PERANCANGAN INFORMASI LINGKUNGAN PADA KEMASAN DETERJEN DENGAN METODE TAGUCHI Zahra Marga Utami, Maria Anityasari, Mokh.Suef Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected],ac,id Abstrak Pencemaran air yang terjadi banyak disebabkan oleh limbah domestik seperti sabun, deterjen, minyak, dan pestisida. Deterjen merupakan produk pembersih yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, akan tetapi efek negatif yang disebabkan oleh deterjen juga besar. Pemerintah telah menetapkan undang-undang yang bertujuan untuk melindungi konsumen dan lingkungan dari efek berbahaya sebuah produk dengan ekolabel. Beberapa produsen sudah mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi berdasarkan survey terbatas yang dilakukan peneliti, informasi lingkungan yang terdapat pada kemasan deterjen rupanya kurang dipahami oleh konsumen. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan isu lingkungan diperlukan desain informasi lingkungan yang menarik dan dapat dipahami. Pada penelitian ini digunakan metode Taguchi untuk mengoptimalkan desain paduan parameter-parameter yang ada pada desain informasi lingkungan pada kemasan. Setelah dilakukan eksperimen dan pengolahan data, kombinasi parameter yang menghasilkan respon tertarik terbesar adalah informasi lingkungan dengan frame oval, warna teks hitam, jenis huruf Calibri, ukuran huruf 6 pt, depan, kanan, bawah dan ilustrasi tanaman. Hasil verifikasi terhadap tingkat kepuasan dan pemahaman menunjukkan bahwa desain informasi lingkungan prototype lebih baik daripada eksisting. Kata kunci : deterjen, informasi lingkungan pada kemasan, dan eksperimen Taguchi.
Abstract Water pollution is mostly caused by domestic waste such as soaps, detergents, oils, and pesticides. Detergent is a cleaning product that has many benefits for society, but also has negative impact. The government has enforced regulations to protect consumers and the environment from the harmful effects of detergent using ecolabel. Some manufacturers already comply with the regulation, however, based on the limited survey conducted by the researcher, environmental information on the detergent packaging seems poorly understood by consumers. To increase understanding and public awareness of environmental issues, a more attractive and comprehensible environmental information design is needed. In this study, experimental design using Taguchi method is used to optimize design parameters that exist in environmental information on packaging design. This research reveals combination include environmental information with an oval frame, black text, Calibri, 6 pt font size, at front right down of the packaging and with the illustrations of plants. Verification proves that the design of environmental information on prototype is better than the existing. Keywords: detergent, environmental information on packaging, and Taguchi experiment.
1. Pendahuluan Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat berguna bagi masyarakat, dapat digunakan untuk melindungi kebersihan dan kesehatan tubuh manusia. Namun, jika deterjen tidak dikelola dengan baik dan benar akan mempengaruhi kualitas air limbah
domestik dan industri. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan penambahan beban lingkungan dari pencemaran akibat limbah yang masuk langsung ke sumber air dan berlangsung secara terus-menerus. Deterjen terdiri dari beberapa komponen utama yaitu surfaktan (agen aktif permukaan),
1
seperti Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) dan Alkyl Benzene Sulfonate (ABS). LAS termasuk dalam kategori surfaktan anionik yang lebih mudah didegradasi secara biologi daripada ABS, dan senyawa fosfat kompleks yang dapat menyebabkan eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan). Selain komponen utama yang telah disebutkan sebelumnya, deterjen juga mengandung bahan aditif lainnya seperti alkali, bahan pengawet, bahan pemutih, dan bahan pewarna, bahan anti korosif dan enzim. Oleh karena itu diperlukan kontrol terhadap komponen utama dari deterjen yang memiliki potensi menyebabkan polusi lingkungan dengan tujuan pengurangan resiko pada lingkungan. Menurut pedoman KAN (Komite Akreditasi Nasional), deterjen merupakan salah satu produk yang seharusnya memiliki ekolabel. Ekolabel merupakan suatu program pelabelan lingkungan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen dalam memilih produk yang ramah lingkungan. Berdasarkan wawancara terbatas kepada, diketahui bahwa hampir seluruh konsumen tidak memahami informasi lingkungan yang ada pada kemasan deterjen karena bahasa yang digunakan terlalu teknis sehingga masyarakat awam kurang memahami, tidak adanya penjelasan tentang efek bahan kimia tersebut kepada lingkungan, peletakan informasi lingkungan yang kurang tepat, selain itu juga penyampaian pesan yang kurang menarik (tidak ada gambar yang mendukung). Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah desain eksperimen Taguchi. Dengan metode ini didapatkan penyelesaian yang efektif dengan jumlah eksperimen yang lebih sedikit. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dihasilkan desain informasi lingkungan pada kemasan deterjen sebagai bahan pertimbangan bagi produsen untuk memberikan informasi lingkungan yang dapat dipahami oleh konsumen dan melakukan edukasi. Sehingga konsumen dapat lebih bijak dalam melakukan pembelian suatu produk dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan. Untuk dapat melakukan penelitian ini maka diperlukan batasan Obyek amatan adalah 8
