PERANCANGAN INTERIOR PADA GALERI MOTOR VINTAGE Aprilia Ramaputri Desain Interior, Jl.Alamanda Mas II L3/4 Vila Pamulang Mas, 021-7444772,
[email protected] Budi Setiawan, S.Sn & Mila Andria Savitri S.T, M.Ds
ABSTRAK Semakin tinggi minat dari berbagai kalangan untuk merancang sebuah motor berjenis vintage yang berasal dari zaman revolusi industri yakni motor cafe racer menyebabkan dampak bahwa sebuah galeri motor harus menarik bagi pengunjung dari berbagai kalangan dan gender. Tujuan penelitian ini ialah merancang yang memperhatikan sirkulasi aktifitas dengan membuat suatu fasilitas bagi para pengunjung yang menunjang sebuah tempat untuk membuat dan memodifikasi motor vintage dengan suasana nyaman. Metode Penelitian yang digunakan dalam perancangan Galeri Motor Vintage ini yaitu dengan cara observasi dan wawancara mendalam dengan owner atau staff serta mencari sumber data literatur. Analisis yang telah dilakukan antara lain mencari tinjauan dan persyaratan pada galeri, bengkel, kafe, toko merchandise, dan motor cafe racer serta membuat perhitungan fasilitas yang dibutuhkan dalam perancangan melalui segi aktifitas yang dilakukan pengunjung dan pengelola di dalamnya. Konsep yang dipilih yakni adanya konsep desain Industrial kolaborasi filosofi Arsitektur Betawi pada galeri motor tersebut diharapkan mendapat respon yang besar. (AR)
Kata Kunci:
Galeri, Bengkel Modifikasi, Cafe Racer, Indonesia
PENDAHULUAN Latar belakang perancangan interior ini yaitu karena kehidupan masyarakat kota Jakarta semakin lama kian berkembang mengikuti peradaban yang lebih modern dan maju. Pergeseran gaya hidup yang berkembang saat ini, membuat masyarakat mencari hiburan dengan mencari minat dan hobby mereka masing-masing sebagai penghilang penat ditengah kesibukan Jakarta. Bagi wanita mereka dapat mencari hiburan dengan berbelanja ke pusat perbelanjaan, dan bagi para kaum pria seringnya mereka mencari hiburan dengan mengembangkan minat atau hobby mereka seperti memodifikasi kendaraan kesayangannya, baik mobil atau motor bahkan sepeda sekalipun. Kita pasti mengetahui perkembangan pembangunan mall dan pusat perbelanjaan lainnya sangat mendapat perhatian bagi investor dan pemerintah. Tetapi sangat disayangkan, untuk kaum pria tempat mereka menyalurkan minat dan bakatnya belum banyak tergarap sehingga perlu perhatian lebih pada pembangunan tempat modifikasi atau galeri motor yang dapat membantu mereka menyempurnakan kendaraannya dan menyalurkan hobby mereka. Galeri motor sendiri sebenarnya sebuah tempat atau sarana hiburan yang sekaligus memberikan pendidikan dan pemahaman kepada masyarakat khususnya konsumen mengenai mesin kendaraan yang ada. Di Negara lain, galeri motor merupakan salah satu tempat tujuan untuk menambah wawasan dalam bidang otomotif atau tempat berkumpul bagi penduduk atau komunitas disekitarnya. Penyajian atau konsep yang ditawarkan galeri-galeri motor tersebut dibuat sedemikian rupa menarik perhatian sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama saat menunggu proses hasil modifikasi motor atau mobilnya rampung. Melihat permasalahan yang terjadi mengenai minat massa dan komunitas pecinta motor khususnya di Indonesia dengan presentase rata-rata 20% pada tiap kota-kota besar di Indonesia yang sangat tinggi dalam membuat dan memodifikasi motor, khususnya motor vintage. Melihat minat tersebut
