PERANCANGAN INTERIOR PADA PLANETARIUM DAN OBSERVATORIUM JAKARTA Akmalia Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara,
[email protected]
Sri Rachmayanti, S.Sn., M.Des. Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara,
[email protected]
Anak Agung Ayu Wulandari, S.Sn., M.A. Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara,
[email protected]
ABSTRACT Since the very beginning human have a variety of questions about the sky, space, planets, stars and galaxies. Planetarium and Observatory has become a solution to accommodate all human questions about the solar system. Jakarta which is the capital city of Indonesia has this facility, but the interest of the community to visit this place is very alarming. Supernova is the inspiration of this design concept; the end of life process of a star in the universe, where the stars are celestial bodies that are beautiful and can be enjoyed by all human beings with naked eyes. With this interior design project, Jakarta Planetarium and Observatory is expected to answer questions about celestial bodies that are often seen, such as the star and capable to be an attractive recreation and education medium which arouse the imagination of visitors. (A) Keywords: Planetarium, Jakarta, Supernova, Stars. ABSTRAK Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Planetarium dan Observatorium telah menjadi solusi untuk mewadahi semua pertanyaan manusia mengenai tata surya. Jakarta merupakan ibu kota Indonesia telah memiliki fasilitas ini, tetapi minat masyarakat untuk mengunjungi tempat ini sangat memprihatinkan. Supernova merupakan inspirasi konsep dari perancangan ini; merupakan Proses akhir hidup suatu bintang di alam semesta, dimana bintang adalah benda langit yang indah dan dapat dinikmati semua manusia secara kasat mata. Dengan perancangan interior ini, diharapkan Planetarium dan Observatorium Jakarta mampu menjawab pertanyaan mengenai benda langit yang sering dilihat, yaitu bintang dan mampu sebagai sarana rekreasi dan edukasi yang menarik serta dapat membangkitkan imajinasi pengunjung. (A) Kata kunci : Planetarium, Jakarta, Supernova, Bintang.
PENDAHULUAN Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit dan keindahannya telah diakui keberadaannya yang tak tepisahkan dari masyarakatnya sejak Peradaban Mesir Kuno masih Berjaya. Bahkan pada Peradaban Yunani mulai berkembang, astronomi menjadi salah satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari masyarakatnya. Ptolemeus, ahli astronomi Yunani pada saat itu bahkan memberikan nama-nama bagi berbagai gugusan bintang di angkasa. Manusia melakukan berbagai penelitian dan penyelidikan mengenai langit dan antariksa dengan di dasari rasa ingin tahu terhadap ilmu astronomi, dimana ilmu tersebut merupakan ilmu yang melibatkan pengamatan benda-benda langit serta fenomena alam yang terjadi di antariksa. Dengan Astronomi kita dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari hasil pengamatan benda-benda langit. Nenek moyang kita pada zaman dahulu menggunakan astronomi untuk menentukan penanggalan, menentukan cuaca, menentukan arah perjalanan dan lain sebagainya. Pengamatan tersebut sangat sulit dilakukan pada zaman sekarang, dikarenakan meningkatnya jumlah pemukiman yang mengakibatkan berbagai polusi, terutama polusi cahaya yang mengakibatkan pengamatan langit sulit dilakukan tanpa alat bantu. Sebagai gantinya, hadirlah planetarium yang menghadirkan proyeksi video mengenai simulasi pergerakan langit dan lebih jauh lagi menghadirkan proyeksi aktivitas antariksa. Pengamatan terhadap langit pada zaman kuno dilakukan dengan menggunakan sejenis lensa sederhana. Hal ini memberikan interpretasi yang berbeda dari ahli astronomi saat ini yang telah menggunakan alat yang lebih mutakhir untuk melihat keindahan dan fenomena langit. Buku Theorica