PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER
ABSTRAK Penelitian perancangan teknologi pengongsengan biji kopi sistim vakum telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh pada tahun anggaran 2014. Penelitian ini dikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia. Kopi gayo merupakan kopi khas Aceh yang tumbuh di daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah. Masyarakat Aceh dalam mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, masih menggunakan peralatan sederhana dalam proses pengongsengannya, sehingga warna kopi menjadi hitam. Hal ini dapat menghilangkan citarasa khas kopi. Penelitian ini telah dilakukan perancangan peralatan dengan kapasitas 1 kg biji kopi per sekali gongseng, dengan dimensi reaktor selinder panjang 30 mm, diameter 20 mm, ketebalan plat steiles steel 5 mm, panjang kerangka peralatan 80 cm, lebar 50 cm dan tinggi 120 cm. Sebelum peralatan ini di lakukan demontrasi peralatan ini dilakukan uji coba di laboratorium proses Baristand Industri Banda Aceh. Uji coba di lakukan dengan memvariasikan dua variable yaitu variable tetap : kecepatan putaran selinder 75 rpm. Variabel berubah: Temperatur 120, 130,140 dan 150 0C, waktu pengongsengan 8, 9,10,11,12 dan 30 menit, jumlah bahan 250, 350 dan 450 gr. Hasil produk tersebut dianalisa kadar air,rasa, warna,aroma dan kapang/khamir. Hasil analisa terhadap kadar air menunjukkan kadar air produk sangat rendah 0,65% - 0,28%. Kapang khamir bernilai negatif untuk semua perlakuan. Untuk rasa, aroma, warna sangat disukai untuk perlakuan waktu pengongsengan 10 menit, temperatur 130 0C karena rasa dan aroma khas kopi dapat dipertahankan. Dengan adanya perancangan peralatan ini diharapkan kepada pihak terkait khususnya pemerintah Aceh untuk dapat dikembangkan pada industri-industri pengolahan kopi bubuk yang tersebar di daerah Propinsi Aceh. Kata kunci : biji kopi, pengongsengan, Blower
APLIKASI TEKNOLOGI PENGEMASAN HALUA BLUEK (DODOL ACEH) DI KOPERASI PULO IE PERMAI - KABUPATEN PIDIE
ABSTRAK Adaptasi teknologi pengemasan merupakan salah satu hambatan besar bagi para produsen industri mikro pangan untuk dapat bersaing ketat dengan produk sejenis dari industri skala besar. Hal ini disebabkan kurangnya SDM yang berpengalaman dan dibarengi dengan minimnya pengetahuan mengenai pentingnya pengemasan dan daya tahan produk. Pengemasan merupakan tahapan lanjutan dari proses produksi yang bertujuan menjaga mutu produk untuk tetap konsisten
selama proses distribusi hingga ke tangan konsumen akhir. Dalam industri pangan, pengemasan diartikan menyimpan produk olahan dalam sebuah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah, mengurangi kerusakan dan dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik. Selain itu, proses pengemasan memudahkan dalam penyimpanan, distribusi dan sarana promosi yang merangsang daya tarik pembeli. Dalam penelitian sebelumnya (2013), telah dihasilkan formulasi terbaik untuk proses produksi Halua Bluek. Formulasi ini juga telah disosialisasikan bersamaan dengan sosialisasi penerapan standard hygiene dan manajemen mutu produksi Halua Bluek. Kemudian pada tahun 2014 penelitian dan dilingkupi aplikasi terhadap pengembangan teknologi kemasan pada produk Halua Bluek ini akan dilakukan sehingga didapatkan hasil yang menyeluruh dan diharapkan memudahkan para produsen Halua Bluek untuk bereproduksi kembali tanpa hambatan yang berarti. Penelitian ini melakukan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor pengubah. Faktor pertama adalah jenis kemasan (A) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf: kemasan karton (A1), kemasan stand up pouch (A2) dan kemasan plastik (A3). Faktor yang kedua adalah lama penyimpanan (B) yang dibagi menjadi 4 taraf yaitu penyimpanan 0 hari (B1), 10 hari (B2), 15 hari (B3), 25 hari (B4), 35 hari (B5) dan 50 hari (B6). Hasil pengamatan selama 8 minggu menunjukkan bahwa hampir seluruh perlakuan terhadap bahan kemasan dan daya simpan terhadap produk yang dihasilkan masih sesuai dengan SNI 01-2986-1992, dimana kandungan air masih dibawah 20% dan uji mikroba terhadap angka lempeng total masih dibawah 5x102, E. Coli dibawah 3 dan kapang/khamir masih dibawah 10 koloni/g, kecuali untuk kadar protein masih dibawah batas mininum standar. Hasil uji kadar lemak pada minggu ke VIII menurun hal ini disebabkan kerusakan. Hal ini juga didukung juga dengan hasil pengamatan organoleptik, dimana nilai produk mulai minggu ke VIII mulai menurun yaitu untuk perlakuan semua pengemasan yang digumnakan. Kata Kunci : Dodol, Kemasan, Kalium Sorbat
