PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Skripsi
RANGGA ROMADHAN I 1305011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RANGGA ROMADHAN I 1305011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi :
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Ditulis oleh: Rangga Romadhan I 1305011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Taufiq Rochman, STP, MT NIP 19701030 199802 1 001
Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19700404 199603 1 002
Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS
Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001 Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Ketua Jurusan Teknik Industri UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP 19561112 198403 2 007
Ir. Lobes Herdiman, MT NIP 19641007 199702 1 001
ii
LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi :
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Ditulis oleh: Rangga Romadhan I 1305011
Telah disidangkan pada hari Senin tanggal 12 April 2010 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Ilham Priyadhitama, ST, MT NIP. 19801124 200812 1 002
2. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP. 19791005 200312 1 003
Dosen Pembimbing 1. Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001
2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP. 19700404 199603 1 002
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Rangga Romadhan
Nim
: I 1305011
Judul tugas akhir
: Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari
terbukti melakukan kebohongan
maka
saya
sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan I 1305011
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Rangga Romadhan
Nim
: I 1305011
Judul tugas akhir
: Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan I 1305011
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta tanpa terhalang oleh tempat dan waktu. Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu : 1.
Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas teknik UNS.
2.
Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
3.
Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
4.
Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
5.
Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini.
6.
Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga besar Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
7.
Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta, dan petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih atas bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.
vi
8.
Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas keramahan, bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini.
9.
Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini.
10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi, Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku tidak mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu yang berharga bagiku. 11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim meski kita akan jarang bertemu. 12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas akir kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita dapat betemu dan menjalin persaudaraan. 13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 27 April 2010
Penulis
vii
ABSTRAK Rangga Romadhan, NIM: I1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010. Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya, sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja. Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008). Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24 sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2 (sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.
Kata kunci: manual material handling, metode REBA, metode energy expenditure, enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck. xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran Daftar pustaka: 20 (1975-2010)
viii
ABSTRACT Rangga Romadhan, NIM: I 1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010. Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya, sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja. Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008). Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24 sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2 (sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.
Keyword: manual material handling, metode REBA, metode energy expenditure, enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck. xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran Daftar pustaka: 20 (1975-2010)
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
LEMBAR PENGEAHAN………………………………………………..
ii
LEMBAR VALIDASI................................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH.............
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................
v
KATA PENGANTAR................................................................................
vi
ABSTRAK...................................................................................................
viii
ABSTRACT................................................................................................
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
x
DAFTAR TABEL…………………………………...................................
xv
DAFTAR GAMBAR……………………………......................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………......................................
xxii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN...................................................................
I-1
1.1
Latar Belakang Masalah..................................................
I–1
1.2
Perumusan Masalah.........................................................
I–4
1.3
Tujuan Penelitian.............................................................
I–4
1.4
Manfaat Penelitian……………………………………...
I–4
1.5
Batasan Masalah………………………………………..
I–4
1.6
Asumsi………………………………………………….
I–5
1.7
Sistematika Penulisan…………………………………..
I–5
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 2.1
II – 1
Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1 2.1.1. Lokasi Pasar Gede.................................................
II – 1
2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi II – 6 Pasar Gede Surakarta............................................. 2.2
Landasan Teori................................................................
II – 7
2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................
II – 8
2.2.2 Nordic Body Map..................................................
II – 9
2.2.3 Manual Material Handling...................................
II – 10
2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja.................................
II – 18
2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................
II – 21
x
2.2.6 Fisiologi Kerja…………………………………
II – 29
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) ..............
II – 30
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ...
II – 31
2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32
BAB III
2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional.................
II – 40
2.2.9 Mekanika Konstruksi.............................................
II – 42
METODOLOGI PENELITIAN……………………………
III – 1
3.1
Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3 3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3
3.2
3.1.2 Studi Lapangan…………………………………..
III – 4
3.1.3 Perumusan Masalah...............................................
III – 4
3.1.4 Tujuan Penelitian...................................................
III – 5
3.1.5 Manfaat Penelitian...............................................
III – 5
Tahap Pengumpulan Data………………………………
III – 5
3.2.1 Dokumentasi.........................................................
III – 5
3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6 3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6 3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6 3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6 3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7 3.3
Tahap Pengolahan Data……………………………...…
III – 8
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map...
III – 8
3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8 3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja……………………..
III – 8
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8
3.4
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
III – 9
3.3.4 Perhitungan Antropometri ...................................
III – 9
3.3.5 Perhitungan Persentil............................................
III – 9
Tahap Perancangan………………………………..........
III – 10
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................
III – 10
3.4.2
III – 10
Penentuan Dimensi Rancangan...........................
xi
3.4.2
Pembuatan Rancangan......................................... III – 12
3.4.3
Perhitungan Kekuatan Material...........................
3.4.5
Penentuan Bahan Material...................................
III – 12 III – 13
3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13 3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13
BAB IV
3.5
Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil…………………..
III – 14
3.5
Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………...
IV – 1
Pengumpulan Data……………………………………...
IV – 1
4.1.1 Dokumentasi........................................................
IV – 1
4.1
4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4 4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5
4.2
4.1.5 Data Postur Kerja.................................................
IV – 5
4.1.5 Data Fisiologi Kerja.............................................
IV – 6
4.1.6 Data Anthropometri..............................................
IV – 7
Pengolahan Data……………………………………......
IV – 8
4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara..................
IV – 8
4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM..............
IV – 9
4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10 4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja……………………..
IV – 24
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24
4.3
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
IV – 27
4.2.4 Perhitungan Antropometri ...................................
IV – 29
4.2.5 Perhitungan Persentil............................................
IV – 30
Tahap Perancangan..........................................................
IV – 30
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................
IV – 30
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................
IV – 36
4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45 A. Pembuatan Gambar Rancangan............................
IV – 45
B. Prototipe Perancangan Alat..................................
IV – 48
C. Perencanaan Pengoperasian..................................
IV – 49
xii
4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................
IV – 50
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah saat posisi posisi 90 0 ...................................................
IV – 51
2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya pada dan beban yang diterima roda............................. 3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan..................
IV – 56 IV – 62
4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi 45 0 .........................................................................
IV – 63
5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock absorber)..................................................................... 6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada
IV – 71 IV – 77
shock absorber)........................................................... 7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda terperosok dalam lubangan..........................................
IV – 78
8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian dikonversi kedalam pengangkutan..............................
IV – 80
9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85 4.3.5 Penentuan Bahan Material....................................
IV – 93
4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100 4.4
Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja
IV – 103
4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA.....
IV – 103
4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118
BAB V
A. Perhitungan Energy Expenditure..........................
IV – 119
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
IV – 123
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL.........................
V–1
5.1A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................
V–1
Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja…………………
V–3
5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure..........................
V–3
5.2.1 Perhitungan Energy Cost......................................
V–4
Analisis Rancangan Alat..................................................
V–6
5.2
5.3
xiii
5.4 BAB VI
Analisis Biaya Produksi...................................................
V–8
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................
VI – 1
6.1
Kesimpulan......................................................................
VI – 1
6.2
Saran................................................................................
VI – 1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ...................
II – 5
Tabel 2.2
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat ..........
II – 12
Tabel 2.3
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat...........
II – 13
Tabel 2.4
Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................
II – 22
Tabel 2.5
Skor pergerakan leher ............................................................
II – 23
Tabel 2.6
Skor postur kaki......................................................................
II – 23
Tabel 2.7
Skor pergerakan lengan atas...................................................
II – 24
Tabel 2.8
Skor pergerakan lengan bawah ..............................................
II – 25
Tabel 2.9
Skor pergelangan tangan.........................................................
II – 25
Tabel 2.10
Tabel A………………………………………………………
II – 26
Tabel 2.11
Tabel B....................................................................................
II – 26
Tabel 2.12
Tabel C....................................................................................
II – 26
Tabel 2.13
Load atau force……………………………………………...
II – 27
Tabel 2.14
Coupling……………………………………………………..
II – 27
Tabel 2.15
Activity………………………………………………………. II – 28
Tabel 2.16
Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29
Tabel 2.17
Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29
Tabel 2.18
Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi..........................
II – 32
Tabel 2.19
Data anthropometri untuk perancangan handtruck.................
II – 35
Tabel 2.20
Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40
Tabel 4.1
Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1
Tabel 4.2
Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3
Tabel 4.3
Atribut kegiatan manual material handling…………………
IV – 3
Tabel 4.4
Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………......
IV – 4
Tabel 4.5
Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti.............
IV – 5
Tabel 4.6
Kegunaan dimensi antropometri……………………………
IV – 7
Tabel 4.7
Persentase keluhan pekerja ………………………………..
IV – 8
Tabel 4.8
Persentase keinginan pekerja buruh angkut.........................
IV – 8
Tabel 4.9
Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2...................................
IV – 9
Tabel 4.10
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 13
xv
Tabel 4.11
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13
Tabel 4.12
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 16
Tabel 4.13
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 17
Tabel 4.14
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.15
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 22
Tabel 4.16
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 23
Tabel 4.17
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.18
Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25
Tabel 4.19
Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28
Tabel 4.20
Nilai rata-rata dan standar deviasi...........................................
Tabel 4.21
Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30
Tabel 4.22
Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31
Tabel 4.23
Penjabaran kebutuhan perancangan........................................
IV – 31
Tabel 4.24
Performance specification perancangan hand truck ………..
IV – 35
Tabel 4.25 Tabel 4.26
Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan IV – 45 handtruck................................................................................. Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52
Tabel 4.27
Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67
Tabel 4.28
Tabel 4.30
Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain IV – 87 pegangan saat loading unloading............................................ Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain IV – 90 pegangan saat mendorong....................................................... Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101
Tabel 4.31
Estimasi non biaya material…………………………………
Tabel 4.32
Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102
Tabel 4.33
Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58....................................
IV – 104
Tabel 4.34
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 105
Tabel 4.35
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107
Tabel 4.36
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 109
Tabel 4.37
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 111
Tabel 4.38
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112
Tabel 4.39
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 115
Tabel 4.40
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 116
Tabel 4.41
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117
Tabel 4.29
xvi
IV – 29
IV – 102
Tabel 4.42
Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119
Tabel 4.43
Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121
Tabel 4.44
Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122
Tabel 4.45
Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124
Tabel 4.46
Perhitungan energy cost setelah perancangan alat..................
IV – 125
Tabel 4.47
Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost….
IV – 126
Tabel 5.1
Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan.............................................................................
V-1
xvii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Postur tubuh pekerja buruh angkut Pasar Gede ............
I-2
Gambar 2.1
Lokasi Pasar Gede Surakarta ........................................
II-1
Gambar 2.2
Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ............................
II-5
Gambar 2.3
Skema design management …………………………..
II-9
Gambar 2.4
Nordic body map ……………………………………..
II-9
Gambar 2.5
Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering) .
II-10
Gambar 2.6
Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling) .........
II-11
Gambar 2.7
Kegiatan memutar (twisting) .......................................
II-11
Gambar 2.8
Kegiatan membawa (carry) …………………………..
II-11
Gambar 2.9
Kegiatan menahan (holding) ........................................
II-12
Gambar 2.10
Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian tertentu ..........................
II-13
Gambar 2.11
Kondisi invertebratal disc bagian lumbar saat duduk ..
II-15
Gambar 2.12
Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk .........
II-15
Gambar 2.13
Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah ...........
II-16
Gambar 2.14
Jangkauan gerakan korset bahu.....................................
II-19
Gambar 2.15
Jangkauan persendian bahu...........................................
II-19
Gambar 2.16
Jangkauan gerakan persendian siku...............................
II-20
Gambar 2.17
Jangkauan gerakan pergerakan tangan..........................
II-20
Gambar 2.18
Range pergerakan punggung.........................................
II-23
Gambar 2.19
Range pergerakan leher.................................................
II-23
Gambar 2.20
Range pergerakan kaki ................................................
II-24
Gambar 2.21
Range Pergerakan lengan atas.......................................
II-24
Gambar 2.22
Range Pergerakan lengan atas.......................................
II-24
Gambar 2.22
Range pergerakan lengan bawah……………………
II-26
Gambar 2.23
Range pergerakan lengan bawah……………………
II-25
Gambar 2.24
Range pergerakan pergelangan tangan..........................
II-25
Gambar 2.25
Langkah-langkah perhitungan metode REBA...............
II-28
Gambar 2.26
Antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas.
II-33
xviii
Gambar 2.27
Ilustrasi persentil…………………………………….
II-39
Gambar 2.28
Distribusi normal dengan data antropometri………….
II-40
Gambar 2.29
Tumpuan rol………………………………………......
II-42
Gambar 2.30
Tumpuan sendi……………………………………......
II-43
Gambar 2.31
Tumpuan jepit……………………………………........
II-43
Gambar 2.32
Sketsa prinsip statika kesetimbangan............................
II-44
Gambar 2.33
Sketsa shearing force diagram………………………
II-44
Gambar 2.34
Sketsa normal force…………………………………
II-46
Gambar 2.35
Sketsa moment bending (+)...........................................
II-46
Gambar 2.36
Landasan sketsa moment bending.................................
II-46
Gambar 2.37
Landasan arah kanan.....................................................
II-46
Gambar 2.38
Landasan arah kiri.........................................................
II-46
Gambar 3.1
Metodologi penelitian ...................................................
III-1
Grafik 4.1
Persentase keluhan tubuh pekerja..................................
IV-9
Gambar 4.2
Aktivitas pengangkatan peti…………………………..
IV-10
Gambar 4.3
Bagan rekapitulasi penilaian total …………………....
IV-14
Gambar 4.4
Aktivitas pengangkutan peti…………………………..
IV-15
Gambar 4.5
Bagan rekapitulasi penilaian total …………………....
IV-19
Gambar 4.6
Aktivitas penurunan peti……………………………....
IV-19
Gambar 4.7
Bagan rekapitulasi penilaian total …………………....
IV-24
Grafik 4.2
Perbandingan denyut jantung .......................................
IV-27
Gambar 4.8
Establishing function perancangan…………………...
IV-33
Gambar 4.9
Clarifying objectives perancangan …………………...
IV-33
Gambar 4.10
Sub-fungsi dasar perancangan ………………………..
IV-35
Gambar 4.11
Tinggi bahu berdiri........................................................
IV-37
Gambar 4.12
Tinggi siku berdiri.........................................................
IV-39
Gambar 4.13
Perancangan ketinggian pegangan……………………
IV-39
Gambar 4.14
Lebar bahu pertama.......................................................
IV-40
Gambar 4.15
Lebar bahu kedua..........................................................
IV-41
Gambar 4.16
Diameter lingkar genggam............................................
IV-42
Gambar 4.17
Lebar jari ke- 2,3,4,5.....................................................
IV-43
Gambar 4.18
Gambar 2D tampak samping.........................................
IV-45
xix
Gambar 4.19
Gambar 2D posisi miring..............................................
IV-46
Gambar 4.20
Gambar 3D Tampak depan...........................................
IV-46
Gambar 4.21
Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri..............
IV-46
Gambar 4.22
Rancangan 3D tampak belakang posisi tegak…...........
IV-46
Gambar 4.23
Rancangan 3D tampak samping………………………
IV-47
Gambar 4.24
Rancangan 3D tampak samping…………………........
Gambar 4.26
Prototipe hasil perancangan alat bantu..........................
IV-48 IV-48
Gambar 4.27
Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck......
IV-50
Gambar 4.28
Model pembebanan penampang pipa............................
IV-51
Gambar 4.29
Diagram benda bebas penampang.................................
IV-52
Gambar 4.30
Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas………………
IV-54
Gambar 4.31
Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan.........
IV-57
Gambar 4.32
Gaya geser roda……………………………………….
IV-57
Gambar 4.33
Plat landasan bawah handtruck……………………….
IV-63
Gambar 4.34
Kondisi pembebanan pada.............................................
IV-63
Gambar 4.30
Model pembebanan penampang pipa............................
IV-64
Gambar 4.31
Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu...........
IV-64
Gambar 4.32
Diagram benda bebas penampang.................................
IV-65
Gambar 4.33
Profil pipa baja karbon 0,2%.........................................
IV-65
Gambar 4.34
Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck......
IV-65
Gambar 4.35
Model pembebanan pada pegas.....................................
IV-66
Gambar 4.36
Penguraian gaya yang terjadi pada batang....................
IV-66
Gambar 4.37
Diagram benda bebas penampang.................................
IV-66
Gambar 4.38
Profil pipa baja karbon 0,2%.........................................
IV-69
Gambar 4.39
Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck......
IV-71
Gambar 4.40
Model pembebanan terhadap pegas...............................
IV-73
Gambar 4.41
Penguraian gaya yang terjadi pada batang....................
IV-74
Gambar 4.42
Diagram bending momen..............................................
IV-74
Gambar 4.43
Sketsa panjang shock absorber.....................................
IV-76
Gambar 4.44
Model pembebanan.......................................................
IV-78
Gambar 4.45
Gaya dorong roda dari kondisi permukaan...................
IV-79
Gambar 4.46
Besarnya sudut dari kondisi permukaan menanjak...
IV-85
xx
Gambar 4.47
Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban................
IV-98
Gambar 4.48
Model desain dan ukuran ketinggian pegangan............
IV-86
Gambar 4.49
Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah.
IV-89
Gambar 4.50
Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)...
IV-93
Gambar 4.51
Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)
IV-93
Gambar 4.52
Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)……………………
IV-94
Gambar 4.53
Plat jenis aluminium bordes…………………………..
IV-95
Gambar 4.54
Pipa baja karbon 0,2% (rol panas).................................
IV-95
Gambar 4.55
Shock absorber monoshock...........................................
IV-97
Gambar 4.56
Plat dudukan roda..........................................................
IV-97
Gambar 4.57
Roda depan handtruck...................................................
IV-99
Gambar 4.58
Roda belakang handtruck .............................................
IV-99
Gambar 4.59
Karet handgrip raket bulu tangkis.................................
IV-100
Gambar 4.60
Sudut segmen tubuh pekerja saat loading…………….
IV-108
Gambar 4.61
Bagan rekapitulasi penilaian total …………………
IV-106
Gambar 4.62
Sudut segmen tubuh pekerja saat pengangkutan……
IV-108
Gambar 4.63
Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...…
IV-113
Gambar 4.64
Sudut segmen tubuh pekerja saat unloading…….……
IV-114
Gambar 4.65
Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...…
IV-118
Grafik 4.3
Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure..................................................................... Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost................................................................................. Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure..................................................................... Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost.................................................................................
IV-122
Grafik 4.4 Grafik 5.1 Grafik 5.2
xxi
IV-127 V-3 V-5
DAFTAR LAMPIRAN L.1
Layout Aktivitas Manual Material Handling Lokasi Pasar Gede Surakarta
L.2
Biodata Pekerja Buruh Angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta
L.3.1 Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map L.3.2 Kuesioner Pekerja Buruh Angkut Pasar Gede Surakarta L.4.1 Gambar Pengukuran Denyut Jantung Pekerja L.4.2 Gambar Pengukuran Tekanan Darah Pekerja L.4.3 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap pertama L.4.4 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap kedua L.4.5 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap ketiga L.4.6 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap keempat L.5.1 Gambar Pengukuran Antropometri Pekerja Buruh Angkut L.6
Rekapitulasi Persentase Keluhan Pekerja Melalui Kusisioner Nordic Body Map
L.7.1 Kriteria beban kerja Pada Masing – Masing Berdasarkan Energy Expenditure L.7.2 Tabel kategori pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy expenditure L.7.3 Tabel kriteria pekerjaan berdasarkan energy cost pekerja menurut Kamalakannan et al, 2007 L.8
Data antropometri pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede
L.9
Perhitungan Nilai Persentil
L.10 Tabel Sifat Fisis Tertentu dan Tegangan Ijin Untuk Beberapa Bahan Teknis L.11 Mekanisme Proses Pengangkatan Maupun Pengangkatan Peti L.12 Biaya Produksi Untuk Penyempurnaan Hasil Perancangan Handtruck
xxii
23
L-24
L-25
ii
SURAT PERNYATAAN KEMAJUAN PENELITIAN TUGAS AKHIR (TA) / SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Jurusan Teknik Industri yang menyatakan bahwa: Nama
: Rangga Romadhan
NIM.
: I 1305011
Judul Penelitian
: Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Bidang Fokus
: Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Waktu Penelitian Telah : 9 bln Jatuh Bulan ke*) Akan memenuhi ketentuan : 1. Apabila setelah 3 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya tidak ada perkembangan sama sekali atau dinyatakan nihil oleh jurusan, maka proposal yang diajukan dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali. 2. Apabila setelah 6 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali. 3. Apabila setelah 9 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali.
*)
Terhitung dari tanggal dan bulan disyahkannya proposal oleh Koordinator Tugas Akhir
4. Apabila setelah perpanjangan waktu ke dua selama 5 bulan, perkembangan penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari dosen pembimbing, atau setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan yang disertai keterangan dari dosen pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali. 5. Apabila setelah acara sidang tugas akhir tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu dari agenda perbaikan dari tugas akhir yang harus dilakukan selama 3 bulan ke depan dari selesainya acara sidang sarjana strata satu (S1), maka saya siap untuk TIDAK DAPAT MENERIMA HAK APAPUN (Surat Keterangan Lulus, Ijazah S1, Transkrip Nilai) dari jurusan sampai dapat diselesaikannya semua agenda perbaikan, dan dapat menyerahkan bukti fisik dari tugas akhir yang telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan berlaku. Keterangan evaluasi hasil pembimbingan: Pembimbing 1, Taufiq Rochman, STP, MT NIP : 19701030 199802 1 001 Pembimbing 2, Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP : 19700404 199603 1 002
: ………………………………………………..…… …………………………………………………… ………………………………………………….. .………………………………………………… : ………………………………………………..… ……………………………...……………........... ………………………………………………...... .………………………………………………….
Dengan demikian pernyataan kenajuan tugas akhir saya buat dengan sebenar – benarnya dan siap untuk menanggung segala konsekuensinya, apabila saya dinyatakan tidak memperhatikan segala ketentuan yang berlaku di Jurusan. Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan I 1305011
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta tanpa terhalang oleh tempat dan waktu. Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu : 1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas teknik UNS. 2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa. 3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa. 4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini. 5. Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini. 6. Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga besar Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. 7. Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta, dan petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih atas bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.
v
8. Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas keramahan, bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini. 10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi, , Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku tidak mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu yang berharga bagiku. 11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim meski kita akan jarang bertemu. 12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas akir kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita dapat betemu dan menjalin persaudaraan. 13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta,
April 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
LEMBAR PENGEAHAN………………………………………………..
ii
LEMBAR VALIDASI................................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH.............
iv
SURAT PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................................................
v
KATA PENGANTAR................................................................................
vi
ABSTRAK...................................................................................................
vii
ABSTRACT................................................................................................
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
ix
DAFTAR TABEL…………………………………...................................
x
DAFTAR GAMBAR……………………………......................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………......................................
xv
PENDAHULUAN...................................................................
I-1
1.1
Latar Belakang Masalah..................................................
I–1
1.2
Perumusan Masalah.........................................................
I–4
1.3
Tujuan Penelitian.............................................................
I–4
1.4
Manfaat Penelitian……………………………………...
I–4
1.5
Batasan Masalah………………………………………..
I–4
1.6
Asumsi………………………………………………….
I–5
1.7
Sistematika Penulisan…………………………………..
I–5
BAB I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 2.1
II – 1
Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1 2.1.1. Lokasi Pasar Gede.................................................
II – 1
2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi II – 6 Pasar Gede Surakarta............................................. 2.2
Landasan Teori................................................................
II – 7
2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................
II – 8
2.2.2 Nordic Body Map..................................................
II – 9
2.2.3 Manual Material Handling...................................
II – 10
2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja.................................
II – 18
2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................
II – 21
2.2.6 Fisiologi Kerja…………………………………
II – 29
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) ..............
II – 30
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ...
II – 31
2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32
BAB III
2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional.................
II – 40
2.2.9 Mekanika Konstruksi.............................................
II – 42
METODOLOGI PENELITIAN……………………………
III – 1
3.1
Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3 3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3
3.2
3.1.2 Studi Lapangan…………………………………..
III – 4
3.1.3 Perumusan Masalah...............................................
III – 4
3.1.4 Tujuan Penelitian...................................................
III – 5
3.1.5 Manfaat Penelitian...............................................
III – 5
Tahap Pengumpulan Data………………………………
III – 5
3.2.1 Dokumentasi.........................................................
III – 5
3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6 3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6 3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6 3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6 3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7 3.3
Tahap Pengolahan Data……………………………...…
III – 8
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map...
III – 8
3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8 3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja……………………..
III – 8
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8
3.4
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
III – 9
3.3.4 Perhitungan Antropometri ...................................
III – 9
3.3.5 Perhitungan Persentil............................................
III – 9
Tahap Perancangan………………………………..........
III – 10
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................
III – 10
3.4.2
III – 10
Penentuan Dimensi Rancangan...........................
3.4.2
Pembuatan Rancangan......................................... III – 12
3.4.3
Perhitungan Kekuatan Material...........................
3.4.5
Penentuan Bahan Material...................................
III – 12 III – 13
3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13 3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13
BAB IV
3.5
Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil…………………..
III – 14
3.5
Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………...
IV – 1
Pengumpulan Data……………………………………...
IV – 1
4.1.1 Dokumentasi........................................................
IV – 1
4.1
4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4 4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5
4.2
4.1.5 Data Postur Kerja.................................................
IV – 5
4.1.5 Data Fisiologi Kerja.............................................
IV – 6
4.1.6 Data Anthropometri..............................................
IV – 7
Pengolahan Data……………………………………......
IV – 8
4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara..................
IV – 8
4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM..............
IV – 9
4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10 4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja……………………..
IV – 24
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24
4.3
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
IV – 27
4.2.4 Perhitungan Antropometri ...................................
IV – 29
4.2.5 Perhitungan Persentil............................................
IV – 30
Tahap Perancangan..........................................................
IV – 30
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................
IV – 30
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................
IV – 36
4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45 A. Pembuatan Gambar Rancangan............................
IV – 45
B. Prototipe Perancangan Alat..................................
IV – 48
C. Perencanaan Pengoperasian..................................
IV – 49
4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................
IV – 50
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah saat posisi posisi 90 0 ...................................................
IV – 51
2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya pada dan beban yang diterima roda............................. 3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan..................
IV – 56 IV – 62
4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi 45 0 .........................................................................
IV – 63
5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock absorber).....................................................................
IV – 71
6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada IV – 77 shock absorber)........................................................... 7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda terperosok dalam lubangan..........................................
IV – 78
8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian dikonversi kedalam pengangkutan..............................
IV – 80
9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85 4.3.5 Penentuan Bahan Material....................................
IV – 93
4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100 4.4
Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja
IV – 103
4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA.....
IV – 103
4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118
BAB V
A. Perhitungan Energy Expenditure..........................
IV – 119
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ..
IV – 123
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL.........................
V–1
5.1A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................
V–1
Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja…………………
V–3
5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure..........................
V–3
5.2.1 Perhitungan Energy Cost......................................
V–4
Analisis Rancangan Alat..................................................
V–6
5.2
5.3
5.4 BAB VI
Analisis Biaya Produksi...................................................
V–8
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................
VI – 1
6.1
Kesimpulan......................................................................
VI – 1
6.2
Saran................................................................................
VI – 1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ...................
II – 5
Tabel 2.2
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat ..........
II – 12
Tabel 2.3
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat...........
II – 13
Tabel 2.4
Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................
II – 22
Tabel 2.5
Skor pergerakan leher ............................................................
II – 23
Tabel 2.6
Skor postur kaki......................................................................
II – 23
Tabel 2.7
Skor pergerakan lengan atas...................................................
II – 24
Tabel 2.8
Skor pergerakan lengan bawah ..............................................
II – 25
Tabel 2.9
Skor pergelangan tangan.........................................................
II – 25
Tabel 2.10
Tabel A………………………………………………………
II – 26
Tabel 2.11
Tabel B....................................................................................
II – 26
Tabel 2.12
Tabel C....................................................................................
II – 26
Tabel 2.13
Load atau force……………………………………………...
II – 27
Tabel 2.14
Coupling……………………………………………………..
II – 27
Tabel 2.15
Activity………………………………………………………. II – 28
Tabel 2.16
Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29
Tabel 2.17
Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29
Tabel 2.18
Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi..........................
II – 32
Tabel 2.19
Data anthropometri untuk perancangan handtruck.................
II – 35
Tabel 2.20
Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40
Tabel 4.1
Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1
Tabel 4.2
Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3
Tabel 4.3
Atribut kegiatan manual material handling…………………
IV – 3
Tabel 4.4
Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………......
IV – 4
Tabel 4.5
Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti.............
IV – 5
Tabel 4.6
Kegunaan dimensi antropometri……………………………
IV – 7
Tabel 4.7
Persentase keluhan pekerja ………………………………..
IV – 8
Tabel 4.8
Persentase keinginan pekerja buruh angkut.........................
IV – 8
Tabel 4.9
Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2...................................
