rumah Negara kepada pihak lain;dan menggunakan Rumah Negara untuk kegiatan yang melanggar peraturan perundang-undangan dan/atau norma kesusilaan.
Rumah Negara Golongan II dihuni oleh pejabat dan/atau pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal sepanjang yang bersangkutan masih berstatus sebagai pejabat dan/atau pegawai negeri sipil.
-9-
(11)
Pejabat dan/atau pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak lagi memangku jabatannya dan/atau tidak lagi menjadi pegawai negeri sipil wajib mengosongkan dan menyerahkan Rumah Negara Golongan II, kepada Kementerian dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah
berakhirnya jabatan dan/atau status pegawai negeri sipil, melalui : a.
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
untuk
Kantor
b.
Pusat Direktorat Jenderal; Kepala Kantor untuk Kantor Otoritas Bandar
Udara, UPBU, Balai-Balai dan Satpel.
(12)
Sekretaris Direktorat Jenderal dan Kepala Kantor menerbitkan Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara
Golongan
Penghunian
II
Rumah
atau
Negara
Surat
Pencabutan
Golongan
II
yang
dikelolanya.
(13)
Bentuk Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (12), sebagaimana tercantum pada Lampiran III.5 Peraturan ini.
Pasal 7
(1)
Masa berlaku Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan II adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang/dicabut
setelah
dilakukan
evaluasi
oleh Sekretaris Direktorat Jenderal atau Kepala Kantor.
(2)
Masa berlaku Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan II dapat berakhir sewaktu-waktu sebelum
3 (tiga) tahun, jika pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal yang bersangkutan : a. b.
pensiun; meninggal dunia;.
c. d.
dimutasi keluar daerah atau ke lain instansi; berhenti atas kemauan sendiri;
e.
diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat;
f.
menyerahkan hak penghunian kepada Direktorat Jenderal; atau
g.
dicabut izin penghuniannya. Pasal 8
Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan II dapat dicabut apabila :
a.
pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal yang bersangkutan tidak mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (8) dan ayat (9); dan
-10-
b.
menurut hasil evaluasi, pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal yang bersangkutan tidak lagi layak menghuni Rumah Negara Golongan II.
BAB V
PENGALIHAN STATUS
Pasal 8
(1)
Rumah Negara Golongan I dapat diubah statusnya menjadi Rumah Negara Golongan II atau sebaliknya.
(2)
Rumah Negara Golongan I dapat difungsikan sebagai mess atau asrama dengan terlebih dahulu mengubah statusnya menjadi Rumah Negara Golongan II.
(3)
Pengalihan status Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah Negara Golongan II dapat dilakukan dalam hal :
a. b.
adanya perubahan atau penggabungan organisasi Kementerian;dan/atau berdasarkan penilaian Menteri sudah tidak memenuhi fungsi sebagaimana ditetapkan semula. Pasal 9
(1)
Pengalihan Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan I dapat dilakukan dalam hal:
a. b.
secara teknis memenuhi syarat sebagai Rumah Negara Golongan I; dan Rumah Negara Golongan II atau berbentuk mess/asrama yang tidak dihuni.
(2)
Rumah Negara Golongan II dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III setelah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III adalah sebagai berikut : a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess atau asrama; b. Rumah Negara Golongan II yang berasal dari Rumah Negara Golongan I;
-11-
c.
Rumah Negara yang merupakan bagian dari fasilitas kantor;atau
d.
Rumah Negara yang masih dalam sengketa atau menurut Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang bermasalah. Pasal 10
Pengalihan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
Tanah
b.
bersertifikat; Telah terdaftar di Kementerian Pekerjaan Umum
c.
d. e.
f.
g.
h.
tempat
berdirinya
Rumah
Negara
telah
dan Perumahan Rakyat dan telah memiliki status golongan; Umur Rumah Negara sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sejak dimiliki oleh Negara atau sejak ditetapkan perubahan fungsinya sebagai Rumah Negara; Penghuni telah memiliki masa kerja sebagai pegawai negeri paling kurang 10 (sepuluh) tahun; Penghuni Rumah Negara memiliki Surat Izin Penghunian (SIP) yang sah dan suami atau istri yang bersangkutan belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; Penghuni menyatakan bersedia mengajukan permohonan pengalihan hak paling singkat 1 (satu) tahun terhitung sejak rumah tersebut menjadi Rumah Negara Golongan III dengan ketentuan karena kelalaian mengajukan permohonan tersebut kepada penghuni dikenakan sanksi membayar sewa 2 (dua) kali dari sewa setiap bulannya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Rumah dan/atau tanah tidak dalam sengketa berdasarkan surat pernyataan dari instansi yang bersangkutan, sebagaimana tercantum pada Lampiran V.8 Peraturan ini; dan Hasil kajian Sekretaris Direktorat Jenderal menyatakan bahwa Rumah Negara Golongan II dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III.
-12-
Pasal 11
(1)
Prosedur pengalihan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III sebagai berikut : a. Penghuni mengajukan surat permohonan pengalihan status kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dan/atau Kepala Kantor; b. Sekretaris Direktorat Jenderal dan/atau Kepala Kantor secara berjenjang mengajukan usul pengalihan status Rumah Negara kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal;
c.
d.
e.
Sekretaris Direktorat Jenderal mengkaji usulan pengalihan status golongan Rumah Negara sebelum diusulkan kepada Menteri; Sekretaris Jenderal mengkaji usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, untuk menindaklanjuti usul dimaksud; Apabila usul sebagaimana dimaksud pada huruf b disetujui Menteri, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menyampaikan usul pengalihan status Rumah Negara kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
(2)
Bentuk surat permohonan pengalihan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), pada Lampiran IV Peraturan ini.
(3)
Penolakan atas usulan pengalihan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III, baik oleh Sekretaris Jenderal Kementerian atas nama Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b maupun oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ditindaklanjuti oleh Sekretaris Jenderal Kementerian atas nama Menteri dengan menyampaikan penolakan dimaksud kepada Direktur Jenderal discrtai alasan penolakan.
Pasal 12
Persyaratan penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan pengalihan status Rumah Negara yang dihuninya dari Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III adalah sebagai berikut : a.
Penghuni telah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal secara berturutturut sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
-13-
b.
Penghuni memiliki Surat Izin Penghunian yang sah dan belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara;dan
c.
Selama penghuni menempati Rumah Negara tidak melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9).
BAB VI PENGHAPUSAN
Pasal 13
(1)
Surat Keputusan Penghapusan Rumah Negara Golongan III dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal setelah terbit surat rekomendasi persetujuan pengalihan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
(2)
Setelah Surat Keputusan Penghapusan Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud ayat (1) diterbikan, unit kerja yang bersangkutan segera menghapus Rumah Negara tersebut dari Daftar Barang Milik Negara/ Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN).
Pasal 14
(1)
Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II tidak dapat dihapus kecuali jika : a. terkena rencana umum tata ruang baru yang mengharuskan dihapuskannya Rumah Negara tersebut;atau b.
(2)
adanya keadaan memaksa di luar kemampuan manusia [force majeur) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penghapusan Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
-14-
BAB VII PENGALIHAN HAK
Pasal 15
(1)
Pengalihan hak atas Rumah Negara Golongan III menjadi kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat setelah mendapat izin persetujuan Menteri Keuangan.
(2)
Permohonan pengalihan hak atas Rumah Golongan III diajukan oleh penghuni sah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan dengan tembusan kepada Menteri,
Negara kepada Rakyat dengan
melampirkan berkas sebagaimana tercantum dalam Lampiran V. 1.