merek deterjen. Obyek penelitian adalah wanita berusia minimal 18 tahun. Hasil penelitian hanya sampai pada fase perancangan, tidak sampai fase implementasi. 2. Tinjauan Pustaka Deterjen merupakan pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen mengandung bahan-bahan kimiawi antara lain surfaktan, builder, filler, dan additives. Surfaktan mempunyai ujung yang berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan (Hunter, 1993). Desain Kemasan adalah unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual communication). Ekolabel adalah suatu penghargaan berupa simbol, tanda, atau label kepada produk atau jasa yang dalam daur hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan pembuangan setelah penggunaan, memberikan dampak lingkungan relatif lebih kecil dibanding produk lain yang sejenis. Dengan kata lain, ekolabel bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang seberapa tinggi kualifikasi peduli lingkungan (environmentally awareness) suatu produk, maupun seberapa nyaman dan aman, dari segi lingkungan, penggunaan produk tersebut. Desain Eksperimen digunakan untuk menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap respon y, pengaturan nilai x yang berpengaruh sehingga y berada disekitar nilai nominal yang diinginkan.Tujuan dilakukan desain eksperimen adalah untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melakukan penelitian persoalan yang sedang dibahas. Ada tiga prinsip dasar dalam desain eksperimen, yaitu: 1. Randomisasi, adalah hal yang paling penting dalam sebuah percobaan. Dengan adanya randomisasi artinya
2
semua obyek penelitian memiliki peluang yang sama dan pengamatan yang dilakukan saling independen. Diharapkan korelasi antar pengamatan sekecil mungkin dan menghilangkan adanya bias. 2. Replikasi, adalah pengulangan eksperimen dasar. Replikasi diperlukan untuk memberikan estimasi confidence interval dan taraf signifikansi dari perbedaan-perbedaan yang diamati, menghasilkan estimasi yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen, dan kesempatan untuk memperoleh estimasi yang lebih baik mengenai efek rata-rata dari suatu faktor. 3. Pemblokan, adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memperbaiki ketepatan sebuah eksperimen. Percobaan yang dilakukan dalam satu blok diharapkan bersifat homogen dan antar blok relatif heterogen. Tiga prinsip dasar dari desain eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pada desain eksperimen terdapat input, proses dan output. Proses akan melakukan suatu rangkaian operasi terhadap faktor input untuk menghasilkan output y dimana output dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor terkontrol (X1, X2, …, Xp) maupun faktor tak terkontrol (Z1, Z2, …., Zp). Proses yang bekerja dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2. 1 Prinsip Desain Eksperimen (Sumber: Montgomery,2005)
Gambar 2. 2 Bentuk Umum Diagram Proses (Sumber: Trestanto, 2004)
Menurut Trestanto (2004), ada beberapa manfaat dari aplikasi desain eksperimen dalam melakukan penelitian, diantaranya dapat meningkatkan proses, mengurangi variabilitas, mengurangi waktu pengembangan, dan dapat mengurangi biaya secara keseluruhan. Oleh karena itu, pada penelitian ini desain eksperimen dilakukan agar kita dapat mengetahui parameterparameter pada informasi lingkungan pada kemasan yang mempengaruhi secara sigifikan terhadap persentase konsumen yang memahami informasi lingkungan yang terdapat pada kemasan. Desain eksperimen memiliki beberapa metode, diantaranya, ekperimen full factorial, fractional factorial, dan metode Taguchi. Eksperimen full factorial dapat digunakan untuk melihat seluruh pengaruh interaksi dan kesimpulan yang sangat reproducible, namun memerlukan eksperimen yang sangat banyak. Misalnya, dengan eksperimen dengan 13 faktor masing-masing terdapat 3 level memerlukan 1.594.323 kali ekperimen. Eksperimen fractional factorial memerlukan keahlian statistik untuk membuat interpretasi. Pada penelitian ini digunakan metode Taguchi karena jumlah eksperimen kecil dan biaya lebih rendah daripada ekperimen full factorial dan fractional factorial. Pada eksperimen Taguchi, dengan 13 faktor, masing-masing 3 level, hanya memerlukan 27 kali eksperimen. Karakter kualitas dalam Taguchi terdiri dari tiga ketergori yaitu, karakter kualitas terukur,atribut, dan dinamis (Peace, 1993). Karakter kualitas terukur merupakan ciri suatu produk atau proses yang dapat diukur menggunakan skala kontinyu seperti: berat, temperatur, tekanan, panjang, dll. Pada
3
penelitian kali ini termasuk dalam karakteristik atribut, karena terdiri dari beberapa kelas seperti baik-jelek, gagal-sukses, dll. 3. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1
