PERANCANGAN TATA LETAK BENGKEL FABRIKASI PENUNJANG GALANGAN Sunaryo1, Muningrum 09066378152 1
Departemen Teknik Mesin, 2Mahasiswa Teknik Perkapalan Universitas Indonesia
Abstrak : Pertumbuhan kapasitas galangan di Indonesia yang tidak secepat pertumbuhan kapal menyebabkan ketidakmampuan galangan memenuhi kebutuhan reparasi dan pembangunan kapal baru. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat akan pemenuhan kebutuhan armada transportasi laut yang baik di indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah Kab.Tanggamus di Prov. Lampung berinisiatif membuat klaster industri perkapalan. Di klaster industry perkapalan kabupaten Tanggamus ini selain direncanakan adanya pembangunan galangan dan fasilitas penunjang klaster perkapalan yang umumnya ada, juga direncanakan konsep baru dimana proses fabrikasi pembuatan kapal yang biasanya dilakukan di galangan, dilakukan ditempat terpisah. Bengkel penunjang fabrikasi ini dapat mengakomodasi kebutuhan fabrikasi beberapa galangan. Dengan konsep ini diharapkan dapat dilakukan penghematan pada galangan dalam pengadaan alat serta peningkatan kualitas hasil produksi yang tinggi dapat tercapai dikarenakan pembagian kerja yang spesifik. Adapun tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan tata letak bengkel fabrikasi yang optimal melalui perhitungan luas areal kerja dengan mempertimbangkan fasilitas yang ada didalamnya. Hasil perancangan berupa layout tata letak bengkel fabrikasi penunjang galangan yang optimal serta optimasi luas alokasi ruang sesuai dengan kebutuhan dan alur proses produksi. Kata kunci : Fabrikasi, galangan, tata letak, klaster industri.
1
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
1. PENDAHULUAN
merencanakan melakukan kajian potensi pengembangan kawasan khusus industri perkapalan di Tanggamus, Lampung.
Deklarasi Djuanda 1957 yang menegaskan konsepsi wawasan nusantara serta UNCLOS 1982 menempatkan indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi maritim yang sangat besar. Sebagai negara kepulauan, indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki jumlah pulau sebanyak 13.466, dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Dengan presentase perairan Indonesia yang mencapai 62% dan jumlah pulau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya maka armada transportasi laut yang baik dalam segi kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan agar keterhubungan antar pulau dapat tercapai sehingga terjadi pembangunan yang merata di seluruh indonesia.
Di klaster industry perkapalan kabupaten Tanggamus ini selain direncanakan adanya pembangunan galangan dan fasilitas penunjang klaster perkapalan yang umumnya ada, juga direncanakan konsep baru dimana proses fabrikasi yang biasa dilakukan di dalam galangan dilakukan ditempat terpisah. Bengkel penunjang fabrikasi ini dapat mengakomodasi kebutuhan fabrikasi beberapa galangan. Dengan konsep ini maka dapat dilakukan penghematan pada galangan dalam pengadaan alat dan kualitas hasil produksi yang tinggi dapat tercapai dikarenakan pembagian kerja yang spesifik. Adapun tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan tata letak bengkel fabrikasi yang optimal melalui perhitungan luas areal kerja dengan mempertimbangkan fasilitas yang ada didalamnya. Perancangan dilakukan dengan menggunakan program AutoCad 2007. Hasil perancangan berupa layout tata letak bengkel fabrikasi penunjang galangan yang optimal serta optimasi luas alokasi ruang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lahan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan armada transportasi laut yang baik maka kelayakan akan kapal yang beroperasi di Indonesia perlu diperhatikan. Pertumbuhan kapasitas galangan di Indonesia yang tidak secepat pertumbuhan kapal sehingga menyebabkan ketidakmampuan galangan memenuhi kebutuhan reparasi dan pembangunan kapal baru merupakan salah satu faktor penghambat akan pemenuhan kebutuhan armada transportasi laut yang baik. Menurut data Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) saat ini kebutuhan reparasi dan perawatan kapal di Indoensia mencapai 7,5 – 8 juta gross ton kapal per bulan. Sedangkan kapasitas seluruh galangan kapal di Indonesia hanya berkisar 6 – 7 juta gross ton kapal. Dengan kondisi seperti itu maka untuk memenuhi kebutuhan yang ada diperlukan peningkatan kapasitas dari galangan yang sudah ada maupun dengan pembuatan galangan kapal yang baru. Untuk menjawab tantangan ini maka pada tahun 2009 menteri perindustrian Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan nomor 124/M-IND/PER/10/2009 tentang peta panduan (road map) pengembangan klaster industri perkapalan.