(3)
Permohonan pengalihan hak atas Rumah Negara Golongan III, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat legalisasi dari Sekretaris Jenderal atas nama Menteri. Pasal 16
(1)
Persyaratan penghuni yang dapat mengajukan permohonan pengalihan hak atas Rumah Negara Golongan III sebagai berikut : a. Pegawai Negeri :
1.
2.
3.
b.
mempunyai masa kerja sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun, dengan melampirkan Surat Keterangan Masa Kerja sebagaimana tercantum pada Lampiran V.6 Peraturan ini ; memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan melampirkan Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/Memperoleh Rumah Negara sebagaimana tercantum pada V.7 Peraturan ini.
Pensiunan Pegawai Negeri : 1. 2.
menerima pensiun dari negara; memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
-15-
3.
belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku,
dengan melampirkan Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/ Memperoleh Rumah Negara sebagaimana tercantum pada V.7 Peraturan ini.
c.
Janda/ Duda Pegawai Negeri : 1.
masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara, apabila :
a)
almarhum suaminya/ istrinya sekurang-kurangnya mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada negara; atau
b)
masa kerja almarhum suaminya/ istrinya ditambah dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan menjadi janda/duda berjumlah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
2.
Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
3.
Belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, dengan melampirkan Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/Memperoleh Rumah Negara sebagaimana tercantum
pada Lampiran V.7 Peraturan ini.
(2)
Apabila penghuni dimaksud
Rumah
pada ayat
(1),
Negara sebagaimana meninggal
dunia
maka pengajuan permohonan pengalihan hak atas Rumah Negara dapat diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan.
(3)
Apabila penghuni
Rumah
Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), meninggal dunia dan tidak mempunyai anak sah, maka rumah dikembalikan ke negara.
(4)
Bentuk surat permohonan pengalihan hak Rumah Negara kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana tercantum pada Lampiran V.2, V.3, V.4 dan V.5 Peraturan ini.
-16-
BAB VIII
PENUNJUKAN PENANDATANGANAN PENGALIHAN HAK
Pasal 17
Penghuni Rumah Negara menyampaikan Permohonan pengalihan hak Rumah Negara Golongan III untuk ditandatangani oleh Sekretaris Direktorat Jenderal dan diteruskan kepada Sekretaris Jenderal untuk disampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum untuk mendapatkan surat keputusan pengalihan hak.
BAB IX
SEWA RUMAH NEGARA
Pasal 18
(1)
Besaran sewa Rumah Negara dihitung berdasarkan pada ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran VI Peraturan ini.
(2)
Perhitungan sewa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II dilakukan oleh Petugas Daftar Gaji pada Kantor Otoritas Bandar Udara, UPBU, Balai atau Satpel penghuni Rumah Negara yang bersangkutan.
(3)
Pelaksanaan pemungutan sewa Rumah Negara Golongan I dan Golongan II dilakukan oleh Kepala Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara, dengan
memotong langsung dari daftar gaji setelah diusulkan oleh Petugas Daftar Gaji pada Kantor/ UPBU/Satpel penghuni Rumah Negara yang bersangkutan.
(4)
Pengawasan pelaksanaan pemungutan sewa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II dilakukan oleh Pembina Barang Inventaris Instansi yang bersangkutan, bersama Direktur Jenderal Anggaran atau Pejabat yang ditunjuknya. Pasal 19
Besarnya sewa Rumah Negara akan dilakukan penyesuaian secara periodik oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan persetujuan Menteri Keuangan
-17-
BABX
LAPORAN
Pasal 20
(1)
Monitoring dilaksanakan dalam rangka tertib administrasi penatausahaan dan pengelolaan Rumah Negara.
(2)
Monitoring tersebut meliputi :
a. b. c. d. e.
Masa berlakunya Surat Ijin Penghunian; Hak penghunian Rumah Negara; Golongan Rumah Negara; Tipe Rumah Negara; Pembayaran dan tunggakan sewa Rumah Negara.
(3)
Monitoring dilaksanakan oleh Direktur Jenderal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 21
(1)
Laporan Monitoring disampaikan secara berjenjang oleh Sekretaris Direktorat Jenderal dan/atau Kepala Kantor kepada Direktur Jenderal setiap semester, bersamaan dengan Laporan Barang Milik Negara.
(2)
Laporan Monitoring sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan ini.
BAB XI
PENERTIBAN RUMAH NEGARA
Pasal 22
Pengawasan dan pengendalian terhadap penertiban Rumah Negara, merupakan kewenangan Direktorat Jenderal dan pelaksanaannya dilakukan oleh Jenderal atau Kepala Kantor.
Sekretaris
Direktorat
-18-
BAB XII
SANKSI
Pasal 23
Pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini dijatuhi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIII PENUTUP
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal
: 1 Desember2014
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd. BAMBANG TJAHJONO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Menteri Keuangan; 3. Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan; 4. Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan;
5. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Keuangan; 6. 7. 8. 9.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Kepala Kantor UPBU/ Satpel di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
.se§i{jk£ dengan aslinya
JBAQIAILkuKUM DAN HUMAS, ,HAYAT
5emDinaTk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
nomor TANGGAL
: :
KP 571 TAHUN 2014 01 DESEMBER 2014
STANDAR TIPE DAN KELAS RUMAH NEGARA BAGI PEJABAT DAN PEGAWAI NEGERI
Pengadaan rumah negara dengan cara pembangunan, pembelian, tukar menukar, atau tukar bangun dilaksanakan sesuai dengan standar tipe dan kelas rumah negara bagi pejabat dan pegawai negeri.
I.
Standar Tipe Rumah Negara bagi Pejabat dan Pegawai Negeri. 1.
Tipe A a.
Diperuntukanbagi Direktur Jenderal
b.
Luas bangunan
:
250 m2
c.
Luas tanah
:
600 m2
d.
Fasilitas rumah :
e.
1) 2) 3) 4)
Ruang Ruang Ruang Ruang
Tamu Kerja Duduk Makan
5) 6)
Ruang Tidur Kamar mandi/WC
7) 8) 9) 10) 11) 12)
Dapur Gudang Garasi Ruang Tidur Pembantu Ruang Cuci KM Pembantu
1 1 1 1 4 2 1 1 1 2 1 1
ruang ruang ruang ruang ruang
ruang ruang ruang ruang ruang ruang ruang
Konstruksi :
1)
Pondasi
2)
Struktur
batu belah/beton bertulang/kayu kelas II
beton bertulang/baja/kayu kelas II
3) 4) 5) 6)
Lantai Dinding Plafond Atap
7) 8)
Kosen dan daun pintu/jendela Utilitas : a) Air bersih b) Tandon air c) d) e) f)
Listrik Telepon Septictank dan rembesan Tata udara
marmer lokal/keramik/vinil, kayu bata/bataco diplester dan dicat tembok
gypsum/asbes semen/kayu lapis dicat genteng keramik berglazuur/ sirap/ asbes/seng kayu diplitur/dicat
PAM, sumur pantek, min 3 m3 PLN 2200 - 4400 VA sesuai kebutuhan 6 m3
alami atau buatan (AC)
2.
Tipe B a. Diperuntukkan bagi : 1) Direktur 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan nomor 1) 3) Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat/golongan IV/d keatas b.
Luas bangunan
120 m2
c.
Luas tanah
350 m2
d.
Fasilitas rumah :
1) 2) 3) 4)
5) 6) 7)
Ruang Tamu Ruang Kerja Ruang Duduk Ruang Makan Ruang Tidur Kamar mandi/WC Dapur Gudang
8) 9) Garasi 10) Ruang Tidur Pembantu
11) Ruang Cuci 12) KM Pembantu e.
