Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku)
Artikel Ilmiah
Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033) Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Yesaya Sandang, M.Hum.
Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
1.
Pendahuluan Sebagai ibu kota Provinsi Maluku, Ambon memegang andil penting dalam pembangunan daerah, dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, termasuk migrasi dari daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pertumbuhan penduduk cenderung meningkat dalam perhitungan tahun 2012, mencapai 21% dari 1,2% pada tahun 2009, dan dengan pengecualian pada tahun 2010 pasca konflik komunal [1]. Oleh karena cengkih dan pala, Maluku menjadi wilayah yang menyimpan sisa-sisa perjalanan sejarah dunia. mulai dari berdirinya kerajaan Islam, masuknya bangsa Portugis pada tahun 1500-1600 dalam monopoli perdagangan cengkih dan pala, disusul kolonialisme Belanda dan bangsa-bangsa Eropa lainnya pada tahun 1602. Tidak hanya cengkih dan pala, pergeseran kekuasaan ke tangan Jepang yang yang haus akan kekayaan laut Maluku, serta perjuangan mencapai kemerdekaan [2]. Kolaborasi kekayaan alam, akulturasi budaya yang beriringan dengan originalitas budaya kebersamaan dalam kekeluargaan, menjadikan Ambon layak menyandang sebutan Manise, atau Ambon yang Cantik. Hingga kini, jumlah penduduk yang mencapai 395.423 jiwa pada tahun 2014, diharapkan turut bertanggungjawab terhadap 24 titik wisata bahari, dan 15 titik situs sejarah yang dimiliki Pulau Ambon sebagai tujuan wisata. Kekayaan alam dan warisan budaya Ambon seharusnya berbanding lurus dengan penyediaan layanan informasi yang memenuhi kebutuhan calon wisatawan, wisatawan bahkan masyarakat setempat secara berkesinambungan, terlepas dari pemanfaatan momentum salah satunya seperti Sail Banda pada tahun 2010 silam yang secara otomatis turut menarik perhatian dunia untuk Ambon. Dalam rangka mengemas dan menyajikan informasi sebagai kebutuhan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku mengungkapkan kebijakan dan ketetapan pemerintah daerah dalam pengadaan media informasi pariwisata yang cenderung menggeserkan manfaat teknologi multimedia dan perkembangnnya. Sebagai contoh, booklet, brosur, leaflet peta lokasi objek wisata, dan media cetak lainnya, hingga kini masih merupakan media pokok sumber informasi dan promosi pariwisata yang memuat destinasi wisata pada 9 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Maluku. Dalam wawancara bersama Bidang Informasi dan Promosi Disbudpar Maluku, media cetak tersebut antara lain Peta lokasi objek wisata Pulau Ambon yang hanya berisi peta objek, booklet dan leaflet untuk Kabupetan Maluku Tengah, booklet dan leaflet wisata Pulau Ora, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Tanah Tanimbar, Ibu Kota Tiakur, serta booklet Bandanaira, yang masing-masing hanya dapat diperoleh di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, atau lembaga tertentu yang menjalin kerjasama promosi. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya informasi wisata bagi wisatawan dari media informasi pariwasata Provinsi Maluku yang praktis digunakan dan relevan dengan pariwisata yang ada. Menurut Muddin Wael, S.S sebagai staff pelaksana harian media informasi pariwisata Disbudpar, pengadaan media cetak berupa booklet pariwisata dan peta wisata yang berkelanjutan dengan asumsi data yang harus dibaharui pertahunnya,
1
menghabiskan anggaran sebesar Rp. 130.000.000,00 dan kurang lebih Rp.14.000.000,00 alokasi dana khusus pengembangan media Pulau Ambon dan belum termasuk pengadaan media untuk event nasional. Anggaran belanja yang cukup besar justru menyisakan booklet, leaflet dan lain sebagainya dalam jumlah banyak hanya menjadi inventaris Dinas. Di sisi lain, fasilitas web site resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku menghabiskan anggaran lebih rendah dibandingkan pengadaan media cetak, yakni Rp,12.000.000,- per tahun tanpa input data yang up to date. Menanggapi hal ini, perlu adanya kreatifitas yang mengembangkan layanan informasi secara berkala, memuat semua informasi wisata Pulau Ambon yang menarik perhatian, sekaligus sebagai media promosi, menekan anggaran belanja daerah dengan memanfaatkan fasilitas penunjang informasi yang telah ada. Hadirnya multimedia dipercaya mampu menembus sasaran penyampain informasi wisata, dalam kolaborasi unsur-unsur teks, video, suara dan gambar, yang kemudian dikemas dalam sebuah Tourist Map objek wisata berbasis animasi interaktif sebagai visualisasi peta pariwisata pada media cetak. Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah dirumuskan, maka diperlukan batasan-batasan dalam penelitian yakni, pencarian tujuan wisata hanya dimulai dari Bandar udara Pattimura Ambon, Peta grafis yang dibuat hanya memvisualisasikan jalan-jalan utama, tidak termasuk jalan-jalan kecil, objek penelitian tujuan wisata hanya merupakan wisata alam dan sejarah khusus di wilayah Pulau Ambon, objek wisata yang divisualisasikan hanya berupa 10 objek wisata alam dan 10 objek wisata sejarah, serta Informasi yang disalurkan berupa rute perjalanan wisata, jarak tempuh, akses dan transportasi ke lokasi wisata, fasilitas umum seperti tempat tinggal dan daya tarik objek wisata tersebut. 2.