Planetaria oleh Johannes Campanus (1220 -1296) dan penemuan teleskop optikal pada tahu 1609 oleh Galileo menjadi awal dari berkembangnya berbagai wadah yang digunakan untuk pengamatan benda – benda antariksa. Sejak saat itulah bermunculan berbagai planetarium dan observatorium di Eropa dan Amerika. Perkembangan planetarium dan observatorium di Asia baru dimulai setelah Perang Dunia II. Jepang muncul sebagai negara industri baru berhasil mejadi salah satu produsen proyektor dan berbagai sistem simulasi pada planetarium. Indonesia memiliki empat planetarium dan sebuah observatorium, Indonesia masih kurang mampu menarik masyarakat di dunia astronomi. Hal ini dikarenakan planetarium yang kurang dikemas dengan menarik; baik dari interior ruangan planetarium maupun arsitektural. Jepang dan Jerman merupakan negara yang memiliki planetarium yang dikemas secara menarik melalui inovasi dan teknologi modern agar tampilan planetarium memukau. Planetarium dan Observatorium Jakarta merupakan salah satu sarana edutainment, dimana pengunjung dapat belajar mengenai ilmu astronomi sekaligus berekreasi. Tetapi Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak dikemas dengan menarik dan kurang komunikatif. Oleh karena itu pengunjung kurang tertarik pada area edukasi, pengunjung hanya tertarik pada teater bintang saja sedangkan area ruang pamer tidak membuat pengunjung tertarik untuk melihatnya dan area souvenir jarang sekali pengunjung yang berminat untuk membeli. Planetarium dan Observatorium Jakarta butuh perhatian khusus dalam segi interior sehingga dapat memberi fungsi dan fasilitas yang lebih baik serta menghibur. Melalui perancangan interior, fasilitas Planetarium dan Observatorium Jakarta akan lebih berkualitas sehingga berjalan sesuai dengan fungsinya dan dapat menarik wisatawan lebih banyak untuk berkunjung. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa masalah yang akan menjadi penelitian ini yaitu : 1) Bagaimana merancang fasilitas dan pembagian ruang yang ada di planetarium dan observatorium agar dapat digunakan dengan maksimal dan efisien sesuai dengan kegiatan dan kebutuhannya masing-masing? 2) Bagaimana cara menyiasati perancangan pencahayaan pada ruang pameran agar informatif? 3) Bagaimana menyusun konsep perancangan interior planetarium dan observatorium sebagai wadah pendidikan dan rekreasi yang menghibur dengan penerapannya pada berbagai elemen-elemen interior yang ada?
Tujuan Perencanaan Interior 1) Merancang fasilitas dan pembagian ruang yang ada planetarium dan observatorium agar dapat digunakan dengan maksimal dan efisien sesuai dengan kegiatan dan kebutuhannya masing-masing 2) Menyiasati perancangan pencahayaan pada ruang pameran agar informatif. 3) Menyusun konsep perancangan interior planetarium dan observatorium sebagai wadah pendidikan dan rekreasi yang menghibur dengan penerapannya pada berbagai elemenelemen interior yang ada.
METODE PENELTIAN A.
Metode Penelitian Secara Langsung 1) Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung yang berkaitan dengan planetarium dan observatorium. Survey dilakukan di beberapa tempat, yaitu Planetarium dan Observatorium Jakarta, PP-IPTEK TMII Jakarta, Observatorium Bosscha. Data survey yang dibutuhkan mencakup data aktivitas pengunjung, foto kondisi lapangan, dan flow activity. 2) Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait planetarium dan observatorium yakni, sejarah gedung, struktur orgaisasi perusahaan, data internal yang dimiliki pengelola, peraturan gedung, dan kegiatan-kegiatan yang diadakan pada gedung. 3) Observasi Mengamati berbagai aktivitas yang terjadi, seperti interaksi antara petugas dan pengunjung serta pihak lain yang ada di dalamnya, lalu observasi dengan mengamati kondisi fisik gedung mulai dari elemen interior, pencahayaan, akustika gedung dan lingkungan sekitar.
B.