: : : : : :
1ruang 1ruang 1ruang 1ruang 3 ruang 1ruang 1ruang 1ruang 1ruang 1ruang 1ruang 1 ruang
:
batu belah/beton bertulang/kayu
Konstruksi :
1)
Pondasi
n11
2) 3) 4)
Struktur
:
beton bertulang/baja/kayu klas II
Lantai
:
keramik/vinil
5) 6)
Plafond
71
: bata/bataco diplester dan dicat ten : asbes semen/kayu lapis dicat Atap : genteng/ sirap/ asbes/ seng Kosen dan daun pintu/jendela : kayu dicat
8)
Utilitas :
9)
3.
Dinding
PAM, sumur pantek,
a) Air bersih
:
b) Tandon air c) Listrik d) Telepon
: min 2 m^ : PLN 1350 - 2200 VA : sesuai kebutuhan
e) Septictank dan rembesan Pagar
:
5m3 batu bata/bataco/besi/baja/kayu
Tipe C a. Diperuntukan :
1) Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala Bidang 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan nomor 1) 3) Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat/golongan IV/a s/d. IV/c b.
Luas bangunan
70 m2
c.
Luas tanah
200 m2
d.
Fasilitas rumah :
1)
Ruang Tamu
2) 3) 4) 5) 6) 7)
Ruang Makan Ruang Tidur Kamar mandi/WC Dapur Gudang Ruang Cuci
1ruang 1 ruang 3 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang
e.
Konstruksi :
1)
batu belah/beton bertulang/kayu kelas
Pondasi
II
2)
Struktur
3) 4) 5) 6)
Lantai Dinding Plafond Atap
7) 8)
Kosen dan daun pintu/jendela Utilitas : a) Air bersih
9)
4.
beton bertulang/baja/kayu kelas II keramik/vinil/tegel PC bata/bataco diplester dan dicat tembok asbes semen/kayu lapis dicat genteng/sirap/asbes/seng kayu dicat PAM, sumur pantek,
b) Tandon air c) Listrik
min 1 m3
d) Septictank dan rembesan Pagar
2 - 4 m3
PLN 900 - 1350 VA
batu bata/bataco, besi, baja, kayu.
Tipe D a. Diperuntukan: 1) Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan nomor 1) 3) Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat/golongan III/a s/d. Ill/d b.
Luas bangunan
50 m2
c.
Luas tanah
120 m2
d.
Fasilitas rumah :
1) 2) 3) 4) 5) 6) e.
Ruang Ruang Ruang Kamar Dapur Ruang
1ruang 1 ruang
Tamu Makan Tidur mandi/WC
2 1 1 1
Cuci
ruang ruang ruang ruang
Konstruksi :
1) Pondasi
:
batu belah/beton bertulang/kayu kelas II
2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Struktur : Lantai : Dinding : Plafond : Atap : Kosen dan daun pintu/jendela Utilitas : a) Air bersih :
b) Tandon air c) Listrik d) Septictank dan rembesan 9) Pagar 5.
: : : :
beton bertulang/baja/kayu klas II keramik/vinil/tegel PC bata/bataco diplester dan dicat tembok asbes semen/kayu lapis dicat genteng/ sirap/asbes/ seng kayu dicat PAM, sumur pantek, min 1 m3 PLN 900 - 1350 VA 2 -4m3
batu bata/bataco/besi/baja/kayu.
Tipe E a. Diperuntukan: 1) Kepala Sub Seksi 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan nomor 1)
3)
Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat/golongan II/d kebawah
b. Luas bangunan
: 36 m2
c.
:
Luas tanah
100 m2
d.
Fasilitas rumah :
1) 2) 3) 4) 5) 6) e.
Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Tidur Kamar mandi/WC Dapur Ruang Cuci
1ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang : 1 ruang
Konstruksi :
1) Pondasi
batu belah/ beton bertulang/ kayu kelas II
2) 3) 4) 5) 6)
Struktur Lantai Dinding Plafond Atap
: : : : :
beton bertulang/ baja/ kayu kelas II keramik/ vinil/ tegel PC bata/ bataco diplester dan dicat tembok asbes semen/kayu lapis dicat genteng/ sirap / asbes/ seng 7) Kosen dan daun pintu/jendela : kayu dicat 8) Utilitas : a) Air bersih PAM, sumur pantek, b) Tandon air min 1 m3 c) Listrik PLN 900 - 1350 VA d) Septictank dan rembesan : 2 - 4 m3 9) Pagar batu bata/bataco/besi/baja/kayu II.
Luas Rumah Negara Tidak Sesuai Standar.
1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan dalam peraturan setempat, maka standar luas lahan dapat disesuaikan;
2. Dalam
hal
Rumah
Negara
dibangun
dalam
bentuk
bertingkat/Rumah susun, maka luas lahan tersebut tidak disesuaikan dengan kebutuhan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
bangunan berlaku,
3. Toleransi maksimal kelebihan luas tanah berdasarkan lokasi Rumah Negara: a.
DKI Jakarta
20%
b.
Ibukota Provinsi
30%
c. Ibukota Kab/Kota
40%
d.
50%
Perdesaan
Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai dengan ketentuan RT/RW setempat atau letak tanah disudut. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGlAN HUKUM DAN HUMAS,
Pembina Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
nomor
KP 571 TAHUN 2014
tanggal
01 DESEMBER 2014
1. Contoh Surat Pengajuan Pendaftaran Rumah Negara KANTOR/ UPBU/ SATPEL :
Tanggal/ Bulan/ Tahun
Nomor
Lampiran Kepada
Perihal
Yth.
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya/ Dinas Pekerjaan Umum
Di.
SURAT PENGANTAR
Dengan ini kami sampaikan dengan hormat berkas permohonan pendaftaran Rumah Negara berikut Daftar Inventaris, Kartu Legger dan Gambar Legger masingmasing dalam rangkap 3 (tiga) untuk diberikan Huruf Daftar Nomor (HDNo) sebagai berikut : NO
URAIAN
BANYAKNYA
KETERANGAN
Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih. ESELON 11/ KEPALA KANTOR/ SATPEL
Tembusan :
Sekretaris Ditjen Perhubungan Udara
NIP.
2. 1 •»<>
Daftar Inventarisasi Rumah Negara (Gol I Dan II) 1 ~JrJ
WW
A *i>W
|
A
•-•
A
n g w ^ Ot»-Airii MCNtf
tOO*A
5TAJ
((Ml
001
•UKS
MA* AT AS
IU>5
i**2} [lAMJ^. haf'J'- m
IMMM
>'AJ(CA«pj
Sl,A»AC* MK1 A
«r
JA»»*A.M
PtAYA
1GHOI 2
T A R A H
1 S JT m a v m a H
f
r »Aii.**'fw>
U.:. twww
.'
4
|
4
1
8
V
'•:
Jl)Mi»n
• i
ii !
I?
i«
>*
B
1
ESELON 11/ KEPALA KANTOR/ SATPEL
NIP.
3. Kartu Legger KARTU I.EOOGR RUM A H
HUBUF
JALAN
DAFTAR
KEL / DESA
N F. O A R A
kKMKNTKRIAN
NOMOR
KECAMATAN
( IIDNO |
KOTA / KAD
SATMINKAL / UNfT KER.IA
I.KMBAC.A
PROV1NSI
DATA BAHCUNAN 8AHAN BANG UN AN
STRUKTUR
SK
PENETAPAN STATUS
STATUS GOLONGAN
1 Peniitup lanTai
1 Pondnsi
2 Dmding
2 Uuitai (btmngkal)
3 Prnutup plafond
3 Kolom
4 Pcnuiup Map
4 ESaJok
5 Ku v-u daii rtaun pintu /
B Railgka ..'..|.