Tinjuan Pustaka Perancangan hingga implementasi Tourist Map dapat menerobos jalur promosi destinasi wisata daerah seperti pada Perancangan Peta Interaktif 2D dan Tourist Guide Kepulauan Bangka Belitung oleh Jayanti. Penelitian ini menggambarkan keseluruhan Kepulaun Bangka Belitung secara kompleks bersama animasi murni dua dimensi [3]. Penelitian selanjutnya oleh Tri Nugraha yakni proyek Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten Lampung Barat. Aplikasi yang disajikan dalam 1 bahasa yakni bahasa Indonesia ini menargetkan wisatawan domestik [4]. Memperjelas perbedaannya dengan perancangan Tourist Map wisata Pulau Ambon, Tourist Map dirancang dalam dua bahasa, dengan desain interface yang berorientasi pada karakter objek penelitian, guna menyalurkan informasi wisata yang menarik juga informatif. Map pada dasarnya mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan (pembaca peta), dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan yang berupa informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar peta atau gambar tersebut dapat dimengerti, maka memerlukan kesamaan bahasa antara pembuat peta dan pembaca peta, dengan menerjemahkannya dalam bahasa symbol agar pembaca dapat mengerti [5].
2
Media Informasi merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media atau medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari informasi secara umum adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang [7]. Animasi berasal dari bahasa latin Anima, yang secara harafiah berarti „jiwa‟ (soul) Animare yang berarti „nafas kehidupan‟ (vital breath). merupakan serangkaian gambar gerak cepat yang continue atau terus-menerus yang memiliki hubungan satu dengan lainnya [8]. Animasi Komputer membuat hal-hal yang awalnya tidak mungkin digambarkan dengan animasi menjadi mungkin dan lebih mudah [9]. Multimedia dan penggunaannya membantu penyampaian informasi dalam perancangan Tourist Map ini. Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian oleh Computer Technology Research bahwa sesorang hanya akan mendapat 20% dari apa yang mereka lihat dan 30% dari apa yang mereka dengar. Sedangkan multimedia mampu memberikan 50% dari keduanya, hingga 80% dari apa yang mereka lihat, dengar dan berinteraksi dalam waktu yang sama dan dengan desain antarmuka yang akan lebih menarik [10]. Multimedia interaktif merupakan gabungan dari beberapa unsur multimedia seperti teks, gambar, animasi dan video yang dapat dikontrol oleh penggunanya [11]. Perancangan Interaktif Tourist Map adalah bentuk pengaplikasian Multimedia Interaktif, dimana user atau penggunan berperan sebagai controller. Objek secara etimologi berarti bentuk dan wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata [12]. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu tempat yang potensial, namun belum dikembangkan atau dikelola, belum dapat disebut objek wisata hingga adanya pihak pengelola tempat tersebut sebagai dasar kepariwisataan. Tanpa adanya pengelola dari tempat potensial itu, maka akan sulit untuk berkembang menjadi suatu objek wisata. Sebaliknya ketetapan sebagai objek wisata dengan potensi, keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia akan menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam [13]. Wisata sejarah merupakan bagian kecil wisata yang berorientasi pada objek wisata sosial budaya, dimana objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi meseum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan. Pulau Ambon atau Ambon Manise yang berarti Kota Ambon Yang Indah, Manis atau Cantik, merupakan kota terbesar di wilayah kepulauan Maluku dan menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan Maluku [14]. Sejarah mencatat, pulau kecil Ambon adalah pusat pemerintahan
3
Belanda di Maluku pada abad k-15 itu, kini Pulau dan Kota Ambon tetap menjadi pusat aktifitas Provinsi Maluku [15]. Beranjak dari kekayaan sebagai alasan eksplorasi eropa di Maluku, khususnya pulau Ambon, kemajemukan yang lahir dari sana sempat membawa Ambon dalam kekerasan komunal yang terjadi antara tahun 1999-2002. Kurang lebih tiga tahun ada dalam pertempuhan darah, di akhir tahun 2009 Ambon menjadi salah satu situs perdamaian dunia dengan penetapan World Peace Gong oleh PBB tepat di pusat kota Ambon yang kemudian menarik masyarakat lokal untuk berproses dalam menjaga stabilitas keamanan dan kedamaian Ambon, termasuk pembangunan kepariwisataan di dalamnya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku resmi ditetapkan pada tanggal 6 Mei 1997 sebagai lembaga pemerintah daerah yang siap menjaga, melindungi, melestarikan seluruh aspek mengenai seni yang terkandung dalam kebudayaan daerah, melestarikan segala kekayaan sejarah dan alam sebagai tujuan wisata dan sebagai bentuk kebanggaan atas ciptaan Sang Kuasa bagi Indonesia. Adapun visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah terwujudnya Maluku sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berbasis masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan dalam 9 Kabupaten dan 2 Kota di Maluku. Metode Penelitian Pemetaan metode perancangan Tourist Map objek dan daya tarik wisata akan dijabarkan dalam bab ini. Tahap-tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 3.
