PERANCANGAN JUMBO BAG DENGAN PENDEKATAN QFD DAN TRIZ DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS (Studi Kasus : Bongkar Muat Pupuk di PT. Petrokimia Gresik) Anindya Lakshitta & Sritomo Wignjosoebroto
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email :
[email protected] ;
[email protected]
ABSTRAK
PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan penyedia pupuk terbesar di Jawa Timur. Dalam kegiatan distribusi pupuk, material handling merupakan suatu kegiatan yang dominan. Hal ini menjadi salah satu fokus perhatian perusahaan, sebab kegiatan bongkar muat tidak produktif. Hal yang tidak produktif tersebut dipicu oleh proses bongkar muat pupuk yang dilakukan secara manual oleh tenaga buruh. Atas dasar uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang dapat meningkatkan produktivitas dari waktu bongkar muat. Alat ini berupa tas jumbo yang digunakan untuk menampung sekaligus 30 karung pupuk kemasan in bag. Jumbo bag tersebut berfungsi sebagai alat pengaman dan alat bantu material handling. Dengan demikian, pupuk tidak perlu ditata satu per satu oleh buruh. Perancangan jumbo bag ini disusun menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Metode QFD ini digunakan untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam karakteristik desain produk jumbo bag. Dari hasil identifikasi kebutuhan konsumen, dilakukan penyelesaian masalah kontradiksi yang ada dengan metode TRIZ. Dengan kedua metode di atas, dihasilkan jumbo bag yang mampu meningkatkan output standar bongkar muat sebesar 250 % dan mampu menghemat biaya shipment Rp. 333.117.368,86 per tahun. Kata kunci : Desain Produk, Quality Function Deployment, Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch, Jumbo Bag.
ABSTRACT
PT. Petrokimia Gresik is one of the big fertilizer company in East Java. In fertilizer distribution process, material handling becomes a dominant activity. This matter become company’s main concern, because loading and unloading is considered as non productive activity. This non productive activity occurs from loading and unloading process using manual labor . Based on given explanation, this research aim to design equipment that can increase loading and unloading time productivity. This equipment called jumbo bag, which can be mounted with 30 fertilizer bag at once. This jumbo bag acts as a material handling safety and helper equipment. Using this jumbo bag, fertilizer doesn’t need to be arranged one by one by manual labor. The development of this product uses Quality Function Deployment methods and Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). QFD was used to identify consumer’s needs and wants on jumbo bag design characteristic. From consumer’s need identification, contradiction which occurs were solved by TRIZ methods. From both methods, designed jumbo bag could increase loading and unloading standard output up to 250% and reduce shipment cost by Rp. 333.117.368,86 annualy. Key words : Product Design, Quality Function Deployment, Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch, Jumbo Bag.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur menempatkan kegiatan material handling sebagai prioritas konsentrasi perusahaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa 20%-25% dari total manufacturing labor cost, menurut Groover (2008), dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan material handling. Material handling merupakan nonvalue added activity, namun penting untuk dilakukan oleh perusahaan, sebab material perlu dipindahkan untuk menuju pada proses
selanjutnya, menurut Gunadarma (2009). Dengan demikian, agar proses non-value added ini efektif, perlu dilakukan minimasi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas tersebut melalui penggunaan alternatif-alternatif yang ada. Perlengkapan material handling yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan harus didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit operator untuk mengendalikan dan menjalankan fungsi pemeliharaan. Di samping itu, alat material handling juga tidak boleh merusak muatan yang dipindahkan.
Salah satu produsen pupuk terlengkap dan terbesar di Indonesia, bahkan se-ASEAN adalah PT. Petrokimia Gresik, yang telah mengembangkan sayapnya mulai tahun 1972 di Gresik (Erlangga, 2010). Dalam proses material handling pupuk, terjadi beberapa hambatan yang tidak produktif. Hambatan yang terjadi adalah dalam hal bongkar muat pupuk. Berdasarkan padatnya jadwal pengiriman pupuk subsidi yang dikirimkan setiap tahunnya, PT. Petrokimia Gresik berupaya seefisien mungkin dalam penggunaan waktu material handling, khususnya dalam hal bongkar muat pupuk. Masalah yang timbul antara lain disebabkan oleh delay time yang timbul akibat penataan pupuk secara satu per satu di lambung kapal dan juga pengunaan jasa buruh yang banyak guna menata pupuk. Selain dari segi penggunaan kapal time charter yang kurang efisien, masalah penggunaan pallet yang sudah rusak, mengakibatkan dalam perjalanannya pupuk mengalami runtuh (terjatuh dari pallet), terutama pada saat dipindahkan menggunakan crane, serta rusak akibat tertancap sling. Berdasarkan fenomena kejadian di atas, diperlukan suatu alat angkut yang dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat pada PT. Petrokimia Gresik. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses bongkar muat adalah dengan melakukan perancangan alat bantu jumbo bag. Penelitian yang akan dilakukan, dilaksanakan menggunakan pendekatan Quality Function Deployment (QFD), yang digunakan untuk menjaring kebutuhan dan keinginan dari konsumen dan mendapatkan respon teknis dari permasalahan yang ada, dan Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) yang digunakan untuk menjembatani trade off yang ada di lapangan sehingga didapatkan solusi yang feasible atas permasalahan yang ada. Dengan demikian, produktivitas dari waktu bongkar muat akan menjadi baik dan selanjutnya akan mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam hal pelaksanaan distribusi dan material handling. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini adalah melakukan evaluasi material handling existing, merancang jumbo bag dengan metode QFD dan TRIZ serta melakukan evaluasi material handling hasil desain jumbo bag.