2. STUDI LITERATUR Bagian yang paling utama dalam proses pembangunan kapal adalah pembangunan lambung (hull) kapal. Ada tiga macam system yang dipergunakan dalam proses pembangunan lambung kapal. Penerapan sistem – sistem tersebut berkaitan erat dengan : - Tingkat teknologi yang dimiliki galangan. - Kapasitas alat transportasi material (alat angkat), terutama tang berada di landas bangun (Building berth). - Ukuran kapal yang akan dibangun. - Kapasitas produksi yang diinginkan Ketiga sistem pembangunan lambung kapal yang dimaksud adalah : a. Sistem konvensional b. Sistem Seksi c. Sistem Blok
Pengembangan klaster industri perkapalan ini dinilai mampu untuk meningkatkan produktivitas industri perkapalan nasional, karena konsep klaster yang mengumpulkan industri – industri yang berperan dalam produksi kapal baik ship building, repair, maupun ship recycle dalam satu kesatuan organisasi yang saling berkomitmen dalam mewujudkan visi dan misi klaster. Konsep seperti ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang selama ini terjadi pada galangan – galangan di Indonesia, yaitu delivery time dan docking days yang lama.
Hampir semua pembangunan kapal di galangan menggunakan sistem blok seksi. Tiap galangan akan melakukan sistem tersebut sesuai dengan tipe kapal yang diproduksi dan keadaan lingkungan. Gambar 1 merupakan proses produksi kapal dengan secara keseluruhan dengan menggunakan teknologi blok ereksi, mulai dari permintaan pemilik kapal hingga proses delivery ketika kapal telah selesai dibangun.
Salah satu wilayah di Indonesia yang dianggap potensial oleh kementerian perindustrian untuk dilakukan pengembangan menjadi klaster industry perkapalan adalah kabupaten Tannggamus provinsi Lampung. Dalam rangka memfasilitasi pengembangan ruang produksi industry perkapalan tersebut, kementrian industry
2
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan adalah mengadakan studi eksperimen untuk menentukan tata letak fabrikasi penunjang galangan hingga mendapatkan tata letak yang optimal dan sesuai dengan alur produksi. Penentuan tata letak dilakukan dengan melakukan perancangan dengan bantuan program AutoCad 2007. Sebelum perancangan dilakukan , penulis mengadakan peninjauan ke galangan guna mengetahui proses fabrikasi yang dilakukan dalam pembuatan kapal. Fasilitas fabrikasi penunjang direncanakan dapat memenuhi semua kegiatan produksi di sektor fabrikasi seperti pemotongan, pembentukan, dan penandaan material baja di seluruh galangan sekitar kawasan industri maritim Kab. Tanggamus. Pada fabrikasi penunjang juga terdapat kegiatan pembuatan panel kapal. Fabrikasi penunjang ini harus dapat memenuhi semua kegiatan produksi seluruh galangan yang ada di kawasan industri maritim Kabupaten Tanggamus. Berikut merupakan galangan yang direncanakan ada di Kabupaten Tanggamus : − 1 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 50,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan besar . − 1 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 25,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan sedang. − 2 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 10,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan kecil.
Gambar 1. Proses produksi kapal dengan teknologi blok ereksi
Gambar 2. Urutan proses pengerjaan sistem blok Gambar 2 merupakan urutan proses pengerjaan sistem blok yang diterapkan pada pembangunan kapal – kapal besar. Pada fabrikasi penunjang kapal ini urutan proses pengerjaan hanya dilakukan sampai batas pembuatan panel.