EKSTRAKSI MINYAK NILAM DENGAN METODE FERMENTASI MENGGUNAKAN MEDIA RHIZOPUS ORYZAE ABSTRAK Penelitian mengenai Ekstraksi Minyak Nilam Dengan Metode Fermentasi Menggunakan Media Rhizopus Oryzae telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan menerapkan teknik baru penyulingan minyak nilam rakyat serta mengkaji mutu dari minyka nilam yang dihasilkan. Pada penelitian ini bahan daun nilam yang digunakan diperoleh dari petani Kabupaten Aceh Jaya. Ekstraksi pada penelitian ini menggunakan media rhizopus oryzae 1% dari berat bahan, perbandingan air 1: 5. Daun nilam yang digunakan adalah daun nilam segar dan
daun nilam kering (diangin-anginkan selama 3 hari). Rendemen yang dihasilkan dengan bahan daun kering sebesar 3,3%. Rendemen yang dihasilkan dengan menggunakan daun segar sebesar 2,1%. Rendemen yang dihasilkan dengan penambahan media rhizopus oryzae 2,5%. Pengujian mutu dilakukan berdasarkan syarat mutu minyak nilam (SNI 06-2385-2006). Kadar pachouli alkohol pada ekstraksi daun kering sebesar 25,43%, ekstraksi daun segar sebesar 61,6% dan ekstraksi dengan adanya penambahan media rhizopus oryzae sebesar 43,89%. Indeks bias yang diperoleh pada ekstraksi dengan menggunakan daun kering diperoleh sebesar 1,50642, ekstraksi daun segar sebesar 1,51071 dan ekstraksi dengan penambahan media rhizopus oryzae diperoleh sebesar 1,51281. Bobot jenis pada ekstraksi daun kering diperoleh sebesar 0,955, ekstraksi daun segar diperoleh sebesar 0,961 dan ekstraksi dengan penambahan media rhizopus oryzae diperoleh sebesar 0,966. Kata kunci : nilam, rhizopus oryzae, ekstraksi, SNI 06-2385-2006
RANCANG BANGUN PERALATAN PRODUKSI BUBUK JAHE INSTAN SISTEM OTOMATIS DAN APLIKASINYA PADA PERUSAHAAN JAHE INSTAN “CUT TI”
ABSTRAK Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat (Farmasi). Jahe dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk olahan jahe seperti simplisia, oleoresin, minyak atsiri dan serbuk jahe yang dapat menghasilkan nilai ekonomis lebih tinggi. Salah satu produk olahan jahe yang sedang diminati masyarakat adalah bubuk jahe instan, dimana bubuk jahe instan tersebut dapat diseduh dan diminum langsung untuk mendapatkan khasiat tertentu seperti untuk meredakan flu, masuk angin, melancarkan pecernaan dan lain-lain. Penelitian tentang rancang bangun peralatan pengaduk bubuk jahe instan semi otomatis dan mutu produk yang dihasilkan telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancangan suatu peralatan pengaduk bubuk jahe instan yang dapat bekerja secara semi otomatis mengolah campuran sari jahe dan gula menjadi bubuk jahe instan yang larut dalam air. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui mutu produk bubuk jahe instan yang dihasilkan berdasarkan persyaratan SNI 01-4320-1996 tentang serbuk minuman tradisional. Peralatan hasil rancangan ini mempunyai dimensi P 121 x L 81 x T 156 cm dengan
kapasitas pproduksi sebesar 25 kg/proses dengan kapasitas efektif alat sebesar 3,80 kg/jam. Pengujian sistem mekanik dan kelistrikan peralatan menunjukkan hasil semua komponen yang diuji dapat bekerja sempurna sesuai dengan target yang diinginkan. Hasil pengujian produk bubuk jahe instan yang dihasilkan meliputi uji warna, bau, rasa, kadar air, kadar abu, kadar gula dan bahan tambahan makanan menunjukkan hasil semua parameter yang diuji masih memenuhi standar SNI 014320-1996. Hasil analisa teknoekonomi menunjukkan bahwa dengan kapasitas produksi
sebesar
720
kg/bln
akan
mendapatkan
penghasilan
bersih
Rp.