1.3 Manfaat Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah perusahaan dapat meminimasi dan dapat memprediksi kekurangan dari proses material handling existing, diperoleh desain rancangan jumbo bag baru yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat diimplementasikan di perusahaan serta dapat mengoptimalkan proses bongkar muat pupuk. 2. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini meliputi tahapantahapan proses penelitian yang dilakukan dalam menjalankan penelitian. Di awal dilakukan tahap identifikasi awal permasalahan yang ada serta perumusan masalah. Kemudian dilakukan penetapan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya dilakukan studi literatur yang mempelajari mengenai perancangan dan pengembangan produk, QFD, TRIZ, Nordic Body Map, Stopwatch Time Study dan melakukan review penelitian terdahulu. Pada tahap identifikasi awal, dilakukan pula studi lapangan untuk mengetahui proses bongkar muat pupuk dan kondisi eksisting di pelabuhan serta produktivitas bongkar muat dengan menggunakan alat bantu handling existing. Tahap kedua adalah pengumpulan dan pengolahan data. Data kondisi eksisting yang diambil antara lain waktu bongkar muat pupuk serta nordic body map atas buruh yang bekerja di kapal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi kebutuhan pelanggan dengan menggunakan kuesioner. Dengan hasil perhitungan VoC, disusunlah House of Quality. Selanjutnya, dalam tahapan desain konsep produk, konsep produk dipilih berdasarkan problem kontradiksi yang ada dengan bantuan TRIZ. Dari desian usulan, kemudian dilakukan proses prototyping. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan intepretasi data. Pada tahapan tersebut dilakukan analisis dan pembahasan atas tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan serta saran atas penelitian. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data atas kondisi existing dan proses bongkar muat yang ada di PT. Petrokimia Gresik. Selanjutnya data yang diperoleh akan digunakan dalam proses penyusunan House of Quality. Kemudian disusun konsep produk, alternatif desain dari kontradiksi yang ada.
2
setelah didapatkan desian akhir dilakukan pembuatan prototyping.
produk,
3.1 Proses Bongkar Muat Kondisi Existing Data kondisi existing yang dikumpulkan adalah data mengenai waktu standar bongkar muat existing dengan menggunakan bantuan pallet, data perhitungan biaya untuk kondisi existing penggunaan pallet dalam proses bongkar muat serta penyebaran kuesioner Nordic Body Map untuk mengetahui keluhankeluhan sakit yang dirasakan oleh para buruh. a. Waktu Standar Bongkar Muat Pupuk Perhitungan waktu standar ini dilakukan dengan mengambil sampel dengan bantuan stopwatch. pada kapal time charter Tradisi 8 di pelabuhan PT.Petrokimia Gresik. Setelah didapatkan data sampel, data diseragamkan dnegan bantuan software Minitab. Setelah data diseragamkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kecukupan data sampel. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah data yang telah diambil telah mencukupi kebutuhan. Apabila data yang diambil belum cukup, akan diketahui jumlah data yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan data tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung kecukupan data :
Setelah diuji kecukupan data, ditentukan performance rating dengan metode Westinghouse Rating System. Pada metode Westinghouse Rating System ini terdapat empat faktor yang digunakan dalam proses pengevaluasian performansi operator, yaitu skill (keahlian), effort (usaha), conditions (kondisi), dan consistency (konsistensi). Rating atas setiap faktor di atas didapatkan dengan cara melakukan wawancara dengan kepala bagian operasional pelabuhan bongkar muat dan bagian Departemen Distribusi Wilayah II.