IV – 9
IV – 13
Tabel 4.10
Skor REBA grup B..................................................................
Tabel 4.11
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13
Tabel 4.12
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 16
Tabel 4.13
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 17
Tabel 4.14
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.15
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 22
Tabel 4.16
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 23
Tabel 4.17
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.18
Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25
Tabel 4.19
Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28
Tabel 4.20
Nilai rata-rata dan standar deviasi...........................................
Tabel 4.21
Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30
Tabel 4.22
Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31
Tabel 4.23
Penjabaran kebutuhan perancangan........................................
IV – 31
Tabel 4.24
Performance specification perancangan hand truck ………..
IV – 35
Tabel 4.25 Tabel 4.26
Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan IV – 45 handtruck................................................................................. Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52
Tabel 4.27
Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67
Tabel 4.28
Tabel 4.30
Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain IV – 87 pegangan saat loading unloading............................................ Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain IV – 90 pegangan saat mendorong....................................................... Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101
Tabel 4.31
Estimasi non biaya material…………………………………
Tabel 4.32
Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102
Tabel 4.33
Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58....................................
IV – 104
Tabel 4.34
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 105
Tabel 4.35
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107
Tabel 4.36
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 109
Tabel 4.37
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 111
Tabel 4.38
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112
Tabel 4.39
Skor Reba grup A....................................................................
IV – 115
Tabel 4.40
Skor REBA grup B..................................................................
IV – 116
Tabel 4.29
IV – 29
IV – 102
Tabel 4.41
Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117
Tabel 4.42
Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119
Tabel 4.43
Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121
Tabel 4.44
Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122
Tabel 4.45
Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124
Tabel 4.46
Perhitungan energy cost setelah perancangan alat..................
IV – 125
Tabel 4.47
Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost….
IV – 126
Tabel 5.1
Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan.............................................................................
V-1
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang yang diangkat dalam penelitian serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. I.1. Latar Belakang Manual Material Handling (MMH) merupakan kegiatan memindahkan beban secara manual yang dilakukan oleh manusia dalam rentang waktu tertentu. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) kegiatan MMH dibagi menjadi lima bagian, yaitu mengangkat/menurunkan (lifting/lowering), mendorong/ menarik (pushing/pulling), memutar (twisting), membawa (carriying) dan menahan (holding). Manusia berperan penting dalam kegiatan MMH di berbagai tempat kerja, karena pada beberapa tempat kerja masih banyak yang menggunakan manusia sebagai pekerja dibandingkan dengan menggunakan mesin. Pasar merupakan salah satu tempat yang lebih banyak menggunakan manusia sebagai pekerja dalam kegiatan MMH dibandingkan dengan mesin. Kegiatan MMH yang terdapat di pasar umumnya berupa mengangkat beban, mengangkut beban dan meletakkan beban. Beberapa kegiatan tersebut didominasi oleh manusia, karena kondisi pasar secara umum masih mempertahankan pola kerja tradisional. Pola kerja yang dilakukan secara tradisonal akan sangat menguras tenaga dan mempercepat kelelahan kerja. Disamping itu pekerjaan MMH yang dilakukan secara over exertion seperti mengangkut beban akan berdampak buruk pada kesehatan pekerja. Pasar Gede merupakan salah satu pasar yang berada di Kota Surakata. Pada Pasar Gede terdapat aktivitas manual material handling yaitu aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan beban kerja yang berupa peti buah dari lokasi bongkar muat truck hingga ke kios pedangang dengan jarak ± 20 meter. Selain memperhitungkan jarak antara lokasi bongkar muat truck hingga ke kios pedangang pada aktivitas MMH yang terdapat di Pasar Gede, juga mempertimbangkan ukuran maupun kapasitas beban tiap peti. Adapun ukuran dan I-1
kapasitas beban tiap peti, diantaranya peti sedang dengan ukuran 30 cm x 23 cm x 27 cm memiliki kapasitas beban sebesar 27 kg/peti. Sedangkan untuk peti besar dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 42 cm memiliki kapasitas beban sebesar 55 kg/peti. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai aktivitas manual material handling yaitu aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti buah ukuran besar dengan ketentuan 60 cm x 40 cm x 42 cm dan memiliki kapasitas beban sebesar 55 kg/peti. Aktivitas manual material handling yang terdapat di Pasar Gede dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1. Leher ( Neck )
PergelanganTangan Lengan Atas (Wrist Twist )
(Upper Arm)
PergelanganTangan (Wrist Twist )
Lengan Bawah (Lower Arm)
PergelanganTangan (Wrist Twist )
Lengan Atas (Upper Arm)
PergelanganTangan (Wrist Twist )
Lengan Bawah (Lower Arm)
Punggung (Trunk )
Leher ( Neck )
Lengan Atas (Upper Arm)
Lutut Kaki (Legs )
Punggung (Trunk )
Punggung (Trunk )
Lutut Kaki (Legs )
Gambar 1.1 Aktivitas MMH oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede Sumber : Dokumentasi, 2009
Menurut National Occupational Health and Safety Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa menggunakan alat bantu, dan pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008). Sedangkan kondisi aktual pengangkatan beban yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata sebesar 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan (rata – rata berat buah tiap peti sebesar 50 kg dan berat peti sebesar 5 kg). Berdasarkan pengamatan gambar 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa postur kerja saat melakukan aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti dapat menimbulkan resiko terjadinya keluhan pada beberapa bagian tubuh. Identifikasi penyebab keluhan pada beberapa bagian tubuh yang timbul dapat dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Metode REBA dipilih karena pekerja mengalami keluhan pada tubuh bagian atas dan bawah. Dari hasil pengolahan metode REBA dapat diidentifikasi penyebab keluhan pada bagian tubuh terutama pada posisi pergelangan tangan (wrist twist)
I-2
menekuk saat mencengkaram peti dengan sudut 42 0 , posisi lengan atas (upper arm) menekuk dengan sudut 48 0 , lengan bawah (lower arm) menjangkau peti kearah belakang dengan posisi lengan bawah menekuk keatas dengan sudut 25 0 , leher (neck) dengan posisi menengadah keatas dengan sudut 39 0 , bagian punggung (trunk) membungkuk dengan sudut 63 0 , bagian pinggang membungkuk dengan sudut 51 0 , bagian betis dan lutut kaki (legs) menekuk kearah depan pada saat menahan beban dengan sudut 15 0 dan 38 0 , sehingga posisi batang tubuh menjadi tidak tegak. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja sering mengalami keluhan dalam melakukan aktivitasnya. Keluhan tersebut antara lain : kelelahan pada bagian tubuh tertentu (punggung sebesar 100%, lutut sebesar 100%, betis sebesar 87,5%,
pergelangan kaki sebesar 83,3%, leher sebesar 79,2% dan
pergelangan tangan sebesar 62,5%), beban yang diangkut terlalu berat (rata – rata sebesar 55kg) dan kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios yaitu dengan ukuran terkecil gang antar kios sebesar 1,5 meter. Akibat dari keluhan tersebut, banyak pekerja mengeluarkan tingkat konsumsi energi yang cukup besar pada saat bekerja. Melihat kondisi tersebut, penelitian ini memandang permasalahan pengangkutan MMH dilokasi Pasar Gede sebagai permasalahan yang layak diangkat sebagai topik penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan yang mana setiap tahapan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama dilakukan dengan penyebaran kuisioner nordic body map. Nordic body map adalah salah satu alat ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal. Penyebaran kuisioner nordic body map dengan melibatkan 24 responden. Pemilihan sampel dengan melibatkan 24 responden dikarenakan pada saat menyebarkan kuisioner nordic body map (observasi lapangan), yang dijumpai dilokasi Pasar Gede sejumlah 24 orang pekerja buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan dikatakan telah mewakili dari keseluruhan populasi pekerja buruh angkut lokasi Pasar Gede. Selain itu, responden tersebut merupakan pekerja buruh angkut yang khusus bekerja sebagai pekerja buruh angkut buah. Tujuan pengisian kuisioner NBM untuk mengetahui prosentase keluhan tubuh pekerja buruh angkut. Tahap kedua menggunakan perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode I-3
Rapid Entire Body Assesment (REBA). Metode REBA dipilih karena pekerja mengalami keluhan pada tubuh bagian atas dan bawah. Tahap ketiga menggunakan perhitungan fisiologi kerja dengan tujuan untuk mengetahui energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat mengangkut beban. Tahap keempat terutama
pada
tahap
perancangan
alat
bantu
fasilitas
kerja
dengan
mempertimbangkan anthropometri. Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Penggunaan antropometri berfungsi untuk untuk menentukan dimensi handtruck yang akan dirancang. Berdasarkan peramasalahan tersebut perlu adanya perancangan alat bantu kerja untuk menggantikan pekerjaan yang dilakukan secara manual. Terdapat beberapa alat bantu kerja yang dapat mempermudah pekerjaan, seperti conveyor, forklift, dan handtruck. Setiap alat bantu kerja tersebut mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Dengan mempertimbangkan kondisi di Pasar Gede, maka alat bantu kerja yang paling ideal adalah handtruck. Perancangan
alat
bantu kerja
berupa
handtruck
bertujuan
untuk
memudahkan aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede. Dengan adanya perbaikan kerja yang berupa perancangan handtruck, diharapkan dapat memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang handtruck sebagai alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh rancangan handtruck sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.
I-4
I.4. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu kerja yang berupa hand truck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja. I.5. Batasan Masalah Agar penelitan ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Identifikasi keluhan pekerja dilakukan pada saat aktivitas manual material handling, dimana aktivitas pengangkutan dari truck hingga kekios dan dilakukan pada posisi ekstrim (memanggul beban pada bagian punggung pekerja) tanpa menggunakan alat bantu. 2. Dalam penelitian ini mempertimbangkan aspek anthropometri dan medan (keadaan permukaan jalan dan jarak gang antar kios) di Pasar Gede bagian timur. 3. Nilai persentil yang digunakan dalam perancangan adalah presentil ke-5, dan presentil ke-95. Nilai persentil tersebut layak digunakan dalam perancangan. 4. Penelitian tersebut hanya dilakukan di Pasar Gede bagian timur. I.6. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Kesehatan fisik kondisi psikologis semua pekerja buruh angkut dalam keadaan normal dan sehat saat dilakukan penelitian. 2. Metode kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian. 3. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling pada saat melakukan observasi yang dijumpai (difokuskan) di Pasar Gede sejumlah 24 orang buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan dianggap telah mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada di Pasar Gede. Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti menjumpai pekerja buruh angkut dilokasi Pasar Gede bagian timur (people on street). I.7.
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
I-5
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan, di bawah ini. BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang yang terdapat di Pasar Gede, perumusan masalah pembuatan perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck, tujuan dan manfaat penelitian untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan.
BAB II
: STUDI PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan materi penulisan yang diambil dari beberapa referensi baik buku, jurnal maupun internet. Materi penulisan adalah aktivitas manual material handling, postur kerja, fisiologi kerja, anthropometri dan mekanika teknik secara umum.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini berisi urut-urutan/tahapan yang dilalui selama penelitian mulai dari observasi awal, melakukan pencatatan data, dokumentasi gambar, wawancara secara umum, penyebaran kuisioner, pengukuran postur keja, pencatatan data fisiologi terutama pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri pekerja buruh angkut, melakukan pengolahan data, melakukan perhitungan spesifikasi perancangan, perhitungan mekanika teknik secara umum, menghitung estimasi biaya perancangan, melakukan verifikasi hasil perancangan dengan diuji coba kepada pengguna (pekerja buruh angkut) sebagai usulan perbaikan postur kerja dan mengurangi beban kerja dengan melihat kelogisan dari model perancangan, melakukan penarikan kesimpulan, dan memberikan saran perbaikan. BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi tentang pengumpulan data berupa dokumentasi gambar aktivitas manual material handling, melakukan wawancara yang
I-6
sifatnya umum, penyebaran kuisioner, pengukuran postur kerja, pencatatan data fisiologi kerja terutama pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri pekerja buruh angkut, dan dilakukan pengolahan data sesuai dengan perumusan
masalah.
Tahap-tahap
pengolahan
data
dilakukan
berdasarkan metodologi penelitian. BAB V
: ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dalam penelitian.
BAB VI : PENUTUP Bagian ini berisi kesimpulan hasil dari semua tahap yang telah dilalui selama penelitian beserta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini serta perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
I-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada. 2.1
Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta Sejarah kota Surakarta Hadiningrat, dimulai dari kepindahan ibukota
kerajaan Mataram Kartasura beserta keratonnya ke desa Sala. Dalam perkembangan selanjutnya, daerah kerajaan Surakarta mengalami pembagian menjadi dua, akibat Perjanjian Giyanti, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Kedua daerah masing-masing kemudian terpecah lagi, timbullah 4 kerajaan yang oleh Belanda dinamakan Vostenlander, yakni Kasunanan, Mangkunegaran, Kasultanan dan Pakualaman.
Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta Sumber : Dinas Pemerintahan Pasar Gede Surakarta, 2010
2.1.1
Lokasi Pasar Gede Pasar Gede Surakarta terletak di Jl. Urip Sumoharjo No.3, Jawa Tengah.
Batas-batas wilayah Pasar Gede Surakarta yaitu: Utara : Optik Melawai (daerah Widuran)
II - 1
Timur : SMAN 3 Surakarta (Warung Miri) Selatan : Alun – alun Kota Surakarta atau PGS Barat
: Kantor Walikota Surakarta Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan
yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu: a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan b. Alun – alun, sebagai simbol suara rakyat c. Masjid, Agung, sebagai tempat peribadatan d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat Pasar dalam rangkaian Catur Gatra Tunggal Kraton Surakarta, pada mulanya berwujud pasar tiban, yang bertempat di Pamuraan (belakang Gladak dibawah pohon beringin) dengan warungan tanah seluas 10.421 m2. Kemudian pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939), dibangun pasar permanen yang kemudian dikenal dengan nama Pasar Gedhe Harjonagoro dengan arsitek Thomas Karsten dengan dana 650.000 gulden tahun 1927. Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 12 Januari 1930, pasar Gedhe selesai dibangun dan diresmikan oleh Paku Buwono X dan GKR. Hemmas sebagai Pasar rakyat monumental dua lantai, dengan arsitektur Kolonial Jawais (Topologi pasar nyaris sempurna) pada lokasi lingkungan etnis China, yang bercitra arsitektur China Jawais. Pada masa pemerintahan Indonesia,pasar Gedhe menjadi monumen/simbol/trade mark/land mark Kota Surakarta yang amat dikenal oleh dunia luar pada umumnya. (Tim Lab UCYD, 2009). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya kehistorisan Pasar Gedhe dapat dilihat dari dua hal. Pertama, umur pasar Gedhe yang mencapai ratusan tahun dengan usia sumur Keraton Kasunanan Surakarta (300 Tahun) sehingga merupakan pasar kuno model Jawa, baik dari sisi bentuk jual beli tradisional maupun bentuk arsitekturnya. Oleh karena karakteristiknya itulah, Pasar Gede juga telah menjadi salah satu landmark penting Solo. Kedua, adanya keterkaitan yang erat dengan Kraton Surakarta, terutama berkait dengan keberadaan sebagai cikal bakal elemen pembentuk Kota Solo. Dalam sejarah kota kerajaan-kerajaan di Jawa terdapat empat unsur penting pembentuk Kerajaan Jawa, yaitu kraton sebagai pusat kendali politik, masjid sebagai pusat keagamaan,
II - 2
alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial, dan pasar sebagai pusat kegiatan perekonomian. Kesemua pembentuk kota kerajaan itu memiliki bentuk arsitektural khas Jawa dengan corak yang berbeda satu sama lain. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi pemugaran-pemugaran pada pasar Gede. Sekitar tahun 1947, pasar Gede dirusak oleh bangsa Indonesia sendiri karena pasar tersebut digunakan oleh Belanda. Sekitar tahun 1948 pasar Gede mengalami perbaikan. Pada tahun 1981 pasar Gede mengalami perbaikan lagi dengan memakai sirap. Dan pada tahun 1986/1987 pasar Gede direhab kembali dengan dana bantuan Inpres. Selanjutnya pada tahun 1997 ada perbaikan dari dana P3KT. Pada masa reformasi tepatnya pada tanggal 27 April 2000 sekitar tengah malam jam 24.00 WIB pasar Gede kebakaran. Dan mulai dibangun lagi pada bulan Juli 2001. Selama pasar tersebut belum dibangun para pedagang dipindahkan kesamping plasa beteng. Bulan Desember 2001 pasar Gede selesai dibangun oleh PT. Rudi Persada Nusantara dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 29 Desember 2001. Pada pasar Gede terdapat berbagai macam organisasi sosial, diantaranya : a. Paguyuban yang bernama KOMPPAG, dengan ketua paguyuban Bapak Wiharto dimana pada saat ini sedang mengalami demisioner dalam waktu yang tidak ditentukan. Paguyuban ini berperan sebagai lembaga perhimpunan para pedagang yang didalamnya berfungsi sebagai wadah untuk mewakili aspirasi para pedagang. b. Keamanan, pada saat ini keamanan pasar Gede ditangani oleh Kepolisian yaitu dari Polsek Jebres dan Satuan Pengaman dari Pemerintah Daerah. Funsi keamanan disini sebagai kegiatan pengamanan pasar Gede dari pencurian dan dari kondisi yang tidak diharapkan. c. Arisan, kegiatan arisan ini tidak dikoordinir oleh paguyuban melainkan dari para pedagang itu sendiri. Menurut pembagian wilayahnya, Pasar Gede terbagi menjadi dua lokasi. Lokasi tersebut dibagi menjadi lokasi bagian timur dan barat. Lokasi Pasar Gede bagian barat terdapat kios yang menjual ikan hias dan kios pedagang buah – buahan. Sedangkan lokasi bagian timur (pasar inti) terdapat beranekaragam kios
II - 3
pedagang yang menjual berbagai jenis barang dagangan, antara lain : kios yang menjual ikan laut, daging sapi, daging dan telur ayam, bumbu dapur, minyak tanah, minyak goreng, grosir beras, dan grosir buah-buahan. Seiring perkembangan jaman, Lokasi Pasar Gede lebih dikenal dengan pasar buahnya. Kios yang banyak dijumpai dilokasi tersebut rata – rata menjual aneka buah – buahan, misalnya : buah rambutan, apel, jeruk, kelengkeng, manggis, duku, jambu, durian dan lain sebagainya. Aneka buah – buahan tesebut diperoleh dari daerah Jember, Blora, Pekalongan, Bali, Palembang. Aktivitas pengangkutan (bongkar muat) dari truk hingga lokasi kios pedagang buah menggunakan jasa buruh angkut pasar. Buruh angkut tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buruh angkut pasar yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut (resmi) dan buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan). Buruh angkut yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut mendapatkan fasilitas dari dinas pengelola pasar antara lain : jaminan kesehatan, keselamatan kerja, upah kerja yang sesuai standar buruh pasar per wilayah, tambahan upah tiap satu kali aktivitas pengangkutan. Sedangkan bagi pekerja buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan) hanya mendapatkan upah gaji yang diberikan oleh pemilik kios tiap satu kali aktivitas.pengankutan. Adapun Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini :
II - 4
Pintu Bagian Belakang
Are Bongkar Muat
Truck
Are Bongkar Muat
Truck
Pekerja
Pekerja
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
2m
Pekerja
AREA PARKIR MOBIL
Pekerja
Pekerja Pekerja Pekerja
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Pekerja
Kios Buah
Pekerja
Kios minyak goreng
Kios tepung terigu
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah Pekerja
Kios Kusus daging
Kios Kusus sayur
Kios Beras
Kios Kusus daging
Kios Buah
Kios Kusus daging
E
Kios pakaian
Kios Kusus sayur
N
Kios Kusus telur
Pintu Masuk Pasar Gede
1.5m
Kios Beras
S
W
1.2m
Pekerja
POLISI
Kios telur
Kios Buah
4m
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
A R E A B P E AR CA K KI R
Kios Buah
Kios minyak goreng
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
27m
1.2m
Kios Buah
Pekerja
1.5m
90 cm
150 cm
GUDANG
Kios Buah Pekerja
Kios Buah
Pintu Bagian Samping
Kios Buah
Kios Buah
1.2m
Kios Buah
Penimbangan Berat Peti
Kios Buah
1.5m
90cm
Kamar Mandi / WC
Pintu Bagian Samping
Truck
Kios Buah
Kios Buah
120 cm
Kios Buah
Pekerja
Area Pejalan Kaki
AREA PARKIR MOTOR
Area Pejalan Kaki
City
Gambar 2.2
Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta Sumber : Observasi, 2009
Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta dijelaskan dalam Tabel 2.1. dibawah ini : No.
Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta Gambar Keterangan
1.
Kios buah
2.
Kios Kusus daging
Kios penjual daging
3.
Kios Kusus sayur
Kios penjual sayur
Kios Kusus telur
Kios penjual telur
4.
II - 5
Lanjutan Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta No. Gambar Keterangan
5.
Kios minyak goreng
6.
Kios Beras
Kios penjual minyak goreng
Kios penjual beras
GUDANG
Area gudang
7.
Area penimbangan beban 8.
muatan (peti buah)
Penimbangan Berat Peti
Keadaan permukaan 9.
bergelombang (tidak rata) Are Bongkar Muat
10.
Area khusus bongkar muat
Pekerja buruh angkut pasar
11. Pekerja
Keadaan permukaan jalan 12.
datar Keadaan permukaan jalan naik
13. Sumber : Observasi, 2009
2.1.2
Aktivitas Manual Material Handling Di Lokasi Pasar Gede Surakarta Manual Material Handling merupakan kegiatan memindahkan beban oleh
tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Salah satu kegiatan manual material handling diLokasi Pasar Gede adalah aktivitas pengangkutan peti yang
II - 6
dilakukan oleh pekerja buruh angkut pasar secara manual. Aktivitas MMH dilakukan dengan cara mengangkut peti pada bagian punggung pekerja. Aktivitas pengangkutan tersebut dimulai dari jam 09.00 s/d 16.00 WIB, berupa pengangkutan peti berisi buah dengan kapasitas beban sebesar 55 kg. Adapun ukuran peti buah yaitu 60 cm x 40 cm x 42 cm dengan berat rata – rata 55 kg (berat peti sebesar 5 kg dan berat buah sebesar 50 kg). Masing – masing pekerja buruh angkut dalam satu hari melakukan gerakan repetitif pengangkutan sebesar ± 3080 kg = 3,08 ton per orang, dengan catatan kriteria gerakan repetitif dalam satu hari kerja 56 kali gerakan pengangkutan dari truck hingga kios pedangang untuk satu orang pekerja Urutan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut tersebut antara lain : 1. Aktivitas pada saat mengangkat muatan yang berupa peti buah dari kegiatan bongkar muat dari truk hingga kios pedagang. Posisi tubuh pekerja kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, , posisi lutut pada kaki menekuk dan punggung membungkuk. 2. Aktivitas mengangkut muatan berupa peti buah dengan posisi memanggul muatan pada bagian punggung pekerja. bertumpu pada bagian punggung pekerja, kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, telapak tangan mencengkram peti buah. 3. Aktivitas penimbangan besarnya muatan peti tiap peti. Tumpuan pekerja pada bagian lutut dan pergelangan kaki pekerja. 4. Aktivitas pekerja pada saat menurunkan muatan yang berupa peti buah (lokasi kios pedagang). Posisi pekerja antara lain:leher menekuk kearah bawah, perut menahan beban, dan punggung membungkuk.
2.2
Landasan Teori Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori
pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep desain dan ergonomi, nordic body map, manual matrial handling, postur kerja (REBA), fisiologi kerja (beban kerja), anthropometri, perancangan metode rasional dan mekanika konstruksi.
II - 7
2.2.1
Desain dan Ergonomi Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai
fasilitas penunjang aktivitasnya. Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli) dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object) manusia, diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar. Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel, desain alat-alat lingkungan, desain alat dan lain-lain. Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi yang lain. Misalnya, dalam merancang desain hand truck, dibutuhkan kerja sama antara desainer dengan pekerja yang dijadikan tolak ukur perancangan. Data yang dipelukan adalah ukuran tiap bagian tubuh pada pekerja. Sehingga perancangan tersebut dapat efektif, efisien, aman, dan nyaman. Desainer dapat menyatukan bentuk dengan memusatkan perhatian pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan,
serta
melakukan
pengembangan
desain
dan
teknologi
dengan
memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan, kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan manusia sebagai pemakainya. Untuk menilai suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan
II - 8
ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh harga dan kemampuan daya beli masyarakat. Ergonomi merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai desain secara qualified, certified, dan customer need. Ilmu ergonomi menjadi suatu keterkaitan keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain final (periksa Gambar 2.3. Skema Design Management)
Gambar 2.3. Skema design management Sumber : Bagas, 2000
2.2.2 Nordic Body Map (NBM) Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.4 Nordic body map Sumber : Corlett, 1992
II - 9
2.2.3
Manual Material Handling Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri
untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di dalam industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di berbagai tempat kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri adalah Manual Material Handling (MMH). Definisi Manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin. 3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat. Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima (Suhardi dkk, 2008).yaitu : 1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering ) Mengangkat (Lifting) adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 2.5 Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering) Sumber: OSHA, 1999
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan
II - 10
menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik, berkebalikan dengan itu.
Gambar 2.6 Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling) Sumber : OSHA, 1999]
3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan manual material handling yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu ada dua sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
Gambar 2.7 Kegiatan memutar (twisting) Sumber : OSHA, 1999
4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
Gambar 2.8 Kegiatan membawa (carry) Sumber : OSHA, 1999
5. Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).
II - 11
Gambar 2.9 Kegiatan menahan (holding) Sumber : OSHA, 1999
1. Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Amerika yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional (Suhardi dkk, 2008). Batasan angkat tersebut, yaitu: 1. Batasan angkat secara legal (legal limitations), a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg. b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg. c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat. d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg. e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika, pada tahun 1997 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkutan material/benda kerja. Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety Commission, 1997 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman. (Suhardi dkk, 2008). Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut Batasan Angkat (Kg) Dibawah 16
16 - 34
Tindakan Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu
II - 12
Lanjutan Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut Batasan Angkat (Kg) 34 - 50
Diatas 50
Tindakan SebaiknyaOperator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Tabel 2.3 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut Level 1
Batas Angkat (Kg) Dibawah 16
Tindakan Tidak diperlukan tindakan khusus
2
16 - 34
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3
34 - 50
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign
4
Diatas 50
Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
2. Batasan angkat secara fisiologi, Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Repetitive lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.
Gambar 2.10 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian tertentu Sumber : Bernard BP, 1997
II - 13
3. Batasan angkat secara psiko-fisik, Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu: a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder height). b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal). c. genggaman tangan (knuckle height). 2. Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab akan terjadinya gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada. 1. Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki. 2.
Sikap Kerja Duduk Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung
bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini
II - 14
akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
Gambar 2.11 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk Sumber : Bridger RS, 1995
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak 1
/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja
duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi lumbar yang menekuk. 3.
Sikap Kerja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan
rasa
sakit
adalah sikap kerja
membungkuk. Posisi
ini
menimbulkan
ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bagian bawah ( low back pain ).
Gambar 2.12 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Sumber: Bridger RS, 1995
II - 15
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain ). Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar. 4.
Pengangkatan Beban Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion (Bernard, et al, 1997) Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1. Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1 pecah.
Gambar 2.13 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah Sumber: Bridger RS, 1995
II - 16
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat mengangkat beban adalah : a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring (bending and twist). e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman. 5.
Membawa Beban Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering
dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa. 4.
Mendorong Beban Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat
mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu. 7.
Menarik Beban Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan
beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang
II - 17
dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak pendek. 3. Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH, pada enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manual material handling yang tidak tepat (Bernard et al, 1997), yaitu: 1. Identifikasi
pekerjaan
dengan
kejadian
yang
menyebabkan
cedera
musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. 2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan. 3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. 4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. 5. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan. 2.2.4
Postur dan Pergerakan Kerja Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan
pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik. a. Korset bahu Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression.
II - 18
Gambar 2.14 Jangkauan gerakan korset bahu Sumber: Nurmianto, 2004
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).
Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)
Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah.
b. Persendian bahu Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension,abduction,adduction,rotation.
Gambar 2.15 Jangkauan persendian bahu Sumber: Nurmianto, 2004
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan.
II - 19
c. Persendian siku Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.
Gambar 2.16 Jangkauan gerakan persendian siku Sumber: Nurmianto, 2004
Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh.
Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
d. Persendian pergelangan tangan Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.
Gambar 2.17 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.