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods reasearch atau metode campuran dengan eksploratoris sekuensial sebagai teknik pengumpulan data. Mixed methods merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantittif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehinga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Metode kualitatif berfungsi untuk menemukan hipotesis pada kasus tertentu atau sampel terbatas, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis pada populasi yang lebih luas [16]. Perancangan Interaktif Tourist Map dengan mix methods atau metode 4
campuran pada tahap awal, dilakukan “collects and analyzes qualitative data and then followed by quantitative phase” atau pengumpulan data dan analisis data kualitatif sebagai data primer disusul pendekatan kuantitaif sebagai pendukung kebenaran data premir [17]. Metode penelitian dan strategi perancangan sistem pada dasarnya merupakan metode perancangan sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk [18]. Prototyping model merupakan proses untuk membangun sebuah model dari suatu sistem yang berorientasi pada kebutuhan user, dengan asumsi dapat dikembangkan lagi. Metode prototyping dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan prototyping model [19]
Menurut Roger S.Pressman, Ph.D Metode Prototype bukanlah merupakan sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dievaluasi dan dimodivikasi kembali [19]. Segala perubahan dapat kembali terjadi pada saat prototype dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pada saat yang sama memungkinkan pengembang untuk lebih memahami kebutuhan pengguna secara lebih baik. Berikut adalah tahapan metode prototype: (a) Komunikasi dan pengumpulan data awal, yaitu analisis terhadap kebutuhan pengguna (Dalam hal ini, wisatawan), (b) Quick Desain (desain cepat), yaitu pembuatan desain secara umum untuk selanjutnya dikembangkan kembali, (c) Pembentukan prototype yaitu pembuatan perangkat prototype termasuk pengujian dan penyempurnaan. (d) Evaluasi terhadap prototype, yaitu mengevaluasi prototype dan memperhalus analisis terhadap kebutuhan pengguna, (e) Perbaikan prototype, yaitu pembuatan tipe yang sebenarnya berdasarkan hasil dari evaluasi prototype, dan (f) Produksi Akhir, yaitu memproduksi perangkat secara benar sehingga dapat digunakan oleh pengguna. Teknik pengumpulan data untuk media Tourist Map ini diambil dari hasil: (1) Wawancara yang merupakan satu perangkat metodologi yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif [20]. Dalam tahap ini, wawancara dilakukan dengan Bpk. Muddin Wael, S.S. selaku Staf Sie Promosi sekaligus sebagai Humas Informasi dan Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Maluku. Tabel 1 merupkan hasil wawancara terstruktur dengan Bidang Promosi dan Publikasi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku. No 1
Tabel 1. Hasil Wawancara Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku Pertanyaan Jawaban Media informasi apa saja yang sejauh ini dikelolah DisBudPar untuk pengembangan objek wisata?
booklet, brosur, leaflet dan website dan beberapa CD video yang tidak lagi diupdate.
5
2
Berapa banyak anggaran yang kirakira dialokasikan untuk pengembangan media?
- Untuk penganggarannya, dalam 1 tahun ada 3 pos penganggaran yaitu: pesta Teluk sebagai Program Tahunan, cetak-mencetak leaflet dll, perjalanan Dinas dalam Exebisi Nasional. - Untuk pengadaan brosur dan leaflet sendiri dalam ABT DisBudPar sebanyak Rp.170.000.000,00 belum termasuk pengadaan media untuk event seperti Exebisi Nasional. - Untuk website, dalam ABT tercatat Rp.2.000.000,00 untuk maintenance/bulan.
3
Berdasarkan data jumlah media informasi yang ada dan penganggarannya, kendala apa saja yang pernah bahkan sering terjadi dalam proses pengadaan dan pengembangan media? Apakah pihak Bidang Informasi dan Promosi Pariwsiata puas dengan pengadaan mendia informasi yang sampai kini masih diprogramkan?
- Dalam pengadaannya, hanya saja pengadaan media informasi yang ada jauh di bawah keefktifannya jika dibandingkan layanan informasi daerah lain yang lebih memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal itu terlihat saat exebisi nasioal yg dibuat kementrian industry kreatif dan pariwisata. - Dari keselurah program yang sudah dikerjakan dalam Bidang kami, jelas kami belum puas dengan booklet, brosur, leaflet yang ada. Pengadaan media tiap tahunnya terbukti tidak terpakai dengan baik. Masih banyak booklet yang tersisa, sama saja dengan membuang-buang anggaran. Iya, kita tebatas dengan anggaran. 170.000.000,00 sudah harus cukup untuk semua pengadaan. - Selanjutnya, mengenai website juga mengalami kendala. Biaya maintenance website terus berjalan tanpa update informasi yang penting di dalamnya. Hal ini sangat disayangkan. Kita butuh kreatifitas. Kita butuh kreatifitas. ini sangat disayangkan.
4
Pernakah pihak pengelolah media memikirkan atau bahkan telah mengupayakan memperbaiki metode layanan informasi yang telah ada?