TH'fc
HO. TGL.
jcndela UTIIJTAS. PRASARANA DAN SARANA DALAM DANGUNAN / LINUKUNUAN
OAMBAR
MACAM
I |PAM
1 Air f>*raih
8 FVn-rnngiin
[ ) Suxui pantek
2 Snluran air hujan
0 T..I.. IMUr*
1 AC Window
I Atom*
| ) H«k prnajnpung
4 Pcmbuangan kotorrin 5 Sepriktniik At re«apan
1
10 Trlcpon
l Snluran
1 Hnk petuunpung
I I Prnangkal peril
1 Komwitoornl
1
1 2 Tiuidon air !>«• r*ih
i
13 1natal a « (a*
) Snluntn gaaKom , LVC
6 Sarnna pengaman bahaya kebakaran
J Sumhrr davs liMrik
J Firr rxtingnivhrr [ )PLN .
BANYAKNYA
1 Lnnipu [icon
I ITalang ) Snluran hii£Kiin£AEi
3 Perobuati|(Aji Hit kotor
SKALA
1 Lampu pijar
14 ('agar l>alam;ui
VA
KONSTRUKSI I P SP D | kikal
M3
) pMaaiignii batU haw
.IUMI.AH LANTAI
I.T
LUAS HANCUNAN INDUK BANG'JNAN SAMPING
M3 MS
JUMI.AH
M3
IBcm
D1D1R1KAN / D1BK1.1 , DIPEROI.EH TAHUN
LUAS1M2)
B 1 AY A
SUMBER BlAV A
TAHUN
1 Rp)
BIAYA
1 Rp) TAMBAH
IZIN MBNtMHKAN
KURANO
U1N CENCOUNAAN
BANUCNASjIMPl
BA JOJ NAN IIPC 1 DATA TANAH/PBRSII CMBBU / DIPEROLEH
TAHUN
LUAS
BIAYA
STATUS / JF.NIS HAK SUMBER BIAYA
HAk PAKAI, HAK GUNA BANOUNAN. HAK MILIK. DLL
4. Gambar Legger GAMBAR LEGGER NOMOR TANOOA1.
KQNSTRQKSI PONDAS1 KERANQKA DIN DING
KUDA-KUDA RANGKA ATAP A'l'AP KUSKN
DAUN PINTU/JENDELA LANTAI
PLAFON RAK MAND1
KLOSET
PENERANOAN A I R
PEM BUANGAN KOTORAN RUANGAN
RUMAH INDUK RUMAH SAMP1NG TERAS
LUAS RUMAH INDUK
M
RUMAH SAMPING
TERAS
V,
JUMLAH
M
TANAH
JAKARTA,
NIP.
IIURUF DAFTAR NO.
S K A L A
KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
(SATMINKAL ESELON I)
JALAN 1 .200
KELURAHAN
D E N A H
: I : 200
KECAMATAN
S IT U A S I
: 1 : 1000
KAB/KOTA
TAMPAK MUKA
RUMAH NEGARA GOLONGAN I / II
DIBANGUN TAHUN
DIUKUR OLEH
5. Contoh Surat Usulan Penetapan Status Rumah Negara
KANTOR/ UPT/ SATPEL :
Nomor
20XX
Lampiran : Usulan Penetapan Status Rumah Negara Yth.
Perihal
Kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara Di Jakarta
Menunjuk
surat pendaftaran Rumah Negara Nomor tanggal Perihal , dengan ini kami mengusulkan penetapan status Rumah Negara pada Kantor/ Bandar Udara/ Satpel berikut Daftar Inventaris, Kartu Legger dan Gambar Legger masing-masing dalam rangkap 3 (tiga) untuk) dengan rincian sebagai berikut sebagai berikut : NO
URAIAN
BANYAKNYA
KETERANGAN
Demikian atas perhatian dan perkenannya diucapkan terima kasih. KEPALA KANTOR/ BANDARA/ SATPEL
NIP.
Tembusan :
1. 2.
Sekretaris Ditjen Perhubungan Udara; Kepala Bagian Keuangan. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd. BAMBANG TJAHJONO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPAL^^Gpir^^UM DAN HUM7 ,'Ar/
^Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRANIII.l
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 TAHUN 2014 TANGGAL : 1 DESEMBER 2014
KRITERIA KEDINASAN DAN FAKTOR SOSIAL
PEJABAT DAN/ATAU PEGAWAI NEGERI SIPIL NO
1
2
3 4
5
6
7
8
9
KRITERIA
TIPEB
TIPEC
TIPED
TIPEE
Masa Kerja
20 Tahun
15 Tahun
10 Tahun
10 Tahun
Pangkat
IV/d
IV/a
Ill/a
Il/d
Jabatan/ Eselon
Eselon II
Eselon III
Minimal
Minimal
Staf
Staf
Mutasi
Kepentingan
Kepentingan
Kepentingan
Kepentingan
Dinas
Dinas
Dinas
Dinas
Minimal
Minimal
Minimal
Minimal
Strata 2
Strata 1
Strata 1
(Dua)
(Satu)
(Satu)
SLTA/ Sederajat
Minimal
Minimal
Minimal
Minimal
DP3
Nilai Ratarata 85
Nilai Rata-
Nilai Rata-
rata 85
rata 85
Nilai Ratarata 85
Umur
Minimal 40
Minimal 35
Tahun
Tahun
Minimal 30 Tahun
Status/ Kondisi
Minimal
Minimal
Minimal
Rumah
Kontrak
Minimal Kontrak
Kontrak
Menumpang
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Susunan
Isteri/
Isteri/
Isteri/
Isteri/
Keluarga
Suami Anak
Suami Anak
Suami Anak
Suami
2 (Dua)
2 (Dua)
1 (Satu)
Pendidikan
Minimal 25 Tahun
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
lai dengan aslinya KEP^
J Hvj'KUM DAN HUMAS, direktoratIjenderal ] perhubung^iuidaf' ISRAEUfcMAYAT
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. I§6g0619 199403 1002
LAMPIRAN III.2 PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR
: KP 571 TAHUN 2014
TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
PENILAIAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA NAMA N.I.P
UNIT KERJA DIISI IGL
FAKTOR YANG
M
PENILAIAN
(TANDA = 0]
—
_
*T
DINILAI 1
MASA KER1A
0
11
2 |3J-»|sle|7|8
<0 lOO)
0
14
8
PANGKAT
Id
'
(20 lOO)
16
20
24
Ic
lb
20
JABATAN/
12
Id
30
25
STAF
28
9 1 10 1 11 1 12 1 13 I 14 1 15 1 16 1 17 1 18 1 19
36 40
32 Ma
35
44 1 48
lib
40
45
52
56 1 60 1 64 1 68 1 7?
lie
lid
50
55
20 1 21 1 22 1 23
76 80 184 1 88
Ilia
nib
ilk
60
65
70
92 IVa
Hid 75
ES.IV
ES.III
ES.II
ES.I
EX.ES.IV
60
70
HO
90
lOO
65
26
lOO | 100
1 27
28
85
1 29
1 30
100 | 100 1 100
IVc
IVb
80
ES.V
24 1 25
96 1 lOO
IVd
EX.ES.III
0.20
IVe
95
90
lOO
0.10
EX.ES II
ESELON
(SO lOO)
SO
MUTMI '
5
SO
SLTP/SEDERAJAT
SITA/SEDERAJAT
DIM
20
30
SO
10 OPJ
,.
n
. .