II - 20
2.2.5
REBA (Rapid Entire Body Assesment) REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.Sue
Hignett dan Dr.Lynn McAtamney yang merupakan ergonomi dari universitas di Nottingham (University of Nottinghan’s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 2002. Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja atau postur leher,punggung,lengan,pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya
pengurangan
resiko
yang
diakibatkan
postur
kerja
operator
(McAtamney,2000). Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian
II - 21
menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur)
pekerja dari leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masingmasing tabel. Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) Pergerakan Skor Perubahan Skor Tegak 0⁰ - 20⁰ Flexion 0⁰ - 20⁰ Extension 20⁰ - 60⁰ Flexion >20⁰ Extension >60⁰ Flexion
1 2
+1 jika memutar atau kesamping
3 4
Sumber : McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.4 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18 berikut ini.
II - 22
(a) (b) (c) (d) Gambar 2.18 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0 o– 20o flexion, (c) postur 20o - 60o flexion, (d) postur 60o atau lebih flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Skor pergerakan leher Pergerakan Skor Perubahan skor 0 0 - 20 0 Flexion > 20 0 Flexion atau Extension
1 2
+ 1 jika memutar atau miring kesamping
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19 berikut ini.
(a) (b) 0 Gambar 2.19 Range pergerakan leher (a) postur 20 atau lebih flexion, (b) postur extension Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Skor postur kaki Pergerakan Skor Perubahan skor Kaki tertopang ketika berjalan 1 1 jika lutut antara 30 0 - 60 0 atau duduk dengan bobot seimbang rata - rata Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata
Flexion 2
0
2 jika lutut > 60 Flexion
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.6 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut ini.
II - 23
(a) (b) Gambar 2.20 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah ini. Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas Pergerakan Skor Perubahan skor 60 0 Extension - 60 0 Flexsion > 20 0 Extension 20 0 - 45 0 Flexion 45 0 - 90 0 Flexion
> 90 0 Flexion
2
+ 1 jika lengan atas abduction + 1 jika pundak atau bahu ditinggikan
3 4
-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang
1
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.7 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar 2.21 berikut ini.
(a) (b) Gambar 2.21 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 20 0 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
(c) (d) Gambar 2.22 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan) Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 24
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah Pergerakan Skor 60 0 - 100 0 Flexsion < 60 0 Flexsion atau > 100 0 Flexsion
1 2
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.8 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.23 berikut ini.
(a) (b) Gambar 2.23 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 60 0 - 100 0 flexsion, extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 1000 atau lebih flexio. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini. Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan Pergerakan Skor Perubahan Skor 0°-15° Flexion atau Extension > 15° Flexion atau Extension
1 2
+1 jika pergelangan tangan menyimpang atau berputar
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.9 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.24 berikut ini.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 2.24 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 25
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.10 di bawah ini. Tabel 2.10 Tabel A Neck 1
Table A
2
3
Legs Trunk Posture score
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 2
1 2
2 3
3 4
4 5
1 3
2 4
3 5
4 6
3 4
3 5
5 6
6 7
3 4 5
2 3 4
4 5 6
5 6 7
6 7 8
4 5 6
5 6 7
6 7 8
7 8 9
5 6 7
6 7 8
7 8 9
8 9 9
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan Tabel 2.11 di bawah ini. Tabel 2.11 Tabel B Lower Arm Wrist 1 2 1 2 3 1 2 3
Table B
Upper Arm Score
1 2
1 1
2 2
2 3
1 2
2 3
3 4
3 4 5 6
3 4 6 7
4 5 7 8
5 5 8 8
4 5 7 8
5 6 8 9
5 7 8 9
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C. Tabel 2.12 Tabel C Table C Score B, (table B value + coupling score)
Score A (score from t e bl e A+load/force score)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
1
1
1
2
3
3
4
5
6
7
7
7
II - 26
Lanjutan Tabel 2.12 Tabel C Score A Table C (score from Score B, (table B value + coupling score) t e bl e A+load/force score)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 6 7 8
2 3 4 4 6 7 8
2 3 4 4 6 7 8
3 3 4 5 7 8 9
4 4 5 6 8 9 10
4 5 6 7 8 9 10
5 6 7 8 9 9 10
6 7 8 8 9 10 10
6 7 8 9 10 10 10
7 8 9 9 10 11 11
7 8 9 9 10 11 11
8 8 9 9 10 11 11
9 10 11 12
9 10 11 12
9 10 11 12
9 10 11 12
10 11 11 12
10 11 12 12
10 11 12 12
11 11 12 12
11 12 12 12
11 12 12 12
12 12 12 12
12 12 12 12
12 12 12 12
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja. Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.13 di bawah ini.
0
Tabel 2.13 Load atau force Load/Force 1 2
<5kg
5-10kg
>10kg
+1 shock or rapid build up
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.14 di bawah ini.
0 Good Well-fitting handle and a mid-range power grip
Tabel 2.14 Coupling Coupling 1 fair 2 Poor hand hold acceptable but not ideal, or coupling is acceptable via
Hand hold not acceptable although possible
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 27
3 Unacepptable Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is unaceptable using
Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.15 di bawah ini. Tabel 2.15 Activity Activity +1 1 more body parts static (held>1 min) +1 repeated>4 per min in small range (not walking) +1 rapid large changes in posture or unstable base Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada Gambar 2.13 di bawah ini.
Gambar 2.25 Langkah-langkah perhitungan metode REBA Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 28
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini. Action Level 0 1 2 3 4
Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan REBA Risk level Action (including score further asses sment) 1 Negligible None necessary 2-3 Low My be necessary 4-7 Medium Necessary 8-10 High Necessary soon 11 - 15 Very hight Necessary now
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.14 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi. 2.2.6
Fisiologi Kerja Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang
dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (Sanders et al, 1993). Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energy expenditure Work Severity Light Work Moderate Work
VO 2
Heart Rate (beats/min)
< 0.5 0.5 – 1.0
<90 90-110
II - 29
Energy Expenditure (kcal/min) <2,5 2,5-5,0
Lanjutan Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energy expenditure
VO 2
Heart Rate (beats/min)
1.0 – 1.5 1.5 – 2.0 > 2.0
110-130 130-150 150-170
Work Severity Heavy Work Very Heavy Work Extremely Heavy Work
Energy Expenditure (kcal/min) 5,0-7,5 7,5-10,0 >10,0
Sumber: Sanders et al, 1993
Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahanlahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal. Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energy expenditure adalah mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan penghitungan konsumsi energi (enery expenditure). Pengukuran seperti ini disebut pengukuran langsung. Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui fisiologi kerja. Pengukuran energy expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. A.
Konsumsi Energi (Energy Expenditure) Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan
II - 30
konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Menurut Marks, Sanders et al (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: -4
2
Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10 )X dimana : Y = energi (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut : KE = Et - Ej Dimana : KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit) Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit) Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat. B.
Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost) Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja (Working Heart Rate) dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat. (Resting Heart Rate). Menurut Kamalakannan et al (2007) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
II - 31
dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0.0143 kcal / min Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan penggolongan jenis kelamin pria / wanita Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi, denyut jantung, dan energy expenditure Grade of Work Energy Expenditure Energy Expenditure 8 h Hearth Rate
Rest (sitting) Very Light Work Light Work Moderate Work Heavy Work Very Heavy Work
(kcal/ min)
(kcal/d)
(beats /min)
1.5 1.6 – 2.5 2.5 – 5.0 5.0 – 7.5 7.5 – 10.0 10 – 12.5
< 720 766 - 1200 1200 - 2400 2400 - 3600 3600 - 4800 4800 - 6000
60 – 70 65 – 75 75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 180
Sumber: Kamalakannan et al, 2007
2.2.7
Pengertian Antropometri Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan
metri yang berarti “ukuran”. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaanperbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua kategori, antara lain (Pullat, 1992): a. Dimensi struktural (statis)
II - 32
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya. b. Dimensi fungsional (dinamis) Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain (Wignjosoebroto, 1995) : a. Perancangan areal kerja b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lain-lain d. Perancangan lingkungan kerja fisik 1.
Dimensi Antropometri Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran
produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada Gambar 2.26 di bawah ini.
Gambar 2.26 Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S, 1995
II - 33
Keterangan Gambar 2.26 di atas, yaitu: 1
: Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).
2
: Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3
: Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4
: Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5
: Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
6
: Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).
7
: Tinggi mata dalam posisi duduk.
8
: Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9
: Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha. 11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut. 12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis. 13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan paha. 15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat. 17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar). 18 : Lebar perut. 19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus. 20 : Lebar kepala. 21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan. 23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
II - 34
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak. 26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan. Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada Pada penelitian ini digunakan lima data anthropometri yaitu tinggi bahu berdiri (tbb), tinggi siku berdiri (tsb), jangkauan tangan ke depan (jtd), lebar bahu (lb), diameter lingkar genggan telapak tangan (dtt). Pada Tabel 2.19 menunjukkan cara pengukuran tiap data anthropometri yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck Data Anthropometri
Keterangan tinggi bahu berdiri (tbb)
tinggi siku berdiri (tsb)
Cara Pengukuran Ukur jarak vertikal dari permukaan lantai ke bahu
Ukur jarak vertikal dari permukaan lantai ke bahu
Ukur jarak horisontal dari jangkauan tangan ke depan (jtd)
punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak, tangan direntangkan horizontal ke depan
lebar bahu (lb)
diameter lingkar genggan telapak tangan (dtt) Sumber: Wignjosoebroto, 1995.
II - 35
Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. Ukur diameter telapak tangan pada waktu menggenggam diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari tengah
2.
Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga
prinsip dalam pemakaian data antropometri agar produk yang dirancang dapat mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk tersebut, yaitu: a. Perancangan berdasar individu ekstrim Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya. Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan data nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang tinggi pintu dipakai tinngi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan kelonggaran. Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%, 5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol lampu digunakan persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat menjangkaunya. b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable) Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam prinsip ini biasanya dipakai data antropometri dengan rentang persentil 5% sampai 95%. Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi mobil yang bisa dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan sandarannya. c. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut: a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut, b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension,
II - 36
c. Selanjutnya
tentukan
populasi
terbesar
yang
harus
diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut, d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata, e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti;
ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai
persentil yang lain yang dikehendaki, f. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih tetapkan nilai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain. 3.
Pengolahan Data Antropometri Data mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan
menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji hipotesis mean dengan sampel tunggal. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh bersifat representatif, artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan. 4.
Aplikasi Distribusi Normal Dalam Antropometri Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah
distribusi normal (Nurmianto, 2004). Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada. Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga datadata yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik, sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di ujungujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan data antropometri disajikan dalam bentuk persentil.
II - 37
Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. The Antropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional Aeronotika
dan Penerbangan Luar Angkasa
Amerika
Serikat
(NASA)
merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya saja untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot, presentil pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih besar daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya, dan dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar. Dapat juga dikatakan bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai lebih besar daripada 2% pilot yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilotpilot terberat. Jadi, berapapun besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k tersebut merupakan nilai yang lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang dari yang terbesar (100k)%. Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut. Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50 mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan
II - 38
asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok. Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil. Pertama, suatu persentil antropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena seseorang dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki persentil ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang lengannya seperti ilustrasi pada Gambar 2.27.
Gambar 2.27 Ilustrasi persentil Sumber: Nurmianto, 2004
Pemakaian dari nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dijelaskan pada Gambar 2.28 dan Tabel 2.20.
II - 39
Gambar 2.28 Distribusi normal dengan data antropometri Sumber : Nurmianto, 2004
Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal Persentil Perhitungan 1st
x 2.325 x
2.5th 5th 10th
x 1.96 x
x 1.645 x
x 1.28 x
50th 90th 95th 97.5th 99th
x
x 1.28 x
x 1.645 x
x 1.96 x
x 2.325 x
Sumber : Nurmianto, 2004
2.2.8
Perancangan Dengan Metode Rasional Metode rasional menggunakan pendekatan yang sistematis dalam
perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir yang berkualitas (Cross, 1994). Adapun langkah-langkah metode rasional antara lain :
II - 40
1. Clarifying Objectives Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk menjelaskan tujuan perancangan. Pada kenyataannya akan sangat membantu pada keseluruhan tahap perancangan, bila tujuan perancangan sudah jelas, walaupun tujuan itu dapat berubah selama proses perancangan. Tujuan awal dan sementara dapat berubah, meluas atau menyempit, atau benar-benar berubah asalkan permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ide-ide dapat berkembang. Clarifying objectives menunjukkan tujuan dan maksud umum untuk pencapaian tujuan yang sedang dalam pertimbangan. Metode ini menunjukkan bentuk diagramatis dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah pembuatan clarifying objectives adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan, dimana daftar tersebut diambil dari ringkasan perancangan. b. Menyusun daftar ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam tingkatan hirarki. c. Menggambarkan diagram clarifying objectives, hubungan hirarki dan garis hubungannya. 2. Establishing Function Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkahlangkah pembuatan establishing functions adalah sebagai berikut : a. Menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan. b. Memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik. c. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi dasar. 3. Performance Specification Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan. Spesifikasi yang telah ditentukan oleh perancang
II - 41
ditetapkan sebagai tujuan perancangan dengan mencantumkan kriteria-kriteria. Langkah-langkah pembuatan performance specification adalah sebagai berikut : a. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. b. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan. c. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. d. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti. e. Memberikan penilaian terhadap atribut 2.2.9
Mekanika Konstruksi Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos,
"seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin. Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama untuk ahli sains dan ahli teknik. Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua : Mekanika Statik dan Mekanika Dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya. 1. Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau beban. Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah: a. Tumpuan Rol Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang peletakannya.
Gambar 2.29 Tumpuan rol Sumber : Popov, 1991
II - 42
b. Tumpuan Sendi Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya.
Gambar 2.30 Tumpuan sendi Sumber : Popov, 1991
c. Tumpuan Jepitan Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu ∑FHorisontal = 0, ∑FVertikal = 0, ∑M= 0
Gambar 2.31 Tumpuan jepit Sumber : Popov, 1991
2. Gaya Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0. (Popov, 1991). Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi : a. Gaya Luar Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Sedangkan beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
II - 43
Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti dinding, penutup lantai dll. Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta dll. Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur. Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga. Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik. Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan baik itu beban mrata, titik, atau kombinasi antar keduanya. b. Gaya dalam Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu: c. Gaya geser (Shearing Force Diagram) Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya tegak lurus ( ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak pada Gambar 2.32. P
Gambar 2.32 Sketsa prinsip statika kesetimbangan Sumber : Popov, 1991
Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung dari arah gaya. P
B
A
Ra
Rb
y
+
-
Gambar 2.33 Sketsa shearing force diagram Sumber : Popov, 1991
II - 44
d. Gaya Normal (Normal Force) Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau B
A
RH
-
RH
+
Gambar 2.34 Sketsa normal force Sumber : Popov, 1991
Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan, sedang bertanda (+) batang tertarik. e. Momen Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut P
+
Gambar 2.35 Sketsa moment bending (+) Sumber : Popov, 1991 P
-
Gambar 2.36 Landasan sketsa moment bending (-) Sumber : Popov, 1991
Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:
II - 45
Ditinjau dari arah kanan -
Bila searah jarum jam (+)
P
P
Bila berlawanan jarum jam (-)
+
Gambar 2.37 Landasan arah kanan Sumber : Popov, 1991
Ditinjau dari arah kiri Bila searah jarum jam (+)
-
Bila berlawanan jarum jam (-) P
+
Gambar 2.38 Landasan arah kiri Sumber : Popov, 1991
II - 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada flow chart Gambar. 3.1. Mulai
Studi Literatur
Studi Lapangan
Perumusan Masalah Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Pengolahan Data
Pengumpulan Data 1. Dokumentasi - Pola Aktivitas Manual Material Handling 2. Wawancara 3. Kuisioner - Kuisioner Nordic Body Map 4. Data postur kerja 5. Data fisiologi (beban kerja) 6. Data anthropometri
Pengolahan Data 1. Perhitungan hasil kuisioner - Kuisioner Nordic Body Map 2. Perhitungan postur kerja - Metode REBA 2. Perhitungan fisiologi (beban kerja) - Perhitungan Energy Expenditure - Perhitungan Energy Cost 3. Perhitungan anthropometri 4. Perhitungan persentil
A
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
III-1
A
Tahap Perancangan
Penyusunan Konsep Perancangan 1. Penjabaran kebutuhan perancangan (Need) - Keluhan pekerja buruh angkut beserta penyebabnya - Penjabaran keinginan ditransformasikan kedalam keinginan 2. Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea) Melalui penjabaran kebutuhan dan keinginan kedalam ide pemecahan masalah Metode Rasional menurut Nigel Cross, 1994 a. Clarifying objectives (penjelasan tujuan dan subtujuan perancangan) b. Establishing functions (penentuan fungsi dalam perancangan) c. Performance specification (penentuan spesifikasi akurat dalam perancangan handtruck)
Penentuan Dimensi Rancangan a. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain pertama b. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain kedua c. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain pertama d. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain kedua e. Perhitungan diameter pegangan (handle) f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck g. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck h. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck i. Perhitungan dimensi panjang lengan ayun (swing arm)
Pembuatan Rancangan a. Pembuatan rancangan gambar 2d, 3d b. Prototipe perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja c. Perencanaan pengoperasian handtruck sebagai alat bantu kerja
Perhitungan Kekuatan Material 0 1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah posisi 90 2. Perhitungan roda - Perhitungan gaya yang diterima roda depan - Perhitungan poros roda 0 - Perhitungan beban yang diterima roda depan 3. Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka belakang 45 4. Perhitungan gaya penyangga pada pegas 5. Perhitungan konstanta pegas 6. Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar Gede 7. Perhitungan batasan pengangkatan dikonversikan kedalam pengangkutan 8. Penentuan dan pemilihan desain handle pada perancangan handtruck
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Material Material Material Material Material Material Material
Penentuan Bahan Material penyusun rangka pipa baja plat rngka penopang landasan bawah pipa pada pegangan Shock absorber plat dudukan roda roda dan pengunci roda roda dan pengunci roda
Estimasi Biaya Rancangan 1. Biaya Material 2. Biaya Non Material 3. Total Biaya Perancangan
A
Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)
III-2
A
Tahap Uji Coba Hasil Perancangan Alat
Evaluasi Hasil Uji Coba Alat Hasil Perancangan Alat Bantu Kerja 1. Pengukuran dan penilaian postur kerja - Metode REBA 2. Perhitungan fisiologi (beban kerja) A. Perhitungan Energy Expenditure B. Perhitungan Energy Cost
Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil
Analisa dan Interpretasi Hasil
Tahap Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan) Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flow chart Gambar 3.1, diuraikan sebagai berikut : 3.1
Tahap Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian
ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi umum manual material handling di Pasar Gede serta merumuskan masalah yang terjadi di Pasar Gede dan upaya dalam memecahkan masalah tersebut dengan menentukan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dalam manual material handling. 3.1.1 Studi Literatur Pada tahap studi literatur dikumpulkan berbagai dokumentasi, hasil-hasil penelitian, dan teori-teori yang diarahkan untuk mendapatkan konsep-konsep penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di Pasar Gede seperti kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja), dan antropometri sebagai landasan dalam tahap-tahap penelitian selanjutnya. Teori-teori tersebut dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan perancangan alat bantu angkut sebagai alat bantu kerja, kemudian dijadikan tinjauan pustaka sebagai kerangka berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
III-3
3.1.2 Studi Lapangan Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di Pasar Gede. Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas manual material handling dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Pasar Gede untuk mencari penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan yang diamati meliputi seperti mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban., dan wawancara langsung dengan pekerja buruh angkut yang berada di Pasar Gede. Pengamatan keseluruhan kegiatan mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban bertujuan untuk mengetahui setiap proses dan aktifitas yang terjadi dalam manual material handling. Wawancara langsung dengan pekerja buruh angkut bertujuan untuk mengetahui data secara umum mengenai umur, lama bekerja, aktivitas jam kerja, dan bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan keinginan pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas pengangkutan. Tahap studi lapangan dilakukan dalam upaya mendapatkan karakteristik permasalahan yang ada dan mengetahui karakteristik obyek yang diteliti. 3.1.3 Perumusan Masalah Permasalahan dirumuskan berdasarkan hasil studi lapangan dan studi literatur yang telah dilakukan. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang terdapat di Pasar Gede yaitu beban kerja pada aktivitas manual material handling yang dilakukan secara over exertion yang menyebabkan kesalahan postur kerja pada pekerja buruh angkut seperti kelelahan pada bagian tubuh tertentu (punggung, pergelangan tangan, lutut, betis dan leher), beban yang diangkut terlalu berat, dan kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios. Berdasarkan permasalahan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang handtruck sebagai alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta, dengan menggunakan kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja), dan mempertimbangkan anthropometri. Dengan merancang handtruck sebagai
III-4
alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. 3.1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah memperoleh rancangan handtruck sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja. 3.1.5 Manfaat Penelitian Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu kerja yang berupa handtruck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.
3.2
Tahap Pengumpulan Data Tahap - tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai peracangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dengan mempertimbangkan anthropometri dan medan di Pasar Gede Surakarta, sebagai berikut: 3.2.1 Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar dan gerakan pola aktivitas manual material handling yang berupa gambar transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih. Kegiatan awal tersebut meliputi: kegiatan pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan memanggul peti buah pada bagian punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan berat beban (considering burden weight), aktivitas menurunkan peti buah (degrading fruit case). Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB.
III-5
3.2.2 Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal mengenai aktivitas kerja, biodata pekerja, aktivitas jam kerja, identitas pekerja, lama bekerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh pekerja buruh angkut. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009 pukul 10.00 WIB. 3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map Kuesioner yang diberikan kepada pekerja pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta, dalam mengidentifikasi keluhan pekerja pad bagian otot dan rasa nyeri melalui kuisioner nordic body map. Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic body map yang diberikan kepada dua puluh empat orang pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja. Responden penelitian ini adalah pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Adapun responden yang terpilih untuk mengisi kuisioner adalah 24 orang buruh angkut tanpa menentukan jumpah sampel yang diinginkan dan dianggap telah mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada di Pasar Gede. Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti menjumpai pekerja buruh angkut di Pasar Gede bagian timur (people on street). Penyebaran kuisioner tersebut dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB. 3.2.4 Data postur kerja Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut Pasar Gede yang terjadi pada aktivitas pengangkatan, pengangkutan, dan aktivitas menurunkan peti buah. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa doumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja 3.2.5 Data Fisiologi Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama pekerja, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah melakukan pengangkutan beban, agar diketahui selisih antara denyut jantung
III-6
sebelum dan sesudah pengangkutan beban. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :
Tahap pertama Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 18 November 2009 pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap kedua Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Senin tanggal 21 November 2009 pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap ketiga Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 23 November 2009 pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap keempat Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Jumat tanggal 25 November 2009 pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi pekerja buruh angkut pada saat dilakukan pengukuran melalui omron meter tidak mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut jantung dengan tepat (valid). 3.2.6 Data Anthropometri Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk bahan pertimbangan ukuran dasar rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede yang melakukan aktvitas manual material handling (pengangkutan peti buah secara manual), berjenis kelamin pria. Pengumpulan data dimensi anthropometri tersebut meliputi: tinggi bahu berdiri (tbb), tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu, dan diameter lingkar
III-7
genggam (dlg) dan lebar jari ke- 2,3,4,5. Pengukuran data anthropometri tersebut dilakukan pada hari Rabu, 9 September 2009.
3.3
Tahap Pengolahan Data
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map Perhitungan kuisioner Nordic Body Map dilakukan dengan cara menghitung dari hasil pengisian kuisioner yang diisi oleh 24 pekerja buruh angkut. Dari hasil pengsian kuisioner Nordic Body Map tersebut, kemudian dihitung besarnya prosentase keluhan pada tiap anggota tubuh pekerja. Perhitungan tersebut dimulai dari hasil perhitungan prosentase yang mengalami keluhan anggota tubuh yang terbesar hingga tingkat prosentase keluhan yang terkecil. Setelah melakukan perhitungan prosentase keluhan anggota tubuh, kemudian memplotkan kedalam grafik prosentase keluhan yang dialami dari pekerja buruh angkut di Pasar Gede. 3.3.2 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body Assessment (REBA) Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh dan kategori level tindakan REBA 3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja A.
Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993 Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data
denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja diukur sesaat sebelum pekerja melakukan pekerjaan. Pengukuran denyut jantung setelah bekerja dilakukan setelah pekerja melakukan kegiatan MMH. Tujuan dari perhitungan energy expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang dikeluarkan) yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat sebelum maupun sesudah bekerja dan menentukan kriteria penggolongan beban kerja. Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4) X2 KE = Et - Ej III-8
dimana : Y = energi (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) B.
Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost) Menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0.0143 kcal / min 3.3.4 Perhitungan Anthropometri Berdasarkan pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut yang telah diungkapkan di atas, peneliti akan melakukan perhitungan variabel anthropometri yang akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menetapkan ukuran awal rancangan handtruck. Pengukuran dimensi anthropometri ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik dan kebutuhan penggunanya. 3.3.5 Perhitungan Persentil Dalam perancangan handtruck perlu dilakukan perhitungan persentil. Perancangan handtruck dalam penelitian ini menggunakan prinsip perancangan alat bantu kerja yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. Persentil yang digunakan adalah persentil ke-5, dan persentil ke-95 (Nurmianto, 2004).
III-9
3.4
Tahap Perancangan
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan Penyusunan konsep perancangan handtruck dilakukan dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Dari data permasalahan yang dialami pekerja buruh angkut tersebut perlu dilakukan konsep perancangan alat bantu aktivitas kerja, dengan tujuan memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja pada pekerja buruh angkut. Penyusunan konsep perancangan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, meliputi: 1.
Penjabaran kebutuhan perancangan (Need).
a.
Keluhan dari pekerja buruh angkut beserta faktor penyebab yang terjadi
b.
Penjabaran mengenai keinginan, kemudian ditransformasikan kedalam kebutuhan pekerja buruh angkut
2.
Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea) Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,
maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan yang telah dibuat sebelumnya. Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, diantaranya: a.
Clarifying Objectives (pemjelasan dari tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan)
b.
Establishing Functions (menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan)
c.
Performance Specification (membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan).
3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi alat yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu : 1.
Penentuan dan perhitungan dimensi Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang
akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi :
III-10
a.
Perhitungan ketinggian pegangan handtruck desain pertama Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang ketinggian handle pada hand truck dari permukaaan jalan adalah tinggi bahu berdiri (tbb).
Persentil ke-95 digunakan agar dapat
mengakomodasi orang yang memiliki tinggi bahu yang tinggi. b.
Tinggi tinggi pegangan handtruck desain kedua Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam untuk menentukan tinggi handtruck pada saat memuat adalah tinggi siku berdiri (tsb). Persentil ke-95 digunakan agar dapat mengakomodasi orang yang memiliki tinggi badan pekerja terutama yang tinggi siku berdiri (ukuran batas atas peganganan) Untuk menentukan ukuran batas bawah tinggi pegangan handtruck desain kedua menggunakan pengukuran titik gaya dorong , momen dan pengukuran sudut kemiringan (menggunakan sin 45 0 ) .
c.
Lebar antar pegangan (handle) desain pertama Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang ukuran lebar handle desain pertama dalam perancangan hendtruck adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-95.
d.
Lebar antar pegangan (handle) desain kedua Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang ukuran lebar handle desain kedua dalam perancangan hendtruck adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-50
e.
Diameter pegangan (handle) Data dimensi antropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang panjang diameter pada handle hendtruck adalah diameter genggam telapak tangan (dgtt) dengan Persentil ke-95
f.
Perhitungan panjang genggam handle (pegangan) Data dimensi anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan handtruck dengan nyaman.
III-11
g.
Panjang landasan handtruck Untuk menentukan dimensi panjang landasan bawah dibuat setidaknya sebesar dua pertiga dari ukuran maksimal panjang peti yang dimuatkan (panero dan zelnik)
h.
Lebar landasan handtruck Untuk menentukan dimensi lebar landasan bawah dibuat setidaknya dari ukuran maksimal lebar peti yang dimuatkan atau mengikuti acuan lebar bahu dengan Persentil ke-95.
i.
Menentukan panjang lengan ayun (swing arm) Untuk menentukan dimensi panjang lengan ayun (swing arm) menggunakan konsep pengukuran mekanika teknik dengan mengtung besarnya gaya dan momen pada sumbu x maupun y
3.4.3 Pembuatan Rancangan Pembuatan rancangan dilakukan melalui pembuatan gambar, pembuatan dan pembuatan wujud rancangan benda asli beserta penggunaan hasil rancangan (prototype). Pembuatan gambar rancangan melalui pembuatan model gambar 2d dan 3d software solid work. Selain pembuatan rancangan gambar maka ditentukan fungsi dari masing – masing komponen dalam perancangan (prototipe dalam perancangan) dan proses perencanaan pengoperasian handtruck. 3.4.4 Perhitungan Kekuatan Material Perhitungan kekuatan material diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan handtruck yang akan dibuat. Perhitungan kekuatan material meliputi meliputi penentuan beban, perhitungan gaya, momen pada titik kritis dan perhitungan kekuatan pemilihan material kerangka dalam perancangan handtruck. Perhitungan teknik dalam peracangan handtruck akan diuraikan, sebagai berikut : 1.