“Maluku Luas, banyak kekayaan yang belum kita ekspose. Ambon juga punya sejuta pesona. Kita ingin media yang lebih baik lagi untuk menampung semua. Booklet dan leaflet memang baik, hanya belum mampu menyentuh tujuan kita. Padahal kiblat pariwisata Indonesia kini mengarah pada Indonesia bagian Timur. Kalau boleh, website kita aktifkan kembali, olah kembali isinya supaya lebih berguna. Sementara dengan media internet Dinas dulu. Siapa tau, setelah diolah ada perhatian Kepala Dinas supaya diperjuangkan lagi apa yang harus kita punya. Selain itu, di Bandara pattimura sementara dalam proses pengadaan media Kiosk dan kita sementara memikirkan cara apa lagi untuk pemanfaatannya”.
(2) Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yan nampak atas objek penelitia [21]. Obeservasi yang dilakukan adalah pengamatan segala sesuatu yang terjadi dalam proses penyedian layanan informasi wisata. Dari proses pengamatan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, didapati beberapa masalah di dalamnya seperti, fasilitas internet yang tidak lagi direalisasikan pada Bidang Promosi Pariwisata, dan mengakibatkan lemahnya sistem update informasi. Selanjutnya, (3) Kuesioner atau angket yang merupakan daftar pertanyaan yang disertai lajur tempat jawaban, diberikan kepada tiga kelas responden yakni wisatawan lokal, domestik, dan manca negara, masing-masing sebanyak 30 responden. Gambar 3 merupkan persentase jawaban responden terhadap indeks pertanyaan objek wisata apa yang lebih menarik dikunjungi wisatawan jika endak berwisata ke Pulau Ambon.
6
Indeks Tujuan Wisata Oleh Wisatawan 0 32.30%
40%
26.70% Wisata Alam Alam dan Sejarah
Wisata Sejarah Lain-lain
Gambar 3. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pertama
Selanjutnya, Gambar 4 merupakan jawaban atas pertanyaan kedua yang meminta responden memberikan jawabannya terkait media informasi apa yang lebih banyak memberikan informasi wisata bagi responden. Intensitas Penggunaan Media Informasi Wisata Oleh Wisatawan 6.70% 33.30%
53.30%
6.70% Situs Resmi Booklet & Brosur
Web Sites Intrapersonal
Gambar 4. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Kedua
Dari data di atas membuktikan minimnya akses situs web resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku beserta media cetak yang sejauh ini menjadi media informasi dan promosi wisata Pulau Ambon. Keadaan ini memperjelas hasil pendekatan kualitatif yang telah ada mengenai bahan evaluasi kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku dibandingkan situs web lainnya yang lebih banyak digunakan sebagai media informasi pariwsata Ambon. Gambar 4 merupakan jawaban responden terkait jumlah objek wisata alam yang responden ketahui dari sumber informasi yang disediakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku. Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam 33.30% 33.30% 6.70% <5
< 15
26.70%
> 15
Tidak Ada
Gambar 5. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan ketiga
7
Keadaan ini menggambarkan minimnya media informasi yang informatif bagi wisatawan. Jawaban responden yang banyak atas tidak satupun objek wisata yang mereka ketahui melalui layanan media informasi oleh Disbupar, juga menghasilkan beberapa keluhan responden dalam wawancara tidak terstruktur terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku terkait kebutuhan wisatawan akan media informasi yang informatif dan praktis digunakan. Masalah yang sama juga terjadi untuk informasi objek wisata sejarah. Presentase jawaban responden terkait jumlah objek wisata sejarah yang responden ketahui dari media informasi booklet, brosur, atau web site, oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku dapat di lihat pada Gambar 6. Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam 33.30% 6.70% <5
< 15
33.30% 26.70% > 15
Tidak Ada
Gambar 6. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Keempat
Cara lain untuk mempeoleh data dari responden atau objek penelitian adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. (4) Teknik dokumentasi memungkinkan perolehan dokumen-dokumen resmi sebagai bagian dari pendekatan kualitatif. Adapun hasil riset data kualitatif yang dilakukukan pada Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, terdapat 24 objek wisata pulau Ambon, yaitu: Tabel 2. Rekam data jumlah objek wisata alam Pulau Ambon [22] No 1 2 3 4 5 6
Nama Objek Wisata Alam Pintu Kota Pantai Santai Pantai Lelisa/Collin Taman Laut Namalatu Pantai Felawatu Pantai Halong
Lokasi Objek Desa Air Low- Latuhalat Desa Latuhalat Desa Latuhalat Desa Latuhalat Desa Seri Sepanjang Pantai Desa Halong
7 8 9 10
Pantai Naku Pantai Amahusu Pantai Pasir Putih Air Manis Pantai Lawena
Desa Naku, Jazirah Leitimur Desa Amahusu Desa Tawiri Desa Hutumury, Leitimur Selatan
11
Pantai Larier
Desa Wakasihu, Leihitu Barat
12 13 14
Goa Leaekang Goa dan Pantai Hukurila Taman Laut Air Low
Desa Kusu-Kusu Desa Hukurila Sepanjang Pantai Desa Air Low
8
15