di Indonesia belum adanya vendor atau badan yang berani dan sadar untuk membuka lapangan usaha galeri motor vintage yang peluangnya sangatlah besar dikarenakan peminat yang tidak sedikit jumlahnya. Dikarenakan belum tersebar luas di kota-kota selain kota besar dengan badan atau tempat yang dibilang competible dalam bidangnya membuat mereka hanya sedikit pihak yang menjembatani antara minat mereka dengan tempat yang menawarkan serta membuat fasilitas yang memadai. Motor vintage mempunyai pengaruh besar seperti motor sport lainnya, dan motor vintage memiliki nilai jual dan nilai tersendiri bagi pemilik dan peminatnya di beberapa negara maju, maka dengan hal ini dipilih pengambilan konsep perancangan untuk merangcang Galeri Motor Vintage. Melalui adanya Galeri Motor Vintage ini, melalui perancangan interior yang baik diharapkan dapat merubah cara pandangan masyarakat bahwa dalam bidang otomotif dapat memberi kesan baik dengan adanya sarana dan pra sarana yang dipikirkan secara matang pada galeri atau bengkel mereka untuk salah satu tempat tujuan disamping membuat/ memodifikasi motor tetapi dapat menjadi sebagai sumber tempat hiburan dan edukasi. Perumusan Masalah 1. Bagaimana merancang sebuah galeri motor vintage dimana desainnya disesuaikan dengan perkembangan jaman dan tetap merasakan bagian dari suasana asal produk tersebut 2. Bagaimana merancang sebuah galeri motor yang membuat konsumen atau pengunjung merasa nyaman untuk berada disana dengan aktifitas berat yang ada 3. Bagaimana perancangaan material, pencahayaan dan penghawaan untuk merancangan galeri motor 4. Bagaimana menerapakan unsur local content Indonesia dan unsur penerapan green design pada galeri motor tersebut Tujuan Perancangan interior Galeri Motor Vintage antara lain : 1. Merancang sebuah galeri motor vintage yang menarik minat pengunjung. 2. Merancang sebuah interior galeri motor dengan memperhatikan sirkulasi aktifitas pekerja yang aktif dan sirkulasi yang baik bagi para pengunjung. 3. Merancang sebuah interior yang galeri motor yang terdapat area santai dan area edukasi bagi para pengunjung. 4. Merancang sebuah elemen interior untuk menunjang aktifitas yang ada, mengingat galeri motor adalah sebuah tempat membuat dan memodifikasi mesin dan aksesoris yang rentan terhadap zat tertentu. 5. Merancang sebuah galeri motor yang tidak hanya akrab dengan kaum tertentu. 6. Merancang sebuah interior galeri motor vintage yang disesuaikan dengan produk yang ditawarkan.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan didalam perancangan Galeri Motor Vintage ini yaitu meneliti data kualitatif. Cara pengumpulan data dalam metode ini dengan observasi/survei lapangan, wawancara mendalam dengan owner atau staff. Berikut ini adalah materi pengumpulan data yang dilakukan : 1. Survei Melakukan survei langsung ke Carburator Springs Jakarta, Studio Motor Jakarta dan Deus ex Machina Bali. 2. Studi Literatur Merupakan pencarian data yang berhubungan dengan galeri motor dan juga pada motor vintage, khususnya cafe racer. Data tersebut didapat melalui buku, internet, dan media informasi lainnya tanpa harus mendatangi tempat tersebut. Studi literatur dilakukan untuk menambah pengetahuan agar memperoleh data yang lebih banyak lagi. 3. Wawancara Informasi mengenai perkembangan galeri motor vintage di dunia serta di Indonesia sehingga membantu penulis dalam merancang galeri motor vintage tersebut. 4. Observasi Lapangan Observasi Lapangan dilakukan ke galeri-galeri motor di Jakarta dan Bali untuk mengamati serta mempelajari segala hal mengenai galeri motor, motor cafe racer, area pamer, area
workshop, kafe, dan sirkulasi yang baik. Data yang didapat saat melakukan observasi yaitu foto dan denah kasar galeri motor. Observasi lapangan sangat dibutuhkan karena membuat peneliti dapat merasakan langsung kekurangan serta kelebihan dari setiap galeri motor yang dikunjungi.