Setelah dilakukan perhitungan performance rating, maka dilakukan perhitungan waktu normal: Waktu Normal = Total Waktu Aktual (seragam) x PR Tabel 3.2. Perhitungan Waktu Normal Existing
Selanjutnya,dihitung waktu standarnya. Berdasarkan data perhitungan waktu normal, dapat ditentukan waktu standar untuk departemen bongkar muat pupuk:
Sehingga didapatkan waktu standar departemen bongkar muat adalah 0,10152 jam/pallet dan output standar adalah 9,85028 10 pallet/jam. b. Nordic Body Map Selanjutnya, penyebaran kuesioner dilakukan pada buruh-buruh yang bekerja di kapal, saat pemuatan pupuk. Tujuan disebarkan kuesioner Nordic Body Map ini adalah untuk mengetahui keluhan sakit apa saja dan di bagian mana saja yang dialami oleh buruh pada saat bekerja. Kuesioner ini disebarkan pada delapan buruh yang melakukan kegiatan bongkar muat pada kapal Tradisi 8. Berikut adalah rekapan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada buruh bongkar muat pada kapal time charter Tradisi 8. Tabel 3.3 Rekap Kuesioner Nordic Body Map Existing
Tabel 3.1. Perhitungan Performance Rating
3
c. Biaya Shipment Perhitungan biaya pada kondisi existing, yaitu dengan bantuan pallet. Perhitungan biaya bongkar muat existing adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan satu kali pelayaran. Tabel 3.4. Biaya Bongkar Muat Pupuk Existing
spesifikasi teknis yang akan dilakukan untuk memenuhi setiap atribut (keinginan konsumen). Setelah mendefinisikan Technical Response dibentuk Relationship matrix yang merupakan matriks berisi hubungan antara masing-masing elemen kebutuhan pelanggan dengan masingmasing respon teknis. Selanjutnya dibentuk Technical correlation yang mendefinisikan hubungan yang terjadi antara respon teknis yang satu dengan respon teknis yang lain. Tabel 3.5. Technical Matrix
3.2 Pembuatan House of Quality Salah satu tahapan yang dilalui dalam proses penyusunan House Of Quality adalah evaluasi produk. Evaluasi produk ini dilakukan dengan cara benchmarking antara alat handling existing dengan produk perbaikan. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan produkproduk yang telah ada diharapkan menjadi acuan untuk mengembangkan produk yang akan kita hasilkan. Setelah dilakukan tahapan benchmarking, dilakukan proses perhitungan project objectives. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan bobot dari setiap tingkat kebutuhan yang akan dipenuhi. Bobot ini diperoleh dari nilai tingkat perbaikan (Improvement Rate) yang akan dikalikan dengan Relative Importance Index (RII). Nilai tingkat perbaikan ini diperoleh dari nilai target yang ingin dicapai dibagi dengan evaluation score. Sedangkan untuk nilai RII sendiri didapatkan dari perhitungan jawaban tingkat kepentingan dari kuisioner yang disebarkan. Kemudian dilakukan pendefinisian Technical Response. Technical response merupakan acuan atau
3.3 Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Setelah dilakukan penyusunan House of Quality, metode TRIZ, merupakan metode guna menyelesaikan permasalahan kontradiksi yang terjadi. Jumbo bag ini diharapkan mampu memperbaiki sistem bongkar muat dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Berdasarkan hasil pembuatan House of Quality, terdapat lima respon teknis teratas yang memiliki korelasi negatif. Kontradiksi yang diselesaikan menggunakan TRIZ adalah kontradiksi yang termasuk dalam lima respon teknis teratas, yang mana apabila salah satu respon teknis berkontradiksi dengan selain dari kelima respon teknis teratas, maka tidak diselesaikan. Dalam House of Quality pada bagian technical correlation, terdapat beberapa hubungan antar respon teknis. Yang dijadikan spesific problem dalam TRIZ ini adalah respon
4
teknis yang memiliki hubungan negatif dengan respon teknis lainnya. Respon teknis yang memiliki hubungan negatif dengan respon teknis lainnya, yang juga termasuk dalam lima teratas, kemudian diubah menjadi general problem dengan menggunakan tabel 39 parameter teknis. Kontradiksi antar respon teknis dijelaskan dan diklasifikasikan dalam kategori useful feature dan harmful feature. Useful feature merupakan suatu teknis yang ingin diperbaiki namun menimbulkan masalah lain, sedangkan harmful feature merupakan suatu teknis yang akan menjadi lebih buruk ketika masalah tersebut diselesaikan. 1. Desain produk versus material yang digunakan Respon teknis desain produk berkontradiksi dengan respon teknis material yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan adalah kemampuan mendeteksi keadaan pupuk yang berada dalam jumbo bag. Hal ini menimbulkan ide untuk merubah bentuk jumbo bag sehingga keadaan pupuk dapat terpantau dari luar. Namun, perubahan bentuk material tersebut juga tidak diharapkan. Tabel 3.6 Warna Produk versus Material yang Digunakan
Dalam tabel general problem, respon teknis desain produk digeneralisasi menjadi difficulty of detecting. Hal ini sesuai dengan permasalahan yang timbul akibat pupuk sulit terpantau dari luar. Desain produk di sini menjelaskan bentuk jumbo bag yang digunakan dalam desain menyebabkan pupuk sulit untuk dideteksi keadaannya sehingga sulit untuk terpantau. Sedangkan, respon teknis material yang digunakan digeneralisasi menjadi shape. Material yang digunakan di sini adalah tampilan luar produk.