Taman Laut Eri
16 17
Taman Laut Tanjong Taman Laut Amuhusu
18 19 20 21 22 23 24
Taman Laut Seri Taman Laut Hative Besar Taman Laut Wayame Wisata Bahari Tulehu Wisata Bahari Hukurila Wisata Bahari Ureng Gunung Sirimau
Sepanjang Pantai Desa EriLatuhalat Titik Akhir Desa Latuhalat Sepanjang Pantai AmuhusuLatuhalat Desa Hative Besar Pantai Wayame-Hative Desa Tulehu Desa Hukurila Desa Ureng Desa Soya
Latar belakang bekas jajahan dan perjuangan juga mencetak pulau Ambon dengan 15 destinasi wisata sejarah. Berikut, daftar 15 destinasi wisata sejarah menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku: Tabel 3. Rekam data jumlah objek wisata sejarah Pulau Ambon [22] No. 1 2
Nama Objek Wisata Benteng New Victoria Museum Siwalima
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tugu Pattimura Tugu Martha Christina Tiahahu Patung Slamet Riyadi Gong Perdamaian Dunia Monument Rumphius Tugu Dooland Tugu Trikora Masjid Wapauwe Gereja Tua Hila Benteng Amsterdam Taman Makam Pahlawan Australia Monumen Australia Beringin Memorial
Lokasi Objek Pusat Kota Ambon Taman Makmur-Airsalobar, Ambon Pusat Kota Ambon Karang Panjang, Ambon Pusat Kota Ambon Pusat Kota Ambon Lokasi Yayasan Xaverius Ambon Kudamati, Ambon Jl. Diponegoro, Kota Ambon Desa Kaitetu, Leitimur Desa Hila, Leitimur Desa Hila Jl. Kapaha, Tantui Ambon Desa Tawiri Desa Tawiri
Dalam pemeliharaan objek wisata, fungsi control Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku terus melakukan rekap data statistik jumlah wisatawan atas 24 objek wisata alam dan 15 objek wisata sejarah di Pulau Ambon. Perancangan sistem memuat plot atau alur cerita secara garis besar dalam tiga babak pokok dari keseluruhan plot, yakni opening scene, main body sebagai ide pokok, dan closing, merupakan peran dan ciri storyline [23]. Dalam kasus ini, opening scene Tourist Map Pulau Ambon dimulai dengan judul aplikasi “Amboina Tourism Map Info”. Konsep layanan informasi dalam aplikasi disajikan dalam dua bahasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa asli di mana media informasi ini dibuat, dan bahasa Inggris sehingga sebagai bahasa yang paling banyak digunakan di negara-negara di dunia dari total 172 bahasa dunia yang tercatat [24]. Gambar 5 adalah sketsa desain interface/antarmuka media informasi.
9
Gambar 7. Quick Desain Interface Media
Dalam main body, akan ada dua menu utama berupa Historical Site Map, dan Natures Site Map yang menyediakan informasi rute perjalanan user dari Bandara Pattimura yang disajikan dengan teknik mothion graphic animation pada peta pulau Ambon. Dalam main body, user juga disediakan tiga menu lainnya berupa, Discovery pulau Ambon yang memuat video selayang pandang Pulau Ambon, Galery foto yang di-upload dari jejaring sosial basis foto, serta calendar events sebagai informasi penting lainnya atas moment terbaik di pulau Ambon dalam tahun berjalan. Interface akan terus bergulir melalui aksi user in, back, exit. Berlanjut pada closing, tampilan akan bergulir ke bumper out dengan konten ucapan “Terima kasih”, disusul logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku dan brand “Woderful Indonesia”. Main menu dalam rancangan media Tourist Map, berorientasi atas budaya Pela Gandong, Masohi dan Makan Patita yang menjadi tradisi atau kebiasaan adat yang mempererat relasi antar suku dan agama di Ambon-Maluku. Makan Patita berarti makan bersama, dimana para raja dan keluarganya, kepala-kepala adat dan masyarakat biasa duduk bersama membentuk formasi panjang untuk makan bersama. Biasanya makan yang dihidangkan adalah makanan tradisional Ambon, seperti umbi-umbian, colo-colo, ikan bakar, dan sebagainya. Gambar 8 adalah quick desain sketsa warna opening dan main menu pada rancangan Media Informasi Tourist Map.
Gambar 8 Sketsa Warna Desain Interface Opening dan Main Menu Media
Sementara itu, desain icon pada Media Informasi Tourist Map ini diorientasikan atas konsep komoditi utama Maluku, yakni Cengkeh dan Pala. Gambar 9 merupakan sketsa rencana desain icon penunjuk lokasi wisata, yang mengkolaborasikan stilasi Cengkeh dan Pala, sebelum dan sesudah pewarnaan.
10
Gambar 9 Sketsa Icon Penunjuk Lokasi Wisata
Pada perancangannya secara keseluruhan, jenis warna yang digunakan dalam perancangan Media Informasi Tourist Map ini, merupakan warna-warna pokok dan warna pendukung. Gambar 10 merupakan gambar warna utama yang dipilih, yaitu hijau, coklat muda, dan biru.
Gambar 10. Pallet Warna Utama
Warna coklat dalam desain melambangkan kebijaksanaan, dan warna alam yaitu tanah [25]. Selain itu warna coklat muda dalam desain media ini mengarah pada warna alamiah pasir sebagai salah satu icon wisata alam di Pulau Ambon. Permaianan tranparansi dengan warna putih dalam desain memvisualisasikan kelembutan angin dan ombak di pantai. Warna pendukung gambar 11 dalam desan media informasi Tourist Map ini menggunakan warna cerah seperti untuk memberikan kesan cantik, dekat, akrab [26].