4.1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan crosstabuntuk mengetahui apakah terdapat keterkaitan antara faktor-faktor demografis dengan pemahaman responden terhadap informasi lingkungan. Dari pengolahan data tersebut didapatkan bahwa faktor demografis memiliki keterkaitan dengan pengetahuan responden bahwa pada kemasan deterjen terdapat informasi lingkungan. 4.1 Implementasi Menajerial
Gambar 4.1 Hubungan Antara LSM, Pemerintah, Industri, dan Konsumen
Gambar 3. 1 Metodologi Penelitian
4. Survey Tingkat Pemahaman Konsumen Pengambilan data dilakukan terhadap 200 wanita dengan usia minimal 18 tahun selama kurang lebih satu minggu mulai dari tanggal 2-7 Mei 2010. Pengambilan data dilakukan 22 lokasi yang tersebar di Surabaya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa 68% responden akan merubah pandangan dalam memilih deterjen. Tapi 32% responden menyatakan untuk tidak merubah pandangan dalam memilih deterjen. Selain itu sebanyak 61 % menyatakan untuk tidak akan beralih ke merek lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari produsen sangat kuat untuk menciptakan image dari produk yang dijual. Hal ini menyebabkan loyalitas konsumen terhadap merek deterjen kuat. Pemerintah memiliki pengaruh yang kurang kuat untuk merubah presepsi masyarakat dalam memilih produk deterjen yang memiliki efek lingkungan minimal. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya memberi tekanan kepada produsen untuk lebih ramah lingkungan dalam proses manufaktur, maupun produk jadi. Sesuai seperti Gambar 4.16, produsen sebaiknya dapat membuat strategi dan pendekatan yang berbeda untuk menarik konsumen agar mau merubah pandangan dalam memilih deterjen karena
4
pemerintah kurang kuat untuk mempengaruhi konsumen. Produsen dapat menggunakan pendekatan “green” sebagai competitive advantages dilakukan dengan menciptakan icon untuk produk mereka yang dapat melekat pada konsumen sehingga konsumen dapat merubah pandangan mereka dalam memilih deterjen. Karena lebih dari separuh responden (59%) tidak tahu bahwa pada kemasan terdapat informasi lingkungan, produsen sebaiknya mengkampanyekan/mengiklankan pentingnya informasi lingkungan dan memilih deterjen yang memiliki efek lingkungan yang minimum. Contohnya The Body Shop yang menggunakan informasi yang berbentuk selebaran, dan poster yang dipasang di semua outlet untuk memberi informasi kepada konsumen tentang efek lingkungan dan sosial dari keputusan pembelian yang dilakukan. Informasi tersebut dapat mengedukasi konsumen tentang komposisi dari produk dan proses manufaktur yang ramah lingkungan. Produsen juga harus mempertimbangkan cara yang tepat untuk menarik perhatian dari konsumen berusia di atas 45 tahun karena kelompok konsumen ini paling banyak tidak mengetahui bahwa pada kemasan terdapat informasi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui penetrasi kedalam komunitas-komunitas yang ada seperti arisan untuk mengedukasi konsumen bahwa ada informasi lingkungan yang perlu untuk dipertimbangkan. Selain itu dapat dilakukan dengan edukasi oleh SPG (Sales Promotion Girl) yang ada di pusat perbelanjaan seperti Giant, Carrefour, Hypermart, dll. 5. Perancangan Informasi Lingkungan dengan Desain Eksperimen. Berdasarkan 200 kuisioner yang disebarkan sebelumnya, mayoritas responden (47%) memilih Attack sebagai deterjen yang paling sering digunakan. Sementara itu 63% responden membeli deterjen dengan ukuran 700 gram-1kg. Oleh karena itu, pada penelitian ini kemasan deterjen Attack ukuran 900 gram digunakan sebagai dasar pembuatan prototype desain informasi lingkungan seperti yang terlihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5. 1 Kemasan Attack
5.1 Eksperimen Taghuchi Dalam sebuah eksperimen hal mendasar yang perlu didefinisikan adalah tujuan dilakukannya eksperimen agar nantinya setelah eksperimen tersebut dilakukan dapat dianalisa terhadap hasil output sehingga dapat memenuhi tujuan awal. Dalam penelitian ini eksperimen dilakukan untuk mendapatkan desain unggulan dari informasi lingkungan pada kemasan deterjen. Desain unggulan informasi lingkungan pada kemasan didefinisikan sebagai desain informasi yang dapat membuat konsumen tertarik dan paham akan maksud yang disampaikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini eksperimen digunakan untuk mengetahui kombinasi level tiap faktor yang optimal dan menghasilkan tingkat ketertarikan dan pemahaman tertinggi. Komponen-komponen penyusun desain informasi lingkungan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan faktor dalam eksperimen ini. Penjelasan faktor dan level dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5. 1 Faktor dan Level dalam Eksperimen Control Faktor (x) Kode Pe nje lasan A
Bentuk Frame
B
Warna teks
C
Jenis Huruf
D E F G
Ukuran huruf Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3
H
Gambar
Le ve l 1
Oval Hitam Helvetica
Le ve l 2 Persegi dengan ujung tumpul Putih Calibri
Le ve l 3
Tidak Tersedia Biru Tahoma
5 pt 5,5 pt 6 pt Depan Belakang Samping Kanan Kiri Tengah Atas Bawah Tengah Dampak Tanaman Air/sungai lingkungan
5