2. Waktu penggunaan versus material yang digunakan Respon teknis waktu penggunaan berkontradiksi dengan respon teknis material yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan adalah penggunaan produk dalam jangka panjang. Dengan demikian life time produk akan tinggi, namun disisi lain, intensitas penggunaan yang tinggi menyebabkan produk mudah rusak, karena beban yang dimuat berat. Tabel 3.7 Waktu Penggunaan versus Material yang digunakan
Sehingga, dalam tabel general problem, respon teknis waktu penggunaan digeneralisasi menjadi length of moving object. Hal ini disebabkan penggunaan produk dengan tujuan mendapatkan life time produk yang tinggi. Sedangkan material yang digunakan digeneralisasi menjadi weight of moving object. Hal ini berkaitan dengan beban yang dipindahkan, yaitu pupuk. Dengan intensitas penggunaan produk yang tinggi, berat objek yang dipindahkan akan memperpendek life time produk. 3. Banyak tali pengaman versus berat produk Respon teknis banyak tali pengaman berkontradiksi dengan respon teknis berat produk. Perbaikan yang diinginkan adalah produk mudah untuk dipindahkan dengan adanya tali pengaman. Dengan demikian produk akan lebih aman ketika dipindahkan. Namun, hal ini menjadi masalah, karena beban muatan yang dipindahkan sangat berat. Hal ini menyebabkan pergerakan produk juga terbatas. Respon teknis banyak tali pengaman digeneralisasi menjadi durability of moving object. Banyak tali pengaman di sini menjelaskan alat pengamanan pengangkutan pupuk. Sedangkan, respon teknis berat produk digeneralisasi menjadi amount of substance.
5
Tabel 3.8 Banyak Tali Pengaman versus Berat Produk
Setelah diketahui kontradiksi-kontradiksi apa saja yang terjadi dan di generalisasikan, maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan solusi atas kontradiksi yang ada dan digeneralisasikan solusi yang didapat, sesuai dengan prinsip TRIZ, yaitu menghasilkan ideide baru dan kreatif. Berdasarkan generalisasi problem yang ada, didapatkan beberapa solusi atas problem kontradiksi yang ada. Dari alternatif-alternatif solusi yang ada, kemudian dipilih satu solusi yang paling feasible, untuk dijadikan spesific solution. Dalam rangka mendapatkan alternatifalternatif di atas, digunakan alat bantu berupa situs TRIZ, yang di dalamnya tedapat bagian penginputan data dan hasil, yang dinamakan interactive matrix. Yang digunakan sebagai inputan adalah generalisasi atas respon teknis pada bagian sebelumnya. 1. Desain produk versus material yang digunakan Respon teknis desain produk (difficulty of detecting) yang berkontradiksi dengan respon teknis material yang digunakan (shape) memiliki beberapa alternatif solusi yang ditawarkan. Dengan menggunakan Altshuller Table of Contradiction didapatkan beberapa alternatif solusi yang dijadikan acuan dalam pemilihan spesific solution. Tabel 3.9 Matriks Kontradiksi Difficulty of Detecting versus Shape
Setelah dilakukan penginputan data pada situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi dari kontradiksi di atas yaitu nomor 27, 13, 1
dan 39. Pada prinsip 27, solusi yang diberikan adalah dengan cara mengganti objek yang murah dengan beberapa objek murah yang memiliki kualitas tambahan tertentu. Solusi yang diberikan pada prinsip 13 adalah dengan cara membalikkan tindakan pemecahan permasalahan yang ada. Pada prinsip 1, solusi yang diberikan yaitu membagi objek menjadi beberapa bagian atau membuat objek mudah untuk dibongkar pasang. Prinsip 39 yaitu penambahan fitur atau komponen lain dalam produk. 2. Waktu penggunaan versus material yang digunakan Respon teknis waktu penggunaan (length of moving object) yang berkontradiksi dengan material yang digunakan (weight of moving object) memiliki empat alternatif solusi yang ditawarkan. Dengan menggunakan tabel Altshuller Table of Contradiction didapatkan beberapa alternatif solusi yang dijadikan acuan dalam pemilihan spesific solution. Tabel 3.10 Matriks Kontradiksi Length of Moving Object versus Weight of Moving Object
Setelah dilakukan penginputan data pada situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi dari kontradiksi di atas yaitu nomor 8, 15, 29 dan 34. Solusi-solusi tersebut antara lain anti-weight, dynamics, pneumatics and hydraulics dan discarding and recovering. Pada prinsip 8, solusi yang ditawarkan adalah dengan menyeimbangkan berat dari objek dan membuat objek berinteraksi dengan lingkungan. Untuk prinsip 15, solusi yang ditawarkan adalah mendesain objek, lingkungan sekitar atau proses yang ada berubah menjadi optimal dengan membuat bagian-bagian produk dapat bergerak satu sama lain. Selanjutnya pada prinsip 29, solusi yang ditawarkan adalah menggunakan gas atau benda cair, bukan benda padat.