Gambar 3. Peta Lokasi Kabupaten Tanggamus
3
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
gambar 3 merupakan peta lokasi Kab.Tanggamus yang secara geografis berada pada posisi 104°18’ – 105°12’ Bujur Timur dan antara 5° 05’ – 5°56’ Lintang Selatan. Luas wilayah daratan Kabupaten Tanggamus adalah 2.855,46 km2 dan wilayah lautnya (Teluk Semangka) seluas 1.799,50 km2. Tanggamus memiliki topografi wilayah yang bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi. Sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian 0 sampai dengan 2.115 meter di atas permukaan laut.
produksi. Areal penyimpanan antara pelat dan profil dipisah dan diletakkan secara bersisian. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengerjaan proses produksi nantinya. Areal penumpukkan pelat terletak di dekat jalan akses. Hal ini dikarenakan volume pelat yang lebih banyak daripada profil. Untuk keperluan angkut, di areal penumpukan ini digunakan travelling gantry crane. Penggunaan travelling gantry crane dikarenakan crane jenis ini sangat cocok untuk digunakan diluar ruangan. Pelat dan profil yang akan dilakukan proses produksi akan diangkat oleh travelling gantry crane menuju conveyor yang seterusya akan disalurkan ke mesin treatment line.
3.1 Perencanaan Teknologi Fabrikasi Penunjang Yang dimaksud dengen perencanaan teknologi pada fabrikasi penunjang adalah perencanaan sistem dan alat teknologi yang akan digunakan pada fabrikasi yang meliputi : −
Sistem pemotongan pelat dan profil
−
Sistem pembentukan pelat dan profil
−
Sistem perlakuan awal (treatment line) pelat dan profil
− −
Sistem perakitan panel Sistem transportasi material antar areal produksi
3.2
Perencanaan Ruang Fabrikasi Penunjang
Gambar 4 Denah Areal Penyimpanan Material
Secara umum pengelompokan ruang di kompleks fabrikasi penunjang direncanakan akan terbagi menjadi empat areal yaitu : − Areal produksi − Areal penunjang produksi − Areal penunjang umum − Areal pengembangan
4.2 Tata Letak Areal Produksi Areal proses produksi terdiri dari beberapa daerah kerja yaitu areal pengerjaan pelat, areal pengerjaan profil dan areal perakitan panel. Tata Letak Areal Pengerjaan Pelat dan Profil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dikarenakan tempat penyimpanan pelat dan profil yang diletakkan bersisian, maka areal pengerjaannya pun dibuat bersisian. Areal pengerjaan pelat dan profil dibuat bersisian untuk efektifitas alur pengerjaan material dari tempat penyimpanan material serta memudahkan transfer hasil pengerjaan ke areal perakitan panel.
Rancangan dibuat dengan mempertimbangkan alur produksi dan ketersediaan lahan kavling dimana satu kavling berukuran 100 x 100 meter. Fabrikasi penunjang ini akan mempunyai lebar 100 meter dengan panjang yang akan disesuaikan dengan kebutuhan. 4.1 Tata Letak Areal Penunjang Produksi
Transportasi material dari tempat penyimpanan menuju areal pengerjaan menggunakan conveyor yang terhubung ke mesin treatment line.
Areal penunjang produksi pada fabrikasi fabrikasi penunjang ini adalah areal penyimpanan pelat dan profil. Area ini dimaksudkan sebagai tempat penumpukan pelat dan profil sebelum dilakukan proses
4
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
ditempatkan di tempat penumpukkan sementara yang terletak disekitar mesin potong untuk menunggu ditransfer menggunakan overhead travelling crane ke proses pengerjaan selanjutnya. Pelat yang sudah dipotong kemudian dibentuk menggunakan mesin pres, mesin rols, atau mesin tekuk dua sumbu. Untuk memudahkan alur tranfer dari mesin potong menuju mesin yang sering dipakai yaitu mesin pres dan mesin rols maka mesin potong diletakkan diantara mesin ini. Mesin tekuk dua sudut yang biasa digunakan untuk membuat bulbous diletakkan di dekat mesin plate treatment. Pada ketiga mesin tersebut juga disediakan areal penumpukkan sementara yang terletak di sekitar mesin. Pelat yang sudah dibentuk kemudian diangkut menggunakan overhead travelling crane menuju trailer untuk diangkut ke perakitan panel. Di pinggir areal pengerjaan pelat disediakan lahan kosong untuk lalu lintas trailer.