Metode Penelitian Secara Tidak Langsung 1) Studi Literatur Studi Literatur diperoleh dari internet dan buku referensi. Dilakukan melalui pengumpulan data literatur yang terkait dengan Planetarium dan Observatorium yakni mengenai sejarah, fungsi, fasilitas pendukung, penataan ruang dan semua aspek yang dapat membantu perancangan interior planetarium.
HASIL DAN BAHASAN Dalam melakukan studi literature untuk melengkapi data mengenai kebutuhan, kegiatan dan fasilitas yang dibutuhkan Planetarium dan Observatorium Jakarta, maka dilakukan survei pada beberapa gedung Planetarium itu sendiri. Dimana hasil survei ini merupakan sebagai pedoman dalam perancangan Planetarium dan Observatorium Jakarta. Tabel 1. Hasil Survey dan Pengamatan Planetarium dan Observatorium Jakarta Fasilitas Gambar Keterangan Lobby
-
terlalu banyak area kosong yang tidak diolah dengan baik
-
Pencahayaan alami cukup memadai pada siang hari
-
Penghawaan buatan menggunakan central.
ac
Loket
Teater Bintang
Tempat Antri Teater Bintang
-
Adanya jalur ram untuk disable, sehingga tidak pengunjung disable tidak merasa di diskriminasi dan juga dapat menikmati planetarium ini.
-
Area loket terhalang oleh kursi tunggu pengunjung
-
Keterangan informasi tidak memiliki tempat khusus sendiri sehingga terlihat berantakan.
-
Penghawaan buatan cukup dingin dikarenakan mesin proyektor harus berada dalam temperature yang dingin
-
Kursi penonton sudah banyak yang rusak
-
Adanya perbedaan warna kursi pada teater bintang memberikan kesan tidak rapih dan tidak seragam.
-
Tidak ada jalur antri penonton yang dibuat secara khusus, apabila pengunjung padat maka kondisi menjadi agak ricuh ketika jadwal pertunjukan akan di mulai.
-
Ceiling pada area antri teater beberapa rusak dan belum diperbaiki.
-
Banyaknya debu yang masuk ke dalam vitrine benda pamer
-
Kurang adanya sirkulasi udara, sehingga pengunjung tidak nyaman karena merasa kepanasan pada saat melihat pameran
-
Beberapa benda pamer, memiliki posisi label keterangan yang kurang terbaca oleh pengunjung dikarenakan peletakan yang kurang tepat dan tulisan yang terlalu kecil.
Perpustakaan
-
Pada saat hujan, perpustakaan menjadi lembab dikarenakan adanya kebocoran pada gedung.
Souvenir Booth
-
Tidak mendapatkan fasilitas yang baik (ruang khusus souvenir)
-
Souvenir yang dijual kurang mempunyai tema planetarium atau sejenisnya.
Ruang Pameran
Snack Shop
-
Tidak terdapat area duduk untuk pengunjung di area ini.
Kantor Lobby)
-
Meja receptionist kurang terlihat pada saat datang melalui pintu masuk kantor karna tersembunyi disamping tangga.
-
Area pembelian tiket rombongan sudah cukup baik etaknya, tetapi kurang terancang.
(area
Gedung yang digunakan untuk Perancangan Interior pada Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah Gedung Planetatrium Jakarta yang berada di kawasan Taman Ismail Marzuki. Gedung ini berada di Jakarta Pusat tepatnya di kecamatan Cikini dan berada di kawasan Taman Ismail Marzuki. Kawasan ini merupakan pusat kota dimana terdapat gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, kafe, dan tempat bersejarah. Kawasan ini termasuk kawasan ramai baik siang maupun malam hari. Konsep pada perancangan interior Planetarium dan Observatorium Jakarta terinspirasi dari proses akhir kehidupan suatu bintang yaitu Supernova.