Pada tabel 5.2 diketahui bahwa degree of freedom dari faktor pada eksperimen ini adalah 15. Untuk mengetahui degree of freedom OA, didapatkan dengan cara mengalikan derajat kebebasan per kolom dengan jumlah kolom. Berikut adalah perhitungan degree of freedom untuk OA seperti pada Persamaan (5.1). L18(21x37)=((2-1)x1)+((3-1)x7) (5.1)
=15 Tabel 5. 2 Rancangan Eksperimen Ortogonal Array L18(21x37) Exp. A 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 1 10 2 11 2 12 2 13 2 14 2 15 2 16 2 17 2 18 2
B 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3
C 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
D 1 2 3 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 3 1 2
E 1 2 3 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 1 2 2 3 1
F 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2
G 1 2 3 3 1 2 2 3 1 2 3 1 3 1 2 1 2 3
H 1 2 3 3 1 2 3 1 2 1 2 3 2 3 1 2 3 1
5.2. Pengolahan Data Hasil Eksperimen Hasil eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan eksperimen, didapatkan data hasil percobaan perubahan tingkat ketertarikan tiap eksperimen seperti pada Tabel 5.3. Dari 5 kelas penilaian dengan 1= sangat tidak tertarik, 2 = tidak tertarik, 3 = biasa, 4 = tertarik, dan 5 = sangat tertarik dikelompokkan kedalam 2 kelas yaitu tidak tertarik (TT) yang merupakan gabungan sangat tidak tertarik, tidak tertarik, dan biasa. Sementara itu kelas tertarik dan sangat tertarik digabungkan kedalam kelas tertarik (T). hasil penggabungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5. 3 Output Data Responden Tiap Level Ketertarikan Exp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3
C 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
D 1 2 3 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 3 1 2
E 1 2 3 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 1 2 2 3 1
F 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2
G 1 2 3 3 1 2 2 3 1 2 3 1 3 1 2 1 2 3
H 1 2 3 3 1 2 3 1 2 1 2 3 2 3 1 2 3 1
1 7 2 1 53 4 1 6 6 7 5 15 4 3 9 19 38 7 40
2 14 11 18 30 22 7 17 28 20 28 29 28 18 14 23 29 24 37
3 18 36 40 11 30 14 32 40 43 38 28 33 37 27 39 25 35 13
4 38 37 28 4 27 45 30 22 23 20 19 27 33 33 16 6 27 8
5 23 14 13 2 17 33 15 4 7 9 9 8 9 17 3 2 7 2
Tabel 5. 4 Output Data Responden Tiap Level Ketertarikan Setelah Dikelompokkan Menjadi 2 Exp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3
C 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
D 1 2 3 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 3 1 2
E 1 2 3 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 1 2 2 3 1
F 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2
G 1 2 3 3 1 2 2 3 1 2 3 1 3 1 2 1 2 3
H 1 2 3 3 1 2 3 1 2 1 2 3 2 3 1 2 3 1
TT 39 49 59 94 56 22 55 74 70 71 72 65 58 50 81 92 66 90
T 61 51 41 6 44 78 45 26 30 29 28 35 42 50 19 8 34 10
5.2.1. Perhitungan S/N Ratio Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan kelompok tertarik (T). Oleh karena itu dari perhitungan pada Tabel 5.5 dipilih level lebih besar untuk kelompok tertarik. Karakter kualitas Taguchi yang digunakan adalah Larger the Better. Proses dilakukan dengan menggunakan fasilitas pada software Minitab 14. Tabel 5.5 -5.6 menunjukkan hasil perhitungan mean dan rasio S/N sebagai dasar untuk menjustifikasi kombinasi level optimal serta prediksi respon optimal. Plot dan tabel tersebut dapat menjustifikasi desain unggulan informasi lingkungan pada kemasan deterjen.
6
Tabel 5. 5 Tabel Respon untuk Mean Level 1 2 3 Delta Rank
A B C D E F G H 42.44 40.83 31.83 29.67 45.33 46 38 31.5 28.33 39.83 38.83 37.83 24.17 29.33 42.67 39.5 25.5 35.5 38.67 36.67 30.83 25.5 35.17 14.11 15.33 7 9 21.17 16.67 17.17 8 5 4 8 6 1 3 2 7
Tabel 5. 6 Tabel respon untuk Signal to Noise Ratio Le ve l 1 2 3 De lta Rank
A B C 31.03 31.86 27.35 27.75 29.72 31.48 26.6 29.35 3.28 5.26 4.13 6 4 5
D 27.66 30.57 29.95 2.91 7
E 31.59 25.42 31.17 6.17 1
F G H 32.64 30.17 28.62 27.08 31.75 30.17 28.46 26.25 29.4 5.56 5.5 1.55 2 3 8
Dari Tabel 5.5 diketahui faktor E yakni tata letak 1 merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap mean respon, hal ini dikarenakan faktor tersebut berada pada ranking pertama. Selain itu faktor E level 1 (tata letak di depan) dapat digunakan untuk mengendalikan mean respon, hal ini disebabkan karena pada penelitian ini diinginkan mean respon yang besar dan faktor E level 1 adalah nilai mean yang terbesar. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor E level 1 merupakan level faktor yang sangat mempengaruhi nilai mean respon. Dari Tabel 5.6 juga diketahui faktor E yakni tata letak 1 merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap variation (noise), hal ini dikarenakan faktor tersebut berada pada ranking pertama. Selain itu faktor E level 1 (tata letak di depan) dapat digunakan untuk mengurangi variation. Oleh karena itu penting untuk mengendalikan faktor tersebut. 5.2.2. Analisis Variansi (ANOVA) Mean Respon Analisis variansi (ANOVA) digunakan untuk mengetahui faktor yang signifikan berpengaruh terhadap variabel respon. Pada penelitian ini faktor yang dianggap berpengaruh terhadap variabilitas respon yaitu bentuk frame (A), warna teks (B), jenis huruf (C), ukuran huruf (D), tata letak 1 (E), tata letak 2 (F), tata letak 3 (G) dan gambar (H).