HASIL DAN BAHASAN Studi Fisik bangunan dan lingkungan Dalam perancangan Galeri Motor Vintage ini, penulis menggunakan dan mengadaptasi bangunan dari Summarecon Sport Spring Club. Bangunan dan layout ini dipilih karena diperkirakan cocok untuk melaksanakan perancangan interior pada galeri motor vintage tersebut dalam hal luas yang kurang lebih 2000 meter persegi yang berlokasi pada daerah perumahan tumbuh dan berkembang yaitu Summarecon Serpong, bentuk bangunan yang berkubu-kubu sehingga dapat merencanakan letak area utama dan pendukung lebih mudah, perencanaan landscape yang baik dan adanya sungai pada belakang bangunan sebagai support dalam segi rekreasi bagi pengunjung.
Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan Bangunan Summarecon Sport Spring Club terletak di dalam kawasan komplek The Spring Summarecon Serpong. Termasuk dalam kota Tangerang Selatan, Banten.
(Peta Lokasi Summarecon Sport Spring Club)
Akses Untuk menuju ke Summarecon Sport Spring Club ini, akses jalan yang dilalui tidak terlalu sulit, karena melewati jalan raya utama kawasan Summarecon Serpong. Dan terdapat marka jalan sebagai penunjuk jalan. Dekat dengan pintu tol menuju Jakarta dan sekitar Tangerang, seperti Merak dan Karawaci.
Fasilitas Bangunan Summarecon sport Spring Club dikelilingi oleh perumahan, ruko-ruko dan tempat makan. Kawasan ini merupakan kawasan yang hidup perekonomian dan lingkungan tempat tinggalnya. Pada bagian belakang bangunan terdapat aliran sungai, dan depan bangunan merupakan jalan raya utama dari pintu gerbang utama kawasan dan perumahan pada kawasan komplek ini. Lahan parkir yang luas dan tanah berkontur yang di tanami pepohonan, terkesan megah dan rimbun.
Iklim Wilayah Tangerang Selatan sama seperti wilayah DKI Jakarta yang memiliki iklim dengan klasifikasi C dan D menurut Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Termasuk daerah beriklim tropis dengan suhu rata-rata 270C dan kelembaban antara 80 % sampai 90 %. Dengan temperatur tahunan maksimun 320C dan temperatur minimum 220C.
Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan
(Gambar Denah Ground Floor Summarecon Sport Spring Club)
Pada denah ini dinamakan level ground floor, karena merupakan level tanah yang dianggap pada titik ketinggian 0 m. Pada lantai ini fasilitas sudah hampir terpenuhi seluruhnya, di sebelah kiri denah terdapat function hall dengan luas lebih besar dengan bangunan utamanya yang terletak ditengah dan kanan denah. Dikarenakan bangunan ini berfungsi sebagai sport club dan bangunan yang berdiri sendiri (free standing building) sehingga banyak area terbuka dan taman disekelilingnya.