Gambar 5 Denah Areal Pengerjaan Material
Tata Letak Areal Pengerjaan Pelat
Tata Letak Areal Pengerjaan Profil
Pada areal pengerjaan pelat terdapat mesin – mesin pengerjaan pelat (perhitungan kebutuhan mesin lihat lampiran) yaitu : -
Seperti pada pengerjaan pelat, mesin treatment line para pengerjaan profil juga diletakkan di pinggir areal. Peletakkan mesin treatment line dipinggir areal dikarenakan dimensinya yang panjang dan untuk efektifitas alur pengerjaan. Setelah profil mengalami pengerjaan awal pada treatment line maka profil yang menunggu untuk diangkut akan diletakkan di area penumpukkan sementara yang terletak di samping mesin treatment line.
1 buah mesin plate treatment 3 buah mesin potong otomatis 1 buah mesin pres (mesin press) 1 buah mesin lengkung rols (mesin roll) 1 buah mesin lengkung 2 sumbu 2 buah overhead travelling crane
Dalam membuat tata letak mesin pada areal pengerjaan pelat maka penulis terlebih dahulu mencermati urutan proses pengerjaan plat yaitu yang pertama, pelat mengalami perlakuan awal. Proses perlakuan awal menggunakan mesin plate treatment. Dikarenakan efektifitas alur dan dimensi mesin plate treatment yang panjang (55 x 12 m) maka mesin ini diletakkan di pinggir areal kerja. Sesudah pelat mengalami perlakuan awal, maka pelat akan ditumpuk sementara sebelum pelat tersebut di angkut oleh crane untuk mengalami proses pengerjaan selanjutnya. Tempat penumpukan sementara tersebut terletak di samping mesin plate treatment.
Dikarenakan proses pemotongan profil yang secara manual maka pada areal profil disediakan tempat pemotongan yang terletak di samping tempat penumpukan sementara treatment line. Peletakkan tempat pemotongan sementara disamping tempat penumpukkan treatment line dikarenakan untuk memudahkan transfer material. Sesudah profil dipotong, ada sebagian profil yang perlu dibentuk. Pembentukkan profil menggunakan mesin bending yang diletakkan didekat areal perakitan. Pada areal profil juga disediakan lahan kosong yang digunakan sebagai lalu lintas trailer yang mengangkut profil menuju tempat perakitan panel.
Setelah pelat mengalami perlakuan awal maka pelat akan dipotong sesuai kebutuhan. Dikarenakan hal tersebut, maka mesin potong diletakkan di dekat areal penumpukan pelat mesin plate treatment. Pelat yang sudah dipotong
5
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
Tata Letak Areal Perakitan Panel Terdapat empat area perakitan panel. Tempat perakitan panel tersebut ditempatkan berjajaran. Tata – letak seperti ini dimaksudkan untuk mempermudah transportasi elemen – elemen dari areal pengerjaan profil dan pelat. Di ujung barisan tempat perakitan panel disediakan pula areal yang berfungsi sebagai tempat penumpukkan sementara panel – panel yang telah selesai.
Gambar 7 Denah Areal Penunjang Produksi 4.4 Areal Pengembangan Dengan luas 237.25x100 meter maka areal fabrikasi ini membutuhkan 3 kavling dengan luas 300x100 m (satu kavling berukuran 100x100 m)Areal pengembangan pada fabrikasi penunjang galangan ini kearah memanjang.