Source A B C D E F G H e St Mean ST
Tabel 5.7 Perhitungan ANOVA SS df MS F-Ratio 896.06 1 896.06 10.39 883.11 2 441.56 5.12 147.11 2 73.56 0.85 296.78 2 148.39 1.72 1358.78 2 679.39 7.88 1020.11 2 510.06 5.92 945.44 2 472.72 5.48 192.44 2 96.22 1.12 172.44 2 86.22 1.00 5912.28 17 347.78 22542.72 1 28455 18 -
Nilai F-Ratio dibandingkan dengan nilai F MS. Excel dengan α = 0,25. Nilai yang didapat untuk F0,25:1:2 adalah 2,57 dan F-Ratio untuk faktor A adalah 10,39 sehingga menolak hipotesis awal dan dapat disimpulkan bahwa faktor A memiliki pengaruh. Untuk faktor B, C, D, E, F, G, H yang memiliki v1=2, nilai F0,25:2:2 pada output Ms. Excel adalah 3. Maka untuk faktor B, E, F, G menolak hipotesis awal karena nilai F ratio lebih besar daripada 3 sehingga faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh. Sedangkan faktor C, D, dan H nilai F ratio dibawah 3 sehingga faktor-faktor tersebut tidak memiliki pengaruh. Hal ini sesuai dengan hasil peringkat respon untuk mean seperti pada Tabel 5.5 yang menunjukkan bahwa faktor C, D dan H merupakan 3 faktor dengan nilai delta terendah. Faktor C adalah jenis huruf, faktor ini tidak berpengaruh karena kemiripan dari ketiga jenis huruf sehingga responden tidak terlalu mempedulikan jenis huruf. Faktor D merupakan ukuran huruf yaitu 5 pt, 5,5 pt dan 6 pt yang tidak berpengaruh karena masih dapat terbaca oleh responden. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh lainnya adalah faktor H (ilustrasi), hal ini dikarenakan responden melihat bahwa ketiga gambar tersebut memiliki pesan/arti yang sama sehingga tidak berpengaruh secara signifikan. Analisa di atas mengindikasikan bahwa 5 faktor desain informasi lingkungan memiliki pengaruh terhadap mean respon yang diamati dengan confidence level 75%. Walaupun nilai ini tidak sebesar nilai confidence level dalam penelitian-penelitian kuantitatif yang biasanya nilai confidence level 95% namun dinilai cukup
7
memadai karena desain eksperimen dalam penelitian ini melibatkan preferensi konsumen yang bersifat sangat subyektif. 5.2.3. Pooling Factor dan Perhitungan Persen Kontribusi Pada bagian ini akan dihitung pooling faktor untuk mengetahui tingkat signifikansi sebagai dasar untuk menentukan interval kepercayaan prediksi respon. Pooling faktor dimulai dari jumlah kuadrat (SS) terkecil dari faktor yang kecil pengaruhnya digabungkan dengan jumlah kuadrat error sampai degree of freedom error mendekati atau sama dengan setengah dari degree of freedom OA. Karena desain OA yang digunakan adalah L18(21x37) dengan demikian pada penelitian ini dilakukan pool untuk faktor A, B, C, D, F, G dan H. Proses pool faktor tersebut berubah seperti pada Tabel 5.8. Setelah dilakukan proses pooling faktor, selanjutnya dilakukan proses perhitungan persen kontribusi tiap faktor yang tidak di pool, hal ini dilakukan agar kita mengetahui tingkat kontribusi terhadap mean respon.
5.2.4. Pemilihan Desain Unggulan Dari Tabel 5.12 dapat melihat nilai paling optimal pada tiap level faktor maka dapat dijustifikasi kombinasi level pada faktor informasi lingkungan pada kemasan (A, B, C, D, E, F, G dan H) yang optimal adalah 1-1-2-3-1-12-2 seperti pada Gambar 5.2. Hal ini dapat diartikan komponen-komponen untuk membuat informasi lingkungan pada kemasan Attack adalah sebagai berikut : Bentuk frame : Oval Warna teks : Hitam Jenis Huruf : Calibri Ukuran huruf : 6 pt Tata letak 1 : Depan Tata letak 2 : Kanan Tata letak 3 : Bawah Gambar : Tanaman
Tabel 5. 8 ANOVA Mean Respon dan Pooling Faktor Source A B C D E F G H e Pooled e St Mean ST
Pool Y Y Y Y Y Y Y Y -
SS 896.06 883.11 147.11 296.78 1358.78 1020.11 945.44 192.44 172.44 4553.50 5912.28 22542.72 28455
df 1 2 2 2 2 2 2 2 2 15 17 1 18
MS 896.06 441.56 73.56 148.39 679.39 510.06 472.72 96.22 86.22 303.57 347.78 -
F-Ratio
%rho
7.88
29.84
1 -
70.16 100 -
Dalam melakukan eksperimen persen kontribusi pooled error diharapkan tidak terlalu besar (tidak lebih dari 50%), karena pada dasarnya persen kontribusi menunjukkan kontribusi faktor tersebut dalam membentuk respon. Maka apabila pooled error melebihi 50% maka respon akan sulit dikontrol karena error yang terlalu besar. Pada penelitian ini persen kontribusi pooled error mencapai 70,16%, hanya 29,84% yang dapat dikontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini variansi jawaban responden sangat lebar sehingga nilai persentase pooled error tinggi.
Gambar 5.2 Desain Unggulan Informasi Lingkungan
5.2.5. Prediksi dan Interval Kepercayaan Respon Dari tabel ANOVA yang telah dihitung didapatkan pooled faktor dengan cara memilih faktor yang memiliki Sum Square terendah, hingga degree of freedom pooled faktor mendekati setengah degree of freedom OA. Tabel 5.11 menunjukkan perhitungan ANOVA dengan beberapa pooled faktor. Setelah MS pooled error diketahui, maka mean confident interval didapatkan dengan Persamaan (5.2) CI = (5.2) 8
informasi lingkungan pada kemasan, maka mean respon ketertarikan yang dihasilkan berkisar antara 76,48 sampai 96,64.