6
Sedangkan solusi yang diberikan pada prinsip 34 adalah membuat porsi-porsi atas objek yang berfungsi berjalan atau modifikasi selama operasi. 3. Banyak tali pengaman versus berat produk Respon teknis banyak tali (durability of moving object) yang berkontradiksi dengan berat produk (amount of substance) memiliki beberapa alternatif solusi yang ditawarkan. Dengan menggunakan Altshuller Table of Contradiction didapatkan beberapa alternatif solusi yang dijadikan acuan dalam pemilihan spesific solution. Tabel 3.11 Matriks Kontradiksi Durability of Moving Object versus Quantity of Substance
Setelah dilakukan penginputan data pada situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi dari kontradiksi di atas yaitu nomor 3, 35, 10 dan 40. Solusi-solusi tersebut antara lain adalah local quality, parameter changes, preliminary action dan composite materials. Pada prinsip 3, solusi yang diberikan adalah mengubah struktur dari objek dari yang awalnya seragam, menjadi tidak seragam atau membuat setiap part dari fungsi objek lebih baik. Pada prinsip 35, solusi yang diberikan adalah merubah parameter baik suhu, konsentrasi, konsistensi atau merubah bentuk fisik objek. Kemudian solusi yang ditawarkan pada prinsip 10 adalah menyiapkan objek sehingga waktu yang terbuang sedikit. Untuk prinsip 40, solusi yang diberikan yaitu merubah dari seragam menjadi beberapa jenis material. Prinsip-prinsip solusi yang telah ditawarkan di atas, yang didapatkan dari The 40 Inventive Problem Solving, dispesifikasikan menjadi satu solusi yang paling tepat untuk diaplikasikan pada perancangan jumbo bag. 1. Desain produk versus material yang digunakan.
2. Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka didapatkan ide solusi yaitu prinsip 1, segmentation, pada poin B yang berbunyi “make an object easy to disassemble”. Prinsip di atas memberikan ide untuk membuat tampilan jumbo bag dari luar terbuka, terbagi menjadi 4 bagian sehingga pupuk dapat terpantau dari luar sebagian. 3. Waktu penggunaan versus material yang digunakan. Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka didapatkan ide solusi yaitu prinsip 8, antiweight, pada poin A yang berbunyi “to compensate for the weight of an object, merge it with other objects that provide lift”. Prinsip di atas memberikan ide untuk membuat dasar jumbo bag berbentuk persegi, sehingga berat muatan terdistribusi secara merata. 4. Banyak tali pengaman versus berat produk. Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka didapatkan ide solusi yaitu prinsip 3, local quality, pada poin B yang berbunyi “make each part of an object function in conditions most suitable for its operation”. Prinsip di atas memberikan ide untuk membuat pengaman pada bagian atas dan samping jumbo bag sehingga muatan yang diangkat lebih aman untuk dipindah-pindahkan serta kekuatan jumbo bag optimal. 3.4 Pembuatan Prototype Dalam pengilustrasian jumbo bag secara 3 dimensi, dilakukan dengan bantuan software 3D’s Max dan perancangan fisik jumbo bag dilakukan di PT. Wiharta,Gresik. Pembuatan prototype nyata dimaksudkan agar alat dapat diuji coba secara langsung sehinga dapat diketahui kekurangan-kekurangan alat. 3.5 Pengujian Prototype Setelah dilakukan perancangan, baik fisik maupun prototype, maka tahapan selanjutnya adalah dilakukan pengujian terhadap jumbo bag. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah jumbo bag hasil rancangan lebih baik dari penggunaan pallet pada kondisi existing yang ada. a. Waktu Standar Perhitungan waktu standar dalam pengujian jumbo bag, untuk data yang digunakan adalah data pengujian jumbo bag pada jenis pupuk