(Gambar Denah Lower Ground Summarecon Sport Spring Club)
Pada penempatan ruang yang akan dibuat untuk perancangan Galeri Motor Vintage ini tentu banyak mengalami perubahan terutama pada level Ground Floor karena mengingat fungsi bangunan ini sebelumnya yaitu sebagai sport club dan bangunan serbaguna. Selanjutnya pada bangunan tersebut untuk menentukan ruanganruangan tersebut akan digunakan sebagai apa, akan dianalisa pada bagian zoning, grouping, disesuaikan dengan program aktfitas fasilitas yang telah dibuat. •
Zoning Alternatif 1
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar Zoning Ground Floor)
PUBLIC PRIVATE SERVICE
(Gambar Zoning Lower Ground Floor)
SEMI PRIVATE
Analisa zoning alternatif 1 (zoning terpilih) : + Pada bangunan utama, yang terdiri dari Galeri dan Toko Merchandise, jalur nya sudah baik dikarena zona publik terdapat di hampir seluruh bagian bangunan utama, dan pengunjung dapat leluasa mengelilinginya, zona semi private dan private terletak lebih ke dalam setelah zona publik agar lebih tersembunyi. + Pada bangunan utama level ground floor terdapat koridor pergawai yaitu akses langsung ke pada level lower ground yaitu back office. + Pada area semi private, terletak kedalam sehingga tidak dilalui oleh pengunjung dan mendapat privasi lebih. + Pada bangunan pendukung di sisi kiri, diperuntukan sebagai Workshop, dan zona semi private terbagi menjadi 2 luasan yang difungsikan sebagai ruang loading dock dan ruang konsultasi dibentuk secara simetris ditengah ruangan, agar pengunjung dapat menjangkaunya lebih mudah. + Zona private pada area Workshop, mendapat privasi dengan membatasi ruang untuk pengunjung dengan area kerja bengkel. + Zona service pada lower ground difungsikan sebagai bar, back kitchen, open kitchen dan storage dekat dengan lorong yang menuju pada area service atau belakang bangunan. + Untuk pengunjung VIP, setelah masuk bangunan utama dan dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama, dan akan disambut dengan galeri dan terdapat ruang meeting VIP.
• Grouping Alternatif 2 (grouping terpilih)
(Gambar Grouping Ground Floor)
(Gambar Grouping Lower Ground Floor)
Analisa grouping alternatif 2 (grouping terpilih): + Pada saat memasuki bangunan utama, kita akan disambut oleh lounge galeri dengan adanya lounge bar dan area receptionist. + Bagi pegawai VIP atau pengunjung VIP dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama untuk menuju lower ground dimana letak back office dan meeting room VIP. + Bila pengunjung yang membawa motor untuk memodifikasinya, motor tersebut dapat menuju bangunan Workshop ke loading dock.
+
+
+ +
+ +
•
Loading dock berdekatan dengan area workshop yaitu area pendukung kinerja yang letaknya di dalam dan pengunjung tidak dapat memasuki area tersebut dan bersifat privasi. Area toko merchandise menyatu dengan galeri motor, pada lantai tersendiri sehingga menjadi kelebihan daya tarik dalam penyebaran pengunjung untuk menjelajahi tempat tersebut. Kafe menyatu dengan galeri motor yang terletak pada lower ground dapat di akses dari bangunan utama dan bangunan pendukungnya. Area pengecatan berada dalam ruang tertutup yang memisahkan area bengkel lainnya sehingga mengurangi polusi suara yang ditimbulkan kepada pengunjung. Area mesin dekat dengan jalur keluar masuk ruangan, sehingga memudahkan pemindahan kendaraan saat ingin melakukan test drive. Area sepatu dan fitting room terletak pada dikedua sisi ruangan, dan telihat simetris, membuat penyebaran pengunjung merata.
Image pre-desain
(Gambar Gambar Pendukung Konsep Perancangan)
Konsep Perancangan Proyek Galeri Motor Vintage ini termasuk dalam jenis galeri komersil, yaitu bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa melalui pihak nasional, sehingga perancangan galeri ini diharapkan tidak terikat dan memberikan entertainment serta pembelajaran yang menarik, inovatif, kreatif dan interaktif. Mengingat didalamnya terdapat merchandising store dan kafe. Untuk mendukung perancangan tersebut maka diperlukan konsep perancangan yang harus terhubung “benang merah” pada tiap sisi manapun. Cafe racer sendiri merupakan aliran gaya dalam memodifikasi motor dan identik dengan gaya para pengendaranya yang muncul pada tahun 1960-an, dan hingga sekarang kian berkibar kiprahnya. Mengingat dengan perkembangan dan perjalanan motor Cafe Racer membuat inspirasi dengan mengambil konsep Nostalgic Revolution. Konsep tersebut yang berarti “Perubahan Masa Lalu”. Kata Nostalgic sangat berperan terhadap perjalanan dan mengandung makna rindu akan masa yang lalu, karena motor Cafe Racer merupakan produk yang terbentuk diwaktu lampau yang melewati kisah perjalanan akan perkembangan motor hingga sekarang. Kata Revolution berarti perubahan-perubahan atau perputaran dari produk motor tersebut, gaya bangunan serta kehidupan masyarakat dan diterjemahkan kedalam gaya bangunan dalam yang akan diciptakan ke arah modernisasi dalam proyek ini. Nostalgic akan dihadirkan dalam Galeri Motor Vintage ini dengan mengambil nuansa gaya vintage dengan penerapan unsur industrialism yaitu sebuah tren dalam seni kreatif yang dihasilkan sekitar tahun 1960 dimana merupakan gaya yang muncul saat motor Cafe Racer pun muncul, ditandai dengan campuran gaya dan sedikit sentuhan modern, mengeksplorasi tema ketegangan antara masa lalu dan masa depan.