Dimana,
=
= 4,5
Maka interval confident dapat sebagaimana pada Persamaan (5.2)
dihitung
CI = CI = CI = ± 10,08 Dengam software Minitab didapatkan prediksi nilai mean dan Signal to Noise Ratio seperti pada Gambar 5.3.
Gambar 5. 3 Proses dan Output Minitab Prediksi Respon
Maka dapat diketahui interval kepercayaan prediksi respon dengan kombinasi level optimal adalah 86,56 ± 10,08. Prediksi interval mean respon pada kombinasi faktor optimal adalah 76,48 ≤ µ optimal ≤ 96,64. Hal ini menandakan bahwa apabila kombinasi level faktor optimal pada eksperimen merupaka desain
6. Verifikasi Hasil Rancangan Verifikasi hasil rancangan dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada tanggal 27 Juni 2010. Peserta adalah 15 wanita berusia minimal 18 tahun yang menggunakan deterjen Attack yang berdomisili di daerah sekitar perumahan Rungkut Asri Surabaya dengan data seperti pada Tabel 6.1. Terdapat dua hal yang akan dibahas pada bab ini yaitu emotional design dan tingkat kepuasan dan pemahaman konsumen. Tabel 6.1 Data Responden Focus Group Discussion Orang ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Usia 22 20 45 24 18 23 23 23 26 25 50 48 48 27 28
Pekerjaan Swasta Mahasiswa Wiraswasta Swasta Pelajar Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta PNS Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Swasta Ibu rumah tangga
6.1. Emotional Design Emotional design dari informasi lingkungan pada kemasan deterjen Attack ini bersifat kualitatif dengan mengukur satisfaction yang merupakan perasaan puas yang dialami responden sehingga dapat merasa tertarik untuk membaca informasi lingkungan pada deterjen.
9
Tabel 6.2. Hasil hasil Focus Group Discussion Terhadap Aspek Emotional Design Kemasan Prototype No
Pertanyaan
1
Bagaimana kesan Anda terhadap desain informasi lingkungan pada kemasan prototype ?
2
Bagian mana dari desain informasi lingkungan prototype yang paling menarik bagi Anda
3 Apakah proses pencarian informasi lingkungan mudah? Apakah semua unsur yang diubah dan ditambahkan pada informasi lingkungan ini sesuai dengan keinginan Anda? Apakah informasi lingkungan ini mudah dimengerti dan 5 menarik? 4
Apabila informasi lingkungan ini diimplementasikan pada kemasan Attack apakah Anda akan mempertimbangkan hal 6 ini dalam pembelian Anda? Jika tidak, saran apa yang Anda berikan untuk membuat informasi lingkungan ini lebih menarik?
Responden menyatakan sebaiknya warna latar belakang dibuat lebih kontras agar lebih terlihat menarik sebagai saran perbaikan. Hal ini dikarenakan warna background frame berwarna senada dengan warna kemasan dan kurang menimbulkan kesan eye catching. Berdasarkan hasil tanya-jawab mengenai emotional design dapat disimpulkan bahwa aspek satisfaction sudah berhasil diterapkan. Hal ini sesuai pada tujuan penerapan emotional design untuk membuat konsumen merasa senang dan puas. 6.2. Tingkat Kepuasan dan Pemahaman 6.2.1. Nilai Rata-Rata Kepuasan Responden terhadap Informasi Lingkungan pada Kemasan Eksisting dan Prototype Tabel 6.3 Deskriptif Tingkat Kepuasan Responden terhadap Informasi Lingkungan pada Kemasan Eksisting dan Prototype Variabe l
Faktor
Teks Unsur-unsur Ilustrasi (gambar, visual informasi foto) lingkungan pada Warna kemasan Tata letak Grand mean
Mean Eksisting Prototype 2.73 4.07 3.13
4.13
3.20 2.40 2.87
3.67 4.40 4.07
Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 6.3, grand mean eksisting menunjukkan angka 2,87 (berada di antara kelompok 2,5 – 3,5). Hal ini berarti bahwa responden cukup puas
Frekuensi Perse ntase (orang) (%) a. Menarik 15 100 b. Tidak Menarik 0 0 a. Frame 1 6.67 b. Ilustrasi 8 53.33 c. Teks 2 13.33 d. Letak 3 20 e.Jenis Huruf 1 6.67 a.Ya 15 100 b. Tidak 0 0 a.Ya 15 100 b. Tidak 0 0 a.Ya 14 93.33 b. Tidak 1 6.67 a.Ya 14 93.33 b. Tidak 1 6.67 Jawaban
terhadap informasi lingkungan pada kemasan eksisting. Faktor yang paling tidak memuaskan bagi responden adalah tata letak. Hal tersebut merupakan kebalikan dari kepuasan responden terhadap prototype yang memiliki mean tertinggi. Hasil tersebut menjukkan bahwa tata letak merupakan hal yang penting dan signifikan berpengaruh, sesuai dengan hasil Bab V yang menunjukkan bahwa faktor letak merupakan hal yang signifikan terhadap tingkat ketertarikan responden. Berdasarkan hasil pengolahan deskriptif tingkat kepuasan pada masing-masing faktor yang berhubungan dengan unsur-unsur visual informasi lingkungan pada kemasan prototype, grand mean menunjukkan angka 4,07 (berada dalam kelompok nilai antara 3,51 – 5,00). Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa sangat puas terhadap unsur visual informasi lingkungan pada kemasan prototype. Di antara semua faktor tingkat kepuasan, nilai rata-rata yang paling tinggi adalah faktor tata letak. Alasan mengapa faktor ini tertinggi adalah tata letak karena dengan letak di depan mempermudah responden melakukan pencarian terhadap informasi lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil focus group discussion yang seluruh responden menyatakan bahwa proses pencarian informasi lingkungan prototype mudah.