10 .j
..
. .
.,
:..
STATUS/
.„
,,
K>
. .
,.
70
..
„ M
n
.,
,.,
M
*.'
H
,.
„
,:
„
M
»•
u
.,.
v.
n
*<•
a
5-
S.3
90
100
0,10
lOO „
i*
COS
S.2
NILAI RATA RATA 91-1O0
85
40
UWUR
(20-100)
S.I
NILAI RATA-RATA 76-90
NILAI RATA RATA 61-75
(70-100)
0,15
lOO
(10-1OO) 1
85
KEPENTINGAN DINAS
70
0
OENDIDKAN
75
MELEBIHI MASA KERJA DI IRJA/TIMTIM
PERMOHONAN SENDIRI
(lO-lOO)
...
«,
...
,.
„
4l **
t*
«
TO
..
„ *«
„
„
>r
|f n
(1 ,;
0.10
0. M
IS
—
^
M •-*
M
„
.,
,;
M
*i
MESS
MENUMPANG
KONTRAK SENDIRI
KONTRAK PEMERINTAH
FORCE MAJURE
70
80
lOO
lOO
100
»•
LOO
0.15
KONDISI RUMAH •
(70 10O)
FAMILY MAK.2 KELUARGA
FAMILY 1
5
ISTERI /SUAMI
FAMILY MAK. 3
FAMILY 2
ANAK 1
ANAK 2
10
20
9
io
0.10
KEPALA KELUARGA/ LAJANG
ANAK 3
30
20
40
CO'. IKMtAH N
T
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas,
iaij sesuai dengan ashnya
ttd.
UKUM DAN HUMAS, BAMBANG TJAHJONO
.^kll (IV/b) 9 199403 1 002
LAMPIRAN III.3
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 TAHUN 2014 TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
KETENTUAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA GOLONGANI 1.
Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan I ini hanya berlaku selama Pemegangnya (yang berhak) menduduki jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal
2.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara, ini harus mengosongkan Rumah tersebut dan menyerahkan Rumah dalam keadaan lengkap kepada Direktur Jenderal dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tidak menduduki jabatan.
3.
Dilarang memindahkan hak Surat Izin Penghunian Rumah Negara ini atau menyewakan/ mengontrakan sebagian atau seluruh bangunan.
4.
Dilarang
mengubah
atau menambah bangunan
rumah tanpa izin dari
Direktur Jenderal. 5.
6.
Dilarang menggunakan sebagian atau keperluan lain diluar yang telah ditentukan.
seluruh
rumah
untuk
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaikbaiknya Rumah Negara tersebut.
7.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8.
Penghuni membayar pajak-pajak, retribusi dan Iain-lain yang berkaitan dengan penghunian rumah negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan/atau gas.
9.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebagai akibat kesalahan / kelalaiannya.
10.
Setelah
dikeluarkan
Surat
Izin
Penghunian
Rumah
Negara,
Rumah
Negara dimaksud harus sudah ditempati oleh yang berhak.
11. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dimaksud diatas dapat berakibat dibatalkannya Surat Izin Penghunian Rumah Negara. 12. Surat Izin Penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika dikemudian hari ternyata
ada kekeliruan, maka
Surat Izin Penghunian ini dapat dicabut atau diubah sebagaimana mestinya. Telah membaca dan sanggup mentaati ketentuan-ketentuan termaksud diatas Pejabat yang Ditunjuk
Materai
Rp. 6.000 Pas foto
pemohon
(
3x4
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
an aslinya KEP
DAN HUMAS,
(IV/b) 99403 1 002
LAMPIRAN III.4
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR
: KP 571 TAHUN 2014
TANGGAL
: 1 DESEMBER2014
KETENTUAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA GOLONGAN II
1.
Surat Izin Penghunian Rumah Negara Golongan II ini hanya berlaku selama Pemegangnya (yang berhak) bekerja di lingkungan Direktorat Jenderal
2.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara, ini harus mengosongkan Rumah tersebut dan menyerahkan Rumah dalam keadaan lengkap kepada Direktur Jenderal dalam waktu 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan tidak berhak lagi menghuni Rumah Negara Golongan II karena : pensiun, diberhentikan dengan hormat, atau tidak dengan hormat, meninggal dunia, mutasi ke daerah atau instansi lain, berhenti atas kemauan sendiri, melanggar larangan penghunian Rumah Negara.
3.
Dilarang memindahkan hak Surat Izin Penghunian Rumah Negara ini atau menyewakan/ mengontrakan sebagian atau seluruh bangunan.
4.
Dilarang
mengubah
atau menambah bangunan
rumah tanpa izin dari
Direktur Jenderal.
5.
Dilarang menggunakan sebagian atau keperluan lain diluar yang telah ditentukan.
seluruh
rumah
untuk
6.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaikbaiknya Rumah Negara tersebut.
7.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8. 9.
Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara membayar pajak-pajak, retribusi dan Iain-lain yang berkaitan dengan penghunian rumah negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan/atau gas. Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebagai akibat kesalahan /kelalaiannya.
10. Setelah
dikeluarkan
Surat
Izin
Penghunian
Rumah
Negara,
Rumah
Negara dimaksud harus sudah ditempati oleh yang berhak.
11. Pelanggaran
terhadap
ketentuan-ketentuan
dimaksud
diatas
dapat
berakibat dibatalkannya Surat Izin Penghunian Rumah Negara.
12. Masa berlakunya izin penghunian Rumah Negara Golongan II adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang/ dicabut setelah dilakukan evaluasi.
13. Surat Izin Penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika dikemudian hari ternyata ada kekeliruan, maka Surat Izin Penghunian ini dapat dicabut atau diubah sebagaimana mestinya. Telah membaca dan sanggup mentaati ketentuan-ketentuan termaksud diatas
Materai
Pejabat yang Ditunjuk
Rp. 6.000 Pas foto
pemohon 3x4
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas
Salin^riv4;esiAai dengan aslinya
KEPAL^^AGIKN mfeM DAN HUMAS, ,direktoL JENDERAL\ *\; P[!RHUBU»
kTk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
U' BAMBANG TJAHJONO
LAMPIRAN III.5
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
nomor
KP 571 TAHUN2014
TANGGAL
: Q1 DESEMBER 2014
KEPUTUSAN NOMOR
TENTANG
PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA
Menimbang
1.
bahwa Rumah Negara Golongan II dengan Keputusan Nomor tanggal
Kecamatan
terletak
di
Jalan
Kab/ Kota
,
Kelurahan
Provinsi
, telah di
izinkan untuk ditempati oleh Saudara 2.
bahwa berkenaan dengan
izin tersebut diatas perlu mengatur
penghunian dan persewaan Rumah Negara dimaksud. Mengingat
1.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara.
2.
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;
3.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;
5.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.60 Tahun 2010 tentang
6.
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
373/KPTS/M/2001 tanggal 16 Juli 2001 tentang Sewa Rumah Negara. MEMUTUSKAN
Menetapkan Pertama
Kedua
Menunjuk Rumah Negara yang terletak di : Golongan dan Klas/ Tipe : Untuk ditempati : Jabatan
;
Pangkat/ Gaji Pokok Terhitung mulai Uang sewa perbulan
: :
Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang bersangkutan yaitu sejak tanggal , dengan memotong langsung dari
daftar gaji yang dilakukan oleh bendaharawan dan harus disetor langsung ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, serta menyampaikan 1 (Kepala Kantor/ Satpel yang (satu) bukti setor kepada bersangkutan) Ketiga
Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan II tersebut sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan ini.