Konsep Desain Penerapan konsep design dengan unsur industrial yaitu menjadi ikon pada jaman revolusi industri, dimana masa pada revolusi industri tersebut ialah mulainya suatu perubahan pada tiap-tiap produksi industri negara-negara Eropa, yaitu negara asal mula Cafe Racer dan dimana desain tersebut mengacu pada unsur green design. Desain industri dipakai dimana sebagai penyatu asal usul produk tersebut yaitu motor cafe racer dengan perancangan interior Galeri Motor Vintage. Industrial design adalah seni terapan di mana estetika akan material ramah lingkungan dan usability (kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan, dan minim akan menerapkan finishing pada elemen interior atau furniture. Pengaturan tentang Industrial design dikenal pada abad ke-18 terutama di Inggris karena adanya Revolusi Industri. Desain Industri awalnya berkembang pada sektor tekstil dan kerajinan tangan yang dibuat secara massal. Nuansa industri ditampilkan biasanya menggunakan material daur ulang atau bahan industri lainnya seperti kaca, besi dan alumunium dan membuat penggunaan akan warna-warna monokrom sehingga terkesan tegas dan maskulin.
Tetrad Pakaian Adat, Ondel-ondel, Batik, Tari Adat, Alat Musik
Re-use Furniture Besi, Kayu recycle, Alumunium, Kaca
Furniture
Rumah Kebaya Warna
Ragam Hias Arsitektur
Material Nostalgic Revolution
Kebudayaan Betawi
Industrial
Serpong, Tangerang
Muatan Th.1960,London, Inggris, Konsep Terapan Lokal Era Revolusi Industri Design
Asal Usul
Lokasi Perencanaan
Galeri Motor Vintage Bentuk
Citra Ruang Material Geometris & Organik
Warm, Prestige, Fun, Industry
Furniture
Lantai Dinding Keramik, Granit, Marmer, Kayu, Tegel, Parquet Gypsum, PVC, Cat Dinding, Kaca, Wallpaper, HPL
Ceiling
Besi, Kayu recycle, Alumunium, Kaca
Gypsum Akustik, Gypsum, veneer, HPL, PVC, Wallpaper
(Bagan Mind Map Konsep Perencanaan)
= kombinasi = hasil = berhubungan
Adanya pernyataan 3R dimana mewakili makna akan green design itu sendiri yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. A. Reduce Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi barang-barang yang tidak “terlalu” dibutuhkan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. B. Reuse Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti memakai furniture lama dengan sedikit perbaikan. C. Recycle Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Pemakaian sistem industri green design dispesifikasikan pada reduce dengan mengurangi pemakaian material dan penggunaan re-use pada furniture membuat sebuah keuntungan yang besar, seperti pengurangan bahan baku kayu solid, besi dan material lainnya, dan dapat membuat efek yang tidak biasa ditimbulkan pada fisik benda lain serta keuntungan dari pengurangan biaya beli produk tersebut. Pada elemen interior dispesifikasikan efek yang biasa ditimbulkan pada unsur industrial seperti pengurangan material interior, dengan cara : 1. Mengurangi pemakaian gypsum pada ceiling sehingga menerapkan sistem ekspos ceiling pada ruangan. 2. Mengurangi penggunaan keramik atau material penutup lantai sehingga menerapkan sistem epoxy cement plester. 3. Mengurangi pewarnaan dan finishing yang menerapkan banyak proses energi pada dinding dan elemen lain sehingga menerapkan pemakaian cat eco friendly, unfinish furniture/furnish, dan pemanfaatan grafis. 4. Mengurangi pemakaian material aksesoris, sehingga dapat digunakan barang recycle atau re-use untuk aksesoris yang secara tidak langsung telah melakukan proses reduce. 5. Bila harus memakai sesuatu yang solid, dapat dipilihkan alternatif material lain yang tampilan fisik akhir, daya tahan dan kekuatannya serupa, seperti penggunaan kayu solid dapat diganti PVC, particle board, MDF, dan kayu peti kemas atau penggunaan mmaterial solid tersebut minim akan finishing.