10
Nilai rata-rata terkecil pada faktor warna, sesuai dengan pendapat responden yang menyatakan bahwa warna informasi lingkungan (warna dalam frame) kurang kontras sehingga masih perlu diperbaiki. Dari hasil pengolahan dapat dilihat bahwa responden sangat puas terhadap informasi lingkungan pada kemasan prototype. Hal ini dapat dilihat pada nilai setiap faktor tingkat kepuasan bernilai di atas 3,5. Ini berarti bahwa informasi lingkungan pada kemasan prototype sangat memuaskan bagi responden. 6.2.2. Nilai Rata-Rata Pemahaman Responden tarhadap Informasi Lingkungan pada Kemasan Eksisting dan Prototype Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 6.2, grand mean eksisting menunjukkan angka 2,37 (berada di antara kelompok 1,00 – 2,5). Hal ini berarti bahwa responden tidak paham terhadap informasi lingkungan pada kemasan eksisting. Tabel 6. 2 Deskriptif Tingkat Pemahaman Responden terhadap Informasi Lingkungan pada Kemasan Eksisting dan Prototype Mean Variabel Faktor Eksisting Prototype Komposisi bahan kimia yang 2.27 3.8 Isu lingkungan terdapat pada yang deterjen berhubungan Efek kandungan dengan deterjen deterjen terhadap 2.47 4 lingkungan Grand mean
2.37
3.90
Berdasarkan hasil pengolahan deskriptif tingkat pemahaman pada masing-masing faktor yang berhubungan dengan isu lingkungan pada kemasan prototype, grand mean menunjukkan angka 3,90 (berada dalam kelompok nilai antara 3,51 – 5,00). Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa sangat paham terhadap isu lingkungan yang berhubungan dengan deterjen pada kemasan prototype. Faktor efek kandungan deterjen terhadap lingkungan memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi. Dengan pemberian informasi mengenai
fosfat, maka responden lebih memahami dampak fosfat bagi lingkungan. 7. Kesimpulan 1. Mayoritas konsumen deterjen tidak mengetahui bahwa pada kemasan deterjen terdapat informasi lingkungan. Secara khusus pada konsumen yang berusia di atas 45 tahun karena konsumen kelompok usia ini banyak tidak mengetahui bahwa pada kemasan deterjen terdapat informasi lingkungan (81%). Alasan tidak mengetahui adalah tidak ada sosialisasi dari produsen kepada konsumen. 2. Untuk menghasilkan desain informasi lingkungan yang dapat menarik konsumen, maka kombinasi faktor yang digunakan adalah : Bentuk frame : Oval Warna teks : Hitam Jenis Huruf : : Calibri Ukuran huruf : 6 pt Tata letak 1 : Depan Tata letak 2 : Kanan Tata letak 3 : Bawah Gambar : Tanaman 3. Analisa ANOVA menunjukkan bahwa dengan confidence level 75% faktor A (bentuk frame), B (warna teks), E (tata letak 1), F (tata letak 2) dan G (tata letak 3) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mean respon. 4. Desain informasi lingkungan yang didapat pada penelitian ini tidak dapat diadopsi sepenuhnya untuk desain kemasan deterjen lain, melainkan disesuaikan dengan desain kemasan deterjen eksisting. 5. Berdasarkan focus group discussion terhadap prototype, sebanyak 93,3% responden yang menyatakan bahwa desain prototype menarik. Hanya 6,7% responden yang menyatakan bahwa desain masih kurang menarik karena warna kurang kontras. 6. Dari proses desain eksperimen telah diperoleh desain unggulan yang setelah proses verifikasi terbukti lebih unggul daripada desain informasi lingkungan eksisting. Aspek satisfaction dari desain informasi lingkungan prototype telah
11
tercapai karena dapat membuat konsumen merasa puas dan senang. Akan tetapi pada desain informasi lingkungan kemasan prototype terdapat kekurangan pada perpaduan warna yang kurang baik. Walaupun terdapat hal yang perlu diperbaiki dalam perpaduan warna, tingkat pemahaman konsumen pada isu lingkungan yang berhubungan dengan deterjen pada kemasan prototype lebih tinggi daripada pada kemasan eksisting. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya 1. Mempertimbangkan pemilihan warna background yang lebih bagus, mengingat masih perlu perbaikan dalam pemilihan warna. 2. Melibatkan lebih banyak faktor dan level untuk memperoleh desain unggulan.