202.968.000/tahun dengan masa Payback Period 2,14 tahun. Kata kunci: jahe, bubuk, jahe instan, perancangan, mutu
FORMULASI JAHE, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PEMBUATAN HERBAL CELUP SEBAGAI MINUMAN ANTI OKSIDAN ABSTRAK Indonesia termasuk salah satu negara penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Herbal adalah tanaman yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan sebagai sumber antioksidan alamiah, dengan kata lain semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna sebagai terapetik bisa disebut sebagai obat herbal. Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, termasuk kedalam golongan zat ini antara lain vitamin, polipenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas. Radikal bebas sebenarnya bearasal dari molekul oksigen yang secara kimia strukturnya berubah akibat dari aktifitas lingkungan. Aktifitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas antara lain radiasi, polusi, merokok dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi yang tepat pada pembuatan herbal celup sebagai minuman bersumber antioksidan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari dua faktor yang diteliti yaitu formulasi jahe, kunyit dan temulawak terdiri dari 3 level yaitu F1 jahe 500 gr, kunyit 200 gr dan temulawak 300 gr. F2 jahe 500 gr, kunyit 250 gr dan temulawak 250 gr. F3 jahe 500 gr, kunyit 300 gr dan temulawak 200 gr dan waktu pengeringan terdiri dari 3 level yaitu 8 jam, 10 jam dan 12 jam dengan 2 kali ulangan sehingga diperoleh 18 unit perlakuan. Pengamatan terdiri dari kadar air, kadar abu, total fenolik dan uji organoleptik terhadap warna, rasa dan aroma. Hasil penelitian yang dilakukan berpengaruh sangat nyata dan terjadi interaksi terhadap kadar air, kadar total fenolik serta uji
organoleptik aroma, rasa dan warna. Rata-rata hasil analisa kadar air berkisar antara 2,13 sampai 2,86% dan kadar abu 1,27-2,23%, total fenolik 72,56-86,74 mg GAE/100 gr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan kadar abu kopi serbuk minuman tradisional (herbal) memenuhi persyaratan, dimana prsyaratan yang telah ditetapkan untuk kadar air maksimum 3% dan kadar abu 1,5%, sedangkan hasil penelitian dibawah standar yang telah ditetapkan kecuali pada perlakuan F1W1 yang belum memenuhi persyaratan SNI No. 01-4320-1996 khususnya untuk kadar abu. Sedangkan total fenolik yang tertinggi diperoleh pada F3W1 yaitu pada formulasi jahe 500 gr, kunyit 300 gr dan temulawak 200 gr, menghasilkan kadar total fenolik 86,74 mg GAE/100 gr. Secara uji organoleptik perlakuan yang disukai panelis untuk warna dan aroma dalam penelitian ini adalah perlakuan formulasi jahe 500 gr, kunyit 200 gr dan temulawak 300 gr dan waktu pengeringan 8 jam (F1W1) dengan nilai skor 3,67 (biasa) dan 3,92 (mendekati suka) sedangkan untuk rasa pada formulasi jahe 500 gr, kunyit 300 gr dan temulawak 200 gr dan waktu pengeringan 8 jam (F3W1) menghasilkan nila 3,88 (mendekati suka). Kata kunci: formulasi, jahe, kunyit, temulawak, minuman antioksidan