Kondisi kekuatan pipa rangka landasan bawah berdiri tegak posisi 90 0
2.
Perhitungan gaya, poros dan beban yang diterima roda
3.
Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka posisi 45 0
4.
Perhitungan gaya pada penyangga pegas
5.
Perhitungan konstanta pegas
6.
Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar Gede
III-12
7.
Perhitungan batas pengangkatan dan dikonversikan kedalam pengangkutan
8.
Perhitungan dan pemilihan desain pada handle.
3.4.5 Penentuan Bahan Material Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun komponen lainnya. 3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perancangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa handtruck apabila alat bantu tersebut dibuat. Biaya yang dihitung meliputi 1.
Biaya material, yang berisi perhitungan biaya komponen penyusun pembuatan rancangan
2.
Biaya non material meliputi biaya tenaga kerja ditambah dengan biaya permesinan kemudian ditambah dengan biaya ide pembuatan rancangan yang berasal dari desainer (perancang)
3.
Total biaya perancangan meliputi total biaya material ditambah dengan total biaya non material.
3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Hasil Perancangan Alat Bantu Kerja Setelah alat bantu kerja yang berupa handtruck selesai dibuat, kemudian diuji cobakan kepada 24 orang pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja dan fisiologi (beban kerja) para pekerja. Langkah pertama yaitu dengan mendokumentasikan aktivitas pekerja dengan menggunakan camera digital melalui dokumentasi dapat digunakan dalam penilaian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assessment. Langkah kedua yaitu dengan melakukan pengukuran denyut jantung sebelum bekerja dengan menggunakan omronmeter (tensimeter digital). Langkah ketiga dilakukan dengan mengukur denyut jantung
III-13
pekerja setelah bekerja. Pengukuran denyut jantung para pekerja digunakan untuk menentukan energy expenditure dan energy cost pekerja.
3.5
Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, energy expenditure dan energy cost yang dikeluarkan masing – masing pekerja, menganalisa hasil perancangan alat bantu kerja, dilihat dari segi kelebihan maupun kekurangan dalam perancangan, analisa mekanisme proses pengangkatan dan pengangkutan peti, analisis kekuatan rangka dan material dalam perancangan handtruck, menganalisa perhitungan total biaya akhir dalam perancangan perancangan handtruck serta kerangka berpikir mengenai interpretasi perancangan dengan pengertian bahwa apakah hasil perancangan tersebut sudah lebih baik atau belum.
3.6
Tahap Kesimpulan dan Saran Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan, akan ditarik suatu
kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari kesimpulan tersebut diharapkan lahirnya saran dan usulan perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dilokasi Pasar Gede Surakarta serta saran untuk penelitian selanjutnya.
III-14
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck untuk pekerja buruh angkut. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada sub bab di perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck. 4.1
Pengumpulan Data Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Juni s/d
November 2009 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan, diantaranya: pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, wawancara, dan penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pekerja buruh angkut pada aktivitas pengangkutan peti. 4.1.1 Dokumentasi Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut pada aktivitas manual material handling dengan pengambilan gambar pada saat pekerja memanggul beban pada bagian punggung tanpa menggunakan landasan tubuh yang memadai seperti menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung. Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB. Pola aktivitas manual material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut No
1
Dokumentasi
Aktivitas
Keterangan
Resiko
Posisi awal pada saat mengangkat peti buah dari muatan truk
Sikap kerja: kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, kepala condong kedepan, posisi lutut pada kaki menekuk dan punggung membungkuk.
Cidera pada bagian lengan, bahu, kaki dan punggung.
IV - 1
Lanjutan Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut No
2
3
4
Dokumentasi
Aktivitas
Keterangan
Resiko
Aktivitas memanggul peti buah pada bagian punggung pekerja
Sikap kerja: bertumpu pada bagian punggung pekerja, kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, telapak tangan mencengkram peti buah, punggung dan bagian leher menekuk kearah bawah.
Cidera pada bagian lengan bawah,telapa k tangan, punggung , dan leher.
Aktivitas pada saat pekerja menimbang berat peti yang berisi buah
Sikap kerja: bagian punggung dan lengan bawah pekerja kearah belakang, tumpuan lutut dan pergelangan kaki menekuk kearah depan.
Cidera pada bagian punggung lutut dan pergelangan kaki
Aktivitas pekerja pada saat meletakkan dan menyusun peti buah
Sikap kerja: kepala dan leher merunduk, bagian perut menahan beban, punggung membungkuk, lengan bawah kearah belakang dan telapak tangan mencengkram peti buah.
Cidera pada bagian kepala, leher, punggung, perut, lengan bawah, dan telapak tangan.
Sumber : Dokumentasi dan observasi lapangan, 2009
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa terdapat empat aktivitas manual material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut antara lain kegiatan awal pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan memanggul peti pada bagian punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan berat beban (considering burden weight), aktivitas meletakkan dan menyusun peti buah (degrading fruit case). Aktivitas manual material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut masih menggunakan tenaga manusia (manual), sehingga dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety Commission 1997, batas pengangkatan beban material secara manual dengan muatan diatas 50 kg memerlukan fasilitas kerja berupa peralatan mekanis (Suhardi dkk, 1997). Sedangkan pada kondisi aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan
IV - 2
aktivitas pengangkatan beban sebesar 55 kg. Maka peneliti memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja dengan merancang alat bantu kerja yang berupa handtruck. Apabila aktivitas manual material handling tersebut dilakukan secara berulang – ulang dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akan menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot muscolosceletal. Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat Batas Angkat Level Tindakan (Kg) 1
Dibawah 16
Tidak diperlukan tindakan khusus
2
16 - 34
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3
34 - 50
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job design
4
Diatas 50
Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Pola aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut pada saat aktivitas bongkar muat peti dapat dilihat pada Lampiran 1. Penjabaran pola aktivitas manual material handling dapat dilihat pada Tabel 4.3. dibawah ini : Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling No
Atribut manual material handling
Kondisi Awal Manual dengan memanggul beban pada punggung
Satuan
1.
Cara pengangkutan beban
2.
Jumlah pekerja
24
pekerja
3.
Rata – rata beban yang diangkut
55
kg
4.
Total frekuensi aktivitas pengangkutan beban dalam 1 hari
3080
kg
IV - 3
-
Lanjutan Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling Atribut manual material handling
Kondisi Awal
Satuan
5.
Waktu yang dibutuhkan untuk 1x aktivitas pengangkutan beban (aktivitas bongkar muat beban dari truk hingga ke kios pedagang)
5
menit
6.
Rata – rata total aktivitas pengangkutan beban dalam 1 hari (loading dan unloading)
56
kali
7.
Jarak antara truk hingga kios pedagang
± 35
meter
No
Sumber : Pencatatan data dan observasi lapangan, 2009
4.1.2 Wawancara Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009 pukul 10.00 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi awal yang dilakukan secara langsung dari pekerja buruh angkut mengenai biodata pekerja, aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh pekerja buruh angkut. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja buruh angkut pasar diketahui bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu kali aktivitas pengangkutan peti secara keseluruhan selama 1,5 s/d 2 jam, (tergantung besarnya muatan). Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang berakhirnya aktivitas. Berdasarkan hasil dari wawancara juga dapat diketahui bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan keinginan pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas pengangkutan. Selain itu wawancara tersebut menanyakan data pekerja dan umur pekerja. biodata pekerja buruh angkut dari hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut ini data umur dan masa kerja buruh angkut dapat dilihat pada Tabel 4.4. dibawah ini : Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut Umur (tahun) Masa Kerja (tahun)
Keterangan Range Rata - Rata
28-37 32
Sumber : Wawancara, 2009
IV - 4
3 s/d 7 5
4.1.3 Kuesioner Nordic Body Map Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic body map yang diberikan kepada dua puluh empat orang pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja. Waktu penyebaran dan pengumpulan data kuisioner nordic body map dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB. Pengisian kuisioner nordic body map dilakukan langsung oleh pekerja dengan cara memberikan tanda silang (X) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan. Kuisioner nordic body map dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.1.4 Data Postur Kerja Pencatatan data postur kerja pada pekerja buruh angkut dilakukan pada hari Jumat tanggal 18 Januari 2010. Sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede pada aktivitas memanggul beban pada bagian punggung cenderung tanpa menggunakan landasan tubuh yang memadai seperti menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung atau menggunakan alat bantu kerja berupa handtruck maupun kereta dorong. Tabel 4.5 menunjukkan beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas pengangkatan meupun pengangkutan peti dengan kapasitas berta 55 kg. Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti dengan kapasitas 55 kg. Gerakan ke Ga mbar Keterangan 1.
Aktivitas pengangkatan peti berkapasitas 55 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 52o, pergerakan leher membungkuk dan menekuk dengan sudut sebesar 31o , posisi lengan tangan kebelakang mencengkaram peti dengan sebesar 330, posisi lutut menekuk dengan sudut sebesar 120
IV - 5
Lanjutan Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti dengan kapasitas 55 kg. Gerakan ke Ga mbar Keterangan 2.
Aktivitas pengangkutan peti berkapasitas 55 kg. Pergerakan
punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 55o. pergerakan leher menengadah kearah depan dengan sudut sebesar 36o kaki menekuk 180 3.
Aktivitas meletakkan peti berkapasitas 55 kg. Posisi pergerakan punggung membungkuk dengan sudut 90o, pergerakan leher membungkuk dan condong kebawah dengan sudut sebesar 34o Posisi lutut menekuk dengan sudut 90 . Poisisi lengan atas lurus kebelakang membentuk sudut 900
Sumber : Pencatatn data dan dokumentasi Pasar Gede, 2010
4.1.5 Data Fisiologi Kerja Pencatatan data fisiologi pekerja buruh angkut dimulai pada hari senin tanggal 19 s/d hari kamis tanggal 22 November 2009. Pencatatan tersebut meliputi: nama pekerja, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali tahap pengukuran. Pengukuran denyut jantung pekerja buruh angkut dapat dilihat pada gambar Lampiran 4.1 dan Lampiran 4.2. Pengukuran denyut jantung pada saat sebelum dan sesudah melakukan aktivitas bekerja dapat digunakan sebagai perhitungan energy expenditure dan energy cost yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pengangkutan beban
IV - 6
kerja. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali percobaan. Adapun data pengukuran denyut jantung dapat dilihat pada Lampiran 4.3, Lampiran 4.4, Lampiran 4.5 dan Lampiran 4.6. 4.1.6 Data Anhtropometri Pengukuran data anthropometri dilakukan pada hari Rabu, 9 September 2009. Pengukuran ini dilakukan kepada 24 responden. Data anthropometri yang dipakai adalah tinggi bahu berdiri, tinggi siku berdiri, lebar bahu, diameter lingkar genggam, dan lebar jari ke-2,3,4,5. Pengambilan gambar pengukuran data dimensi anthropometri pekerja buruh angkut dapat dilihat pada gambar Lampiran 5.1. Penggunaan dimensi antropometri dapat dijelaskan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri Dimensi Antropometri
Cara Pengukuran
Tinggi bahu berdiri (tbb)
Ukur jarak vertikal dari permukaan lantai ke bahu pekerja
Tinggi siku berdiri (tsb)
Mengukur jarak vertical antara siku bagian bawah dengan permukaan lantai pada posisi berdiri
Lebar bahu (lb)
Subjek berdiri tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan Ukur diameter panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari tengah saat mengepal (menggenggam) Ukur jarak antara kelingking bagian terluar dengan jari telunjuk bagian terluar
Diameter lingkar genggam (dlg)
Lebar jari ke-2,3,4,5 (lj)
Sumber : Pengumpulan data, 2009
IV - 7
Kegunaan Untuk menentukan tinggi pegangan (handle) handtruck pada saat memuat beban dan memberi kenyamanan bagi operator Untuk menentukan ketinggian pegangan (handle) handtruck, ketika handtruck dimiringkan pada saat mendorong Untuk menentukan lebar pegangan (handle) handtruck Untuk menetukan diameter pegangan (handle) pada handtruck
Untuk menentukan panjang pegangan (handle) handtruck
4.2 Tahap Pengolahan Data 4.2.1 Perhitungan Hasil Rekap wawancara Perhitungan hasil rekap wawancara dan prosentase keluhan pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta mengenai keluhan, ketidaknyamanan dan kesulitan pada pengangkutan peti yang berisi buah – buahan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berikut merupakan wawancara (pertanyaan) yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan pada aktivitas pengangkutan peti. 1. Ketidaknyamanan seperti apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas pengangkutan peti yang berisi buah – buahan? 2. Kesulitan apa saja yang anda alami ketika sedang melakukan aktivitas pengangkutan peti yang berisi buah – buahan? 3. Kesulitan apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas pengangkutan barang (akses keluar masuk kios) ? Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja mengenai keluhan pada aktivitas pengangkutan peti No Keluhan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase 1
2 3
Kelelahan pada bagian tubuh tertentu terutama pada bagian punggung, pergelangan tangan, lutut, betis dan leher. Beban yang diangkut terlalu berat Kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios
24
100%
24 24
100% 100%
Sumber : Pengolahan data, 2009
Selain itu wawancara yang ditujukan kepada buruh angkut bertujuan untuk mengetahui keinginan pekerja yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan alat bantu kerja. Tabel 4.8. menunjukkan beberapa pernyataan keinginan pekerja buruh angkut mengenai alat bantu kerja pada aktivitas pengangkutan peti. No. 1.
2.
Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase Perlunya alat bantu yang berupa handtruck yang berfungsi untuk mengurangi kelelahan pada bagian tubuh pekerja dan memperbaiki postur kerja. Perlunya alat bantu kerja yang berfungsi untuk mengurangi beban kerja (merubah sikap kerja dari posisi memanggul beban pada bagian punggung dengan merancang handtruck pada saat aktivitas pengangkutan beban)
IV - 8
24
100 %
24
100 %
Lanjutan Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut No. Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah 3.
Perlunya alat bantu handtruck untuk mempermudah aktivitas pengangkutan (dengan mempertimbangkan medan maupun lebar gang antar kios).
20
Persentase 83.3 %
Sumber : Pengolahan data, 2009
Pada penelitian ini, hasil dari wawancara mengenai keinginan pekerja yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan adalah pernyataan ke satu dan dua, karena pada dasarnya para pekerja buruh angkut menginginkan sebuah alat bantu yang dapat mengurangi kelelahan pada bagian tubuh dan mengurangi beban kerja dengan cara memperbaiki postur kerja dan merubah sikap kerja dari posisi memanggul beban pada bagian punggung dengan merancang handtruck pada saat aktivitas pengangkutan beban. 4.2.2 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map Persentase keluhan yang dialami oleh dua puluh empat pekerja dapat dilihat pada Grafik 4.1.
Grafik 4.1 Persentase keluhan tubuh pekerja Sumber : Pengumpulan data, 2009
Berdasarkan Grafik 4.1 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota tubuh pekerja dapat diketahui bahwa dua puluh empat pekerja mengalami keluhan yang berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan terbesar terjadi pada organ tubuh punggung dan bagian lutut sebesar 100 %. Organ tubuh bagian pinggul sebesar 87,5 %. Pada bagian betis sebesar 87.5 %. Bagian pergelangan kaki sebesar 83.3%. Pada baian organ tubuh terutama bahu
IV - 9
sebesar 79.2 %. Hasil dari perhitungan prosentase keluhan pekerja dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil kuesioner nordic body map, untuk sikap kerja secara manual, dan sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot muscolosceletal. 4.2.3 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan REBA Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan pekerja pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) untuk mengetahui aman tidaknya postur kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut Pasar Gede, sebagai berikut: Fase gerakan pertama
Gambar 4.1 Aktivitas pengangkatan peti Sumber : Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 52o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3) b. Leher (Neck)
IV - 10
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 31o terhadap sumbu tubuh ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut menekuk 120 sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1 = 2) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:3
Leher (neck)
:2
Kaki ( legs)
:2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 5 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.1 Table A Neck 1 2 Trunk Legs 1 2 3 4 1 3 4 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 5 3 4 5 6 4 2 2 4 5 6 4 5 6 7 5 3 3 5 6 7 5 6 7 8 6 4 4 6 7 8 6 7 8 9 7 5
3 2
3
4
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada
IV - 11
data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 5 Berat beban = 2 Total skor A = 5 + 3 = 8 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 330 terhadap sumbu tubuh. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah membentuk sudut 420 sejajar terhadap lengan atas. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15° Flexion membentuk sudut 450. Pada kegiatan ini pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:2
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
IV - 12
yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.10 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.2 Lower Arm Table B 1 2 1 1 2 3 1 2 2 3 4 5 6
1 3 4
2 4 5
3 5 5
1 4 5
2 5 6
3 4 5 7
6 7
7 8
8 8
7 8
8 9
8 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 4 + 0 = 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan kotak dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 8 Skor B = 4 Pada kolom skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9 Score A
Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2 Table C Score B, (table B value + coupling score)
(score from t e bl e A+load/force score)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 2 3 4 5
1 1 2 3 4
1 2 3 4 4
1 2 3 4 4
2 3 3 4 5
3 4 4 5 6
3 4 5 6 7
4 5 6 7 8
5 6 7 8 8
6 6 7 8 9
7 7 8 9 9
7 7 8 9 9
7 8 8 9 9
IV - 13
Lanjutan Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2 Score A Table C (score from Score B, (table B value + coupling score) t e bl e A+load/force score)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6 7 8 9 10 11 12
6 7 8 9 10 11 12
6 7 8 9 10 11 12
6 7 8 9 10 11 12
7 8 9 10 11 11 12
8 9 10 10 11 12 12
8 9 10 10 11 12 12
9 9 10 11 11 12 12
9 10 10 11 12 12 12
10 10 10 11 12 12 12
10 11 11 12 12 12 12
10 11 11 12 12 12 12
10 11 11 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit). Berdasarkan tabel 4.11, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =9+1 = 10
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut: Batang tubuh 3
Leher
Tabel A 5
2
Beban 3
+
Skor A 8
=
Kaki 2 Skor C 9
+
Skor aktivitas 1
Final Skor 10
=
Lengan atas 2
Lengan bawah 2
Tabel B 4
+
Kopling 0
=
Skor B 4
Pergelangan tangan 3
Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 14
Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. Fase gerakan kedua
Gambar 4.4 Aktivitas pengangkutan peti Sumber: Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 55o. (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3) b. Leher (Neck) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 36o terhadap sumbu tubuh. ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pekerja berjalan dengan kaki agak ditekuk 180 terhadap sumbeu tubuh. (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
IV - 15
Kode REBA adalah : Punggung ( trunk)
:3
Leher (neck)
:2
Kaki ( legs)
:1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 4 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.12 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.3 Neck 1 2 Legs 1 2 3 4 2 3 4 1 1
Table A Trunk 1 2 3 4 5
1 2 2 3 4
2 3 4 5 6
3 4 5 6 7
4 5 6 7 8
1 3 4 5 6
2 4 5 6 7
3 5 6 7 8
4 6 7 8 9
3 4 5 6 7
3 2
3
4
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 4 Berat beban = 3 Total skor A = 4 + 3 = 7 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan lengan atas kebelakang sebesar 660 terhadap sumbu tubuh.
IV - 16
(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke belakang sejajar dengan lengan atas. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2) c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan termasuk dalam range pergerakan >15° Extention. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3) Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:2
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 5. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.3 Lower Arm Table B 1 2 Upper Wrist 1 2 3 1 2 Arm 1 1 2 3 1 2 2 1 2 3 1 2 3 3 4 5 4 5 4 4 5 5 5 6 5 6 7 8 7 8 IV - 17
3 3 4 5 7 8
Lanjutan Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.3 Lower Arm Table B 1 2 6 7 8 8 8 9 9 Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good
karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat
dijangkau oleh genggaman tangan. Jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B menggunakan tabel C. Skor A = 7 Skor B = 5 Pada baris skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9. Score A (score from t e bl e A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.3 Table C Score B, (table B value + coupling score) 1 1 1 2 3 4 6 7 8
2 1 2 3 4 4 6 7 8
3 1 2 3 4 4 6 7 8
4 2 3 3 4 5 7 8 9
5 3 4 4 5 6 8 9 10
6 3 4 5 6 7 8 9 10
7 4 5 6 7 8 9 9 10
8 5 6 7 8 8 9 10 10
9 6 6 7 8 9 10 10 10
10 7 7 8 9 9 10 11 11
11 7 7 8 9 9 10 11 11
12 7 8 8 9 9 10 11 11
9 10 11
9 10 11
9 10 11
10 11 11
10 11 12
10 11 12
11 11 12
11 12 12
11 12 12
12 12 12
12 12 12
12 12 12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
IV - 18
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit). Berdasarkan perhitungan kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =9+1 = 10.
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut: Batang tubuh 3
Leher
Tabel A 4
2
Beban 3
+
Skor A 7
=
Kaki 1 Skor C 9
+
Skor aktivitas 1
=
Final Skor 10
Lengan atas 2
Lengan bawah 2
Tabel B 5
+
Kopling 0
=
Skor B 5
Pergelangan tangan 3
Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. Fase gerakan ketiga
Gambar 4.6 Aktivitas penurunan peti Sumber: Pasar Gede, 2010
IV - 19
Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 90o. ( Skor REBA untuk pergerakan punggung ini adalah 4) b. Leher (Neck) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 34o terhadap sumbu tubuh. (Skor REBA untuk pergerakan leher ini adalah 2) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut menekuk 90 sehingga dikenai skor 1. (Skor REBA untuk pergerakan kaki ini adalah 1 + 1 = 2) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk)
:4
Leher (neck)
:2
Kaki ( legs)
:2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 4 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4 Table A Neck 1 2 Trunk Legs 1 2 3 4 3 4 1 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 5 3 4 5 6 4 2
IV - 20
3 2
3
4
3 5
5 6
6 7
Lanjutan Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4 Table A Neck 1 2 Trunk Legs 1 2 3 4 1 3 4 2 2 4 5 6 4 5 6 7 3 3 5 6 7 5 6 7 8 4 4 6 7 8 6 7 8 9 5
3 1
2
3
4
5 6 7
6 7 8
7 8 9
8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 5 Berat beban = 3 Total skor A = 5 + 3 = 8 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa lengan atas lurus kebelakang hampir membentuk sudut 900 terhadap sumbu tubuh. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3 + 1 = 4). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke belakang sejajar dengan lengan atas. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini adalah 2). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15° Flexion. Pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
IV - 21
Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:4
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 4 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 7. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.16 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.4 Lower Arm Table B 1 Upper Wrist 1 2 3 1 Arm 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 5 4 4 5 6
2 2
3
2
3
2
4 5 7
4
5
5
5
5 6
6
7
8
7
8
8
7
8
8
8
9
9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 7, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 7 + 0 = 7. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 8 Skor B = 7
IV - 22
Pada baris skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 7 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 10. Tabel 4.17 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2 Table C Score B, (table B value + coupling score)
Score A (score from t e bl e A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2
1 2 3
1 2 3
2 3 3
3 4 4
3 4 5
4 5 6
5 6 7
6 6 7
7 7 8
7 7 8
7 8 8
3 4 6 7 8 9 10 11
4 4 6 7 8 9 10 11
4 4 6 7 8 9 10 11
4 5 7 8 9 10 11 11
5 6 8 9 10 10 11 12
6 7 8 9 10 10 11 12
7 8 9 9 10 11 11 12
8 8 9 10 10 11 12 12
8 9 10 10 10 11 12 12
9 9 10 11 11 12 12 12
9 9 10 11 11 12 12 12
9 9 10 11 11 12 12 12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit). kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas = 10 + 1 = 11
IV - 23
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut Batang tubuh 4
Leher
Tabel A 5
2
Beban 3
+
Skor A 8
=
Kaki 2 Skor C 10
+
Skor aktivitas 1
=
Final Skor 11
Lengan atas 4
Lengan bawah 2
Tabel B 7
+
Kopling 0
=
Skor B 7
Pergelangan tangan 3
Gambar 4.7 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 4 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sangat tinggi yaitu secepatnya dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. 4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja A.
Perhitungan enegy expenditure menurut Sanders et al, 1993 Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2 dimana : Y = energi (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini : Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 dimana :
IV - 24
Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 dimana : Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun). Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 = 1,80411 – (0,0229038 x 65) + (4,71733 x 10-4 x (65)2) = 1,80411 – 1,488747 + 1.9931 = 2,308463 kkal/menit Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 = 1,80411 – (0,0229038 x 130) + (4,71733 x 10-4 x (130)2) = 1,80411 – 2,977494 + 7.9723 = 6,798916 kkal/menit Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) = 6,798916 kkal/menit - 2,308463 kkal/menit = 4.490453 kkal/menit Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja dapat dilihat dalam Tabel 4.18. dibawah ini : Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut Denyut Jantung No.
Nama
Umur
Pekerja
1 2 3 4 5
Santoso Anwar Budi Coirul Amin
Berat
(per menit)
Yb
Yt
Badan
30 29 32 28 35
53 60 62 55 55
EE (kkal/menit)
Sebelum Bekerja 65 65 70 63 72
IV - 25
Setelah Bekerja 130 128 140 125 143
2.3084 2.3084 2.5123 2.2335 2.6005
6.7989 6.6013 7.8435 6.3120 8.1753
4.4905 4.2929 5.3312 4.0785 5.5748
Lanjutan Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut Denyut Jantung No.
Nama
Umur
Pekerja
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
Berat
(per menit)
Yb
Yt
Badan
31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
59 63 57 56 58 58 54 61 63 54 63 59 58 57 59 62 64 58 60
EE (kkal/menit)
Sebelum Bekerja 65 71 72 65 75 72 65 65 71 65 66 65 72 63 67 68 73 73 74
Setelah Bekerja 135 141 140 138 152 142 129 137 140 128 135 129 147 130 135 138 145 141 150
2.3084 2.5559 2.6005 2.3084 2.7398 2.6005 2.3084 2.3084 2.5559 2.3084 2.3473 2.3084 2.6005 2.2335 2.3872 2.4279 2.6460 2.6460 2.6924
7.3094 7.9532 7.8435 7.6271 9.2217 8.0638 6.6996 7.5202 7.8435 6.6013 7.3094 6.6996 8.6309 6.7989 7.3094 7.6271 8.4012 7.9532 8.9825
5.0010 5.3973 5.2430 5.3186 6.4818 5.4633 4.3912 5.2118 5.2876 4.2929 4.9621 4.3912 6.0304 4.5654 4.9223 5.1991 5.7552 5.3072 6.2901
Sumber: Pengolahan data, 2009
Kategori penggolongan kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure dari masing – masing pekerja dapat dilihat dalam Lampiran 7.1. Berdasarkan perjitungan dari Tabel 4.18 diatas, besarnya energy expenditure yang dikeluarkan maka pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat (heavy work) untuk pekerja Budi, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono, Bambang, Budiman, Joko, Wawan, Suwondo, Fajar, Heru, Tono, Sujimin dan Harun.. Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Coirul, Andri, Juno, Akbar, Yono, Ratman dan Togar, jenis pekerjaan tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate work ). Berdasarkan perhitungan denyut jantung pekerja, dapat diketahui bahwa denyut jantung yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya pengukuran denyut jantung sebelum bekerja sebesar 75 denyut/menit, sedangkan besarnya denyut jantung pada saat setelah bekerja (setelah aktivias pengangkutan beban 110 kg) sebesar 152 denyut/menit. Hal
IV - 26
tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja pada saat membawa beban yang melebihi batas angkat beban. Grafik perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.2.
Denyut Jantung (per menit)
Grafik Perbandingan Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah Bekerja 200 Kecepatan Denyut Jantung Sebelum Bekerja
150 100
Kecepatan Denyut Jantung Sesudah Bekerja
50 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Responden
Grafik 4.2 Perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja Sumber : Pengolahan data, 2010
Penjelasan kriteria pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993 dapat dilihat dalam Lampiran 7.2. B.
Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost = Energy Cost (watt) HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0,0143 kcal / min Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Santoso (30 tahun). E – Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G = -1967 + 8.58.(130) + 25.1 (65.75) + 4.5.(30) – 7.47 (65) + 67.8 (0)
IV - 27
= - 1967 +1115.4 + 1650,32 – 485.55 + 0 = 448,13 watt 6,41 kcal/min Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja untuk seluruh pekerja dapat dilihat dalam Tabel 4.19 dibawah ini No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Name
Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja Height Gender Heart Energy Energy Cost Grade of Work Age Rate Cost ( bpm ) ( years )
( inchi )
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
65.75 66.93 69.39 65.35 66.54 66.14 67.32 66.14 66.14 66.54 65.75 66.54 69.39 68.50 66.14 69.39 66.54 66.14 65.35 66.54 66.54 68.11 66.54 66.93
(m = 0 ;f=1) male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male
Resting Heart Rate 65 65 70 63 72 65 71 72 65 75 72 65 65 71 65 66 65 72 63 67 68 73 73 74
Working Heart Rate 130 128 140 125 143 135 141 140 138 152 142 129 137 140 128 135 129 147 130 135 138 145 141 150
( kcal/min ) 6.41 6.52 8.54 5.74 7.86 7.23 7.81 7.22 7.60 8.77 7.26 6.57 8.64 8.11 6.30 8.29 6.50 8.14 6.35 7.15 7.42 8.56 7.38 8.71
Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work
Sumber: Pengolahan data, 2009
Berdasarkan Tabel 4.19. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat (heavy work) untuk pekerja Budi, Amin, Rusmanto, Bambang, Budiman, Wawan, Suwondo, Akbar, Fajar, Tono, Harun. Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Hardi, Sartono, Joko, Coirul, Andri, Juno, Yono, Ratman, Togar, Sujimin, Heru, jenis pekerjaan tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate work ). Penjelasan kriteria pekerjaan berdsarkan energy cost pekerja menurut Kamalakannan et al, 2007 dapat dilihat Lampiran 7.3. IV - 28
4.2.4 Perhitungan Anhtropometri Variabel data anhtropometri yang akan digunakan untuk pertimbangan merancang handtruck sebagai alat bantu kerja adalah tinggi bahu berdiri (tbb), tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu (lb), diameter lingkar genggam (dlg), dan lebar jari ke-2,3,4,5. Adapun hasil pengukuran data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede dapat dilihat dalam Lampian 8. Contoh perhitungan manual dilakukan dengan cara menghitung rata-rata ( x ) dan standar deviasi ( x ) dari masing-masing variabel data anthropometri pekerja buruh angkut. Contoh perhitungan manual rata-rata dan standar deviasi untuk tinggi bahu berdiri :
x =
136 139 140 .... 137 24
= 139,88
x =
(136 139,88) 2 (139 139,88) 2 (140 139,88) 2 ... (137 139,88) 2 24 1
= 1,73 Rekap hasil perhitungan antropometri pekerja buruh angkut dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi No. x x Dimensi manusia 1. 2. 3. 4. 5.
Tinggi bahu berdiri Tinggi siku berdiri Lebar bahu Diameter lingkar genggam Lebar jari ke-2,3,4,5
139,88 120,13 40,13 3,29 6,96
1,73 6,15 1,51 0,41 1,04
Sumber : Pengolahan data, 2009
4.2.5 Perhitungan Persentil Dari data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede dapat dihitung persentilnya. Persentil yang digunakan pada perancangan alat bantu kerja ini yaitu persentil 5, 50 dan 95. Penentuan persentil ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa persentil ini dapat mengakomodasi data persentil 5, 50 dan 95, sehingga populasi dapat terlayani (Nurmianto, 2004). Berikut ini merupakan contoh perhitungan manual persentil untuk data anthropometri tinggi bahu berdiri (tbb).
IV - 29
P5 = x 1,645 x = 139,88 − (1,645 × 1,73) = 137,03 cm
P50 = x
= 139,88 cm
P95 = x 1,645 x = 139,88 + (1,645 × 3,34) = 142,72 cm Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil perhitungan persentil bagi masing-masing data anthropometri yang disajikan pada Tabel 4.21. Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil data antropometri Ukuran Dimensi Tubuh (dalam cm) No Dimensi Tubuh 1. 2. 3. 4. 5.
Tinggi bahu berdiri Tinggi siku berdiri Lebar bahu Diameter lingkar genggam Lebar jari ke-2,3,4,5
x
x P5
x P50
x P95
1,73 6,15 1,51 0,41 1,04
137,03 110,01 37,64 2,61 5,24
139,88 120,13 40,13 3,29 6,96
142,72 130,25 42,61 3,97 8,67
Sumber : Pengolahan data, 2009
Pada Tabel 4.21. disajikan nilai persentil 5, 50 dan 95 bagi masing-masing data anthropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan standar deviasi ( x ).Untuk perhitungan persentil dimensi antropometri yang lain dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada penentuan ukuran handtruck yang akan dirancang.
4.3
Tahap Perancangan
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan mengacu pada data studi pendahuluan yang diperoleh. Data studi pendahuluan ini menunjukkan fakta yang tejadi di tempat penelitian dan memberikan informasi tentang apa yang diinginkan pekerja. Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan cara menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan yang dilanjutkan dengan pengembangan ide perancangan sesuai dengan kebutuhan yang telah dibuat sebelumnya. Penjabaran konsep perancangan tersebut akan dibagi kedalam beberapa tahapan, diantaranya:
IV - 30
1.
Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need) Informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan
wawancara menunjukkan bahwa pekerja belum menemukan kenyamanan dalam melakukan aktivitas pekerjaan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.22. Faktor ketidaknyamanan ini dipertegas dari hasil kuisioner yang menunjukkan adanya keluhan rasa sakit, nyeri, pegal, kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh pekerja seperti ditunjukkan pada grafik Gambar 4.1. Hubungan antara timbulnya keluhan dengan penyebabnya dapat dijelaskan melalui Tabel 4.22. Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja No 1
2 3
Keluhan Pekerja
Faktor Penyebab
Kelelahan pada bagian tubuh tertentu secara cepat
Kesulitan ketika melakukan aktivitas pengangkutan beban sebesar 55 kg Kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios
Pekerja buruh angkut masih menggunakan pengangkutan secara manual (mengangkut beban pada bagian punggung pekerja) Beban yang diangkut oleh pekerja terlalu berat, kapasitas sebesar 55 kg. Jarak antara gang pada kios satu dengan yang lainnya terlalu sempit.
Sumber : Pengumpulan data, 2009
Di lain pihak, pekerja juga menyatakan keinginanya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.23, hasil keinginan dan keluhan pekerja tersebut kemudian dijabarkan menjadi kebutuhan perancangan yang harus dipenuhi. Penjabaran kebutuhan dibuat untuk memperjelas batasan-batasan masalah dalam pembuatan konsep perancangan dan mempermudah tahapan penyelesaian yang harus dilakukan sehingga alat yang akan dirancang sesuai dengan tujuan. Penjabaran kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan Keinginan Pekerja Perlunya alat bantu kerja berupa handtruck yang berfungsi untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban (kapasitas alat dapat mengangkut beban berkapasitas 110 kg.
Penjabaran Kebutuhan Mengurangi keluhan, kelelahan bagian tubuh dan memperbaiki postur kerja Mampu mengurangi beban kerja
Mampu mengurangi beban kerja
Sumber : Pengumpulan data, 2009
IV - 31
2.
Pembangkitan Gagasan Dalam Perancangan (Idea) Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,
maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan yang telah dibuat sebelumnya. Permasalahan utama yang terjadi pada aktivitas pengangkutan peti adalah tidak menggunakan alat bantu kerja yang memadai sehingga menyebabkan pekerja harus bekerja dengan postur kerja yang tidak tepat menurut ilmu kesehatan. Sebagai contoh postur tubuh pekerja pada saat memanggul beban yang berupa peti terutama posisi punggung membungkuk dikarenakan beban yang berkapasitas 55 kg di letakkan pada bagian punggung pekerja, akibatnya punggung menjadi tumpuan untuk menyangga beban terebut, dan posisi betis dan lutut menekuk pada saat berjalan. Postur kerja yang dilakukan oleh pekerja seperti disebutkan di atas jika dilakukan dalam waktu yang lama dan berulang-ulang sangatlah mungkin untuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, pegal, kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh. Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh dan untuk meminimalkan timbulnya sikap paksa dengan merancang sebuah alat bantu kerja berupa handtruck yang berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban yang diangkut. Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, yang terdiri dari clarifying objectives, establishing functions, dan performance specification untuk menggambarkan konsep perancangan yang akan dilakukan. Beberapa tahapan tersebut adalah : a. Clarifying Objectives Clarifying Objectives bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari perancangan, serta hubungan diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya penjabaran tujuan dan subtujuan dari perancangan dapat dilihat pada pada Gambar 4.8.
IV - 32
Alat Bantu Kerja Pada Aktivitas Pengangkutan Peti Buah
Penjabaran Kebutuhan Kemudahan dalam memposisikan postur kerja
Kemudahan akses keluar masuk kios pada saat aktivitas pengangkutan
Kemudahan pengangkutan beban kerja
Efisiensi fisiologi kerja (energy expenfiture dan energy cost)
Nyaman
Mengurangi keluhan, kelelahan bagian tubuh dan memperbaiki postur kerja
Mengurangi beban kerja
Aman
Kekuatan
Mudah
Mampu mengangkut beban kerja berkapasitas 110 kg
Memberikan tenaga (gaya dorong) pada saat aktivitas loading, unloading dan keadaan permukaan jalan menanjak
Memberikan kemudahan mobilitas pekerja pada saat akses keluar masuk gang antarkios
Gambar 4.8 Clarifying objectives perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009
b. Establishing Functions Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.9. Input Aktivitas kerja pada saat pengangkutan peti buah
Fungsi
Alat Bantu Kerja Pada Aktivitas Pengangkutan Peti Buah
Output Kenyamanan dan memberikan kekuatan tenaga (gaya dorong)
Gambar 4.9 Establising function perancangan Sumber: Pengumpulan data, 2009
Langkah selanjutnya adalah memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10.
IV - 33
Fungsi
Input Alat bantu kerja
Pengukuran perancangan handtruck disesuaikan dengan dimensi anthropomeri
- Pengaturan ukuran perancangan handtruck disesuaikan dimensi anthropometri
Fungsi
Input Alat bantu kerja
Pengukuran handle mempertimbangkan dimensi anthropometri
input
Fungsi
Alat bantu fasilitas kerja
Landasan penopang peti dan rangka penyusun
Fungsi
Pengaturan peletakan dan desain pada bagian handle
Alat bantu kerja
Output Kenyamanan
Output
Aman
Output Kekuatan
- Pemilihan rancangan desain handle berfungsi untuk memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading, unloading dan memberi kekuatan saat mendorong handtruck pada permukaan jalan menanjak - Mengurangi beban kerja terutama pengukuran denyut jantung dan energy expenditure
- Pengaturan peletakan dan desain bagian handle mempertimbangkan medan / permukaan jalan
Input
- Pengaturan ukuran perancangan disesuaikan anthropometri guna memperoleh ukuran perancangan secara ergonomis - Memberikan kenyamanan pada saat aktivitas pengangkutan peti buah
Mampu mengangkut beban 110kg
Komponen landasan dan rangka hand truck berbahan baja
Alat bantu kerja
Kenyamanan
- Memeberikan kenyamanan pada saat menggunakan handtruck - Mengurangi gaya gesek antara permukaan handle dengan telapak tangan pekerja
- Pengaturan ukuran perancangan handle disesuaikan dimensi anthropometri - Penambahan busa / karet handgrip pada bagian handle
Input
Output
Fungsi Pemberian shock absober pada bagian rangka penopang belakang
Output Kekuatan
- Memberikan kekuatan pada bagaian penopang rangka belakang handtruck - Meredam getan dan memberikan kekuatan pada permukaan jalan yang tidak rata
- Pemberian shock absober sepeda motor MIO bagian penopang rangka belakang
IV - 34
Fungsi
Input Alat bantu kerja
Output
Akses mobilitas keluar masuk gang antar kios
Kemudahan
- Akses mobilitas keluar masuk gang antar kios yang dapat dijangkau dan memberikan kemudahan dalam operasional pada saat aktivitas pengangkutan peti buah
- Perancangan handtruck dengan menambahakan komponen roda berjumlah 3 roda - Roda bagian depan berjumlah 2 roda - Roda bagian belakang berjumlah 1 roda - Ukuran lebar landasan peti disesuaikan dengan jarak gang antar kios
Gambar 4.10 Sub-fungsi dasar perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009
c. Performance Specification Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan. Tabel 4.24. menunjukkan penilaian performance specification (spesifikasi kemampuan) dari perancangan yang dilakukan. No
Tujuan
1
Nyaman
2
Aman
Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck Performance Specification Kriteria - Sesuai ukuran anthropometri tubuh pekerja buruh angkut di Pasar Gede - Kemudahan memposisikan posisi tubuh pada saat menoperasikan handtruck -Penyebaran distribusi tekanan pada tiap bagian tubuh merata -Mengurangi gaya gesek antara permukaan handle dengan telapak tangan pekerja
Mampu menahan dan mengankut beban (peti buah) dengan kapasitas 110 kg
IV - 35
Tinggi bahu berdiri (tbb), Tinggi siku berdiri (tsb) Lebar bahu (lb) Diameter lingkar genggam (dlg) Lebar jari ke-2,3,4,5 - Pengaturan ukuran perancangan pegangan (handle) disesuaiakan dengan anthropometri dan perhitungan mekanika teknik - Bagian pegangan (handle) dilengkapi dengan busa atau karet handgrip - Penggunaan material berbahan plat alumunium yang kuat dan tidak licin dalam perancangan handtruck bagian landasan penopang bawah - Penggunaan material berbahan pipa baja berongga alloy A36 rol panas pada bagian rangka landasan penopang bawah handtruck
Lanjutan Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck Performance Specification No Tujuan Kriteria
3
4
Kekuatan
Efisien
-Pemilihan rancangan peletakan dan desain pada handle yang berfungsi untuk memberikan kekuatan -Mengurangi beban kerja
- Pemilihan desain dan posisi peletakan handle, berfungsi memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading, unloading dan kekuatan dorong - Perancangan alat bantu kerja berupa handtruck dengan menambahkan shock absorber pada bagian penopang rangka belakang - Perancangan handtruck menggunakan komponen roda berjumlah 3 buah roda, dengan rincian sebagai berikut : - Roda bagian depan berjumlah 2 roda (tidak bergerak / statis) - Roda bagian belakang berjumlah 1 roda (dapat bergerak / dinamis) - Ukuran lebar landasan peti disesuaikan dengan jarak gang antar kios
Kemudahan akses keluar masuk kios pada saat aktivitas pengangkutan
Sumber: Pengumpulan data, 2009
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan Setelah dilakukan perhitungan persentil, maka langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi perancangan alat bantu kerja berupa handtruck yang akan dirancang. Perhitungan dimensi dilakukan untuk mempertimbangkan ukuran awal rancangan yang akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi : a. Perhitungan ketinggian pegangan (handle) desain pertama perancangan handtruck pada saat memuat peti Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi pegangan (handle) desain pertama dari permukaan jalan pada saat memuat peti (pada posisi berdiri dengan keadaan setimbang) adalah tinggi bahu berdiri (tbb). Persentil ke-95 digunakan agar mengakomodasi orang yang memiliki kelebihan rata – rata tinggi bahu normal. Di samping itu, untuk pekerja yang berbadan kurang tidak akan terganggu kenyamanannya. Perhitungan ketinggian pegangan desain pertama dari permukaan jalan, saat memuat sebagai berikut, sebagai berikut: Tinggi pegangan (handle) desain pertama = tbb (P95) = 142,72 cm 143 cm
IV - 36
dengan catatan : tbb
= tinggi bahu berdiri
P95
= persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil rancangan tinggi pegangan desain pertama perancangan handtruck dari permukaan jalan saat memuat peti sebesar = 142,72 cm 143 cm Gambar dimensi anthropometri tinggi bahu berdiri dapat dilihat dalam Gambar 4.11 dibawah ini.
Handel ke 1
Tinggi bahu berdiri 142 cm
peti
Gambar 4.11 Dimensi anthropometri tinggi bahu berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010
b. Tinggi tinggi pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck dari permukaan jalan pada posisi mengangkut peti (posisi batang miring) Data dimensi yang digunakan sebagai acuan dalam merancang tinggi pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck posisi mengangkut peti (posisi batang miring) menggunakan pengukuran mekanika teknik. diketahui : W1 = berat peti = 110 kg W2 = berat rangka handtruck = 5 kg g = grafitasi = 9,8 m/s2 b.p = batas berat pengangkatan yang diijinkan = 50 kg W.Total = (W1+W2) x g = 115 kg x 9,8 m/s2 = 1127 N
IV - 37
diitanya : tinggi pegangan handtruck desain kedua...... (tmiring) ? jawab : F dorong = b.p x g = 50 kg x 9,8 m/s2 = 490 N Momen dititik z :
Mz 0 W.Total . y – F . x = 0 1127 N . 0,3 m – 490 N . x = 0 x=
1127 N .0,3m 490 N
x = 0,69 m = 69 cm dari hasil perhitungan diatas, maka Fdorong terletak pada titik ketinggian 69 cm. Karena handtruck tersebut sedang berjalan (dalam posisi handtruck miring), maka ukuran tinggi pegangan (handle) perancangan handtruck batas bawah pada desain kedua, dapat dihitung sebagai berikut : sin 45 0 = 0,707
Tinggi.handlebatas.bawah = =
x sin 45 0 69cm 0,707
= 97,59cm 100 cm
Tinggi.handlebatas.atas = tinggi bahu berdiri data anthropometri (P 95) = 130 cm Gambar dimensi anthropometri tinggi siku berdiri dapat dilihat dalam Gambar 4.12 dibawah ini.
IV - 38
Handel ke 2 Tinggi siku berdiri 130 cm
100 cm
Gambar 4.12 Dimensi anthropometri tinggi siku berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010
Presentil-95 berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi pekerja pada saat mengangkut peti dan memberikan rasa nyaman saat mendorong handtruck jadi ketinggian pegangan (handle) pada perancangan handtruck pada saat posisi handtruck berjalan desain kedua = 100 cm s/d 130 cm (dalam posisi handtruck posisi miring) Gambar perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain kedua dapat dilihat dalam Gambar 4.9 dibawah ini.
t handle batas bawah
y 30 cm
t
X
°
45
handle batas atas
F = 50 kg x 9,8 m/s = 490N
z
W.total = 115 kg x 9,8 m/s = 1127 N
Gambar 4.13 Perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain ke dua Sumber : Pengolahan data, 2010
c. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang lebar antar pagangan (handle) desain pertama pada perancangan handtruck
IV - 39
adalah lebar bahu dengan presentil ke-95. Presentil-95 digunakan dengan tujuan supaya pekerja lebih leluasa dalam mengoperasikan handtruck.. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja dengan lebar bahu yang lebih besar dapat memegang pegangan (handle) pada handtruck dengan leluasa, nyaman. dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan handtruck. Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut: dengan catatan : lb
= lebar bahu
P95 = persentil 95 Lebar antar pegangan (handle) desain pertama dan ketiga = lb (P95) = 42,61 43 cm Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan (handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 42,61 cm 43 cm. Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.14 dibawah ini.
Gambar 4.14 Dimensi anthropometri lebar bahu handle pertama Sumber : Pengolahan data, 2010
d. Lebar antar pegangan (handle) desain kedua Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang lebar antar pagangan (handle) desain kedua pada perancangan handtruck adalah lebar bahu dengan nilai presentil ke-50. Penggunaan persentil 50 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar bahu lebih besar maupun yang
IV - 40
lebih kecil dapat menjangkau lebar pegangan (handle) pada handtruck dengan nyaman dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan handtruck. Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut: dengan catatan : lb
= lebar bahu
P50 = persentil 50 Lebar antar pegangan (handle) desain kedua = lb (P50) = 40,13 40 cm Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan (handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 40,13 cm 40 cm. Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.15 dibawah ini.
Gambar 4.15 Dimensi anthropometri lebar bahu handle kedua Sumber : Pengolahan data, 2010
e. Diameter pegangan (handle) Data anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang diameter pada pegangan (handle) handtruck adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan Persentil ke-95. Nilai P95 digunakan untuk mengakomodasi pekerja yang memiliki ukuran diameter lingkar genggam besar (P95) sedangkan pekerja yang memiliki ukuran genggaman telapak tangan kecil (P5) tetap nyaman menggunakannya. Perhitungan diameter pegangan (handle) pada handtruck sebagai berikut : dengan catatan :
IV - 41
dlg = diameter lingkar genggam P95 = persentil 95. Diameter pegangan (handle) pada handtruck = dlg (P95) = 3,97 cm 4 cm Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh ukuran diameter handle hasil rancangan sebesar 3,97 cm 4 cm.
Gambar dimensi anthropometri diameter lingkar genggam dapat dilihat dalam Gambar 4.16 dibawah ini.
Gambar 4.16 Dimensi anthropometri diameter lingkar genggam Sumber : Pengolahan data, 2010
f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan handtruck dengan nyaman. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck, sebagai berikut: Panjang genggaman pegangan handtruck = lj (P95) = 8,67 cm dengan; lj = lebar jari ke-2,3,4,5 P95 = persentil 95 Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh panjang genggaman pegangan handtruck hasil rancangan sebesar 8,67 cm 9 cm
IV - 42
Gambar dimensi anthropometri lebar jari ke-2,3,4,5 dapat dilihat dalam Gambar 4.17 dibawah ini.
Gambar 4.17 Dimensi anthropometri lebar jari ke- 2,3,4,5 Sumber : Pengolahan data, 2010
g. Menentukan panjang landasan bawah handtruck Panjang landasan bawah dibuat setidaknya sebesar dua pertiga dari ukuran panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan, agar tumpukan beban tersebut tidak rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan (Panero dan Zelnik). Berikut ini diberikan perhitungannya: diketahui: Ukuran dimensi panjang, lebar dan tinggi peti yaitu 60 cm x 40 cm x 40 cm panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan = 60cm (Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009). p≥
2 panjang maksimal beban yang dimuatkan 3
dimana: p = panjang landasan bawah pada hand truck allowance = 5 cm, sehingga didapatkan nilai p sebagai berikut : p≥
2 60 cm 3
p ≥ 40 cm + allowance Karena nilai
p ≥ 40 cm , jadi ukuran dimensi panjang landasan bawah
handtruck = 45 cm h. Menentukan lebar landasan bawah handtruck Setelah didapat ukuran dimensi panjang handtruck, maka langkah selanjutnya adalah menentukan lebar landasan bawah pada handtruck,data yang digunakan adalah ukuran dimensi lebar peti.
IV - 43
diketahui : ukuran dimensi lebar peti = 43 cm (Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009).
Berdasarkan alasan tersebut maka diperoleh ukuran rangka landasan bawah handtruck yaitu 45 cm x 43 cm. Keputusan tersebut diperkuat dengan alasanalasan sebagai berikut: 1) Ukuran tersebut dapat mempermudah peletakan peti yang dimuatkan di atas handtruck. 2) Ukuran tersebut disesuaikan deengan tumpukan beban peti agar tidak rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan 3) Ukuran tersebut dapat mempermudah gerakan handtruck ketika melewati gang antar kios karena ukurannya disetting sesuai ukuran dan disesuaikan dengan kondisi lapangan i.
Menentukan panjang lengan ayun (swing arm) Pemberian lengan ayun (swing arm) dalam perancangan handtruck berfungsi sebagai penghubung antara as roda depan dengan roda belakang dan berfungsi sebagai tempat dudukan shock breaker. diketahui : F1 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu x F2 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu y F3 roda merupakan gaya yang terjadi pada roda ke 3 (roda belakang) = 359,33N Ukuran tinggi peti = 0,4 m (terjadi pada sumbu y) Ukuran panjang peti = 0,3 m (terjadi pada sumbu x) dengan demikian, perhitungan panjang lengan ayun sebagai berikut :
M0= 0 F2 x panjang peti + F roda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x tinggi peti F2 x 0,3 m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x 0,4 m 759,99 N x 0,3m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = 1519,98 N x 0,4 m Pjg. lengan ayun =
1519,98 x(0,4 0,3) 359,33
Pjg. lengan ayun =
151,998 359,33
IV - 44
Pjg. lengan ayun =0,423 m Pjg. lengan ayun = 42,3 cm Jadi ukuran dimensi dari panjang lengan ayun (swing arm) perancangan handruck sebesar 42,3 cm 42 cm Hasil rekapitulasi perhitungan dimensi pada perancangan handtruck secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.25. Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan handtruck No. Bagian Dimensi Ukuran Anthropometri Tinggi pegangan (handle) rancangan desain pertama Tinggi pegangan (handle) rancangan desain kedua (t handle batas bawah) Tinggi pegangan (handle) rancangan desain kedua (t handle batas atas) Lebar antar pegangan (handle)
1.
2.
4.
desain pertama
P95
143 cm
-
100 cm
P95
130 cm
P95
43 cm
5.
Lebar antar pegangan (handle) desain kedua
P50
40 cm
6.
Diameter pegangan (handle)
P95
4 cm
7.
Panjang genggaman pegangan (handle) handtruck
P95
9 cm
-
45 cm
9.
Panjang landasan bawah Lebar landasan bawah
-
43 cm
10.
Panjang lengan ayun (swingarm)
-
42 cm
8.
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data, 2009
4.3.3 Pembuatan Rancangan Rancangan handtruck dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan dan penentuan komponen yang telah dilakukan. Berikut merupakan tahapan pembuatan papan sandar hasil rancangan : A.
Pembuatan Gambar Rancangan Pembuatan gambar rancangan handtruck dilakukan dengan menggunakan
autocad 2004 dan software solidwork 2004. Gambar rancangan bentuk dua dimensi (2D) ditunjukkan pada Gambar 4.18 s/d Gambar 4.20. Sedangkan rancangan dalam bentuk tiga dimensi (3D) ditunjukkan pada Gambar 4.21 s/d Gambar 4.24.
IV - 45
Pembuatan gambar rancangan 2D
Gambar 4.18 Gambar 2D hasil rancangan tampak depan Sumber : Master autocad, 2009
Gambar 4.19 Gambar 2D hasil rancangan posisi berdiri tegak tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009
Gambar 4.20 Gambar 2D hasil rancangan posisi miring saat mengangkut tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009
IV - 46
Pembuatan gambar rancangan 3D
Gambar 4.21 Rancangan 3D tampak depan Sumber: Software solidwork, 2009
Gambar 4.22 Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri tegak Sumber: Software solidwork, 2009
Gambar 4.23 Rancangan 3D tampak samping Sumber: Software solidwork, 2009
IV - 47
Gambar 4.24 Rancangan 3D tampak belakang Sumber: Software solidwork, 2009
B.
Prototipe perancangan alat bantu kerja berupa handtruck Setelah perakitan yang dilakukan selesai dibuat, maka akan dijelaskan
komponen-komponen penyusun rancangan beserta keterangan penjelasannya, dapat dilihat pada Gambar 4.26 dibawah ini.
Gambar 4.26 Prototipe hasil perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck Sumber: Software solidwork, 2010
Prototipe alat bantu kerja berupa handtruck merupakan hasil rancangan yang dibuat berdasarkan perhitungan dimensi anthropometri dan konsep perhitungan mekanika teknik, dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Landasan bawah (base frame)
IV - 48
berfungsi sebagai tempat kedudukan landasan dan penopang beban peti buah. 2. Rangka tengah berfungsi sebagai tempat sandaran peti pada dan sebagai batang rangka tengah 3. Pegangan (handle) berfungsi untuk memberikan arah kemudi dan memudahkan akses keluar masuk kios serta menjadi tumpuan kekuatan untuk aktivitas loading unloading 4. Shock breaker (per skok) berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan kestabilan pada saat melewati permukaan jalan yang tidak merata dan berfungsi sebagai penopang kekuatan perancangan. 5. Tempat plat dudukan roda berfungsi sebagai penguat roda dan tempat kedudukan roda. 6. Roda berfungsi untuk memberikan keleluasaan gerak pada bagian setir pengemudi (handle), mempercepat dan mempersingkat waktu pengangkutan. 7. Rangka tengah berfungsi untuk menahan roda bagian depan, sebagai pengunci agar kondisi handtruck tidak bergerak pada saaat aktivitas loading maupun unloading C.
Perencanaan pengoprasian handtruck sebagai alat bantu kerja Proses perencanaan pengoprasian handtruck mempunyai kapasitas untuk
mengangkut baban sebesar 110 kg. Berikut ini uraian langkah pengoperasian handtruck melalui beberapa langkah kerja, antara lain : 1. Operator (pekerja) mendorong handtruck dengan kondisi peti belum memuat peti 2. Operator (pekerja) mendekati tumpukan peti yang telah diturunkan dari truck atau mobil 3. Operator (pekerja) menginjak pengunci roda depan guna memposisikan handtruck tidak bergerak (posisi stabil) 4. Operator (pekerja) memasukkan tumpukan peti kedalam landasan bawah handtruck dengan cara mengungkit atau menginjak bagian belakang swingarm dan menarik pegangan (handle) desain pertama. (kegiatan loading) 5. Setelah muatan peti terangkut, kemudian operator (pekerja) mendorong handtruck hingga kelokasi kios pedagang buah. IV - 49
6. Operator (pekerja) menurunkan muatan peti yang berada dilandasan bawah handtruck dengan cara mendorong bagian belakang as roda, menginjak pengunci roda dan mendorong pegangan (handle) desain pertama (kegiatan unloading) 4.3.4 Perhitungan kekuatan material Perhitungan dilakukan terhadap kekuatan material pada handtruck. Perhitungan terdiri dari 3 tahap, yaitu mencari beban yang bertumpu pada handtruck., membuat diagram benda bebas dan mencari gaya-gaya pada tumpuan dan penentuan material melalui perhitungan kekuatan profil rangka. 1.
Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah pada saat handtruck berdiri tegak posisi 90 0 Bagian rangka landasan bawah handtruck merupakan tumpuan dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.27.
F peti 1078 N
A Freaksi 1078 N
Gambar 4.27 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck Sumber : Pengolahan data, 2010
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada rangka landasan bawah Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang bereaksi pada perhitungan kekuatan material pipa pada landasan bawah, antara lain: m = massa peti (kg) = 110 kg
IV - 50
g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
A = panjang rangka landasan bawah (cm) = 45 cm F peti = Gaya yang bereaksi pada tumpuan beban peti (Nm) MA
= Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti dititik A (Nm)
F peti = m x g = 110kg x 9,8 m/s2 = 1078 N Momen dititik A MA = F.peti * A = 1078 N * 0,45 m = 485,1 Nm Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka landasan bawah, dapat dilihat pada Gambar 4.28
F.peti 1078 N MA
A A A
45 cm F.reaksi 1078 N
Gambar 4.28 Model pembebanan penampang pipa rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010
Pada bagian penampang pipa rangka landasan bawah merupakan tumpuan dari beban peti (Fpeti). Fpeti mendapatkan reaksi dari landasan bagian bawah atau Freaksi. Penggambaran diagram bebanda bebas secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.29.
IV - 51
F.peti 1078 N MA (+)
MA
A A
= 485,1 Nm
A
45 cm F.reaksi 1078 N
Gambar 4.29 Diagram benda bebas penampang pipa rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010
Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar struktur Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada tabel 4.26. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 19.
Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur Diameter luar Diameter dalam Tebal Ravg R 3 avg.t (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75 73 62,7 5,16 33,92 201380,41 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23
Sumber : Popov, 1996
IV - 52
Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( perhitungan selanjutnya. Dimana nilai
y
y
) guna proses
= 250 MPa (Popov, 1996).
Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya (tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau melengkung. Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja struktur, sebagai berikut : Pemilihan material yang sesuai dengan standar baja struktur adalah jenis bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar baja struktur) F peti = m x g = 110kg x 9,8 m/s2 = 1078 N Momen dititik A MA = F.peti * A = 1078 N * 0,45 m = 458,1 Nm
ijin
=
I 0 pipa = =
MA I 0 pipa
MA
ijin 1078 N x 0,45 m 250 x10 6
.R 3 avg .t = R3avg .t = R3avg .t =
1078 N x 0,45 m 250 x10 6
1078 N x 0,45 m 250 x10 6 x 3,14 485,1Nm 250 x10 6 x 3,14 IV - 53
R3avg .t = 0,0386 m Jadi dari perhitungan diatas, didapatkan besarnya nilai R3avg .t = 38,6 mm Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm, diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran tebal dapat dihitung sebagai berikut :
R3avg .t
= 38,6 mm
(4,29) 3 mm .t = 38,6 mm 78,95 mm3 .t = 38,6 mm
38,6 mm 78,95 mm3
t
=
t
= 0,488 mm
jadi dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t (tebal pipa) sebesar 0,488 mm,sedangkan nilai t standar= 1,73 mm Adapun ketentuan perhitungan ukuran tebal pipa baja standar t < t
standar,
diperoleh hasil bahwa nilai tebal pipa baja standar 0,488 mm < 1,73 mm Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah. Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya. Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja karbon 0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran. Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% roll panas, yang terdapat dipasaran secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.30. Centroid
Davg
pipa luar = 2,6 cm
O
O
pipa dalam = 2,2 cm
Ravg
Tebal pipa = 2 mm
Centroid
Gambar 4.30 Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas Sumber: Observasi lapangan, 2010
IV - 54
Menghitung jari – jari titik tengah ketebalan penampang pipa (Ravg) Untuk menghitung ukuran dari jari – jari titik tengah ketebalan pipa (Ravg), maka data – data yang dibutuhkan, antara lain:
d = diameter luar (mm) = 2,6 cm = 26 mm
d 1 = diameter dalam (mm) = 2,2 cm = 22 mm t
= ketebalan pipa (mm) = 2 mm
Ravg = jari – jari diameter dalam (mm) = 12 mm c = titik centroid (mm) =
1 * tebal. pipa 2
=
1 * 2 mm 2
= 1 mm Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm. Melakukan perhitungan momen inersia pada pipa ( I 0 pipa)
I 0 pipa
= R 3 avg .t = 3,14 x (12) 3 mm x 2 mm = 3,14 x 1728 mm 3 x 2 mm = 10851,84 mm4
Melakukan perhitungan tegangan ijin pada pipa ( ijin )
ijin pipa =
MA I 0 pipa
dengan catatan bahwa besarnya nilai MA (Momen dititk A) = 485,1 Nm = 485100 Nmm
ijin pipa =
MA I 0 pipa IV - 55
=
485100 Nmm 10851,84 mm 4
= 44,70N/mm2 = 44,70 Mpa Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% roll panas tersebut aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa baja karbon 0,2% roll panas yang digunakan (sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja karbon 0,2% (44,70 Mpa < 250 Mpa ). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam kondisi tepat dan tidak akan akan patah atau defleksi. (Sumber: Popov, 1996). 2.
Bagian roda
a.
Perhitungan gaya yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o Setiap roda yang dijadikan sebagai tumpuan (L desak) akan mengalami beban tekan (m peti = 110 kg) Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada perhitungan roda bagian depan saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain: m = massa peti (kg) = 110 kg g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2 W = beban peti (kg) = 110 kg
Pperti W peti. g = 110kg x 9,8 m/s2 = 1078 N = 1078 N jadi besarnya gaya yang diterima masing – masing roda depan (posisi tegak 90o), dapat dilakukan perhitungan dibawah ini.
Froda1, 2
m.g 2
IV - 56
=
110 kg x 9,8 N =539 N 2
Gambar penguraian gaya yang diterima roda depan (roda sat dan dua), dapat dilihat pada Gambar 4.31 dibawah ini. P 1078 N MA
= 485,1 Nm
(+)
MA
A A
A
45 cm
Froda 1,2 539 N
Gambar 4.31 Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan mengalami beban tekan pada posisi 90o Sumber : Pengolahan data, 2010
b.
Perhitungan poros dan jari – jari roda menurut standar pengkuran saat handtruck berada pada posisi 90o Pada bagian poros roda merupakan tumpuan dari beban total berupa F total dan mendapatkan reaksi dari tumpuan lantai berupa Fbatas pengangkutan Adapun gambar yang menunjukkan gaya geser poros roda, dapat dilihat dalam Gambar 4.32 dibawah ini.
Fbatas pengangkutan 50 N
F ge
ser
FTotal
po 282roda ros ,02 N
1127 N
Gambar 4.32 Gaya geser roda Sumber : Pengolahan data, 2010
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada perhitungan pada bagian poros roda saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:
IV - 57
F total = WTotal x g = 115 kg x 9,8 m/s2 = 1127 N Jumlah roda depan = 2 Batas normal pengangkatan = 50 kg Menghitung Fgeser poros roda menurut standar pengukuran 2 2 Fgeser poros roda = 1127 2 50
2
=
1270129 2500 4
=
1272629 4
=
1128,10 4
= 282,02 N jadi besarnya Fgeser poros.roda = 282,02 N Menghitung Aporos.roda menurut standar pengukuran
ijin
=
250x106 =
Aporos.roda = =
Fgeser. poros.roda A poros.roda
282,02 N Aporos.roda Fgeser. poros.roda
ijin 282,02 250 x106
Aporos.roda = 1,128 x 10 6 m = 0,00011 cm Jadi dari perhitungan luas penampang pada bagian poros roda ( Aporos.roda ) saat berdiri tegak posisi 90o, didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,00011 cm Menghitung ukuran jari – jari roda menurut standar pengukuran
IV - 58
Elemen ini menggunakan penguat dengan material plat baja karbon 0,2% dengan kekuatan luluh maksimum 250 MPa. Jari-jari roda dapat dicari dengan langkah sebagai berikut :
Aporos.roda
=
22 2 * R.roda 7
0,00011
=
22 2 * R.roda 7
0,00011 * 7 = Rroda 22
0,000035 = Rroda 5,92 x 10 3
= Rroda
jadi jari – jari roda = 0,00592 cm Melakukan perhitungan Momen inersia menurut standar pengukuran
I 0 poros roda
xr4
4 3,14 x 0,00592 4 cm = 4 3,14 x 1,23x10 9 cm 4 = 4 10 = 9,65 x 10 cm 4 = 9,65 x 10 6 mm 4
jadi moment inersia poros = 9,65 x 10 6 mm 4 Melakukan perhitungan momen dititik A pada roda menurut standar pengukuran,dapat di lakukan perhitungan dengan langkah sebagai berikut: MA = F total * A = 1127 N * 0,45 m = 507,15 Nm = 507150 Nmm Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan besarnya momen pada roda depan = 507150 Nmm Melakukan perhitungan tegangan ijin pada roda menurut standar pengukuran
IV - 59
σ ijin =
MA I o poros roda
=
507150 Nmm 9,65 x10 6 mm 4
= 5,26 x10 2 N/mm2 = 0,0526 Mpa Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan hasil perhitungan σ ijin pada roda depan menurut standar pengukuran = 0,0526 Mpa Melakukan perhitungan terhadap Momen inersia pada roda menurut keadaan dipasaran Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung roda bagian depan menurut keadaan dipasaran, antara lain: jari – jari roda depan dipasaran = 10 cm
I 0 porosroda
xr4
4 3,14 x 10 4 cm = 4 3,14 x 10000 cm 4 = 4 = 7850 cm 4 = 78500000 mm 4
jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai Momen inersia poros = 78500000 mm 4 Melakukan perhitungan momen pada roda menurut keadaan dipasaran MA = F total * A = 1127 N * 0,45 m = 507,15 Nm = 507150 Nmm Jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai momen pada roda depan adalah 507150 N/mm Melakukan perhitungan terhadap tegangan ijin pada bagian roda menurut keadaan dipasaran σ ijin =
MA I o poros roda
IV - 60
=
507150 Nmm 78500000 mm 4
= 6,46 x10 3 N/mm2 = 0,00646 Mpa Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai σ ijin pada roda depan menurut keadaan dipasaran adalah 0,00646 Mpa ketentuan : σ ijin roda dipasaran < σ roda standar pengukuran 0,00646 Mpa
<
0,0526 Mpa
Jadi ukuran jari – jari roda dipasaran dapat dipakai (aman untuk digunakan) dalam perancangan handtruck, khususnya pada pemilihan roda bagaan depan. Perhitungan besarnya tegangan ijin roda depan yang digunakan (sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada tegangan ijin roda menurut standar pengukuran (0,00646 Mpa < 0,0526 Mpa). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam kondisi tepat dan tidak akan patah atau defleksi. (Sumber: Popov, 1996). c.
Perhitungan beban yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o Beban yang di terima oleh masing-masing roda saat handtruck berada pada posisi 90o dapat dilakukan perhitungan, sebagai berikut: Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada perhitungan beban yang diterima masing – masing roda saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:
WRoda 1, 2 = beban yang diterima tiap roda (kg) m = massa peti (kg) = 110 kg g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2 jumlah roda depan
= 2 roda
jumlah roda belakang = 1 roda Melakukan perhitungan beban yang diterima roda depan
WRoda =
m jumlah roda
IV - 61
=
110 kg 2 roda
= 55 kg Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan besarnya beban yang diterima tiap roda bagian depan adalah 55 kg Melakukan perhitungan beban yang diterima roda belakang karena posisi roda belakang pada saat handtruck berdiri tegak pada posisi 90o tidak menerima tumpuan beban dari peti (tidak menyentuh permukaan jalan/lantai), maka perhitungan dapat diabaikan 3.
Perhitungan jenis material plat landasan bawah handtruck Perhitungan jenis material (dimensi) pada komponen plat baja pada landasan bawah handtruck, sebagai berikut : Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung material pada komponen plat landasan bawah saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain: jenis material yang dipilih = plat aluminium
luluh (tarik) aluminium= 164 Mpa (popov, 1991) ukuran plat aluminium= b = pjg plat = 45 cm = 0,45 m lbr = lebar plat = 40 cm = 0,4 m h = tebal plat aluminium = 2 mm = 0,2 cm = 0,002 m (observasi lapangan,2010) c = titik centroid =
1 * tebal. plat.almunium 2
=
1 * 2 mm 2
= 1 mm = 0,1 cm Adapun gambar penampang beserta ukuran dari material plat alumunium dapat dilihat pada Gambar 4.33.
IV - 62
43 cm
h = 2 mm
45 cm Gambar 4.33 Plat landasan bawah handtruck ukuran 45 cm x 43 cm tebal 2 mm Sumber: Pengolahan data, 2010
Dari gambar 4.28 diatas, fungsi dari komponen material plat alumunium bordes hanya digunakan sebagai penutup landasan bagian bawah perancangan handtruck dan dapat berfungsi untuk mengurangi gesekan antara permukaan landasan peti dengan permukaan landasan bawah handtruck. Material yang berupa plat landasan bawah perancangan handtruck telah ditopang oleh rangka yang berjumlah 3 pipa baja karbon 0,2% rol panas, maka perhitungan kekuatan bahan material diabaikan. 4.
Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah (penyangga peti bagian belakang) pada saat handtruck miring posisi 45 0 Bagian rangka pet bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.34.
Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 63
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang bereaksi pada rangka penyangga tengah Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada perhitungan pipa rangka tengah saat miring pada posisi 45o, antara lain:
m1 = massa peti ke 1(kg)
m2 = massa peti ke 2 (kg)
= 55 kg
= 55 kg
c m
g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
peti ke1 = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar (m) = 21 cm = 0,21 m
peti ke 2 = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m) = 63 cm = 0,63 m Sudut 450 Cos 45 0
1 2 2
Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain: Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada bidang miring (N) Fg peti ke 1 = m1 .g = 55 kg . 9,8 m/s2 = 539 N FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N) FN peti ke 1 = Fg . cos = 539 N . cos 45 0 = 539 N .
1 2 2
= 381,13 N FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N) FH peti ke 1 = Fg . sin
IV - 64
= 539 N . cos 45 0 = 539 N .
1 2 2
= 381,13 N Adapun penguraian dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada peti ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2 M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm) M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm) jawab : gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama FN peti 1 = m1 . g . cos 45 0 = 55 kg . 9,8 m/s2 .
1 2 2
= 381,13 N Momen pada tumupukan peti pertama M peti 1 = FN peti 1 . peti ke1 = 381,13 N . 0,21 m = 80,03 Nm Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua FN peti 2 = m2 . g . cos 45 0 = 55 kg . 9,8 m/s2 .
1 2 2
= 381,13 N Momen pada tumupukan peti kedua M peti 2 = F peti 2 . peti 2 = 381,13 N . 0,63 m = 240,11 Nm Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka penyangga tengah, dapat dilihat pada gambar 4.35.
IV - 65
ti e n pe Mom 2
Fp e ti ke
ke
1
0
381
45 ,13
N
Fp et 0
45 381
,1 3
N
539
381
i ke
N
2 381
N
,13
539 N
,13
N
A
.x b
.y b
S
S
Gambar 4.35 Model pembebanan penampang pipa rangka penyangga tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
Gaya yang bekerja pada peti ke satu dan ke dua pada Gambar 4.18 dapat diuraikan menjadi beberapa gaya seperti pada Gambar 4.19 s/d Gambar 4.36. e ti en p Mom 2
1,1
3N
63
cm
38
ke
21
cm
38
1,1
3N
Fp
e ti
A
ke
2
Gambar 4. 36 Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu dan gaya yang bekerja pada peti ke dua pada pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
Pada bagian penampang pipa penyangga rangka tengah merupakan tumpuan dari beban peti (Fpeti). Fpeti Penggambaran diagram bebanda bebas
pe du ti a ke
secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.37.
24 0
,11 N m
(+ )
M
Gambar 4.37 Diagram benda bebas penampang pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 66
Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar struktur Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada tabel 4.27. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud. Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur No. Diameter luar Diameter dalam Tebal Ravg R 3 avg.t (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) 1. 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 2. 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41 3. 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06 4. 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57 5. 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83 6. 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 7. 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68 8. 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53 9. 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75 10. 73 62,7 5,16 33,92 201380,41 11. 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 12. 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36 13. 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22 14. 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48 15. 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04 16. 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 17. 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93 19. 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23 Sumber : Popov, 1996
Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( perhitungan selanjutnya. Dimana nilai
y
y
) guna proses
= 250 MPa (Popov, 1996).
Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya
IV - 67
(tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau melengkung. Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja struktur, sebagai berikut : Material yang terpilih adalah bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar baja struktur) Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua FN peti 2 = m2 . g . cos 45 0 = 55 kg . 9,8 m/s2 .
1 2 2
= 381,13 N Momen terbesar teletak pada tumupukan peti kedua M peti 2 = F peti 2 . peti 2 = 381,13 N . 0,63 m = 240,11 Nm
ijin
=
I 0 pipa =
=
M peti ke 2 I 0 pipa M peti ke 2
ijin 381,13 N x 0,63 m x cos 45 0 250 x10 6
.R 3 avg .t =
381,13 N x 0,63 m x cos 45 0 250 x10 6
.R 3 avg .t =
381,13 N x 0,63 m x cos 45 0 250 x10 6 x 3,14
.R 3 avg .t =
240,11Nm 250 x10 6 x 3,14
.R 3 avg .t = 3,016 x 10 6 m Jadi nilai .R 3 avg .t = 0,003016 mm
IV - 68
Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm, diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran tebal dapat dihitung sebagai berikut :
.R 3 avg .t
= 0,003016 mm
(4,29) 3 mm .t = 0,003016 mm 78,95 mm3 .t = 0,003016 mm 0,003016 mm 78,95 mm3
t
=
t
= 3,82 x 10 5 mm
jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai t (tebal) adalah 0,0000382 mm sedangkan menurut tabel untuk nilai t s tan dar = 1,73 mm dengan ketentuan bahwa nilai tebal pipa baja standar t < t s tan dar , maka didapatkan hasil dari tabel pipa baja standar adalah 0,0000382 mm < 1,73 mm Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah. Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya. Melakukan perhitungan pada ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja karbon 0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran. Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% yang terdapat dipasaran secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.38. Centroid
Davg
pipa luar = 2,6 cm
O
O
pipa dalam = 2,2 cm
Ravg
Tebal pipa = 2 mm
Centroid
Gambar 4.38 Profil pipa baja karbon 0,2% Sumber: Observasi lapangan, 2010
IV - 69
Melakukan perhitungan pada jari – jari titik tengah ketebalan penampang pipa (Ravg) Data – data yang dibutuhkan untuk perhitungan pada jari – jari titik tengah ketebalan penampang pipa (Ravg) saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:
d = diameter luar (mm) = 2,6 cm = 26 mm
d 1 = diameter dalam (mm) = 2,2 cm = 22 mm t
= ketebalan pipa (mm) = 2 mm
Ravg = jari – jari diameter dalam (mm) = 12 mm c = titik centroid (mm) =
1 * tebal. pipa 2
=
1 * 2 mm 2
= 1 mm Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm. Melakukan perhitungan pada Momen inersia ( I 0 pipa) pipa baja dipasaran
I 0 pipa
= R 3 avg .t = 3,14 x (12) 3 mm x 2 mm = 3,14 x 1728 mm 3 x 2 mm = 10851,84 mm4
Melakukan perhitungan pada tegangan ijin ( ijin ) pada pipa dipasaran
ijin pipa =
M peti ke 2 I 0 pipa
IV - 70
dengan catatan bahwa pada perhitungan tegangan ijin ( ijin ) dapat diuraikan kedalam perhitungan dibawah ini M peti ke2 = 240,11 Nm = 240110 Nmm
ijin pipa = =
M peti ke 2 I 0 pipa 240110 Nmm 10851,84 mm 4
= 22,12 N/mm2 = 22,12 Mpa Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% tersebut aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa baja karbon 0,2% yang digunakan (sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja karbon 0,2% (22,12 Mpa < 250 Mpa ). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam kondisi tepat dan tidak akan akan patah atau defleksi. (Sumber: popov, 1996). 5.
Perhitungan gaya pada penyangga pegas (shock absorber) pada saat handtruck miring posisi 45 0 Bagian rangka peti bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.39.
Gambar 4.39 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 71
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada penyangga pegas Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang ada pada penyangga pegas pada posisi 45o , antara lain: m = massa peti total (kg)
c m
= 110 kg
m1 = massa peti ke1(kg)
m2 = massa peti ke2 (kg)
= 55 kg
= 55 kg
c m
g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
peti ke1 = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar (m) = 21 cm = 0,21 m
peti ke 2 = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m) = 63 cm = 0,63 m Sudut 450 Cos 45 0
1 2 2
Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain: Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada bidang miring (N) Fg peti ke 1 = m1 .g = 55 kg . 9,8 m/s2 = 539 N FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N) FN peti ke 1 = Fg . cos = 539 N . cos 45 0 1 2 = 539 N . 2 = 381,13 N FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N) FH peti ke 1 = Fg . sin = 539 N . cos 45 0
IV - 72
1 2 2 = 381,13 N = 539 N .
Adapun penjabaran dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada peti ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2 untuk tumpuan pada tangan diabaikan, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm) M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm) Gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama Fg peti 1 = m1 . g = 55 kg x 9,8 m/s2 = 539 N Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua Fg peti 2 = m2 . g = 55 kg . 9,8 m/s2 = 539 N Adapun model pembebanan pada pada penyangga pegas, dapat dilihat pada gambar 4.40. P peti 2
B
P peti 1 R Bx
RB y 45
R Ax
0
R By x
R
450
A
R
Ay
Gambar 4.40 Model pembebanan pada penyangga pegas Sumber : Pengolahan data, 2010
Penguraian gaya pada batang penyangga pegas bagian atas (Rx) dan bawah pada Gambar 4.40 diatas, dapat diuraikan menjadi yang bertumpu pada dua titik, kedua gaya tersebut akan diuraikan lagi menjadi Gambar 4.41.
IV - 73
Rx
penyangga
ga ang eny
Ry p
Gambar 4.41 Penguraian gaya yang terjadi pada batang penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010 P peti 2
B
P peti 1 R Bx
RB
R
y 45
R Ax
0
R By
x
450
A
R
Ay
4,2 cm 27,6 cm 31,8 cm 69,2 cm
Gambar 4.42 Diagram bending momen yang terjadi pada batang penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010
Dari diagram bending momen diatas, naka akan dilakukan perhitungan dengan langkah – langkah sebagai berikut: Mencari gaya dan momen tekan pada batang penyangga pegas terhadap batang penyangga sisi miring, dapat di lakukan perhitungan dengan langkah berikut ini:
M
A
Pg1 x 4,2 Pg 2 x 27,6 RBy x (27,6 4,2) RBx (31,8) 0
RBy RBx RBy x 31,8 RBx x 31,8 Pg 2 x 27,6 Pg1 x 4,2 RBy
539 x 27,6 539 x 4,2 63,6
RBy
14876,4 2263,8 63,6
RBy
12612,6 63,6
RBy 198,311
IV - 74
RBy 198,311 N/cm RBy 1,983 N/m Karena RBy RBx , maka nilai RBx 198,311
F
X
0
R Ax RBx 0 R Ax RBx RB
RB
RBy
RBx RB x cos 450
cos 45 0
198,311 1 2 2
= 280,45 x
= 280,45 N
1 2 2
=198,311 N
RPenyangga RBx RBy 2
RBy RB x sin 450 = 280,45 x
1 2 2
= 198,311 N
2
198,3112 198,3112 39327,25 39327,25 78654,5
280,45 N Jadi bila diuraikan gaya yang bereaksi dalam sumbu x, maka didapatkan nilai RBx =
R Ax RBx RBx 198,311N
F F F
y
0
y
Pg1 Pg 2 R Ay R By 0
y
539 539 RBy 0
RAy 539 539 198,311 RAy 879,689 N
IV - 75
6. Mengitung konstanta pegas (shock absorber) Perhitungan konstanta pegas yang terjadi antara shock absorber sebelum dikenai beban dan sesudah diberi beban dapat digunakan untuk mencari besarnya nilai konstanta perubahan panjang pegas pada shock absorber. Adapun gambar yang menunjukkan ukuran awal jangkauan panjang pegas pada shock absorber dapat dilihat pada Gambar 4.43 dibawah ini.
5 cm
1 cm
33 cm
16 cm
2,5 cm
4 cm
Gambar 4.43 Sketsa panjang shock absorber sebelum diberi beban dalam Sumber : Pengolahan data, 2010
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung konstanta pegas pada shock absorber pada posisi 45o, dapat dilakukan perhitungan dengan langkah – langkah beriku: Dapat kita asumsikan akan: dilakukan sebuah percobaan pembebanan terhadap pegas (shock absoreber)
= panjang pegas shock absorber sebelum diberi beban (cm) = 16 cm
x Penyangga pegas = perubahan panjang pegas setelah diberi beban (cm) = 10 cm m = massa peti total (kg) = 110 kg k
= konstanta pegas (N/cm)
g = gaya gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
IV - 76
RPenyangga 280,45 N Mencari besarnya nilai konstanta pegas Untuk mencari besarnya nilai konstanta pegas dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: F = 110 kg x 9,8 m/s2 = 1078 N F = k . x Penyangga pegas 1078 N = k x 10 cm k
=
1078 N 10 cm
= 107,8 N/cm Pegas berupa shock absorber dipasang pada rangka batang penyangga atau penyangga batang miring, dalam penggunaanya pegas mendapat beban tekan 110 kg dari peti mengalami perubahan ukuran panjang 10 cm (memendek), maka besarnya nilai konstanta pegas = 107,8 N/cm Batang penyangga pegas akan diuji coba dalam berbagai variasi sudut kemiringan pada rangka batang penyangga, maka dapat di lakukan percobaan dan perhitungannya sebagai berikut: Dalam perhitungan tersebut, kita dapat melakukan percobaan pada posisi rebah untuk batang penyangga dengan pengaturan sudut 45 0 m = massa peti total (kg) = 110 kg k = konstanta pegas (N/cm) = 107,8 N/cm g = gaya gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2 Sudut 450 Cos 450
1 2 2
Berikut ini contoh model pembebanan pada batang penyangga, dengan pengaturan sudut 45 0 dapat dilihat pada Gambar 4.34 dibawah ini.
IV - 77
P peti 2
B
P peti 1 R Bx
RB y 45
R Ax
0
R By x
R
450
A
R Ay
Gambar 4.44 Model pembebanan pada penyangga pegas sudut 45 0 Sumber : Pengolahan data, 2010
Fpegas
= k . x Penyangga pegas
R Penyangga = 107,8 N/cm . x Penyangga pegas 280,45 N
= 107,8 N/cm . x Penyangga pegas
x Penyangga pegas =
280,45 N 107,8 N / cm
= 2,60 cm 2,6 cm Jadi pada saat posisi rebah dengan pengaturan sudut 45 0 dan dipasang pada titik batang penyangga dengan kemiringan 45 cm, maka batang penyangga pegas mengalami perubahan panjang atau memendek dengan jangkauan 2,6 cm. 7. Mengitung gaya dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang berlubang (permukaan tidak rata). Pada permukaan jalan dilokasi Pasar Gede sering ditemui keadaan permukaan jalan yang berlubang. Jika roda pada handtruck tersebut terperosok kedalam lubang, maka dibutuhkan gaya untuk mengungkit roda agar kembali dalam posisi permukaan jalan normal. Adapun gambar yang menunjukkan gaya dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang berlubang dapat dilihat dalam Gamabar 4.45 dibawah ini.