Keempat
Apabila ketentuan tersebut pada diktum Ketiga tidak ditaati oleh penghuni maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang bersangkutan
Kelima
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya bila dikemudian ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini. DITETAPKAN DI
: JAKARTA
PADA TANGGAL
:
NIP.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
Salin^n-i^qsuai dengan aslinya
KEPALA^^ASlp^l/JiUM DAN HUMAS, ISRAFjappAYAT
~*qip^k.I (IV/b)
NIP. 19680^9 199403 1 002
LAM PI RAN IV
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR TANGGAL
: Kp 571 TAHUN 2014 : 01 DESEMBER 2014
(Tempat),(Tanggal Bulan Tahun)
Nomor
Lampiran Usui Pengalihan Status
Perihal
Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III
Yth.
Kepada Menteri Perhubungan
Cq. Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan Di
Jakarta
Dengan ini, kami usulkan agar rumah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tersebut di bawah ini dapat dialihkan statusnya dari Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III.
Adapun rumah tersebut di atas telah kami tetapkan menjadi Rumah Negara Golongan
II
dengan
Surat
Keputusan
Nomor
tanggal dan telah didaftarkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta telah memenuhi syarat untuk dilalihkan statusnya dari Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dialihkannya status golongan rumah tersebut menjadi Rumah Negara Golongan III maka wewenang penunjukan penghuni dan pengelolaannya menjadi wewenang Departemen Pekerjaan Umum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara jo. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara, beserta peraturan pelaksanaannya A.
LETAK
RUMAH
Nama Jalan
Kelurahan/ Kecamatan Kota/ Kabupaten Provinsi B.
PENGHUNI RUMAH Nama
Instansi tempat kerja Pangkat dan Golongan Jabatan
SIP No./ tgl. C.
PEROLEHAN
Dibangun/ Dibeli/ Diperoleh/ Hadiah/ Peninggalan dengan biaya sebesar Rp ( anggaran
nomor
oran{
Asing*) pada tahun yang bersumber dari
D.
LAMPIRAN
1. Gambar legger rumah dan situasi;
2. Fotocopy Surat Keputusan Penetapan Rumah Negara; 3.
Fotocopy surat/ Keterangan hak atas tanah;
4. Fotocopy surat/ Keterangan otorisasi pembangunan rumah (DIPA) 5. Fotocopy surat/ Keterangan 1MB; 6. Fotocopy Surat Ijin Penghunian Rumah Negara Golongan II; 7. Surat Keterangan Status Kepegawaian Terakhir;
8. Berita Acara Pengukuran/ Pemeriksaan Rumah Negara; 9. Surat Keterangan rumah/ tanah tidak dalam sengketa; 10. Surat pernyataan penghuni sanggup membeli Rumah Negara; 11. Surat izin dari pemegang hak atas tanah apabila Rumah Negara tersebut berdiri di atas tanah pihak lain
Sekretaris Direktorat Jenderal / Kepala Kantor
NIP.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas ttd. BAMBANG TJAHJONO
dengan aslinya
-suai
KEPA^gAGIv
IrC -4
JKUM DAN HUMAS,
<*Y,
lU(|§|S \A
ISRAELEfflAYAT rk.I (IV/b)
NIR'196S66l9'199403
1 002
LAMPIRAN V. 1
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
T?^RM IANGGAL
KP 5?1 TAHUN 2Q14 2014 Q1 pESEMBER
BERKAS PERMOHONAN PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA
A.
PEGAWAI NEGERI SIPIL 1.
Permohonan
2.
Surat Izin Penghunian
3.
Surat Keterangan Masa Kerja Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/ Memperoleh Fasilitas Rumah dan/atau Tanah Tanda Buktir Pembayaran Sewa Rumah
4.
5.
7.
Surat Keputusan Rumah Negara Golongan III Surat Keterangan Rumah Tidak Sengketa
8.
Gambar Legger/ Gambar Situasi & Perubahan
9.
SPPT PBB Bangunan Tahun Berjalan
6.
B.
Fotokopi Form E Form F
Fotokopi Fotokopi Form G
Fotokopi Fotokopi
PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI
1.
Permohonan
2.
Surat Izin Penghunian : Fotokopi Surat Keputusan Pensiun/ Perintis Kemerdekaan/ : Fotokopi Veteran
3.
C.
Form A
4.
Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/
5.
Memperoleh Fasilitas Rumah dan/atau Tanah Tanda Bukti Pembayaran Sewa Rumah
6. 7.
Surat Keputusan Rumah Negara Golongan III Surat Keterangan Rumah Tidak Sengketa
8.
Gambar Legger/ Gambar Situasi & Perubahan
9.
SPPT PBB Bangunan Tahun Berjalan
: Form B
Form F
Fotokopi Fotokopi Form G
Fotokopi Fotokopi
JANDA/ DUDA PEGAWAI NEGERI 1.
Permohonan
2. 3.
Surat Izin Penghunian Surat Keterangan Meninggal Suami/ Istri
4.
Surat Keputusan Penerima Pensiun
Fotokopi
5.
Surat Keterangan Masa Kerja Almarhum
Form E
Form C
Fotokopi Dari Lurah disahkan Camat
Suami/ Istri
6.
Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/
7.
Memperoleh Fasilitas Rumah dan/atau Tanah Tanda Bukti Pembayaran Sewa Rumah
8. 9.
Surat Keputusan Rumah Negara Golongan III Surat Keterangan Rumah Tidak Sengketa
10. Gambar Legger/ Gambar Situasi & Perubahan
11. SPPT PBB Bangunan Tahun Berjalan D.
Form F
Fotokopi Fotokopi Form G
Fotokopi Fotokopi
JANDA/ DUDA PEGAWAI NEGERI (ANAK SAH) 1.
Permohonan
Form D
2.
Surat Izin Penghunian Surat Keterangan Meninggal Suami/ Istri Pegawai Negeri Yang Bersangkutan
Dari Lurah
disahkan Camat
5.
Surat Keputusan Pensiun Janda/ Duda Surat Pernyataan Belum Pernah Membeli/
Form F
6.
Memperoleh Fasilitas Rumah dan/atau Tanah Tanda Bukti Pembayaran Sewa Rumah
Fotokopi
3.
4.
Fotokopi
Fotokopi
7.
Akta Kelahiran Bagi Anak Kandung atau Surat Penetapan Anah Sah dari Pengadilan Negeri
8.
Surat Penunjukkan Pelaksana Ahli Waris
Fotokopi Fotokopi
9.
Apabila Anak Lebih Dari 1 (Satu) Orang Surat Keputusan Rumah Negara Golongan III
Fotokopi
10. Surat Keterangan Rumah Tidak Sengketa 11. Gambar Legger/ Gambar Situasi & Perubahan 12. SPPT PBB Bangunan Tahun Berjalan
Form G
Fotokopi Fotokopi
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd. BAMBANG TJAHJONO
an aslinya KEP
UM DAN HUMAS,
Pembina Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN V.2
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 TAHUN 2014 TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/di-tik Kepada
Yth. Menteri Pekerjaan Umum Cq. FORMA
Yth.
Direktur
Jenderal
Cipta
Karya
PNS
Melalui Direktur Penataan
Bangunan dan Lingkungan /Kepala Dinas PU Provinsi di
Lampiran : Perihal
:
PERMOHONAN
PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA
Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama
:
2. Tempat dan tanggal lahir 3. Instansi tempat kerja
: :
4. Jabatan
:
5. 6. 7. 8.