Gambar 7 denah areal pengembangan
Gambar 6 Gambar denah perakitan material 4.3 Tata Letak Areal Penunjang Umum Sarana penunjang ini letaknya berjajar memanjang dan terpisah dari areal proses produksi. Areal penanjang umum meliputi : -
Areal sumber energy (area genset) Tempat penyimpanan sisa pelat produksi Kantin Masjid Garasi kendaraan operasional Klinik Kantor Tempat parkir Assembly point
6
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
4.5 Alokasi Ruang Sub Total (M2) AREAL PENUNJANG PRODUKSI a. Tempat penyimpana plat dan profil sementara TOTAL AREAL PENUNJANG PRODUKSI AREAL PRODUKSI Luas areal pengerjaan pelat dan profil serta a. perakitan panel Areal pengerjaan pelat 2817.32 Areal pengerjaan profil 1537 Areal perakitan panel (lih. Lampiran) 1170 Areal marshalling 890.32 Sirkulasi dan loading 1281.61 TOTAL AREAL PRODUKSI AREAL PENUNJANG UMUM a. Klinik kesehatan b. Pool kendaraan operasional c. Gudang b. Tempat penyimpanan sisa material c. Ruang genset d. Kantor pusat e Masjid f Kantin g 2 pos satpam @12 TOTAL AREAL PENUNJANG UMUM TOTAL AREA SIRKULASI Kegiatan
TOTAL AREA KESELURUHAN
Total (M2)
DAFTAR PUSTAKA
5927 5927
Bappeda Jatim. Negeri Maritim, Kekurangan Galangan Kapal. 25 Okt. 2012. 13 Maret 2013. Hidayat. (1991). Analisa dan Rancangan Bengkel Elemen dan Bengkel Panel Untuk Galangan Kapal 100,000 DWT. Program Studi Teknik Mesin Universitas Indonesia Depok. “Indonesia Bisa Jadi Negara Maritim Tangguh.” Tribun News 22 Desember 2011. 13 Maret 2013 < http://batam.tribunnews.com/2011/12/29/indonesiabisa-jadi-negara-maritim-tangguh> Jatmiko, Sukanto dan Deddy Chrismianto. (2008). Kajian Teknis Penggunaan Metode Full Outfitting Block System (FOBS) Pada Produksi Pembangunan Kapal Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M 229/230 Kapasitas 50,000 DWT di PT. PAL Indonesia.Universitas Diponegoro. Semarang. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Menko Kesra Terima Peta NKRI Dari BIG. Gsunaryo. 10 Jan. 2013. 13 Maret 2013. Machinary Product. http://www.alibaba.com/Machinery_p43 Manufacaturing & Processing Machinery. http//www.made-inchina.com/products/catlist/listsubcat/132/00/mi/mach inery.html Marine Administration. (1983). The National Shipbuilding Research Program Intregrated Hull Construction, Outfittng ang Painting (IHOP). U.S Department Of Transportation Shenoi, R A. (1980). Ship Production Technology (Steel Work). Department Of Ship Sciene Faculty Of Engineering and Applied Sciene University Of Southampton. Sofyan. “ Bakal Jadi Pusat Industri Maritim”. Radar Tanggamus 18 Juli 2012. 18 Juli 2012 http//www.radartanggamus.com/5678-bakal-jadipusat-industri-maritim.html Sunaryo. (2010). Ship Production Process Management. Lecture Note. Academic Recharging Programme Ministry of National Education Reoublic of Indonesia Sunaryo. (2013). Study On The Possibility Of Establishing Shipbuilding Cluster In Lampung Province Sumatra Indonesia As Pilot Project In Conjunction With Government’s Program On The Accelaration And Expansion Of Indonesian
7696.25
7696.25 44 337.48 134.64 137.75 134.54 2250 32 247.48 8 3325.89 6775.86 23725
Table 1 Alokasi ruang pada areal produksi 4.6 Denah Tata Letak Tata letak penunjang fabrikasi secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
5. KESIMPULAN 1.
2.
Dalam merencanakan tata letak fabrikasi terdapat pertimbangan – pertimbangan yaitu : - Kemudahan sistem transportasi material - Kelancaran arus material - Segi efisiensi tata letak dan sistem transportasi yang dipergunakan. Luas optimum areal kerja fabrikasi galangan yang dapat dibangun pada daerah Kab. Tanggamus adalah 23725m2. 7
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013
Economic Devevelopment (MP3EI). Universitas Indonesia. Indonesia. Teknologi Pembangunan Kapal. (1989). Wahyudin,. (2011) Teknik Produksi Kapal. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura . (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
8
Perancangan tata..., Muningrum, FT-UI, 2013