IV - 78
Titik pusat roda
d/2
F.dorong (d / 2- 3)
P
3 cm an uk m r pe
ja
l
d/2
an lub
W.Total
an gp ad
ap erm uk an
jala
n
Gambar 4.45 Gaya dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang berlubang Sumber : Pengolahan data, 2010
dari Gambar 4.41 diatas dapat kita hitung besarnya gaya dorong dan momen akibat gaya berat total, dengan rincian sebagai berikut : d = diameter roda depan = 20 cm W.Total = berat total = (110 kg + 5 kg) x 9,8 m = 115 kg x 9,8 m
s2
s2
= 1127 N
MP = Momen dititik P kedalaman.lubang terbesar = 3 cm Dari penguraian diatas, makadapat di lakukan perhitungan untuk gaya dorong dan momen akibat berat total Momen dari gaya dorong M dorong =F dorong * l
d = F dorong * 3cm ............persamaan ke 1 2 F=mxg = 115 kg x 9,8 N = 1127 N
IV - 79
Jadi besarnya nilai M =F * = 1127 N x 3 cm = 3381 Ncm = 33,81 Nm Momen akibat gaya berat total
d M gaya berat total = WTotal * ............persamaan ke 2 2 MP = 0 dari persamaan ke 1 dan ke 2 pers (1) + pers (2) = 0
d d F dorong * 3cm + WTotal * = 0 2 2 d d F dorong * 3cm + WTotal * 2 2 F dorong =
d WTotal * 2 d 3cm 2
20cm 1127 N * 2 = 20cm 3cm 2 =
1127 N * 10cm 7cm
= 1610 N Jadi besarnya gaya yang dibutuhkan untuk mendorong (mengungkit) roda dari keadaan permukaan jalan yang berlubang agar kembali dala m posisi permukaan jalan normal = 1610 N 8. Mengitung batasan besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan kemudian di konversikan kedalam batasan besarnya nilai pengangkutan (kondisi pekerja saat mendorong handtruck pada saat permukaan jalan menanjak) Untuk menghitung besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan kemudian dikonversikan kedalam besarnya nilai pengangkutan (kondisi pekerja saat
IV - 80
mendorong handtruck pada permukaan jalan menanjak), dapat dikerjakan melalui beberapa tahapan, diantaranya : a. Menghitung besarnya sudut antara panjang sisi miring permukaan jalan menanjak dengan ketinggian sisi permukaan jalan menanjak diketahui : a = panjang sisi miring permukaan jalan menanjak = 250 cm = 2,5 m b = ketinggian sisi permukaan jalan menanjak = 70 cm = 0,7 m c = panjang sisi landasan bawah permukaan jalan menanjak =
a2 b2
=
2,5 2 0,7 2
=
6,25 0,49
=
5,76
= 2,4 m Adapun gambar yang menunjukkan besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak dapat dilihat dalam Gambar 4.46 dibawah ini
2,5 m a 0,7 m b
0 c 2,4 m . Gambar 4.46 Besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak
Sumber : Pengolahan data, 2010
perhitugan besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak sebagai berikut: sin = =
b a 0,7 2,5
= 0,28 IV - 81
anti sin = 16,26 0 jadi besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak = 16,26 0 b. Menghitung besarnya gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung gaya yang dilakukan untuk menahan beban pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain: W.Total = berat peti + berat rangka handtruck = 110 kg + 5 kg = 115 kg sin16,26 0 = 0,28 karena posisi jalan menanjak (menggunakan kaedah sudut sinus ), maka ukuran berat total beban dapat dihitung, sebagai berikut: berat total beban = W.Total x sudut sinus = 115 kg x sin16 0 = 115 kg x 0,28 = 32,2 kg besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak dapat dihitung, dengan ketentuan sebagai berikut: F menahan = berat total beban posisi jalan menanjak x g = 32,2 kg x 9,8 m
s2
= 315,56 N c. Menghitung besarnya percepatan saat mengangkut beban pada permukaan jalan menanjak batas normal pengangkatan = 50 kg grafitasi = 9,8 m
s2
berat total beban = 115 kg besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak dapat dihitung, dengan ketentuan batas normal pengangkatan sebagai berikut: Fbatas normal pengangkatan = 50 kg x 9,8 m
IV - 82
s2
= 490 N Fbatas normal pengangkatan = m x g = 32,2 kg x (9,8 m
490 N (9,8 m
s2
= 15,21 m
+ a) a
= 15,21 m
a
= 5,41 m
s2
+ a)
s2
s2
- 9,8 m
s2
s2
jadi besarnya nilai percepatan (a) saat mengangkut beban pada permukaan jalan menanjak adalah 5,41 m
s2
(saat kecepatan V = 1 m
s2
)
d. Menghitung besarnya kecepatan puncak saat mengangkut beban pada permukaan jalan menanjak Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung besarnya kecepatan titik puncak pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain: t
= waktu tempuh (sekon)
a = percepatan ( m = 5,41 m
s2
)
s2
S 0 = jarak dari posisi awal (posisi diam) =0m
S t = jarak tempuh posisi akhir (posisi puncak) = 2,5 m
V0 = kecepatan awal =0 m
s2
Vt = kecepatan puncak =3 m
s2
Dari perhitungan diatas, maka dapat dilakukan perhitungan kecepatan puncak dengan ketinggian permukaan jalan menanjak 3m ( Vt ), dengan langka – langkah sebagai berikut:
IV - 83
Dengan menerapkan persamaan rumus gerak lurus berubah beraturan
1 S t = Vot a.t 2 ..................................................... persamaan ke 1 2
Vt = Vo a.t ..................................................... persamaan ke 2 dari persamaan ke 1 dapat dicari besarnya nilai t, sebagai berikut:
1 S t = Vot a.t 2 2 1 2,5 = 0 .5,41.t 2 2 2,5 = 2,705 . t 2 t=
2,5 2,705
t = 0,961 sekon dari persamaan ke 1 didapatkan nilai t = 0,961 sekon. Kemudian di masukkan kedalam persamaan ke 2 untuk mendapatkan nilai besarnya kecepatan puncak dengan ketinggian dari permukaan jalan menanjak 2,5 m, sebagai berikut:
Vt = Vo a.t = 0 + 5,41 . 0,961 = 6,371 m
s
jadi besarnya kecepatan saat mengangkut beban hingga dari posisi awal hingga ke puncak (keadaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5m) sebesar 6,371 m . s Adapun gambar yang menunjukkan hubungan antara gaya dan kecepatan saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak (ketinggian 2,5 m) dapat dilihat pada Gambar 4.47 dibawah ini.
IV - 84
Vt = 6,371 m/s
4m
a 0,7 m
Fm
2,5 m
b
115 kg
c
en ah
an
be ba
V0 = 0 m/s
n
F diam
2,4 m
Gambar 4.47 Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak Sumber : Pengolahan data, 2010
9. Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck berfungsi untuk mengemudikan handtruck pada saat melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios, memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading maupun unloading, kekuatan mendorong (pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan naik) dan memberikan kenyamanan pada pekerja saat mengemudikan handtruck (kaedah ergonomi) dengan mempetimbangkan pengukuran dimensi anthropometri dan tempat peletakan ketinggian pegangan (handle). Adapun ukuran ketinggi masing – masing pegangan (handle) sebagai berikut : Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan jalan dan model desain pertama Tinggi pegangan = tbb P 95 =143 cm (pengolahan data anthropometri,2010) dengan catatan bahwa ukuran tersebut dapat diuraikan menjadi tbb = tinggi bahu berdiri P 95 = nilai persentil ke- 95 Model desain pertama = model handle terpisah, batang pipa handle berdiri tegak searah sumbu y Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan jalan dan model desain kedua Tinggi pegangan = tsb P 95 =130 cm (pengolahan data anthropometri,2010) dengan catatan :
IV - 85
tbb = tinggi siku berdiri P 95 = nilai persentil ke- 95 Model desain kedua = model handle menyatu, batang pipa handle lurus merata searah sumbu x. Pemilihan model desain pegangan (handle) maupun ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan dari permukan jalan dapat dilihat pada Gambar 4.48 dibawah ini. 43 cm Desain handle pertama Diameter pipa luar handle = 3,5 cm
Desain handle kedua
143 cm 100 cm
130 cm
Gambar 4.48 Model desain dan ukuran ketinggian pegangan (handle) dari permukaan jalan Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010
Berdasarkan fungsi diri penggunaan dari masing – masing pegangan (handle), hal - hal yang harus dipertimbangkan. Hal - hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan desain pegangan (handle) pada perancangan handtruck adalah sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang dikeluarkan. Penjelasan ini akan dijadikan pertimbangan dalam pemilihan desain untuk memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading maupun unloading, mengemudikan handtruck pada saat melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios, kekuatan mendorong (pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan naik), meliputi: a) Model desain pertama (handle terpisah)
IV - 86
b) Model desain kedua (handle menyatu) Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading, dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut. Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading Alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading. No Pertimbangan Model desain pertama Model desain kedua (handle terpisah) (handle menyatu) 1
Sikap kerja
+
+
2
Beban kerja
+
-
3
Posisi tangan Tenaga yang dikeluarkan
+
-
Jumlah +
+ 4
1
Jumlah -
0
3
Nilai total
4
-2
4
Alternatif terpilih Sumber : Mekanika teknik dan Nurmianto, 2004
Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading. Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba 1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja. Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian 143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). (Pengolahan data antropometri, 2010) 2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban kerja tergolong ringan (+). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010) 3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan
IV - 87
Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut dapat memberikan kekuatan maupun kenyamanan (ergonomi). Penilaian posisi tangan dikatakan memenuhi kaedah ergonomi dan tumpuan kekuatan yang optimal (+) ( Nurmianto, 2010) 4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang dikeluarkan untuk menurunkan peti maupun memasukkan peti kedalam landasan bagian bawah handtruck. Gaya untuk mengungkit yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle pertama sebesar 243,13 N. Semakin besar.gaya untu mengungkit, maka makin optimal untuk mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg dan tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih kecil (+). Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba 1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja. Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). ( pengolahan data antropometri, 2010)
2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle kedua pertama sebesar 27,5 kg. Penilaian beban kerja tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menaggung beban sebesar 24,81 kg (-).(pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010) 3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle kedua yaitu dengan posisi mencengkram pipa batang handle searah sumbu x (lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut tidak sesuai dengan fungsi dari pemilihan desain handle pertama. Untuk aktivitas loading maupun
IV - 88
unloading dibutuhkan kekuatan, maka desain handle kedua tidak mampu memberikan kekuatan maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto, 2010)
4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang dikeluarkan untuk menurunkan peti dari handtruck maupun memasukkan peti kedalam handtruck. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar 269,5N (-) lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh pemilihan desain handle pertama sebesar 496,2 N, karena gaya dorong pada pemilihan desain handle kedua lebih kecil untuk mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg, maka tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih besar dan kurang optimal (-). Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas loading maupun unloading adalah desain perancangan handle pertama (handle terpisah). Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading dapat dilihat dalam Gambar 4.49.
Gambar 4.49 Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah untuk aktivitas loading maupun unloading) Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 89
Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik dapat dilihat pada Tabel 4.29 berikut. Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik Alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar dan lokasi terjal atau permukaan jalan No Pertimbangan naik Model desain pertama Model desain kedua (handle terpisah) (handle menyatu) 1
Sikap kerja
+
+
2
Beban kerja
-
+
3
Posisi tangan Tenaga yang dikeluarkan
-
+
Jumlah +
1
+ 4
Jumlah -
-3
0
-2
4
4
Nilai total Alternatif terpilih Sumber : Pengolahan data, 2010
Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik. Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba 1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja. Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian 143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). (Pengolahan data antropometri, 2010). 2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban kerja tergolong ringan, tapi dengan beban kerja ringan mempunyai resiko
IV - 90
tinggi dikarenakan tumpukan peti yang berada diatas landasan handtruck bisa jatuh kesamping. (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010) 3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut memiliki resiko tinggi saat mendorong ataupun mengemudikan handtruck, sehingga mengakibatkan pergelangan tangan pekerja buruh angkut mengalami keram, pegal kenyamanan (ergonomi) dan tidak mampu memberikan kekuatan untuk mendorong. Penilaian posisi tangan dikatakan tidak memenuhi kaedah ergonomi dan tumpuan kekuatan yang tidak optimal (-) (Nurmianto, 2010) 4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang dikeluarkan untuk mendorong atau mengemudikan handtruck saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle pertama sebesar 496,2 N. Dalam hal ini gaya dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas loading maupun unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg (-) (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010). Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba 1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja. Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). (Pengolahan data antropometri, 2010) 2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan handle kedua sebesar 27,5 kg. Penilaian beban kerja tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menanggung beban
IV - 91
sebesar 24,81 kg. Tapi dengan beban kerja yang berat tersebut dapat menahan sekaligus memposisikan tumpukan peti yang berada dilandasan bawah tetap dalam keadaan stabil (tidak rubuh kebagaian samping). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010) 3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle kedua yaitu dengan posisi memegang pipa batang handle searah sumbu x (lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut sesuai dengan fungsi dari pemilihan desain handle kedua. Untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik), maka dibutuhkan desain handle kedua yang mampu memberikan kekuatan, stabilitas maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto, 2010) 4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik). Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar 490 N lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh pemilihan desain handle pertama sebesar 496,2 N Dalam hal ini gaya dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas loading maupun unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg (-). Sedangkan fungsi dari pemilihan handel kedua hanya untuk kesetabilan , kenyamanan dalam mengemudikan handtruck
dan dikhususkan untuk
aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010). Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik) adalah desain perancangan handle kedua (handle menyatu).
IV - 92
Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas pengangkutan sesuai kondisi permukaan jalan menanjak dan aktivitas pengangkutan untuk keluar masuk gang antar kios dapat dilihat dalam Gambar 4.50 dan Gambar 4.51.
Gambar 4.50 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu) untuk aktivitas lokasi terjal atau permuka an jalan naik Sumber : Pengolahan data, 2010
Gambar 4.51 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu) untuk aktivitas aktivitas keluar masuk gang antar kios Sumber : Pengolahan data, 2010
4.3.5 Penentuan Bahan Material Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan IV - 93
material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun komponen lainnya. Penentuan bahan material yang terdapat dipasaran, meliputi: 1. Material penyusun rangka Rangka dijadikan sebagai kekuatan utama penopang keseluruhan beban, sehingga diperlukan bahan yang benar-benar kuat untuk menopang keseluruhan beban. Rangka penyusun dalam perancangan handtruck dibagi menjadi 2 bagian, antara lain: rangka penopang landasan bawah peti dan rangka penopang peti bagian tengah. Kedua bagian rangka tersebut terbuat dari material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dengan ukuran 30 mm x 26 mm dengan ketebalan 2 mm. Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dapat dapat dilihat dalam Gambar 4.52.
Gambar 4.52 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas) ukuran 26mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber: Observasi lapangan, 2010)., antara lain: 1. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap panas dan hujan. 2. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai kebutuhan penggunaan. 3. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, canopy,dan lain-lain.
IV - 94
Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan penopang rangka landasan bawah dan rangka penopang peti bagian tengah perancangan alat bantu handtruck, dapat mengangkut dan menahan beban dengan kapasitas 110 kg. 2. Material plat rangka penopang landasan bawah Plat landasan peti berfungsi untuk pelapis rangka penopang landasan bawah, memperkecil gaya gesek antara bagian bawah peti dengan landasan handtruck dan memposisikan peti dalam keadaan setimbang. Bahan yang digunakan adalah plat aluminium bordes dengan kekuatan luluh maksimal
y
= 241
MPa (Popov, 1996), ukuran 450 mm x 40 mm dengan ketebalan plat baja adalah 2 mm. Pemilihan bahan material plat aluminium dapat dapat dilihat dalam Gambar 4.53.
Gambar 4.53 Plat jenis aluminium bordes ukuran 450mm x 430mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
3. Material pipa pada pegangan (handle) Pada bagian pegangan (handle) menggunakan material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dengan kekuatan luluh maksimal 250 Mpa Adapun ukuran pipa baja yang digunakan adalah 30 mm x 26 mm dengan ketebalan pipa 2 mm. Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dapat dapat dilihat dalam Gambar 4.54.
Gambar 4.54 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas) ukuran 2P6mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
IV - 95
Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber : Observasi lapangan, 2010), antara lain: a. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap panas dan hujan. b. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai kebutuhan penggunaan. c. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, dan lain-lain. Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan pada pegangan (handle), perancangan alat bantu handtruck. 4. Material Shock absorber Per skok (shock absorber) berfungsi untuk menahan beban berkapasitas 110 kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata. Jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan adalah monoshock merek ekstrem yang digunakan pada sepeda motor mio. Penentuan ukuran panjang dan jari - jari shock absorber sesuai dengan ukuran yang yang ada dalam pasaran. Dari hasil survey dipasaran, maka didaptkan ukuran untuk material shock absorber, sebagai berikut: panjang shock absorber = 33 cm
pada shock absorber = 5 cm Adapun jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan dalam perancangan handtruck dapat dilihat pada Gambar 4.55 dibawah ini.
IV - 96
Gambar 4.55 Shock absorber monoshock Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010
Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko assesoris motor, hal hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan material untuk penahan beban dan memberi kekuatan (lentur dan fleksibel) pada keadaan permukaan jalan yang tidak rata dalam perancangan handtruck. Sehingga diharapkan bahan material tersebut dapat dijadikan sebagai penahan beban berkapasitas 110 kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata. 5. Material plat dudukan roda Pemberian plat dudukan roda berfungsi sebagai penguat roda dan tempat kedudukan roda. Bahan material plat dudukan roda tersebut terbuat dari bahan plat baja baja karbon 0,2%. Adapun jenis bahan material dan bentuk dari plat dudukan roda dapat dilihat dalam Gambar 4.56 dibawah ini.
Gambar 4.56 Plat dudukan roda Sumber : Obseervasi lapangan, 2010
Penentuan ukuran panjang dab lebar plat dudukan roda sesuai dengan ukuran dari hasil perancagan alat bantu berupa handtruck
IV - 97
dimana : panjang plat dudukan roda = 10,5 cm lebar plat dudukan roda = 4 cm Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko material, hal - hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan plat dudukan roda pada perancangan handtruck adalah kekuatan, keamanan, harga dan waktu pengerjaan. Sehingga diharapkan komponen pada plat dudukan roda tersebut menjadi tumpuan kekuatan penopang kedudukan roda, dapat mengangkut dan menahan beban dengan kapasitas 110 kg. 6. Material roda dan pengunci roda Pemberian roda bertujuan untuk memudahkan pergerakan atau perpindahan dari alat bantu kerja yang berupa handtruck dan dapat digunakan untuk mengimbangi gaya gesek kondisi permukaan jalan yang bergelombang (tidak rata). Sedangkan fungsi dari pengunci roda dapat memberikan kestabilan pada saat aktivitas loading dan unloading. Jenis roda dan penggunaan pengunci perlu direncanakan agar dapat mendukung pengoperasian handtruck dalam mengangkut beban dengan kapasitas 110 kg. Roda yang digunkan dalam perancangan tersebut menggunakan tiga roda berbahan karet. dengan ketentuan : Roda depan Berjumlah satu pasang (2 roda) berdiameter 8 inchi (20 cm) dilengkapi kunci rumah, pengunci roda, plat baja dilas dan dilindungi oleh mur pengunci, nipel gemuk, poros roda terdapat mur. Kondisi roda depan tidak bergerak (statis). Roda depan dilengkapi pengunci roda agar roda tidak bergerak saat posisi handtruck berdiri tegak (sudut 90 0 ) dan di miringkan (sudut 45 0 ). Gambar roda depan beserta prngunci roda dapat dilihat pada Gambar 4.57 dibawah ini
IV - 98
Gambar 4.57 Roda depan handtruck beserta pengunci roda Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010
Roda belakang Berjumlah satu roda berdiameter 4 inchi (10 cm) dilengkapi kunci rumah, plat baja dilas serta dilindungi oleh mur pengunci, nipel gemuk, poros roda terdapat mur. Kondisi roda belakang dapat digerakkan (dinamis) tanpa menggunakan pengunci roda. Pada bagian roda belakang terdapat swingarm yang menghubungkan antara as roda depan dengan as roda belakang. Fungsi swingarm dapat dijadikan sebagai tumpuan kaki (pengungkit) dan memudahkan pekerja saat melakukan aktivitas loading dan unloading Gambar roda belakang dapat dilihat pada Gambar 4.58 dibawah ini.
Gambar 4.58 Roda belakang handtruck Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010
Sehingga diharapkan menjadi untuk menahan beban berkapasitas 110 kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata.
IV - 99
7
Material karet pelapis (handgrip) Karet pelapis pegangan (handgrip) digunakan untuk melapisi material pipa baja pada pegangan, dengan tujuan mengurangi gesekan antara tangan dengan pegangan (handle). Selain itu busa pelapis pegangan dapat berfungsi memberikan kenyamanan pada pekerja. Bahan material material yang digunakan berupa karet (handgrip) pada sepeda motor. Penentuan tebal karet (handgrip), sebagai berikut : tebal karet (handgrip) = 1 cm Pemilihan karet pelapis pegangan (handgrip) dari material yang digunakan pada karet handgrip raket bulu tangkis dapat dilihat dalam Gambar 4.59.
Gambar 4.59 Karet handgrip raket bulu tangkis ukuran ketebalan karet 1cm 3 cm Sumber : Toko Garuda aksesoris motor, 2009
Sehingga diharapkan bahan pelapis karet handgrip raket bulu tangkis tersebut mampu untuk menahan beban dan mengurangi gesekan antara tangan dengan permukaan dari handle pada saat pekerja mengemudikan handtruck. 4.3.6
Estimasi Biaya Rancangan Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi tingkat beban kerja. Biaya yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material. Keseluruhan biaya material ditunjukkan dalam Tabel 4.30. Harga yang tertera diperoleh dari pihak bengkel las teknik Pak Sriono daerah Pucang Sawit dan observasi di toko besi logam mulia, tunggal pantes, raharjo teknik yang terletak di Jl. Urip Sumoharjo Surakarta 57126 dan pasar pengepul besi bekas daerah Sumodilagan pada bulan Desember 2009.
IV - 100
No
Bahan
Penggunaan untuk bagian handtruck
1
Pipa berongga baja karbon roll panas
2
Plat alumunium bordes
Rangka rangka tengah dan rangka penopang rangka landasan bawah, bagian handle dan bagian swing arm (lengan ayun) Plat penutup landasan rangka landasan bawah
3
Besi pipa berongga
Engsel pada roda dan swing arm
4 5
Baja Strip plat Mur dan baut
6
Karet hand grip
Sebagai tempat dudukan roda Penyambung roda dengan tempat dudukan roda, shock absorber dengan dudukan rangka penyangga belakang Karet pelapis pegangan (handle)
7 8 9
Roda berbahan karet Roda berbahan karet Shock absorber M.B Xtreme Cat super glos 5460 Tinner A Amplas no.2
Roda bagian depan Roda bagian belakang Penahan beban bagian rangka belakang Cat pelapis rangka Pencampur cat Penghalus rangka
10 11 12
Tabel 4.30 Estimasi biaya material Ukuran Kebutuhan Satuan (cm) Ө luar 2,6 cm Ө dalam 22 cm tebal 2mm
Keterangan
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
7 meter
lonjor
1 lonjor pipa (per 1 meter) = 34500
34500
241500
45 cm x 43 cm
1 lbr
lembar plat
45000
45000
Ө luar 2,6 cm Ө dalam 22 cm tebal 2mm 10,5 x 4 tebal 4 mm 5/16x1”
1 (isi 4 buah)
set
1 lembar (ukuran 60 x 50cm 2mm) = 45000 1 set = 25000
25000
25000
1 meter 5 (isi 10 buah)
meter set
1 meter = 23000 1set= 350
23000 350
23000 1750
2 (isi 4 buah) 2 1 1
set
1 set = 15000
15000
30000
buah buah buah
1 buah = 85000
85000 50000 115000
170000 50000 115000
3 1 2
kilogram Liter Lembar
12000 13500 3000
36000 13500 6000 756500
Ө min.3 cm Ө 20 Ө 10 p = 33 cm Ө 10 cm Total biaya material
Sumber : Pengolahan data dan observasi, 2010
IV - 101
1 lembar = 3000
Dari Tabel 4.30 diketahui bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material adalah sebesar Rp 756.500,00 Biaya non material terdiri dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses permesinan) dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam suatu perancangan ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan masukan dari pemilik bengkel las teknik milik Pak Suhono, biaya ide perancangan untuk alat ini ditetapkan sebesar 15% dari biaya material ditambah biaya tenaga kerja. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperkirakan biaya non material yang dikeluarkan untuk keperluan perancangan seperti pada Tabel 4.31. No
Tabel 4.31 Estimasi biaya non material Biaya non material Pengeluaran biaya (rupiah)
1.
2. 3.