Gambar 11. Pallet Warna Pendukung
Dalam perancangannya, Tourist Map membutuhkan tipografi atau huruf yang berkenan dengan maksud dan tujuan desain secara utuh. Tipografi berperan penting dalam penggambaran identitas sebuah buku atau dalam hal ini, desain interface. Pemilihan font dekoratif Brush Script MT untuk judul media mengesankan karakter kelembutan dan kemolekan alam Ambon. Gambar 12 adalah font Brush Script MT untuk title media informasi.
Gambar 12. Huruf Dekoratif Brush Script MT
Untuk sub judul, dan isi dari Media Informasi Tourist Map, pilihan huruf Raavi ditetapkan untuk memberikan kesan simple, informatif, sesuai dengan karakteristik Ambon dan tujuan media Tourist Map. Selain itu, huruf Raavi dalam penggunaannya mudah dibaca. Gambar 13 adalah sampel huruf Raavi.
11
Gambar 13. Huruf Raavi
Dalam membangun prototype Tourist Map terdiri dari 4 tahapan Proses yakni proses editing animasi opening, proses editing animasi rute perjalanan pada peta dan input data keterangan objek, editing video discovery Ambon, editing galery, proses penggabungan animasi dan video ke dalam media interaktif. Proses pembuatan animasi opening atau pembuka dilakukan dengan menggabungkan beberapa elemen multimedia yakni penggabungan gambar yang telah dibuat, menambahkan efek suara pendukung, serta menambahkan teknik pergerakan animasi (rotation, opacity, position, transition, scale dan masking). Setelah proses pembuatan animasi opening selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan animasi rute perjalanan menuju lokasi objek wisata pada peta Pulau Ambon. Selanjutnya, dilakukan proses editing video discovery atau selayangpandang pulau Ambon dengan aplikasi editing video. Melengkapi keseluruhan animasi, proses penggabungan tidak terlepas dari penganimasian button/tombol, dan penambahan backsound. Animasi tombol disesuaikan dengan fungsi tombol, dan backsound berupa instrumen lagu-lagu Ambon yang menambah kesan mempesona. Penggabungan komponen dalam media Tourist Map diakhiri dengan proses rendering. Rendering adalah menggabungkan semua komponen pembentuk aplikasi baik video, audio, teks, efek, filter, dan lain sebagainya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diubah-ubah lagi [27]. Proses rendering Media Informasi Tourist Map menghasilkan file dengan formal .swf. Tahap evaluasi prototyping mengalami 3 kali proses evaluasi dimulai dari quick desain yang menghasilkan prototype 1, evaluasi prototype kedua yang menghasilkan prototype 2, dan evaluasi prototype ke-tiga sebagai prototype akhir. Sesuai ketetapannya, evaluasi produk dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku sebagai klient atau pelanggan dalam perancangan Media Informasi Tourist Map dimaksud. Evaluasi dilakukan guna mengetahui standar kelayakan media apakah sesuai dengan permintaan klient sebelum diaplikasikan kedalam media informasi untuk dikonsumsi wisatwan. Evaluasi prototype media Tourist Map pertama kali dievaluasi oleh admin dan pengelolah semua media publikasi, informasi dan promosi pariwisata Maluku. Bapak Ramsie Saimima sebagai pengelola media, dalam evaluasinya meminta perubahan konsep Media Informasi dengan wood texturing untuk memperkuat konsep Makan Patita, dengan title “Stuck In Amboina ?”, pilihan font menjadi Hobo Std, tambahan loggin name dalam media informasi sebagai salam pembuka aplikasi dan dapat dikembangkan lagi menjadi ID user, perubahan desain icon objek wisata, serta tambahan ornamen Merah Putih pada setiap halaman aplikasi. Perubahan pada prototype ini dapat dilihat pada Gambar 14.
12
Gambar 14. Hasil Evaluasi Prototype 1
Evaluasi tahap kedua, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap pertama selesai. Evaluasi pada tahap ini menghasilkan perubahan desain button pada main menu, icon penunjuk objek wisata, perbaikan desain button back, sound, dan exit yang disesuaikan dengan button pada main menu. Selanjutnya, positioning seperti penempatan bendera Merah Putih, ornament etnik Maluku yang perlu diperbaharui kembali penempatannya. Gambar 15 merupkan hasil evaluasi prototype 2.
Gambar 15. Hasil Evaluasi Prototype 2
Evaluasi tahap ketiga, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap kedua selesai. Pada tahap ini merupakan tahap protyping terakhir dan dievaluasi oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, Ir. Vera Ellen Tomasoa. Dalam evaluasinya, Ir. Tomasoa memberikan apresiasi atas rancangan interface yang telah ada, hanya menitikberatkan isi dari informasi wisata yang disalurkan, disusul desain media yang sekaligus mampu memperlihatkan Ambon dengan sejuta pesonanya terutama laut. Ikan, terumbu karang, dan semua kekayaan laut Pulau Ambon harus ditonjolkan dalam media Tourist Map. Ikonikon Pulau Ambon, seperti bintang laut, kerang, dan Ambon Frogfish atau biota laut lainnya yang terkenal langkah dan ditemukan di perairan Pulau Ambon. Ir. Tomasoa dalam evaluasinya juga meminta perubahan closing aplikasi dengan branding Pariwsata Maluku yakni “Spice Island an Exotic Marine Paradise”. Gambar 16 merupkan hasil evaluasi akhir.