7
curah AlF3 pada jenis kapal yang sama, yaitu kapal Tradisi 8 namun dengan tujuan Medan dan Padang. Pengujian dengan rancangan jumbo bag secara langsung pada kapal Tradisi 8 tidak bisa dilakukan dikarenakan kapal sedang dalam pelayaran pada saat penelitian berlangsung, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengujian secara langsung. Dengan menggunakan metode Westinghouse Rating System, dilakukan perhitungan terhadap performansi operator. Data performansi operator didapatkan dari sub bab penghitungan waktu standar existing. Kemudian dilakukan perhitungan waktu normal, dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.13 Rekap Kuesioner Nordic Body Map Pengujian
Tabel 3.12 Perhitungan Waktu Normal Pengujian
Selanjutnya, waktu normal yang sudah didapatkan dari perhitungan di atas, digunakan sebagai inputan untuk menghitung waktu standar. Dengan rumus yang sama, didapatkan hasil waktu standar bongkar muat dengan menggunakan jumbo bag adalah 0,039637 jam/jumbo bag dan output standar adalah 25,22916 25 jumbo bag/jam. b. Nordic Body Map Penyebaran kuesioner Nordic Body Map dilakukan setelah pengujian dengan menggunakan jumbo bag. Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, didapatkan hasil bahwa buruh mengalami penurunan keluhan rasa sakit, di seluruh bagian tubuh yang dikeluhkan sebelum digunakannya jumbo bag. Bagian-bagian tersebut antara lain adalah lengan atas kiri, lengan atas kanan, pinggang, tangan kiri, tangan kanan, lutut kiri, dan lutut kanan.
Gambar 3.1 Perbandingan Tingkat Keluhan Buruh
c. Biaya Shipment Berikut ini adalah perhitungan biaya bongkar muat pupuk dengan menggunakan alat bantu jumbo bag. Asumsi yang digunakan dalam menentukan kapasitas angkut kapal dengan menggunakan jumbo bag ini adalah 1.900 ton. Hal ini dikarenakan terdapat broken space yang disebabkan oleh bentuk lambung kapal yang cenderung melengkung, sehingga jumbo bag kurang dapat menyesuaikan dengan bentuk tersebut. Pada perhitungan biaya ini, ditambahkan biaya gudang. Hal ini dikarenakan dalam pengoperasian jumbo bag, diperlukan beberapa resource lain. Resource tersebut antara lain adalah penambahan buruh gudang serta forklift. Total biaya per shipment dengan menggunakan alat bantu jumbo bag adalah Rp. 656.209.583,33. Total biaya per shipment dengan pallet dan total biaya per shipment dengan alat bantu jumbo bag ini dijadikan input untuk perhitungan Present Value. Nilai present value yang didapatkan, akan digunakan untuk mengetahui nilai investasi saat ini. Dalam membandingkan berbagai investasi, dibutuhkan suatu periode studi yang disebut planning horizon. Planning horizon yang digunakan dalam perhitungan present value ini adalah 5 tahun karena pihak perusahaan menghendaki adanya inovasi baru atas sistem bongkar muat pupuk yang ada. Rate yang digunakan selama rencana investasi sebesar 12%, besarnya rate ini disesuaikan
8
dengan besarnya bungan pada bank. Nilai present value bernilai negatif karena merupakan suatu biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai investasi.