Supernova adalah suatu ledakan dari suatu bintang di galaksi Bima Sakti yang memancarkan energi teramat besar. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova tampak sangat cemerlang dan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya bintang tersebut. Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya usia suatu bintang. Saat bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis, maka tidak akan dapat terjadi reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang. Bila sudah tidak dapat dilakukan fusi nuklir, maka bintang akan mati dan melakukan supernova. Supernova memiliki dampak bagi kehidupan yang sangat penting bagi alam semesta, diantaranya adalah : • Menghasilkan logam
•
Pada inti bintang, terjadi reaksi fusi nuklir. Pada reaksi ini dilahirkan unsur-unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium. Saat supernova terjadi, unsur-unsur ini dilontarkan keluar bintang dan memperkaya awan antar bintang di sekitarnya. Menciptakan kehidupan di alam semesta
Supernova melontarkan unsur-unsur tertentu ke ruang angkasa. Unsur-unsur ini kemudian berpindah ke bagian-bagian lain yang jauh dari bintang yang meledak. Diasumsikan bahwa unsur atau materi tersebut kemudian bergabung membentuk suatu bintang baru atau bahkan planet baru di alam semesta. Hal ini mendasari konsep yang akan diangkat yaitu “The Death Star Explosion: Supernova”. Pengaplikasian konsep ini di gabungkan dengan konsep luar angkasa yan akan diterapkan pada sirkulasi pembagian ruang. Dimana supernova tersebut merupakan sebuah bintang yang akan meledak. Metafora dari fokus utama tersebut diaplikasikan pada ruang inti yaitu Teater Bintang, dimana hasil ledakan dari supernova tersebut menyebar dan menciptakan bintang baru yang diasumsikan kepada ruang lain yang akan ditonjolkan pada perancangan. Perancangan ini akan dibuat secara tematik dan beralur sehingga pengunjung diharuskan untuk menjelajahi area yang telah disediakan untuk publik. Dalam mendukung konsep ini maka tidak lepas dari perancangan display secara interaktif yang akan dinikmati oleh pengunjung yang tidak hanya melihat tetapi dapat menyentuh dan merasakan atmosfir planetarium.
Gambar 1. Moodboard
Konsep gaya yang akan diterapkan adalah futuristic. Karena hal yang berhubungan dengan luar angkasa, fenomena alam semesta, bintang, dan sebagainya selalu tertuju pada “futuristic”. Oleh karna itu gaya “futuristic” diterapkan pada konsep perancangan interior ini. Menurut Kusumawati dalam jurnal Arsitektur Modern Pertengahan Konsep Aliran, Pengertian Futuristic atau futurisme dalam arsitektur adalah gaya bangunan yang ditandai oleh anti-
historicism dan garis panjang mendatar, kecepatan, emosi, dan urgensi yang artistik. Konsep bentuk yang akan diterapkan adalah bentuk-bentuk dominan yaitu bentuk lurus yang tegas dan sudut.
Gambar 2. Ilustrasi Konsep Bentuk Futuristic Sesuai dengan konsep The Death Star Explosion: Supernova, maka konsep warna yang ingin ditampilkan adalah warna-warna yang diambil dari proses ledakan supernova tersebut sebagai warna aksen dan untuk pemilihan warna netral, memilih warna putih dan abu-abu yang digunakan untuk mewakili sisi futuristic sebagai warna dominan dalam ruang.