Gambar 16. Hasil Evaluasi Prototype 3
4.
Hasil Perancangan Media Intro merupakan halaman awal ketika aplikasi dijalankan. Pada bagian ini, judul aplikasi “Stuck in Amboina ?” memberikan kesan tawaran informasi bagi
13
wisatawan yang membutuhkan informasi pariwisata Ambon. Halaman Home dengan main menu di dalamnya berisi seluruh informasi pariwisata Ambon. Menu Home dapat di lihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Menu Home
Selanjutnya, Gambar 18 adalah antarmuka dalam menu Nature Site Map dan Historical Site Map. Di dalam antarmuka site map ini, terdapat button/tombol untuk mempermudah user dalam mencari informasi dengan masing-masing 10 icon penunjuk lokasi wisata, gallery foto daya tarik objek wisata di dalam penjelasan deskripsi objek.
Gambar 18. Antarmuka Site Map
Menu Gallery, Discovery, beserta Calender Events tahunan dalam data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku melengkapi informasi pariwisata yang telah dirancang. Menu Gallery disiapkan sebagai tool untuk memberikan informasi lokasi wisata berdasarkan gambar yang diambil, Discovery video atau video singkat yang mempresentasikan pariwisata Ambon, serta informasi kegiatan menarik lainnya yang dapat dinikmati di Pulau Ambon. Gambar 19 adalah halaman Gallery, Discovery dan Calender Events Pulau Ambon sebagai tambahan informasi dengan perubahan background sesuai evaluasi klient.
Gambar 19. Halaman Gallery & Calender Events
Pada bagian akhir dari aplikasi ini, branding pariwisata Maluku “Spice Island and Exotic Marine Paradise” menjadi bagian penting dari aplikasi ini yang berarti Maluku sebagai provinsi rempah-rempah dengan pesona surga bawa laut yang eksotis. Bersamaan dengan ini, logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan
14
Wonderful Indonesia sebagai pelindung dan penanggung jawab aplikasi kepariwisataan Maluku, turut disertakan di dalamnya. Selain itu, sebagai label dan bentuk penghargaan dalam penelitian ini, logo Fakultas Teknologi Informasi dan Universitas Kristen Satya Wacana turut disertakan. Gambar 20 merupakan halaman penutup aplikasi.
Gambar 20. Perubahan Halaman Penutup
Apliasi Media Informasi Tourist Map yang telah siap kemudian dikemas dalam bentuk kepingan CD dengan cover CD berukuran panjang x lebar yakni 18.5 cm x 12.8 cm yang akan diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku untuk lebih utama diaplikasikan ke media website “tourismmaluku.org”, disusul persiapan pengaplikasian pada media Kiosk di Bandar udara Pattimura Ambon. Setelah proses merancang dan membangun media sebagai produk selesai dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pengujian produk. Pengujian produk secara kuantitatif melalui kuesioner dilakukan pada Universitas Kristen Satya Wacana dengan jumlah responden sebanyak 30 orang untuk dengan kriteria usia diatas 18 tahun, dan secara ekonomi mampu melakukan perjalanan wisata ke Pulau Ambon. Tahapan pertama adalah pengujian dengan menggunakan kuesioner kepada 30 responden dengan 10 pernyataan Pengujian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat berfungsi baik dan sudah sesuai atau tidak bagi pengguna baik dalam hal desain, materi dan manfaat. Dari kuisioner juga digunakan sebagai pengukur minat para siswa akan aplikasi yang dibuat. Pernyataan nomer 1 sampai 5 menanyakan tentang ketertarikan responden mengenai aplikasi yang dibuat. Perhitungan hasil penilaian kuisioner responden menggunakan skala Likert. Hasil pengujian responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Pengujian Kuantitatif Tanggapan No
1
Pernyataan
Sangat Setuju
Icons dalam media Informasi
Setuju
Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
11
9
0
0
8
13
4
0
0
2
21
7
0
0
sudah didesain menarik. 2
Pemilihan warna dalam desain media informasi sudah sesuai
3
Antarmuka
media
informasi
15
sudah didesain menarik 4
Text
bacaan
dalam
media
5
23
2
0
0
5
12
13
0
0
8
20
2
0
0
8
14
8
0
0
14
15
1
0
0
10
14
6
0
0
6
19
5
0
0
informasi jelas dan dapat dibaca. 5
Konsep Media Informasi dapat dimengerti.
6
Media
Informasi
memberikan
telah
informasi
lokasi
objek wisata secara jelas. 7
Media
Informasi
memberikan
telah
informasi
daya
tarik wisata secara jelas. 8
Aplikasi Media Informasi lebih informatif dibandingkan media cetak.