material yang digunakan dalam pembuatan jumbo bag. Tabel 3.15 Biaya Pembuatan Jumbo bag
Tabel 3.14 Biaya Bongkar Muat Pupuk dengan Jumbo Bag
Tabel 3.15 Perhitungan Present Value
3.6 Biaya Pembuatan Jumbo Bag Kebutuhan material dan rincian biaya produksi yang digunakan dalam pembuatan prototype adalah representatif kebutuhan
4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Analisis Kondisi Existing Alat bantu yang digunakan dalam proses bongkar muat pupuk adalah pallet. Pallet yang berukuran 3x120x155 cm dibuat dari material kayu rimba campur. Kapasitas angkut pallet ini adalah 1,5 ton. Penggunaan pallet ini memiliki banyak kekurangan yang mengakibatkan perusahaan. Kerusakan pupuk ini disebabkan karena pada saat bongkar muat maupun di storage, pupuk tidak terlindungi dengan baik. Waktu sandar kapal yang terbatas juga menjadi salah satu alasan mengapa proses bongkar muat ini kurang efektif dijalankan. Perusahaan telah melakukan percobaan bongkar muat pupuk dengan bantuan cargo net, namun terdapat beberapa keterbatasan perusahaan yang mengakibatkan pengaplikasian bongkar muat pupuk dengan cargo net tidak dapat dilakukan. Hal tersebut antara lain adalah space gudang di perusahaan tidak memadahi untuk melakukan stapple pupuk, pupuk yang tidak terlindung, serta bentuk cargo net yang tidak beraturan menyebabkan pupuk mudah rusak. Selain itu, pupuk yang ditempatkan dalam cargo net, saat tiba di kapal masih harus ditata ulang oleh buruh, sehingga waktu tunggu tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan proses bongkar muat menggunakan pallet. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dibutuhkan suatu perancangan alat bantu bongkar muat yang lebih baik agar produktivitas kegiatan ini menjadi lebih baik. 4.2 Analisis Waktu Standar Perhitungan waktu standar dilakukan pada kondisi existing dan pada kondisi perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan alat bantu pallet, bila dibandingkan dengan alat bantu jumbo bag, memiliki perbedaan yang signifikan dalam
9
upaya perbaikan proses bongkar muat pupuk. Pada pengambilan data sampel di perusahaan, diambil 30 data sampel yang kemudian diuji keseragaman datanya. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa waktu standar yang dibutuhkan dalam proses bongkar muat pupuk untuk satu pallet adalah 0,10152 jam atau 6 menit 5 detik, dengan output standar 10 pallet setiap jam. Dengan menggunakan tahapan perhitungan yang sama, untuk pengujian waktu standar dengan alat bantu jumbo bag, didapatkan waktu standar 0,039637 jam untuk tiap jumbo bag, atau setara dengan 2 menit 27 detik dengan output standar 25 jumbo bag per jam. Dengan penurunan waktu standar yang dibutuhkan pada kegiatan bongkar muat pupuk serta output standar yang meningkat, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dalam hal ini adalah peningkatan volume output dengan volume input yang tetap. 4.3 Analisis Nordic Body Map Tahapan pengambilan data Nordic Body Map yang telah dilakukan pada 8 buruh, bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan keluhan-keluhan yang dialami pada saat kondisi eksisiting dan kondisi perbaikan. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa keluhan sakit yang paling dirasakan buruh terdapat pada lengan atas kiri, lengan atas kanan, pinggang, tangan kiri, tangan kanan, lutut kiri dan lutut kanan. Total daerah sakit sebanyak 7 bagian tubuh buruh. Keluhan sakit yang dirasakan buruh disebabkan oleh pekerjaan yang repetitif dengan jam kerja yang panjang. Berdasarkan data Nordic Body Map hasil pengujian dengan penggunaan jumbo bag, keluhan buruh menurun hampir di seluruh daerah sakit yang dikeluhkan sebelumnya, pada kondisi existing. Hal ni dikarenakan buruh sudah tidak harus melakukan pengangkatan dan penataan pupuk, namun hanya bertugas mengaitkan tali jumbo bag ke crane serta mengarahkan penataan pupuk pada lambung kapal. 4.4 Analisis Ekonomi Berdasarkan data dan narasumber produsen jumbo bag, biaya pembuatan jumbo bag ini adalah Rp. 120.000,00 untuk setiap jumbo bag. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku,
yaitu sebesar Rp. 99,668,37; biaya tenaga kerja 1 orang tukang jahit sebesar Rp.15.000,00 dan biaya overhead sebesar Rp. 5.000,00. Biaya tersebut dapat dikatakan lebih murah bila dibandingkan dengan pallet yang berharga Rp. 165.000,00. Pada perhitungan biaya bongkar muat pupuk existing, didapatkan hasil untuk biaya per shipment dengan menggunakan bantuan pallet adalah sebesar Rp. 653.390.000,00. Sedangkan untuk biaya bongkar muat pupuk menggunakan jumbo bag, total biaya per shipment adalah sebesar Rp. 656.209.583,33. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap kali shipment, bila dibandingkan memiliki selisih biaya Rp. 2.819.583,33 dengan total shipment jumbo bag yang memiliki harga yang lebih mahal. Hal ini dikarenakan pada pengoperasian jumbo bag di gudang, harus ditambahkan buruh sebanyak satu orang yang bekerja untuk mengikat dan mempersiapkan jumbo bag yang akan digunakan. Dari segi pembiayaan per shipment, penggunaan jumbo bag memiliki selisih biaya yang dikompensasi dengan umur produk yang memiliki selisih cukup jauh, yaitu pallet dengan umur produk 10 kali pemakaian, sedangkan jumbo bag memiliki umur produk yang lebih panjang yaitu 25 kali pemakaian. Tabel 4.1 Perbandingan Eksisting dan Perbaikan