Biaya tenaga kerja Pak Sriono (Pemilik & mandor) Mas Arip (Tukang) Biaya permesinan (pengelasan) Ide pembuatan rancangan Total biaya non material
90000 40000 35000 92150 257150
Sumber : Pengolahan data, 2010
Asumsi : Persentase biaya ide perancangan ditentukan oleh perancang (desainer) secara langsung sebesar 15 % Biaya ide = 15 % x (biaya material + biaya tenaga kerja + biaya permesinan) = 15 % x (Rp 756.500,00 + Rp 130.000,00 + Rp 35.000,00) = 15 % x Rp 921.500,00 = Rp 92.150,00 dengan demikian, maka total biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat bantu yang berupa handtruck dari hasil rancangan adalah seperti pada Tabel 4.32. No
Tabel 4.32 Total biaya perancangan Jenis biaya
Biaya (rupiah)
1 2
Biaya material Biaya non material Total biaya
756500 257150 1013650
Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 102
Besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan handtruck dari hasil rancangan sebesar Rp 1.013.650,00 4.4
Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja
4.4.1
Evaluasi hasil perancangan postur kerja melalui metode REBA Penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA dilakukan pada aktivitas
loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti). Hasil pengukuran sudut posisi postur kerja buruh angkut dengan menggunakan worksheet REBA. Hasil penilaian postur kerja kondisi setelah menggunakan alat bantu kerja pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti) secara lebih jelas ditunjukkan, sebagai berikut: Fase gerakan pertama
Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja buruh angkut saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) Sumber : Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 17o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 2)
IV - 103
b. Leher (Neck) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 15o terhadap sumbu tubuh ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:2
Leher (neck)
:1
Kaki (legs)
:1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 2 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.60 Table A Neck 2 1 Trunk Legs 2 3 4 1 2 3 4 1 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 5 3 4 5 6 4 2 2 4 5 6 4 5 6 7 5 3 3 5 6 7 5 6 7 8 6 4 4 6 7 8 6 7 8 9 7 5
3 2
3
4
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) IV - 104
dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat memegang handle pertama aktivitas loading, maka beban yang diterima pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 2 Berat beban = 2 Total skor A = 2 + 2 = 4 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230 termasuk dalam range pergerakan > 200 flexion bernilai 2. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah bawah ke arah depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23° termasuk dalam range pergerakan < 60° flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 19° termasuk dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle atas pada handtruck. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:2
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:2
IV - 105
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 2. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.34 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.60 Lower Arm Table B 1 Upper Wrist 1 2 3 1 Arm 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 6 7 8 7 6 7 8 8 8
2 2
3
2
3
2
4
5 6 8
5 7 8
9
9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 2, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan pegangan (handle) baik dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.34 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2. Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 4 Skor B = 2 Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4 IV - 106
Tabel 4.35 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.60 Score A Table C (score from Score B, (table B value + coupling score)
t e bl e A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6 7 8
1 2 3 4 4 6 7 8
1 2 3 4 4 6 7 8
2 3 3 4 5 7 8 9
3 4 4 5 6 8 9 10
3 4 5 6 7 8 9 10
4 5 6 7 8 9 9 10
5 6 7 8 8 9 10 10
6 6 7 8 9 10 10 10
7 7 8 9 9 10 11 11
7 7 8 9 9 10 11 11
7 8 8 9 9 10 11 11
9 10
9 10
9 10
10 11
10 11
10 11
11 11
11 12
11 12
12 12
12 12
12 12
11 12
11 12
11 12
11 12
12 12
12 12
12 12
12 12
12 12
12 12
12 12
12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.35, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =4+0 =4
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.61 berikut ini :
IV - 107
Batang tubuh 2
Leher
Tabel A 2
1
Beban 2
+
Skor A 4
=
Kaki 1 Skor C 4
+
Skor aktivitas 0
=
Final Skor 4
Lengan atas 2
Lengan bawah 2
Tabel B 2
+
Kopling 0
=
Skor B 2
Pergelangan tangan 2
Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.61, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4. Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja. Fase gerakan kedua
Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja buruh angkut saat melakukan aktivitas pengangkutan (posisi mendorong) Sumber : Pasar Gede, 2010
IV - 108
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A d. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 22o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 2) e. Leher (Neck) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 20o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal. ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1) f. Kaki (Legs) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:2
Leher (neck)
:1
Kaki (legs)
:1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 2 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62 Table A Neck 2 1 Trunk Legs 2 3 4 1 2 3 4 1 1
IV - 109
3 2
3
4
Lanjutan Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62 Table A Neck 2 1 Trunk Legs 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 3 4 5 6 2 2 4 5 6 4 5 6 7 3 3 5 6 7 5 6 7 8 4 4 6 7 8 6 7 8 9 5
3 1
2
3
4
3 4 5 6 7
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas pengangkutan peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat memegang handle ke dua aktivitas pengangkutan, maka beban yang diterima pekerja turun menjadi 27,5 kg, sehingga memiliki skor beban 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 2 Berat beban = 2 Total skor A = 2 + 2 = 4 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 530 termasuk dalam range pergerakan 450 - 900 flexion bernilai 3. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 18° termasuk dalam range pergerakan < 60°Flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 24° termasuk
IV - 110
dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua pada handtruck . (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:3
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 5. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.37 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.62 Lower Arm Table B 1 Upper Wrist 1 2 3 1 Arm 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 6 7 8 7 6 7 8 8 8
2 2
3
2
3
2
4
5 6
5 7
8
8
9
9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik
IV - 111
dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.37 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 4 Skor B = 5 Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 5. Tabel 4.38 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.62 Score A Table C (score from Score B, (table B value + coupling score)
t e bl e A+load/force score)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6
1 2 3 4 4 6
1 2 3 4 4 6
2 3 3 4 5 7
3 4 4 5 6 8
3 4 5 6 7 8
4 5 6 7 8 9
5 6 7 8 8 9
6 6 7 8 9 10
7 7 8 9 9 10
7 7 8 9 9 10
7 8 8 9 9 10
7 8
7 8
7 8
8 9
9 10
9 10
9 10
10 10
10 10
11 11
11 11
11 11
9 9 9 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 Sumber : Pengolahan data, 2010
10 11 12 12
10 11 12 12
11 11 12 12
11 12 12 12
11 12 12 12
12 12 12 12
12 12 12 12
12 12 12 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.38, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =5+0 =5
IV - 112
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.63 berikut ini : Batang tubuh 2
Leher
Tabel A 2
1
Beban 2
Skor A 4
Kaki 1 Skor C 5
+
Skor aktivitas 0
=
Final Skor 5
Lengan atas 3
Lengan bawah 2
Tabel B 5
+
Kopling 0
=
Skor B 5
Pergelangan tangan 2
Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.63, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 5Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja. Fase gerakan ketiga
Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja buruh angkut saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti) Sumber : Pasar Gede, 2010
IV - 113
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 20o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 2) b. Leher (Neck) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 23o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal. ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:2
Leher (neck)
:2
Kaki (legs)
:1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 4 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64 Table A Neck 1 2 Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1
IV - 114
3 2
3
4
Lanjutan Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64 Table A Neck 1 2 Trunk Legs 1 2 3 4 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 3 4 5 6 2 2 4 5 6 4 5 6 7 3 3 5 6 7 5 6 7 8 4 4 6 7 8 6 7 8 9 5
3 1
2
3
4
3 4 5 6 7
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti) peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat memegang handle pertama aktivitas unloading, maka beban yang diterima pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 3 Berat beban = 2 Total skor A = 3 + 2 = 5 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230 termasuk dalam range pergerakan > 200 flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 19° termasuk dalam range pergerakan < 60°Flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 22° termasuk
IV - 115
dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua pada handtruck . (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:2
Lengan bawah (lower arm)
:2
Pergelangan tangan (wrist)
:2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 2. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.40 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.64 Lower Arm Table B 1 Upper Wrist 1 2 3 1 Arm 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 6 7 8 7 6 7 8 8 8
2 2
3
2
3
2
4
5 6
5 7
8
8
9
9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 6, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik
IV - 116
dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.40 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2. Penentuan skor total untuk fase gerakan unloading (menaikkan peti) dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 5 Skor B = 2 Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4. Tabel 4.41 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.64 Score A Table C (score from Score B, (table B value + coupling score)
t e bl e A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6
1 2 3 4 4 6
1 2 3 4 4 6
2 3 3 4 5 7
3 4 4 5 6 8
3 4 5 6 7 8
4 5 6 7 8 9
5 6 7 8 8 9
6 6 7 8 9 10
7 7 8 9 9 10
7 7 8 9 9 10
7 8 8 9 9 10
7 8
7 8
7 8
8 9
9 10
9 10
9 10
10 10
10 10
11 11
11 11
11 11
9
9
9
10
10
10
11
11
11
12
12
12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja adalah normal Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.41, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =4+0 =4
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.65 berikut ini :
IV - 117
Batang tubuh 2
Leher
Tabel A 3
2
Beban 2
+
Skor A 5
=
Kaki 1 Skor C 4
+
Skor aktivitas 0
=
Final Skor 4
Lengan atas 2
Lengan bawah 2
Tabel B 2
+
Kopling 0
=
Skor B 2
Pergelangan tangan 2
Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.65, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4 Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja. 4.4.2
Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja Sikap kerja yang diterapkan saat ini oleh pekerja MMH khususnya pekerja
buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA. Berdasarkan penilaian menggunakan REBA didapat masukan untuk perancangan alat bantu kerja sebagai usulan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja. Rancangan usulan perancangan alat bantu kerja yang diaplikasikan, selanjutnya dibandingkan dengan sikap kerja yang lama dan dievaluasi menggunakan energy expenditure dan energy cost. Apabila pekerja menerapkan usulan rancangan alat bantu kerja dan hasil perhitungan energy expenditure mapun energy cost yang lebih kecil, maka rancangan usulan perancangan alat bantu kerja usulan lebih baik dibandingkan sikap kerja awal (mengangkut beban pada bagian punggung). Pencatatan data pengukuran denyut jantung pada pekerja buruh angkut pada saat dilakukan uji coba hasil perancangan alat dilakukan pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2010 s/d hari Sabtu tanggal 27 Maret 2010 pukul 09.00–12.00 WIB.
IV - 118
Pengukuran ini kemudian digunakan untuk menghitung energy expenditure dan energy cost yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan MMH. A.
Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993 Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah uji coba
perancangan alat dapat dilihat dalam table 4.42. Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat No.
Nama Pekerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
Umur
Berat Badan
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
53 60 62 55 55 59 63 57 56 58 58 54 61 63 54 63 59 58 57 59 62 64 58 60
Kondis Setelah Perancangan Denyut Jantung (Per Menit) Sebelum Setelah Bekerja Bekerja 50 93 48 88 54 95 44 85 56 104 52 95 55 97 53 103 51 93 60 109 53 94 51 92 53 93 53 103 52 93 53 95 48 91 56 104 46 88 52 92 51 94 56 105 54 103 59 106
Sumber: Pengolahan data, 2010
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2 dimana : Y = energi (kilokalori per menit)
IV - 119
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini : Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 dimana : Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 dimana : Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun). Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 = 1,80411 – (0,0229038 x 60) + (4,71733 x 10-4 x (60)2) = 1,80411 – 1,3742 + 1,6982 = 2,1281 kkal/menit Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 = 1,80411 – (0,0229038 x 115) + (4,71733 x 10-4 x (115)2) = 1,80411 – 2,4965 + 5,6047 = 4,9123 kkal/menit Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) = 5,4088 kkal/menit - 2,0626 kkal/menit = 2,7841 kkal/menit
IV - 120
Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.43. dibawah ini. Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat Kondisi Setelah Perancangan Alat No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama
Umur
Pekerja
Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
Berat
Denyut Jantung
Badan
(per menit)
53 60 62 55 55 59 63 57 56 58 58 54 61 63 54 63 59 58 57 59 62 64 58 60
Sebelum Bekerja 50 48 54 44 56 52 55 53 51 60 53 51 53 53 52 53 48 56 46 52 51 56 54 59
Setelah Bekerja 93 88 95 85 104 95 97 103 93 109 94 92 93 103 93 95 91 104 88 92 94 105 103 106
Yb
Yt
EE (kkal/menit)
1,8383 1,7916 1,9429 1,7096 2,0009 1,8887 1,9714 1,9153 1,8630 2,1281 1,9153 1,8630 1,9153 1,9153 1,8887 1,9153 1,7916 2,0009 1,7487 1,8887 1,8630 2,0009 1,9429 2,0949
3,7541 3,4417 3,8856 3,2656 4,5244 3,8856 4,0210 4,4496 3,7541 4,9123 3,8194 3,6897 3,7541 4,4496 3,7541 3,8856 3,6263 4,5244 3,4417 3,6897 3,8194 4,6001 4,4496 4,6767
1,9158 1,6501 1,9428 1,5559 2,5235 1,9970 2,0496 2,5343 1,8911 2,7841 1,9041 1,8267 1,8388 2,5343 1,8654 1,9703 1,8347 2,5235 1,6930 1,8010 1,9564 2,5992 2,5068 2,5818
Sumber: Pengolahan data, 2010
Hasil penghitungan dari Tabel 4.43 energy expenditure diatas, kemudian dibandingkan dengan Tabel 4.44 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy expenditure, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.44 dibawah ini. Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat
IV - 121
Lanjutan Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat EE Nama Berat Kriteria No. Umur (kkal/menit) Pekerja Badan Pekerjaan 1 Santoso 30 53 1,9158 Light Work 2 Anwar 29 60 1,6501 Light Work 3 Budi 32 62 1,9428 Light Work 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Suwondo Togar Heru Tono Sujimin Harun
28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
55 55 59 63 57 56 58 58 54 61 63 54 63 59 58 57 59 62 64 58 60
1,5559 2,5235 1,9970 2,0496 2,5343 1,8911 2,7841 1,9041 1,8267 1,8388 2,5343 1,8654 1,9703 1,8347 2,5235 1,6930 1,8010 1,9564 2,5992 2,5068 2,5818
Light Work Moderate Work Light Work Light Work Moderate Work Light Work Moderate Work Light Work Light Work Light Work Moderate Work Light Work Light Work Light Work Moderate Work Light Work Light Work Light Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work
Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan Tabel 4.44 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan ringan (light work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Hardi, Rusdmanto, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Ratman, Togar dan Heru. Sedangkan untuk pekerja Amin, Sartono, Budiman, Suwondo, Fajar, Tono, Sujimin dan Harun. Penggolongan beban kerja tersebut tergolong kedalam jenis pekerjaan sedang (moderate work ). Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) sebesar 2,7841 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy
IV - 122
expenditure (konsumsi energi) sebelum menggunakan perancangan alat bantu sebesar 6,4818 kkal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy expenditure sebelum menggunakan perancangan alat bantu dengan energy expenditure setelah perancangan alat yang di uji coba pada responden ke 10 (Pak Budiman), dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.3. Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu
Energy expenditure (kkal/menit)
7 6 5
Energy Expenditure awal
4 Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu
3 2 1
0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik 4.3 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010
B.
Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0,0143 kcal / min
IV - 123
Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat, dapat dilihat dalam Tabel 4.45. No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat Height Name Age Hearth Rate ( bpm ) ( inchi ) (years) Resting Heart Working Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
66 66,93 69,39 65,35 66,54 66,14 67,32 66,14 66,14 66,54 65,75 66,54 69,39 68,50 66,14 69,39 66,54 66,14 65,35 66,54 66,54 68,11 66,54 66,93
Rate 50 48 54 44 56 52 55 53 51 60 53 51 53 53 52 53 48 56 46 52 51 56 54 59
Heart Rate 93 88 95 85 104 95 97 103 93 109 94 92 93 103 93 95 91 104 88 92 94 105 103 106
Sumber: Pengolahan data, 2010
Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah uji coba perancangan alat sesuai dengan Tabel 4.45 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Budiman (37 tahun).
IV - 124
E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G = -1967 + 8,58.(60) + 25,1 (66,54) + 4,5.(37) – 7,47 (109) + 67,8 (0) = - 1967 +514,8 + 1670,154 – 814,23 + 0 = 356,56 watt 5,10 kcal/min Hasil perhitungan energy cost untuk seluruh pekerja setelah perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.46. dibawah ini. No.
Name
Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat Height Gender Heart Rate Energy Age ( bpm ) Cost ( years )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
( inchi ) 66 66,93 69,39 65,35 66,54 66,14 67,32 66,14 66,14 66,54 65,75 66,54 69,39 68,50 66,14 69,39 66,54 66,14 65,35 66,54 66,54 68,11 66,54 66,93
Energy Cost
(m = 0 ;f = 1 )
Resting Heart Rate
Working Heart Rate
( kcal/min )
male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male male
50 48 54 44 56 52 55 53 51 60 53 51 53 53 52 53 48 56 46 52 51 56 54 59
93 88 95 85 104 95 97 103 93 109 94 92 93 103 93 95 91 104 88 92 94 105 103 106
3,47 3,43 4,72 2,86 4,78 3,71 4,12 4,71 3,57 5,10 3,40 3,52 4,52 7,83 3,40 4,77 3,66 4,58 3,01 3,48 3,83 7,93 4,75 4,91
Sumber: Pengolahan data, 2010
Hasil penghitungan dari Tabel 4.46 energy cost diatas, kemudian dibandingkan dengan Tabel 4.47 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.47 dibawah ini.
IV - 125
Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah perancangan alat Height Energy Cost Grade of Work Name Age ( kcal/min ) (years) (inchi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Santoso Anwar Budi Coirul Amin Hardi Rusmanto Sartono Bambang Budiman Joko Andri Wawan Suwondo Juno Akbar Yono Fajar Ratman Togar Heru Tono Sujimin Harun
30 29 32 28 35 31 32 33 31 37 32 30 31 32 30 31 29 34 28 31 31 35 33 36
66 66,93 69,39 65,35 66,54 66,14 67,32 66,14 66,14 66,54 65,75 66,54 69,39 68,50 66,14 69,39 66,54 66,14 65,35 66,54 66,54 68,11 66,54 66,93
3,47 3,43 4,72 2,86 4,78 3,71 4,12 4,71 3,57 5,10 3,40 3,52 4,52 7,83 3,40 4,77 3,66 4,58 3,01 3,48 3,83 7,93 4,75 4,91
Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work
Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan Tabel 4.47 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work (beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan sedang (moderate work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Fajar, Ratman, Togar, Heru, Sujimin, Harun. Sedangkan untuk pekerja Budiman, Suwondo dan Tono. tergolong kedalam jenis pekerjaan berat (heavy work ). Berdasarkan perhitungan energy cost pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost setelah melalui uji penggunaan rancangan alat bantu kerja sebesar 5,10
IV - 126
kcal/menit. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pengukuran energy cost sebelum menggunakan perancangan alat bantu kerja sebesar 8,77 kcal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy cost sebelum menggunakan perancangan alat dengan energy cost setelah setelah uji coba perancangan alat untuk responden ke 10 (Pak Budiman), dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.4.
Energy cost (kcal/menit)
Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Energy cost sebelum menggunakan alat bantu Energy cost setelah mengguanakan alat bantu
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik 4.4 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 127
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini. 5.1
Analisis Perbandingan Postur Kerja Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah
kondisi postur kerja setelah perancangan yang diilustrasikan melalui gambar ini masih berpotensi menimbulkan cidera musculoskeletal. Setelah pembuatan model, maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan Kondisi Awal Kondisi Setelah Perancangan Gerakan Pengangkatan peti posisi membungkuk Pengangkutan peti posisi lutut menekuk
Penurunan peti posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
Level Tindakan 3
Level Resiko tinggi
3
tinggi
4
sangat tinggi
Tindakan
Gerakan
perlu segera perbaikan perlu segera perbaikan
Pengangkatan peti (loading), posisi berdiri badan tegap Pengangkutan peti posisi posisi berdiri badan tegap dan lengan tangan memegang handle
perbaikan saat ini juga
Penurunan peti (unloading), posisi berdiri badan tegap
Level Tindakan 2
Level Resiko sedang
2
sedang
perlu
2
sedang
perlu
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode REBA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1 (mengangkat peti dengan posisi membungkuk), sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi. Sesudah perancangan dengan menggunakan
V-1
Tindakan perlu
handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain pertama, punggung tegak. Pada posisi ke-2 (mengangkut peti dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk), sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi Sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain ke dua, punggung tegak. Untuk posisi ke-3 (menurunkan peti dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk) sebelum perancangan memiliki skor 4 dengan level resiko tinggi Sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain pertama, punggung tegak. Penurunan level resiko pada gerakan loading, pengangkutan maupun unloading karena terjadinya perubahan postur kerja pekerja buruh angkut sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck.Kondisi awal postur pekerja buruh angkut yang semula pungggung membungkuk dengan sudut 90o, pergerakan leher menekuk (fleksion) dengan sudut sebesar 34o terhadap sumbu tubuh dan posisi kaki dan lutut menekuk dengan 90. Dengan menggunakan handtruck sebagai alat bantu kerja postur kerja berubah menjadi berdiri badan tegap dengan sudut 26o, dengan leher membentuk sudut 23o terhadap sumbu tubuh, posisi kaki yang semula menekuk berubah menjadi tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang. Selain itu, beban yang semula diterima pekerja buruh angkut dengan cara manual (memanggul beban pada bagian punggung) 110 kg setelah menggunakan handtruck beban yang diterima atau dirasakan pekerja buruh angkut turun menjadi 24,81 kg (pada aktivitas loading, unloading) dan 27,5 kg (pada aktivitas pengangkutan). Dari keseluruhan penilaian postur kerja setelah perancangan dapat diperoleh hasil level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan handtruck disertai dengan desain yang lebih ergonomis dan penurunan beban kerja, sehingga memungkinkan pekerja buruh angkut untuk
V-2
memperbaiki postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat bantu kerja saat melakukan aktivitas loading, pengangkutan dan unloading. 5.2
Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi
energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 24 pekerja buruh angkut. Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan akan diuraikan, sebagai berikut: 5.2.1
Analisis energy expenditure Energy exspenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara sebagai berikut: Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu
Energy expenditure (kkal/menit)
7 6 5
Energy Expenditure awal
4 Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu
3 2 1
0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum perancangan) dibandingkan kondisi setelah perancangan. Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy expenditure pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg dapat diketahui bahwa lima belas responden tergolong dalam kategori
V-3
jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit). Sedangkan untuk sembilan responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit). Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.1 diatas, energy expenditure kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori jenis light work atau dapat dikatakan pekerjaan ringan. (< 2,5 kkal/menit). Sedangkan untuk delapan responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ). Rata – rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan. 5.2.2
Analisis energy cost Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk
melakukan suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara sebagai berikut:
V-4
Energy cost (kcal/menit)
Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Energy cost sebelum menggunakan alat bantu Energy cost setelah mengguanakan alat bantu
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan. Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan grafik 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy cost pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg dapat diketahui bahwa sebelas responden tergolong dalam kategori jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit). Sedangkan untuk tiga belas responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.2 diatas, energy cost kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk tiga responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit). Rata – rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.
V-5
5.3
Analisis Rancangan Alat Dalam proses pembuatan produk, belum tentu produk yang diproduksi
akan sesuai dengan hasil rancangan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena kemampuan rancangan untuk diproduksi yang terkadang tidak memungkinkan produk tersebut dibuat sesuai rancangan. Selain itu, produk yang dibuat mempertimbangkan segi proporsional ukuran. Hal inilah yang memungkinkan adanya perubahan dalam produk apabila dibandingkan dengan rancangan yang dibuat. Dalam proses pembuatan produk, terjadi perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua sebanyak 6 cm. Hal ini dikarenakan adanya perubahan jangkauan pegas (shock absorber) digunakan dari jangkauan 33 cm jangkauan 27 cm. Perubahan ukuran tersebut terjadi karena terjadi beban tekan dari peti berkapasitas 110 kg sehingga menyebabkan letak ataupun posisi ketinggian pegangan (handle) desain kedua mengalami perubahan. Ukuran ketinggian pegangan (handle) desain kedua disesuaikan dengan ukuran tinggi siku berdiri 130 cm menjadi 124 cm. Selain perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua, hasil perancangan produk juga dilakukan penambahan komponen berupa roda belakang dengan ukuran 4 inchi (10 cm). Penambahan komponen roda, bertujuan agar pekerja tidak terlalu berat saat menahan beban vertikal yang diterima oleh tangan pekerja saat pekerja mengoperasikan handtruck. Hasil produk perancangan alat ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. 1. Penilaian segi positif penggunaan produk yang dirancang Ada beberapa segi positif penggunaan produk yang dirancang, yaitu: a. Pengguna nyaman memakai, Desain yang ada mempertimbangkan aspek dimensi anthropometri pekerja buruh angkut, sehingga membuat pengguna merasa nyaman saat mengoperasikan handtruck. b. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai, Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan
V-6
penurunan kondisi awal pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan dari level resiko 3 yaitu tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 2 yaitu sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada aktivitas unloading dari level resiko 4 yaitu sangat tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 3 yaitu tinggi. c. Mengurangi tingkat beban kerja, Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure setelah perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori beban kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori beban kerja moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada perhitungan energy cost setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden tergolong kedalam kategori beban kerja moderate work, tiga responden lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work. d. Alat kuat Dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor beban peti (kapasitas 110 kg), maka bahan material yang terpilih adalah pipa baja kadar karbon 0,2% roll panas dengan ketebalan 2mm yang dijadikan sebagai rangka dalam perancangan handtruck Hal ini membuktikan bahan material yang digunakan kuat dan aman untuk digunakan sebagai sarana aktivitas pengangkutan peti maupun sebagai alat bantu kerja. e. Dapat digunakan dalam lokasi atau permukaan jalan yang bergeronjal maupun keadaan permukaan jalan menajak Alat dilengkapi shock absorber pada batang penyangga, sehingga pada saat roda depan masuk kedalam lubangan (pada keadaan permukaan jalan yang berlubang maupun bergeronjal) memudahkan pekerja untuk mengungkit, kemudian memposisikan roda agar kembali kepermukaan jalan yang rata. Selain itu fungsi dari shock absorber dapat digunakan untuk kekuatan penopang rangka penyangga bagian belakang pada saat permukaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5 meter ) (Sumber : pengolahan data, 2010).
V-7
f. Memberikan kemudahan akses keluar masuk kios antar pedagang Dengan menggunakan tiga komponen roda yang berguna untuk memudahkan pengoperasian dan dapat dijadikan sebagai arah kemudi pada saat keluar gang masuk kios antar pedagang. 2. Penilaian segi pengembangan produk yang dirancang Ada beberapa pengembangan produk yang dirancang tahap selanjutnya, yaitu: a. Menekan atau mengurangi investasi biaya perancangan, Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat cukup besar yaitu Rp 1.180.650,00 Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan ukuran pada pegangan (handle) dan penambahan biaya permesinan. Selain itu, karena produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan produk yang dibuat secara massal. Investasi yang ada dapat dikurangi dengan mengganti material yang ada dipasaran dengan material yang memiliki harga lebih rendah (ekonomis) dan penggunaan konstruksi yang lebih ringan dari material terpilih saat ini. b. Pengembangan ide perancangan khususnya pada aktivitas unloading Pada saat melakukan aktivitas unloading masih menggunakan cara manual, karena mengingat ketinggian dari bak truck hingga permukaan jalan terpaut sekitar satu meter. Untuk melakukan aktivitas tersebut (aktivitas menurunkan peti dari truck hingga dasar permukaan jalan) masih menggunakan cara manual yaitu memanggul kemudian menurunkan peti kedalam pallet (tatakan peti yang terbuat dari kayu sengon) dengan menggunakan tenaga buruh angkut. Ide pengembangan handtruck dapat menggunakan papan luncur dari bahan papan kayu sengon. 5.4
Analisis Biaya Produksi Biaya pembuatan handtruck terdiri dari biaya material dan non material
biaya tenaga kerja. Biaya maerial yang harus dikeluarkan sebesar Rp 756.500,00. dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.25. Sedangkan biaya non material terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya biaya tenaga kerja sebesar Rp 130.000,00 biaya permesinan (pengelasan dan roll) Rp 35.000,00 dan biaya ide pembuatan rancangan dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.26. Maka, perkiraan biaya
V-8
awal untuk membuat handtruck ini sebesar Rp 1.013.650,00 dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.37. Namun pada tahap perakitan, terdapat error biaya untuk penggantian ukuran komponen material dan biaya pengelasan. Biaya yang tak terduga tersebut diantaranya: 1.
Perubahan bentuk pegangan (handle) desain pertama Bahan : Pipa baja roll 0,2% Ukuran :
diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm, diganti dengan diameter luar 3,0 dengan ketebalan 2 mm
Kebutuhan : 0.5 meter Biaya 2.
: Rp 48.000,00 (per 1 meter)
Perubahan bentuk pegangan (handle) desain kedua Bahan : Pipa baja roll 0,2% Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm Kebutuhan : 1 meter Biaya
3.
: Rp 35.000,00 (per 1 meter)
Perubahan ukuran plat dudukan shock absorber Bahan : Plat baja karbon Ukuran : 3cm x 2,5cm x 3 mm, diganti dengan ukuran 4cm x 3 x 3mm Kebutuhan : 0.5 meter Biaya
4.
: Rp 23.000,00 (per 1 meter)
Biaya permesinan Biaya pengelasan
: Rp 35.000,00
Roll pada baja siku : Rp 26.000,00 Biaya error tahap perancangan handtruck adalah: = Rp 48.000,00 + Rp 35.000,00 + Rp 23.000,00 + Rp 35.000,00 + Rp 26000,00 = Rp 167.000,00 Jika di hitung kedalam persentase biaya error pada tahap perancangan:
Rp 1.180.650,00 x 100 % Rp 167.000,00 = 7,09 % 7%
V-9
Jadi total biaya akhir dalam perancangan handtruck adalah: = Rp 1.013.650,00 + Rp 167.000,00 = Rp 1.180.650,00 Dari hasil perhitungan total biaya akhir dalam perancangan handtruck (cost trial end error) diatas, diharapkan untuk penyempurnaan hasil perancangan pada tahap selanjutnya dapat di minimasi dengan cara menggunakan spesifikasi ukuran akhir perancangan handtruck, menggunakan material dengan harga yang ekonomis yang sesuai dengan kebutuhan, menekan biaya pengecetan, menekan ongkos ataupun biaya tenaga kerja dan biaya permesinan. Adapun penjabaran minimasi total biaya akhir dalam perancangan handtruck dapat dilihat dalam Lampiran L.12. Sehingga dari hasil perhitungan diatas, dapat di asumsikan biaya total biaya akhir untuk penyempurnaan hasil perancangan handtruck pada tahap selanjutnya sebesar Rp 719.750,00
V - 10
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan penurunan kondisi awal pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan dari level resiko 3 yaitu tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 2 yaitu sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada aktivitas unloading dari level resiko 4 yaitu sangat tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 3 yaitu tinggi 2. Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure setelah perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori beban kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori beban kerja moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada perhitungan energy cost setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden tergolong kedalam kategori beban kerja moderate work, tiga responden lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work. 6.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya, sebagai berikut: 1. Rancangan handtruck dapat dikembangkan dengan memunculkan ide (gagasan), misalnya untuk mengubah posisi kerja pada saat menurunkan peti yang masih menggunakan cara manual. Ide ataupun gagasan dapat memakai landasan papan kayu luncur, sehingga pekerja tidak perlu lagi menurunkan
VI - 1
peti dari bak truck hingga permukaan pallet dengan posisi memanggul peti pada bagian punggung pekerja. 2. Penelitian dapat dikembangkan dengan cara mendesain alat bantu kerja dengan menggunakan konstruksi yang lebih ringan, dan ekonomis. 3. Penelitian perancangan handtruck pada tahap selanjutnya dapat dikembangkan di tempat atau lokasi lain dengan menggunakan sampel pekerja buruh angkut yang tergolong jenis kelamin wanita dengan usia produktif kerja.
VI - 2
DAFTAR PUSTAKA Bernard, B.P. and Fine, L.J. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper extremity, and Low Back. NIOSH US Department of Health and Human Services. New York: Taylor & Francis. Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Book Company. Chaffin, D.B. and Andersson, G.B. 1991. Occupational Biomechanics. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc. Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work A Practical Ergonomics Methodology. New York: Taylor & Francis. Cross, N., 1994, Engineering Design Methods Strategies for Product Design, Edisi 2, John Wiley and Sons Ltd., United Kingdom. Kamalakannan, B. Groves, W. and Freivalds A. 2007. Predictive Models for Estimating Metabolic on Heart Rate and Physical Characteristics. [Online]. 25 paragraphs. Tersedia di http://www.heart-rate.com/pdf/ journals.pdf [2010, January 14]. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2. Guna Widya : Surabaya. McAtamney, L. and Hignett, S. 2000. REBA: Rapid Entire Body Assessment. Applied Ergonomics, 31: 201-205. Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga Popov, E.P. 1991. Mekanika Teknik, Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga. Popov, E.P. 1996. Mekanika Teknik, Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga. Prasetyo W, Bagas. 2000. Evaluasi Ergonomi dalam Desain . Surabaya: Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Jurusan TI – ITS. Pullat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. United States of America: Prentice Hall Inc. Roebuck, J. A. 1975. Body Space Antropometry, Ergonomi and Design. London : Taylor & Francis Inc.
Sanders, Marks S., & Cornic, Erness J. 1993. Physical Works end Human Factor Engineering. USA : McGraw – Hill Inc. Suhardi, Bambang. 2008. Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Surakarta : Depdiknas. Tarwaka, Solichul HA.B., Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Cetakan Pertama, UNIBA Press : Surakarta. Tim Lab UCYD. 2009. Profil Pasar Gede Harjonagoro [Online]. 9 paragraph. Tersedia di http://labucyd.blog.uns.ac.id/2009/04/16/profil-pasar-gede harjonagoro/.html [2009, April 16]. Walpole, R. 1990. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.