Gambar 3. Ilustrasi Warna Aksen
Gambar 4. Perspektif Lobby
Gambar 5. Perspektif Lobby
Gambar 6. Perspektif Ruang Multimedia
Gambar 7. Perspektif Ruang Multimedia
Gambar 8. Perspektif Ruang Pameran Diorama
Gambar 8. Perspektif Ruang Pameran Pembukaan
Gambar 9. Perspektif Ruang Pameran Hall of Meteorites
Gambar 10. Perspektif Ruang Pameran Hall of Supernova
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hingga saat ini banyak ketertarikan masyarakat Indonesia untuk mencari tahu dan berimajinasi terhadap dunia astronomi. Masyarakat awam apabila diberi pertanyaan tentang bintang, masyarakat hanya mengetahui bahwa bintang itu hanya merupakan sinar, bewarna putih karna pantulan cahaya dan berbentuk seperti 5 segitiga yang di gabung dan diputar secara radial. Dengan hal ini, alangkah lebih baik apabila masyarakat mengetahui lebih dalam tentang bintang dikarenakan benda planet yang dapat dilihat dengan kasat mata salah satu nya adalah bintang, dan tidak dapat dipungkiri bahwa manusia pasti pernah melihat bintang. Sayangnya belum banyak sarana yang mampu mencukupi akan hal ini. Planetarium dan Observatorium Jakarta merupakan salah satu sarana edukasi dan rekreasi mengenai dunia astronomi. Melalui konsep “The Death Star Explosion : Supernova”, gedung planetarium dirancang agar pengunjung dapat berimajinasi dan menjawab semua pertanyaan mengenai dunia astronomi khususnya bintang yang selama ini dapat dilihat dengan kasat mata. Konsep perancangan interior dibuat dengan asumsi proses ledakan bintang dibuat agar pengunjung dapat memahami proses bintang yang sebenarnya dan seluk beluk dunia astronomi lainnya yang juga ingin disediakan dalam perancangan ini. Dengan demikian peranvangan interior Planetarium dan Observatorium diharapkan mampu menjawab pertanyaan tentang benda langit yang sering dilihat yaitu bintang dan mampu sebagai sarana rekreasi dan edukasi yang menarik serta dapat membangkitkan imajinasi pengunjung. Saran 1. 2.
Planetarium dan Observatorium Jakarta diharapkan menjadi pusat edutainment dimana pengunjung tidak hanya belajar tetapi dapat bermain. Planetarium dan Observatorium Jakarta diharapkan dapat memberi pengujung pengalaman yang baru dan sebagai salah satu tujuan tempat rekreasi.
REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Admiranto, Gunawan. (2008). Menjelajahi Tata Surya. Bandung: Penerbit Kanisius. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1993). Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. Sutaarga, A. (1990). Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Udansyah, D. (1979) . Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta: Peningkatan dan Pengembangan Permuseuman. Mangunwijaya, Y.B. (2000). Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta: Djambatan Ham, Roderick. (1987). Theatre Planning ABTT. London: Architectural Press. Neufert, E., Tjahjadi, S. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga. Ching, F.D.K. (2008). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta: Erlangga.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Grimley, C.,& Love M. (2013). The Interior Design Reference + Spesification Book. United States: Rockport Panero, J.,& Zelnik M (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Meilisa. (2014). Perancangan Interior Planetarium dan Observatorium Jakarta. Skripsi S1. Binus University, Jakarta. Putri, A.N. (2013). Supernova Ia Sebagai Alat Ukur Parameter Kosmologi. Skripsi S1. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Rifanti, N. (2013). Observatorium Bosscha. Skripsi S1. Universitas Padjajaran, Jatinangor. Jayanita, Y. (2006). Komplek Planetarium di Batu. Skripsi S1. Universitas Kristen Petra, Surabaya. Yudistira, A. (2004). Museum Astronomi dan Planetarium di Kota Baru Parahyangan. Skripsi S1. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Fitriyanti (2003). Museum Astronomi di Semarang. Skripsi S. Universitas Diponegoro, Semarang. http://planetariumjkt.com, (tanggal akses 3 Maret 2015). http://langitselatan.com , (tanggal akses 3 Maret 2015). http://duniaastronomi.com, (tanggal akses 3 Maret 2015). http://artikelbahasaindonesia.com, (tanggal akses 3 Maret 2015). http://korananakindonesia.com, (tanggal akses 4 Maret 2015). http://amnh.org, (tanggal akses 5 Maret 2015) http://id.wikipedia.org, (tanggal akses 14 Mart 2015)
RIWAYAT PENULIS Akmalia lahir dikota Jakarta pada 30 September 1993. Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Interior pada 2015.