Local Content Local content yang diterapkan pada proyek Galeri Motor Vintage ini adalah kebudayaan Betawi. Untuk menjelaskan mengapa kebudayaan Betawi dipilih dalam proyek ini, dikarenakan lokasi bangunan yang dipilih untuk pembuatan Galeri Motor Vintage berada di Serpong, Kota Tangerang, yang mengingat sejarahnya kota tersebut masuk dalam Keresidenan Batavia dan terbentuk dengan adanya suku Betawi, suku Tionghoa dan suku Sunda. Melihat dari pembagian wilayah lokasi tersebut Serpong yang lebih identik dengan
Tangerang dan Jakarta, juga suku yang mendominasi ialah suku Betawi, maka pemilihan suku Betawi dirasa cocok dengan proyek ini untuk mewakili ciri khas kota tersebut. • Filosofi Arsitektur Betawi Bentuk tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa dilihat dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya. Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin, ke mana rumah harus menghadap dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi orientasi/pusat perkampungan. Pada pemukiman Betawi, orientasi atau arah mata angin rumah dan pekarangan lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan, kemudahan mencapai jalan juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah. Rumah tradisional Betawi ditinjau dari tata letak dan fungsinya, cenderung bersifat simetris, hal ini dapat dilihat dari letak pintu masuk dan pintu belakang yang sejajar dan membentuk garis lurus. •
Arsitektur
Orang Betawi mempunyai tata cara dalam membangun rumah. Ada tahap – tahap yang harus dijalani dengan mengikuti tradisi turun-temurun. Ini dimaksudkan agar keseimbangan alam sekitar tetap terjaga. Pemilihan lokasi, perataan tanah, pendirian tiang guru, dan sebagainya harus disertai dengan selametan. Rumah tradisional Betawi dibuat dari bermacam-macam bahan yang tersedia. Tergantung dari kemampuan pembuatnya. Ada yang dibuat menggunakan bahan bambu. Ada yang dibuat menggunakan bahan kayu. Ketika bangsa kita dijajah Belanda, orang Betawi meniru cara Belanda membangun rumah. Mulailah berkembang membangunan rumah dari batu. Tetapi umumnya rumah tradisional Betawi dibuat menggunakan bahan dari kayu. Jenis kayu yang dipilih kayu nangka, kayu cempaka, dan lain-lain. Jenis kayu asem biasanya tidak digunakan. Letak geografis mempengaruhi pembuatan rumah. Di daerah pesisir didirikan rumah panggung. Misalnya rumah Si Pitung di kampung Marunda Pulo, Jakarta Utara. Berdasarkan bentuk dan struktur atapnya, rumah tradisional Betawi terbagi menjadi 4 jenis : 1. 2. 3. 4.
Rumah Gudang, Rumah Bapang Rumah Kebaya Rumah Joglo / Limasan •
Ragam Hias pada Arsitektur
Ragam hias Betawi disebut pula dekorasi gaya Betawi. Ragam hias merupakan permainan geometri. Geometri adalah dasar untuk arsitektur, berbagai ragam hias, dan pengenalan dunia simbol. Ragam hias dapat ditempatkan dalam segala tempat. Misalnya pada bangunan rumah, perlengkapan rumah tangga, kerajian, perahu, hiasan pesta, alat kesenian, dan lain-lain.