12
1. 9. Daftar Pustaka Agung, I.G.N. (2008). Simple quantitative analysis but very important for decision making in business and management. International Conference of Business and management Research (ICMBR), 27-29 Agustus, Indonesia. Anwar, Saifuddin. (2004). Reliabilitas dan Validitas Edisi Ketiga. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. Bell, G .H, Ledol Johanes, dan S, Arthur. (2006). Experimental design on the front lines of marketing: Testing new ideas to increase direct mail sales. Jurnal of Research in Marketing 23. Budiawan , (2001). Optimasi Biodegradabilitas dan Uji Toksisitas Hasil Degradasi Surfaktan Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS) Sebagai Bahan Deterjen Pembersih, Makara Sains Vol 13. Bustami, Fidel. (2009). Beberapa Komponen yang Mempengaruhi Kemasan Media. Tersedia pada www.coremap.or.id/downloads/data_n_produk_coremap.pdf diakses pada tanggal 10 Maret 2010. Carter, Rob. (1997). Experimental Typography. New York: Watson Guptil Publications. Cheah, I. dan Phau, I. (2005). Toward A Framework Of Consumers’ Willingness To Purchase Environmentally Friendly Products: A Study Of Antecedents And Moderator. Curtin Bussiness School. Cenadi, Cristine. (2000). Peranan desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Nirmana Vol.2, No 1. Fakhrizal, (2004). Mewapadai Bahaya Limbah Domestik Di Kalimas. Tersedia http://www.terranet.or.id/ tulisandetil.php?id=1566 diakses pada tanggal 2 Maret 2010.
pada
Fardiaz, Srikandi. (1992). Polusi Air dan Udara. Bogor : Kansius. Halley, Allan. (2010). It’s About Legibility. Tersedia pada http://www.fonts.com/AboutFonts/ Articles/Typography/Legibility.htm diakses pada 18 Juli 2010. Hamidy, Habib. (2009). Analisis Pemanfaatan Air Sebagai Energi Alternatif Pada Produk Skala Rumah Tangga. Laporan Tugas Akhir S1 Teknik Industri ITS. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Hidayat, Taufik. (2009). Let’s Go Green. Majalah SWA edisi 13/XXV/25 Juli-5 Juli. Kertajaya, Hermawan. (2005). Winning the Mom Market in Indonesia. Jakarta : Gramedia. Kotler, P dan Roberto, E.L. (1989). SocialMarketing: Strategies for changing Public Behavior. New York. Laroche,M., Bergeon, J., dan Barbaro, G. (2001),Targeting consumers who are willing to pay more for environmentally friendly products, Journal Consumen Marketing, Vol. 18. Mariana, Lita. (2006). Sabun, Deterjen, dan Busa. Tersedia pada http://www.wikimu.com/News/Print. aspx?id=462 diakses pada 5 Juli 2010. McKenzie-Mohr D, SmithW. (1999). Fostering sustainable behavior: an introduction to communitybased social marketing. Garbiola Island, B.C.: New Society Publishers.
13
Naim, Meuthia. (2006). Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001.Tersedia pada mages.si3git.multiply.multiply content. com/.../23-Manajemen_dalam_ISO. pdf? diakses pada 22 April 2010 Pararaja, Arifin. (2008). Surfaktan. Tersedia pada http://smk3ae .wordpress.com/2008/05/28/surfaktant-assabun-dan-detergent/ diakses pada tanggal 5 Juni 2010. Peace, S. G. (1993). Taguchi Methods A Hands On Approach. Massachusetts: Wesley. Peattie S. (2007). The internet as a medium for communicating with teenagers. Soc Mark Q 13(2). Permana, Arip. (2009). Dampak Pencemaran Tanah. 2009/0601119/dp.html diakses pada tanggal 5 Juni 2010.
Tersedia
pada
kimia.upi.edu/.../
Salanger, J. L. (2002). Surfactant Types and Uses, Laboratory of Formulating Interface Rheologi and Process. Universidad De Los Andes. Sarialam, (2009). Kaidah Penting dalam Membuat Sabun Mandi. Tersedia pada www.bloggerjogja.com/search /diy+green +energy+sarialam diakses pada tanggal 19 Februari 2010. Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business, 4th ed. John Wiley&Sons, Inc. Sonsio, Steven. (1990). Packaging Design. Singapura : Toppan printing Company. Sudjana, (1995). Desain dan Analisis Aksperimen. Bandung: PT Tarsito. Taylor, D.W dan Muller T.E. (1992). Eco-literacy and environmental citizenship: a social marketing challenge for public sector management. Optimum 23(3). Tresranto, Hendra. (2004). Perancangan Eksperimen Pembuatan Bumbu Rawon Instan Bubuk. Laporan Skripsi SI Teknik Industri Universitas Kristen Petra. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Tsunoda, Kimie. (2001). Consumer are Required Different Environmental Information for different Product Categories. Jepang : EPC Newsletter. Wirya, Irwa. (1999). Kemasan Yang Menjual. Jakarta: Gramedia Zaeni, Agustin. (2003). Deterjen. Tersedia pada http://118.97.48.164:8796/public/publikasi/infopom0903 .pdf diakses pada 19 Februari 2010. Zikmund, W.G dan Stanton W.J. (1971). Recycling of solid wastes: a channel-of-distribution problem. J Mark 35(3). Zikmund, W.G. (2000). Bussiness research Methods 6th ed. The Dryden Press Harcourt College Publishers. www.beyondintractability.Org/iweeb/crc/goodpoli.htm. Diakses pada tanggal 20 Februari 2010. www.e-dukasi.net. Diakses pada tanggal 2 Maret 2010. www.menlh.go.id. Diakses pada tanggal 9 Februari 2010. http://www.esdm.go.id/prokum/uu/1999/uu-8-1999.pdf. Diakses pada tanggal 4 Maret 2010.
14
15