: : :
Pangkat dan Golongan Gaji Pokok Masa kerja pada pemerintah Rumah negara yang dihuni A. Letak Jalan Blok
: : :
Kelurahan / Kecamatan Kabupaten/ Kota B. Huruf Daftar Nomor
: : :
9. Tanggal dan nomor Keputusan Izin
Penghunian
:
Mengajukan permohonan pengalihan hak rumah negara yang saat ini saya tempati, berdasarkan Undang-undang Nomor 72 tahun 1957 jo Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1994 jis Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2005.
Demikian permohonan ini saya sampaikan beserta lampirannya untuk dapat dikabulkan >
Mengetahui/menyetujui : *)
Pemohon
Materai Rp.6000
Diisi oleh Instansi tempat bekerja. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPM$3S3f&3iUKUM DAN HUMAS,
-Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
BAMBANG TJAHJONO
LAMPIRAN V.3
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 TAHUN 2014 TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/di-tik Kepada Yth. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Cq. FORMB
Yth.
Direktur Jenderal Cipta Karya Melalui Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan /Kepala Dinas PU Provinsi
PENSIUNAN
di
Lampiran : Perihal
:
PERMOHONAN
PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA
Yang bertanda tangan di bawah ini : 1.
Nama
:
2. Tempat dan tanggal lahir 3. Pekerjaan Sekarang
: :
4.
:
Instansi terakhir
Tempat Bekerja 5. Masa kerja pada Pemerintah 8. Rumah negara yang dihuni A.
Letak
:
:
Jalan
:
Blok
:
Kelurahan / Kecamatan Kabupaten/ Kota B. Huruf Daftar Nomor
: : :
9. Tanggal dan nomor Keputusan Izin Penghunian
:
Mengajukan permohonan pengalihan huni, berdasarkan Undang-undang Nomor 72 tahun 1957 jo Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1994 jis Peraturan Pemerintah
Nomor 31 tahun 2005.
Demikian permohonan ini saya sampaikan beserta lampirannya untuk dapat dikabulkan >
Mengetahui/menyetujui : *)
Pemohon
Materai Rp.6000
(
::..
)
*) Diisi oleh Instansi tempat bekerja.
(
)
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
lengan aslinya UKUM DAN HUMAS,
Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN V.4
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 571 TAHUN 2014
TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/diketik
Kepada Yth. Menteri Pekerjaan Umum Cq. FORMC
Yth.
(JANDA/DUDA
Direktur Karya
Jenderal
Cipta
Melalui Direktur Penataan
PNS
Bangunan dan Lingkungan /Kepala Dinas PU Provinsi di
Lampiran : Perihal
:
PERMOHONAN
PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA
Yang bertanda tangan di bawah ini : 1.
Nama
:
2. 3. 4. 5. 6.
Tempat dan tanggal lahir : Pekerjaan : Tunjangan Pensiun Janda/Duda Nama Almarhum Suami/ Istri : Tempat dan tanggal Meninggalnya suami/ istri : 7. Instansi tempat bekerja terakhir Almarhum suami/istri 8. Masa kerja pada Pemerintah 8. Rumah negara yang dihuni A.
Letak Jalan
: :
Blok
:
Kelurahan / Kecamatan Kabupaten / Kota B. Huruf Daftar Nomor
:
: :
: : :
9. Tanggal dan nomor Keputusan Izin Penghunian
:
Mengajukan permohonan pengalihan hak Rumah Negara yang saat ini saya huni, berdasarkan Undang-undang Nomor 72 tahun 1957 jo Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1994 jis Peraturan Pemerintah
Nomor 31 tahun
2005.
Demikian permohonan ini saya sampaikan beserta lampirannya untuk dapat dikabulkan
Mengetahui/menyetujui : *)
Pemohon
Materai Rp.6000
Diisi oleh Instansi tempat bekerja. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas ttd.
in sesuai dengan aslinya BAGJAN HUKUM DAN HUMAS, DIREKTORAT JENDERAL. PERHUBUNGANI
ISRAFULHAYAT
Pembina Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
BAMBANG TJAHJONO
LAMPIRAN V.5
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR TANGGAL
: KP 571 TAHUN 2014 : 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/di-tik Kepada
Yth. Menteri Pekerjaan Umum Cq. FORMD
Yth. Direktur
(AnakSah)
Jenderal
Cipta
Karya Melalui Direktur Penataan
Bangunan dan Lingkungan /Kepala Dinas PU Provinsi di
Lampiran :
Perihal : PERMOHONAN PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : : 2. Tempat dan tanggal lahir 3. Pekerjaan : 4. Tunjangan Pensiun Janda/Duda : 5. Nama Almarhum Janda/ Duda : 6. Tempat dan tanggal Meninggalnya Janda/ Duda :
7. Instansi tempat bekerja terakhir
:
Almarhum
8. Masa kerja pada Pemerintah 8. Rumah negara yang dihuni A. Letak Jalan
: ;
Blok
:
:
''"'"""'''""'
Kelurahan/ Kecamatan : Kabupaten / Kota : B. Huruf Daftar Nomor : 9. Tanggal dan nomor Keputusan Izin Penghunian
:
Mengajukan permohonan pengalihan hak Rumah Negara yang saat ini saya huni, berdasarkan Undang-undang Nomor 72 tahun 1957 jo Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1994 jis Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2005.
Demikian permohonan ini saya sampaikan beserta lampirannya untuk dapat dikabulkan
Mengetahui/ menyetujui
Pemohon
Materai Rp.6000
Diisi oleh Instansi tempat bekerja. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
KEP.
gan aslinya KUM DAN HUMAS,
(IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
BAMBANG TJAHJONO
LAMPIRAN V.6 PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR
: KP 571 TAHUN 2014
TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/diketik FORME
SURAT KETERANGAN TENTANG MASA KERJA *) NOMOR :
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
Pangkat/ Golongan Jabatan
Dengan ini menerangkan bahwa, Nama
Pangkat/ Golongan NIP
Jabatan
Penghuni dan Pemohon pengalihan Hak Rumah Negara, A.
Letak : Jalan
Blok
Kelurahan/ Kecamatan Kabupaten/ Kota B.
Huruf Daftar Nomor
Demikian keterangan ini dibuat untuk melengkapi permohonan pengalihan hak Rumah Negara yang bersangkutan.
NIP.
Diisi oleh Instansi tempat bekerja
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
an aslinya KEP
JKUM DAN HUMAS,
k.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN V.7
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR
: KP 571 TAHUN 2014
TANGGAL
: 1 DESEMBER 2014
Catatan : diisi dengan huruf cetak/diketik
FORMF
SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH MEMBELI/ MEMPEROLEH RUMAH NEGARA Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
:
Penghuni dan Pemohon Pengalihan Hak Rumah Negara : A.
LETAK
Jalan Blok
Kelurahan/ Kecamatan Kabupaten/ Kota B.
Huruf Daftar/ Nomor
:
Dengan ini menyatakan bahwa saya belum pernah dengan jalan/ cara apapun memperoleh/ membeli rumah dari negara berdasarkan peraturan yang berlaku. Apabila pernyataan saya tidak benar, maka pengalihan hak Rumah Negara yang saya mohon ini dapat dibatalkan secara sepihak dan saya bersedia memikul kerugiankerugian Negara dan sanksi-sanksi yang ditimbulkan karenanya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Mengetahui/ Menyetujui :
Hormat Saya, Materai Rp. 6000
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd. BAMBANG TJAHJONO
Salin,an sesuai dengan aslinya
KEPAU^A^M^UKUM DAN HUMAS,
-Tk.I (IV/b) NIP. lM$0gl9 199403 1 002
LAMPIRAN V.8
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR TANGGAL
: KP 571 TAHUN 2014 : 1 DESEMBER 204
Catatan : diisi dengan huruf cetak/diketik
SURAT KETERANGAN RUMAH TIDAK SENGKETA *) NOMOR :
FORMG
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
Pangkat/ Golongan Jabatan
Dengan ini menerangkan bahwa Rumah Negara Golongan III : A.