Ragam hias Betawi sudah ada sejak jaman neolitikum. Ketika itu sudah lazim digunakan bentuk cagak. Bentuk cagak menjadi ragam hias pada leher periuk tanah. Cagak mengalami pengembangan menjadi bentuk tumpal. Bentuk tumpal dalam kain batik Betawi berbentuk temu tumpal. Bentuk cagak maupun tumpal sebenarnya bentuk lain dari gunung. Nenek moyang orang Betawi menganggap gunung mempunyai kekuatan. Jadi bentuk cagak dan tumpal mempunyai arti kekuatan. Beberapa ragam hias dan tempat diletakkannya sesuai fungsinya : Pada rumah tradisional Betawi diberi ragam hias gigi balang. Gigi balang diletakkan pada lisplang yang berfungsi memberi keindahan pada rumah.
Gigi Balang
(Gambar 4.38. Ragam Hias Gigi Balang)
Bentuk lain adalah banji. Banji memiliki pola segi empat. Pola ini terpengaruh kebudayaan Hindu yang artinya dinamis. Pola banji sering dikombinasi dengan unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah bunga lima atau bunga tapak dara. Bunga tapak dara dalam tradisi pengobatan Betawi berhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Unsur tumbuh atau flora lain yang digunakan sebagai ragam hias antara lain cempaka, jambu mede, delima, pucuk rebung, dan lain-lain. Bentuk ragam hias laian adalah matahari, kipas, varian botol. Yang paling jelas ragam hias ditemukan pada : langkan, tiang utama, garde, lisplang, siku yang berada di luar ceiling.
Corak Tapak Dara
(Gambar Banji dengan Corak Bunga Tapak Dara)
(Gambar Bentuk Asli Bunga Tapak Dara dan Setelah Menjadi Corak)
(Gambar Siku yang Dibuat dengan Corak)
Citra Ruang Masyarakat berpendapat bahwa motor Cafe Racer merupakan motor yang memiliki nilai classic, prestige dan oldschool. Secara garis besar suasana seperti nilainilai tersebut yang ingin ditampilkan dalam Galeri Motor Vintage karena perlu pencitraan masyarakat saat mendatangi tempat ini. Pencitraan ruang yang hangat, prestige, dan industry adalah pencitraan yang ingin ditampilkan dalam Galeri Motor Vintage. Kata hangat untuk mewakili kenyamanan ruang dengan intensitas warna dan cahaya yang cukup dan tidak terkesan redup. Suasana prestige yang dihadirkan mengingat produk utama yang terdapat di dalam galeri tersebut memiliki nilai jual dan eksklusifitas tinggi dan industry dalam penerapan sistem desain yang dimana gaya tersebut mengandung unsur green design.
Konsep Bentuk • Bentuk Furniture Penerapan bentuk geometris dan organik agar kesan ruangan lebih dinamis dan fungsional. Bentuknya yang lebih mementingkan kegunaannya sehingga lebih mudah perawatanny, seperti pada filosofi masyarakat Betawi yang mementingkan efisiensi. Material pada furniture ini memakai percampuran dengan bahan dasar daur ulang sehingga cocok dengan iklim dunia akan gerakan Go Green dan penerapan konsep Industri Green Design.