9
Media
Informasi
Pariwisata
Ambon mudah digunakan. 10
Media
Informasi
pariwisata
Pulau Ambon sangat membantu wisatawan dalam memperoleh informasi objek wisata. Persentase
76
162
57
0
0
Skor ideal untuk respon sangat setuju adalah 150, respon setuju 120, respon netral 90, tidak setuju 60, dan sangat tidak setuju adalah 30 yang berarti nilai maksimal respon adalah 150. Dari tabel hasil pengujian responden dapat dilihat bahwa respon dengan jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, respon dengan nilai netral sebanyak 57 atau 38% dari 100% yang diinginkan, respon dengan jawaban setuju sebanyak 162 atau 108%, dan respon sangat setuju sebanyak 76 atau 50,6%. Hasil pengujian tersebut masuk dalam kriteria interpretasi skor sangat kuat, dengan rentang angka 81% – 100%. Secara keseluruhan total respon yang dinilai setuju mendapatkan persentase terbesar jadi dapat disimpulkan bahwa aplikasi telah memenuhi kebutuhan user. Menurut hasil wawancara kepada ibu Fany Sabandar selaku staf layanan penyediaan media informasi pariwisata, segi informasi dalam aplikasi sesuai kebutuhan dinas. Aplikasi telah memuat semua informasi dalam booklet dan brosur yang pernah diadakan Dinas Pariwisata. Dari segi penggunaannya, media ini dinilai mudah dimengerti oleh para pengguna media computer. Dari segi tampilan serta animasi media ini dinilai sudah menarik. Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fany dapat disimpulkan bahwa media informasi pariwisata berupa Tourist Map ini dinilai mampu menjawab masalah informasi publikasi ketika diterapkan pada beberapa fasilitas layanan informasi
16
bagi calon wisatawan, serta dapat membantu promosi Pariwisata Maluku dalam beberapa event nasional. 5.
Simpulan Berdasarkan hasil perancangan dan evaluasi media Informasi Tourist Map Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon maka dapat disimpulkan bahwa media Tourist Map dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan penyediaan informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi yang telaha ada. Ekonomis bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Maluku, mudah diakses wisatawan selama wisatawan memliki akses internet untuk perencanaan perjalanan wisata, dan wisatawan yang menggunakan layanan Kiosk pada Bandara Pattimura Ambon. Berkaitan dengan media Tourist Map, maka terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan dalam penelitian mendatang. Media Tourist Map selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan seluruh informasi objek wisata dalam total jumlah objek yang seharusnya, juga pengelolaan system informasi peta yang lebih detail dan interaktif guna menjawab kebutuhan user dari berbagai titik asal di Pulau Ambon, pengembangan feed back dari masukan user name menjadi lebih bermanfaat. Dalam hal teknologi yakni mengaplikasikan media Tourist Map ke dalam smartphone, ataupun teknologi lain yang berkembang. 6. Daftar Pustaka [1] Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014, Kota Ambon dalam Angka, Ambon: Badan Pusat Statistik Kota Ambon. [2] Pattikayhatu, J A, 1973, Hari Lahir Kota Ambon, Ambon: Departemen P&K. [3] Jayanti, Dwi, 2012, Perancangan peta interaktif 2d dan tourist guide kepulauan bangka belitung sebagai Media promosi pariwisata, http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.11.2083.pdf. Diakses tanggal 20 November 2014. [4] Nugraha, Tri, 2011, Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten Lampung Barat, http://repository.amikom.ac.id/index.php. Diakses tanggal 20 November 2014. [5] Prihandito, Aryono, Cs M, 1988, Proyeksi Peta, Yogyakarta: Kanisius. [6] Heinich, R, Molenda, M, Russell, J D, & Smaldino, 2002, Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. [7] Gordon, Davis, 1990, Management information System conceptual foundations, Structure and development, Jakarta: Informatika. [8] John & Shadily, Hassan, Dalam Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, 2000. [9] Djalle, Z G, 2008, The Making of 3D Animation Movie Using 3D Studio Max, Jakarta: Informatika. [10] Hofstetter, fred, Tomas. 2001. Multimedia Literacy. McGraw Hill Inc. [11] Vaughan, Tay, 2006, Multimedia Making it Work edisi 6. Yogyakarta: Andi Offset.
17
[12] Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata; Tour Planning, Yogyakarta: Kanisius. [13] Anonymous, 1993, Peluang dan Tantangan Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Pasar Internasional pada Era PJPT I,. (Makalah Seminar Nasional), Yogyakarta: University Club UGM. [14] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2009, Marine Paradise, Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku. [15] Pattikaihatu J, A & Leirissa, R, 2004, Ambonku Doeloe, kini, Esok, Ambon: Pemerintah Kota Ambon. [16] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. [17] McMillan, J H, Schumacher, S. 2001, Research in education: A conceptual introduction (5th ed.). New York: Longman. [18] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. [19] Pressman, Roger, 1992, Software Engineering A Practtitioner's Approach, McGraw Hill Inc. [20] Denzin dan Lincoln, 2009, Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [21] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2013, Ambon Island, Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku. [22] Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. [23] Hart, John, 2013, The Art of The Storyboard. US: Focal Press. [24] Hamidia, Muzayyinatul, 2015, Peran Bahasa Inggris, http://www.belt.sch.id/newsdetail/5. Diakses tanggal 24 April 2016. [25] Sanyoto S, Ebdi, 2009, Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain, Yogyakarta: Jalasutra. [26] Ruslant, Rosady, 2008, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, edisi ke 9. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada. [27] Komputer, Wahana, 2008, Video Editing dan Video Production, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
18