Perhitungan present value untuk total shipment per tahun dilakukan pada alat bantu pallet dan alat bantu jumbo bag dengan menggunakan planning horizon 5 tahun. Present value untuk total biaya shipment per tahun untuk pallet adalah Rp. 57.797.309.012,24, sedangkan total biaya shipment per tahun untuk jumbo bag adalah Rp. 57.464.191.643,38. Perhitungan present value ini digunakan untuk mengetahui nilai investasi saat ini. Dengan planning horizon 5 tahun, didapatkan selisih biaya sebesar Rp. 333.117.368,86. Dengan demikian, nilai investasi jumbo bag lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan pallet. 5. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data serta analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
10
disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian ini, yaitu antara lain : 1. Hasil kuesioner penjaringan suara konsumen (Voice of Customer) menunjukkan bahwa terdapat gap antara tingkat kepentingan kebutuhan dengan tingkat kepuasan dari pihak perusahaan dengan menggunakan sistem bongkar muat pupuk dengan bantuan pallet. 2. Gap terbesar adalah pada atribut biaya pembuatan, umur produk dan kekuatan produk, sedangkan untuk gap terendah adalah pada atribut kemudahan perawatan dan kapasitas angkut. 3. Kelemahan pelaksanaan bongkar muat pupuk dengan pallet adalah pupuk defect (jatuh, bocor dan basah) dan memakan banyak waktu dalam proses bongkar muat di lambung kapal. 4. Proses perancangan jumbo bag dilakukan melalui tahap penjaringan Voice of Customer (VoC), penyusunan House of Quality (HoQ), selanjutnya respon teknis yang berkontadiksi berkorelasi negatif diselesaikan dengan TRIZ. 5. Alat bantu jumbo bag telah dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan perusahaan dalam hal produktivitas waktu bongkar muat pupuk. 6. Hasil pengujian waktu standar existing bongkar muat pupuk 0,10152 jam atau 6 menit 5 detik dengan output standar 10 pallet/jam, sedangkan waktu standar dengan menggunakan jumbo bag adalah 0,039637 jam atau 2 menit 27 detik dengan output standar 25 jumbo bag/jam. 7. Biaya pembuatan jumbo bag adalah Rp. 120.000,00. Dengan biaya tersebut diperoleh penghematan biaya shipment sebesar Rp. 333.117.368,86 6. Daftar Pustaka Anggrahini, D., 2010, Perancangan Mesin Sizing Teri Nasi Berdasarkan Prinsip Length Grader dengan menggunakan Quality Function Deployment. Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri FTI ITS Barness, R.M., 1980, Motion and Time Study: Design and Measurement of Work. New York : John Wiley & Sons Chen, C., 2010, Application of Quality Function Deployment in the Semiconductor Industry : A Case Study. Taiwan : Departement of Business Administration, National Pingtung University of Science and Technology
Daulika, S., 2010, Perancangan Alat Bantu Pengelasan Ergonomis dengan Menggunakan Quality Function Deployment (Studi Kasus : PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia). Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan TeknikIndustri FTI ITS Domb, E., 1997, Contradictions : Air Bag Application (The TRIZ Journal). USA : The TRIZ Institute Erlangga, B., 2010, Identifikasi Bahaya Metode Dow Fire&Explosion Index pada Ammonia Storage di Unit Pabrik II, PT. Petrokimia Gresik. Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Politeknik Perkapalan ITS Guna, 2009, Analisa Teknik dan Biaya Proses Produksi pada Material Handling. (Online) available
(Accessed 20 September 2010) Hidayat, A., 2002, Strategi Six Sigma. Elex Media Komputindo, Jakarta Ilham, M., 2009, Perancangan Tata Letak Gudang Ekspor PT. Hadi Baru dengan Metode Shared Strage. Medan : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara Kim, J., 2009, Appplication of TRIZ Creativity Intensification Approach to Chemical Process Safety. Korea : Departement of Chemical and Biomolecular Engineering, Yonsei University Laksmi, A., 2010, Perancangan Ulang Kompor Bioetanol dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) dan Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri FTI ITS Megawati, Y., 2007, Perencanaan Ulang Layout dan Material Handling di PT. Smart Tbk. untuk Meminimumkan Waktu Perpindahan. Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Petra Ulrich, K.T., dan Eppinger, S.D., 2001, Perancangan Dan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika Wignjosoebroto, S., 1992, Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya : Guna Widya Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Gunawidya Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya
11