Letak Jalan Blok
Kelurahan/ Kecamatan Kabupaten/ Kota
B. Huruf Daftar Nomor yang dihuni oleh Nama
Pangkat/ Golongan NIP
Jabatan
Tidak dalam sengketa dengan pihak manapun.
Demikian keterangan ini dibuat untuk melengkapi permohonan pengalihan hak Rumah Negara yang bersangkutan.
NIP.
Diisi oleh Instansi tempat bekerja
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
m sesuai dengan aslinya
IPAiiCSAGIfrHjUKUM DAN HUMAS, . DIREKTORAT JENDERAL ^
1 pERHUBUNGA' IS]
HAYAT
^g|]Jfc^Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN VI PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR TANGGAL
Kp 571 TAHUN 2014 : Ql DESEMBER 2014
PERHITUNGAN SEWA RUMAH NEGARA RUMAH SEWA :
Sb = 2,75 % x [(Lb x Hs x Ns) x Fkb] x Fk Sb :Sewa bangunan per bulan 2,75 %:Prosentase sewa terhadap nilai bangunan Lb :Luas bangunan dalam meter persegi Hs : Harga satuan bangunan per meter persegi Ns :Nilai sisa bangunan/layak huni (60%) Fkb:Faktor klasifikasi tanah/kelas bumi ( % ) Fk :Faktor keringanan sewa untuk PNS (5 %) KETERANGAN :
1.
PROSENTASE SEWA
Prosentase sewa terhadap nilai bangunan 2,75 %. 2. LUAS BANGUNAN (Lb) Luas bangunan dalam meter persegi dihitung dari as ke as. 3. HARGA SATUAN (Hs) a. Harga satuan bangunan sesuai klasifikasi dalam keadaan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Setempat (Kabupaten/Kota) pada tahun yang berjalan. b. Harga satuan bangunan
1) Luas bangunan 36-95 m2 mengikuti harga satuan Tipe C,D,E. 2) Luas bangunan 96-185 m2 mengikuti harga satuan Tipe B. 3) Luas bangunan 186 m2 ke atas mengikuti harga satuan Tipe A. c.
Harga satuan bangunan semi permanen (dinding bagian bawah batu/batako dan bagian atas papan/anyaman bambu) 50 % x Hs.
4.
5.
NILAI SISA BANGUNAN (Ns)
Nilai sisa bangunan ditetapkan 60 % sebagai bangunan layak huni. (Nilai sisa bangunan antara 20 % s/d 100 % dengan rata-rata 60 %). FAKTOR KLASIFIKASI TANAH (Fkb) Faktor klasifikasi tanah adalah besar prosentase sewa terhadap klasifikasi tanah/kelas bumi sebagaimana tercantum dalam SPPT Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai berikut : Klasifikasi
Tanah
Penggunaan
Kelas Bumi Al 'All A21 A31 A41 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. A10 A20 A30 A40 A 50
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
80
70
60
50
40
Tanah
Rumah
6. FAKTOR KERINGANAN (Fk)
Faktor keringanan sewa untuk PNS (5 %) 7. SEWA RUMAH NEGARA DENGAN LUAS TANAH MELEBIHI STANDAR
Standar luas tanah Rumah Negara sesuai Tipe : Tipe
Luas Bangunan
Luas Tanah
A
2.50 m2
tsoo i t l
B
A5n_m2_
D
190 m2 70 m2 •SO m2
E
36 rr.2
100 m2
900 m2 190 m2
Rumah Negara yang berdiri di atas persil dengan luas tanah melebihi luas standar lebih dari 20 % dikenakan sewa tambahan atas kelebihan luas tanah sebagai berikut : St = 2 % x [(Lt x NJOP) x Fk) / tahun St: Sewa kelebihan tanah per tahun 2 %: Prosentase sewa terhadap nilai tanah
Lt: Luas kelebihan tanah dari standar, dalam meter persegi NJOP: Nilai Jual Objek Pajak sesuai SPPT
Fk : Faktor keringanan sewa untuk PNS (5 %) 8.
Contoh Perhitungan Sewa untuk Lokasi DKI Jakarta : Kelas bumi : (A9), Fkb = 80 %
a. Es I = 2,75% x [250 m2 x Rp. 864.000 x 60% x 80%] x 5% = Rp. 142.500,-/bln
b. Es II = 2,75% x [120 m2 x Rp. 779.000 x 60% x 80%) x 5% = Rp. 61.697,-/bin
c. Es III = 2,75% x [70 m2 x Rp. 775.000 x 60% x 80%] x 5%
= Rp
34.881,-/bin
d. Es IV = 2,75% x [50 m2 x Rp. 775.000 x 60% x 80%] x 5%
= Rp
24.915,-/bln
e. Es V = 2,75% x [36 m2 x Rp. 775.000 x 60% x 80%] x 5%
= Rp.
17.798,-/bln
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas, ttd.
BAMBANG TJAHJONO
Saliii|[^ sesuai dengan aslinya
KEPA^^3ISN%nKUM DAN HUMAS, ' D!REKT0RAlU£liS&24L PCRHUBUNGAN UDAF
ISRAFtJLHAYAT
Pembina Tk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002
LAMPIRAN VII
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR
: Kp 57iTAHUN 2014
TANGGAL
: Ql DESEMBER 2014
MONITORING SEWA RUMAH NEGARA
PADA KANTOR/UPBU/ SATPEL/ DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN
SEWA NO.
NO. SIP
MASA BERLAKU
NAM A PENGHUNI
G.OL/
PER
TIPE
BULAN
(Rp) 1.
IUNGGA
PEMBAYARAN SEWA (BULAN) 1
Rp.
2
Rp-
3
Rp-
4
Rp.
5
Rp.
&
7
8
Rp
Rp.
Rp.
2.
3. 4. 5.
£. 7. 8.
KEPALA KANTOR/ UPBU/ SATPEL.
KAN
9
Rp-
10
11
?2
RP-
Rp
Rp
KBT.
MONITORING FUNGSI RUMAH NEGARA
PADA KANTOR/UPBU/ SATPEL/ DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN
Kesesuaian
NO.
NO. SIP
MASA BERLAKU
NAMA PENGHUNI
GOL/
Penandatangan
TIPE
SIP
Fungxi Rumah N«gara Sem 1
1. 2. 3.
4. 5. 6.
7.
8.
KEPALA KANTOR/ UPBU/ SATPEL.
S«m2
KET.
LAPORAN MONITORING RUMAH NEGARA
PADA KANTOR/UPBU/ SATPEL/ DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN
SEWA NO.
NO.
MASA
NAMA
GOL/
SIP
BERLAKU
PENGHUNI
TIPE
KESESUAIAN
PEMBAYARAN SEWA (BULAN)
PER
TUNGGA
BULAN
(Rp.)
KAN
1
2
3
4
5
&
7
8
?
10
11
PENAN DA TANG AN
FUNGSI RUM AM NEGARA
KET.
AN SIP
12
SEM
SEM
1
II
1 2 3 4
5 6
7 8
KEPALA KANTOR/ UPBU/ SATPEL.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Pelaksana Tugas
ai dengan aslinya KEP
&TKUM DAN HUMAS,
ttd. BAMBANG TJAHJONO
LbinaTk.I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002