(Gambar Furniture yang menggunakan material daur ulang)
• Bentuk Elemen Interior Lantai salah satu bagian dari daya tarik suatu ruangan karena dapat berfungsi sebagai pemisah bagian ruangan tanpa adanya pembatas dinding yang secara langsung dapat menandai dan mempengaruhi suasana hati pengunjung. Penggunaan dominan epoxy cement plester membuat ruangan berbeda tanpa adanya batasan dan
dapat membuat pengunjung merasakan ruangan yang terkesan luas dan menjadi bagian dari strategi desain. Dinding menjadi pembentuk suatu ruang yang menjadi perbedaan fungsi dan privasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lain, sehingga aktifitas yang dilakukan diantara ruangan tersebut tidak terganggu satu sama lainnya. Bentuk yang diterapkan pada dinding memakai kombinasi bentuk geometris dan organik seperti pada furniture. Pada ceiling tidak akan terlalu banyak diolah karena dengan adanya penerapan sistem expose ceiling sehingga membuat desainnya lebih maskulin dan mengurangi bahan baku dari segi financial.
Konsep material lantai, dinding dan ceiling Mengikuti pemilihan konsep material yang akan diterapkan pada elemen interior tersebut,seperti : 1. Lantai Menggunakan sistem epoxy cement plestered pada seluruh area dengan kombinasi material penutup lantai lain. Sistem lantai tersebut tentu di kombinasi dengan material lain seperti Tegel Kunci yang berbasis tanah liat dengan ornamen Betawi untuk menampilkan kesan prestige serta mewakili sisi Nostalgic tersebut dan merupakan penerapan bawaan terhadap nama brand yang dipakai yaitu Deus ex Machina. 2. Dinding Pada dinding dominan menggunakan bata yang diplester dengan semen, expose brick serta penambahan elemen reuse solid wood panel, pvc, kaca, alumunium dan unsur besi yang menampilkan sisi maskulin atas produk yang ditawarkan pada galeri.
3. Ceiling Pada ceiling dominan menggunakan sistem expose ceiling pada semua area, tetapi dikombinasi dengan menggunakan gypsum yang dilapisi cat dinding dan spandex tanpa finishing sebagai penutup ceiling pada area tertentu agar ruangan tidak terkesan monoton. Konsep Warna Warna yang akan diterapkan dalam Galeri Motor Vintage ini berdasarkan warna tetrad, skema warna yang menggunakan empat warna diatur ke dalam dua pasangan yang saling melengkapi. Skema warna ini menawarkan banyak kemungkinan variasi. Skema warna Tetrad bekerja lebih baik jika membiarkan satu warna menjadi warna dominan, dan juga harus memperhatikan keseimbangan antara warna-warna hangat dan sejuk dalam desain. Dominasi warna hangat bertujuan agar pengunjung yang datang dapat merasakan kenyamanan akan ke prestige-an sebuah ruang galeri motor yang didalamnya terdapat motor yang di display untuk membuat mata pengunjung terlintas pikiran akan ke ekslusifan produk tersebut.
Konsep Pencahayaan Konsep Pencahayaan pada Galeri Motor Vintage dibagi menurut fungsi dan tujuannya, yaitu : 1. Pencahayaan pada Ruang Pamer dan Display • Untuk ruang pamer, seperti motor yang dipajang stand on floor, akan diterapkan spotlight dan uplight. • Untuk display pada vitrine, pencahayaan menggunakan spotlight dengan tingkat luminer yang lebih rendah dibanding untuk stand on floor. Sehingga detail pada produk yang didisplay terlihat jelas dan tidak kalah terhadap cahaya. • Pada ruang pamer, menggunakan general lighting dan intensitas yang cenderung redup sehingga benda yang dipamerkan akan lebih menonjol dibanding sekitarnya. 2. Pencahayaan pada Ruang Kerja dan Workshop • Penggunaan general lighting dengan intensitas cahaya yang terang dan warna cahaya putih agar mendukung aktifitas pada area kerja yang membutuhkan penerangan lebih dibandingkan area lain. • Pada area Workshop untuk ruang pengecatan, menggunakan neon lamp yang berfungsi agar ruangan sebagai oven, untuk ketelitian dan pengeringan yang merata. 3. Pencahayaan pada Kafe • Menggunakan general lighting untuk pencahayaan dominan pada seluruh area Kafe, spotlight pada aksesoris di dinding, down light pada tiap peletakan meja kafe, dan continous light untuk memberi kesan mewah pada area bar dan open kitchen.